Validitas Pad Test (Uji Pembalut) Sebagai Diagnostik Inkontinensia Urin Tipe Stress
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS)
didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau
dikontrol, secara obyektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah
sosial atau higienis.1,2,3,4,5 Kondisi ini merupakan sebuah masalah kesehatan
yang berdampak langsung terhadap aspek sosial, psikologis, aktivitas sosial
dan pekerjaan.1,3
Prevalensi inkontinensia urin (IU) tipe stress pada wanita dua kali lebih
banyak dibandingkan laki-laki, dengan angka prevalensi sebesar 10-20%.1,3
Menurut Thom, prevalensi inkontinensia urin pada wanita usia tua sekitar
35%, sedangkan pada wanita usia muda sekitar 28%.6 Hampel dan rekan
menyatakan variasi angka kejadian kasus inkontinensia urin, yaitu sebesar
29% pada wanita usia 30-60 tahun, dan 16% pada wanita usia < 30 tahun.
Masih pada penelitian yang sama, Hampel menyatakan bahwa 78% kasus
inkontinensia urin merupakan tipe stress.6 Berbeda halnya dengan Karl,
menurutnya prevalensi inkontinensia urin (IU) tipe stress berkisar antara 435%. Penelitian oleh Dorothy Kammerer menyatakan bahwa prevalensi
inkontinensia urin (IU) sebesar 10 -25 % pada wanita usia < 65 tahun dan >
30 % pada wanita usia > 65 tahun, bahkan pada penelitian yang sama ia
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan data bahwa penyakit ini menghabiskan biaya nasional sebesar
16,3 juta dollar AS, dengan biaya personal yang mencapai 900 dollar AS per
pasien.7
Inkontinensia urin pada awalnya dibagi menjadi transien dan kronik.
Inkontinensia transien merupakan kejadian keluarnya urin secara spontan
yang secara spontan keluhannya akan menghilang apabila penyebabnya
ditangani. Sedangkan inkontinensia kronis tidak dapat menghilang secara
spontan, diklasifikasikan menjadi tipe stress, urgensi, gabungan dan
fungsional.8
Inkontinensia urin tipe stress (SUI), sekarang disebut juga genuine
stress incontinence, merupakan jenis inkontinensia urin yang paling sering
dijumpai , dengan angka kejadian 50-70% dari seluruh kejadian inkontinensia
urin.
American Urological Association menggunakan Questionnaire for
Urinary Incontinence Diagnosis (QUID) sebagai kuesioner yang valid untuk
menegakkan diagnosis inkontinensia urin tipe stress dan urgensi, sebelum
dan setelah terapi.7,8 Kuesioner ini merupakan kuesioner yang telah diakui
validitas dan progresifitasnya dalam menegakkan diagnosis dan tipe
inkontinensia urin.8
Pad test (uji pembalut) merupakan salah satu metode diagnostik
alternatif inkontinensia urin tipe stress.5,9 Uji ini sering digunakan peneliti
untuk melihat adanya kebocoran urin saat batuk, bersin dan aktivitas fisik
Universitas Sumatera Utara
lainnya.4,10 Ada beberapa variasi pemeriksaan pad test, antara lain uji batuk,
uji melompat, uji duduk-berdiri, dengan berbagai volume kandung kemih.6
Namun, penggunaan pad test untuk mendiagnosis inkontinensia urin
tipe stress masih merupakan sebuah metode yang kontroversial. Beberapa
peneliti berpendapat bahwa hanya kuesioner QUID yang merupakan metode
diagnostik yang handal dan sesuai dengan protokol inkontinensia urin oleh
IUGA (International Urogynecological Association), namun peneliti-peneliti
lainnya berpendapat bahwa uji stress batuk dan lompat juga dapat digunakan
sebagai metode diagnostik alternatif dengan nilai sensitifitas dan spesifisitas
sebesar 88,1% dan 77,1%.6
Masih terjadi perdebatan mengenai hasil yang didapatkan dari hasil
kuesioner dengan pad test pada wanita dengan inkontinensia urin. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa tidak terdapat korelasi antara pad test ini
dengan hasil yang didapatkan melalui kuesioner inkontinensia urin.2,11,12
Namun
demikian,
modifikasi
pemeriksaan
banyak
dilakukan
untuk
meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan, yang pada akhirnya
bertujuan untuk menentukan terapi dan menghilangkan gejala inkontinensia
itu sendiri.11
Minimnya penelitian mengenai kehandalan pad test sebagai metode
diagnostik alternatif inkontinensia urin di Indonesia menyebabkan metode ini
tidak lazim digunakan. Mengingat dampak negatif terhadap aspek sosial,
psikologis dan kinerja pada wanita dengan inkontinensia urin, peneliti merasa
Universitas Sumatera Utara
perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alternatif uji diagnostik
selain Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID) yang
merupakan metode diagnostik Inkontinensia Urin yang valid.
1.2. Rumusan Masalah
Inkontinensia urin merupakan salah satu penyakit di bidang ginekologi
dengan gejala awal sering diabaikan oleh pasien. Kurangnya kepedulian
pasien terhadap penyakit serta progresifitas penyakit yang terus memburuk
menyebabkan sebagian besar pasien datang dengan derajat yang telah
lanjut, dan gangguan kualitas hidup.
Metode diagnostik penyakit ini melalui kuesioner yang secara
internasional telah diakui validitasnya yang disebut Questionnaire for Urinary
Incontinence Diagnosis (QUID). Penegakan diagnosis dengan menggunakan
kuesioner mengandung bias akibat subyektifitas pasien, sehingga, beberapa
penelitian menggunakan bahwa pad test (uji pembalut) sebagai modalitas
diagnostik inkontinensia urin tipe stres. Metode ini memeriksa urin yang
keluar, dengan mengukur penambahan berat pembalut, secara spontan saat
tekanan intra abdomen pasien meningkat melalui uji stress batuk dan uji
stress melompat, sehingga kemungkinan bias akibat subyektifitas penderita
dapat dihindari. Namun, uji ini belum diakui kehandalannya sebagai metode
diagnostik inkontinensia urin tipe stress. Selain itu, belum ada penelitian di
institusi pendidikan Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU mengenai
Universitas Sumatera Utara
sensitifitas dan spesifisitas uji pembalut sebagai metode diagnostik
inkontinensia urin tipe stres yang handal, maka peneliti merumuskan
masalah:
Apakah
uji
pembalut
dapat
menjadi metode
diagnostik
inkontinensia urin tipe stress yang valid?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah uji pembalut merupakan metode diagnostik
yang valid untuk inkontinensia urin tipe stress dibandingkan dengan
Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID) sebagai standar
baku diagnostik inkontinensia urin tipe stres
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik pasien inkontinensia urin tipe stress
2. Mengetahui sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga
negatif uji pembalut sebagai metode diagnostik inontinensia urin tipe stress
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi praktisi
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah variasi metode
diagnostik dalam menegakkan diagnosa inkontinensia urin tipe stres
2. Hasil penelitian ini dapat segera mendeteksi inkontinensia urin pada
awal terjadinya penyakit
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Manfaat di bidang pendidikan dan penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian
selanjutnya.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
Hasil
penelitian
dapat
memberikan
pengetahuan
mengenai
inkontinensia urin, serta harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan
penanganan secara dini sehingga dapat dicapai angka kualitas hidup
yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS)
didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau
dikontrol, secara obyektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah
sosial atau higienis.1,2,3,4,5 Kondisi ini merupakan sebuah masalah kesehatan
yang berdampak langsung terhadap aspek sosial, psikologis, aktivitas sosial
dan pekerjaan.1,3
Prevalensi inkontinensia urin (IU) tipe stress pada wanita dua kali lebih
banyak dibandingkan laki-laki, dengan angka prevalensi sebesar 10-20%.1,3
Menurut Thom, prevalensi inkontinensia urin pada wanita usia tua sekitar
35%, sedangkan pada wanita usia muda sekitar 28%.6 Hampel dan rekan
menyatakan variasi angka kejadian kasus inkontinensia urin, yaitu sebesar
29% pada wanita usia 30-60 tahun, dan 16% pada wanita usia < 30 tahun.
Masih pada penelitian yang sama, Hampel menyatakan bahwa 78% kasus
inkontinensia urin merupakan tipe stress.6 Berbeda halnya dengan Karl,
menurutnya prevalensi inkontinensia urin (IU) tipe stress berkisar antara 435%. Penelitian oleh Dorothy Kammerer menyatakan bahwa prevalensi
inkontinensia urin (IU) sebesar 10 -25 % pada wanita usia < 65 tahun dan >
30 % pada wanita usia > 65 tahun, bahkan pada penelitian yang sama ia
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan data bahwa penyakit ini menghabiskan biaya nasional sebesar
16,3 juta dollar AS, dengan biaya personal yang mencapai 900 dollar AS per
pasien.7
Inkontinensia urin pada awalnya dibagi menjadi transien dan kronik.
Inkontinensia transien merupakan kejadian keluarnya urin secara spontan
yang secara spontan keluhannya akan menghilang apabila penyebabnya
ditangani. Sedangkan inkontinensia kronis tidak dapat menghilang secara
spontan, diklasifikasikan menjadi tipe stress, urgensi, gabungan dan
fungsional.8
Inkontinensia urin tipe stress (SUI), sekarang disebut juga genuine
stress incontinence, merupakan jenis inkontinensia urin yang paling sering
dijumpai , dengan angka kejadian 50-70% dari seluruh kejadian inkontinensia
urin.
American Urological Association menggunakan Questionnaire for
Urinary Incontinence Diagnosis (QUID) sebagai kuesioner yang valid untuk
menegakkan diagnosis inkontinensia urin tipe stress dan urgensi, sebelum
dan setelah terapi.7,8 Kuesioner ini merupakan kuesioner yang telah diakui
validitas dan progresifitasnya dalam menegakkan diagnosis dan tipe
inkontinensia urin.8
Pad test (uji pembalut) merupakan salah satu metode diagnostik
alternatif inkontinensia urin tipe stress.5,9 Uji ini sering digunakan peneliti
untuk melihat adanya kebocoran urin saat batuk, bersin dan aktivitas fisik
Universitas Sumatera Utara
lainnya.4,10 Ada beberapa variasi pemeriksaan pad test, antara lain uji batuk,
uji melompat, uji duduk-berdiri, dengan berbagai volume kandung kemih.6
Namun, penggunaan pad test untuk mendiagnosis inkontinensia urin
tipe stress masih merupakan sebuah metode yang kontroversial. Beberapa
peneliti berpendapat bahwa hanya kuesioner QUID yang merupakan metode
diagnostik yang handal dan sesuai dengan protokol inkontinensia urin oleh
IUGA (International Urogynecological Association), namun peneliti-peneliti
lainnya berpendapat bahwa uji stress batuk dan lompat juga dapat digunakan
sebagai metode diagnostik alternatif dengan nilai sensitifitas dan spesifisitas
sebesar 88,1% dan 77,1%.6
Masih terjadi perdebatan mengenai hasil yang didapatkan dari hasil
kuesioner dengan pad test pada wanita dengan inkontinensia urin. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa tidak terdapat korelasi antara pad test ini
dengan hasil yang didapatkan melalui kuesioner inkontinensia urin.2,11,12
Namun
demikian,
modifikasi
pemeriksaan
banyak
dilakukan
untuk
meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan, yang pada akhirnya
bertujuan untuk menentukan terapi dan menghilangkan gejala inkontinensia
itu sendiri.11
Minimnya penelitian mengenai kehandalan pad test sebagai metode
diagnostik alternatif inkontinensia urin di Indonesia menyebabkan metode ini
tidak lazim digunakan. Mengingat dampak negatif terhadap aspek sosial,
psikologis dan kinerja pada wanita dengan inkontinensia urin, peneliti merasa
Universitas Sumatera Utara
perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alternatif uji diagnostik
selain Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID) yang
merupakan metode diagnostik Inkontinensia Urin yang valid.
1.2. Rumusan Masalah
Inkontinensia urin merupakan salah satu penyakit di bidang ginekologi
dengan gejala awal sering diabaikan oleh pasien. Kurangnya kepedulian
pasien terhadap penyakit serta progresifitas penyakit yang terus memburuk
menyebabkan sebagian besar pasien datang dengan derajat yang telah
lanjut, dan gangguan kualitas hidup.
Metode diagnostik penyakit ini melalui kuesioner yang secara
internasional telah diakui validitasnya yang disebut Questionnaire for Urinary
Incontinence Diagnosis (QUID). Penegakan diagnosis dengan menggunakan
kuesioner mengandung bias akibat subyektifitas pasien, sehingga, beberapa
penelitian menggunakan bahwa pad test (uji pembalut) sebagai modalitas
diagnostik inkontinensia urin tipe stres. Metode ini memeriksa urin yang
keluar, dengan mengukur penambahan berat pembalut, secara spontan saat
tekanan intra abdomen pasien meningkat melalui uji stress batuk dan uji
stress melompat, sehingga kemungkinan bias akibat subyektifitas penderita
dapat dihindari. Namun, uji ini belum diakui kehandalannya sebagai metode
diagnostik inkontinensia urin tipe stress. Selain itu, belum ada penelitian di
institusi pendidikan Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU mengenai
Universitas Sumatera Utara
sensitifitas dan spesifisitas uji pembalut sebagai metode diagnostik
inkontinensia urin tipe stres yang handal, maka peneliti merumuskan
masalah:
Apakah
uji
pembalut
dapat
menjadi metode
diagnostik
inkontinensia urin tipe stress yang valid?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah uji pembalut merupakan metode diagnostik
yang valid untuk inkontinensia urin tipe stress dibandingkan dengan
Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID) sebagai standar
baku diagnostik inkontinensia urin tipe stres
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik pasien inkontinensia urin tipe stress
2. Mengetahui sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga
negatif uji pembalut sebagai metode diagnostik inontinensia urin tipe stress
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi praktisi
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah variasi metode
diagnostik dalam menegakkan diagnosa inkontinensia urin tipe stres
2. Hasil penelitian ini dapat segera mendeteksi inkontinensia urin pada
awal terjadinya penyakit
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Manfaat di bidang pendidikan dan penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian
selanjutnya.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
Hasil
penelitian
dapat
memberikan
pengetahuan
mengenai
inkontinensia urin, serta harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan
penanganan secara dini sehingga dapat dicapai angka kualitas hidup
yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara