Hubungan pH Kulit dengan Masa Gestasi Neonatus Preterm dan Aterm di RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Neonatus bearti baru saja dilahirkan. Dalam dunia kedokteran, neonatus
didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28
hari atau 4 minggu pertama setelah kelahiran.1 Menurut klasifikasi World Health
Organization (WHO), bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok
yaitu bayi kurang bulan (preterm) adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari
37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan (aterm) adalah bayi dengan masa
kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih
bulan (post term) adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.2
Angka kejadian kelahiran prematur di Indonesia adalah 16-18% dari semua
kelahiran hidup.3 Pada tahun 2005 angka kejadian persalinan prematur di rumah
sakit Indonesia sebayak 3142 kasus dan pada tahun 2006 yaitu sebayak 3063 kasus.4
Data di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan jumlah bayi yang dilahirkan
pada tahun 2007 sebanyak 527 bayi dan 63 bayi (11,95%) dilahirkan dengan
kondisi prematur, yang merupakan kelahiran bayi yang sangat rentan terhadap
kematian yang nantinya dapat meningkatkan angka kematian bayi di Indonesia
khususnya Sumatera Utara.5
Kulit merupakan organ tubuh terluar dan terluas pada tubuh manusia. Luas

kulit orang dewasa adalah 1,5-2 m2 dengan berat 15% dari berat badan. Kulit tidak
1
Universitas Sumatera Utara

2

hanya menyelubungi tubuh manusia, tetapi mempunyai fungsi yang penting.
Sebagai organ terluar, kulit mempunyai fungsi estetik dan mencerminkan kesehatan
tubuh seseorang. Fungsi utama kulit adalah proteksi, sebagai sawar tubuh yang
berfungsi mencegah hilangnya cairan tubuh yang tidak disadari, termoregulasi,
presepsi, absorbsi, ekskresi, serta pembentukan pigmen dan vitamin D. Stuktur kulit
terdiri atas bagian atau kompartemen yang terpisah, yaitu epidermis, taut
dermoepidermal, dermis, jaringan subkutan serta sel yang menjadi komponennya.
Terdapat pula kelenjar pilosebasea, kelenjar keringat, jaringan saraf, dan pembuluh
darah dalam kompartemen tersebut. Semuanya memainkan peranan penting, baik
dari segi anatomis maupun fisiologis, demi tercapainya homeostasis kulit.6,10
Kulit bayi baru lahir mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang dialaminya, yakni dari lingkungan di
dalam rahim yang berupa cairan ke lingkungan di luar rahim yang lebih kering
(diluar uterus), sehingga perawatan khusus menjadi perlu selama periode ini.

Stuktur kulit neonatus aterm mirip dengan stuktur kulit orang dewasa, sedangkan
kulit neonatus preterm mempunyai beberapa tampilan khusus.7,9
Stuktur kulit pada neonatus aterm memiliki beberapa karakeristik yang
berbeda dengan neonatus preterm. Epidermis dan stratum korneum (Sk) pada
neonatus aterm telah berkembang sempurna, lapisan tebal dari Sk telah terbentuk
dengan baik, walaupun produksi melanin rendah. Komponen Dermo-epidermal
junction diekspresikan dengan cara yang sama dengan kulit pada orang dewasa,
tanpa perbedaan yang nyata dalam hal kuantitas dan kualitas maupun
keterkaitannya. Pada dermis, serat elastin terdistribusi di papilaris dermis dan

Universitas Sumatera Utara

3

retikularis sama dengan dewasa, hanya lebih halus dan berdiameter lebih kecil.
Kelenjar keringat telah terbetuk disertai dengan kemampuan berkeringat terhadap
stimulus termal dan emosional. Kelenjar sebasea aktif, dimana produksi sebum
meningkat pada minggu pertama kelahiran. Serabut saraf dan pembuluh darah pada
kulit terbentuk sempurna pada bulan ketiga kehidupan. Rambut velus dapat
dijumpai dan sisa veriks dapat ditemukan pada alis, telinga dan celah kulit. Verniks

kaseosa terdiri dari sekresi kelenjar sebasea dan sel kulit serta kaya trigliserida,
kolesterol, dan lemak. Perannya adalah melindungi dari cairan amion dan
mencegah janin kehilangan air dan elektrolit. Verniks kaseosa membentuk insulasi
bagi kulit dan membantu mengurangi friksi saat persalinan.8,9
Stuktur kulit neonatus preterm memiliki beberapa karakteristik. Ketebalan
epidermis lebih tipis dibandingkan dengan lapisan epidermis neonatus aterm,
sangat halus, dan cenderung berwarna merah tua tampak seperti gelatinosa, mudah
berdarah, serta mudah mengalami luka memar. Permeabilitas kulit yang tinggi,
fungsi sawar yang buruk, produksi melanin yang masih rendah, kohesi dermoepidermal junction yang lemah, serat elastin dan kolagen tipis dan lebih sedikit,
kelenjar keringat dan respon berkeringat yang minimal, produksi sebum yang
rendah serta pembentukan serabut saraf dan pembuluh darah kulit yang belum
sempurna. Rambut lanugo dijumpai pada neonatus preterm. Verniks kaseosa
cenderung menumpuk di tempat pertumbuhan lanugo yang padat dan tampak jelas
di wajah, telinga, dan bahu serta lipatan.8,10
Pada akhir abad ke-19, banyak peneliti mulai mencoba menentukan nilai
potential of hydrogen (pH) kulit. Sejak saat itu, teknik pengukuran telah

Universitas Sumatera Utara

4


berkembang dan sejumlah data didapat untuk memperbaiki pengetahuan mengenai
pH kulit. Secara umum, nilai pH permukaan kulit dihasilkan dari substansi larut air
di Sk, sekresi keringat dan sebum, serta dari difusi karbondioksida.11,12
Potential of hydrogen (pH) permukaan kulit yang asam penting dalam
membangun sawar permeabilitas epidermis, sawar antimikroba, integritas dan
kohesi SK. pH kulit penting dalam mengendalikan kegiatan enzimatik dan
pembaharuan kulit. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai pH kulit, yaitu faktor
endogen (usia, lokasi anatomi, predisposisi genetik, etnik/ras, kadar sebum,
kelembaban kulit dan produksi keringat), dan faktor eksogen (produk pembersih
kulit, bahan oklusif, kosmetik, dan iritasi kulit).8,11,12
Berdasarkan banyaknya dampak negatif dari perkembangan sawar yang
belum sempurna pada neonatus preterm, pentingnya peran pH pada sawar kulit,
dan belum ditemukan data mengenai hubungan pH dengan masa gestasi. Oleh
karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan pH dengan masa gestasi
preterm dan aterm.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara pH kulit dengan masa gestasi neonatus aterm
dan preterm ?
1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan pH kulit dengan masa gestasi neonatus (preterm dan aterm)

Universitas Sumatera Utara

5

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pH kulit dengan masa gestasi neonatus
preterm dan aterm.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui pH kulit neonatus preterm.
2. Mengetahui pH kulit neonatus aterm.
3. Mengetahui gambaran pH Kulit berdasarkan karakteristik subjek
Penelitian (berat badan, panjang badan dan jenis kelamin neonates
preterm dan aterm).
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.5.1 Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai peran pH kulit pada neonatus preterm dan aterm.
1.5.2 Institusi kesehatan
Dapat meningkatkan strategi pelayanan kesehatan terhadap neonatus
preterm dan aterm di masa yang akan datang.
1.5.3 Masyarakat
Dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat mengenai pH kulit
pada neonatus preterm dan aterm yang berhubungan dengan perawatan
kulit pada neonatus preterm dan aterm.

Universitas Sumatera Utara

6

1.5.4 Pengembangan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data pendukung dan data
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara