PEMAHAMAN TENTANG SHEMA SEBAGAI LANDASAN

1|Buletin IJI Vol 3/Maret 2015

PEMAHAMAN TENTANG “SHEMA” SEBAGAI LANDASAN
PENDIDIKAN KETUHANAN DAN MORAL KRISTIANI
Midrash: Ulangan 6:1-25
Teguh Hindarto

Baik
Yudaisme
dan
Kekristenan berbagi kitab suci
dan keyakinan yang sama terkait
mengenai konsep Ketuhanan dan
Kitab
Suci
sebagaimana
dikatakan oleh Hans Ucko sbb:
“Gereja Kristen, teologi Kristen
dan
kekristenan
secara

keseluruhan, tidak terpisahkan
dengan umat Yahudi atau

Yudaisme
(agama
Yahudi).
Orang Yahudi dan Kristen
memiliki Kitab Suci yang sama.
Iman Kristen lahir dari dalam
lingkungan Yahudi”1.

1

Hans Ucko, Akar Bersama: Belajar
Tentang Iman Kristen Dari Dialog
Kristen-Yahudi, Jakarta: BPK 1999
hal 5

2|Buletin IJI Vol 3/Maret 2015


Ulangan 6:4-5 dalam
pemikiran Yudaisme disebut
dengan “Shema”, sebuah kredo
atau pengakuan iman. Kredo ini
berbunyi: “Shema Yisrael, YHWH
Eloheinu, YHWH Ekhad. We
ahavta et YHWH Eloheika bekol
levaveka uvkol nafsheka uvkol
meodeka ” (Dengarlah, hai orang
Israel: YHWH itu Tuhan kita,
YHWH itu esa! Kasihilah
YHWH,
Tuhanmu,
dengan
segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu).

‫ח‬


‫נ‬
‫־‬
‫־מ‬

‫ר‬

‫מע‬

‫ת ת‬
‫־נפ‬

Pengakuan keimanan
terbagi menjadi tiga bagian:

ini

1. YHWH adalah Tuhan
2. YHWH adalah Esa
3. Kasihilah YHWH dengan
segenap hati, jiwa dan

kekuatan
Rabbi Hayim Ha Levy Donin ,
memberikan keterangan: “The
Shema is declaration of faith, a

pledge of allegiance to One God,
an affirmation of Judaism. It is
the first prayer that children are
taught to say” (Shema, adalah
pernyataan iman, ikrar kesetiaan
kepada satu Tuhan, sebuah
penegasan mengenai Yudaisme.
Ini merupakan doa yang pertama
diajarkan kepada anak untuk
diucapkan)2. Shema diucapkan
saat seorang bayi lahir dan saat
seorang mengalami kewafatan.
Shema
diucapkan
saat

melaksanakan ibadah harian dan
ibadah Shabat.

Namun bagaimana pengakuan
yang terkandung dalam Shema
tersebut dikorelasikan dengan
iman Kristen yang berpusatkan
pada pribadi, kehidupan dan
ajaran Yesus Sang Mesias
(Yahshua
ha
Mashiah)?
Bagaimana
konsep
keesaan
dikorelasikan dengan konsep
ketritunggalan?
Bagaimana
keilahian Yesus dikorelasikan
dengan

pengakuan
bahwa
YHWH adalah Tuhan?
2

Hayim Ha Levy Donin, To Pray As
A Jew, Basic Books, p.144

3|Buletin IJI Vol 3/Maret 2015

Iman Kristen merumuskan
konsep
Ketuhanan
dengan
sebutan Tritunggal atau Trinitas.
Rumusan
dan
istilah
ini
merupakan pengungkapan para

Bapa Gereja saat mereka harus
mempertanggungjawabkan
keimanan mereka terhadap para
filsuf kafir yang menentang
kekristenan.
Abad 2 Ms merupakan
perpindahan titik berat pola
berteologia,
dari
teologia
Palestina yang kontemplatif,
menjadi Teologia Hellenis yang
rasionalistik
dan
metafisik3
Akibatnya, dibutuhkan suatu
penjelasan yang rasional kepada
kaum pagan Yunani, mengenai
realitas Tuhan. Bernhard Lohse
memberikan komentar, “Karena

itu,
sedikitpun
tidak
mengherankan bahwa gereja
terkadang meraba-raba dalam
upayanya
memformulasikan
3

Bernhard Lohse, Pengantar
Sejarah Dogma Kristen , BPK 1994,
hal 51

imannya secara intelrktual dan
konseptual kepada (Tuhan) Bapa,
(Yesus Sang Mesias) dan Roh
Kudus”4. Sejumlah teolog dan
Bapa Gereja (Church Fathers)
yang
telah

lebih
dahulu
menggumuli persoalan relasi
ontologis antara Bapa, Putra dan
Roh Kudus, adalah Yustinus
martyr,
Theophilus
dari
Anthiokhia,
Adamatinus
,
Origenes, Arius, Athanisius,
Agustinus serta Tertulianus.

Dari sekian teolog yang
merumuskan
formula
relasi
intologis antara Bapa, Putra dan
Roh Kudus, adalah tertulianus.

Beliau
merumuskan
dalam
bentuk ungkapan Yunani, “Mono
Ousia Tress Hypostasis” atau
dalam ungkapan Latin, “Una
Substantiae Tress Persona ”, yang
jika diterjemahkan adalah, “Satu
Keberadaan Tiga pribadi.
Para teolog modern, berbeda
pendapat menjelaskan istilah
Pribadi (Yun : Hypostasis, Lat :
Personae), secara berlainan dan
4

Ibid., hal 50

4|Buletin IJI Vol 3/Maret 2015

tanpa penjelasan yang mendalam.

Ada yang menamakan, “cara
berada”, “oknum”, “pribadi 5.
Berangkat
dari
pluralisme
pemahaman yang bertebaran
disekitar istilah Hypostasis atau
Pribadi, maka DR. Budyanto
mengusulkan suatu peninjauan
kembali terhadap penggunaan
istilah
Pribadi
dengan
mengatakan:
“Karena
itu,
menurut hemat penulis, kalau
istilah ini pada akhirnya tidak
dapat
dihindarkan
lagi,
sebaiknya
pengertian
yang
dipakai untuk istilah pribadi
adalah, „suatu keberadaan sadar
diri‟ yang maknanya bisa
menampung
pengertianpengertian
tersebut
(cat:
“pribadi”, “Cara Berada”,
“Tiga
Subyektivitas
dalam
Unitas”, dll)… jika pengertian
„pribadi‟ itu seperti itu, maka
pengertian pribadi yang dipakai
sebagai bukti (ketuhanan) seperti

diatas adalah tidak tepat, sebab
kata pribadi itu justru dipakai
untuk menunjukkan kekhususan
dari sifat masing-masing, bukan
kesamaan sifat”6.

Hampir
semua
teolog
mengakui
bahwa
istilah
“Trinitas/Tritunggal”,
tidak
terdapat secara literal dalam
Kitab Suci. Namun essensi yang
mengarah
pada
pengertian
tersebut memang terpampang
dalam banyak ayat. DR. Andar
Tobing, mengakui kenyataan
tersebut dan mengatakan: “kita
terpaksa memakai istilah Trinitas
itu untuk menolak adjaranadjaran dan pendapat-pendapat
yang salah dan bertentangan
dengan isi Alkitab. Biarpun
istilah itu tidak sempurna …”7.

6

Mempertimbangkan Ulang Ajaran
tentang Trinitas, TPK, 2001, hal 63

5

Ted Peters, God as Trinity,
Westminster, John Knox Press,
1993, p.35

7

DR. Andar Tobing, Apologetika
tentang Trinitas, BPK, 1972, hal 31

5|Buletin IJI Vol 3/Maret 2015

Keesaan dan Sifat Trinitaris
Tuhan Dalam Kitab TaNaKh
(Perjanjian Lama)
Jika kita menggali dari
Kitab Suci, sejak kekal Tuhan
telah bersama Firman dan RohNya. Dalam Kitab Kejadian 1:1-3
dikatakan sbb: “Pada mulanya
Tuhan menciptakan langit dan
bumi. Bumi belum berbentuk dan
kosong; gelap gulita menutupi
samudera raya, dan Roh Tuhan
melayang-layang
di
atas
permukaan air. Berfirmanlah
Tuhan: "Jadilah terang." Lalu
terang itu jadi”. Patut kita akui
ada bahwa dalam diri Tuhan yang
esa ada sifat trinitarian bersama
Firman dan Roh-Nya namun kita
tidak dapat menjumlahkannya
karena sifat trinitarian tersebut
bukanlah
dalam
pengertian
aritmetik (angka) melainkan
metafisik (keagungan).
YHWH, Firman dan RohNya bukanlah tiga melainkan
satu, karena Firman dan Roh
berdiam
bersama
dalam
kekekalan bersama YHWH (Kej

1:1-3, Yoh 1:1). Tidak ada yang
lebih dahulu dari yang lain.
YHWH, Firman dan RohNya bukan tiga melainkan satu,
karena Firman keluar dari hakikat
Bapa (Yoh 8:42) demikianpula
Roh Kudus keluar dari hakikat
Bapa (Yoh 15:26).
YHWH, Firman dan RohNya bukanlah tiga melainkan
satu, karena Firman tidak
diciptakan
melainkan
menyebabkan terciptanya segala
sesuatu (Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol
1:16), demikianpula Roh Kudus
menyebabkan setiap ciptaan
menjadi hidup dan bernafas (Ayb
34:14).
YHWH, Firman dan RohNya bukan pula tiga pribadi
melainkan satu pribadi dengan
tiga karya dan manifestasi kuasa.
Istilah
tiga
pribadi,
mengandaikan ada tiga realitas
Tuhan yang berdiri sendiri dalam
kekekalan dan memiliki pribadi
yang berbeda. Pemahaman ini
akan menimbulkan konsep yang
triteistik
yang
bertentangan

6|Buletin IJI Vol 3/Maret 2015

dengan monoteisme Yudaik (Ul
6:4-5).
Sekalipun dalam sejarah
karya
penyelamatan,
Sang
Firman menjadi manusia bernama
Yesus (Yahshua) dan Roh Kudus
diutus untuk tinggal dalam diri
orang beriman dan baik Yesus
dan Roh Kudus memiliki pribadi
yang khas namun tidak berarti
kita harus menjumlahkan masingmasing pribadi menjadi tiga
pribadi karena secara hakiki
Tuhan hanya memiliki satu
pribadi.
Tidak disangkal bahwa
Bapa
memiliki
kepribadian.
Tidak disangkal Sang Firman
yang menjadi manusia bernama
Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah
berpribadi. Demikianlah Roh
Kudus pun berpribadi. Namun
sebutan 3 pribadi seharusnya
diredefinisi karena istilah tersebut
membuat kita telah berusaha
MENJUMLAHKAN
masingmasing pribadi yang sebenarnya
satu saja yaitu Yahweh, Firman
dan Roh-Nya. Sejak kekal
Yahweh telah bersama Firman

dan Roh-Nya (Kej 1:1). Ada
baiknya kita pahami istilah Ibrani
“Ekhad”, “Yakhid”, “Yakhad”
sbb:
EKHAD: Muncul dalam
TaNaKh sebanyak 960 kali
dengan arti ”tunggal“, ”satusatunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17),
”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel
12:49)
YAKHAD:
Muncul
dalam TaNaKh sebanyak 134
kali. Makna secara literal
”bersama-sama“,
”kesatuan“
(Mik 2:12)
YAKHID:
Muncul
sebanyak 11 kali dalam TaNaKh
dan selalu menunjuk satu secara
aritmetik (Am0s 8:10, Mzm
22:10)
Ketika dikatakan dalam
Ulangan 6:4, ” Yahweh Eloheinu
Yahweh Ekhad“ artinya ” Yahweh
adalah satu-satunya Tuhan dan
tiada yang lain “. Hal ini
ditegaskan dalam Yesaya 45:21
sbb: ” Bukankah Aku, YHWH?
Tidak ada yang lain, tidak ada
Tuhan selain dari pada-Ku! ...“

7|Buletin IJI Vol 3/Maret 2015

Bahkan kata KAMI dalam
Kejadian
1:27
tiada
lain
menunjuk pada Yahweh, Firman
dan Roh-Nya beserta para
malaikat
(sebagai
saksi
penciptaan). Kata ganti jamak
ANAKHNU dalam Kejadian 1:27
bukan bermakna ada 3 pribadi
Tuhan namun ada Tuhan yang
Esa yang menciptakan segala
sesuatu dengan Firman-Nya dan
menghidupkan segala sesuatu
dengan Roh-Nya. Sekalipun
dalam keesaan ada sifat trinitaris
Tuhan namun tidak seharusnya
kita menyebutnya dengan sebutan
3 pribadi.

the form his doctrine assumed in
course of time, which is now
called by his name, and is
accepted by many in the present
day”8 (Sabelianisme merupakan
doktrin keesaan menurut Sabelius
yang pada Abad Ketiga Masehi
menolak bahwa ada Tiga Pribadi
dalam Keilahian dan menyatakan
bahwa hanya ada satu pribadi
dalam tiga fungsi, aspek atau
manisfestasi. Sedikitnya bentuk
doktrin ini diterima dalam
rangkaian
waktu
dan
dihubungkan dengan namanya
serta diterima oleh banyak orang
hingga hari ini)

Apakah
karena
saya
menolak penggunaan “pribadi”
atau “tiga pribadi” maka saya
dapat dikategorikan sebagai
penganut Sabelianisme? Mari kita
lihat definisi Sabelianisme sbb:
“Sabellianism, the doctrine of
one Sabellius, who, in the third
century, denied that there were
three persons in the Godhead,
and maintained that there was
only one person in three
functions,
aspects,
or
manifestations, at least this was

“In
Christianity,
Sabellianism, (also known as
modalism,
modalistic
monarchianism,
or
modal
monarchism) is the nontrinitarian
belief that the Heavenly Father,
Resurrected Son and Holy Spirit
are different modes or aspects of
one God, as perceived by the

8

Sabelianism

http://freefactfinder.com/definition/S
abelianism.html

8|Buletin IJI Vol 3/Maret 2015
believer, rather than three
distinct persons in God Himself”9
(Dalam
Kekristenan,
Sabelianisme
(juga
dikenal
dengan sebutan Modalisme,
Modalistik Monarkhisme atau
Modal Monarkisme) merupakan
kepercayaan non triniytarian yang
menyatakan
bahwa
Bapa
Surgawi, Sang Putra yang bangkit
dari kematian dan Roh Kudus
hanyalah model atau aspek yang
berbeda dari satu Tuhan yang
banyak diterima oleh orang
beriman,
dibandingkan
tiga
pribadi yang terpisah dalam diri
Tuhan)

Jika penolakkan terhadap
istilah Trinitas dan istilah pribadi
dikategorikan
sebagai
Sabelianisme, maka pandangan
teologis yang saya pegang
(penolakkan istilah “pribadi” dan
“tiga pribadi” serta istilah
“tritunggal)
cenderung
Sabelianisme. Namun yang saya
tolak adalah terminologi atau
istilah belaka bukan essensi
Tuhan yang Esa namun bersifat
9

http://en.wikipedia.org/wiki/Sabellia
nism

Trinitaris tersebut. Dan saya tidak
memiliki pemahaman bahwa
Bapa, Anak dan Roh adalah
topeng atau cara berada yang lain
dalam konteks zaman yang
berbeda. Dan saya pun tidak
pernah mengatakan bahwa Bapa
turut menderita di kayu salib
sebagaimana
Anak
(Patripasiamus)
mengalami
penderitaan.
Keesaan Dan Sifat Trinitaris
Tuhan Dalam Kitab Perjanjian
Baru
Dalam sejarah karya
penyelamatan terhadap umat
manusia, Firman YHWH menjadi
manusia (Yoh 1:1,14) bernama
Yesus (Yahshua, Mat 1:21) dan
Roh YHWH diutus untuk tinggal
dalam diri orang yang menerima
Yesus sebagai Mesias dan Anak
Tuhan (Yoh 14:26; 15:26).
Firman yang menjadi manusia
bernama
Yesus
(Yahshua)
disebut dengan Anak Tuhan (Ibr:
Ben Elohim/Yun: Huiou tou
Theou) dan Roh YHWH yang
berdiam dalam diri orang
beriman disebut Roh Kudus atau

9|Buletin IJI Vol 3/Maret 2015

Penghibur (Ibr:
Parakletos).

Melits/Yun:

Yesus
sebagai
perwujudan
Firman yang menjadi manusia
menyebut
YHWH
dengan
sebutan Tuhan (Ibr: Elohim/Yun:
Theos, Yoh 4:24; 14:1) dan Bapa
Sorgawi (Mat 6:9, Yoh 10:30).
Istilah-istilah
tersebut
bertebaran dalam Injil Sinoptik
(Matius, Markus, Lukas) dan
Yohanes serta surat-surat rasuli
(Paul,
Yakobus,
Petrus,
Yohanes). Gereja mengompilasi
(menyusun)
dan
merangkai
istilah-istilah yang bertebaran
tersebut
menjadi
rumusan
doktrinal yang kela disebut
dengan Tritunggal atau Trinitas.
Istilah Tritunggal pada dasarnya
bukan berbicara mengenai jumlah
atau
keberapaan
Tuhan
melainkan hubungan hakiki atau
kebagaimanaan Tuhan.
Saya
mendefiniskan
Tuhan yang Esa yang bersifat
trinitaris tersebut dengan istilah
Keesaan Bapa, Putra Roh
Kudus yang dijabarkan sbb:
Tuhan yang Esa dengan Tiga

Karya Ketuhanan, yaitu Mencipta
langit dan bumi, yang lazim
disebut Bapa. Menebus ciptaan
dari
kutuk
dosa
dan
mengaruniakan kehidupan kekal
yang lazim disebut Sang Putra.
Membimbing, menyertai dengan
sarana Roh-Nya dalam diri orang
beriman, yang lazim disebut Roh
Kudus.
YHWH, Firman YHWH
dan Roh YHWH adalah hakikat
Tuhan (Kej 1:1-3)
Bapa, Putra dan Roh
Kudus adalah predikat/sebutan
bagi Tuhan yang berkarya (Mat
28:19-20)
Mencipta,
Menebus,
Menyertai dalam diri orang
beriman adalah karya Tuhan atas
dunia (1 Kor 8:5-6)
YHWH, adalah nama
Tuhan yang wujud-Nya Roh (Kel
3:15, Yoh 4:24)
Yesus (Yahshua) adalah
nama Sang Firman YHWH yang
menjadi manusia (Yoh 1:1,1,14, 1
Tim 3:16, Kol 1:16)

10 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

Roh Kudus adalah nama
Roh YHWH yang dicurahkan dan
diam dalam diri orang beriman
pada Yesus (Yoh 14:17)
Mengapa dipergunakan
istilah “Keesaan Bapa, Putra, dan
Roh Kudus?” Pertama, istilah
Keesaan adalah istilah yang
firmaniah dan secara literal
tertulis dalam TaNaKh dan Kitab
Perjanjian Baru. Dalam Kitab
Perjanjian Baru, Yesus kembali
mengutip “Shema” (Mrk 12:29).
Berulang kali, dalam suratnya,
Rasul Paul mengungkapkan
sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus
bersamaan dengan kata Esa (1
Tim 1:17, 1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:56, Gal 3:20), demikian pula Rasul
Yohanes menyebutkan mengenai
keesaan (Yoh 5:45) serta rasul
Yudas (Yud 1:25). Secara literal,
istilah
“Keesaan”
adalah
Firmaniah
atau
Skriptural.
Dengan menggunakan istilah
“Keesaan” pada Tuhan, maka
Yudaisme dan Kekristenan tidak
bersebrangan jauh. Jika kita
menyembah Tuhan yang satu
mengapa kita harus berselisih
mengenai istilah Ketuhanan?

Kedua , makna Keesaan
dalam sudut pandang Skriptural
adalah bahwa orang beriman
harus menyembah kepada satusatunya Tuhan yang benar, yaitu
Bapa, Putra dan Roh Kudus serta
bukan kepada Tuhan yang lain.
Hanya Dialah fokus ibadah (Ul
6:13), fokus kasih (Ul 11:1),
fokus doa (Mzm 143:1), fokus
pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata
“Ekhad”,
bukan
bermakna
aritmetis
semata
namun
bermakna metafisik. Tuhan yang
mengatasi ruang dan waktu dan
yang
satu-satunya
berhak
menerima penyembahan.
Ketiga, baik Bapa, Putra
dan Roh Kudus adalah sehakikat,
setara dalam kekekalan. Bapa,
Putra dan Roh Kudus, keluar dari
hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh
15:26). Kata EKHAD muncul
dalam TaNaKh sebanyak 960 kali
dengan arti ”tunggal“, ”satusatunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17),
”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel
12:49). Dalam konteks keesaan
Bapa, Putra dan Roh Kudus maka
dapat dimaknai adanya kesatuan

11 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

yang trinitaris dalam diri Tuhan
yang Esa itu.
Dari semua penjelasan di
atas, Kekristenan (sekalipun
menggunakan istilah Tritunggal
yang dapat menimbulkan bias
pemahaman)
tetap
mempertahankan keesaan Tuhan.
Kekristenan tetap menyembah
YHWH sebagai Tuhan dan Bapa
Surgawi yang Esa di dalam dan
melalui Yesus Sang Mesias dan
melalui penyertaan Roh Kudus,
karena secara hakiki Pra Ada
Yesus adalah Sang Firman Tuhan
yang telah berada bersama Tuhan
dalam kekekalan sebagaimana
Roh Kudus adalah Roh YHWH
yang sejak awal bersama YHWH.
Dua aspek pengakuan terhadap
keilahian Yesus dan Roh Kudus
yang membuat Yudaisme modern
menolak
konsep
Ketuhanan
Kekristenan.
Apapun
pemahaman
Yudaisme
dan
Kekristenan
terhadap Tuhan namun Ulangan
6:4-5
merupakan
panggilan
bersama bagi dua umat Tuhan
untuk hanya mengakui dan

menyembah serta mengasihi
Tuhan yang Esa yang bernama
YHWH (Yahweh). Yudaisme
tidak membutuhkan Yesus dan
Roh Kudus untuk datang pada
YHWH sementara Kekristenan
meyakini bahwa YHWH telah
menyatakan diri-Nya melalui
Firman-Nya
yang
menjadi
manusia Yesus serta mengutus
Roh Kudus-Nya untuk tinggal
dalam diri orang beriman,
sehingga pemahaman ini mutlak
bagi Kekristenan sebagai bagian
dari keimanan dalam Ketuhanan.
Apa Arti Mengasihi YHWH
Dengan Segenap Hati, Jiwa,
Kekuatan?
Kita tidak diminta hanya
mengakui bahwa ada satu Tuhan
bernama YHWH dan satu Mesias
dan Juruslamat bernama Yesus
serta satu Penghibur yaitu Roh
Kudus.
Pengakuan
bahwa
YHWH adalah Esa hanya akan
berhenti dalam ranah abstrak dan
logika jika tidak dilanjutkan
dengan “mengasihi”. Tuhan
adalah
Kasih
sebagaimana
dikatakan dalam 1 Yohanes 4:8

12 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

sbb: “sebab Tuhan adalah kasih
(Yun: ho theos agape estin). Kita
diperintahkan untuk mengasihi
secara totalitas baik hati, jiwa,
pikiran dan kekuatan kita.
Esensi Kasih
Kata Ibrani AHAV ( )
terdiri dari huruf “Alef”, “Heh”
dan
“Bet”.
Huruf
“Alef”
merupakan huruf pertama dalam
abjad Ibrani. Huruf “Alef”
melambangkan
“keutamaan”,
“Sumber segala sesuatu”, “Yang
permulaan”. Kemudian huruf
“Heh”
melambangkan
“kehidupan”, “dinamika”. Kata
“Hayah”
bermakna
“ada”,
“menjadi”.
Huruf
“Heh”
merupakan bagian dari nama
YHWH. Adapun huruf “Bet”
merupakan lambang “penciptaan”
karena kalimat pertama dalam
Kejadian 1:1 berbunyi “Beresyit
bara
Elohim…”.
Kajian
piktografis atas kata “Ahav”
memberikan pemahaman pada
kita
bahwa
kata
“Ahav”
merefleksikan
karakter,
kepribadian, pikiran dari Tuhan
Pencipta yang bernama YHWH,

karena Dialah sumber segala
sesuatu,
Dialah
kehidupan,
Dialah pula yang menciptakan.
Dalam Kitab Perjanjian
Baru, yang merekam tindakan
YHWH yang berkarya melalui
Sang Firman yang menjadi
manusia yaitu Yahshua ha
Mashiah (Yesus Sang Mesias),
kata “Ahav” ditonjolkan bukan
sebatas karakter, kepribadian dan
pikiran
YHWH
melainkan
keseluruhan tindakan YHWH
atas dunia dan manusia, dalam
hal menebus ciptaan dari kutuk
dosa
yang berujung pada
rusaknya Rupa dan Gambar diriNya dalam keberadaan manusia
serta kefanaan atau maut yang
mengakhiri hidup manusia.
“Saudara-saudaraku yang
kekasih, marilah kita saling
mengasihi, sebab kasih itu
berasal dari Tuhan; dan setiap
orang yang mengasihi, lahir dari
Tuhan dan mengenal Tuhan.
Barangsiapa tidak mengasihi, ia
tidak mengenal Tuhan, sebab
Tuhan adalah kasih (ho theos
agape estin). Dalam hal inilah

13 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5
kasih
Tuhan
dinyatakan
(hepanerote) di tengah-tengah
kita, yaitu bahwa Tuhan telah
mengutus Anak-Nya yang tunggal
ke dalam dunia, supaya kita
hidup oleh-Nya ” (1 Yoh 4:7-9).

Pola
pikir
Yunani
cenderung membagi-bagi sesuatu
hal menjadi bagian yang kecil.
Kata “Kasih” dalam bahasa
Yunani dipilah menjadi beberapa
bagian yaitu: AGAPAO, PHILEO,
EROS. Kata “Agape” diartikan
sebagai bentuk “kasih yang sejati
dan berkorban”. Kata “Phileo”
dimaknai
sebagai
“kasih
persahabatan”. Sementara kata
“Eros”, bermakna “kasih yang
bersifat
ungkapan
seksual”,
“gairah”, “birahi”. Karakter,
kepribadian, pikiran dan tindakan
nyata Tuhan yang mengasihi
manusia diterjemahkan oleh para
penyalin Kitab Perjanjian Baru
berbahasa Yunani, dengan kata
AGAPAO
(agapaw)
yang
merefleksikan kasih Tuhan yang
sempurna.

Karakteristik Kasih
Kita
telah
mendapat
penjelasan bahwa kata Ibrani
AHAV
dan
kata
Yunani
AGAPAO
yang
dilekatkan
terhadap diri YHWH, Tuhan
Pencipta dan manusia, menjadi
sebuah
kata
yang
yang
merefleksikan relasi timbal balik
dan dinamis serta komunikatif
antara YHWH dan umat-Nya
demikian
sebaliknya.
Persoalannya, bagaimanakah kita
memahami kualitas kasih YHWH
dalam kehidupan sehari-hari?
Dengan kata lain, apakah makna
kasih YHWH sebatas dipahami
sebagai
tindakan
YHWH
mengutus
Putra-Nya
untuk
melepaskan umat manusia dari
kutuk dosa yang berujung maut?
Apakah kasih dimaknai sebagai
tindakan pasif terhadap orang
yang berlaku sewenang-wenang
atas diri kita?
Baik TaNaKh maupun
Kitab Perjanjian Baru, selalu
menghubungkan
kalimat
mengasihi
YHWH,
sebagai
sebuah
tindakan
yang

14 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

diejawantahkan dalam suatu
tindakan ketaatan melakukan
perintah-perintah-Nya
sebagaimana dikatakan:
"Haruslah
engkau
mengasihi YHWH Tuhanmu, dan
melakukan
dengan
setia
kewajibanmu
terhadap
Dia
dengan senantiasa berpegang
pada
segala
ketetapan-Nya,
peraturan-Nya dan perintahNya ” (Ul 11:1).
“Janganlah
engkau
menuntut balas, dan janganlah
menaruh
dendam
terhadap
orang-orang
sebangsamu,
melainkan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri;
Akulah YHWH” (Im 19:18).
“Hai orang-orang yang
mengasihi
YHWH,
bencilah
kejahatan! Dia, yang memelihara
nyawa
orang-orang
yang
dikasihi-Nya, akan melepaskan
mereka dari tangan orang-orang
fasik” (Mzm 97:10)
Dari kutipan ayat-ayat di
atas, karakteristik kasih YHWH
terejawantah dalam kepatuhan

umat-Nya dalam melakukan
segala
perintah-perintah-Nya
dalam firman-Nya. Dengan kata
lain, kasih YHWH harus
diejawantahkan berbanding lurus
dengan perbuatan mulia dari
umat-umat-Nya. Jika seseorang
mengklaim mengasihi YHWH
namun tidak mengasihi sesama,
tidak membenci kejahatan dan
ketidakadilan serta tidak pernah
melakukan
perintah-perintahNya,
sesungguhnya
mereka
belum tinggal dalam kasih
YHWH.
Kualitas
dan
karakteristik kasih yang dimiliki
orang tersebut belum mencapai
tahapan AHAVA atau AGAPAO.
Kuasa Kasih
Kebanyakan orang yang
tidak mengenal YHWH dan Sang
Mesias
serta
Torah-Nya,
menganggap kata kasih sebagai
bentuk kelemahan, pasif dan
fatalistik.
Namun
Kitab
Perjanjian Baru memberikan
gambaran kuat bahwa kasih
memiliki kekuatan dan kuasa.
Mari kita perhatikan beberapa
ayat berikut:

15 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

“Tetapi yang terutama:
kasihilah
sungguh-sungguh
seorang akan yang lain, sebab
kasih menutupi banyak sekali
dosa ” (1 Ptr 4:8).
“Di dalam kasih tidak ada
ketakutan: kasih yang sempurna
melenyapkan ketakutan; sebab
ketakutan mengandung hukuman
dan barangsiapa takut, ia tidak
sempurna di dalam kasih ” (1 Yoh
4:18).
Kasih
berkuasa
mengampuni dosa seseorang.
Kasih
berkuasa
mengatasi
ketakutan dalam diri kita. Kasih
sejati yang memiliki kuasa
sebagaimana di atas merupakan
jenis kasih yang dinamakan
AHAV atau AGAPAO yang
bersumber dalam diri YHWH di
dalam Yahshua Sang Mesias. Jika
kita tinggal dalam kasih-Nya,
maka kita tetap berada di dalam
Dia sebagaimana dikatakan:
“Kita telah mengenal dan telah
percaya akan kasih Tuhan
kepada kita. Tuhan adalah kasih,
dan barangsiapa tetap berada di
dalam kasih, ia tetap berada di

dalam Tuhan dan Tuhan di dalam
dia ” (1 Yoh 4:16).

Bukti bahwa Kasih adalah
suatu kekuatan tidak terbatas
yang berdaya kuasa mengalahkan
berbagai
kejahatan
dan
kelemahan,
nampak
dalam
peristiwa penyaliban Yesus.
Ketika menjelang ajal, Dia tetap
konsisten menyampaikan katakata
pengampunan
sebagai
refleksi kasih kepada musuhmusuh-Nya dengan berkata,
“Bapa,
ampunilah
mereka,
karena mereka tidak tahu apa
yang mereka lakukan!”. Dalam
kesakitan, dalam penderitaan,
dalam ajal yang menjelang,
Yesus Sang Mesias tetap
mengeluarkan
kata-kata
pengampunan. Bukankah kasih
sejati mengalahkan rasa sakit
secara fisik? Bukankah kasih
mengalahkan dendam dan sakit
hati akibat penyiksaan? Inilah
kuasa dan kekuatan kasih sehati.

16 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

Kepada
Dalam

Shema dalam ambang pintu
rumahnya yang disebut Mezuzah.

Ulangan
6:6-9
mengatakan sbb: “Apa yang
kuperintahkan kepadamu pada
hari
ini
haruslah
engkau
perhatikan, haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang
kepada
anak-anakmu
dan
membicarakannya
apabila
engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam
perjalanan,
apabila
engkau
berbaring dan apabila engkau
bangun. Haruslah juga engkau
mengikatkannya sebagai tanda
pada tanganmu dan haruslah itu
menjadi lambang di dahimu, dan
haruslah engkau menuliskannya
pada tiang pintu rumahmu dan
pada pintu gerbangmu”. Orang
Yahudi yang menganut Yudaisme
memaknai ayat-ayat tersebut
secara
harafiah
dengan
mengikatkan kotak kecil dalam
dahi
kepalanya
dan
mengikatkannya dalam kedua
tangannya yang disebut dengan
Tefilin. Dan tiap-tiap keluarga
Yahudi yang saleh menyematkan

Ayat di atas merupakan
perintah agar kita sebagai orang
yang beriman kepada YHWH dan
juga kepada Yesus Sang Mesias
serta Roh Kudus, mentransferkan
keimanan kita kepada anak-anak
kita. Setiap momentum adalah
kesempatan untuk mengajarkan
perihal Tuhan dan kehendak-Nya.
Ketika kita sedang bertamasya
dan menikmati keindahan alam,
ketika kita sedang melihat
peristiwa
kecelakaan
yang
memilukan, ketika kita sedang
mengalami
kehidupan
yang
kurang
baik,
ketika
kita

Bagaimana
Iman
Tuhan
Dipelihara
Keluarga?

17 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

merasakan kebahagiaan dalam
hidup, ketika kita sedang
bepergian,
semua
memiliki
peluang sebagai pelajaran hidup
perihal Tuhan dan kehendaknya.
Ketika
kita
sedang
berkekurangan,
kita
belajar
mengenai sikap bersyukur dan
berserah pada Tuhan dan jangan
menyerah pada keadaan serta
mencari jalan pintas. Ketika kita
melihat keindahan alam, kita
belajar mengenai kekuasaan
Tuhan
atas
semesta
dan
kehidupan kita.

Tuhan
menginginkan
umat-Nya mengenal apa yang
mereka percayai. Dan apa yang
dipercayai harus dipahami oleh
keturunannya sebagaimana Dia
katakan dalam Ulamngan 6:20-21
sbb: “Apabila di kemudian hari
anakmu bertanya kepadamu:
Apakah peringatan, ketetapan

dan
peraturan
itu,
yang
diperintahkan kepadamu oleh
YHWH Tuhan kita? maka
haruslah
engkau
menjawab
anakmu itu: Kita dahulu adalah
budak Firaun di Mesir, tetapi
YHWH membawa kita keluar dari
Mesir dengan tangan yang kuat ”

Demikian pula ditegaskan
kembali dalam Keluaran 12:2627 sbb: “Dan apabila anakanakmu
berkata
kepadamu:
Apakah artinya ibadahmu ini?
maka haruslah kamu berkata:
Itulah korban Paskah bagi
YHWH yang melewati rumahrumah orang Israel di Mesir,
ketika Ia menulahi orang Mesir,

18 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5
tetapi menyelamatkan rumahrumah kita." Lalu berlututlah
bangsa
itu
dan
sujud
menyembah”

Kondisi Eropa Abad XXI
memberikan
kesaksian
“osteoporosis”
(pengeroposan)
iman Kristen terjadi di benua
Kristen ini. Prof. DR. J.A.B.
Jongenel,
pakar
Missiologi
Utrecht
Universiteit,
dalam
diskusi di depan pendeta-pendeta
Jakarta di kantor PGI pada
tanggal 11 September 1995
mengatakan sbb: “Eropah kini
menjadi semakin sekuler dan
negara yang paling sekuler
adalah
negeri
Belanda...penduduk Amsterdam,
Ibukota Nederland yang 200
tahun lalu hampir seluruhnya
beragama
Kristen
(99%)
sekarang tinggal 10% saja yang
dibaptis
dan
ke
gereja,
kebanyakan mereka tidak terikat
lagi dalam agama atau sudah
menjadi sekuler ”10
10

Sekularisasi, Ancaman Bagi
Semua Agama , Berita Oikumene,
September 1995

Studi yang dilakukan di
Inggris
(United
Kingdom
Christian
Handbook,
1998/1990)
menghasilkan
statistik bahwa di antara orangorang dewasa, 11% menjadi
pengunjung gereja secara teratur,
15% adalah anggota gereja, 62%
melihat siaran TV Kristen
sedikitnya sekali sebulan, 65%
Kristen nominal, 69% percaya
bahwa agama dapat memberikan
standar hidup masyarakat dan
73% kecewa melihat bahwa
standar moral sudah merosot”11
Bagaimana
dengan
Indonesia? Kondisi di Indonesia
tentu saja belum separah di Eropa
dan Amerika namun tantangan di
Indonesia adalah perpindahan
agama dari Kristen ke Islam yang
terus menerus terjadi secara
sistematis (sekalipun terjadi
perpindahan dari Islam ke Kristen
yang cukup menggembirakan)
mengintai anak-anak mudah

11

Ir. Herlianto,MTh., Gereja
Modern: Mau Kemana?, Bandung:
YABINA, 1995

19 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

Kristiani yang tidak terdidik
dalam pokok iman dan ibadah.
Oleh karenanya orang tua
Kristiani harus memahami apa
yang diimaninya. Keimanan atau
kepercayaan kepada Tuhan bukan
sekedar hafalan terhadap ayatayat dalam rumusan logis dan
abstrak belaka namun berlanjut
dalam hubungan yang pribadi dan
dinamis
dengan
Tuhan.
Hubungan yang dinamis dan
bersifat pribadi inilah yang
disebut mengasihi dan mengenal
Tuhan. Keimanan yang telah kita
miliki dan menjadi kekuatan
dalam
hidup
kita,
harus
ditransformasikan (dipindahkan)
kepada anak-anak kita sehingga
merekapun mewarisi iman yang
sama dan mengalami kuasa
Tuhan yang sama.

20 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan
dengan maksud dan tujuan sbb:
1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai
akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalam
Pokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan
Tata Peribadatan
(Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah)
2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar
Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi
3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci
dengan pola pikir Ibrani
4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya
terhadap Kekristenan masa kini
5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal
dengan kebudayaan Semitik
6. Memperkokoh Teologi Judeochristianity

21 | B u l e t i n I J I V o l 3 / M a r e t 2 0 1 5

7. Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual
bangsa dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya
Sebelumnya organisasi ini bernama Forum Studi Mesianika (FSM).
Berdasarkan rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012
lalu, maka Forum Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI).
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) bekerjasama dan berafiliasi
dengan Hebraic Root Teaching Institute (HRTI) yang berdomisili di Afrika
Selatan dengan pimpinan Prof. Liebenberg.

Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya
adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan
pembelajaran anggota IJI.

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI)

Email: [email protected]
Website: www.messianic-indonesia.com (www.hrti.co.za)
Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute)
Donasi dan Informasi: 081327274269

Dokumen yang terkait

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18