Pengaruh Enterprise Risk Management dan Faktor Internal Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Risiko dan Enterprise Risk Management
2.1.1 Risiko
Risiko adalah ketidakpastian dari keuntungan masa mendatang (Chance
dan Brooks, 2016: 8). Risiko dihadapi dalam setiap aktivitas yang dilakukan,
begitu pula aktivitas bisnis. Potensi kejadian yang menimbulkan risiko dapat
muncul kapan saja dan menyebabkan kerugian baik bagi individu maupun
perusahaan. Risiko menunjukkan kemungkinan hasil yang berbeda dari yang
diharapkan. Menurut Siahaan (2009: 2), risiko berkaitan dengan kemungkinan
(probability) kerugian terutama yang menimbulkan masalah. Jika kerugian
diketahui dengan pasti terjadinya, mungkin dapat direncanakan di muka untuk
mengatasinya dengan mengeluarkan ongkos tertentu. Risiko menjadi masalah
penting jika kerugian yang ditimbulkannya tidak diketahui secara pasti.
Manajemen risiko adalah proses dimana perusahaan mengidentifikasi
risiko dan mengambil tindakan sebelum serta sesudah untuk mengontrol deviasi
antara toleransi risiko dengan risiko yang dihadapi (Culp, 2002). Manajemen
risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses- proses berikut ini (Hanafi, 2014:
10-12):
1. Identifikasi Risiko
Ini dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi

oleh suatu organisasi.
2. Evaluasi dan Pengukuran Risiko

11
Universitas Sumatera Utara

Tujuan dari hal ini adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan
lebih baik. Jika memperoleh pemahaman yang lebih baik, akan lebih
mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk
mengukur risiko tersebut.
3. Pengelolaan Risiko
Risiko harus dikelola. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti
penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, atau ditransfer ke pihak
lainnya.

2.1.2 Enterprise Risk Management (ERM)
Enterprise Risk Management (ERM) adalah filosofi manajemen risiko

yang menekankan pendekatan strategis dan terintegrasi untuk mengelola risiko
dan ketidakpastian dari banyak risiko yang muncul dengan mekanisme tata kelola

perusahaan yang membatasi dan mengkoordinasikan perilaku manajer (Baxter et
al., 2012). Dalam Excecutive Summary yang dikeluarkan oleh COSO (2004), yang

dimaksud dengan Enterprise Risk Management (ERM) adalah sebuah proses yang
dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya yang diterapkan
dalam pengaturan strategi dan mencakup perusahaan

secara keseluruhan,

dirancang untuk mengidentifikasi peristiwa potensial yang dapat memengaruhi
perusahaan dan mengelola risiko yang berada dalam batasannya untuk
memberikan keyakinan yang cukup yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
perusahaan.
COSO menyatakan bahwa Enterprise Risk Management meliputi enam hal
berikut:

12
Universitas Sumatera Utara

1. Aligning risk appetite and strategy


Manajemen mempertimbangkan besar risiko entitas dalam mengevaluasi
strategi alternatif, menetapkan tujuan yang terkait, dan mengembangkan
mekanisme untuk mengelola risiko yang terkait.
2. Enchancing risk response decisions

ERM menyediakan kekuatan untuk mengidentifikasi dan memilih di
antara tanggapan alternatif risiko – mennghindari, mengurangi, membagi,
dan menerima risiko.
3. Reducing operational surprises and losses

Keuntungan entitas meningkatkan kapabilitas untuk mengidentifikasi
peristiwa potensial dan menetapkan respon, mengurangi kejutan, dan
menghubungkan dengan biaya atau kerugian.
4. Identifiying and managing multiple and cross-enterprise risks

Setiap perusahaan menghadapi banyak sekali risiko yang memengaruhi
berbagai bagian organisasi dan Enterprise Risk Management memfasilitasi
respon yang efektif terhadap dampak yang saling berhubungan dan
mengintegrasikan respon terhadap beberapa risiko.

