ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

No. Daftar FPEB: 221/UN.40.FPEB.1PL/2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

Kandida Vindiani Febrina NIM. 0908882

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

No. Daftar FPEB: 221/UN.40.FPEB.1PL/2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

Oleh

Kandida Vindiani Febrina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Kandida Vindiani Febrina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

No. Daftar FPEB: 221/UN.40.FPEB.1PL/2013

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Alfira Sofia, ST, MM Mimin Widaningsih, S.Pd., M.Si NIP. 1973.0112.2002.12.2.001 NIP. 1979.0702.2005.01.2.003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Dr. H. Nono Supriatna, M.Si NIP. 1961.0405.1986.09.1.001


(4)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Enterprise Risk Management Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

Oleh:

Kandida Vindiani Febrina

Pembimbing I : Hj. Alfira Sofia, ST., MM

Pembimbing II : Mimin Widaningsih, S.Pd., M.Si

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM) pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktor-faktor yang diteliti pada penelitian, yaitu ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, ukuran komite audit independen, profitabilitas, leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan, dan umur perusahaan.

Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam melakukan pemilihan sampel. Sebanyak 69 perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 dijadikan sampel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik multinomial.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris dan ukuran komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan ERM, sedangkan ukuran perusahaan, ukuran komite audit independen, profitabilitas,

leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan, dan umur

perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan ERM. Namun, secara simultan faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap pengungkapan risiko perusahaan.


(5)

Analysis of Factors Influencing Enterprise Risk Management Disclosure In Financial Sector Companies Listed in Indonesia Stock Exchange

By:

Kandida Vindiani Febrina

Supervisor I : Hj. Alfira Sofia, ST., MM

Supervisor II : Mimin Widaningsih, S.Pd., M.Si

Abstract

The purpose of this research is to determine the factors that influence of Enterprise Risk Management (ERM) disclosure in financial sector companies listed in the Indonesia Stock Exchange/Bursa Efek Indonesia (BEI) . The factors observed in the study are the board size, the size of independent directors, company size, the size of an independent audit committee, profitability, leverage, liquidity, structure of public ownership, corporate status, and age of the company. This research use purposive sampling in determining sample selection. There are 69 financial sector companies listed in the BEI in 2012 as a sample in this research. The analysis method of this research is multinomial logistic regression analysis.

The hypothesis results shows that the size of the board of commissioners and the independent board size have influence on ERM disclosure, while the size of the company, an independent audit committee size, profitability, leverage, liquidity, structure of public ownership, corporate status, and age of the company does not have influence toward ERM disclosure. However, these factors have an influence on ERM disclosure simultaneously.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9


(7)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Teori Stakeholders ... 11

2.1.2 Teori Agensi ... 14

2.1.3 Pengertian Risiko... 16

2.1.4 Jenis-jenis Risiko ... 16

2.1.5 Enterprise Risk Management ... 18

2.1.6 Komponen Enterprise Risk Management ... 20

2.1.7 Pengertian Disclosure ... 23

2.1.8 Tujuan Disclosure ... 24

2.1.9 Jenis-jenis Disclosure ... 25

2.1.10 Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 27

2.1.11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 28

2.1.11.1 Ukuran Dewan Komisaris... 28

2.1.11.2 Ukuran Komisaris Independen ... 29

2.1.11.3 Ukuran Perusahaan ... 31

2.1.11.4 Ukuran Komite Audit Independen... 32

2.1.11.5 Profitabilitas ... 34

2.1.11.6 Leverage ... 35


(8)

2.1.11.9 Status Perusahaan ... 38

2.1.11.10 Umur Perusahaan ... 38

2.2 Penelitian Terdahulu ... 39

2.3 Kerangka Pemikiran... 42

2.4 Hipotesis ... 49

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN ... 51

3.1 Obyek Penelitian ... 51

3.2 Metode Penelitian ... 51

3.2.1 Desain Penelitian ... 51

3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 53

3.2.2.1 Definisi Variabel ... 53

3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 58

3.2.3 Populasi dan Sampel... 61

3.2.3.1 Populasi ... 61

3.2.3.2 Sampel ... 63

3.2.4 Sumber Data ... 64

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.2.6 Teknik Analisis Data ... 65

3.2.7 Pengujian Hipotesis ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71


(9)

4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 108

4.1.2.1 Deskripsi Data Variabel Penelitian pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2012 ... 109

4.1.3 Pengujian Hipotesis ... 121

4.1.3.1 Analisis Regresi Logistik Multinomial ... 121

4.1.3.1.1 Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ... 122

4.1.3.1.2 Koefisien Determinasi ... 123

4.1.3.1.3 Analisis Persamaan Regresi Logistik Multinomial ... 123

4.2 Pembahasan... 125

4.2.1 Gambaran Perusahaan berdasarkan Analisis Deskriptif ... 125

4.2.2 Pembahasan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 126

4.2.3 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 130

4.2.4 Pengaruh Ukuran Komisaris Independen terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 131

4.2.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 132

4.2.6 Pengaruh Komite Audit Independen terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 133


(10)

4.2.8 Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Enterprise Risk

Management ... 134

4.2.9 Pengaruh Likuiditas terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 135

4.2.10 Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 136

4.2.11 Pengaruh Status Perusahaan terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 137

4.2.12 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 137

4.2.13 Pengaruh ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, ukuran komite audit independen, profitabilitas, leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan dan umur perusahaan terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management ... 138

BAB V Kesimpulan dan Saran... 140

5.1 Kesimpulan ... 140

5.2 Saran ... 141 DAFTAR PUSTAKA


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyak terjadinya kasus penyimpangan pada laporan keuangan perusahaan besar membuat kepercayaan para pengguna laporan keuangan, seperti investor, debitur, kreditor dan pihak lainnya berkurang atas keandalan dari laporan keuangan. Kasus yang menimpa Enron dan WorldCom menjadi salah satu contoh kasus penyimpangan yang terjadi dalam laporan keuangan. Kasus fraud pada laporan keuangan perusahaan tidak hanya menimpa perusahaan besar di luar negeri, di dalam negeri sendiri terdapat beberapa perusahaan yang tersangkut kasus kecurangan, salah satu yang terbesar adalah kasus fraud laporan keuangan di PT Kimia Farma Tbk. Selain itu juga, kasus manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh Bank Lippo dan Bank Century menambah deretan kasus fraud laporan keuangan.

Amin Widjaja (dalam Rini dan Achmad, 2012) menjelaskan bahwa

fraudulent financial reporting adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau

pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan tersebut. Tindakan kecurangan pada laporan keuangan tersebut terjadi di berbagai sektor usaha, salah satunya adalah sektor keuangan.

Sektor keuangan memegang peranan yang relatif signifikan dalam memicu pertumbuhan ekonomi suatu negara karena mereka menyediakan berbagai


(12)

2

instrumen keuangan bagi para nasabah dengan kualitas tinggi dan risiko rendah. Hal ini akan menambah investasi dan akhirnya mempercepat pertumbuhan ekonomi. Tetapi penawaran risiko yang rendah kepada nasabah tidak meniadakan risiko yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.

Salah satu perusahaan sektor keuangan yang banyak menjadi sorotan masyarakat adalah perusahaan perbankan. Bank yang merupakan tempat masyarakat banyak melakukan transaksi keuangan, tidak lepas dari risiko-risiko dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Terdapat beberapa kasus yang melibatkan perusahaan perbankan akibat dari risiko yang mereka hadapi, diantaranya adalah kasus pada Bank Lippo dan Bank Century dimana kedua bank tersebut melakukan manipulasi laporan keuangan untuk memunculkan bahwa kinerja mereka tetap baik dan investor tetap menanamkan dananya pada perusahaan mereka.

Perusahaan-perusahaan yang telah go public, seperti perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan mereka untuk dapat diketahui oleh masyarakat. Hal ini terkait dengan transparansi yang harus dipenuhi perusahaan dalam pelaporan keuangan mereka. Terdapat beberapa peraturan yang mengatur transparansi laporan keuangan perusahaan, salah satunya adalah peraturan yang mengatur transaparansi bagi perusahaan perbankan yang terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank. Peraturan tersebut berisi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh bank dalam menyusun laporan tahunan. Pada pasal 3 ayat (1) menjelaskan terkait cakupan informasi yang harus tercantum


(13)

3

dalam laporan tahunan bank. Terdapat tujuh poin yang diatur, salah satunya adalah poin yang mengharuskan bank untuk mengungkapkan jenis risiko dan potensi kerugian (risk exposure) yang dihadapi bank serta praktek manajemen risiko yang diterapkan bank.

Manajemen risiko perusahaan atau yang juga dikenal dengan Enterprise

Risk Management (ERM) adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup

identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan. ERM dirancang untuk meningkatkan kemampuan dewan dan manajemen senior untuk mengawasi keseluruhan risiko portofolio yang dihadapi perusahaan (Beasley et al., 2006 dalam Meizaroh dan Jurica, 2011). ERM perlu diterapkan dalam menjalankan kegiatan usaha untuk mengetahui risiko yang mungkin terjadi dan juga sebagai tindakan preventif, mengingat bahwa hampir semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan mengandung risiko. Terdapat banyak risiko yang dihadapi oleh perusahaan, yaitu risiko keuangan, seperti risiko kredit dan risiko likuiditas, serta risiko non-keuangan, seperti risiko hukum dan risiko operasional.

Pengungkapan risiko dimulai sejak tahun 1998 ketika Institute of Chartered

Accountants in England and Wales (ICAEW) menerbitkan Financial Reporting of

Risk-Proposals for A Statement of Business Risk yang menyarankan perusahaan

untuk menyajikan pengungkapan mengenai risiko bisnisnya dalam laporan keuangan (Amran et al, 2009 dalam Djoko dan Aryane, 2011). Pengungkapan manajemen risiko penting karena membantu stakeholder dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memahami profil risiko dan bagaimana


(14)

4

manajemen mengelola risiko. Pengungkapan ERM juga bermanfaat untuk memonitor risiko dan mendeteksi potensi masalah sehingga dapat melakukan tindakan lebih awal agar masalah tersebut tidak terjadi (Linsley dan Shrives, 2006 dalam Djoko dan Aryane, 2011).

Meskipun pengungkapan ERM dalam laporan tahunan perusahaan merupakan hal yang penting, tetapi di Indonesia pengungkapan manajemen risiko ini masih termasuk pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), sehingga belum semua perusahaan mengungkapkan risiko yang mereka hadapi dalam laporan tahunan. Pada perusahaan sektor keuangan yang terdiri dari Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) hanya sektor perbankan yang sudah diatur kewajibannya untuk melakukan pengungkapan manajemen risiko, sedangkan sektor lainnya (asuransi, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, dan sub sektor lainnya) pengungkapannya masih bersifar sukarela. Meskipun masih bersifat sukarela, tetapi sudah cukup banyak perusahaan LKBB yang melakukan pengungkapan tersebut dalam laporan tahunan mereka.

Penelitian mengenai pengungkapan manajemen risiko dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Meizaroh dan Jurica (2011) yang meneliti faktor-faktor komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan risk

management committee, reputasi auditor, dan konsentrasi kepemilikan terhadap

pengungkapan enterprise risk management memberikan hasil bahwa komisaris independen dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap


(15)

5

pengungkapan ERM, sedangkan risk management committee, reputasi auditor, dan konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap ERM. Djoko dan Aryane (2011) juga melakukan penelitian pengaruh faktor ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komite audit independen, jumlah rapat komite audit, leverage, dan profitabilitas memberikan hasil bahwa ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan risiko finansial, sedangkan komposisi komisaris independen, komposisi komite audit independen, leverage, dan profitabilitas tidak berpengaruh. Penelitian juga dilakukan Anita dan Herry (2012) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan informasi sukarela laporan tahunan dan memperoleh hasil ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan informasi sukarela, sedangkan leverage dan likuiditas berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan informasi sukarela. Sedangkan faktor-faktor lain, yaitu umur perusahaan, ownership dispersion, net profit margin, return on

equity, dan proporsi dewan komisaris independen tidak terlalu dipertimbangkan

manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan untuk melakukan pengungkapan informasi sukarela.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Simanjuntak dan Lusy (2004) yang menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel independen seperti leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik dan umur perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Selain itu, Luciana dan Ikka (2007) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan yang terdiri dari ukuran


(16)

6

perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, net profit margin, dan status perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan yang memberi hasil bahwa faktor rasio likuiditas, ukuran perusahaan, dan status perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan, sedangkan faktor lainnya tidak berpengaruh.

Perbedaan hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, akan dicoba diuji kembali pada penelitian ini khususnya pada perusahaan sektor keuangan. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, ukuran komite audit independen, profitabilitas,

leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan, dan umur

perusahaan.

Pengujian faktor-faktor tersebut akan dilakukan pada perusahaan sektor keuangan yang listing di BEI. Pemilihan sektor keuangan sebagai subjek penelitian ini karena belum banyak penelitian mengenai manajemen risiko yang dilakukan pada sektor ini. Selain itu, pemilihan sektor ini juga dikarenakan perusahaan-perusahaan pada sektor keuangan kini sudah mulai banyak bermunculan dan dilirik oleh masyarakat karena perusahaan-perusahaan tersebut menjadi salah satu faktor pendorong perekonomian di Indonesia yang cukup besar. Sedangkan pemilihan BEI sebagai sarana pengumpulan informasi bagi penelitian ini karena perusahaan yang telah terdaftar di BEI merupakan perusahaan yang terpercaya karena telah memenuhi berbagai persyaratan yang diajukan oleh BEI, yaitu:


(17)

7

1. Badan hukum Calon Perusahaan Tercatat berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

2. Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam dan LK telah menjadi efektif.

3. Memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota Dewan Komisaris, memiliki Direktur tidak terafiliasi, memiliki Komite Audit atau menyampaikan pernyataan untuk membentuk Komite Audit paling lambat 6 bulan setelah tercatat, memiliki Sekretaris Perusahaan.

4. Nilai nominal saham sekurang-kurangnya Rp100.

5. Calon Perusahaan Tercatat tidak sedang dalam sengketa hukum yang diperkirakan dapat mempengaruhi kelangsungan perusahaan.

6. Bidang usaha baik langsung atau tidak langsung tidak dilarang oleh Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.

7. Khusus calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam industri pabrikan, memiliki sertifikat AMDAL dan tidak dalam masalah pencemaran lingkungan dan calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam industri kehutanan harus memiliki sertifikat ecolabelling (ramah lingkungan).

8. Persyaratan pencatatan awal yang berkaitan dengan hal finansial didasarkan pada laporan keuangan Auditan terakhir sebelum mengajukan permohonan pencatatan.


(18)

8

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul : “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Enterprise Risk Management pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas:

1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan ERM pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI?

2. Apakah terdapat pengaruh yang simultan dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan ERM pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh beberapa faktor terhadap pengungkapan ERM pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI.


(19)

9

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian adalah:

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan ERM pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI berdasarkan teori yang diajukan.

2. Mengetahui adanya pengaruh yang simultan dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan ERM pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu akuntansi.

b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan ERM pada perusahaan sektor keuangan.

c. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pembelanjaran perbandingan teori yang dipelajari pada masa perkualiahan dengan kenyataan yang ada di lapangan.


(20)

10

2. Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain :

a. Bagi pemakai laporan keuangan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor, kreditor, dan pengguna laporan keuangan lainnya untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit kepada perusahaan yang memiliki pelaporan manajemen risiko. b. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan pemahaman tentang pengungkapan manajemen risiko untuk membantu memperbaiki praktek pengungkapan manajemen risiko di perusahaan.


(21)

BAB III

OBYEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono (2009:13) adalah “sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal (variabel tertentu)”.

Objek penelitian yang diamati pada penelitian ini mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan enterprise risk management (ERM) pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, ukuran komite audit independen, profitabilitas, leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan, dan umur perusahaan. Sedangkan variabel dependen yang diteliti adalah pengungakapan ERM.

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausal verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode kausal berguna untuk mengukur hubungan antarvariabel penelitian atau berguna untuk menganalisis


(22)

52

Sedangkan metode verifikatif menurut Iqbal (2006:22) “adalah menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan-perhitungan statistik”. Tujuan dari metode verifikatif adalah untuk menguji teori-teori yang sudah ada guna menyusun teori baru dan menciptakan pengetahuan-pengatahuan baru (Suryana, 2010:20).

Pelaksanaan metode ini dilakukan dengan teknik menganalisis data melalui laporan tahunan perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI dengan jumlah periode selama satu tahun, yaitu tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono (2008:13) adalah:

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode kausal verifikatif dengan pendekatan kuantitatif pada penelitian ini dimaksudkan untuk menguji adanya pengaruh faktor ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, ukuran komite audit independen, profitabilitas, leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan, dan umur perusahaan terhadap pengungkapan enterprise risk

management yang berasal dari penelitian terdahulu dan teori yang telah ada


(23)

53

3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel 3.2.2.1 Definisi Variabel

Menurut Sugiyono (2008:60), “variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Berikut penjelasan kedua variabel penelitian tersebut:

1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh variabel, yaitu ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, ukuran komite audit independen, profitabilitas, leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan, dan umur perusahaan. Kesepuluh variabel tersebut dipilih untuk diteliti karena berkemungkinan memiliki hubungan dengan pengungkapan enterprise risk

management berdasarkan beberapa penelitian terdahulu. Adapun

penjelasan dari variabel independen pada penelitian ini sebagai berikut: a. Ukuran dewan komisaris

Dewan komisaris berperan untuk mengawasi penerapan manajemen risiko dan memastikan perusahaan memiliki program manajemen risiko yang efektif. Dewan komisaris merupakan inti dari tata kelola perusahaan (FCGI, 2001). Menurut Pasal 1 (6) UUPT, dewan komisaris adalah “organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara


(24)

54

umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi”. Ukuran dewan komisaris dihitung dari keseluruhan jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan (Meizaroh dan Jurica, 2011).

b. Ukuran komisaris independen

Komisaris independen adalah “anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan perseroan” (Badriyah, 2009). Komisaris independen ini diukur dengan membandingkan jumlah komisaris independen dengan jumlah seluruh dewan komisaris (Meizaroh dan Jurica, 2011).

c. Ukuran perusahaan

Menurut Bambang (1999:313), ukuran perusahaan yaitu “besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai total aktiva”. Ukuran perusahaan diukur dengan melihat besarnya total aktiva perusahaan (Anita dan Herry, 2012).

d. Ukuran komite audit independen

Amin Widjaja (2003:4) mendefinisikan komite audit adalah “sub panitia dari board of directors yang terdiri dari direksi independen dari luar perusahaan. Panitia audit mempunyai tanggung jawab pengawasan


(25)

55

pengendalian serat internal audit dan eksternal audit”. Komite audit minimal terdiri dari tiga orang independen dan diketuai komisaris independen. Ukuran komite audit independen diukur dengan menghitung persentase jumlah komite audit yang berasal dari pihak eksternal dari keseluruhan komite audit perusahaan (Djoko dan Aryane, 2011).

e. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai keputusan dan kebijakan yang dijalankan dan diambil oleh perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan (Susan, 2006: 25). Profitabilitas diukur dengan menghitung Return On

Asset (ROA) dengan rumus:

Return On Asset =

x 100%

(Ridwan & Inge, 2002: 122) f. Leverage

Menurut menurut Bambang (2001: 375), leverage didefinisikan sebagai “penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap”. Rasio leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan


(26)

56

kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (Harahap, 2008:306). Leverage akan diukur dengan menghitung Total Debt to

Total Asset Ratio dengan rumus:

Debt to Total Asset Ratio =

x 100%

(Susan, 2006: 42) g. Likuiditas

Sutrisno (2000: 18) mendefinisikan likuiditas adalah “kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segara dipenuhi”. Rasio likuiditas menurut Kasmir (2008: 110), adalah “rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi”. Rasio likuiditas diukur dengan menghitung Current Ratio dengan rumus:

Current Ratio =

x 100%

(Susan, 2006: 28) h. Struktur kepemilikan publik

Struktur kepemilikan publik ini menggambarkan kepemilikan saham oleh masyarakat. Berdasarkan teori stakeholder, semakin banyak pemegang saham menunjukkan semakin banyak pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapakan


(27)

57

informasi. Struktur kepemilikan publik ini akan diukur dengan menghitung persentase saham yang dimiliki oleh publik terhadap total saham perusahaan (Venny dkk., 2012).

i. Status perusahaan

Status perusahaan dibedakan menjadi Perusahaan Modal Asing (PMA) dan Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN). Menurut Susanto (1992) dalam Fitriani (2001), perusahaan berbasis asing (PMA) mungkin melakukan pengungkapan yang lebih luas dibanding perusahaan yang berbasis dalam negeri (PMDN). Hal ini dikarenakan beberapa alasan, salah satunya anggapan bahwa perusahaan berbasis asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik dari perusahaan induknya di luar negeri. Status perusahaan diukur dengan menggunakan variabel

dummy, dimana perusahaan PMA akan diberi nilai 1 dan perusahaan

PMDN akan diberi nilai 0 (Luciana dan Ikka, 2007). j. Umur perusahaan

Umur perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis untuk dapat tetap eksis dalam perekonomian (Anita dan Herry, 2012).Umur perusahaan pada penelitian ini akan dihitung dari tahun penelitian dikurangi tahun first

issue perusahaan di BEI (Simanjuntak dan Lusy, 2004).


(28)

58

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan

Enterprise Risk Management (ERM). ERM menurut Segal (2011: 24),

ERM didefinisikan sebagai “proses dimana sebuah perusahaan mengidentifikasi, menghitung, mengelola, dan mengungkapkan seluruh risiko kunci untuk meningkatkan nilai bagi para pemangku kepentingan”. Sedangkan menurut Brahmantyo (2008:43), “manajemen resiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan resiko”.

Hingga saat ini belum ada ketentuan baku yang menyatakan format pengungkapan manajemen risiko dalam laporan tahunan perusahaan. Tetapi apabila disimpulkan dari pengertian manajemen risiko yang telah disebutkan, proses manajemen risiko terdiri dari tiga tahap, yaitu identifikasi, penilaian, dan pengelolaan risiko, sehingga pengungkapannya dalam laporan tahunan harus menjelaskan bagaimana ketiga proses manajemen risiko tersebut dilaksanakan di perusahaan dalam periode tertentu.

Pengungkapan manajemen risiko ini akan diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan yang mengungkapkan tiga proses manajemen risiko akan diberi nilai 2, perusahaan yang hanya mengungkapkan sebagian diberi nilai 1, dan perusahaan yang tidak mengungkapkan akan diberi nilai 0.


(29)

59

3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, ukuran komite audit independen, reputasi auditor, profitabilitas, leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan, umur perusahaan, dan pengungkapan

enterprise risk management. Berikut adalah operasionalisasi variabel-variabel

tersebut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Skala

Ukuran Dewan Komisaris

(X1)

Diukur dengan menghitung jumlah keseluruhan dewan komisaris perusahaan (Meizaroh dan Jurica, 2011).

Rasio

Ukuran Komisaris Independen (X2)

Diukur dengan menghitung persentase komisaris independen dari keseluruhan dewan komisaris perusahaan

(Meizaroh dan Jurica, 2011).

Rasio

Ukuran Perusahaan (X3)

Diukur dengan melihat besarnya total aktiva perusahaan (Anita dan Herry, 2012).

Rasio

Ukuran Komite Audit Independen

(X4)

Diukur dengan menghitung persentase jumlah komite audit yang berasal dari pihak eksternal dari keseluruhan komite audit perusahaan (Djoko dan Aryane, 2011).


(30)

60

Profitabilitas (X5)

Profitabilitas diukur dengan menghitung ROA dengan rumus:

Return On Assets (ROA) =

x 100%

(Ridwan & Inge, 2002: 122)

Rasio

Leverage

(X6)

Leverage diukur dengan menghitung Debt to Total Asset Ratio dengan

rumus:

Debt to Total Asset Ratio =

x 100%

(Susan, 2006: 42)

Rasio

Likuiditas (X7)

Likuiditas diukur dengan menghitung

Current Ratio dengan rumus: Current Ratio =

x 100%

(Susan, 2006: 28)

Rasio

Struktur kepemilikan

publik (X8)

Struktur kepemilikan publik diukur berdasarkan persentase saham yang dimiliki oleh publik terhadap total saham perusahaan (Venny dkk., 2012).

Rasio

S t a t u s P e r u s a h

a a n ( X 9 )

Status perusahaan diukur menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan PMA akan diberi nilai 1 dan PMDN akan diberi nilai 0 (Luciana dan Ikka, 2007).

Nominal

U m u r P e r u s a h

a a n ( X 1 0 )

Umur perusahaandihitung dari tahun penelitian dikurangi tahun first issue perusahaan di BEI (Simanjuntak dan Lusy, 2004).

Rasio

Pengungkapan

Enterprise Risk Management (Y)

Diukur dengan variabel dummy, dimana perusahaan yang

mengungkapkan seluruh proses manajemen risiko diberi nilai 2, yang mengungkap sebagian diberi nilai 1,


(31)

61

nilai 0.

3.2.3 Populasi dan Sampel 3.2.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2009:117), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dalam penelitian ini populasinya adalah laporan tahunan perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI pada periode 2012. Penentuan periode satu tahun dimaksudkan untuk menghindari perbedaan kondisi yang mungkin dapat mempengaruhi laporan tahunan perusahaan. Sedangkan pemilihan tahun 2012 karena data tersebut merupakan data terbaru yang dapat mencerminkan kondisi perusahaan. Terdapat 70 perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012, yaitu:

1. Asuransi

No. Kode Nama Perusahaan

1 ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk

2 AHAP Asuransi Harta Aman Pratama Tbk

3 AMAG Asuransi Multi Artha Guna Tbk

4 ASBI Asuransi Bintang Tbk

5 ASDM Asuransi Dayin Mitra Tbk

6 ASJT Asuransi Jasa Tania Tbk


(32)

62

8 LPGI Lippo General Insurance Tbk

9 MREI Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk

10 PNIN Panin Insurance Tbk

11 PNLF Panin Financial Tbk

2. Bank

No. Kode Nama Perusahaan

1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk

2 BABP Bank ICB Bumi Putra Tbk

3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk

4 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk

5 BBCA Bank Central Asia Tbk

6 BBKP Bank Bukopin Tbk

7 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

8 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk

9 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

11 BCIC Bank Mutiara Tbk

12 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk

13 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk

14 BJBR Bank Jabar Banten Tbk

15 BKSW Bank Kesawan Tbk

16 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk

17 BNBA Bank Bumi Arta Tbk

18 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk

19 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk

20 BNLI Bank Permata Tbk

21 BSIM Bank Sinar Mas Tbk

22 BSWD Bank Swadesi Tbk

23 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 24 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk

25 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 26 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 27 MCOR Bank Windu kentjana Internasional Tbk

28 MEGA Bank Mega Tbk

29 NISP Bank NISP OCBC Tbk

30 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk

31 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk


(33)

63

No. Kode Nama Perusahaan

1 ADMF Adira Dinamika Multi Finance Tbk

2 BBLD Buana Finance Tbk

3 BFIN BFI Finance Indonesia Tbk

4 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk 5 CFIN Clipan Finance Indonesia Tbk

6 DEFI Danasupra Erapacific Tbk

7 HDFA HD Finance Tbk

8 MFIN Mandala Multifinance Tbk

9 TIFA Tifa Finance Tbk

10 TRUS Trust Finance Indonesia Tbk

11 VRNA Verena Multi Finance Tbk

12 WOMF Wahana Ottomitra Multiartha Tbk

4. Perusahaan Efek

No. Kode Nama Perusahaan

1 AKSI Majapahit Securities Tbk

2 HADE HD Capital Tbk

3 KREN Kresna Graha Sekurindo Tbk

4 OCAP Onix Capital Tbk

5 PANS Panin Sekuritas Tbk

6 PEGE Panca Global Securities Tbk

7 RELI Reliance Securities Tbk

8 TRIM Trimegah Securities Tbk

9 YULE Yulie Sekurindo Tbk

5. Sub Sektor Lainnya

No. Kode Nama Perusahaan

1 APIC Pasific Strategic Financial Tbk

2 ARTA Arthavest Tbk

3 BCAP Bhakti Capital Indonesia Tbk

4 GSMF Equity Development Investment Tbk

5 LPPS Lippo Securities Tbk

6 MTFN Capitalinc Investment Tbk

7 SMMA Sinar Mas Multiartha Tbk


(34)

64

Menurut Sugiyono (2009:118), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Penentuan sampel pada penelitian ini sampel diambil dengan metode

purposive sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono

(2009:300) “adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”. Penentuan sampel dengan metode purposive sampling ini berdasarkan kriteria:

1. Perusahaan sektor keuangan yang mempublikasikan laporan keuangan (diaudit) dan laporan tahunan tahun 2012.

2. Perusahaan sektor keuangan yang menyediakan informasi mengenai variabel yang akan diteliti.

Setelah dilakukan penyeleksian, didapatkan sampel sebanyak 69 perusahaan sektor keuangan yang memenuhi kriteria tersebut, dimana perusahaan yang tidak ikut diteliti adalah Trust Finance Indonesia Tbk karena perusahaan tersebut tidak menerbitkan laporan tahunan tahun 2012.

3.2.4 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder menurut Sugiyono (2009:137) adalah ” sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan.”.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun


(35)

65

2012. Laporan tahunan tersebut diperoleh melalui media internet,. yaitu dari situs BEI (www.idx.co.id).

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan penelitian kepustakaan. Teknik dokumentasi menurut Suharsimi (2000:234) adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah kabar, majalah, prasasti, notulen, rapor, leger, dan sebagainya”. Sedangkan penelitian kepustakaan menurut Moh. Nazir (1988:111) adalah “teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan”.

3.2.6 Teknik Analisis Data

Ketika peneliti sudah selesai dalam mengumpulkan data, maka langkah yang selanjutnya adalah menganalisis data yang telah diperoleh tersebut. Analisis data ini perlu dilakukan karena untuk mereduksi data menjadi perwujudan yang lebih dapat dipahami dan diinterpretasikan dengan cara tertentu sehingga hubungan dari masalah penelitian dapat ditelaah serta diuji (Silalahi, 2006:304).

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menghitung nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai rata-rata (mean). Perhitungan tersebut dilakukan untuk menilai karakteristik sampel, variabel yang akan dihitung adalah variabel ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, ukuran komite audit independen, profitabilitas,


(36)

66

leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, dan umur perusahaan.

Sedangkan variabel status perusahaan dan pengungkapan enterprise risk

management akan dilakukan perhitungan modus karena kedua variabel tersebut

memiliki skala nominal. Angka pada skala nominal hanya berfungsi sebagai label kategori semata tanpa nilai instrinsik, oleh sebab itu tidaklah tepat menghitung nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari variabel tersebut (Ghozali, 2005:4).

3.2.7 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan regresi logistik (logistic regression). Menurut Ghozali (2005:9), regresi logistik cocok digunakan untuk penelitian yang variabel dependennya bersifat kategorikal (nominal atau nonmetrik) dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan nonmetrik seperti halnya dalam penelitian ini. Variabel dependen pada penelitian ini terdiri dari tiga kategori, sehingga regresi logistik yang digunakan adalah regresi logistik multinomial (multinomial logistic regression).

Regresi logistik multinomial merupakan regresi logistik yang digunakan saat variabel dependen mempunyai skala yang bersifat polichotomous atau multinomial. Skala multinomial adalah suatu pengukuran yang dikategorikan menjadi lebih dari dua kategori (Arief dan Madu, 2012).

Mengacu pada regresi logistik trichotomous (Hosmer and Lemenshow, 2000 dalam Arief dan Madu, 2012) untuk model regresi dengan variabel dependen berskala nominal tiga kategori, digunakan kategori variabel hasil Y dikoding 0, 1,


(37)

67

dan 2. Variabel Y terparameterisasi menjadi dua fungsi logit. Sebelumnya perlu ditentukan kategori hasil mana yang digunakan untuk membandingkan. Pada umumnya digunakan Y=0 sebagai pembanding. Untuk membentuk fungsi logit, akan dibandingan Y=1 dan Y=2, terhadap Y=0. Bentuk model regresi logistik dengan 10 variabel prediktor adalah sebagai berikut:

π (x) =

(Yudissanta dan Ratna, 2012) Keterangan :

π (x) = simbol probabilitas pengungkapan manajemen risiko

β0 = harga konstan

β1, β, β3, β4, β5, ..., β10 = koefisien regresi

X1 =ukuran dewan komisaris

X2 = ukuran komisaris independen

X3 =ukuran perusahaan

X4 = ukuran komite audit independen

X5 = profitabilitas

X6 = leverage

X7 = likuiditas


(38)

68

X9 = status perusahaan

X10 = umur perusahaan

Dengan menggunakan transformasi logit akan didapatkan dua fungsi logit, yaitu:

g1 (x) = ln

[

]

= β10+β11x1+β12x2+β13x3+β14x4+ β15x5+ β16x6+ β17x7+ β18x8+ β19x9+ β110x10 = x’ β1

g2 (x) = ln

[

]

= β20+β21x1+β22x2+β23x3+β24x4+ β25x5+ β26x6+ β27x7+ β28x8+ β29x9+ β210x10 = x’ β2

Berdasarkan kedua fungsi logit tersebut maka didapatkan model regresi logistik trichotomous sebagai berikut :

π0 (x) =

π1 (x) =

π2 (x) =

dengan P(Y=j|x) = πj (x), untuk j= 0, 1, 2.

Regresi logistik ini dihitung dengan menggunakan metode backward

stepwise. Metode backward stepwise adalah proses seleksi bertahap pada


(39)

69

variabel yang nilai tidak signifikan terbesar, sehingga tidak ada lagi faktor risiko yang tidak dapat dikeluarkan lagi untuk kemudian menjadi model regresi logistik akhir.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan melakukan pengujian parameter untuk menguji signifikansi koefisien β dari model yang telah diperoleh, maka dilakukan beberapa tahapan, yaitu (Hosmer and Lemenshow, 2000 dalam Arief dan Madu, 2012):

1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model dengan variabel dependen tersebut merupakan model yang sesuai, maka perlu dilakukan suatu uji kesesuaian model dengan menggunakan statistik uji

Chi-square.

Statistik uji tersebut menguji hipotesis:

H0 : model sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model).

H1 : model tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model).

Kriteria pengujian:

Tolak H0 dan terima H1 jika p-value ≤ 0,05. Terima H0 dan tolak H1 jika p-value > 0,05.


(40)

70

2. Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2005:83), koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan.

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.0. Pengujian signifikansi dengan regresi logistik dilakukan dengan metode

backward stepwise, dimana satu persatu variabel independen yang tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen dikeluarkan sampai tidak ada lagi variabel independen yang dikeluarkan dari model. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji normalitas data karena menurut Ghozali (2005:211) logistic


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan pembahasan mengenai “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Enterprise Risk Management pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, maka penulis dalam bab ini akan mencoba menarik suatu kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

1. Berdasarkan keseluruhan perhitungan statistik regresi logistik dengan metode backward stepwise, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hanya terdapat dua faktor yang mempengaruhi pengungkapan

Enterprise Risk Management (ERM), yakni faktor ukuran dewan

komisaris dan ukuran komisaris independen.

2. Berdasarkan keseluruhan perhitungan statistik regresi logistik dan analisis koefisien determinasi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan dan umur perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengungkapan ERM dengan total kontribusi sebesar 25,5%, sedangkan sisanya sebesar 74,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati di dalam penelitian ini.


(42)

141

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, dengan diketahui faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM), disarankan perusahaan dapat meningkatkan perhatiannya terhadap faktor ukuran dewan komisaris dan ukuran komisaris independen agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pengungkapan ERM. Hal ini mengingat pentingnya penerapan dan pengungkapan ERM dalam laporan tahunan bagi perusahaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang memiliki kemungkinan pengaruh terhadap pengungkapan ERM yang tidak diteliti pada penelitian ini, seperti konsentrasi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan jenis industri. Selain itu, diharapkan pula untuk menambah tahun penelitian lebih dari satu tahun agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan penelitian dilakukan pada sektor usaha lainnya.


(1)

dan 2. Variabel Y terparameterisasi menjadi dua fungsi logit. Sebelumnya perlu ditentukan kategori hasil mana yang digunakan untuk membandingkan. Pada umumnya digunakan Y=0 sebagai pembanding. Untuk membentuk fungsi logit, akan dibandingan Y=1 dan Y=2, terhadap Y=0. Bentuk model regresi logistik dengan 10 variabel prediktor adalah sebagai berikut:

π (x) =

(Yudissanta dan Ratna, 2012) Keterangan :

π (x) = simbol probabilitas pengungkapan manajemen risiko

β0 = harga konstan

β1, β, β3, β4, β5, ..., β10 = koefisien regresi

X1 = ukuran dewan komisaris

X2 = ukuran komisaris independen

X3 = ukuran perusahaan

X4 = ukuran komite audit independen

X5 = profitabilitas

X6 = leverage

X7 = likuiditas


(2)

68

X9 = status perusahaan

X10 = umur perusahaan

Dengan menggunakan transformasi logit akan didapatkan dua fungsi logit, yaitu:

g1 (x) = ln

[

]

= β10+β11x1+β12x2+β13x3+β14x4+ β15x5+ β16x6+ β17x7+ β18x8+ β19x9+ β110x10 = x’ β1

g2 (x) = ln

[

]

= β20+β21x1+β22x2+β23x3+β24x4+ β25x5+ β26x6+ β27x7+ β28x8+ β29x9+ β210x10 = x’ β2

Berdasarkan kedua fungsi logit tersebut maka didapatkan model regresi logistik trichotomous sebagai berikut :

π0 (x) = π1 (x) =

π2 (x) =

dengan P(Y=j|x) = πj (x), untuk j= 0, 1, 2.

Regresi logistik ini dihitung dengan menggunakan metode backward stepwise. Metode backward stepwise adalah proses seleksi bertahap pada beberapa faktor risiko yang tidak memenuhi kriteria pemodelan dimulai dari


(3)

variabel yang nilai tidak signifikan terbesar, sehingga tidak ada lagi faktor risiko yang tidak dapat dikeluarkan lagi untuk kemudian menjadi model regresi logistik akhir.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan melakukan pengujian parameter untuk menguji signifikansi koefisien β dari model yang telah diperoleh, maka dilakukan beberapa tahapan, yaitu (Hosmer and Lemenshow, 2000 dalam Arief dan Madu, 2012):

1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model dengan variabel dependen tersebut merupakan model yang sesuai, maka perlu dilakukan suatu uji kesesuaian model dengan menggunakan statistik uji Chi-square.

Statistik uji tersebut menguji hipotesis:

H0 : model sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model).

H1 : model tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model).

Kriteria pengujian:

Tolak H0 dan terima H1 jika p-value ≤ 0,05. Terima H0 dan tolak H1 jika p-value > 0,05.


(4)

70

2. Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2005:83), koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan.

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.0. Pengujian signifikansi dengan regresi logistik dilakukan dengan metode backward stepwise, dimana satu persatu variabel independen yang tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dikeluarkan sampai tidak ada lagi variabel independen yang dikeluarkan dari model. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji normalitas data karena menurut Ghozali (2005:211) logistic regression tidak memerlukan asumsi normalitas pada variabel bebasnya.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan pembahasan mengenai “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Enterprise Risk Management pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, maka penulis dalam bab ini akan mencoba menarik suatu kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

1. Berdasarkan keseluruhan perhitungan statistik regresi logistik dengan metode backward stepwise, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hanya terdapat dua faktor yang mempengaruhi pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM), yakni faktor ukuran dewan komisaris dan ukuran komisaris independen.

2. Berdasarkan keseluruhan perhitungan statistik regresi logistik dan analisis koefisien determinasi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, likuiditas, struktur kepemilikan publik, status perusahaan dan umur perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengungkapan ERM dengan total kontribusi sebesar 25,5%, sedangkan sisanya sebesar 74,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati di dalam penelitian ini.


(6)

141

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, dengan diketahui faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM), disarankan perusahaan dapat meningkatkan perhatiannya terhadap faktor ukuran dewan komisaris dan ukuran komisaris independen agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pengungkapan ERM. Hal ini mengingat pentingnya penerapan dan pengungkapan ERM dalam laporan tahunan bagi perusahaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang memiliki kemungkinan pengaruh terhadap pengungkapan ERM yang tidak diteliti pada penelitian ini, seperti konsentrasi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan jenis industri. Selain itu, diharapkan pula untuk menambah tahun penelitian lebih dari satu tahun agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan penelitian dilakukan pada sektor usaha lainnya.