Krisis Demokrasi Akibat Globalisasi di I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari,
globalisasi memiliki impact bagi semua bidang dari sosial, ekonomi
hingga politik. Dalam bidang politik sendiri, globalisasi tentunya memiliki
dampak yang cukup besar terutama bagi negara-negara demokrasi. Konsep
globalisasi yang neo-liberal tentunya kurang relevan bagi negara-neara
demokrasi. Demokrasi yang digadang-gadang merupakan konsep terbaik
bagi semua organisasi kini telah banyak di klaim oleh banyak negara
artinya kini banyak negara yang mengakui bahwa dirinya merupakan
negara demokrasi. Walaupun negara-negara tersebut hanya sekedar
melaksanakan standar minimal sebagai negara demokrasi yaitu melakukan
pemilihan umum dan melakukan pergantian pemimpin secara berkala.
Di era serba global ini, isu mengenai demokrasi menjadi sangat
krusial untuk diperbincangkan karena beberapa alasan. Alasan yang
pertama yaitu pergeseran kekuasaan mendorong pentingnya melakukan
redefinisi atas peran negara. Jika entitas negara menjadi “ruang politik”
demokrasi, maka transformasi politik akibat globalisasi pastinya
mendorong


pentingnya

diakibatkan

oleh

diskusi

mengenai

globalisasi. Alasan

krisis

selanjutnya

demokrasi
adalah,


yang
dengan

menguatnya tatanan neoliberal yang menciptakan kemiskinan dan
ketimpangan dalam skala luas. Jika kondisi sosio-ekonomi merupakan
variabel atau faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika membahas
demokrasi, maka neoliberal tentunya berkontribusi dalam hal ini.
Indonesia yang memproklamirkan diri sebagai negara demokrasi
tentunya mendapat imbas dari globalisasi yang kini sedang terjadi.
Ditambah lagi Indonesia yang merupakan negara dunia ketiga tentunya
mendapat banyak imbas yang cenderung lebih banyak yang negatif

Yossina Putri H.S.

Page 1

daripada yang positif dikarenakan adanya dunia ketiga. Di bidang sosioekonomi Indonesia telah menerima banyak dampak dari adanya globalisasi
ini. Sedangkan di bidang politik Indonesia juga tidak lepas dari adanya
demokrasi. Kemunduran demokrasi atau dapat dikatakan krisis demokrasi
di Indonesia apabila ditelusuri memang lebih banyak dipengaruhi oleh

adanya globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu, krisis demokrasi yang
diakibatkan oleh globalisasi penting untuk dikaji lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana globalisasi dapat mempengaruhi sistem demokrasi
sehingga dapat menyebabkan krisis demokrasi di Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
pelaksanaan tugas mata kuliah Teori Sosial dan Politik dengan topik
mengenai sosial dan politik. Berdasarkan topik tersebut saya mengambil
judul “Krisis Demokrasi Akibat Globalisasi di Indonesia”.
Melalui paper ini, kami mencoba untuk memberikan pengetahuan
mengenai “Demokrasi di Indonesia”. Selain, tujuan dari penulisan
makalah ini untuk memberikan pengetahuan tentang globalisasi yang
dapat mempengaruhi sistem demokrasi sehingga dapat menyebabkan
krisis demokrasi di Indonesia.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Demokrasi


Yossina Putri H.S.

Page 2

Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari 2 kata bahasa Yunani,
yaitu demos yang artinya rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein
atau cratos yang artinya kekuasaan atau kedaulatan, maka demokrasi dapat
diartikan suatu sistem pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat.
Pengertian Demokrasi secara terminologi adalah sebagai berikut:
1. Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan
untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat
(Joseph A. Schmeter)
2. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung maupun tidak langsung
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas
dari rakyat dewasa (Sidney Hook)
3. Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah

publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung
melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil mereka yang
telah terpilih (Philippe C. Schmitter)
4. Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas
oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
politik (Henry B. Mayo)
Terdapat 3 faktor yang menjadi tolok ukur umum dari suatu pemerintahan
yang demokratis, tolok ukur tersebut antara lain:
1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
Pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat
pengakuan dan dukungan mayoritas dari rakyat melalui mekanisme
demokrasi, pemilihan umum.
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
Suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat
bukan atas nama rakyat, bukan atas dorongan pribadi elite negara atau
elite birokrasi.


Yossina Putri H.S.

Page 3

3. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus
dijalankan untuk kepentingan rakyat.
B. Pengertian Globalisasi
Ada 3 pandangan kelompok yang berbeda mengenai globalisasi
yaitu kelompok hiperglobalis, transformasionalis dan skeptis. Menurut
kelompok hiperglobalis, globalisasi merupakan sejarah baru kehidupan
besar manusia dimana negara tradisional telah menjadi tidak lagi relevan,
apalagi menjadi tidak mungkin menjadi unit-unit bisnis dalam sebuah
ekonomi global. Kelompok ini juga berpendapat bahwa globalisasi
ekonomi tengah membangun bentuk-bentuk baru organisasi sosial yang
tengah menggantikan atau yang akhirnya akan menggantikan negara
bangsa sebagai lembaga ekonomi utama dan unit politik masyarakat yang
ada di seluruh dunia.
Kelompok selanjutnya yaitu kelompok skeptis. Kelompok skeptis
mengungkapkan bahwa globalisasi yang diungkapkan oleh kaum

hiperglobalis terlalu berlebihan. Mereka beranggapan bahwa ekonomi
akan lebih didominasi ‘regionalisasi’ dan pertumbuhan ekonomi yang
terjadi di dunia dapat memarginalkan negara-negara dunia ketiga karena
predagangan dan investasi hanya mengalir di negara-negara kaya.
Kelompok ketiga yang memberikan pendapatnya tentang
globalisasi

adalah

kelompok

tarnsformasionalis.

Kelompok

ini

berpendapat bahwa globalisasi dapat memberikan perubahan di bidang
sosial, ekonomi dan politik yang tengah menentukan kembali masyarakat
modern dan tatanan dunia (world order) yang berakibat pada tidak ada

kejelasan mengenai antara internasional dan domestik serta hubungan
internal dan eksternal. Hal ini berarti, kelompok transformasionalis
mengartikan globalisasi menyebabkan dunia tanpa adanya batas negara
lagi.

Yossina Putri H.S.

Page 4

BAB III
PEMBAHASAN

Globalisasi dapat diartikan sebagai neoliberalisme ekonomi yang telah
menciptakan kondisi untuk kritik sosial yang dikarenakan tuntutan kebebasan dan
demokrasi, partisipasi masyarakat umum yang dipengaruhi oleh perubahanperubahan yang dikarenakan adanya globalisasi. Jadi dapat diartikan bahwa
globalisasi ini membatasi kebebasan masyarakat tertentu dan semakin
memperbesar kebebasan masyarakat lainnya. Globalisasi tentunya tidak lepas dari
sektor ekonomi, dalam sektor ekonomi yang memiliki lebih banyak materi
tentunya menjadi pihak yang berkuasa dan yang materinya lebih sedikit akan
menjadi pihak yang menguasai. Hal ini juga sama terjadi di bidang politik, yang

memiliki banyak materi dapat menajdi pihak yang menguasai sedangkan yang
memiliki materi lebih sedikit hanya menjadi pihak yang dikuasai karena
bagaimanapun di bidang politik hanya memngenai kekuasaan yaitu bagaimana
cara untuk menguasai sesuatu. Jadi globalisasi dapat ditandai dengan menguatnya
beberapa pihak tertentu dan melemahnya pihak yang lainnya.

Yossina Putri H.S.

Page 5

Selain dampak negatif, globalisasi juga memberikan dampak positif bagi
demokrasi. Globalisasi informasi yang telah terjadi mendorong berbagai negara
untuk menjadi negara demokrasi, jadi globalisasi membantu menyebarkan
gagasan-gagasan atau nilai-nilai tentang demokrasi. Hal ini terbukti dengan
banyaknya negara yang memproklamirkan diri sebagai negara demokrasi. Selain
itu,

globalisasi

informasi


demokrasi

ini

mendorong

kekuatan-kekuatan

nonpemerintah yang terlibat aktif dalam mendorong demokrasi politik.
Konferensi dan seminar antar gerakan demokrasi seluruh dunia telah banyak
dilakukan dan telah menjadi inspirasi bagi negara-negara otoriter, misalnya
Gerakan Pink Tide di Amerika Latin yang mengilhami dan mendorong Venezuela
dan Kolombia untuk melawan neoliberalisme.1
1

Budi Winarno, 2014. Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS, hal. 132

Negara demokrasi membutuhkan pendalaman demokrasi itu sendiri, inilah


pendapat dari Anthony Giddens yang berarti bahwa suatu masyarakat yang
mengaku dirinya merupakan negara demokratis haruslah memahami makna
demokrasi itu sendiri jadi tidak ada kesalahan yang terjadi di sistem negara
tersebut. Di era serba globalisasi ini tentunya sangat mudah mendapatkan
informasi tentang apa yang dimaksud dengan globalisasi yang sebenarnya apalagi
ditambah dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Yang coba saya tekankan
disini adalah bahwa pemerintah maupun rakyat dapat memperoleh informasi yang
sama. Hal ini mengindikasikan dengan adanya kesetaraan, kesetaraan sendiri
merupakan salah satu konsep dari demokrasi. Dengan kata lain, globalisasi juga
dapat menimbulkan adanya demokrasi.
Dampak positif globalisasi yang positif sendiri juga dirasakan oleh
Indonesia, dengan adanya globalisasi Indonesia menjadi lebih demokratis.
Tentunya masih cukup hangat di ingatan tentang peristiwa tahun 1999 dimana
pemilihan umum diadakan pertama kali setelah masa otoriter Orde Baru. Pada
saat itu terjadi perubahan struktur politik secara substansial, pemilihan umum
setelah lebih dari 30 tahun masa Orde Baru dimana partai politik dibatasi.
Amandemen yang dilakukan sebagai akibat dari tuntutan demonstrasi pada saat
itu menciptakan sistem pemilihan presiden secara langsung sehingga presiden

Yossina Putri H.S.

Page 6

bertanggung jawab kepada rakyat. Maka dapat disimpulkan globalisasi yang
mengakibatkan krisis moneter justru dapat membawa Indonesia ke negara yang
lebih demokratis.
Indonesia kini juga sedang mengalami demokrasi, berdasarkan pengertian
globalisasi yang diungkapkan ketiga kelompok yang telah dijelaskan di bab II
saya mencoba membandingkan dengan realita yang kini terjadi di Indonesia
karena pada dasarnya pengertian yang diungkapkan ketiga kelompok yang
memiliki sudut pandang berbeda tersebut benar adanya. Kelompok pertama yaitu
hiperglobalis menyebutkan bahwa dalam globalisasi ini pemerintah tidak lebih
dari sekedar transmissions belts. Masyarakat Ekonomi ASEAN yang Indonesia
menjadi salah satu negara anggotanya tentunya akan terjadi perdagangan bebas
sehingga masyarakat negara satu dapat berbisnis dengan masyarakat negara lain
dengan mudah, dalam hal ini tentunya peran pemerintah sangatlah kecil dalam
prosesnya.
Pendapat kelompok yang selanjutnya yaitu kelompok skeptis. Kelompok
skeptis berpendapat bahwa globalisasi berdampak pada pertumbuhan ekonomi
yang memarginalkan negara-negara dunia ketiga. Hal ini terlihat dari Indonesia
yang menjadi sasaran empuk bagi para investor asing untuk menanamkan modal
dan mengembangkan bisnis mereka ke Indonesia dikarenakan kekayaan sumber
daya alam (SDA) di Indonesia dan pola masyarakat Indonesia yang sangat
konsumtif.
Kelompok yang terakhir yaitu kelompok transformasionalis. Kelompok
transformasionalis berpendapat bahwa globalisasi dapat memberikan perubahan di
bidang sosial, ekonomi dan politik yang tengah menentukan kembali masyarakat
modern dan tatanan dunia (world order) yang berakibat pada tidak ada kejelasan
mengenai antara internasional dan domestik serta hubungan internal dan eksternal.
Hal

ini

berarti,

kelompok

transformasionalis

mengartikan

globalisasi

menyebabkan dunia tanpa adanya batas negara lagi. Telah diketahui bahwa
Indonesia-Tiongkok kini mencoba membangun kembali hubungan yang dahulu

Yossina Putri H.S.

Page 7

sempat terputus. Salah satu cara yang akan digunakan pemerintah adalah
penggunaan free visa untuk masyarakat Indonesia dan Tiongkok. Hal ini juga
menunjukkan bahwa tidak ada lagi batas negara yang diterapkan jika kebijakan ini
benar diterapkan.
Terdapat 2 perbedaan pendapat tentang dampak globalisasi bagi
demokrasi, pendapat pertama menyebutkan bahwa globalisasi dapat mengancam
demokrasi sedangkan pendapat lainnya menyebutkan bahwa globalisasi dapat
mengembangkan demokrasi. Globalisasi akan dianggap pendorong atau
penghambat demokrasi tergantung pada apakah globalisasi mendorong terciptanya
otonomi dan kesetaraan yang lebih luas diantara Individu atau masyarakat. 2
Globalisasi akan dianggap sebagai pendorong demokrasi jika dapat
Budi Winarno, 2014. Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS, hal. 127.

memperluas kesetaraan dan otonomi sedangkan jika hanya menghambat adanya
kesetaraan dan otonomi maka globalisasi dianggap sebagai ancaman bagi
demokrasi karena bagaimanapun otonomi dan kesetaraan merupakan salah satu
kriteria utama dalam demokrasi.
Globalisasi dapat mengancam demokrasi apabila perusahaan-perusahaan
multinasional mempresentasikan dirinya menjadi kekuatan ekonomi dan politik.
Perusahaan-perusahaan inilah yang berkuasa dan melakukan pembajakan yang
tengah berlangsung. Kekuatan politik memang sudah biasa bekerja sama dengan
kekuatan ekonomi karena semakin besar kekuatan ekonomi semakin besar
pemain-pemain yang dominan dan semakin terkonsentrasi kekuatan-kekuatan
politik ditangan korporasi-korporasi besar. Semakin besar kekuatan politik
korporasi dan pihak-pihak yang bersekutu maka semakin lemah kekuatan politik
rakyat dan semakin lunturlah makna demokrasi. 3 Menurut Robert Dahl,
ketimpangan sumber daya sosial dan ekonomi memang cenderung menyebabkan
terjadinya pelanggaran terhadap persamaan politik sehingga tidak sesuai dengan
konsep demokrasi yang menjunjung kesetaraan.
Globalisasi menyebabkan menguatnya kekuasan ekonomi maupun politik
untuk segelintir orang. Perusahaan multinasional dan transnasional yang semakin

Yossina Putri H.S.
3

Page 8

Puji Rianto, 2004. Globalisasi, Liberalisasi Ekonomi dan Krisis Demokrasi. Jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, hal. 174

menguat bukan hanya mempengaruhi pemerintah namun juga mempengaruhi
lembaga-lembaga multilateral seperti IMF, World Bank dan WTO. Seperti yang
kita tahu bahwa lembaga multilateral tersebut merupakan ‘aktor penguasa’ yang
mempresentasikan diri yang memiliki kekuasaan melebihi negara bangsa dan
masyarakat dunia. Indonesia yang hanya merupakan dunia ketiga tentunya tidak
akan lepas dari dikte yang dilakukan oleh lembaga-lembaga multilateral tersebut,
lembaga-lembaga multilateral tersebut tentunya sangat mempengaruhi keadaan
politik dan kebijakan di Indonesia. Salah satu kebijakan yang merupakan salah
satu dikte dari World Bank atau Bank Dunia adalah kebijakan privatisasi air yang
pada Februari 2015 yang lalu dibatalkan bersamaan dengan berakhirnya perjanjian
pengembalian hutang kepada World Bank selama 15 tahun.
Krisis moneter yang berdampak pada krisis ekonomi di Indonesia pada
tahun 1997 tentunya tidak dapat dilupakan. Pada saat itu kemiskinan di Indonesia
meningkat sangat tajam, menurut BPS kemiskinan pada bulan Juni 1998
mencapai 39% sedangkan UNDP/ILO kemiskinan di Indonesia dari 11%
meningkat hingga 48%.4 Dalam menyelesaikan permasalahan ini, pemerintah
mendatangkan IMF namun yang terjadi adalah untuk mendapatkan bantuan
pemerintah diharuskan menandatangani Lol yang berisi program-program
liberalisasi, dereulasi dan privatisasi. Setelah ditanda tangani, kemiskinan di
Indonesia justru semakin memburuk. Keterpurukan ini berlanjut pada neoliberal
bawaan dari masa pasca reformasi yang semakin marak di Indonesia, hal ini
berpuncak pada saat pemerintahan SBY-JK. Masa-masa kampanye yang semakin
tinggi biayanya mengakibatkan banyak pemimpin politik yang diusung oleh
perusahaan-perusahaan besar melalui pembiayaan kampanye sehingga ketika
mereka memegang tampuk pemerintahan agenda korporasi yang menjadi prioritas
dan bukannya masyarakat. Krisi keuangan global yang terjadi pada tahun 1997
dapat disimpulkan menimbulkan dua dampak bagi Indonesia yaitu menjadikan
Indonesia menjadi negara yang lebih demokrasi namun disisi lain juga
menciptakan tatanan neoliberal yang semakin kuat yang dapat berdampak pada
berkurangnya kualitas demokrasi.

Yossina Putri H.S.

Page 9

Globalisasi juga dapat mengancam tujuan dan cara terpenting dalam
pembangunan, menurut Sen perluasan kemerdekaan yang merupakan tujuan dan
cara terpenting dalam pembangunan tersebut biasa disebut sebagai ‘peran
konstitutif’ dan ‘peran instrumental’. Peran konstitutif yang dimaksud disini
secara substansial dapat diartikan sebagai kemerdekaan yang sesungguhnya,
kemerdekaan sesungguhnya dapat berupa mencegah pengurangan hak-hak dasar
seperti kelaparan, kekurangan gizi dan kematian usia dini, pendidikan, kesetaraan
dalam bidang politik, kebebasan berbicara dan lain sebagainya. Dengan adanya
globalisasi tentunya hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu saja dan
merugikan pihak yang lainnya, secara otomatis akan terjadi ketimpangan sehingga
pihak yang berbeda ini akan memiliki hak dasar yang berbeda. Pihak yang
memiliki kendali dalam globalisasi dapat memiliki hak dasar yang lebih banyak
sedangkan pihak lainnya hak dasar mereka dapat dirampas oleh pihak yang
memiliki kendali tersebut. Kemerdekaan-kemerdekaan instrumental mengandung
lima pokok yaitu kemerdekaan politik, kemudahan-kemudahan ekonomi, peluangpeluang sosial, jaminan-jaminan keterbukaan dan perlindungan keamanan.
Dengan adanya globalisasi telah dijelaskan diatas tentunya akan mengurangi
kemudahan dalam ekonomi, ekonomi yang dikuasai beberapa pihak tentunya
hanya akan mengakibatkan kesulitan bagi masyarakat. Hal ini terjadi ketika ada
privatisasi, contohnya adalah privatisasi air yang ada di Klaten yang menyebabkan
kerusakan lingkungan dan kelangkaan air bagi masyarakat Klaten dan sekitarnya.
Selain itu, masyarakat yang seharusnya dapat menikmati air yang berada di
lingkungan tempat tinggalnya dengan bebas kini harus membayar dengan harga
tinggi demi mendapatkan air tersebut padahal seperti yang kita ketahui air adalah
kebutuhan dasar manusia. Hal ini berdampak pada ekonomi masyaakat tersebut,
jika mereka harus menghabiskan uang mereka hanya untuk membeli air maka
mereka tidak akan dapat mengembangkan status ekonomi mereka sendiri.
Apabila dilihat dari tujuan pembangunan diatas, maka globalisasi hanya
akan menimbulkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan meluasnya
kemiskinan. Padahal para pedukung globalisasi selalu mengkoar-koarkan bahwa

Yossina Putri H.S.

Page 10

globalisasi dapat menciptakan kemakmuran. Pasar bebas dapat diartikan sebagai
inti dari globalisasi hanya akan membawa keuntungan bagi mereka yang memiliki
lebih banyak materi sedangkan untuk negara dunia ketiga tentunya hanya akan
dijadikan wilayah pemasaran mereka jika tidak dapat bersaing dengan negara lain
dalam memproduksi barang yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi.
Heredia dan Purcell mencatat bahwa Meksiko yang menerapkan privatisasi dan
deregulasi menyebabkan terjadinya konsentrasi pendapatan dan kemakmuran, hal
ini berarti peningkatan ekonomi hanya terjadi di kalangan tertentu yang
menyebabkan adanya ketimpangan. Kejadian yang terjadi di Meksiko ini
menyebabkan terjadi rendahnya kesehatan gizi, hancurnya para produsen kecil,
peningkatan jumlah pengangguran, penurunan jumlah upah, meningkatnya
kemiskinan dan distribusi pendapatan yang timpang. Selain itu, pemerintah
Meksiko juga melakukan pengurangan subsidi, kualitas kesehatan dan gizi yang
semakin buruk dan lain sebagainya yang akhirnya hanya akan mengancam
demokrasi dalam arti seluas-luasnya. Tidak hanya dalam konteks demokrasi
politik karena proses marginalisasi warga negara dan partai politik tetapi juga
pengahancuran demokrasi ekonomi.4
Globalisasi juga berakibat pada ambigunitas pendefinisian sebuah negara.
Kekuasaan negara secara terminologi dapat diartikan sebagai kedaulatan, kini
telah bergeser dikarenakan adanya globalisasi ini. Kedaulatan dapat dipahami
sebagai otoritas politik dalam suatu wilayah yang memiliki hak untuk mengatur
wilayah tersebut. Menurut Held, kedaulatan ini harus dibedakan dengan otonomi
yang merujuk pada kemampuan para pemimpin dan agen negara untuk mencari
pilihan-pilihan kebijakan mereka sendiri tanpa terpaksa mengambil bentuk
kolaborasi dan kerja sama internasional. Jadi disini pendefinisian otonomi harus
dibedakan dengan kedaulatan. Sehingga ketika terjadi globalisasi kedaulatan
negara akan tetap utuh namun otonomi akan berkurang, jadi dapat diartikan
globalisasi dapat mengurangi nilai-nilai demokrasi karena bagaimanapun otonomi
merupakan salah satu faktor penting dalam demokrasi.

Yossina Putri H.S.

Page 11

Otonomi negara dalam era globalisasi ini dapat disebabkan oleh
interdepensi dan munculnya lembaga-lembaga supranasional. Negara bangsa
dalam suatu batas teritorial pada situasi interdepensi tidak akan dapat
menggunakan kekuasaan otoritatifnya atas nama kedaulatan nasional yang
dikarenakan keputusan-keputusan penting yang diformulasikan oleh perusahaanperusahaan transnasional maupun multinasional. Maka otonomi negara berkurang
karena kebijakan dan keputusan yang diambil oleh elit-elit pemegang kekuasaan
yang tidak dapat melepaskan diri dampak dan pengaruh negara lain. Yang
selanjutnya yaitu munculnya lembaga-lembaga supranasional artinya ada
organisasi yang lebih tinggi dari negara seperti organisasi kawasan ataupun
4

Puji Rianto, 2004. Globalisasi, Liberalisasi Ekonomi dan Krisis Demokrasi. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, hal.176

organisasi internasional. Rezim internasional biasanya akan menyediakan jaringan
pengaturan hubungan interstate dan transnasional. Dan juga lembaga-lembaga
ekonomi global seperti IMF, World Bank dan WTO mengambil peran penting
dalam menentukan kebijakan-kebijakan di negara-negara dunia ketiga terutama
negara-negara yang terkena krisis.

Yossina Putri H.S.

Page 12

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan:

Globalisasi dapat mengancam demokrasi apabila perusahaan-perusahaan
multinasional mempresentasikan dirinya menjadi kekuatan ekonomi dan politik.
Perusahaan-perusahaan inilah yang berkuasa dan melakukan pembajakan yang
tengah berlangsung. Kekuatan politik memang sudah biasa bekerja sama dengan
kekuatan ekonomi karena semakin besar kekuatan ekonomi semakin besar
pemain-pemain yang dominan dan semakin terkonsentrasi kekuatan-kekuatan
politik ditangan korporasi-korporasi besar. Semakin besar kekuatan politik
korporasi dan pihak-pihak yang bersekutu maka semakin lemah kekuatan politik
rakyat dan semakin lunturlah makna demokrasi. 3 Menurut Robert Dahl,
ketimpangan sumber daya sosial dan ekonomi memang cenderung menyebabkan
terjadinya pelanggaran terhadap persamaan politik sehingga tidak sesuai dengan
konsep demokrasi yang menjunjung kesetaraan.
Globalisasi juga dapat mengancam tujuan dan cara terpenting dalam
pembangunan, menurut Sen perluasan kemerdekaan yang merupakan tujuan dan

Yossina Putri H.S.

Page 13

cara terpenting dalam pembangunan tersebut biasa disebut sebagai ‘peran
konstitutif’ dan ‘peran instrumental’. Peran konstitutif yang dimaksud disini
secara substansial dapat diartikan sebagai kemerdekaan yang sesungguhnya,
kemerdekaan sesungguhnya dapat berupa mencegah pengurangan hak-hak dasar
seperti kelaparan, kekurangan gizi dan kematian usia dini, pendidikan, kesetaraan
dalam bidang politik, kebebasan berbicara dan lain sebagainya. Dengan adanya
globalisasi tentunya hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu saja dan
merugikan pihak yang lainnya, secara otomatis akan terjadi ketimpangan sehingga
pihak yang berbeda ini akan memiliki hak dasar yang berbeda. Pihak yang
memiliki kendali dalam globalisasi dapat memiliki hak dasar yang lebih banyak
sedangkan pihak lainnya hak dasar mereka dapat dirampas oleh pihak yang
memiliki kendali tersebut. Kemerdekaan-kemerdekaan instrumental mengandung
lima pokok yaitu kemerdekaan politik, kemudahan-kemudahan ekonomi, peluangpeluang sosial, jaminan-jaminan keterbukaan dan perlindungan keamanan.
Dengan adanya globalisasi telah dijelaskan diatas tentunya akan mengurangi
kemudahan dalam ekonomi, ekonomi yang dikuasai beberapa pihak tentunya
hanya akan mengakibatkan kesulitan bagi masyarakat.

Yossina Putri H.S.

Page 14