5. Seizing opportunities

Dengan mempertimbangkan berbagai peristiwa potensial, manajemen
diposisikan untuk mengidentifikasi dan secara proaktif merealisasikan
peluang.

13
Universitas Sumatera Utara

6. Improving deployment of capital

Memperoleh informasi risiko yang kuat memungkinkan manajemen untuk
secara efektif menilai kebutuhan modal secara keseluruhan dan
meningkatkan alokasi modal.
Dari keenam hal tersebut, dapat dilihat bahwa Enterprise Risk Management
(ERM) mengatasi risiko melalui identifikasi, evaluasi, meminimalkan biaya yang
ditimbulkan oleh risiko, serta melihat kemungkinan kejadian potensial yang dapat
menyebabkan kerugian.
Selain itu, Enterprise Risk Management yang dikeluarkan oleh COSO
memiliki delapan komponen yang terdiri dari lingkungan internal, penentuan

tujuan, identifikasi kejadian, evaluasi (assessment) risiko, respon terhadap risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta monitoring. Risiko yang
dikelola mencakup risiko strategis, operasi, dan kepatuhan dan mencakup seluruh
oragnisasi, mulai dari level perusahaan keseluruhan, level divisi, level unit bisnis,
dan level anak perusahaan (Hanafi, 2014: 19).
Enterprise Risk Management dianggap sebagai paradigma yang baru

dalam pengelolaan manajemen risiko, sebelumnya diberbagai organisasi seperti
asuransi, nilai tukar, operasi perusahaan, kredit, dan komoditas masing-masing
aktivitas dilakukan terfokus dan terpisah. Di bawah Enterprise Risk Management,
semua area risiko akan berfungsi sebagai bagian dari sebuah integrasi, srategi, dan
keseluruhan sistem perusahaan. Manajemen

risiko dikoordinasikan dengan

tingkat pengawasan senior, karyawan di semua tingkat organisasi menggunakan
Enterprise Risk Management didorong untuk melihat manajemen risiko sebagai

14
Universitas Sumatera Utara


bagian integral dan berkelanjutan dari pekerjaan mereka (Fraser dan Simkins,
2010: 3).
Nocco dan Stulz (2006), menyatakan bahwa fungsi manajemen risiko
diarahkan oleh seorang eksekutif senior, yaitu Chief Risk Officer (CRO) serta
peranan dewan dalam langkah-langkah pemantauan dan pengaturan batasan risiko
untuk langkah-langkah ini telah meningkat di banyak perusahaan. Sebuah
perusahaan yang memilih untuk mengelola risiko dapat melakukannya dengan dua
cara yang berbeda secara fundamental: mengelola satu risiko pada satu waktu atau
mengelola semua risiko yang ada secara holistik, yaitu melalui Enterprise Risk
Management. Perusahaan yang berhasil menerapkan Enterprise Risk Management

memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang jika dibandingkan dengan orangorang yang mengelolanya secara individual atau terpisah. Dengan mengukur dan
mengelola risiko yang sistematis dan secara konsisten dan menyelaraskan insentif
karyawan untuk mengoptimalkan tradeoff antara risiko dan pendapatan,
peningkatan perusahaan secara tajam kemungkinannya akan mencapai tujuan
stategis.
Dalam konteks misi atau visi perusahaan yang didirikan, manajemen
menetapkan tujuan strategis, memilih strategi, dan menetapkan tujuan selaras
dengan mengalirnya perusahaan. Kerangka manajemen risiko perusahaan ini

diarahkan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan, yang diatur dalam empat
kategori:
1. Strategic (Strategi), tujuan tingkat tinggi, sejalan dan mendukung misi,

