upah tenaga kerja ekonomi kreatif 2011 2016

(1)

(2)

(3)

EKONOMI KREATIF

2011-2016


(4)

ISBN: 978-602-438-194-3 No. Publikasi: 04130.1801 No. Katalog: 2305014 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xv + 94 halaman

Naskah: Subdirektorat Statistik Upah dan Pendapatan

Penyunting/Editor: Subdirektorat Statistik Upah dan Pendapatan Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif

Gambar: Subdirektorat Statistik Upah dan Pendapatan Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik

Dicetak oleh: CV. Nario Sari

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik


(5)

E

konomi kreatif (ekraf ) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatiitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS

dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) tahun 2017. Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Proil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan

Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2016; Klasiikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2011-2016 dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2011-2016; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014.

Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf.

Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional.

Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini.

KATA PENGANTAR

Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik,


(6)

(7)

KATA PENGANTAR

E

konomi kreatif merupakan sektor yang menitikberatkan

penciptaan nilai ekonomi melalui proses kreatif dari seorang individu, sebagaimana Diktum Pertama Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Hal ini membuat individu kreatif menjadi salah satu pihak yang berhak

mendapat apresiasi yang setimpal dari nilai tambah yang tercipta. Sementara itu, ekonomi kreatif baru beberapa tahun terakhir memasuki masa pengembangan tidak terkecuali pada bidang pengupahan sektor ekonomi kreatif.

Upah sektor ekonomi kreatif pada dasarnya mencerminkan apresiasi yang ideal terhadap tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif.

Sementara itu, penentuan upah erat kaitannya dengan kemampuan khusus yang dibutuhkan pada setiap 16 subsektor ekonomi kreatif. Di sisi lain, sistem pengupahan

tenaga kerja ekonomi kreatif masih terklasiikasikan dalam sektor di luar ekonomi kreatif. Seperti profesi arsitek dan desainer dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 45 Tahun 2007 yang secara tidak langsung masuk dalam komponen biaya manajemen konstruksi. Dengan demikian, saat ini belum ada kebijakan khusus dalam pengupahan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif. Pengembangan kebijakan pengupahan di sektor ekonomi kreatif dapat dimulai dengan penyusunan statistik upah tenaga kerja yang komprehensif. Bagi pemerintah, penyusunan statistik upah akan bermanfaat dalam penyesuaian imbal hasil yang ideal untuk pelaku ekonomi kreatif seperti melalui penetapan Standar Biaya Masukan (SBM). Sementara itu untuk masyarakat, data ini akan memberikan pemahaman mengenai kondisi pengupahan sektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Mengingat pentingnya data upah tenaga kerja sektor ekonomi kreatif, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) menyusun Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2011-2016. Data ini berisi rata-rata upah yang diterima oleh pelaku ekonomi kreatif dalam sebulan. Lebih jauh lagi, data rata-rata upah pelaku ekonomi kreatif ditampilkan berdasarkan proil demograi pelaku. Data upah tenaga kerja ini akan mendukung perumusan di bidang pengupahan tenaga kerja ekonomi kreatif, sebuah kebijakan yang harapannya dapat menjadi insentif pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihak-pihak yang terkait atas partisipasinya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia.

Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif,


(8)

Naskah Subdirektorat Statistik Upah dan Pendapatan Penanggung Jawab Umum Nurma Midayanti, S.Si, M.Env.Sc

Penanggung Jawab Teknis Dendi Romadhon, S.Si, MSE

Editor Diah Ikawati, MAPS

Tri Windiarto, S.Si, M.Si

Penulis Naskah Riyadi Solih, S.ST, M.Si

Al Huda Yusuf, S.ST, M.Si Siti Latifah, S.ST, MA

Anita Rahmawatiningsih, S.ST

Pengolah Data Lukmi Ana Purbasari, SST

Heykal, S.ST

Diyah Priyatni Idhawati, SE Agus Saryanto

PENYUSUN


(9)

KATA PENGANTAR ________________________________________ iii DAFTAR ISI ______________________________________________ vii DAFTAR TABEL ___________________________________________ ix DAFTAR GRAFIK __________________________________________ xi RINGKASAN EKSEKUTIF ____________________________________ xiii

BAB 1 PENDAHULUAN _________________________________ 1 1. Latar Belakang ________________________________ 3 2. Tujuan _______________________________________ 4 3. Sumber Data _________________________________ 4 4. Sistematika Penyajian __________________________ 4 BAB 2 PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF ___________ 5 1. Sejarah Ekonomi Kreatif _________________________ 7 2. Konsep dan Deinisi Ekonomi Kreatif ______________ 9 3. Tata Cara Penghitungan Upah Tenaga Kerja

Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 ________________ 12 BAB 3 PERKEMBANGAN UPAH TENAGA KERJA EKONOMI

KREATIF 2011-2016 ______________________________ 15 1. Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 ________ 17 2. Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/

Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 ________________________ 19 3. Perbandingan Rata-rata Upah/Gaji Sebuan: Upah

Sektor Ekonomi Kreatif, Upah Seluruh Sektor, dan

Rata-rata UMP ________________________________ 21


(10)

BAB 4 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF MENURUT

BEBERAPA KARAKTERISTIK 2011-2016 ________________ 25 1. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Umur __ 27 2. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut

Jenis Kelamin _________________________________ 30 3. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut

Pendidikan ___________________________________ 32 4. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut

Jenis Pekerjaan Utama _________________________ 35 5. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut

Jenis Pekerja White/Blue Collar ___________________ 37 DAFTAR PUSTAKA _________________________________________ 39 LAMPIRAN ______________________________________________ 43


(11)

Tabel 3. 1 Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan

Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut

Subsektor, 2011-2016 ____________________________ 18

Tabel 4. 1 Persentase Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut

Kelompok Umur, 2011-2016 _______________________ 27

Tabel 4. 2 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, 2011-2016 __ 29

Tabel 4. 3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin, 2011-2016 ____ 31

Tabel 4. 4 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan, 2011-2016 _____ 33

Tabel 4. 5 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan Utama,

2011-2016 _____________________________________ 36


(12)

(13)

Graik 3. 1 Perkembangan Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif,

2011-2016 (juta orang) ___________________________ 17

Graik 3. 2 Persentase Buruh/Karyawan/Pegawai berdasarkan

Subsektor Ekonomi Kreatif, 2016 ___________________ 19

Graik 3. 3 Rata-rata Upah Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di

Sektor Ekonomi Kreatif, 2011-2016 _________________ 20

Graik 3. 4 Rata-rata Upah Gaji Sebulan yang diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif, 2015-2016 _______________________ 21

Graik 3. 5 Rata-rata Upah per Bulan Sektor Ekonomi Kreatif, Seluruh

Sektor, dan Rata-rata UMP, 2011-2016 ______________ 22

Graik 3. 6 Rata-rata Upah per Bulan Subsektor Ekonomi Kreatif,

Seluruh Sektor, dan Rata-rata UMP Indonesia, 2016 ___ 23

Graik 4. 1 Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut

Kelompok Umur, 2015-2016 _______________________ 28

Graik 4. 2 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, 2015-2016 _ 30

Graik 4. 3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin, 2011-2016 ____ 32

Graik 4. 4 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan, 2015-2016______ 35

Graik 4. 5 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan White/

Blue Collar, 2011-2016 ____________________________ 37

DAFTAR GRAFIK


(14)

(15)

Dewasa ini, pergeseran ekonomi mengantarkan peradaban manusia ke era yang baru, yaitu era ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif pada dasarnya merupakan wujud dari upaya pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas dalam suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan, yang dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh perancangan aktivitas ekonomi kreatif.

Dalam Rencana Strategis Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019, yang dimaksud dengan (1) Kreativitas adalah kapasitas atau daya upaya untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang unik dan baru serta menciptakan solusi dari suatu masalah atau melakukan sesuatu yang berbeda; (2) Ekonomi Kreatif adalah penciptaan nilai tambah yang berbasis kreativitas; (3) Usaha Ekonomi Kreatif adalah entitas usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang mentransformasikan dan memanfaatkan kreativitas untuk menghasilkan barang dan jasa serta yang diakui memiliki hak kekayaan intelektual baik terdaftar maupun melekat.

Urgensi ekonomi kreatif, antara lain: mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan karena ide dan kreativitas merupakan sumber daya yang senantiasa dapat diperbaharui; mengangkat citra dan identitas Bangsa Indonesia melalui karya dan produk, serta orang kreatif yang mendapatkan pengakuan di dunia internasional dan juga menjadi media diplomasi budaya lintas negara; dan melestarikan sumber daya alam dan budaya Indonesia, karena ekonomi kreatif merupakan sektor yang dapat menciptakan produk dan karya dengan nilai tambah yang tinggi dengan sumber daya yang terbatas.

Ekonomi kreatif memiliki 16 subsektor. Dari 16 subsektor ekonomi kreatif yang ada, dikelompokkan lagi menjadi 14 subsektor, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk; (3) Film, Animasi, Video; (4) Fotograi; (5) Kriya; (6) Kuliner; (7) Musik; (8) Fashion; (9) Aplikasi dan Game Developer; (10) Penerbitan; (11) Periklanan; (12) TV/Radio; (13) Seni Pertunjukan; dan (14) Seni Rupa. Subsektor Desain Interior, Subsektor Desain Komunikasi Visual, dan Subsektor Desain Produk jumlah tenaga kerjanya relatif sedikit. Oleh karena itu, ketiga subsektor tersebut digabung menjadi Subsektor Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk.

Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2011-2016, jumlah buruh/ karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi

RINGKASAN EKSEKUTIF

£

Pergeseran ekonomi

mengantarkan peradaban manusia ke era baru, yaitu ekonomi kreatif

£

Buruh yang pekerjaan

utamanya di sektor ekonomi kreatif cenderung meningkat dari tahun 2011-2016


(16)

kreatif cenderung meningkat dari tahun ke tahun, kecuali dari tahun 2012 ke tahun 2013. Buruh/karyawan/pegawai di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2012 sebanyak 6,64 juta orang turun menjadi 6,54 juta orang pada tahun 2013. Setelah itu, meningkat secara perlahan dari 6,54 juta orang pada tahun 2013 hingga mencapai 7,05 juta orang pada tahun 2016. Pada periode 2011-2016, subsektor Fashion selalu menjadi seKtor yang paling banyak menyerap buruh di sektor ekonomi kreatif. Misalnya pada tahun 2016, subsektor Fashion paling banyak menyerap buruh/karyawan/ pegawai, yaitu sekitar 2,44 juta orang atau sebesar 34,60 persen dari seluruh buruh/karyawan/pegawai yang lapangan pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif. Subsektor yang cukup besar berikutnya yaitu Kuliner dan Kriya, masing-masing menyerap sekitar 2,06 juta dan 1,79 juta orang atau sebesar 29,17 persen dan 25,36 persen. Selain tiga subsektor tersebut, gabungan subsektor ekonomi kreatif lainnya hanya menyerap sekitar 10,87 persen. Subsektor yang paling sedikit dalam penyerapan buruh di sektor ekonomi kreatif tahun 2016 yaitu Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk, yang hanya menyerap 0,29 persen saja buruh ekonomi kreatif.

Secara umum, rata-rata upah/gaji buruh/karyawan/pegawai ekonomi keatif mengalami kenaikan pada periode 2015-2016. Subsektor ekonomi kreatif yang upahnya relatif tinggi selama periode 2015-2016 terdapat di subsektor: Arsitektur; Periklanan; serta Aplikasi dan Game Developer. Pada Tahun 2016, rata-rata upah tertinggi terdapat pada subsektor Arsitektur, yaitu sebesar 5,33 juta rupiah per bulan. Subsektor yang upahnya relatif rendah pada tahun 2016 yaitu subsektor Fotograi; Seni Pertunjukan; dan Kuliner. Rata-rata upah/gaji tiga subsektor tersebut di bawah 2 juta rupiah. Subsektor yang memiliki rata-rata upah/gaji paling rendah pada tahun 2016 yaitu Subsektor Fotograi, yaitu sebesar 1,48 juta rupiah per bulan.

Jika dilihat berdasarkan umur, terlihat bahwa pada tahun 2015-2016 rata-rata upah/gaji terendah sektor ekonomi kreatif diterima oleh buruh muda yang berumur 15-19 tahun, yaitu 986 ribu rupiah pada tahun 2015 dan 1,23 juta rupiah pada tahun 2016. Upah tertinggi tahun 2015 diterima oleh kelompok umur yang berbeda dengan tahun 2016. Pada tahun 2015, rata-rata upah tertinggi diterima buruh berumur 45-49 tahun, yaitu sebesar 1,91 juta rupiah. Sedangkan pada tahun 2016, rata-rata upah tertinggi diterima buruh yang berumur 50-54 tahun, yaitu sebesar 2,95 juta rupiah.

Mincer (1974) menggambarkan hubungan umur dan upah berlaku graik U terbalik. Upah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan pada umur tertentu mencapai puncak dan kembali menurun. Dengan kata lain, antara umur dan upah berlaku hubungan kuadratik (Willis, 1986). Buruh di sektor ekonomi kreatif tahun 2015 menerima upah tertinggi pada kelompok umur 45-49 tahun, sedangkan tahun 2016 upah tertinggi sektor kreatif diterima oleh buruh yang berumur 50-54 tahun. Selama periode 2011-2016, rata-rata upah/gaji laki-laki selalu lebih tinggi daripada perempuan. Pada tahun 2016 upah buruh laki-laki di

£

Fashion; kuliner; dan kriya merupakan subsektor paling banyak menyerap buruh/ karyawan/ pegawai

£

Rata-rata upah tertinggi terdapat pada subsektor arsitektur


(17)

sektor ekonomi kreatif mencapai 2,28 juta rupiah, lebih tinggi daripada upah buruh perempuan yang hanya mencapai 1,82 juta rupiah. Menurut Anker (1998), kesenjangan penghasilan antar gender terjadi di seluruh negara. Rendahnya penghasilan perempuan dibandingkan laki-laki terjadi di seluruh wilayah di dunia, dan perbedaan penghasilan tersebut terjadi pada semua pola penghasilan, baik harian, mingguan, maupun bulanan, dan terjadi di seluruh sektor non pertanian secara terpisah.

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa besarnya produktivitas pekerja dipengaruhi oleh modal manusia seperti pendidikan, pengalaman, kesehatan, keahlian, keterampilan, dan pelatihan kerja (Schultz, 1961;

Becker, 1975; Mincer, 1974; Willis, 1986). Becker (1975) dengan Teori Human Capital mengemukakan bahwa perbedaan dalam pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman kerja akan mempengaruhi tingkat upah. Dengan kata lain, tingkat upah yang diterima ditentukan oleh adanya investasi modal manusia di dalam dirinya. Hasil Sakernas 2015-2016 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi rata-rata upahnya. Jenis pekerjaan memiliki pengaruh terhadap tinggi rendahnya upah/gaji yang diterima. Dari hasil Sakernas 2011-2016 diketahui bahwa jenis pekerjaan di sektor ekonomi kreatif yang memiliki upah paling tinggi terdapat pada Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan. Sebalik nya, jenis pekerjaan yang memiliki upah terendah selama 2011-2016 berubah-ubah, antara lain: Tenaga Usaha Penjualan; Tenaga Usaha Jasa; serta Tenaga Produksi Operator Alat Angkutan dan Pekerja Kasar. Jenis pekerjaan juga dapat dikategorikan menjadi white collar dan blue collar. Penentuan seseorang bekerja sebagai white collar atau blue collar dilihat berdasarkan kategori pada jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan white collar terdiri dari kategori: 1). Tenaga profesional, teknisi, dan

tenaga lain yang berhubungan dengan itu; 2). Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan; dan 3). Pejabat pelaksana, tenaga tata usaha, dan tenaga yang berhubungan dengan itu. Sedangkan yang termasuk jenis pekerjaan blue collar meliputi golongan 4). Tenaga usaha penjualan; 5)

Tenaga usaha jasa; 7/8/9) Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan, pekerja kasar; dan X/00) Lainnya.

Rata-rata upah/gaji buruh/karyawan/pegawai selama periode 2011-2016 cenderung mengalami kenaikan untuk semua jenis pekerjaan white collar atau blue collar, kecuali pada tahun 2014. Pada tahun 2014, buruh

di sektor ekonomi kreatif yang jenis pekerjannya white collar mengalami

penurunan rata-rata upah dari 2,61 juta rupiah pada tahun 2013 menjadi 2,41 juta rupiah pada tahun 2014.

Selama periode 2011-2016, rata-rata upah white collar selalu lebih

tinggi dibandingkan dengan blue collar. Pada tahun 2011, rata-rata

upah buruh di sektor ekonomi kreatif yang jenis pekerjaannya

white collar sebesar 2,10 juta rupiah per bulan, sedangkan rata-rata

upah upah buruh yang jenis pekerjaannya blue collar hanya 990 ribu rupiah per bulan. Kondisi terakhir tahun 2016 menunjukkan pola yang sama, dimana rata-rata upah buruh dengan jenis pekerjaan white collar lebih tinggi daripada blue collar, yaitu 3,12

juta rupiah berbanding 1,92 juta rupiah per bulan.

£

Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi upahnya

£

Rata-rata upah/gaji laki-laki lebih tinggi daripada perempuan

£

Jenis pekerjaan white

collar memiliki upah lebih tinggi daripada blue collar


(18)

(19)

PENDAHULUAN


(20)

(21)

1. Latar Belakang

Orientasi ekonomi telah mengalami berbagai pergeseran, berawal dari era ekonomi pertanian, lalu era industrialisasi, dan sekarang beralih ke era ekonomi informasi yang diikuti dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi komunikasi dan globalisasi ekonomi. Terjadinya pergeseran ekonomi tersebut mengantarkan peradaban manusia ke era yang baru, yaitu era ekonomi kreatif. Menurut Diktum Pertama Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif:

“Kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh

pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.” Ekonomi kreatif

pada dasarnya merupakan wujud dari upaya pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas dalam suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan, yang dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh perancangan aktivitas ekonomi kreatif.

Di sisi lain, tingkat upah merupakan salah satu aspek yang penting dari suatu pekerjaan. Dengan upah yang diperoleh, seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi perusahaan, tingkat upah yang sesuai dapat membantu meningkatkan produktivitas perusahaan. Dalam skala yang lebih luas, upah buruh dapat menggerakkan perekonomian suatu negara.

Mengingat pentingnya data dan Informasi upah buruh tersebut, maka dalam Rancangan Aktivitas Ekonomi Kreatif Tahun 2017, yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ), salah satunya bertujuan untuk memperoleh data upah di sektor ekonomi kreatif tahun 2011-2016. Agar kegiatan perancangan aktivitas ekonomi kreatif di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan cermat, maka diperlukan “Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2011-2016”.

PENDAHULUAN

£

Pergerseran

ekonomi mengantarkan peradaban manusia ke era baru, yaitu ekonomi kreatif


(22)

2. Tujuan

Tujuan penyusunan “Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2011-2016” ini untuk melihat perkembangan upah di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2011-2016, dan mengetahui karakteristik tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, baik dari sisi demograi maupun karakteristik pekerjaannya pada tahun 2011-2016.

3. Sumber Data

Data yang disajikan pada “Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2011-2016” ini menggunakan data Survei Angkat-an Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2011-2016, dengan 16 subsektor ekonomi kreatif yang dibentuk dari 223 kode Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015.

4. Sistematika Penyajian

Laporan ini disajikan dalam lima bab, dengan sistematika penyajian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan, sumber data, dan sistematika penyajian.

BAB II PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF, meliputi sejarah ekonomi kreatif (perkembangan kelembagaan Badan Ekonomi Kreatif ), konsep dan deinisi ekonomi kreatif, serta tata cara penghitungan upah tenaga kerja ekonomi kreatif.

BAB III PERKEMBANGAN UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF 2011-2016, meliputi perkembangan buruh/karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif dan upah yang diterima buruh/karyawan/ pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif tahun 2011-2016.

BAB IV UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF MENURUT BEBERAPA KARAKTERISTIK 2011-2016, meliputi rata-rata upah yang diterima buruh/karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan utama, dan jenis pekerjaan white/ blue collar.


(23)

PEMAHAMAN

TENTANG

EKONOMI KREATIF


(24)

(25)

1. Sejarah Ekonomi Kreatif

Pengembangan ekonomi kreatif berawal dari gagasan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang pentingnya kreativitas dan inovasi dalam pembangunan, khususnya dalam mengembangkan industri kerajinan dan kreativitas untuk mencapai ekonomi yang berdaya saing. Hal ini disampaikan dalam pidato pembukaan beliau dalam pembukaan International Handicraft (INACRAFT) tahun 2005 di Jakarta.

Berawal dari gagasan tersebut, Kementerian Perdagangan kemudian membentuk Indonesia Design Power dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan desain dan penciptaan merek. Melalui Trade Expo yang diselenggarakan secara rutin per tahun, Kementerian Perdagangan mulai memberikan zona khusus dalam pameran-pameran yang diselenggarakan kepada pelaku dan industri kreatif. Untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif ini, pemerintah menyelenggarakan pameran khusus bagi ekonomi kreatif pada tahun 2007 disebut sebagai Pekan Produk Budaya Indonesia (PPBI), kemudian diubah menjadi Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) pada tahun 2009. Melalui ajang PPKI ini, pemerintah kembali memperkuat tujuan dari kegiatan ini dengan menunjukkan daya saing Indonesia yang kuat melalui ekonomi kreatif.

Pengembangan ekonomi kreatif yang lebih terstruktur dimulai pada tahun 2007 saat Kementerian Perdagangan di masa kepemimpinan Ibu Mari Elka Pangestu melakukan pemetaan potensi dan membuat rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.

Pada tahun 2009, Kementerian Perdagangan menyusun rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia hingga tahun 2025, serta rencana pengembangan ekonomi kreatif dan 14 subsektor ekonomi kreatif untuk periode 2009–2015. Pengembangan ekonomi kreatif pun

PEMAHAMAN TENTANG

EKONOMI KREATIF

£

Ekonomi kreatif

berawal dari gagasan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono tentang pentingnya kreativitas dan inovasi


(26)

semakin diperkuat melalui peraturan pemerintah, dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dengan keluarnya Instruksi Presiden ini, maka pengembangan ekonomi kreatif menjadi program nasional dan menjadi sektor yang mendapatkan perhatian dalam pembangunan nasional, serta secara kelembagaan, pengembangan ekonomi kreatif bersifat lintas kementerian dan mendapat dukungan penuh dari presiden.

Gagasan mengenai ekonomi kreatif ini terus bergulir dan penguatan kelembagaan pengembangan ekonomi kreatif terus dilakukan oleh pemerintah hingga pada tanggal 21 Desember 2011. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011, pemerintah secara resmi membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diperkuat dengan dua Direktorat Jenderal yang secara langsung bertanggung jawab terhadap pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, yaitu: Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Terbentuknya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara fundamental telah mengubah tatanan pemerintahan dan prioritas pembangunan di masa yang akan datang. Dengan terbentuknya kementerian tersebut, ekonomi kreatif secara khusus diatur oleh satu kementerian tersendiri, sehingga terdapat kebutuhan yang mendesak untuk melakukan perubahan pada Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif yang telah disusun oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2009 lalu dalam konteks kelembagaan. Sebagai langkah awal pengembangan ekonomi kreatif di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka disusun

Rencana Strategis Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Nasional yang merupakan dasar pelaksanaan program dan kegiatan

pengembangan ekonomi kreatif hingga 2014 dengan fokus utama pada upayaupaya peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia kreatif, penguatan kelembagaan, dan akses pasar bagi karya kreatif lokal. Dengan masuknya ekonomi kreatif ke dalam agenda pemba-ngunan nasional, maka dibutuhkan dokumen-dokumen yang dapat menjadi rujukan para pemangku kepentingan untuk memahami dan mengembangkan industri kreatif sebagai motor penggerak ekonomi kreatif sehingga dapat tercipta kolaborasi serta sinergi yang positif dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pemangku kepentingan untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Beberapa dokumen cetak biru pun telah diluncurkan pemerintah yaitu Cetak Biru Pelestarian dan Pengembangan Batik Nasional 2012-2025, sebuah dokumen perencanaan pelestarian dan pengembangan batik secara komprehensif dan holistik, oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2011 dan Cetak Biru Pengembangan Mode Indonesia 2025 yang disusun oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Industri, dan Kementerian Perdagangan bersama-sama dengan intelektual, bisnis, komunitas, dan asosiasi pada 2013.

£

Tahun 2011 pemerintah membentuk kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif

£

Dibutuhkan dokumen rujukan untuk memahami dan mengembangkan industri kreatif


(27)

Cetak biru batik mempunyai visi pengembangan untuk ”Menjadikan batik sebagai tradisi yang hidup di masyarakat Indonesia dan penggerak ekonomi kerakyatan yang berwawasan lingkungan”, sedangkan cetak biru mode menyatakan visi pengembangan “Indonesia sebagai salah satu pusat mode dunia dengan mengoptimalkan kekuatan lokal yang fokus kepada konsep Ready to Wear Craft Fashion”.

Untuk memberikan gambaran terkini mengenai perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia, pada tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan BPS menerbitkan Laporan Penguatan Data dan Informasi Ekonomi Kreatif. Terdapat beberapa pencapaian dalam pengembangan ekonomi kreatif sejak diluncurkannya Inpres No. 6 Tahun 2009, yaitu dalam hal penyerapan tenaga kerja, ekonomi kreatif telah menyerap lebih dari 10 persen angkatan kerja di Indonesia. Dalam hal kontribusi ekonomi, ekonomi kreatif telah menyumbang 7 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. Dari segi ekspor, ekonomi kreatif juga telah menyumbang sekitar 6 persen dari total ekspor Indonesia. Namun, perlu diakui masih banyak pula tantangan yang harus diselesaikan, disamping masih banyaknya peluang dan potensi yang belum dikembangkan secara optimal.

Pada tahun 2012 dilakukan revitalisasi terhadap penyelenggaraan kegiatan akbar PPKI. Sejak saat itu, penyelenggaraan PPKI memiliki visi “Unleashing Indonesia’s Full Creative Power” yang bertujuan untuk menempatkan negara Indonesia sebagai negara yang memiliki soft power yang kuat di dunia. Pada tahun ini pula pemerintah meluncurkan maskot ekonomi kreatif yang bernama OK (Orang Kreatif ) yang merupakan kekuatan utama dari ekonomi kreatif Indonesia.

Inisiatif-inisiatif pengembangan subsektor ekonomi kreatif terus terjadi, yang kemudian pada tahun 2014, tepatnya tanggal 17 Januari 2014 telah dibentuk Badan Perilman Indonesia (BPI) berdasarkan hasil musyawarah besar yang dihadiri oleh 40 organisasi perilman Indonesia. Pendirian BPI mengacu pada Pasal 67-70 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perilman, yang merupakan wadah bagi organisasi dan asosiasi profesi perilman Indonesia yang saat ini telah memiliki anggota sebanyak 39 organisasi perilman yang berkembang di Indonesia. Dengan adanya BPI, diharapkan terjadi koordinasi dan sinergi antar pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengembangkan industri perilman Indonesia.

Pada tahun 2015, upaya pengembangan ekonomi kreatif semakin terealisasi dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 mengenai pembentukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 mengenai Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 mengenai Bekraf.

2. Konsep dan Definisi Ekonomi Kreatif

Dalam Rencana Strategis Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019, yang dimaksud dengan (1) Kreativitas adalah kapasitas atau daya upaya

£

Pada tahun 2012 dilakukan revitalisasi penyelenggaraan kegiatan akbar PPKI

£

Tahun 2015 dibentuk

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf )


(28)

untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang unik dan baru serta menciptakan solusi dari suatu masalah atau melakukan sesuatu yang berbeda; (2) Ekonomi Kreatif adalah penciptaan nilai tambah yang berbasis kreativitas; (3) Usaha Ekonomi Kreatif adalah entitas usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang mentransformasikan dan memanfaatkan kreativitas untuk menghasilkan barang dan jasa serta yang diakui memiliki hak kekayaan intelektual baik terdaftar maupun melekat. Sedangkan ekonomi kreatif menurut Diktum Pertama Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif: “Kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.”

Urgensi ekonomi kreatif, antara lain: mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan karena ide dan kreativitas adalah sumber daya yang senantiasa dapat diperbaharui; mengangkat citra dan identitas Bangsa Indonesia melalui karya dan produk, serta orang kreatif yang mendapatkan pengakuan di dunia internasional dan juga menjadi media diplomasi budaya lintas negara; dan melestarikan sumber daya alam dan budaya Indonesia, karena ekonomi kreatif merupakan sektor yang dapat menciptakan produk dan karya dengan nilai tambah yang tinggi dengan sumber daya yang terbatas.

Jenis-jenis Subsektor Ekonomi Kreatif:

1. Arsitektur

Wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang.

2. Desain Interior

Desain interior adalah kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik.

3. Desain Komunikasi Visual

Seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, memengaruhi hingga mengubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Dalam hal ini, bahasa rupa yang dipakai berbentuk grais, tanda, simbol, ilustrasi graik/foto, tipograi/huruf dan sebagainya.

4. Desain Produk

Desain produk salah satu unsur memajukan industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA)

£

Urgensi ekonomi kreatif antara lain mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan


(29)

mendeinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesiikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik.

5. Film, Animasi, dan Video Film

“Karya seni graik bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audiovisual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematograi.”

Animasi

“Tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa.”

Video

“Sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat graik bergerak, yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya graik bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi.”

6. Fotograi

Sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotograi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja.

7. Kriya

Bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya.

8. Kuliner

Kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/ atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen.

9. Musik

Segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.

10. Fashion

Suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok.


(30)

11. Aplikasi dan Game Developer

Suatu media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective) dan aturan (rules).

12. Penerbitan

Suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, graik, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial, ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi.

13. Periklanan

Bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa.

14. Televisi dan Radio Televisi

Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan graik yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.

Radio

Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.

15. Seni Pertunjukan

Cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis, dan penampil (performers), yang mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences); baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et nunc).

16. Seni Rupa

Penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.

3. Tata Cara Penghitungan Upah Tenaga Kerja Ekonomi

Kreatif Tahun 2011-2016

Perbedaan antara Sakernas 2011-2016

1. KBLI (Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia)

Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang menjadi dasar pengelompokkan Subsektor Ekonomi Kreatif yaitu KBLI


(31)

2015, yang digunakan sejak Sakernas 2016. Sakernas 2011-2015 menggunakan KBLI 2009. Untuk menghitung banyaknya orang yang bekerja disektor ekonomi kreatif selama periode 2011-2015, maka KBLI 2009 harus disesuaikan (bridging) dengan KBLI 2015. Selama proses bridging terdapat beberapa kode dari KBLI 2009 yang tidak terdistribusi ke satu kode ataupun sebaliknya sehingga harus dilakukan pemecahan secara manual. Proses ini tentu saja memberikan akibat tidak langsung terhadap besaran angka tenaga kerja sektor ekonomi kreatif 2011-2016.

2. Metodologi

Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan pada periode pencacahan. Mulai tahun 2011 sampai 2014 Sakernas dilaksanakan secara triwulanan, yakni triwulan I bulan Februari, triwulan II bulan Mei, triwulan III bulan Agustus (estimasi kabupaten/kota), dan triwulan IV bulan November. Mulai tahun 2015, Sakernas kembali dilaksanakan secara semesteran yaitu pada bulan Februari (Semester I) dengan besar sampel sebanyak 50.000 rumah tangga untuk mendapatkan estimasi hingga tingkat provinsi. Sementara itu, Sakernas Agustus (Semester II) dengan besar sampel sebanyak 200.000 rumah tangga dirancang untuk mendapatkan estimasi ketenagakerjaan nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Sakernas 2011-2014 dan Sakernas 2015-2016 menggunakan metodologi yang berbeda.

• Sakernas 2011-2014 menggunakan Three stage sampling (panel rumah tangga). Kerangka sampel tahap I yang digunakan yaitu daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010. Kerangka sampel tahap II yaitu daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih. Sedangkan kerangka sampel tahap III yaitu daftar rumah tangga biasa. Sampel Blok Sensus (BS) yang digunakan dibagi dalam 7 paket.

• Sakernas 2015-2016 menggunakan Two stage-one phase stratiied sampling (Panel Blok Sensus). Kerangka sampel tahap I yang digunakan yaitu daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010. Kerangka sampel tahap II yaitu daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih. Sampel Blok Sensus (BS) yang digunakan dibagi dalam 7 paket. Sakernas 2015-2016 sudah menggunakan strata lapangan usaha dalam pengambilan sampel.

3. Penimbang

Berikut ini penjelasan mengenai penimbang yang digunakan pada Sakernas.

• Sakernas 2011-2014 menggunakan ratio estimate dalam menentukan penimbang awal. Sedangkan Sakernas 2015-2016 menggunakan direct estimate.

• Pada tahun 2014 dilakukan koreksi untuk penimbang semua survei di BPS (termasuk Sakernas) dengan menggunakan penimbang dari hasil proyeksi penduduk tahun 2010-2035.

£

Sakernas 2011-2014 menggunakan metode yang berbeda dengan Sakernas 2015-2016

£

Dasar pengelompokkan subsektor ekonomi kreatif menggunakan KBLI 2015


(32)

Namun, data yang di-backcasting baru dilakukan sampai tahun 2011. Tahun 2010 kebawah belum bisa di-backcasting disebabkan data penimbang jumlah penduduk sampai karakteristik yang lebih detil belum tersedia.

Metode Penghitungan Upah Tenaga Kerja Sektor

Ekonomi Kreatif

Penghitungan upah tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif menggunakan data Sakernas 2011-2016. Dalam publikasi ini, upah tenaga kerja yang dimaksud hanya rata-rata upah/gaji tenaga kerja dengan status pekerjaan utama sebagai buruh/karyawan/ pegawai di sektor ekonomi kreatif. Buruh/karyawan/pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/ kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan/ pegawai, tetapi sebagai pekerja bebas.

Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki 1 (satu) majikan yang sama dalam sebulan terakhir. Khusus pada sektor konstruksi batasannya tiga bulan. Apabila majikannya instansi/ lembaga, boleh lebih dari satu (BPS, 2016 c). Sektor ekonomi kreatif terdiri dari 16 subsektor yang dibentuk dari 223 kode KBLI 2015. Pada penyusunan publikasi ini, Subsektor Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dikelompokkan menjadi satu, yaitu Subsektor Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk. Penggabungan dikarenakan jumlah tenaga kerja ketiganya relatif sedikit.

Upah/gaji bersih selama sebulan adalah imbalan yang diterima selama sebulan yang lalu dari pekerjaan utama oleh buruh/ karyawan/pegawai, baik berupa uang ataupun barang yang dibayarkan oleh perusahaan/kantor/majikan setelah dikurangi dengan iuran wajib (Askes, Taspen, Taperum, Astek, pajak penghasilan, dan lain sebagainya) (BPS, 2016 c). Referensi waktu yang digunakan untuk menghitung upah/gaji yaitu sebulan yang lalu.

£

Upah tenaga kerja yang dimaksud hanya rata-rata upah/gaji tenaga kerja dengan status pekerjaan utama sebagai buruh/ karyawan/pegawai di sektor ekonomi kreatif

£

Referensi waktu untuk menghitung upah/gaji yaitu sebulan yang lalu


(33)

PERKEMBANGAN

UPAH TENAGA

KERJA

EKONOMI KREATIF

2011-2016


(34)

(35)

1. Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya

di Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016

Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2011-2016, tenaga kerja yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif yang berstatus buruh/karyawan/pegawai cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali pada periode 2012-2013. Buruh/karyawan/ pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2012 sebanyak 6,64 juta orang turun menjadi 6,54 juta orang pada tahun 2013. Setelah itu, perlahan terus meningkat dari 6,54 juta orang pada tahun 2013 hingga mencapai 7,05 juta orang pada tahun 2016.

Graik 3.1 Perkembangan Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif,

2011-2016 (juta orang)

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

PERKEMBANGAN UPAH

TENAGA KERJA EKONOMI

KREATIF 2011-2016

£

Buruh yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif cenderung meningkat dari tahun 2011-2016


(36)

Jika kita amati pertumbuhan buruh/karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif dari tahun ke tahun, maka terlihat dalam periode 2011-2016 jumlah buruh di sektor ekonomi kreatif cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,54 persen per tahun.

Tabel 3.1 Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor,

2011-2016

Dari 16 subsektor ekonomi kreatif dikelompokkan lagi menjadi 14 subsektor yang didasarkan atas jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja pada Subsektor Desain Interior, Subsektor Desain Komunikasi Visual, dan Subsektor Desain Produk relatif sedikit, sehingga ketiga subsektor tersebut digabung menjadi satu, yaitu Subsektor Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk. Pembahasan selanjutnya terfokus pada 14 subsektor ekonomi kreatif, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk; (3) Film, Animasi, Video; (4) Fotograi; (5) Kriya; (6) Kuliner; (7) Musik; (8) Fashion; (9) Aplikasi dan Game Developer; (10) Penerbitan; (11) Periklanan; (12) TV/Radio; (13) Seni Pertunjukan; dan (14) Seni Rupa.

Tabel 3.1 menyajikan informasi banyaknya buruh/ karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif tahun 2011-2016. Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa subsektor ekonomi kreatif yang paling dominan dalam penyerapan buruh/karyawan/pegawai selama tahun 2011-2016 yaitu subsektor fashion, kuliner, dan kriya. Jumlah buruh/ karyawan/pegawai untuk ketiga subsektor tersebut masing-masing di atas satu juta orang. Berbeda dengan ketiga subsektor tersebut, untuk subsektor ekonomi kreatif lainnya relatif kecil, yaitu di bawah 400 ribu orang selama periode 2011-2016.

Subsektor Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Arsitektur 34 721 44 388 36 108 34 940 41 466 39 116

Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk

15 309 15 449 8 740 13 828 17 375 20 779

Film, Animasi, Video 29 148 28 129 31 650 30 790 31 252 26 624

Fotograi 25 916 27 484 26 354 26 968 34 048 39 758

Kriya 1 636 351 1 858 989 1 803 534 1 767 052 1 848 689 1 787 386

Kuliner 1 345 735 1 546 925 1 603 630 1 651 438 1 882 709 2 056 515

Musik 25 919 23 953 19 945 23 981 27 386 26 472

Fashion 2 040 681 2 552 789 2 458 964 2 469 532 2 468 756 2 439 190

Aplikasi dan Game

Developer 25 947 25 833 25 941 29 830 28 789 28 270

Penerbitan 310 886 349 878 337 600 353 377 340 302 343 640

Periklanan 29 464 26 594 28 928 28 610 30 829 30 360

TV/Radio 46 916 57 341 58 741 60 409 65 803 69 255

Seni Pertunjukan 59 844 61 896 79 650 73 756 93 935 110 944

Seni Rupa 17 767 21 539 19 083 16 401 21 419 30 768

Total 5 644 604 6 641 187 6 538 868 6 580 912 6 932 758 7 049 077


(37)

Pada tahun 2016, subsektor fashion paling banyak menyerap buruh/karyawan/pegawai, yaitu sekitar 2,44 juta orang atau sebesar 34,60 persen. Subsektor yang cukup besar berikutnya yaitu kuliner dan kriya, masing-masing menyerap sekitar 2,06 juta dan 1,79 juta orang atau sebesar 29,17 persen dan 25,36 persen. Selain tiga subsektor tersebut, gabungan subsektor ekonomi kreatif lainnya hanya menyerap sekitar 10,87 persen. Subsektor Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk menyerap buruh/ karyawan/pegawai paling sedikit, yaitu hanya sekitar 0,29 persen.

Graik 3.2 Persentase Buruh/Karyawan/Pegawai berdasarkan Subsektor Ekonomi Kreatif, 2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

2. Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/

Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016

Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2011-2016, diketahui bahwa rata-rata upah buruh/karyawan/pegawai di sektor ekonomi kreatif cenderung naik dari tahun ke tahun, kecuali dari tahun 2013 ke tahun 2014 (Graik 3.3). Tahun 2016, rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif sudah mencapai 2,06 juta rupiah, atau hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2011. Pada tahun 2011, rata-rata upah/gaji di sektor ekonomi kreatif sebesar 1,13 juta rupiah, kemudian bergerak naik di tahun 2012 sampai 2013. Rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2013 sebesar 1,51 juta rupiah, kemudian turun menjadi 1,49 juta rupiah pada tahun 2014. Setelah itu, meningkat menjadi 1,59 juta rupiah pada tahun 2015 dan 2,06 juta rupiah pada tahun 2016.

£

Lebih dari sepertiga

buruh/ karyawan/ pegawai ekonomi kreatif bekerja di subsektor fashion Fashion; 34,60 Kuliner; 29,17 Kriya; 25,36 Penerbitan; 4,87 Seni Pertunjukan; 1,57 TV/Radio; 0,98 Fotografi; 0,56 Arsitektur; 0,55 Seni Rupa; 0,44 Periklanan; 0,43 Aplikasi dan Game Developer; 0,40 Film, Animasi, Video; 0,38 Musik; 0,38 Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk; 0,29


(38)

Graik 3.3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi

Kreatif, 2011-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Dari Graik 3.4 terlihat bahwa secara umum, upah di subsektor ekonomi kreatif mengalami kenaikan tahun 2015-2016. Meskipun demikian, masih dijumpai penurunan upah tahun 2015-2016 pada 5 subsektor, yaitu: Aplikasi dan Game Developer; Desain; Seni Rupa; Seni Pertunjukan; dan Fotograi.

Selama periode 2015-2016, Subsektor Arsitektur; Periklanan; serta Aplikasi dan Game Developer rata-rata upahnya relatif tinggi. Pada Tahun 2016, rata-rata upah tertinggi terdapat pada Subsektor Arsitektur, yaitu sebesar 5,33 juta rupiah per bulan. Tertinggi berikutnya pada tahun 2016 yaitu upah di Subsektor Periklanan, rata-rata upahnya 5,12 juta rupiah per bulan.

Pada tahun 2016, Subsektor Fotograi; Seni Pertunjukan; dan Kuliner rata-rata upahnya relatif rendah, yaitu di bawah 2 juta rupiah. Sub-sektor Fotograi memiliki rata-rata upah paling rendah pada tahun 2016, yaitu sebesar 1,48 juta rupiah per bulan. Sedangkan untuk Subsektor Seni Pertunjukan dan Subsektor Kuliner, masing-masing upahnya 1,66 juta rupiah dan 1,79 juta rupiah per bulan. Informasi mengenai rata-rata upah/gaji masing-masing subsektor selama periode 2011-2016 selengkapnya disajikan dalam Lampiran 1.

£

Subsektor arstektur paling tinggi rata-rata upahnya

£

Tahun 2016, subsektor fotograi; seni pertunjukan; dan kuliner memiliki rata-rata upah/gaji di bawah 2 juta rupiah

1 133 711 1 223 483

1 511 233 1 487 801 1 587 776

2 059 899


(39)

Graik 3.4 Rata-rata Upah Gaji Sebulan yang diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi

Kreatif, 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

3. Perbandingan Rata-rata Upah/Gaji Sebulan: Upah

Sektor Ekonomi Kreatif, Upah Seluruh Sektor, dan

Rata-rata UMP

Graik 3.5 menyajikan perbandingan rata-rata upah sektor ekonomi kreatif, upah seluruh sektor, dan rata-rata Upah Minimum Provinsi (UMP) Indonesia pada periode 2011-2016. Jika dibandingkan dengan rata-rata upah gabungan seluruh sektor (sektor ekonomi kreatif dan bukan ekonomi kreatif ), maka terlihat bahwa rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif lebih rendah dibandingkan rata-rata upah seluruh sektor selama periode 2011-2016. Sedangkan jika dibandingkan dengan rata-rata UMP Indonesia, rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif lebih tinggi dari rata-rata UMP Indonesia, kecuali pada tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2014, rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif mengalami sedikit penurunan dari tahun 2013.

£

Selama 2011-2016,

rata-rata upah sektor ekonomi kreatif lebih kecil daripada rata-rata upah seluruh sektor

1 755 860

2 903 019 1 411 141

1 443 670 1 587 776 1 529 956

2 702 940 1 800 416

2 110 476

3 155 457 2 348 716

3 106 378

3 940 100 3 875 271

4 428 155

1 476 125 1 657 271

1 794 253 2 013 975

2 059 899 2 088 052 2 199 346

2 375 106 2 692 780

2 906 608 3 061 858

3 322 167 3 647 134

5 124 319 5 331 833

Fotografi Seni Pertunjukan Kuliner Kriya Total Fashion Seni Rupa Film, Animasi, Video Penerbitan Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Musik TV/Radio Aplikasi dan Game

Developer Periklanan

Arsitektur


(40)

Graik 3.5 Rata-rata Upah per Bulan Sektor Ekonomi Kreatif, Seluruh Sektor, dan Rata-rata UMP, 2011-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Dengan adanya unsur “kreatif” di dalam sektor ekonomi kreatif diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Namun, mengacu kepada data Sakernas 2011-2016 menunjukkan bahwa rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif lebih rendah daripada rata-rata upah seluruh sektor. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih dalam lagi mengenai upah di masing-masing subsektor ekonomi kreatif. Dengan demikian, akan diketahui buruh pada subsektor apa saja yang upahnya sudah tinggi dan subsektor apa saja yang upahnya masih relatif rendah.

Rata-rata upah per subsektor ekonomi kreatif bisa dibandingkan dengan rata-rata upah seluruh sektor (sektor ekonomi kreatif dan bukan ekonomi kreatif ). Rata-rata upah seluruh sektor tahun 2016 sebesar 2,55 juta rupiah. Berdasarkan Graik 3.6, diketahui bahwa pada tahun 2016 subsektor ekonomi kreatif yang rata-rata upahnya di atas rata-rata upah seluruh sektor yaitu subsektor Arsitektur; Periklanan; Aplikasi dan Game Developer; TV/Radio; Musik; Desain; dan Penerbitan. Upah tertinggi terdapat pada subsektor Arsitektur, yaitu 5,33 juta rupiah. Subsektor ekonomi kreatif yang rata-rata upahnya di bawah rata-rata upah seluruh sektor antara lain: Film, Animasi, Video; Seni Rupa; Fashion; Kriya; Kuliner; Seni Pertunjukan; dan Fotograi. Tahun 2016, upah terendah ada di subsektor Fotograi, yaitu 1,48 juta rupiah.

Upah di masing-masing subsektor ekonomi kreatif juga bisa dibandingkan dengan rata-rata UMP Indonesia tahun 2016. Pada Tahun 2016, rata-rata UMP Indonesia sekitar 2 juta rupiah. Subsektor ekonomi kreatif yang rata upahnya di atas rata-rata UMP Indonesia antara lain subsektor Arsitektur; Periklanan; Aplikasi dan Game Developer; TV/Radio; Musik; Desain; Penerbitan; Film, Animasi, Video; Seni Rupa; Fashion; dan Kriya. Sebaliknya, subsektor ekonomi kreatif yang rata upahnya di bawah rata-rata UMP Indonesia antara lain: Kuliner; Seni Pertunjukan; dan Fotograi.

£

Subsektor fashion; kuliner; kriya menyerap buruh paling banyak, tetapi rata-rata upahnya di bawah rata-rata upah seluruh sektor

£

Subsektor kuliner; seni pertunjukan; dan fotograi rata-rata upahnya di bawah rata-rata UMP Indonesia

1 133 711 1 223 483

1 511 233

1 487 801 1 587 776

2 059 899 1 529 161 1 630 193

1 909 478 1 952 589 2 069 306

2 552 962

988 829 1 088 903

1 296 908

1 584 391 1 790 342 1 997 819

2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sektor Ekraf Seluruh Sektor Rata-rata UMP Indonesia


(41)

Subsektor yang memiliki rata-rata upah relatif rendah perlu mendapat perhatian. Upaya peningkatan kreativitas pada subsektor tersebut diharapkan bisa meningkatkan upahnya. Apalagi, beberapa subsektor yang upahnya relatif rendah memiliki jumlah buruh/karyawan/pegawai yang relatif besar, seperti subsektor Fashion; Kriya; dan Kuliner.

Graik 3.6 Rata-rata Upah per Bulan Subsektor Ekonomi Kreatif, Seluruh Sektor, dan Rata-rata UMP Indonesia, 2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2016

*) Mencakup Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk 1 476 125

1 657 271 1 794 253

2 013 975

2 088 0522 199 346 2 375 106

2 692 780 2 906 608

3 061 858 3 322 167

3 647 134 5 124 319

5 331 833

2 552 962

1 997 819

F o to g ra fi S e n i P e rtu n ju k an K u lin e r K ri y a F as h io n S e n i Ru p a F il m , A n im as i, V id e o P e n e rb itan D e sai n *) M u si k T V /R ad io A p li kas i d a n G am e D e v e lo p e r P e ri k lan an A rs ite k tu r


(42)

(43)

UPAH

TENAGA KERJA

EKONOMI KREATIF

MENURUT BEBERAPA

KARAKTERISTIK

2011-2016


(44)

(45)

Upah Tenaga Kerja

Ekonomi Kreatif menurut

Beberapa Karakteristik

2011-2016

1. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik demograi dan ketenagakerjaan. Umur berpengaruh terhadap sikap seseorang di dalam pekerjaan. Tenaga kerja berumur muda biasanya baru mulai bekerja dan belum banyak memiliki pengalaman. Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin bertambah pengalaman kerjanya. Akan tetapi, ada titik tertentu dimana semakin bertambah umur, maka produktivitas kerjanya semakin menurun.

Tabel 4.1 Persentase Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif

menurut Kelompok Umur, 2011-2016

Kelompok Umur

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

15-19 11.05 11.67 10.60 9.59 7.93 8.89

20-24 21.20 21.08 20.86 20.43 21.66 22.78

25-29 19.18 18.77 18.19 17.92 18.64 19.23

30-34 16.54 16.81 17.08 17.50 15.65 13.88

35-39 12.27 12.13 12.07 11.95 12.87 12.24

40-44 9.11 9.26 10.14 9.74 9.80 8.73

45-49 5.05 4.79 5.11 6.39 6.29 6.81

50-54 2.99 2.88 2.97 3.30 3.77 3.73

55-59 1.56 1.38 1.58 1.72 1.85 2.26

60+ 1.05 1.23 1.40 1.45 1.55 1.45

Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

£

Satu dari lima buruh di sektor ekonomi kreatif berumur


(46)

Berdasarkan Sakernas 2011-2016, distribusi buruh berdasarkan kelompok umur di sektor ekonomi kreatif memiliki pola yang hampir sama. Persentase buruh di sektor ekonomi kreatif yang berumur 15-19 tahun berkisar antara 7 sampai 12 persen selama periode 2011-2016. Pada kelompok paling muda ini, umumnya buruh baru masuk ke dunia kerja setelah selesai menempuh pendidikan tingkat menengah.

Pada Graik 4.1 terlihat buruh di sektor ekonomi kreatif didominasi oleh mereka yang berumur muda, yaitu kelompok umur 20-24 tahun dan 25-29 tahun, yaitu berkisar antara 17 sampai 23 persen. Setelah umur 25 tahun, semakin tua umurnya, maka semakin berkurang buruh yang bekerja di sektor ekonomi kreatif.

Graik 4.1 Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut

Kelompok Umur, 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

Pada Lampiran 2, jumlah buruh/karyawan/pegawai yang lapa-ngan pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015, yaitu sebanyak 6,93 juta orang pada tahun 2015 menjadi 7,05 juta orang pada tahun 2016. Pada tahun 2016, buruh di sektor ekonomi kreatif yang berumur 15-19 tahun sebanyak 627 ribu orang, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang jumlahnya sebanyak 550 ribu orang. Pada tahun 2015-2016 buruh di sektor ekonomi kreatif paling banyak berumur 20-24 tahun, yaitu sebanyak 1,50 juta orang pada tahun 2015 dan 1,61 juta orang pada tahun 2016. Buruh di sektor ekonomi kreatif yang lanjut usia atau berumur 60 tahun ke atas jumlahnya paling sedikit, yaitu 107 ribu orang pada tahun 2015 dan 102 ribu orang pada tahun 2016.

£

Jumlah buruh di sektor ekonomi kreatif semakin menurun pada kelompok umur 24 tahun ke atas 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ 549 593

1 501 306 1 292 601 1 084 975 892 377 679 209 435 797 261 101 128 595 107 204 626 547

1 605 707 1 355 221 978 620 862 572 615 728 480 015 262 912 159 604 102 151 2016 2015


(47)

Tabel 4.2 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, 2011-2016

Kelompok Umur

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

15-19 757 302 827 636 1 010 337 938 955 985 752 1 229 780

20-24 933 346 1 047 144 1 325 962 1 344 005 1 332 970 1 787 563

25-29 1 098 442 1 234 787 1 603 112 1 551 603 1 693 339 2 181 449

30-34 1 257 964 1 268 289 1 615 396 1 534 581 1 690 536 2 096 554

35-39 1 300 009 1 387 664 1 713 448 1 677 362 1 763 164 2 252 130

40-44 1 327 970 1 474 684 1 673 206 1 743 282 1 808 955 2 518 144

45-49 1 479 355 1 439 439 1 617 026 1 745 340 1 908 326 2 404 261

50-54 1 526 031 1 844 894 2 076 622 1 723 532 1 699 007 2 954 586

55-59 1 259 240 1 392 129 1 222 711 1 277 148 1 564 447 1 677 364

60+ 1 234 336 1 220 950 1 422 665 1 090 628 1 522 417 1 759 991

Total 1 133 711 1 223 483 1 511 233 1 487 801 1 587 776 2 059 899 Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa buruh muda berusia 15-19 tahun di sektor ekonomi kreatif memperoleh upah paling rendah selama periode tahun 2011-2016. Hal ini dimungkinkan karena mereka baru masuk ke dunia kerja dan belum memiliki pengalaman kerja. Pada usia tersebut kemungkinan baru menamatkan pendidikan menengah, baik SMP maupun SMA. Pada periode 2011-2016, rata-rata upah/gaji tertinggi menurut kelompok umur mayoritas berada pada kelompok umur 50-54 tahun, kecuali pada tahun 2014 dan 2015 upah tertinggi ada pada kelompok umur 45-49 tahun.

Graik 4.2 menjelaskan bahwa pada tahun 2015-2016 upah terendah sektor ekonomi kreatif diterima oleh buruh muda yang berumur 15-19 tahun, yaitu 986 ribu rupiah pada tahun 2015 dan 1,23 juta rupiah pada tahun 2016. Upah tertinggi tahun 2015 diterima oleh kelompok umur yang berbeda dengan tahun 2016. Pada tahun 2015, rata-rata upah tertinggi diterima buruh berumur 45-49 tahun, yaitu sebesar 1,91 juta rupiah. Sedangkan pada tahun 2016, rata-rata upah tertinggi diterima buruh yang berumur 50-54 tahun, yaitu sebesar 2,95 juta rupiah.

Dalam fungsi upah, Mincer (1974) menggambarkan hubungan umur dan upah berlaku graik U terbalik. Upah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan pada umur tertentu mencapai puncak dan kembali menurun. Dengan kata lain, antara umur dan upah berlaku hubungan kuadratik (Willis, 1986). Berdasarkan Graik 4.2, dapat dilihat bahwa buruh di sektor ekonomi kreatif tahun 2015 menerima upah tertinggi pada kelompok umur 45-49 tahun, sedangkan tahun 2016 upah tertinggi sektor kreatif diterima oleh buruh yang berumur 50-54 tahun.

£

Tahun 2016, upah tertinggi di sektor ekonomi kreatif diterima oleh buruh berusia 50-54 tahun


(48)

Graik 4.2 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

2. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Jenis

Kelamin

Selain umur, jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik demograi. Jenis kelamin juga berpengaruh pada upah yang akan diterima pekerja. Masyarakat Indonesia, sebagaimana di negara berkembang lainnya, mengenal budaya pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan secara sosial, baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga. Laki-laki memikul peran sebagai pencari nafkah utama atau bread winner (Handayani, 2006) sehingga laki-laki cenderung mendapatkan upah yang lebih tinggi.

Berdasarkan Sakernas 2011-2016, rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif memiliki perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dimana rata-rata upah laki-laki selalu lebih tinggi daripada perempuan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3. Pada tahun 2016 upah buruh laki-laki mencapai 2,28 juta rupiah, lebih tinggi daripada upah buruh perempuan yang hanya mencapai 1,82 juta rupiah.

£

Rata-rata upah laki-laki lebih tinggi daripada perempuan selama periode 2011-2016 985 752

1 332 970

1 693 339 1 690 536 1 763 164 1 808 955 1 908 326

1 699 007

1 564 447 1 522 417 1 229 780

1 787 563

2 181 4492 096 554 2 252 130 2 518 144

2 404 261 2 954 586

1 677 364 1 759 991


(49)

Tabel 4.3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin, 2011-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan ini sejalan dengan penelitian Anker (1998). Menurut Anker (1998), kesenjangan penghasilan antar gender terjadi di seluruh negara. Dengan menggunakan data International Labor Organization (ILO) tahun 1990, Anker (1998) menemukan bahwa rendahnya penghasilan perempuan dibandingkan laki-laki terjadi di seluruh wilayah di dunia, dan perbedaan penghasilan tersebut terjadi pada semua pola penghasilan, baik harian, mingguan, maupun bulanan, dan terjadi di seluruh sektor non pertanian secara terpisah.

Pembagian kerja antar jenis kelamin terjadi antara lain karena laki-laki cenderung bekerja pada sektor yang lebih berisiko atau memerlukan kekuatan isik. Akibatnya, upah yang diterima laki-laki lebih tinggi daripada upah perempuan. Perbedaan upah juga diakibatkan preferensi pemberi kerja yang ingin memaksimalkan keuntungan, cenderung melihat laki-laki lebih produktif dibandingkan perempuan. Anker (1998) juga melihat perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan diakibatkan kapasitas modal manusia yang berbeda.

Jika dilihat dari tren upah di sektor ekonomi kreatif selama tahun 2011-2016, pada Graik 4.3 terlihat bahwa secara umum rata-rata upah buruh di sektor ekonomi kreatif cenderung naik, kecuali tahun 2014 yang sedikit menurun dari tahun 2013. Baik laki-laki maupun perempuan, memiliki tren yang sama selama tahun 2011-2016. Di tahun 2014, rata-rata upah laki-laki mengalami penurunan sekitar 30 ribu rupiah dari tahun 2013. Hal yang sama juga terjadi pada buruh perempuan, dimana rata-rata upah buruh perempuan tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 10 ribu rupiah dibandingkan tahun 2013. Rata-rata upah laki-laki dan perempuan meningkat hampir 100 persen dalam lima tahun terakhir, dimana rata-rata upah laki-laki dan perempuan telah mencapai masing-masing 2,28 dan 1,82 juta rupiah pada tahun 2016.

£

Rata-rata upah buruh ekonomi kreatif cenderung meningkat dari tahun 2011-2016, baik laki-laki maupun perempuan

Jenis Kelamin

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Laki-laki 1 285 992 1 389 375 1 689 265 1 658 770 1 662 055 2 281 582

Perempuan 952 998 1 039 628 1 304 362 1 294 312 1 504 306 1 818 698 Laki-laki +


(50)

Graik 4.3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin, 2011-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

3. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut

Pendidikan

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa besarnya produktivitas pekerja dipengaruhi oleh modal manusia seperti pendidikan, pengalaman, kesehatan, keahlian, keterampilan, dan pelatihan kerja (Schultz, 1961; Becker, 1975; Mincer, 1974; Willis, 1986). Teori modal manusia merupakan suatu pandangan yang menganggap manusia sebagai modal sebagaimana bentuk modal tradisional lainnya (teknologi, mesin, tanah, uang, dan sebagainya) yang sangat berperan dalam faktor produksi untuk mendapatkan keuntungan ataupun meningkatkan upah pekerja itu sendiri.

Becker (1975) dengan Teori Human Capital mengemukakan bahwa perbedaan dalam pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman kerja akan memengaruhi tingkat upah. Dengan kata lain, tingkat upah yang diterima ditentukan oleh adanya investasi modal manusia di dalam dirinya. Selanjutnya Becker menyatakan bahwa tingkat upah dari tenaga kerja yang dibayar berdasarkan produktivitas marginalnya tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui investasi dalam sumber daya manusia. Teori modal manusia itu sendiri menekankan pentingnya tiga hal utama dalam meningkatkan keuntungan di masa datang, yakni investasi modal manusia itu sendiri, pelatihan (on the job training), dan migrasi (Schultz, 1961; Becker, 1975).

Investasi secara umum dapat dikatakan sebagai pengorbanan pada masa sekarang untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang (Schultz,1961; Becker, 1975). Melalui investasi modal manusia, seseorang dapat memperluas alternatif dalam menentukan pilihan profesi, pekerjaan, dan upah yang lebih tinggi. Investasi modal manusia dapat

diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal, kesehatan,

£

Pendidikan, pelatihan,

keterampilan, dan pengalaman kerja mempengaruhi tingkat upah 1 285 992 1 389 375

1 689 265 1 658 770 1 662 055

2 281 582

952 998 1 039 628

1 304 362 1 294 312

1 504 306

1 818 698

2011 2012 2013 2014 2015 2016


(51)

gizi, serta migrasi (Todaro dan Smith, 2006) maupun pelatihan kerja, perawatan medis, konsumsi vitamin yang baik, dan lain sebagainya (Becker, 1975).

Sebagai salah satu investasi sumber daya manusia, pendidikan memerlukan biaya untuk mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang (present value), baik biaya langsung maupun tak langsung (Todaro dan Smith, 2006; Handayani, 2006). Biaya langsung meliputi uang sekolah atau biaya lain yang khususnya terkait dengan pendidikan seperti buku-buku. Biaya tidak langsung dapat berupa upah yang dikorbankan karena siswa tidak dapat bekerja selama masa bersekolah (forgone earning). Pendidikan merupakan akumulasi keterampilan dan keahlian secara umum maupun keahlian secara khusus dan spesiik. Di samping itu, pendidikan merupakan suatu sinyal dari produktivitas yang tinggi sehingga mereka yang berpendidikan tinggi mendapatkan upah yang lebih tinggi (Todaro dan Smith, 2006).

Tingkat pendidikan pada Sakernas merujuk pada tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Tingkat pendidikan tersebut dapat dikelom-pokkan menjadi 8, yaitu: tidak/belum pernah sekolah; tidak/belum tamat SD; SD/sederajat; SMP/sederajat; SMA/MA/sederajat; SMK; Diploma (DI, DII, DIII); dan Universitas (S1, S2, S3).

Tabel 4.4 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan, 2011-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa secara umum rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif cenderung naik dari tahun 2011-2016, kecuali pada tahun 2014. Upah di sektor ekonomi kreatif tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 1,51 juta rupiah menjadi 1,49 juta rupiah per bulan. Penurunan ini juga terjadi hampir di semua tingkat pendidikan buruh, kecuali pada buruh yang pendidikannya SMP dan SMK. Buruh di sektor ekonomi kreatif yang berpendidikan

Pendidikan Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tidak/belum pernah sekolah 621 051 622 921 1 000 769 758 994 708 773 979 601

Tidak/belum tamat SD 744 860 805 100 904 277 862 139 846 386 1 248 372

SD/sederajat 783 458 882 486 1 054 015 1 023 384 968 699 1 430 496

SMP/sederajat 1 006 224 994 012 1 242 422 1 247 132 1 269 847 1 714 306

SMA/MA/sederajat 1 198 957 1 338 586 1 681 445 1 599 212 1 632 144 2 316 209

SMK 1 162 941 1 256 488 1 569 503 1 596 726 1 741 656 2 122 547

Diploma (DI, DII, DIII) 2 096 242 2 178 605 2 706 281 2 610 670 2 991 346 2 870 690

Universitas (S1, S2, S3) 3 746 834 3 570 056 3 839 033 3 457 832 4 196 519 4 987 662


(52)

SMP tahun 2014 rata-rata upahnya mengalami kenaikan sekitar 5 ribu rupiah dibandingkan tahun 2013. Begitu juga untuk buruh yang berpendidikan SMK, rata-rata upahnya tahun 2014 naik sekitar 27 ribu rupiah dibandingkan tahun 2013.

Selama tahun 2011-2016, rata-rata upah buruh di sektor ekonomi kreatif berdasarkan pendidikan memiliki pola yang sama. Kondisi dua tahun terahir, yaitu 2015-2016 polanya juga tidak mengalami perubahan yang berarti. Pada tahun 2015, rata-rata upah buruh yang tidak/belum pernah sekolah hanya sebesar 709 ribu rupiah per bulan. Buruh yang pendidikannya tamat SD memiliki rata-rata upah 969 ribu rupiah per bulan. Buruh yang menamatkan pendidikan SMA dan SMK memiliki rata-rata upah sekitar dua kali lipat dari buruh yang hanya tamat SD. Pada Tahun 2015 Buruh yang menamatkan pendidikan sampai jenjang universitas memperoleh rata-rata upah paling tinggi, yaitu sebesar 4,20 juta rupiah per bulan.

Pada periode 2015-2016, rata-rata upah buruh di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2016 secara umum lebih tinggi dibandingkan tahun 2015, kecuali untuk buruh dengan tingkat pendidikan diploma (DI/DII/DIII). Buruh di sektor ekonomi kreatif yang pendidikannya diploma rata-rata upahnya pada tahun 2016 sebesar 2,87 juta rupiah per bulan, turun dibandingkan dengan rata-rata upah tahun 2015 yang mencapai 2,99 juta rupiah per bulan. Tahun 2016, upah buruh di sektor ekonomi kreatif yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 980 ribu rupiah, sedangkan buruh yang pendidikannya tamat SD rata-rata upahnya 1,43 juta rupiah per bulan. Buruh yang tingkat pendidikannya paling tinggi atau tamat universitas, memiliki rata-rata upah 4,99 juta rupiah per bulan, atau sekitar lima kali lipat dibandingkan buruh yang tidak/belum pernah sekolah. Dari data Sakernas 2011-2016, terlihat bahwa pendidikan mempunyai korelasi positif terhadap upah/gaji seseorang. Pendidikan yang tinggi pada sektor ekonomi kreatif mampu meningkatkan kesejahteraan buruh dari sudut pandang upahnya. Pendidikan yang tinggi berkorelasi dengan jenis keterampilan yang dikuasai oleh seseorang. Semakin tinggi tingkat keterampilan akan memberikan upah lebih tinggi dibanding mereka yang tidak punya keterampilan khusus.

Jacobsen (1994) menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan dan penghasilan bukan dilihat dari produktivitas, melainkan dari sinyal yang diberikan oleh pendidikan kepada majikan atau pengusaha yang dikenal sebagai sheepskin efect yang artinya ada informasi asimetris yang menyebabkan pengusaha meyakini bahwa semakin tinggi pendidikan seorang pekerja, semakin baik pekerja tersebut.

£

Buruh yang tidak/ belum pernah sekolah memiliki upah paling rendah

£

Tahun 2015-2016, buruh yang tamat pendidikan universitas (S1/S2/ S3) memiliki upah paling tinggi


(53)

Graik 4.4 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan, 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

Dari Graik 4.4 dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi rata-rata upahnya. Hal ini bersesuaian dengan teori modal manusia yang memberikan pemahaman bahwa pada dasarnya modal manusia melalui investasi pada pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja yang lebih besar dapat meningkatkan penghasilan pekerja melalui peningkatan produktivitas.

4. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Jenis

Pekerjaan Utama

Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja (BPS, 2016 a). Jenis pekerjaan pada publikasi ini didasarkan atas Klasiikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu kepada International Standard Classiication of Occupations (ISCO) 1988, dengan uraian jenis pekerjaan lebih rinci. Dalam penyajian ini klasiikasi tersebut dikonversikan ke Klasiikasi Jenis Pekerjaan Indonesia (KJI) 1982 (BPS, 2016 b).

£

Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi upahnya

708 773 846 386

968 699 1 269 847

1 632 144 1 741 656

2 991 346

4 196 519

979 601 1 248 372

1 430 496 1 714 306

2 316 209 2 122 547

2 870 690

4 987 662

Tidak/belum pernah sekolah Tidak/belum tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SMA/MA/sederajat SMK Diploma (DI, DII, DIII) Universitas (S1, S2, S3)


(54)

Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa jenis pekerjaan Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan memperoleh upah paling tinggi selama tahun 2011-2016. Sebaliknya, jenis pekerjaan yang memperoleh upah terendah selama 2011-2016 berubah-ubah, antara lain: jenis pekerjaan Tenaga Usaha Penjualan; Tenaga Usaha Jasa; serta Tenaga Produksi Operator Alat Angkutan dan Pekerja Kasar.

Tabel 4.5 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan Utama, 2011-2016

Jenis Pekerjaan

Utama *)

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 2 227 556 1 921 139 2 947 843 2 281 972 3 058 861 2 469 781

2 4 380 494 6 709 304 4 035 054 5 638 572 6 573 853 6 650 145

3 1 717 644 1 905 946 2 214 001 2 228 825 2 509 196 3 219 773

4 983 141 1 086 341 1 292 101 1 281 041 1 226 039 1 910 612

5 1 118 239 1 209 549 1 570 731 1 459 255 1 534 046 1 640 181

6 - - -

-7/8/9 977 747 1 091 520 1 345 757 1 360 690 1 389 284 1 943 794

X/00 - - - 2 423 594

Total 1 133 711 1 223 483 1 511 233 1 487 801 1 587 776 2 059 899 Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Keterangan *):

1. Tenaga Profesional, Teknisi dan tenaga lain ybdi 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan tenaga ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan

5. Tenaga Usaha Jasa

6. Tenaga Usaha Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan 7/8/9. Tenaga Produksi Operator Alat Angkutan dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya

- Tidak ada atau nol

Pada tahun 2016, jenis pekerjaan Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan memilki upah tertinggi, yaitu sebesar 6,65 juta rupiah per bulan. Tertinggi berikutnya yaitu buruh dengan jenis pekerjaan Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan tenaga yang berhubungan dengan itu, sebesar 3,22 juta rupiah per bulan. Jenis pekerjaan Tenaga Usaha Jasa memiliki rata-rata upah terendah pada tahun 2016, yaitu sebesar 1,64 juta rupiah per bulan.

£

Jenis pekerjaan tenaga

kepemimpinan dan ketatalaksanaan memiliki upah paling tinggi


(55)

5. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Jenis

Pekerjaan

White/Blue Collar

Penentuan seorang penduduk yang bekerja sebagai white/blue collar dilihat berdasarkan kategori pada jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan white collar terdiri dari kategori: 1). Tenaga profesional, teknisi, dan tenaga lain yang berhubungan dengan itu; 2). Tenaga Kepemimpinan dan ketatalaksanaan; dan 3). Pejabat pelaksana, tenaga tata usaha, dan tenaga yang berhubungan dengan itu. Selain dari ketiga kategori tersebut, maka termasuk pada jenis pekerjaan blue collar.

Mengacu pada Graik 4.5, dapat dikatakan bahwa rata-rata upah buruh selama periode 2011-2016 cenderung mengalami kenaikan untuk semua jenis pekerjaan white/blue collar, kecuali pada tahun 2014. Pada tahun 2014, Buruh di sektor ekonomi kreatif yang jenis pekerjannya white collar mengalami penurunan rata-rata upah cukup signiikan dari 2,61 juta rupiah pada tahun 2013 menjadi 2,41 juta rupiah pada tahun 2014.

Graik 4.5 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan

White/Blue Collar, 2011-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Selama periode 2011-2016, tampak perbedaan yang nyata antara upah buruh yang jenis pekerjaannya white collar dengan blue collar. Buruh yang jenis pekerjaannya white collar rata-rata upahnya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan blue collar. Pada tahun 2011, rata-rata upah buruh di sektor ekonomi kreatif yang jenis pekerjaannya white collar sebesar 2,10 juta rupiah per bulan, sedangkan rata-rata upah upah buruh yang jenis pekerjaannya blue collar hanya 990 ribu rupiah per bulan. Kondisi terakhir tahun 2016 menunjukkan pola yang sama, di mana rata-rata upah buruh dengan jenis pekerjaan white collar lebih tinggi daripada blue collar yaitu 3,12 juta rupiah berbanding 1,92 juta rupiah per bulan.

£

Rata-rata upah buruh ekonomi kreatif cenderung meningkat dari tahun 2011-2016, baik untuk jenis pekerjaan white collar maupun blue collar

£

Jenis pekerjaan white collar memiliki upah lebih tinggi daripada blue collarcollar

2 102 889 2 147 448

2 610 742

2 407 929

2 954 914 3 117 595

990 393 1 100 312

1 355 451 1 355 738 1 373 130

1 915 776

2011 2012 2013 2014 2015 2016 White Collar Blue Collar


(56)

Hasil yang disajikan dari Sakernas 2011-2016 ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengaitkan jenis pekerjaan (white collar/blue collar) dengan upah yang diterima. Buckley (1985), menyatakan bahwa perbedaan upah diantara pekerja dengan pekerjaan yang sama pada rentang antara yang tertinggi dan terendah tergantung pada variasi menurut jenis pekerjaan, jenis industri dan kategori ukuran perusahaan. Ditemukan rata-rata upah pada jenis pekerjaan white collar lebih besar dua kali daripada rata-rata upah pada jenis pekerjaan blue collar.

Selain itu, penelitian Moko (2006) menunjukkan bahwa jumlah pekerja dengan jenis pekerjaan white collar yang memiliki upah di atas atau sama dengan rata-rata sebesar 67,3 persen dan hanya 21,2 persen pekerja dengan pekerjaan blue collar yang memperoleh upah di atas rata-rata. Ini menandakan bahwa pada jenis pekerjaan white collar kebanyakan pekerja akan memperoleh upah tinggi, sebaliknya pada kelompok pekerjaan blue collar pekerja cenderung menerima upah kurang dari rata-rata.

Untuk memasuki pekerjaan white collar diperlukan berbagai keteram-pilan khusus, pendidikan yang tinggi, sedangkan pekerjaan blue collar cenderung digeluti oleh mereka yang tidak punya keterampilan khusus dan berpendidikan rendah. Oleh karenanya, kompensasi yang akan dibayarkan atas tenaga dan jasa yang dikeluarkan akan berbeda pada kedua jenis pekerjaan ini.


(57)

(58)

(1)

Lampiran 8.c Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/

Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi

Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama

(White/Blue Collar), 2013

Subsektor Ekonomi Kreatif

Jenis Pekerjaan Utama

Total White Collar Blue Collar

(1) (2) (3) (4)

Arsitektur 5 452 427 3 240 276 5 073 137

Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk 3 325 566 2 393 747 2 971 603

Film, Animasi, Video 2 539 419 2 684 950 2 605 641

Fotograi 1 433 843 1 649 134 1 608 860

Kriya 2 639 170 1 246 890 1 356 311

Kuliner 2 204 941 1 307 708 1 387 000

Musik 2 313 086 1 280 198 1 988 176

Fashion 2 029 756 1 389 902 1 449 925

Aplikasi dan Game Developer 3 594 462 4 849 070 3 693 221

Penerbitan 3 441 209 1 610 709 2 143 257

Periklanan 3 010 795 2 762 671 2 893 723

TV/Radio 2 574 899 2 991 403 2 734 627

Seni Pertunjukan 2 510 040 1 578 062 2 088 304

Seni Rupa 3 081 261 1 456 957 2 218 336

Total 2 610 742 1 355 451 1 511 233


(2)

UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF 2011-2016

92

Lampiran 8.d Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/

Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi

Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama

(White/Blue Collar), 2014

Subsektor Ekonomi Kreatif

Jenis Pekerjaan Utama

Total White Collar Blue Collar

(1) (2) (3) (4)

Arsitektur 4 200 608 1 865 584 3 985 551

Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk 1 842 389 2 553 815 2 243 531

Film, Animasi, Video 2 639 894 2 700 934 2 671 145

Fotograi 1 516 658 1 419 209 1 439 459

Kriya 2 656 599 1 266 566 1 369 942

Kuliner 2 077 429 1 298 875 1 366 144

Musik 2 468 444 1 963 203 2 115 211

Fashion 1 893 043 1 391 501 1 440 439

Aplikasi dan Game Developer 3 387 215 2 534 455 3 308 600

Penerbitan 2 630 489 1 609 023 1 903 938

Periklanan 2 544 877 1 617 257 2 253 330

TV/Radio 2 908 962 2 598 747 2 817 200

Seni Pertunjukan 2 081 287 1 885 688 1 998 702

Seni Rupa 4 755 001 1 405 541 3 742 464

Total 2 407 929 1 355 738 1 487 801


(3)

Lampiran 8.e Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/

Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif

menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama (White/

Blue Collar), 2015

Subsektor Ekonomi Kreatif

Jenis Pekerjaan Utama

Total White Collar Blue Collar

(1) (2) (3) (4)

Arsitektur 4 514 517 2 555 498 4 428 155

Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk 5 030 345 2 046 904 3 155 457

Film, Animasi, Video 2 171 968 1 643 801 1 800 416

Fotograi 1 792 440 1 734 939 1 755 860

Kriya 3 341 031 1 280 398 1 443 670

Kuliner 3 085 866 1 240 485 1 411 141

Musik 2 788 459 1 807 376 2 348 716

Fashion 1 937 584 1 483 802 1 529 956

Aplikasi dan Game Developer 4 109 218 1 818 047 3 940 100

Penerbitan 2 969 756 1 668 122 2 110 476

Periklanan 4 387 275 2 181 804 3 875 271

TV/Radio 3 195 998 2 860 354 3 106 378

Seni Pertunjukan 3 652 693 1 510 360 2 903 019

Seni Rupa 3 357 327 2 019 636 2 702 940

Total 2 954 914 1 373 130 1 587 776


(4)

UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF 2011-2016

94

Lampiran 8.f Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima

Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor

Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis

Pekerjaan Utama (White/Blue Collar), 2016

Subsektor Ekonomi Kreatif

Jenis Pekerjaan Utama

Total

White Collar Blue Collar

(1) (2) (3) (4)

Arsitektur 4 564 479 8 144 609 5 331 833

Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk 3 243 205 2 309 280 2 906 608

Film, Animasi, Video 1 766 486 3 433 211 2 375 106

Fotograi 856 681 2 148 396 1 476 125

Kriya 3 690 580 1 846 947 2 013 975

Kuliner 2 720 494 1 723 696 1 794 253

Musik 3 408 018 2 649 384 3 061 858

Fashion 3 060 752 2 036 488 2 088 052

Aplikasi dan Game Developer 3 773 003 1 508 000 3 647 134

Penerbitan 3 538 576 2 233 160 2 692 780

Periklanan 5 229 532 4 490 632 5 124 319

TV/Radio 3 736 201 2 930 935 3 322 167

Seni Pertunjukan 1 647 161 1 707 358 1 657 271

Seni Rupa 2 228 332 2 150 312 2 199 346

Total 3 117 595 1 915 776 2 059 899


(5)

(6)