Gambaran Karakteristik Penderita Mioma Uteri Di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae

Data Peribadi

Nama : Darvendran Anbualagan

NIM : 120100501

Alamat : Jalan Pembangunan, Medan

Nomor Telpon : +62 87869591419

Email : darven24@gmail.com

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tempat/ Tanggal lahir Selangor, Malaysia / 19 Mei 1994 Warganegara : Malaysia

Agama : Hindu

Status Pendidikan : Tadika Snow White

SJK (T) Simpanng Lima, Klang SMK Raja Mahadi, Klang Nirwana College, Kuala Lumpur

Fakultas Kedoktekran Universitas Sumatera Utara Riwayat Organisasi : Persatuan Mahasiswa Malaysia USU (PM-USU)

Persatuan Kebangsaan Pelajar - Pelajar - Malaysia - Indonesia - Cawangan Medan (PKPMI-CM)

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 02 Juli 2015


(2)

(3)

(4)

Medan, 1 Juni 2015

Kepada Yth :

Ka. Instalasi Rekam Medis RSUP. H. Adam Malik Di M e d a n

Dengan Hormat,

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir program studi (S1) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, saya:

Nama : Darvendran Anbualagan

Nim : 120100501

Institusi : Fakultas Kedokteran – USU

Melakukan penyusunan laporan penelitian dengan judul penelitian “Gambaran Karakteristik Penderita Mioma Uteri Di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2014”. Dalam mengumpulkan bahan dan keterangan yang dibutuhkan untuk penelitian ini, saya mengajukan permohonan peminjaman rekam medis pasien mioma uteri yang pernah mendapat perawatan di RSUP H. Adam Malik, Medan. Saya menyadari bahwa data rekam medis bersifat rahasia, oleh karena itu identitas pasien akan dirahasiakan, dan data yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Nantinya, hasil penelitian ini akan disampaikan kepada RSUP H. Adam Malik untuk digunakan sebagai bahan masukan dalam peningkatan pelayanan kesehatan. Demikianlah saya sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang baik saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Darvendran Anbualagan

NIM 120100501


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Academia. 2013. hubungan umur dan paritas ibu hamil terhadap kejadian mioma

uteri. [ONLINE] Available at:

https://www.academia.edu/11521397/hubungan_umur_dan_paritas_ibu_ha mil_terhadap_kejadian_mioma_uteri. [Accessed 01 December 15].

Alan DeCherney, 2006. CURRENT Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology,Tenth Edition. McGraw-Hill Medical.

Andrea Tinelli, 2014. Uterine Myoma, Myomectomy and Minimally Invasive Treatments. 2015 Edition. Springer, 227.

Anwar, Mochamad , 2011. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Alicia Armeli. 2015. Fibroid Risk Factor: Obesity. [ONLINE] Available at: https://ask4ufe.com/fibroid-risk-factor-obesity/. [Accessed 03 December 15].

Artifasari, A., 2014. Gambaran Angka Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur Dan Paritas Di RSUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone Tahun 2011-2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis , [Online]. 4(4), 508-510. Available at: http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/11/e- library%20stikes%20nani%20hasanuddin--aartifasar-504-1-44145085-1.pdf [Accessed 11 May 2015].

Baird, Donna Day. 2015. American Journal Of Epidemiology. [ONLINE] Available at: http://aje.oxfordjournals.org/content/159/2/124.full. [Accessed 27 November 15].

Baziad A. 2003. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta:Media Aesculapius

br. Ginting, Linda Yana. 2011. KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI YANG DI RAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN

2009-2011. [ONLINE] Available at:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=51530&val=4108. [Accessed 02 December 15].


(10)

Cahyasari A.M. Setyana Mega. 2014. Jurnal Psikologi Undip .[ONLINE] Available at: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/8063. [Accessed 03 December 15].

Diana Hamilton-Fairley, 2008. Lecture Notes: Obstetrics and Gynaecology. 3 Edition. Wiley-Blackwell.

Eric J. Bieber MD MSHCM, 2006. Clinical Gynecology, 1e. 1 Edition. Churchill Livingstone.

Fibroid Second Opinion. 2013. William H. Parker, MD. [ONLINE] Available at:http://www.fibroidsecondopinion.com/about-fibroids/. [Accessed 31 May 15].

Fred M. Howard MD, 2000. Pelvic Pain: Diagnosis and Management. 1 Edition. LWW, 152.

Horner, Kyle L, 2006. Leiomyoma. Medscape, [Online]. 1(1), 1. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1057733-overview [Accessed 20 May 2015].

Ikramina, Lina. 2013. HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN RISIKO TERJADINYA MYOMA UTERI DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE 1 JANUARI 2011 – 31 DESEMBER 2011.

[ONLINE] Available at:

http://eprints.ums.ac.id/23947/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. [Accessed 03 December 15].

Jannah, Miftachul. 2015. PARITAS DAN IMT (INDEKS MASSA TUBUH) BERHUBUNGAN DENGAN MIOMA UTERI PADA WANITA USIA SUBUR. [ONLINE] Available at: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pmnj0584e2ce01full.pdf. [Accessed 27 November 15].

Khalil, Dr. Mehreen 2014. FIBROID; FREQUENCY AND FACTORS. [ONLINE] Available at:http://www.theprofesional.com/article/vol-21-no-04/prof-2491.pdf. [Accessed 03 December 15].

Kostania, Gita. 2009. Hubungan Umur Penderita Dengan Mioma Uteri Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Bulan Januari-Juni 2008. [ONLINE] Available at:


(11)

http://www.distrodoc.com/224798-hubungan-umur-penderita-dengan-mioma-uteri-di-rsud-dr. [Accessed 07 December 15].

Kurniasari, Tri, 2010. Karekteristik Mioma Uteri Di RSUD Dr. MOewardi. Degree. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Life Extension. 2014. Uterine Fibroids. [ONLINE] Available at:http://www.lifeextension.com/Protocols/Female-Reproductive/Uterine-Fibroids/Page-01?p=1. [Accessed 03 December 15].

Lilyani, Devy Isella, 2012. Hubungan Faktor Resiko dan Kejadian Mioma Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Jurnal Kedokteraan Muhammadiyah, [Online]. 1(1), 14-19. Available at:http://download.portalgaruda.org/article/98440/5092 [Accessed 18 May 2015].

Marisa R. Nucci MD, 2009. Gynecologic Pathology: A Volume in the Series: Foundations in Diagnostic Pathology, 1e. 1 Edition. Churchill Livingstone, 261.

Mioma Uteri. 2009. Gejala mioma uteri, ciri-ciri dan tanda-tanda penyakit mioma uteri dan obat mioma uteri. [ONLINE] Available at: http://miomauteri.com/. [Accessed 29 May 15].

Odukuma, E.I.. 2014. British Journal of Applied Science & Technology . [ONLINE] Available at: http://www.sciencedomain.org/. [Accessed 27 November 15].

Pasinggi, Sabrianti, 2013. Prevalensi Mioma Uteri Berdasarkan Umur Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), [Online]. 3(1), 1-6. Available at: http://6517-13190-1-PB.pdf [Accessed 11 May 2015].

Pratiwi Lilis. 2013. HUBUNGAN USIA REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO.

[ONLINE] Available at:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14973&val=1001. [Accessed 27 November 15].


(12)

Professor W M W Gedroyc. 2014. Uterine Fibroids Treating Fibroids non-invasively. [ONLINE] Available at: http://www.myoma.co.uk/. [Accessed 16 May 15].

Rahmi, Ita, 2012. Gambaran Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Mioma Uteri Di Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat, [Online]. 11(2), 20-26. Available at: http://ejournal.uui.ac.id/jurnal/ITA_RAHMI-zhv-jurnal_ita_rahmi.pdf [Accessed 16 May 2015]

Rustikayanti, R. Nety . 2011. HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RAWAT INAP RSUD CICALENGKA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014. [ONLINE] Available at: http://www.scribd.com/doc/280038170/JURNAL-KARAKTERISTIK-DENGAN-KEJADIAN-MIOMA-UTERI-pdf#scribd. [Accessed 30 November 15].