15
Universitas Sumatera Utara

2. Operations (Operasi), penggunaan yang efektif dan efisien dari sumber
daya,
3. Reporting (Pelaporan), keandalan pelaporan,
4. Compliance (Kepatuhan), kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku (COSO, 2004).
Nocco dan Stulz (2006) menjelaskan bahwa Enterprise Risk Management
menciptakan nilai, baik melalui dampaknya terhadap perusahaan secara makro
maupun mikro. Secara makro, Enterprise Risk Management menciptakan nilai
dengan memungkinkan perusahaan untuk mengukur dan merasionalisasi tradeoff
risiko dan pendapatan dihadapi dan karenanya memungkinkan bagi perusahaan
untuk mengakses sumber daya dari waktu ke waktu untuk menerapkan strategi
dan mengambil risiko yang menciptakan nilai. Secara mikro, Enterprise Risk
Management menjadi cara hidup perusahaan. Semua risiko material yang dimiliki


dan tradeoff antara pendapatan dan risiko berhubungan dengan risiko individu
harus diinternalisasikan. Oleh karena itu, penerapan Enterprise Risk Management
ditujukan untuk meminimalkan risiko secara menyeluruh dan ditujukan untuk
mencapai tujuan strategis perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan.

2.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan publik ditentukan oleh pasar saham begitu juga dengan
nilai perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan kepada publik juga sangat
dipengaruhi oleh pasar yang sama (Walsh, 2003: 144). Harga saham yang tinggi
akan menunjukkan tingginya nilai perusahaan juga. Bagi pemilik perusahaan,
nilai perusahaan yang tinggi sangat diharapkan yang pastinya akan menunjukkan

16
Universitas Sumatera Utara

kelangsungan perusahaan dan menunjukkan kemakmuran pemegang saham
perusahaan tersebut. Menurut Rodoni dan Ali (2014: 4), kekayaan pemegang
saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang
merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aset.

Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari hutang dan ekuitas perusahaan
(Keown et al., 2010). Untuk dapat menciptakan value/nilai bagi perusahaan,
manajer keuangan harus (Rodoni dan Ali, 2014: 3):
1. Mencoba untuk membuat keputusan investasi yang tepat.
2. Mencoba untuk membuat keputusan pendanaan yang tepat.
3. Keputusan dividen yang tepat dan juga keputusan investasi modal kerja
bersih.
Menurut Sanjaya dan Linawati (2015), nilai perusahaan merupakan
perpsepsi investor terhadap potensi pertumbuhan sebuah perusahaan yang sering
dikaitkan dengan perkembangan harga saham. Harga pasar saham perusahaan
mencerminkan penilaian khusus dari semua pelaku pasar atas nilai suatu
perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2007). Untuk mengukur nilai perusahaan,
penelitian ini menggunakan Tobin’ s Q sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hoyt dan Lienbenberg (2008), Bertinetti et al (2013), dan Tahir dan Razali
(2011).
Tobin’s Q adalah rasio yang membandingkan nilai pasar aset perusahaan
untuk biaya penggantian mereka dimana Tobin’s Q mencerminkan ekspektasi
pasar dan mencerminkan harapan masa depan investor. Tobin’s Q didefinisikan
sebagai nilai pasar ekuitas ditambah nilai buku kewajiban dibagi dengan nilai


17
Universitas Sumatera Utara

buku aset (Hoyt dan Lienbenberg, 2008). Jika Q>1 berarti harga pasar satuan
saham lebih besar dari harga buku satuan saham yang menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki respon pasar yang kuat.

2.3 Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan merupakan atau besarnya asset yang dimiliki
perusahaan (Pantow et al., 2015). Penelitian ini menggunakan Log natural total
asset. Karena nilai total aset biasanya sangat besar dibandingkan variabel
keuangan lainnya. Tongli et al (2005), menjelaskan (dalam Tahir dan Razali,
2011) bahwa ukuran perusahaan terkait dengan kinerja perusahaan. Oleh karena
itu, perusahaan yang lebih besar dapat meningkatkan ukuran mereka saat ini
dengan cepat karena kinerja masa lalu saat ini berkaitan dengan nilai perusahaan.
Pemaksimalan ukuran perusahaan dapat berarti mempertahankan investasi
yang mengurangi nilai perusahaan atau investasi berlebihan dalam pegawai dan
mengembangkan perusahaan ke dalam usaha yang tidak terkait yang pada
akhirnya meningkatkan besar perusahaan, namun tidak meningkatkan nilai
perusahaan (Basyaib, 2007: 138).


2.4 Leverage
Leverage artinya harta perusahaan didongkrat dengan utang atau leverage

adalah kemampuan perusahaan menggunakan utang untuk membiayai investasi.
Rasio total utang terhadap harta idealnya sebesar 40%. Dalam kondisi ekonomi
yang baik, tingkat leverage bisa tinggi karena diharapkan akan menghasilkan laba

18
Universitas Sumatera Utara

operasi yang tinggi, sedangkan dalam kondisi ekonomi buruk tingkat leverage
harus rendah agar beban bunga rendah (Utari et al., 2014: 61)
Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung. Seluruh
hutang dalam neraca memberikan pihak ketiga klaim legal atas perusahaan. Klaim
ini dapat berupa pembayaran bunga pada interval waktu yang teratur, ditambah
pembayaran kembali pokok pinjaman selama waktu yang telah disetujui. Biaya
hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam
neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitasnya, yang
kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan para
pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar ( Walsh,
2003: 23).

2.5 Profitabilitas
Profitabilitas ialah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba
terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Untuk memperoleh laba di
atas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan
mengurangi semua beban (expenses) atas pendapatan. Analisis profitabilitas dapat
menggunakan Return On Asset, yaitu laba bersih dibagi dengan total aset (Utari et
al., 2014: 63).

Husnan dan Pudjiastuti (2004:72) dalam Pantow et al (2015), mengatakan
bahwa Return On Asset (ROA) adalah rasio untuk mengukur kemampuan aktiva
perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Return On Asset (ROA)
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan

19
Universitas Sumatera Utara

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Laba perusahaan bisa
meningkat melalui dua cara (Sjahrial, 2012:119):
1. meningkatkan pendapatan/laba dari penjualan
2. menurunkan biaya-biaya
Profitabilitas juga mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk
membuat keuntungan setelah banyak biaya, biaya overhead, dan biaya lainnya.
Profitabilitas penting bagi perusahaan, karena peningkatan laba bisa memengaruhi
kenaikan harga pasar. Di sisi lain, jika sebuah perusahaan menunjukkan
pendapatan yang baik, ini akan menarik lebih banyak investasi.

2.6 Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth )
Pertumbuhan penjualan diukur sebagai pertumbuhan penjualan masa lalu
(satu tahun) dan digunakan sebagai pengukur peluang pertumbuhan di masa depan
(Hoyt dan Lienbenberg, 2008). Pertumbuhan penjualan diukur dengan
membandingkan penjualan tahun ini dikurangi dengan penjualan tahun
sebelumnya dan dibagi penjualan tahun sebelumnya. Semakin besar angka
pertumbuhan penjualan, akan semakin besar pertumbuhan penjualannya. Hal ini
akan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.
Menurut Hansen dan Juniarti (2014), pertumbuhan penjualan memiliki
pengaruh terhadap nilai perusahaan yang ditandai dengan peningkatan market
share yang akan berdampak pada peningkatan penjualan dari perusahaan.

Pertumbuhan penjualan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
prospek pertumbuhan yang baik di masa depan sehingga perusahaan memiliki
kemampuan dalam memberikan return saham yang tinggi kepada investor.

20
Universitas Sumatera Utara

2.7 Penelitian Terdahulu
Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas
tentang pengaruh Enterprise Risk Management terhadap nilai perusahaan, sebagai
berikut:

No
1

2

3

Judul/Peneliti

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Teknik
Variabel
Analisis
Data

Hasil

Pengaruh penerapan
Enterprise Risk
Management dan
variabel kontrol
terhadap nilai
perusahaan di sektor
keuangan/ Chyntia
K. Sanjaya dan
Nanik Linawati
(2015)
Enterprise Risk
Management and
firm value within
China”s insurance
industry/ Qyujing Li
et al (2014)

VD: Nilai
perusahaan
(Tobins Q)
VI: ERM
(variabel
dummy)
VK: Size (Ln
book value of
total assets)
Leverage (DER)
VD: Nilai
Perusahaan
(ROE)
VI: ERM
(variabel
dummy), Size,
Leverage, Sales
growth, Chinese
Ownership, dan
Life Insurance
VK: -

Analisis
regresi
bergandaordinary
least
square

1. ERM tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan
2. Size berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai
perusahaan
3. Leverage berpengaruh negatif
siginfikan terhadap nilai
perusahaan

Model
analisis
regresi
ordinary
least
square

The effect ot the
Enterprise Risk
Management
implementation on
the firm value of
European
companies/ Giorgio
S. Bertinetti, et al
(2013)

VD: Nilai
perusahaan
(Tobins Q)
VI: ERM
(variabel
dummy)VK:
Size (Ln total
aset), Leverage
(DER), ROA,
Sales Growth,
dividen dan Beta

Analisis
regresi
panel dan
analisis
logistik

1. ERM berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap nilai
perusahaan
2. Size berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai
perusahaan
3. Leverage berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai
perusahaan
4. Sales growth berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan
5. Chinese Ownership
berpengaruh positif tidak
siginifikan terhadap nilai
perusahaan
6. Life Insurance berpengaruh
negatif signifikan terhadap nilai
perusahaan
1. ERM berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai
perusahaan
2. ROA dan Beta berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai
perusahaan
3.Leverage,dan Size berpenaruh
negatif signifikan terhadap nilai
perusahaan
4. Sales growth dan Dividen tidak
berpengaruh dan tidak signifikan.

21
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Variabel

Teknik
Analisis
Data

No

Judul/Peneliti

4

The relationship
between Enterprise
Risk Management
(ERM) and firm
value: evidence from
Malaysian Public
Listed Companies/
Izah Mohd Tahir
dan Ahmad Rizal
Razali (2011)

VD: Nilai
Perusahaan
(Tobins Q)
VI:ERM
(Variabel
dummy), Size,
Leverage,
Profitability,
Interntsional
Diversification,
Majority
Ownership.
VK:-

Model
analisis
regresi
ordinary
least
square

5

The Value of
Enterprise Risk
Management:
evidence from the
U.S. Insurance
Industry/ Hoyt dan
Lienbenberg (2008)

VD: Nilai
Perusahaan
(Tobins Q)
VI: ERM
VK: Size (Ln
nilai nilai bukun
aset), Leverage,
Profitabilitas,
Diversifikasi
Industri,
Diversifikasi
Internasional,
Kebijakan
Dividen,
Kepemilikan
Insider, dan
Peluang
Pertumbuhan

Analisis
regresi –
Koefisien
Korelasi
Pearson

Hasil
1. ERM berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap nilai
perusahaan
2. Size berpnegaruh negatif
signifikan terhadap nilai
perusahaan
3. Leverage berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai
perusahaan
4. Profitability (ROA)
berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan
5. Internasional Diversifikasi
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan
6. Majority Ownership
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
1. Koefisien ERM positif
signifikan
2. Kebijakan dividen memiliki
hubungan dengan nilai
perusahaan
3. Internasional diversifikasi dan
Industrial diversifikasi
berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.

2.8 Kerangka Konseptual
Untuk dapat memahami secara jelas tentang alur dari penelitian ini,
diperlukan suatu kerangka konseptual. Kerangka konseptual merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan beberapa faktor yang

22
Universitas Sumatera Utara

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan uraian teoritis dan
tinjauan penelitian terdahulu, variabel independen penelitian ini adalah Enterprise
Risk Management, dengan faktor internal sebagai variabel kontrol yang terdiri dari
size, leverage, profitabilitas, sales growth, dan kepemilikan. Variabel dependen

dalam penelitian ini, yaitu nilai perusahaan.
Penerapan manajemen risiko diharapkan dapat membantu kinerja
perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui pengelolaan risiko yang
bertujuan meminimalkan kerugian perusahaan. Dengan adanya peraturan yang
mendukung pelaksanaan manajemen risiko, artinya bagi perusahaan manajemen
risiko merupakan hal yang penting. Pengelolaan risiko secara terintegrasi dapat
dilakukan dengan Enterprise Risk Management dengan hadirnya Chief Risk
Officer di dalam suatu perusahaan. Manajemen risiko di dalam perusahaan juga

diharapkan akan memberikan jaminan perlindungan bagi investor terhadap
berbagai risiko yang dihadapi oleh perusahaan.
Kebutuhan dalam mengelola risiko akan semakin meningkat terhadap
perusahaan dengan ukuran yang lebih besar. Total aset yang besar menunjukkan
bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan yang berarti risiko yang
dihadapi juga semakin kompleks. Pentingnya pengelolaan risiko adalah untuk
tetap menjaga nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja yang semakin
baik akan berdampak terhadap meningkatnya ukuran perusahaan, sehingga
investasi lebih memungkinkan untuk mencipatkan nilai bagi pemegang saham.
Kebijakan

hutang

atau

leverage

dari

sebuah

perusahaan

akan

mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Leverage merujuk kepada pilihan

23
Universitas Sumatera Utara

perusahaan pada komposisi utang dan ekuitas. Perusahaan yang memiliki
komposisi utang lebih besar akan cenderung memiliki risiko gagal bayar yang
lebih besar. Leverage dapat meningkatkan nilai perusahaan bila leverage
mengurangi arus kas bebas yang telah diinvestasikan. Akan tetapi, jumlah utang
yang terlalu besar akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan dan besarnya
risiko gagal bayar, sehingga investor kurang berminat untuk berinvestasi dan
menurunkan nilai perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari
aktivitas bisnisnya. Profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari rasio Return On
Asset yang menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan mungkin untuk

memperoleh pendapatan dari investasi asetnya. Profitabilitas juga merupakan
salah satu faktor yang akan menciptakan nilai untuk menarik minat investor baru.
Semakin tinggi kemampuan perusahaan menggunakan aset yang dimiliki, laba
yang dihasilkan oleh perusahaan juga semakin besar sehingga hal ini dapat
memengaruhikenaikan harga pasar dan meningkatnya nilai perusahaan.
Pertumbuhan penjualan mencerminkan bagaimana perkembangan dari
kegiatan bisnis suatu perusahaan di masa akan datang yang diprediksi dari
kesuksesan perusahaan dimasa lalu. Pertumbuhan perusahaan juga digunakan
untuk melihat sejauh mana peluang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang dapat menarik minat investor. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap
nilai perusahaan dilihat dari peningkatan penjualan perusahaan yang menunjukkan
prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan.

24
Universitas Sumatera Utara

Bentuk kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Enterprise Risk
Management

Ukuran
Perusahaan
Leverage

Nilai Perusahaan

Profitabilitas

Sales Growth

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, uraian teoritis, dan penelitian terdahulu, maka
hipotesis penelitian adalah Enterprise Risk Management dan faktor internal
perusahaan yang terdiri dari size, leverage, profitabilitas, dan sales growth
berpengaruh signifikan secara bersama-sama dan parsial terhadap nilai perusahaan
perbankan di Bursa Efek Indonesia.

25
Universitas Sumatera Utara