Sanjay, Porwal, 2013. Uterine Leiomyomata a clinical study. Jounal of

Pharmacceutical and Biomedical Sciences, [Online]. 28 (18), 672-676. Available at:

http://www.jpbms.info/Porwal%20Sanjay%20K%20et%20al.(672-676)%20(1).pdf [Accessed 12 May 2015].

Fumio Sato. 1998. Body Fat Distribution and Uterine Leiomyomas. [ONLINE] Available at:

https://www.jstage.jst.go.jp/article/jea1991/8/3/8_3_176/_pdf. [Accessed 03 December 15].

Sharmi S.H. 2009. RISK FACTORS OF UTERINE LEIOMYOMA IN WOMEN OF REPRODUCTIVE AGES. [ONLINE] Available at: http://en.journals.sid.ir/ViewPaper.aspx?ID=167007. [Accessed 29 November 15].


(13)

Sherly. 2009. Prevalensi Mioma Uteri Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 1 Januari 2008 - 31 Desember 2008. [ONLINE] Available at: http://repository.maranatha.edu/id/eprint/1886. [Accessed 03 December 15].

Shikora SA. 1991. Relationship between obesity and uterine leiomyomata.. [ONLINE] Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1802214. [Accessed 03 December 15].

STIKES Helvetia. 2013. Jurnal Kesehatan. [ONLINE] Available at: http://helvetia.ac.id/jurnalkesehatan/gdl.php?mod=browse&op=read&id=s upthelpp-gdl-drjonmadis-507. [Accessed 30 November 15].

Stuti, Aria, 2011. Hubungan Faktor Resiko dan Kejadian Mioma Uteri. Jurnal Unimus, [Online]. 1(1), 1-11. Available at: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-ariastuti0-5245-2-babii.pdf [Accessed 29 May 2015].

Vieira, Carolina Sales , 2015. Presentation and treatment of uterine leiomyoma in adolescence: a systematic review. BMC Women Health , [Online]. 15(4), 1-5. Available at: http://www.biomedcentral.com/content/pdf/s12905-015-0162-9.pdf [Accessed 22 May 2015].


(14)

Gambar 3.1 Kerangkap konsep Karakteristik penderita mioma uteri 3.2Definisi Operasional

a) Mioma uteri adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang timbul dari otot polos.

b) Variabel yang diteliti dalam penelitian ini mencakup, umur, usia menarche, paritas/kehamilan, tipe mioma dan tempat letak mioma uteri.

1. Umur dihitung dalam tahun menurut ulang tahun yang terakhir.Umur penderita mioma uteri sesuai dengan tercatat pada rekam medis, dikelompokkan atas:

a. 20-30 tahun b. 30-40 tahun c. 40-50 tahun

Cara ukur : Mengumpul dan mencatat data Alat ukur : Rekam medis

Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Ordinal

Karakteristik penderita mioma uteri yang dirawat di RSUP H. Adam Malik 2014 a. Umur

b. Usia menarche c. Paritas


(15)

2. Usia menarche dihitung dalam tahun menurut haid yang pertama kali datang. Usia menarche sesuai dengan tercatat pada rekam medis,dikelompokkan atas:

a. <10 tahun (menarche dini) b. 11-16 tahun (menarche normal) c. >16 tahun (menarche lambat)

Cara ukur : Mengumpul dan mencatat data Alat ukur : Rekam medis

Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Ordinal

3. Paritas dihitung dalam bilangan menurut angka kelahiran bayi. Paritas sesuai dengan tercatat pada rekam medis, dikelompokkan atas:

a. 0-1 b. >2

Cara ukur : Mengumpul dan mencatat data Alat ukur : Rekam medis

Hasil ukur : Persentase Skala Ukur : Ordinal

4. Tempat letak mioma dinilai dengan menilai posisi mioma dalam uterus. Tempat letak mioma sesuai dengann tercatat pada rekam medis, dikelompokkan atas:

a. Submukosum b. Intramural c. Subserosum


(16)

Cara ukur : Mengumpul dan mencatat data Alat ukur : Rekam medis

Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal

\

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional retrospektif, di mana penelitian ini akan mendeskripsikan karateristik penderita mioma uteri di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2014. Data yang diperoleh dengan menggunakan data sekunder yaitu melalui rekam medis penderita.


(17)

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan akan dilakasanakan dari bulan September hingga Nopember 2015.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan.

4.3Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah penderita yang mengalami mioma uteri di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2014 yang tercatat dalam rekam medis yang tersedia.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara secara teknik total sampling, dimana seluruh jumlah populasi merupakan data sampel.

4.3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel hanya diambil apabila memperoleh beberapa kriteria yang diterapkan terlebih dahulu.


(18)

4.3.2.2 Kriteria inklusi

Penderita yang mempunyai mioma uteri pada tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan.

4.3.2.3 Kriteria Eksklusi

Penderita yang memenuhi kriteria inklusi namun memiliki data yang tidak lengkap dalam rekam medis yaitu data-data yang tidak diperlukan untuk ditabulasi seperti jenis kelamin, pekerjaan, dan komplikasi mioma uteri.

4.4Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Kedokteraan Universitas Sumatera Utara. Setelah itu, data mengenai penderita yang mempunyai mioma uteri dari Januari 2014 sampai Desember 2014 di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dikumpul dari data sekunder yaitu rekam medis. Setelah selesai, peneliti akan mendapatkan surat selesai penelitian dari Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan.


(19)

4.5.1 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkas atau angka ringkasan. Tahapan pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan saving.

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi kembali dengan menanyakan kesediaan responden untuk melengkapi data.

2. Coding

Coding berarti mengoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudain diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan computer.

3. Entry

Data dimasukkan (entry) ke program Statistic Package for Social Science (SPSS).

4. Cleaning

Semua data yang telah dimasukkan kedalam computer diperiksa kembali untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam

pemasukan data. 5. Saving

Data yang telah benar dan tepat akan disimpan dan di analisis.

4.5.2 Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan, diolah, dianalisa dengan menggunakan analisa data sederhana dan ditampilkan secara deskriptif dengan menggunakan tabel atau tabulasi dan dilakukan pembahasaan sesuai dengan pustaka yang ada.


(20)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan bagian barat yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.

RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Dengan ditetapkannya RSUP H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat


(21)

menggunakannya sebagai Pusat Pendidikan Klinik calon dokter dan Pendidikan Keahlian.

5.1.2 Deskripsi Data Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis hasil perawatan dan pemeriksaan penderita mioma uteri yang telah datang ke Department Obstetri dan Ginekologi di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari 2014 sampai Disember 2014. Proses pengambilan data untuk penelitian telah dilakukan sesuai yang direncanakan pada tanggal 6 Oktober 2015 sampai 6 November 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan dengan total populasi sebesar 186 sampel. Dari 186 sampel tersebut, terdapat 46 sampel yang tidak memenuhi kriteria inklusi dikarenakan data rekam medis yang tidak lengkap dan tidak tersedia. Jumlah seluruh sampel yang dianalisa adalah 140 data rekam medis. Berdasarkan data-data rekam medis yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.3 Distribusi Frekuensi Penderita Mioma Uteri Menurut Usia

Distribusi data penelitian yang menunjukkan usia penderita mioma uteri dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Usia Tahun 2011-2014

Umur (tahun) Frekuensi ( n ) Persentase (%)

10-19 tahun 1 0,7

20-29 tahun 4 2,9

30-39 tahun 29 20,7

40-49 tahun 74 52,9

50-59 tahun 28 20

60-69 tahun 4 2,9

JUMLAH 140 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahawa penderita Mioma Uteri berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah kelompok usia 40-49 tahun yaitu


(22)

52,9% (74 orang) manakala kelompok umur terendah penderita Mioma Uteri adalah kelompok usia 10-19 tahun dengan proporsi 0,7% (1 orang). Kelompok usia 20-29 tahun dan usia 60-69 tahun mempunyai proporsi yang sama yaitu 2,9% (4 orang) masing-masing. Kelompok usia 30-39 tahun didapati proporsi 20,7% (29 orang) dan kelompok usia 50-59 tahun mempunyai proporsi 20 % (28 orang).

5.1.4 Distribusi Frekuensi Penderita Mioma Uteri Menurut Usia Menarche Distribusi data penelitian yang menunjukkan usia menarche penderita mioma uteri dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Usia Menarche Tahun 2014

Usia Menarche Frekuensi ( n ) Persentase (%) 11-16 tahun 39 99,3

>16 tahun 1 0,7

JUMLAH 140 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan ramai penderita Mioma Uteri yang mempunyai riwayat menarche normal (11-16 tahun) yang datang ke RSUP Haji Adam Malik dengan proporsi 99,3% (139 orang). Seterusnya penderita Mioma Uteri dengan riwayat menarche lambat (>16 tahun) adalah 0,7% (1 orang).

5.1.5 Distribusi Frekuensi Penderita Mioma Uteri Menurut Paritas

Distribusi data penelitian yang menunjukkan paritas penderita Mioma Uteri dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3 Distribusi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Paritas Tahun 2014

Paritas Frekuensi ( n ) Persentase (%)


(23)

>2 71 50,7

JUMLAH 140 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa penderita Mioma Uteri yang melahirkan lebih daripada 2 anak (multipara) mempunyai proporsi tertinggi yaitu 50,7 % (71 orang) manakala penderita mioma uteri yang tidak melahirkan atau melahirkan hanya 1 anak (nulipara) mempunyai proporsi 49,3 % (69 orang).

5.1.6 Distribusi Frekuensi Penderita Mioma Uteri Menurut Tempat Letak Mioma

Distribusi data penelitian yang menunjukkan tempat letak mioma uteri pada penderita mioma uteri dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4 Distribusi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Tempat Letak Mioma Tahun 2014

Tempat letak Mioma Frekuensi ( n ) Persentase (%)

Submukosum 44 31,4

Intramural 55 39,3

Subserosum 41 29,3

JUMLAH 140 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan tempat letak mioma uteri Subserosum pada penderita terendah dengan proporsi hanya 29,3 % (41 orang). Selain itu,


(24)

penderita Mioma Submukosum dengan proporsi 31,4 % (44 orang). Akhirnya dengan proporsi paling tertinggi yaitu 39,3 % (55 orang) ditemukan pada penderita Mioma Intramural.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan mengenai Mioma Uteri tahun 2014 dengan menggunakan data sekunder yaitu rekam medis diketahui bahwa jumlah penderita mioma uteri paling banyak terdapat pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 74 orang (52,9%) diikuti dengan kelompok usia 30-39 tahun sebanyak 29 orang (20,7%), sebanyak 28 orang (20,0%) pada kelompok usia 50-59 tahun. Usia kelompok 20-29 tahun dan 60-69 tahun mempunyai angka yang sama yaitu sebanyak 4 orang (2,9%) dan untuk kelompk usia 10-19 didapati bahwa terdapat 1 orang (0,7%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUD DR. Moewardi Surakarta pada periode Januari hingga Juni pada tahun 2008 dimana jumlah yang paling tertinggi ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun yaitu sebanyak 38 orang (65,51%) daripada 58 penderita mioma uteri. Manakala jumlah yang paling rendah ditemukan pada kelompok usia 21-30 tahun. Menurut hasil Gita bertentangan dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik dimana kelompok usia 10-19 tahun mempunyai jumlah yang paling rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Gita ada perbedaan sedikit dalam range umur yang dikelompokkan dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Hasil yang serupa juga didapati dalam penelitian Pratiwi (2012) di RSUP Prof. Dr. R.D. Manado Kandou dengan jumlah sampel sebanyak 353 penderita ginekologi pada periode Maret hingga Oktober 2012 dan didapati 108 penderita mioma uteri. Jumlah terbanyak ditemukan pada kelompok usia 35-49 tahun yaitu sebanyak 101 orang (93,5%). Tetapi


(25)

kelompok usia ada perbedaan sedikit daripada penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Hasil yang serupa didapati pada penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan februari 2012 hingga Juli 2012 dimana jumlah penderita mioma uteri dalam kelompok usia 40-49 tahun adalah paling tertinggi sebanyak 91 orang (br. Ginting, 2012). Namun, hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh penelitian Odukuma E.I(2014) di negara Nigeria yang melibatkan 1261 penderita yaitu penderita mioma uteri yang terbanyak adalah kelompok usia 30-39 tahun (560 orang). Pada kelompok minimal penderita mioma uteri adalah kelompok usia 60-69 tahun (6 orang). Suatu penelitian telah dilakukan secara deskriptif retrospektif di negara Nigeria pada tahun 2012 menyatakan hasil yang sama bahwa penderita mioma uteri kelompok usia 30-39 mempunyai jumlah yang terbanyak yaitu 301 orang dari 368 sampel.

Hasil penelitian menemukan bahwa penderita dengan usia menarche 11-16 tahun merupakan kelompok tertinggi yaitu sebanyak 139 orang (99.3%) manakala penderita yang mempunyai riwayat menarche lambat usia ≥16 tahun adalah kelompok paling rendah yaitu 1 orang (0.7%). Hasil ini tidak sama dengan penelitian di Poli Kandungan RSUD dr. Mohamad Soewandhie, Surabaya oleh Jannah (2015), melaporkan sebanyak 18 dari 30 penderita mioma uteri mempunyai riwayat usia menarche lambat. Namun hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Zainoel oleh Rahmi (2012) dimana penderita mioma uteri yang mempunyai riwayat menarche lambat (>16tahun) memiliki jumlah tertinggi yaitu sebanyak 28 orang (43,8%) daripada 64 sampel. Suatu lagi penelitian yang dilakukan terhadap pasien ras Afrika – Amerika menunjukkan bahwa menarche pada 11-16 tahun atau sebelum usia menarche normal (11 tahun) mempunyai resiko 25% lebih tinggi terkena mioma uteri. Dalam penelitian cohort yang dilakukan Baird (2003) tersebut dikatakan bahwa semakin meningkat usia menarche berkurangnya resiko terkena mioma uteri. Hasil ini meyerupai dengan hasil yang dapat di RSUP Haji Adam Malik dimana pasien menarche lambat mempunyai resiko rendah mempunyai mioma uteri. Selain itu, penelitian yang dilakukan di RS Rasht Alzahra pada tahun 2007 menemukan sebanyak 482 pasien menderita mioma uteri daripada 990 pasien. Sebanyak 69 dari total 482 sampel mempunyai riwayat


(26)

menarche dini sebelum usia 11 tahun (Sharmi, 2009) tidak menyamai hasil penelitian di Medan. Suatu penelitian di RSUD Arifin Achamad Provinsi Riau melaporkan hasilnya berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Madi (2015) menyatakan penderita yang mempunyai riwayat menarche lambat mempunyai persentase yang tinggi terkena mioma uteri.

Menurut penelitian ini diketahui bahwa jumlah penderita mioma uteri dengan status melahirkan ≥2 anak (multipara) merupakan kelompok tertinggi yaitu sebanyak 71 orang (50,7%) manakala wanita yang tidak pernah melahirkan anak atau hanya melahirkan 1 anak sahaja adalah 69 orang (49,3%). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan di rumah sakit Sudarso, Kalimantan oleh Wati (2012). Penelitian di Kalimantan menyatakan bahwa wanita yang multipara mempunyai jumlah tertinggi sebanyak 15 orang (71,4%) manakala wanita yang nulipara 6 orang (28,6%). Seterusnya, penelitian di RSUD Raden Mattaher Jambi juga melaporkan wanita dengan status paritas ≥2 mempunyai angka tertinggi dengan jumlah 16 penderita mioma uteri. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Purba M. (2009) di Rumah Sakit Vita Insani Permatang Siantar tahun 2004-2008 bahwa frekuensi tertinggi didapati pada penderita mioma uteri yang multipara yaitu sebanyak 66,9%. Hasil yang sama juga didapati pada penelitian yang dilakukan oleh br. Ginting (2012) di RSUP Pringadi Medan tahun 2009-2011 dimana penderita yang multipara memiliki jumlah paling tertinggi sebanyak 47 orang (45,2%). Hasil yang menyerupai didapati pada penelitian yang dilakukan di Rawat Inap RSUD Cicalengka Kabupaten Bandung dimana jumlah penderita dengan multipara adalah 29 orang dan lebih tinggi daripada pasien yang nulipara. Hasil yang sama didapati pada penelitian yang dilakukan oleh Sheryl (2008) di RS Immanuel Bandung dimana penelitian tersebut menunjukkan penderita multipara memiliki angka yang tertinggi (48,5%). Penelitian yang dilakukan oleh Ikramina (2013) di RSUP Dr. Moewardi sama dengan penelitian di atas dengan jumlah penderita mioma yang multipara tertinggi yaitu sebanyak 43 orang (82,7%). Namun hasil di atas berbeda dengan penelitian Jannah (2015) dimana wanita yang nulipara mempunyai angka tertinggi yaitu 25 orang daripada 30 orang.


(27)

Dalam penelitian ini diketahui bahwa tempat letak mioma uteri paling sering di intramural dengan jumlah 55 orang (39,3%), diikuti dengan penderita mioma submukosum dengan jumlah 44 orang (31,4%) dan tempat letak mioma di subserosa paling rendah yaitu sebanyak 41 orang (29,3%). Hasil yang sama ditemukan pada penelitian yang dilakukan di RSUP Pringadi Medan oleh b. r. Ginting (2012) melaporkan kasus mioma intramural paling tertinggi didiagnosa dengan sebanyak 36 orang (41,9%), diikuti dengan mioma submukosa dengan jumlah 32 orang (37,2%) dan paling rendah adalah mioma subserosa hanya 28 orang (32,6%). Hasil yang sama pada suatu penelitian dimana mioma uteri Intramural adalah jenis yang paling sering pada seluruh kasus mioma uteri dengan proporsi (54%). Sedangkan penelitian yang dilakukan di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Bulan Januari-Juni 2008 menunjukkan bahwa jenis mioma uteri terbanyak pada mioma uteri submukosa, sebanyak 21 kasus (36,20%), dilanjutkan mioma uteri subserosa sebanyak 16 kasus (27,59%), dan mioma uteri intramural sebanyak 14 kasus (24,14%).


(28)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut :

1. Penderita mioma uteri berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah kelompok usia 40-49 tahun. Jadi, perempuan yang berada dalam usia reproduktif lambat mempunyai resiko tertinggi untuk terkena tumor jinak uteri ini

2. Penderita yang mempunyai riwayat menarche normal (11-16 tahun) mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena mioma uteri

3. Penderita yang melahirkan lebih daripada 1 anak (multipara) berisiko tinggi untuk terkena leiomioma

4. Jenis mioma Intramural adalah mayoritas ditemui pada penderita 6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran daripada peneliti sendiri :

1. Pasien yang pernah mempunyai riwayat paritas yang tinggi harus memastikan pasca persalinan memeriksa keadaan dalam uterus secara rutin di rumah sakit yang berdekatan.

2. Penelitian selanjutnya mengenai mioma uteri sebaiknya dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih dan mengambil data daripada beberapa rumah sakit di Medan untuk validitas hasilnya.

3. Instalasi Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik harus memastikan data yang diperlukan untuk penelitian harus tersedia dengan infromasi yang telah dikemaskini.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Mioma Uteri

2.1.1 Definisi

a. Mioma uteri ataupun dikenali sebagai fibromioma uteri, leiomioma uteri dan uterine fibroid dalam dunia kedokteraan merupakan tumor jinak yang strukturnya utama adalah otot pols rahim (Anwar, 2011).

b. Mioma uteri adalah tumor non kanker yang tumbuh di dalam jaringan otot rahim (myoma.co.uk).

c. Mioma uteri adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang timbul dari otot polos. Mereka pertama kali dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1854. Bentuk herediter yang menyebabkan beberapa mioma uteri awalnya dicatakan oleh Kloepfer et al pada tahun 1958. Penyakit ini dapat mengembang dengan kehadiran otot polos (Horner, 2006).


(30)

Faktor-faktor pnyebab mioma uteri belum diketahui namun terdapat 2 teori: a. Teori Stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi: 1. Mioma uteri tumbuh lebih cepat pada masa hamil.

2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche. 3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause. 4. Hiperplasia endometrium ditemukan bersama dengan mioma uteri.

b. Teori Cellnest

Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen (Bieber, 2006).

2.1.3 Epidemiologi

Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduktif sebanyak 20% - 25%. Pada usia melebihi 35 tahun insidensi mioma uteri lebih tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Syarikat, 3-9 kali lebih banyak pada ras kuli berwarna dibandingkan dengan ras berkulit putih. Selama 5 dekade, ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. Namun di Afrika, wanita kulit putih sedikit sekali menderita mioma uteri. Perbedaan Amerika dan Afrika dikaitkan dengan perbedaan pola hidup. Di Amerika Syarikat, dari 650.000 histerektomi yang dilakukan per tahun, sebanyak 27% adalah disebabkan mioma uteri. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan sebanyak 2,39%-11.7% (Ita Rahmi, 2012).

2.1.4 Faktor Resiko


(31)

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma. Mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche. Setelah menopause kira-kira hanya 10% mioma uteri masih tumbuh.

2. Usia Menarche

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peningkatan pertumbuhan mioma uteri merupakan respon dari stimulus estrogen. Insidensi mioma uteri meningkat signifikan pada wanita yang mengalami menarche sebelum umur 11 tahun. Paparan estrogen yang semakin lama akan meningkatkan insidensi mioma uteri. Menarche dini(< 10 tahun) ditemukan meningkatkan resiko relatif mioma uteri dan menarche yang lambat (> 16 tahun) menurunkan resiko relatif mioma uteri.

3. Paritas

Mioma uteri sering terjadi pada wanita nulipara atau wanita yang hanya mempunyai 1 anak. Penelitian yang dilakukan oleh Parker menunjukkan bahwa semakin meningkat jumlah kehamilan akan menurunkan kejadian mioma uteri. Suatu penelitian ditunjukkan bahwa resiko menurun hingga 70% pada wanita yang melahirkan 2 anak atau lebih.

4. Kehamilan

Meningkatnya vaskularisasi uterus ditambah dengan meningkatnya kadar estrogen sirkulasi sering menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma. Jika pertumbuhan mioma terlalu cepat akan melebihi suplai darah sehingga terjadi perubahan degeneratif tumor ini. Hasil yang paling serius adalah nekrobiosis(degenerasi merah). Pasien dapat mengeluh nyeri dan demam derajat rendah, biasanya pada kehamilan sepuluh minggu kedua. Palpasi menunjukkan bahwa mioma sangat luak. 5. Ras

Di negara Amerika, prevalensi mioma uteri adalah 5%-21%. Kejadian mioma uteri antara ras Africa-American adalah sebanyak 60% dan antara ras Caucasian adalah 40%. Resiko ini tidak berhubungan dengan faktor lain. Walaubagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan


(32)

yang Val/Val genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen, catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita Afrika-Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.

6. Riwayat keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan resiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.

7. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada kadar yang rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di bawah 10 tahun) dijumpai peningkatan resiko (RR 1,24) dan menarke lewat (usia setelah 16 tahun) menurunkan resiko (RR 0,68) untuk menderita mioma uteri. 8. Berat badan

Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga turut dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal


(33)

yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya.

9. Diet

Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana studi ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri. 10. Kebiasan merokok

Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang bisa menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti: penurunan konversi androgen kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin (Kurniasari, 2010).

2.1.5 Patogenesis

Penyebab mioma uteri tidak diketahui. Glukosa-6-fosfat menunjukkan bahwa masing-masing mioma individu unisellular berasal (monoclonal). Meskipun tidak ada bukti menunjukkan bahwa penyebab mioma adalah estrogen terlibat dalam pertumbuhan mioma. Mioma mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi dari miometrium sekitarnya tetapi dalam konsentrasi lebih rendah dari endometrium. Progestrone meningkatkan aktivitas mitosis dari mioma pada wanita muda. Progestrone memungkinkan untuk pembesaran tumor dengan penurunan apoptosis dalam tumor. Estrogen dapat berkontribusi untuk pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstrasellular. Mioma bertambah besar dengan terapi estrogen dan selama kehamilan. Ada spekulasi bahwa pertumbuhan mioma pada kehamilan berkaitan dengan sinergis estradiol


(34)

dan laktogen plasenta (hPL). Biasanya ukuran akan menurun setelah menopause (Alan DeCherney, 2006).

2.1.6 Patofisiologi

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cellnest atau teori genitoblast membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosa,intramular dan subserosa. Lihat gambar 2.1 yang menunjukkan gambaran patofisiologi mioma uteri (Stuti, 2011).


(35)

Gambar 2.1 Patofisiofologi mioma uteri Sumber : Stuti, 2011


(36)

2.1.7 Patologi Anatomi

Gambaran histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut:

Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpati, pada penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan saiz yang berbeda-beda.

Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah: 1. Degenerasi jinak:

a. Atrofi:

Ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah persalinan dan menopause.

b. Degenerasi Hialin:

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Terjadi pada mioma yang matang dimana bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda degenerasi hialin.

c. Degenerasi Kistik:

Setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairnya gelatine sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekana fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista kavum uteri, kavum peritoneum atau retroperitoneum.

d. Degenerasi membatu (Calcireous Degeneration):

Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan kalsium


(37)

karbonat dan fosfat pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

e. Degenerasi Septik:

Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis di bagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut dan demam akut.

f. Degenerasi merah (Carneous Degeneration):

Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis terjadinya diperkirakan kerana suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah bewarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.

g. Degenerasi Miksomatosa:

Terjadi setelah proses degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimtomatik (Nucci, 2009).

2. Degenerasi ganas:

a. Transformasi ke arah keganasan (menjadi miosarkoma) terjadi pada 0,1% - 0,5% penderita mioma uteri (Anwar, 2011).

2.1.8 Klasifikasi

1. Mioma submukosum:

Mioma yang berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma jenis ini walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myomageburt).


(38)

2. Mioma Intramural:

Mioma intrmural disebut juga sebagai mioma intrepitelial, biasanya multipel. Tumor jenis ini terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium, dan sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.

3. Mioma subserosum:

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri, dapat hanya sebagai tonjolan saja,dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Mioma dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, selain itu mioma ini dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering/parasistic fibroid

(Anwar, 2011).

Gambar 2.2 Tempat letak Mioma uteri

Sumber : Mioma Uteri. 2009. Gejala mioma uteri, ciri-ciri dan tanda-tanda penyakit mioma uteri dan obat mioma uteri.


(39)

2.1.9 Gambaran Klinis

Gejala klinik hanya terjadi pada 35% - 50% penderita mioma. Hampir sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya, terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan penderita berupa.

1. Perdarahan Abnormal Uterus

Perdarahan menjadi manifestasi klinis utama pada mioma dan hal ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh hambatan pasokan darah endometrium, tekanan dan bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal miometrium.

2. Nyeri

Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi merah yang mengiritasi selaput peritoneum (seperti peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi mengedan. Nyeri


(40)

pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan pensyarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.

3. Efek Penekanan

Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma. Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia dan infertilitas. Bila ukuran tumor lebih besar lagi akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri. Semua efek penekanan dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna,rontgen dan MRI (M. Anwar, 2011).

2.1.10 Diagnosis

2.1.10.1 Anamnesis

Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta gejala-gejala mioma ut eri lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadipad a penderita yang hamil. Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempun yai gangguan haid dan ada rasa nyeri.

2.1.10.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Kadang, mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. Bila belum jelas, terutama pada wanita gemuk, dapat dilakukan pemeriksaan bimanual. Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang


(41)

umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping, seringkali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubung dengan uterus. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan pelvis, serviks biasanya normal namun pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada osteum servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa. Kavum endometrium dapat membesar karena tumor submukosa.

2.1.10.3 Pemeriksaan Laboratorium

Anemia disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Namun pada kebanyakkan pasien akan terjadi mekanisme eritrositosis. Pada kasus dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau infeksi akan ditemukan leukositosis.

2.1.10.4 Pemeriksaan Penunjang: a. Ultra Sonografi (USG):

Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan anechoic. USG menunjukkan gambaran massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi (Howard, 2000). Lihat gambar 2.3 yang menunjukkan gambaran USG mioma uteri.


(42)

Gambar 2.3 USG Mioma Uteri

Sumber : Diana Hamilton-Fairley, 2008. Lecture Notes: Obstetrics and Gynaecology.

b. Magnetic Resonance Imagine (MRI):

Lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan saiz, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium. MRI akan menghasilkan gambaran dengan menyerap energy dari suatu gelombang radio berfrekuensi tinggi yang menunjukkan adanya mioma. Lihat gambar 2.4 yang menunjukkan gambaran MRI mioma uteri.

Gambar 2.4 MRI Mioma Uteri

Sumber : Fibroid Second Opinion. 2013. William H. Parker, MD.


(43)

Digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah k avum uteri pada pasien infertil. Merupakan suatu prosedur yang me nghasilkan gambaran foto rontgen bagian dalam lavitas uterus dan u ntuk mengetahui keadaan tuba falopii. Sejumlah cairan yang menga ndung iodine diinjeksikan melalui cervix ke dalam uterus dan tuba falopii, hasil foto rontgen didapatkan.

d. Urografi intravena:

Digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah massa pada ureter dan ginjal.

e. Computed Tomography (CT)

CT merupakan salah satu tipe rontgen yang menggunakan komputer untuk menghasilkan gambaran struktur tubuh seperti uterus. Walapun jarang dibutuhkan, hasil gambaran CT dapat memperlihatkan adanya mioma.

f. Sonohistografi

Suatu prosedur ultrasonic di mana kavitas uterus dibatasi oleh sejumlah kecil cairan. Cairan ini ditempatkan pada uterus melalui suatu selang plastik kecil. Pasien bisa merasakan kram yang ringan. Sonohistografi meningkatkan kemampuan pemeriksa untuk mengidentifikasi mioma yang masuk ke dalam kavum uteri

(Stuti, 2011) .


(44)

1. Terapi Emergensi

Transfusi darah mungkin diperlukan untuk memperbaiki anemia. Transfusi dikemas sel darah merah lebih digunakan daripada whole blood. Operasi biasa diindikasikan untuk pasien ketika mereka menjadi secara hemodinamik stabil. Operasi emergensi diindikasikan untuk infeksi mioma, torsi akut, atau obstruksi usus yang disebabkan oleh pedunkulata atau parisitik mioma.

2. Terapi Khusus a. Terapi Medikasi

Tujuan daripada perawatan medis adalah untuk meringankan atau mengurangi gejala. Meskipun tidak ada terapi medikasi yang pasti ada pada saat ini tersedia untuk mioma uteri, gonadotropin-releasing hormone(GnRH) agonis membuktikan bahwa GnRH adalah sangat berguna untuk membatasi pertumbuhan atau membantu mengurangi ukuran tumor. GnRH agonis dapat menyebabkan hypogonadism melalui hipofisis desensitisasi, mengatur turun reseptor, dan penghambatan gonadotropin. Terapi gonadotropin yang dilakukan untuk mioma uteri untuk 3 bulan akan mencapai penyusutan maksimum mioma uteri untuk lebih kurang 35%-60% daripada volumnya dan hasil amenorrhea akan membaiki dalam parameter hematologik. Terapi GnRH dilimitasi oleh efek samping hipopoestrogenik dan keropos tulang, terutama dengan terapi yang dilakukan untuk lebih 6 bulan. Ada kembalinya cepat volume uterus dan menstruasi pada penghentian terapi GnRH agonis mungkin berguna untuk perdarahan control untuk mioma uteri; tingkat preoperatif hematokrit, bertindak sebagai ukuran raguan sampai operasi dapat dijadwalkan atau menopause diantisipasi atau penyusutan mioma akan mengizinkan histerektomi vagina. Pil kontrasepsi oral umumnya diresepkan untuk mengontrol perdarahan


(45)

uterus abnormal tetapi terapinya tidak efektif dalam pengobatan mioma. Pil kontrasepsi oral dapat membantu dalam mengobati kondisi hidup bersama perdarahan anovulasi yang mungkin memberikan kontribusi untuk mioma. Suatu penelitian menunjukkan hasil yang baik dengan penggunaan levonorgestrel-releasing intrauterine alat untuk terapi menorrhagia terkait dengan beberapa mioma kecil (Tinelli, 2014).

3. Terapi Operasi

Operasi adalah terapi yang paling penting untuk mioma. Pemeriksaan Imaging paling sering harus disertai dengan evaluasi untuk menyingkirkan proses neoplastik panggul lainnya. Semua pasien harus mengikuti serviks Papanicolaou smear test dan endometrium evaluasi jikalau perdarahannya irregular. Sebelum operasi definitive, volume darah yang diperlukan harus disediakan terlebih dahulu dan langkah-langkah lain seperti administrasi antibiotika profilatik atau heparin harus dipetimbangkan. Mekanikal dan persediaan antibiotika usus dapat digunakan bila operasi panggul menjadi sukar.

a. Miomektomi:

Miomektomi adalah salah satu pilihan simptomatik pasien yang ingin untuk memelihara fertilitas atau melindungi uterus. Kerugian signifikan adalah resiko untuk mioma yang akan timbul. Pascamiomektomi setelah 5 tahun, 50% - 60% pasien akan mempunyai mioma baru yang akan dideteksi dalam ultrasound (USG), dan lebih dari 25% pasien akan memerlukan operasi major untuk kali kedua. Pasangan harus menjalani evaluasi infertilitas menyeluruh sebelum wanita tersebut menjalani miomektomi untuk memajukan fertilitas.

Kebanyakkan wanita akan dinasihati untuk melambatkan kehamilan untuk 3-6 bulan selepas miomektomi abdomen dan untuk


(46)

merencanakan sektio sesarean selepas mengeliminasi mioma transmural. Resiko untuk kerusakan uterus disebabkan oleh paritas selepas miomektomi abdomen dilaporkan sebanyak 0,0002%. Miomektomi yang dilakukan melalui histeroskopi dalam kasus mioma submukosa dan melalui laparaskopi untuk mioma subserosa yang angkanya kecil atau mioma intramural sedang meningkat. Kekuatan penutupan uterus dalam laparaskopi mioma ialah kontroversi, dan kerusakan uterus dilaporkan apabila masa gestasi 33 minggu. Pasien yang menginginkan fertilitas dinasihatkan tentang resikonya.

Pedunculated mioma submukosa yang bertumbuh dalam vagina dapat disingkirkan kadang-kala dengan menggunakan tali yang ada lengkungan atau melalui histereskopi. Tindakan ini adalah langkah yang paling efektif jikalau tidak ada tumor yang diperlukan untuk dieliminasi. Jikalau pedunculated mioma tidak dapat disingkirkan melalui vagina maka biopsi dilakukan untuk mengelakkan miosarcoma atau mesodermal sarcoma.

Indikasi untuk miomektomi dalam kehamilan adalah tanda torsi dalam mioma pedunculated di mana hemostasis stalk dapat dicapai dengan keselamatan relatif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tindakan ini mempunyai resiko yang besar untuk mendapatkan perdarahan atau transfusi.

b. Histerektomi:

Mioma uteri adalah indikasi paling sering untuk histerektomi dengan resiko kumulatif sebanyak 7% untuk semua wanita yang berusia dalam lingkungan 25 tahun - 45 tahun. Lebih dari 50% histerektomi dilakukan pada wanita yang kulit hitam disebabkan oleh mioma, dengan resiko kumulatif sebanyak 20% sehingga umur 45 tahun. Histerektomi menyingkirkan gejala dan rekuren.


(47)

Uterus dengan mioma kecil mungkin dapat dieliminasikan dengan tindakan histerektomi vagina total, terutamanya jika relaksasi vagina membutuhkan perbaikan cystocele, rectocele, atau entrocele.

Bila tumor yang besar ditemukan banyak, histerektomi abdomen total diindikasikan. Ovari umumnya dipelihara pada wanita premenopausal. Tidak ada komplikasi dalam mengangkat ovary daripada wanita yang pasca menopause.

c. Embolisasi mioma uteri:

Okulasi emboli arteri uterus adalah suatu alternatif untuk operasi major pada wanita premenopausal yang tidak menginginkan fertilitas tetapi menginginkan untuk terus memelihara uterus atau mengelakkan efek samping daripada terapi medikasi. Dalam prosedur ini, arteriogram akan dilaksanakan untuk mengidentifikasikan suplai darah ke mioma. Selepas itu satu kateter akan dimasukkan ke dalam bagian distal arteri uterus, biasanya melalui arteri femoris sebelah kanan. Arteri tersebut akan diinfusi dengan agen embolisasi (polyvinyl alcohol particles atau tris-acryl gelatine microspheres) sehingga alirannya terhenti. Prosedur ini akan bertahan selama 1 jam secara menyeluruh. Studi observasi menunujukkan bahwa terapinya sama efektif seperti histeretomi dan miomektomi, dengan banyak komplikasi minor dan dengan komplikasi major yang sikit. Frekuensi mioma rekuren adalah sedikit dengan embolisasi dibandingkan dengan miomektomi.


(48)

Untuk wanita yang tidak menginginkan fertilitas, ablasi endometrium dapat mengkontrol gejala perdarahan. Prosedur ini lebih efektif jika dikombinasikan dengan miolisis.

e. Miolisis:

Prosedur ini adalah teknik laparascopic thermal coagulation tidak membutuhkan penjahitan dan senang untuk dilaksanakan. Destruksi jaringan lokal mungkin akan mengakibatkan kerusakan pada masa kehamilan.

f. Laparaskopi uterus okulasi arteri:

Tindakan ini dilaksanakan dengan kateterisasi arteri uterus melalui laparaskopi.

g. Magnetic resonance-guided focused ultrasound surgery:

Cara ini diluluskan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2004 untuk terapi mioma pada wanita premenopausal yang sudah memiliki anak. Prosedur outpatient yang menggunakan MRI untuk real-time monitoring of thermoablative teknik yang menukarkan multipel ambangan energi ultrasound pada volume jaringan yang kecil untuk dimatikan

(Alan Decherney, 2006).


(49)

.

1. Mioma dan Kehamilan

Lebih kurang dua pertiga wanita dengan mioma uteri dan infertiliti yang tidak dapat dijelaskan pascamiomektomi, dan lebih kurang separuh darpada wanita akan menjalani paritas bayi. Tetapi perbedaan dengan manajmen kehamilan diperlukan untuk menyimpulkan keefektifan prosedur ini.

Semasa trimester kedua dan ketiga kehamilan, mioma akan meningkt dalam ukuran dan akan melalui deprivasi vaskuler dan perubahan degenratif. Secara klinis, keadaan ini menyebabkan nyeri dan kelembutan lokal tetapi juga akan menyebabkan persalinan premature. Manajmen kehamilan dengan istirahat hampir setiap kali menghilangkan nyerinya tetapi tokolitik mungkin diperlukan untuk mengkontrol kontraksi uterus.

Semasa persalinan, mioma akan memproduksi kelembaban uteri, malpresentasi janin atau obstruksi jalan persalinan. Pada umumnya, mioma cenderung naik dari panggul sebagai kehamilan berlanjut dan pengiriman vagina bisa dicapai. Mioma uteri mungkin akan mengganggu kontraksi uterus yang efektif segera setelah persalinan, maka kemungkinan hemorrhagia pascapartus harus diantisipasi.


(50)

Perdarahan yang hebat dengan anemia adalah komplikasi yang paling sering pada kasus mioma. Obstruksi saluran kemih atau usus dari mioma besar atau parisitik lebih kurang umum dan transformasi maligna jarang terjadi. Cedera ureter atau ligasi merupakan komplikasi diakui operasi untuk kasus mioma terutama yang terhubung dengan serviks (Alan DeCherney, 2006).

2.13 Prognosis

Histerektomi dengan eliminasi semua mioma adalah penyembuhan sempurna. Miomektomi yang berlanjutan akan menyebabkan uterus dan kavitasnya kembali ke keadaan normal. Salah satu keprihatinan major adalah resiko rekuren selepas miomektomi. Studi yang dilakukan menunjukkan 2% - 3% per tahun mengalami simptomatik mioma selepas miomektomi (Alan DeCherney, 2006).

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:


(51)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur yang utamanya adalah otot polos rahim. Mioma uteri juga dikenali sebagai leiomioma uteri dan fibromioma uteri dan bisa didefinisikan sebagai neoplasma jinak klonal yang timbul dari sel-sel otot polos di dinding rahim. Strukturnya mengandung peningkatan dalam jumlah kolagen dan elastin ekstraseluler. Sebuah psedokapsul tipis terdiri dari jaringan areole dan serat otot terkompresi mengelilingi tumor. Mioma uteri dapat memperbesar dan menyebabkan distorsi yang signifikan dari permukaan uterus. Mioma uteri biasanya kurang dari 15cm dalam ukuran tetapi pada kasus yang jarang dapat mencapai proporsi yang sangat besar, dengan berat lebih 45kg. Penyebab mioma uteri belum dikenal pasti. Glucose-6-Phosphate studi menunjukkan bahwa setiap individu adalah uniseluler berasal(monoclonal) (Alan DeCherney, 2006).

Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di usia reproduktif tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensinya 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan ras berkulit putih. Selama 5 dekade, ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil ataupun hamil hanya satu kali. Kejadian mioma uteri sebesar 20% - 40% ditemukan pada wanita yang mencecah usia 35 tahun (Pasinggi, 2013).

Menurut WHO, insidensi mioma uteri sekitar 20% - 30% dari seluruh wanita di dunia. Menurut Uterine Bleeding and Pain Women’s Research Study (UBP-WRS), kejadian mioma uteri di negara England dan Italy adalah 9.4% dan 17.4% daripada 2500 wanita di setiap negara. Di negara Amerika, prevalensi mioma uteri adalah 5% - 21%. Kejadian mioma uteri antara ras Africa-American adalah sebanyak 60% dan antara ras Caucasian adalah 40% (Parker, 2007). Menurut studi yang dilakukan di Departmen Obstetrics & Gynecology, Zanana Hospital, SMS Medical College Jaipur ditemukan kejadian mioma uteri 508 daripada 7348 kasus ginekologi dalam tempoh 18 bulan (Sanjay, 2013).


(52)

Di Indonesia, kejadian mioma uteri ditemukan 2.39% - 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat di RSUD, sering ditemukan pada wanita nulipara ataupun pada wanita kurang subur (Baziad, 2003). Prevalensi mioma uteri di Surabaya dan Riau masing-masing 10.03% dan 8.03% dari semua pasien ginekologi yang dirawat (Ita Rahmi, 2012). Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia, angka kejadian mioma uteri dari 2010-2011 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010 penderita mioma uteri 68 orang dan pada tahun 2011 penderita mioma uteri menurun sehingga 42 orang. Penelitian yang dilakukan Lisdauli di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2000-2004 terdapat 224 kasus mioma uteri daripada 912 kasus ginekologi dengan proporsi 24.6% (A.Artifasari, 2014).

Perdarahan menjadi gejala klinis yang paling sering dan hal ini terjadi pada 30% penderita mioma uteri. Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan histerektomi(pengangkatan rahim). Sekitar 40% operasi pengangkatan rahim dilakukan atas indikasi adanya mioma uteri(Artifasari, 2014). Di United Kingdom (UK) pengangkatan rahim dilakukan sekitar 60.000 setiap tahun (Lilyani, 2012).

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah karakteristik penderita mioma uteri di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014.


(53)

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui angka kejadian tumor jinak uteri di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2014.

2. Untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri berdasarkan umur, usia menarche, paritas dan jenisnya di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Menyumbang dalam pengembangan ilmu kedokteran dan memberikan informasi data yang lebih jelas bagi peneliti lain mengenai karakteristik penderita mioma uteri.

2. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum mengenai gejala mioma uteri yang bisa dihadapi oleh wanita.

3. Menjadi sumber data informasi dan bahan masukan bagi rumah sakit iaitu karakteristik penderita mioma uteri yang pernah dirawat di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014.

4. Menjadi pedoman untuk pihak pelayanan kesehatan dalam menangani kendala pasien mioma uteri di RSUP H. Adam Malik dan secepatnya melakukan rencana terapi yang sesuai sekaligus mengurangi resiko terjadi komplikasi pada pasien.

5. Menambah wawasan peneliti terhadap karakteristik penderita mioma uteri dan komplikasi yang dapat ditimbulkan sekaligus informasi penting dalam aspek penanganan di rumah sakit.

6. Untuk menumbuhkan sifat meneliti pada peneliti sendiri sehingga dapat melakukan penelitian yang bermanfaat kedepannya dan menjadi aset peribadi yang sangat bernilai dalam kehidupannya.


(54)

ABSTRAK

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim. Mioma uteri juga dikenali sebagai leiomioma uteri dan fibromioma uteri yang timbul dari sel-sel otot polos di dinding rahim. Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia, angka kejadian mioma uteri dari 2010-2011 mengalami penurunan. Oleh itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi cross sectional rektrospektif yang menggunakan data rekam medik. Sebanyak 140 sampel yaitu penderita mioma uteri yang telah dirawat di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang kelompok umur 40-49 tahun adalah usia tertinggi menderita mioma uteri. Penderita yang memliki riwayat menarche yang normal (11-16 tahun) dan pasien yang multipara (>2 anak) lebih sering mendapat mioma uteri. Mioma uteri jenis Intramural adalah paling sering dijumpai pada penderita.


(55)

ABSTRACT

Uterine myoma is a benign tumor that is the main structure of the smooth muscle of the uterus. Uterine myoma also known as uterine leiomyomas and uterine fibromyoma arising from smooth muscle cells in the wall of the uterus. According to the Department of Health of the Republic of Indonesia, the incidence of uterine myoma on the 2010-2011 decline. Accordingly, it is necessary to investigate the characteristics of patients with uterine myoma in Haji Adam Malik, Medan Hospital.

This research is a descriptive cross sectional study using rektrospektif data records. A total of 140 patients who have been treated myoma uteri in Haji Adam Malik, Medan Hospital in 2014.

Results showed that patients with the age group 40-49 years is the highest age suffer from uterine myoma. Patients who possess a history of normal menarche (11-16 years) and patients were multiparous (> 2 children) more often gets uterine myoma. Uterine myoma Intramural is the type most often found in patients.


(56)

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2014

Oleh :

DARVENDRAN ANBUALAGAN

120100501

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(57)

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

DARVENDRAN ANBUALAGAN

120100501

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(58)

(59)

ABSTRAK

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim. Mioma uteri juga dikenali sebagai leiomioma uteri dan fibromioma uteri yang timbul dari sel-sel otot polos di dinding rahim. Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia, angka kejadian mioma uteri dari 2010-2011 mengalami penurunan. Oleh itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi cross sectional rektrospektif yang menggunakan data rekam medik. Sebanyak 140 sampel yaitu penderita mioma uteri yang telah dirawat di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang kelompok umur 40-49 tahun adalah usia tertinggi menderita mioma uteri. Penderita yang memliki riwayat menarche yang normal (11-16 tahun) dan pasien yang multipara (>2 anak) lebih sering mendapat mioma uteri. Mioma uteri jenis Intramural adalah paling sering dijumpai pada penderita.


(60)

ABSTRACT

Uterine myoma is a benign tumor that is the main structure of the smooth muscle of the uterus. Uterine myoma also known as uterine leiomyomas and uterine fibromyoma arising from smooth muscle cells in the wall of the uterus. According to the Department of Health of the Republic of Indonesia, the incidence of uterine myoma on the 2010-2011 decline. Accordingly, it is necessary to investigate the characteristics of patients with uterine myoma in Haji Adam Malik, Medan Hospital.

This research is a descriptive cross sectional study using rektrospektif data records. A total of 140 patients who have been treated myoma uteri in Haji Adam Malik, Medan Hospital in 2014.

Results showed that patients with the age group 40-49 years is the highest age suffer from uterine myoma. Patients who possess a history of normal menarche (11-16 years) and patients were multiparous (> 2 children) more often gets uterine myoma. Uterine myoma Intramural is the type most often found in patients.


(61)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah ini dengan judul ‘Gambaran Karakteristik Penderita Mioma Uteri Di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014’.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada dr. Muara P. Lubis, Sp.OG, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini juga, penulis telah mendapat dukungan, saran dan bantuan dari banyak pihak. Oleh itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang ikhlas kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, En. Anbualagan Andiappan dan Pn. Indra Ramachendram yang telah banyak memberikan dukungan dan doa selama menyiapkan karya tulis ilmiah ini.

2. Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di FK USU.

4. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam menyiapkan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung selama proses penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dengan rendah hati, penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan makna tersendiri bagi pembaca.


(62)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mioma Uteri ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Etiologi ... 5

2.1.3. Epidemiologi ... 6

2.1.4. Faktor Risiko ... 6

2.1.5. Patogenesis ... 9

2.1.6. Patofisiologi ... 10

2.1.7. Patologi Anatomi ... 12

2.1.8. Klasifikasi ... 13

2.1.9. Gambaran Klinis ... 15


(63)

2.1.10.1. Anamnesa ... 16

2.1.10.2. Pemeriksaan Fisik ... 16

2.1.10.3. Pemeriksaan Laboratorium ... 17

2.1.10.4. Pemeriksaan Penunjang ... 17

2.1.11. Penatalaksanaan ... 20

2.1.12. Komplikasi ... 25

2.1.12. Prognosis ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep dan Kerangka Kerja ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 30

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

4.2.1. Tempat Penelitian ... 30

4.2.2. Waktu Penelitian ... 30

4.3. Populasi dan Sampel ... 30

4.3.1. Populasi Penelitian ... 30

4.3.2. Sampel Penelitian ... 31

4.3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 31

4.3.2.2 Kriteria Inklusi………... 31

4.3.2.3 Kriteria Esklusi……….. 31

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 32

4.5.1 Metode Pengolahan Data ... 32


(64)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 34 5.1.2. Deskripsi Data Penelitian... 34 5.1.3. Distribusi Frekuensi Penderita

Mioma Uteri Menurut Usia... 35 5.1.4. Distribusi Frekuensi Penderita

Mioma Uteri Menurut Usia Menarche... 36 5.1.5. Distribusi Frekuensi Penderita

Mioma Uteri Menurut Paritas... 37 5.1.6. Distribusi Frekuensi Penderita

Mioma Uteri Menurut Tempat Letak Mioma... 38 5.2. Pembahasan ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan……… 43

6.2. Saran……….. 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN


(65)

DAFTAR TABEL

... Halaman Tabel 5.1. Distribusi Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Usia Tahun 2014... 35 Tabel 5.2. Distribusi Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Usia Menarche Tahun 2014... 36 Tabel 5.3. Distribusi Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Paritas Tahun 2014... 37 Tabel 5.4 Distribusi Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Tempat Letak Mioma Tahun 2014... 38


(66)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Patofisiologi Mioma Uteri... 11

Gambar 2.2 Tempat Letak Mioma Uteri ... 14

Gambar 2.3 USG Mioma Uteri... 18

Gambar 2.4 MRI Mioma Uteri………. 18


(67)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Riwayat Hidup Lampiran 2 : Ethical Clearence Lampiran 3 : Surat Penghantar MEU

Lampiran 4 : Lembar Peminjaman Rekam Medis Lampiran 5 : Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 6 : Data SPSS Lampiran 7 : Data Induk


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mioma Uteri ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Etiologi ... 5

2.1.3. Epidemiologi ... 6

2.1.4. Faktor Risiko ... 6

2.1.5. Patogenesis ... 9

2.1.6. Patofisiologi ... 10

2.1.7. Patologi Anatomi ... 12

2.1.8. Klasifikasi ... 13

2.1.9. Gambaran Klinis ... 15


(2)

2.1.10.1. Anamnesa ... 16

2.1.10.2. Pemeriksaan Fisik ... 16

2.1.10.3. Pemeriksaan Laboratorium ... 17

2.1.10.4. Pemeriksaan Penunjang ... 17

2.1.11. Penatalaksanaan ... 20

2.1.12. Komplikasi ... 25

2.1.12. Prognosis ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep dan Kerangka Kerja ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 30

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

4.2.1. Tempat Penelitian ... 30

4.2.2. Waktu Penelitian ... 30

4.3. Populasi dan Sampel ... 30

4.3.1. Populasi Penelitian ... 30

4.3.2. Sampel Penelitian ... 31

4.3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 31

4.3.2.2 Kriteria Inklusi………... 31

4.3.2.3 Kriteria Esklusi……….. 31

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 32

4.5.1 Metode Pengolahan Data ... 32


(3)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 34 5.1.2. Deskripsi Data Penelitian... 34 5.1.3. Distribusi Frekuensi Penderita

Mioma Uteri Menurut Usia... 35 5.1.4. Distribusi Frekuensi Penderita

Mioma Uteri Menurut Usia Menarche... 36 5.1.5. Distribusi Frekuensi Penderita

Mioma Uteri Menurut Paritas... 37 5.1.6. Distribusi Frekuensi Penderita

Mioma Uteri Menurut Tempat Letak Mioma... 38 5.2. Pembahasan ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan……… 43

6.2. Saran……….. 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

... Halaman Tabel 5.1. Distribusi Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Usia Tahun 2014... 35 Tabel 5.2. Distribusi Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Usia Menarche Tahun 2014... 36 Tabel 5.3. Distribusi Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Paritas Tahun 2014... 37 Tabel 5.4 Distribusi Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Tempat Letak Mioma Tahun 2014... 38


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Patofisiologi Mioma Uteri... 11

Gambar 2.2 Tempat Letak Mioma Uteri ... 14

Gambar 2.3 USG Mioma Uteri... 18

Gambar 2.4 MRI Mioma Uteri………. 18


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Ethical Clearence

Lampiran 3 : Surat Penghantar MEU

Lampiran 4 : Lembar Peminjaman Rekam Medis

Lampiran 5 : Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 6 : Data SPSS