Pengaruh Penggunaan Limbah Plastik Ldpe Sebagai Agregat Halus Pada Batako BetonRingan Chapter III V
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Umum
Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara eksperimen. Adapun
faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah penggunaan komposisi biji plastik
daur ulang LDPE sebagai bahan tambah pada batako dengan mengurangi jumlah
pasir, pada penelitian ini digunakan persentase biji plastik LDPE sebesar 0%,
20%, 25%, 30% dan 50% dari berat pasir. Pembuatan benda uji batako
menggunakan rancangan penelitian perbandingan caampuan 1pc : 6ps yang
didapat dari percobaan perbandingan 1pc : 6ps, 1pc : 7ps dan 1pc : 8ps dan untuk
kadar air juga di tentukan dengan cara percobaan yaitu dengan ditetapkan terlebih
dahulu perbandingan air yang digunakan yaitu 0,2%, 0.24% dan 0,28% yang
didasarkan pada percobaan sebelumnya dengan judul Pengaruh Penambahan
Serbuk Kaca Pada Batako Sebagai Bahan Pembuatan Dinding oleh Muhammad
Fathur. Batako dengan bahan tambah biji plastik LDPE yang telah jadi dicetak,
kemudian dilakukan perawatan selama 28 hari untuk dilakukan pengetasan kuat
tekan tersebut.
3.2
Desain Penelitian
1.
Jenis semen portland yang digunakan Semen Padang Tipe I.
2.
Pasir yang digunakan berasal dari Sungai di Binjai, Sumatera Utara.
3.
Kebutuhan air, ditetapkan pada percobaan penambahan air.
32
Universitas Sumatera Utara
4.
Keadaan limbah plastik LDPE yang digunakan dalam kondisi telah
menjadi biji.
5.
Pembuatan seluruh benda uji dilakukan secara manual.
6.
Umur batako, pengujian batako kubus, kubus kecil dan brequite
ditetapkan pada umur 28 hari.
7.
Cara pengujian, sesuai dengan ketentuan cara uji dalam SNI 03-03491989.
3.3
Lokasi dan Waktu Pengujian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Beton Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara
2. Waktu Penelitian
Pengujian dilakukan dari mulai bulan desember 2016.
3.4
Bahan yang Digunakan
Bahan penyusun dari batako adalah semen portland, pasir dan air. Bahan
penyusun batako dapat ditambah dengan campuran bahan lain sesuai variasi,
untuk mendapatkan sifat batako yang diinginkan sesuai kebutuhan. Bahan-bahan
penyusun batako yang digunakan pada penelitian ini adalah:
3.4.1 Semen Portland
Semen Portland yang digunakan adalah semen Portland tipe I dengan
merek dagang Semen Padang dengan kemasan 1 sak 50 kg.
33
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pasir
Pasir yang dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari quarry Sei
Wampu, Binjai.
3.4.3 Air
Air yang digunakan sebagai bahan pencampur berasal dari
Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
3.4.4 Plastik LDPE
Penelitian ini menggunakan limbah plastik LDPE yang dicampur pada
batako, plastik LDPE diperoleh dari limbah kantong plastik bekas yang
dibuat menjadi biji plastik. Adapun proses pembuatan biji plastik ini yaitu:
3.4.4.1 Pengunpulan plastik bekas
Plastik bekas dikumpulkan dan di bersihkan agar didapat biji
plastik yang bersih.
Gambar 3.1 pengumpulan plastik bekas yang telah bersih
34
Universitas Sumatera Utara
3.4.4.2 Proses Pemanasan
Setelah dikumpulkan plastik ini dimasukkan kedalam alat
pemanas yang langsung dapat membuat plastik ini meleleh. Suhu
yang dipakai alat ini untuk melelehkan plastik adalah 150 – 1700C.
Gambar 3.2 Tempat masuknya plastik bekas
3.4.4.3 Proses Pembentukan Plastik
Setelah plastik bekas cair proses selanjutnya adalah membuat
plastik berbentuk mie, setelah itu plastik direndam dalam air dan
diangin-anginkan
Gambar 3.3 plastik setelah dipanaskan
Gambar 3.4 plastik direndam setelah dibentuk panjang
35
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4 plastik diangin-anginkan
3.4.4.4 Proses Pemotongan
Setelah
diangin-anginkan
proses
selanjutnya
adalah
pemotongan proses ini adalah proses akhir dari pembuatan biji plastik
bekas. Seluruh proses ini dilakukan menggunakan alat secara
otomatis.
Gambar 3.5 biji plastik setelah dipotong
36
Universitas Sumatera Utara
3.5
Pemeriksaan Bahan Penyusun Batako
3.5.1 Analisa Ayak Agregat Halus (SNI 03-1968-1990)
a.
Tujuan Percobaan
1) Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir
2) Mengetahui modulus kehalusan (fineness modulus) pasir
b.
Peralatan
1) Timbangan
2) Sieve shaker machine
3) 1 set ayakan
4) Oven
5) Sample splitter
c.
Bahan
Pasir kering oven sebanyak 1000 gram.
d.
Prosedur Percobaan
1) Ambil pasir yang telah kering oven (110±5)ºC;
2) Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr
dengan menggunakan sampel splitter;
3) Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38
mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;
4) Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas sieve shaker machine;
5) Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat;
6) Mesin dihidupkan selama 5 (lima) menit;
37
Universitas Sumatera Utara
7) Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan;
8) Lakukan percobaan diatas untuk sampel 2.
e.
Rumus
FM =
Ʃ%�
� �
� �ℎ� ��� �
(3.1)
Dimana:
FM = Fineness Modulus
Derajat kehalusan (kekasaran) suatu agregat ditentukan oleh modulus
kehalusan (fineness) dengan batasan-batasan sebagai berikut:
f.
-
Pasir halus
: 2,20 < FM < 2,60
-
Pasir sedang : 2,60 < FM < 2,90
-
Pasir kasar
: 2,90 < FM < 3,20
Hasil Percobaan
Modulus kehalusan pasir (FM) = 2,33
Pasir dapat dikategorikan sebagai pasir halus. (2,20 < FM < 2,60)
38
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Alat:
1. Timbangan 0,01 gr
2. Cawan keramik atau
tempayan baja
3. Saringan agregat
halus 1 set
Bahan:
1. Agregat halus
Persiapan
Oven agregat halus sampai berat tetap
Timbang agregat halus 1000 gram
Ayak agregat halus
Timbang agregat halus yang tertahan disetiap
saringan
Hitung modulus kehalusan agregat halus
Selesai
Gambar 3.6 Bagan Alir Pengujian Analisa Ayakan Agregat Halus
39
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Berat Isi Agregat Halus (ASTM C-29)
a.
Tujuan Percobaan
1) Menentukan berat isi agregat halus (pasir)
b.
Peralatan
1) Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1% dari berat sampel
2) Batang perojok
3) Bejana besi
4) Termometer
5) Sekop Kecil
c.
Bahan
1) Pasir ≤ Saringan Ø 4,75 mm kering oven suhu 110±5 ºC
2) Air
d.
Prosedur Percobaan
1) Dengan cara merojok:
a) Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi dengan pasir sampai
bagian tinggi bejana tersebut lalu rojok sebanyak 25 kali secara
merata pada permukaannya;
b) Pasir ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana dan dirojok 25
kali secara merata pada permukaannya, kemudian bejana diisi pasir
sampai penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu permukaannya
diratakan. Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak boleh menembus
lapisan dibawahnya;
40
Universitas Sumatera Utara
c) Timbang bejana + pasir;
d) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi oleh air hingga
penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam
bejana;
2) Cara menyiram:
a) Bejana besi ditimbang kemudian diisi pasir dengan cara menyiram
dengan sekop setinggi ± 5 cm dari bagian atas bejana sampai bejana
tersebut penuh, lalu ratakan permukaannya.
b) Timbang bejana + pasir.
c) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,
timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam bejana.
Percobaan dilakukan untuk 2 sampel.
e.
Rumus
ρ=
(3.2)
Dimana:
ρ = Berat isi pasir (gr/cm3)
m = Berat pasir (gr)
v = volume bejana (cm3)
f.
Hasil Percobaan
Berat isi dengan cara merojok: 1,387 gr/cm3
Berat isi dengan cara menyiram: 1,287 gr/cm3
41
Universitas Sumatera Utara
Alat:
Mulai
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan:
1. Agregat halus
2. Air
Persiapan
Timbangan
Batang perojok
Bejana besi
Termoometer
Sekop kecil
Timbang bejana dan isi pasir lalu dirojok 25 kali atau disiram.
Pasir ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana
Bejana diisi pasir sampai penuh
Timbang bejana + pasir
Pasir dikeluarkan lalu diisi oleh air hingga penuh
Timbang berat bejana + air
Percobaan dilakukan untuk 2 sampel
Selesai
Gambar 3.7 Bagan Alir Pengujian Berat Isi Agregat Halus
42
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Pengujian Kadar Organik Pasir/Colorimetric Test (SNI 03-2816-1992)
a.
Tujuan Percobaan
Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus.
b.
Peralatan
1) Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml
2) Gelas ukur kapasitas 1000 ml
3) Timbangan
4) Mistar
5) Standar warna Gardner
6) Sendok pengaduk
7) Sampel splitter
c.
Bahan
1) Pasir kering oven lolos ayakan Ø 4,75 mm
2) NaOH padat
3) Air
d.
Prosedur percobaan
1) Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga
terbagi seperempat bagian;
2) Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar botol;
43
Universitas Sumatera Utara
3) Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal
NaOH kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga kristal
NaOH larut;
4) Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan ± 2 cm dari permukaan
pasir (tinggi pasir + larutan = 5 cm);
5) Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit;
6) Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan diguncangguncang pada arah mendatar selama 8 menit;
7) Campuran didiamkan selama 24 jam;
8) Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar
warna Gardner.
e.
Rumus/standar
Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut:
1) Standar warna no. 1 : berwarna bening/jernih
2) Standar warna no. 2 : berwarna kuning muda
3) Standar warna no. 3 : berwarna kuning tua
4) Standar warna no. 4 : berwarna kuning kecoklatan
5) Standar warna no. 5 : berwarna coklat
Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna Gardner
adalah standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi melebihi
standar warna no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik yang
banyak dan harus dicuci dengan larutan NaOH 3% kemudian bersihkan
dengan air.
44
Universitas Sumatera Utara
f.
Hasil Percobaan
Warna kuning terang (standar warna no. 3), memenuhi persyaratan.
Alat:
Mulai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bahan:
1. Agregat halus
2. NaOH 3%
3. Air
Persiapan
Timbangan
Botol tembus pandang
Gelas ukur
Mistar
Standar warna Gardner
Sendok pengaduk
Sampel splitter
Isikan agregat ke dalam botol
Tambahkan NaOH 3% dan tutup rapat
Kocok botol selama 8 menit
Diamkan selama 24 jam
Amati warna cairannya
Selesai
Gambar 3.8 Bagan Alir Pengujian Colorimetric Test
45
Universitas Sumatera Utara
3.5.4 Pengujian Berat Jenis Semen (SNI 15-2531-1991)
a.
Tujuan Percobaan:
Menentukan berat jenis semen.
b.
Peralatan:
1) Timbangan dengan ketelitian 0.001 gr
2) Botol Le Chatelir
3) Cawan Porselin
4) Gelas Ukur
5) Corong Kaca
c.
Bahan
1) Semen Portland
2) Minyak Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API
(American Petroleoum Institute )
d.
Prosedur Percobaan:
1) Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0
dan 1, bagian dalam piknometer diatas permukaan cairan.
2) Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air dengan suhu ditetapkan
pada botol Le Chatelir 20 oC untuk mengunakan suhu cairan dalam
piknometer l dengan suhu yang ditetapkan dalam botol Le Chatelir .
3) Setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama dengan suhu yang ditetapkan
pada botol Le Chatelir , baca skala pada botol Le Chatelir (V1).
46
Universitas Sumatera Utara
4) Masukkan semen portland sebanyak 64 gr, sedikit demi sedikit ke dalam
botol Le Chatelir , hindarkan penempelan semen pada dinding dalam
botol Le Chatelir diatas cairan.
5) Setelah benda uji dimasukkan, putar botol Le Chatelir dengan posisi
miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi
pada permukaan cairan.
6) Ulangi pekerjaan no. 2 setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama
dengan suhu yang ditetapkan pada botol Le Chatelir , baca skala pada
botol Le Chatelir (V2).
e.
Rumus:
Berat Jenis =
Dimana:
� �� �
(3.3)
V −V
V1
= Pembacaan pertama pada skala botol Le Chatelir
V2
= Pembacaan kedua pada skala botol Le Chatelir
V2- V1
= Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu
Catatan:
f.
-
Berat jenis semen portland antara 3 - 3.2
-
Suhu ruangan yang diperbolehkan 20 oC - 24 oC.
Hasil Percobaan:
Berat jenis semen: 3,03 gr/ml
47
Universitas Sumatera Utara
Alat:
Mulai
1. Timbangan dengan
ketelitian 0.001 gr
2. Botol Le Chatelir
3. Cawan Porselin
4. Gelas Ukur
5. Corong Kaca
Bahan:
1. Semen Portland
2. Minyak Kerosin
bebas air atau
naptha
Persiapan
Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta
Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air
Baca skala pada botol Le Chatelir (V1).
Masukkan semen portland sebanyak 64 gr ke
dalam botol Le Chatelir
Putar botol Le Chatelir dengan posisi miring
sampai gelembung udara tidak timbul lagi
Ulangi pekerjaan no. 2, baca skala pada
botol Le Chatelir (V2).
Selesai
Gambar 3.9 Bagan Alir Pengujian Berat Jenis Semen
48
Universitas Sumatera Utara
3.5.5 Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan No.200)
a.
Tujuan Percobaan
Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir dan kerikil.
b.
Peralatan
1) Ayakan no. 200
2) Oven
3) Timbangan
4) Pan
c.
Bahan
1) Pasir kering oven
2) Kerikil kering oven
3) Air
d.
Prosedur Percobaan
1) Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dan 2
(dua) sampel kerikil sebanyak masing-masing 1000 gram dalam keadaan
kering oven;
2) Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui
kran;
3) Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui
ayakan terlihat jernih dan bersih;
4) Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam;
49
Universitas Sumatera Utara
5) Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya
dicatat;
6) Lakukan percobaan untuk sampel kedua dan sampel kerikil.
e.
Rumus
KL=
Dimana:
A-B
A
×
(3.4)
KL = Kadar lumpur agregat (%)
A
= Berat sampel mula-mula
B
= Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam
Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila
kadar lumpur pasir < 5%.
f.
Hasil Penelitian
Kadar lumpur pasir rata-rata = 1,5% (pasir memenuhi persyaratan dan layak
untuk digunakan).
50
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Alat:
Bahan:
1.
2.
3.
4.
Persiapan
1. Agregat
2. Air
Timbangan 0,01 gr
Oven
Cawan keramik
Ayakan no. 200
Oven agregat sampai berat tetap
Timbang agregat (A)
Cuci agregat sampai bersih
Oven agregat setelah dicuci sampai berat
tetap
Timbang agregat (B)
Hitung kadar lumpur agregat
Selesai
Gambar 3.10 Bagan Alir Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
51
Universitas Sumatera Utara
3.5.6 Pemeriksaan Kadar Liat (Clay Lump)
a.
Tujuan Percobaan
Menentukan persentase kadar liat dalam pasir.
b.
Peralatan
1) Ayakan no. 200
2) Oven
3) Timbangan
4) Pan
c.
Bahan
1) Pasir sisa pengujian kadar lumpur
2) Aquades
3) Air
d.
Prosedur Percobaan
1) Pasir hasil percobaan kadar lumpur sebanyak 2 (dua) sampel dengan
berat kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal direndam
dalam aquades selama 24 jam;
2) Setelah direndam ± 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar jangan
ada pasir yang ikut terbuang;
3) Tuangkan pasir dalam ayakan no. 200 dan dicuci dibawah kran sambil
diremas-remas selama ± 5 menit;
52
Universitas Sumatera Utara
4) Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dikeringkan dalam oven
bersuhu 110 ± 5 ºCselama 24 jam;
5) Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya dan dicatat.
e.
Rumus
% Kadar Liat=
A-B
A
×
%
(3.5)
Dimana:
A = Berat pasir mula-mula (sisa pencucian kadar lumpur)
B = Berat pasir setelah di oven
Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila
kadar liat pasir < 1%.
f.
Hasil Percobaan
Kadar liat rata-rata = 0,71 % (pasir memenuhi syarat untuk dipakai
dalam campuran batako).
53
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Alat:
1.
2.
3.
4.
Bahan:
Persiapan
1. Agregat
2. Air
Timbangan 0,01 gr
Oven
Cawan keramik
Ayakan no. 200
Pasir hasil percobaan kadar lumpur direndam 24 jam
Air perendaman dibuang
Cuci agregat sampai bersih
Oven agregat setelah dicuci sampai berat
tetap
Timbang agregat (B)
Hitung kadar lumpur agregat
Selesai
Gambar 3.11 Bagan Alir Pengujian Kadar Liat Agregat Halus
54
Universitas Sumatera Utara
3.6
Pengujian Plastik LDPE
Penelitian ini menggunakan plastik LDPE yang didapat dari limbah kantong
plastik bekas lalu di daur ulang menjadi biji plastik di pabrik plastik. Pengujian
Berat jenis dilakukan oleh Kementrian Perindustrian Republik Indonesia
Bandung, hasil berat jenis didapat sebesar 0,900.
Tabel 3.1 Hasil Kandungan biji plastik LDPE daur ulang
KODE CONTOH
URAIAN
PERSYARATAN
SATUAN
Blanko Plastik
Polymer
IEC 62321
1. Timbal
(Pb)
ppm
-
2
1000
2. Timah
(Sn)
ppm
347
-
-
3. Raksa
(Hg)
ppm
-
2
1000
4. Antimon
(Sb)
ppm
-
50
-
5. Seng
(Zn)
ppm
-
33
-
6. Selenium
(Se)
ppm
-
2
-
7. Bismut
(Bi)
ppm
-
2
-
3.7
Perancangan Komposisi Pengecoran
Rancangan komposisi pengecoran batako, kubus kecil dan brequite dengan
menggunakan biji plastik LDPE sebanyak 0%, 20%, 50% dan 75% dari berat
pasir. Perhitungan volume menggunakan program microsoft exel dengan
memasukkan data-data hasil pengujian bahan dan kebutuhan volume pengecoran.
Didapatkan hasil komposisi untuk setiap pengecoran seperti Tabel 3.1, Tabel 3.2,
Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.
55
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Komposisi Pengecoran Trial Silinder Menggunakan Plastik
LDPE 20%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
1021.90
1226.28
PASIR (g)
(6)
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
0%
4742.52
5691.03
237.13
284.55
1185.63
1422.76
Tabel 3.3 Komposisi Pengecoran Trial Silinder Menggunakan Plastik
LDPE 25%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
1021.90
1226.28
PASIR (g)
(6)
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
25%
4446.12
5335.34
237.13
284.55
1482.04
1778.45
Tabel 3.4 Komposisi Pengecoran Trial Silinder Menggunakan Plastik
LDPE 30%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
1021.90
1226.28
PASIR (g)
(6)
4149.71
4979.65
AIR (ml)
(0.24)
237.13
284.55
Biji LDPE (g)
30%
1778.45
2134.14
Tabel 3.5 Komposisi Pengecoran Trial Silinder Menggunakan Plastik
LDPE 30%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
1021.90
1226.28
PASIR (g)
(6)
2964.08
3556.90
AIR (ml)
(0.24)
237.13
284.55
Biji LDPE (g)
50%
2964.08
3556.90
56
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.6 Komposisi Pengecoran Trial Kubus Menggunakan Plastik LDPE
20%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
24.11
28.93
PASIR (g)
(6)
115.71
138.86
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
Biji LDPE (g)
50%
28.93
34.71
Tabel 3.7 Komposisi Pengecoran Trial Kubus Menggunakan Plastik LDPE
25%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
24.11
28.93
PASIR (g)
(6)
86.79
104.14
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
Biji LDPE (g)
50%
28.93
34.71
Tabel 3.8 Komposisi Pengecoran Trial Kubus Menggunakan Plastik LDPE
30%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
PASIR (g)
(6)
24.11
28.93
81
97.2
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
Biji LDPE (g)
50%
34.71
41.66
Tabel 3.9 Komposisi Pengecoran Trial Kubus Menggunakan Plastik LDPE
50%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
24.11
28.93
PASIR (g)
(6)
72.32
86.79
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
Biji LDPE (g)
50%
72.32
86.79
57
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.10 Komposisi Pengecoran Batako Menggunakan Plastik LDPE
20%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
PASIR (g)
(6)
1542.86
2314.29
7405.71
11108.57
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
50%
358.01
537.017
1851.43
2777.14
Tabel 3.11 Komposisi Pengecoran Kubus Menggunakan Plastik LDPE 20%
KETERANGAN
SEMEN
(g)
(1)
PERBUAH
FS 1.2%
PASIR (g)
(6)
24.11
28.93
115.71
138.86
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
50%
5.59
6.71
28.93
34.71
Tabel 3.12 Komposisi Pengecoran Brequette Menggunakan Plastik LDPE
20%
KETERANGAN
SEMEN
(g)
(1)
PERBUAH
FS 1.2%
PASIR (g)
(6)
9.92
11.90
47.60
57.12
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
50%
2.30
2.76
11.90
14.28
Tabel 3.13 Komposisi Pengecoran Batako Normal
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
PASIR (g)
(6)
1542.86
2314.29
9257.14
13885.71
AIR (ml)
(0.24)
358.01
537.017
Tabel 3.14 Komposisi Pengecoran Kubus Normal
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
24.11
28.93
PASIR (g)
(6)
144.64
173.57
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
58
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.15 Komposisi Pengecoran Brequette Normal
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
9.92
11.90
PASIR (g)
(6)
AIR (ml)
(0.24)
59.50
71.40
2.30
2.76
Dari tabel diatas didapat berat masing-masing komposisi untuk pembuatan
sampel yang terdiri dari benda uji silinder dan kubus kecil untuk trial and error
dan sebagai benda uji pembandingnya adalah batako, kubus kecil dan silinder.
3.8
Pembuatan Benda Uji
3.8.1 Benda Uji Batako
a.
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji batako:
1) Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm.
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Gelas ukur, untuk tempat menampung kebutuhan bahan dan air yang
dipergunakan sebagai bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk memasukkan adonan adukan kedalam cetakan.
5) Mesin molen,untuk membuat campuran batako.
6) Pemadat kayu, untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari pelat baja berbentuk balok dengan ukuran dalam
bersih cetakan adalah 400 mm x 200 mm x 100 mm.
59
Universitas Sumatera Utara
b.
Prosedur Pembuatan benda uji batako:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir dan biji plastik dengan perbandingan 1 pc : 6 ps.
Penambahan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir dengan
mengurangi jumlah pasir awal.
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 6 ps dengan
penambahan 20% biji plastik yang telah dibuat sebelumnya . Aduk
semua bahan sampai rata menggunakan mesin molen.
4) Adonan batako yang sudah dicampur hingga rata ditambah air sampai
kadar yang ditentukan yaitu 0,24% dari berat semen.
5) Sebelum dimasukkan ke dalam cetakan, adonan yang sudah tercampur
merata dituangkan sebagian ke dalam sebuah pan besar yang tidak
menyerap air.
6) Masukkan adonan batako kedalam cetakan setinggi 1/3 bagian cetakan,
kemudian dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar padat
dengan alat pemadat.
7) Masukkan kembali adonan batako sebanyak 1/3 bagian lagi sehingga
menjadi 2/3 bagian, kemudian padatkan kembali dengan cara ditumbuk
dengan alat pemadat sampai benar-benar padat.
8) Masukkan kembali adonan batako kedalam cetakan hingga penuh,
kemudian dipadatkan lagi.
9) Biarkan adonan di dalam cetakan selama ± 24 jam, sampai adonan mulai
mengeras.
60
Universitas Sumatera Utara
10) Lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan adonan batako ditempat yang
teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung dan terlindung dari hujan.
3.8.2 Benda Uji Silinder
a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji silinder:
1) Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm.
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Gelas ukur, untuk tempat menampung kebutuhan air yang dipergunakan
sebagai pencampuran bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan
kedalam cetakan.
5) Mesin molen,untuk membuat campuran batako.
6) Pemadat kayu, untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari besi berbentuk silinder dengan ukuran ø15 cm dan
tinggi 30 cm.
b. Prosedur Pembuatan benda uji silinder:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir dan biji plastik dengan perbandingan 1 pc : 6 ps.
Penambahan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir dengan
mengurangi jumlah pasir awal.
61
Universitas Sumatera Utara
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 6 ps dengan
penambahan 20% biji plastik yang telah dibuat sebelumnya . Aduk
semua bahan sampai rata menggunakan mesin molen.
4) Adonan batako yang sudah dicampur hingga rata ditambah air sampai
kadar yang ditentukan yaitu 0,24% dari berat semen.
5) Sebelum dimasukkan ke dalam silinder, adonan yang sudah tercampur
merata dituangkan sebagian ke dalam sebuah pan besar yang tidak
menyerap air.
6) Masukkan adonan kedalam silinder setinggi 1/3 bagian cetakan,
kemudian dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar padat
dengan alat pemadat.
7) Masukkan kembali adonan sebanyak 1/3 bagian lagi sehingga menjadi
2/3 bagian, kemudian padatkan kembali dengan cara ditumbuk dengan
alat pemadat sampai benar-benar padat.
8) Masukkan kembali adonan batako kedalam cetakan hingga penuh,
kemudian dipadatkan lagi.
9) Biarkan adonan di dalam cetakan selama ± 24 jam, sampai adonan mulai
mengeras.
10) Lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan adonan batako ditempat yang
teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung dan terlindung dari hujan.
3.8.3 Benda Uji Kubus
a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji kubus:
1) Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm.
62
Universitas Sumatera Utara
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Gelas ukur, untuk tempat menampung kebutuhan air yang dipergunakan
sebagai pencampuran bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan
kedalam cetakan.
5) Plat pan,untuk membuat campuran batako.
6) Pemadat kayu, untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari besi berbentuk kubus dengan ukuran 5 cm x 5 cm x
5 cm.
b. Prosedur Pembuatan benda uji kubus:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir dan biji plastik dengan perbandingan 1 pc : 6 ps.
Penambahan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir dengan
mengurangi jumlah pasir awal.
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 6 ps dengan
penambahan 20% biji plastik yang telah dibuat sebelumnya . Aduk
semua bahan sampai rata diatas plat pan.
4) Adonan yang sudah dicampur hingga rata ditambah air sampai kadar
yang ditentukan yaitu 0,24% dari berat semen.
5) Masukkan adonan kedalam kubus setinggi 1/3 bagian cetakan, kemudian
dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar padat dengan alat
pemadat.
63
Universitas Sumatera Utara
6) Masukkan kembali adonan sebanyak 1/3 bagian lagi sehingga menjadi
2/3 bagian, kemudian padatkan kembali dengan cara ditumbuk dengan
alat pemadat sampai benar-benar padat.
7) Masukkan kembali adonan kedalam cetakan hingga penuh, kemudian
dipadatkan lagi.
8) Biarkan adonan di dalam cetakan selama ± 24 jam, sampai adonan mulai
mengeras.
9) Lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan adonan batako ditempat yang
teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung dan terlindung dari hujan.
3.8.4 Benda Uji Brequette
a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji brequette:
1)
Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm.
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Gelas ukur, untuk tempat menampung kebutuhan air yang dipergunakan
sebagai pencampuran bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan
kedalam cetakan.
5) Plat pan,untuk membuat campuran batako.
6) Pemadat kayu, untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari besi berbentuk brequette.
64
Universitas Sumatera Utara
b. Prosedur Pembuatan benda uji brequette:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir dan biji plastik dengan perbandingan 1 pc : 6 ps.
Penambahan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir dengan
mengurangi jumlah pasir awal.
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 6 ps dengan
penambahan 20% biji plastik yang telah dibuat sebelumnya . Aduk semua
bahan sampai rata diatas plat pan.
4) Adonan yang sudah dicampur hingga rata ditambah air sampai kadar
yang ditentukan yaitu 0,24% dari berat semen.
5) Masukkan adonan kedalam kubus setinggi 1/3 bagian cetakan, kemudian
dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar padat dengan alat
pemadat.
6) Masukkan kembali adonan sebanyak 1/3 bagian lagi sehingga menjadi
2/3 bagian, kemudian padatkan kembali dengan cara ditumbuk dengan
alat pemadat sampai benar-benar padat.
7) Masukkan kembali adonan kedalam cetakan hingga penuh, kemudian
dipadatkan lagi.
8) Biarkan adonan di dalam cetakan selama ± 24 jam, sampai adonan mulai
mengeras.
9) Lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan adonan batako ditempat yang
teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung dan terlindung dari hujan.
65
Universitas Sumatera Utara
3.9
Perawatan Benda Uji
Perawatan benda uji dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a.
Hindarkan benda uji dari sinar matahari langsung dan air hujan agar
pengikatan adonan sesuai yang diharapkan.
b.
Perawatan benda uji selama 28 hari yaitu dengan menyiram dengan air
setiap pagi dan sore hari.
3.10 Pengujian Benda Uji
3.10.1 Pengujian Visual
a.
Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan tampak luar:
Penggaris siku dipergunakan untuk memeriksa kesikuan pada tiap-tiap sudut
dan kedataran permukaan bidang dari batako pejal. Selebihnya pemeriksaan
tampak luar dilakukan dengan menggunakan alat indra, seperti pemeriksaan pada
ketajaman dan kekuatan rusuk-rusuk batako tidak mudah dihancurkan dengan
kekuatan jari-jari tangan.
b.
Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan ukuran:
Kaliper atau mistar sorong, dipergunakan untuk mengukur dimensi batako.
Kaliper yang dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
c.
Prosedur Pengujian:
Setelah masa perawatan selama 28 hari, batako yang diuji harus dalam
keadaan kering. Tahapan yang harus dilakukan yaitu:
1) Bersihkan permukaan benda uji batako dari berbagai kotoran yang menempel.
2) Ukur panjang, lebar dan tebal benda uji.
66
Universitas Sumatera Utara
3) Pengamatan permukaan benda uji meliputi: keadaan permukaan, kerapatan
dan keadaan sudut-sudutnya.
Bagan pengujian visual sebagai berikut :
Mulai
Bersihkan batako dari semua kotoran
Ukuran panjang, lebar dan tebal batako
Amati permukaan dan keadaan batako
Selesai
Gambar 3.12 Bagan Alir Pengujian Visual
3.10.2 Pengujian Berat Isi
a.
Peralatan yang diperlukan pada pengujian berat isi:
1) Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dan silinder dalam
keadaan jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan
dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
2) Oven dipergunakan untuk mengeringkan batako dan silinder akan
kandungan air setelah direndam. Oven yang dipergunakan dilengkapi
pengatur suhu, dengan suhu antara 105oC sampai dengan 110oC.
67
Universitas Sumatera Utara
b.
Prosedur Pengujian:
Batako, kubus dan brequette yang akan diuji absorbsinya harus dalam
keadaan kering. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian
ini adalah:
1) Batako, kubus dan brequette dibersihkan dari bahan-bahan lain yang
menempel.
2) Masukan batako, kubus dan brequette ke dalam oven selama 24 jam/sehari
sampai didapat keadaan kering sampel.
3) Timbang batako, kubus dan brequette, sehingga didapati berat sampel
dalam keadaan kering. Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan,
berat isi sampel dapat dihitung dengan rumus (2.2).
Bagan pengujian berat isi sebagai berikut:
Mulai
Bersihkan batako dari semua kotoran
Masukan batako kedalam oven selama 24 jam
Keluarkan batako dari oven
Timbang batako sehingga didapat berat kering oven
Selesai
Gambar 3.13 Bagan Alir Pengujian Berat Isi
68
Universitas Sumatera Utara
3.10.3
Pengujian Absorbsi
a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian penyerapan air:
3) Wadah berisi air untuk merendam benda uji hingga batako jenuh air.
4) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dan silinder
dari kelebihan air setelah di rendam.
5) Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dan silinder dalam
keadaan jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan
dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
6) Oven dipergunakan untuk mengeringkan batako setelah direndam. Oven
yang dipergunakan dilengkapi pengatur suhu, dengan suhu antara 105 oC
sampai dengan 110oC.
b. Prosedur Pengujian:
Batako yang akan diuji absorbsinya harus dalam keadaan kering. Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah:
4) Batako dibersihkan dari bahan-bahan lain yang menempel.
5) Batako dimasukan kedalam kolam perendaman selama 24 jam/sehari.
6) Keluarkan batako dari kolam perendaman dan lap sisa air yang terdapat
pada permukaan sampel.
7) Timbang batako untuk mendapatkan berat sampel dalam keadaan jenuh
air.
8) Masukan batako ke dalam oven selama 24 jam/sehari sampai didapat
keadaan kering sampel.
69
Universitas Sumatera Utara
9) Timbang batako, sehingga didapati berat sampel dalam keadaan kering.
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, penyerapan air dapat
dihitung dengan persamaan rumus (2.3).
Bagan pengujian absorbsi sebagai berikut:
Mulai
Bersihkan batako dari semua kotoran
Rendam batako selama 24 jam/sehari
Keluarkan batako kemudian keringkan permukaan batako
Timbang batako sehingga didapati berat jenuh
Masukan batako kedalam oven selama 24 jam
Keluarkan batako dari oven
Timbang batako sehingga didapat berat kering oven
Selesai
Gambar 3.14 Bagan Alir Pengujian Absorbsi
70
Universitas Sumatera Utara
3.10.4 Pengujian Kuat Tekan Sampel
a.
Peralatan yang diperlukan pada pengujian kuat tekan:
1) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dan silind dari
kelebihan air setelah penyiraman.
2)
Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dan silinder dalam
keadaan jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan
dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
3) Mistar sorong dipergunakan untuk mengukur luas bidang tekan. Mistar
sorong dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
4) Alat uji yang digunakan adalah mesin uji kuat tekan beton (compression
machine).
b.
Prosedur Pengujian:
1) Batako dan kubus dilap dari sisa air penyiraman dan kemudian di jemur
selama ± 24 jam.
2) Timbang berat batako dan kubus lalu letakkan pada compressor machine
sedemikian sehingga berada tepat ditengah-tengah alat penekannya.
3) Secara perlahan-perlahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan
cara mengoperasikan mesin sampai benda uji runtuh.
4) Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah, maka cata
skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban maksimum
yang dapat dipikul benda uji tersebut.
5) Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
6) Hitung kuat tekan batako dengan persamaan rumus (2.4).
71
Universitas Sumatera Utara
Bagan pengujian kuat tekan sebagai berikut:
Mulai
Letakan benda uji pada alat tekan
Hidupkan alat tekan beton
Tarik tuas alat tekan
Lihat jarum pada alat ukur
Catat hasil pengamatan pada alat ukur
Hitung kuat tekan batako dan kubus
Selesai
Gambar 3.15 Bagan Alir Pengujian Kuat Tekan Sampel
72
Universitas Sumatera Utara
3.10.5
a.
Pengujian Kuat Tarik
Peralatan yang diperlukan pada pengujian kuat tarik:
1) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dari kelebihan
air setelah penyiraman.
2) Mistar sorong dipergunakan untuk mengukur luas bidang tekan. Mistar
sorong dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
3) Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dan silinder dalam
keadaan jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan
dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
4) Alat uji tarik Tensile Test Machine.
b.
Prosedur Pengujian:
1) Benda uji dilap dari sisa air penyiraman dan kemudian di jemur selama ±
24 jam.
2) Timbang berat benda uji.
3) Siapkan alat tensile test dan masukkan benda uji kedalam penjepit yang
ada pada alat tensile test, kemudian kencangkan dengan memutar alat
pengunci.
4) Stel skala penunjuk pada angka nol dan hidupkan alat tensile test.
5) Matikan alat begitu benda uji patah.
6) Catat pembacaan pada skala penunjuk besar gaya Tarik adalah hasil
pembacaan dikalikan “scale reading”.
7) Ukur luas patahan dengan jangka sorong.
8) Lakukan masing-masing percobaan untuk sampel briquette.
73
Universitas Sumatera Utara
Bagan pengujian kuat tarik sebagai berikut
Mulai
Letakkan benda uji pada Tensile test
Kencangkan benda uji pada alat
Hidupkan mesin tensile test
Hentikan alat ketika benda uji patah
Catat hasil pengamatan pada alat ukur
Hitung kuat tarik
Selesai
Gambar 3.16 Bagan Alir Pengujian Kuat Tarik Brequette.
74
Universitas Sumatera Utara
Adapun tahapan keseluruhan penelitian ini dirangkum sebagai berikut:
Mulai
Identifikasi masalah
Studi literatur &
pengumpulan
data
Persiapan bahan
Semen
Pasir
Biji Plastik
LDPE
Pengujian Bahan
Pembuatan Benda
Uji Trial
Kubus kecil
Silinder
Masa Pemeliharaan
Selama 7 hari
Pengujian kuat tekan sampel silinder dan kubus
Analisa data
Pembuatan Benda
Uji
Batako
Kubus kecil
Brequette
Masa Pemeliharaan
Selama 28 Hari
Pengujian ukuran dan tampak luar
Pengujian absorbsi
Pengujian kuat tekan sampel batako dan kubus
Pengujian kuat tarik sampel brequette
Data
Analisa data dan
Pembahasan
Memenuhi
standar SNI
Ya
Tidak
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
Gambar 3.17 Bagan Alir Tahapan Penelitian
75
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pengujian Trial And Error
Sebelum kita membuat benda uji pembanding dari penambahan biji terlebih
dahulu kita harus menentukan perbandingan dari campuran pengecoran. Untuk
penentuan perbandingan semen pasir dan air kita menggunakan system trial and
error. Berikut adalah hasil pengujiannya:
Grafik 4.1 Hasil Rata-rata Pengujian Trial And Error Umur 7 Hari
70
Kuat Tekan (Kg/cm2)
65
65.04
60.17
60
55
54.95
53.21
51.12
50
46.95
45
51.12
47.99
49.39
Perbandingan 1:6
Perbandingan 1:7
Perbandingan 1:8
40
35
30
0,2
0,24
0,28
Kadar Air
Dari hasil grafik di atas didapat perbandingan 1:6:0.24 adalah campuran yang
paling tinggi kuat tekannya, hasil tersebut adalah hasil untuk silinder berumur 7
hari, jika di estimasikan ke umur 28 hari maka didapat kuat tekan sebesar 100.06
kg/cm2. Jadi ditetapkanlah untuk menggunakan perbandingan 1:6:0.24 sebagai
campuran untuk membuat batako ini.
Setelah penentuan campuran didapat selanjutnya kita mencoba perbandingan
substitusi biji plastik LDPE yang cocok. Berikut grafik penambahan biji plastik:
76
Universitas Sumatera Utara
Grafik 4.2 Hasil Rata-rata Pengujian Penambahan Biji Plastik LDPE
Kuat Tekan (Kg/cm2)
45
Perbandingan 1:6
41.27
40
36.4
35
33.16
31.3
30
20
25
30
50
Penambahan Biji Plastik LDPE (%)
Dari grafik 4.1 diatas terlihat bahwa semakin banyak penambahan biji plastik
maka kuat tekannya semakin berkurang. Kuat tekan pada substitusi 20% biji plastik
LDPE pada pasir didapat sebesar 41.27 Kg/cm 2. Nilai ini mencukupi untuk masuk
pada mutu ke-3 pada syarat mutu batako SNI 03-0349-1989 maka di tetapkanlah
penggunaan substitusi 20% biji plastik LDPE sebagai pencampuran benda uji yang
akan di uji selanjutnya.
4.2
Pengujian Visual
4.2.1 Pemeriksaan Tampak Luar
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Pemeriksaan Visual dengan Syarat Mutu
RATA-RATA KEADAAN SAMPEL
URAIAN
1.Bidang-bidang
a. kerataan
b. keretakan
c. halus
2.Rusuk-rusuk
a. kesikuan
b. ketajaman
c. kekuatan
BATAKO
NORMAL
BATAKO + BIJI
PLASTIK LDPE
MENURUT
SNI 03-03491989
Rata
Tidak Retak
Halus
Rata
Tidak Retak
Halus
Rata
Tidak Retak
Halus
Siku
Tajam
Kuat
Siku
Tajam
Kuat
Siku
Tajam
Kuat
77
Universitas Sumatera Utara
Seperti terdapat pada Tabel 4.1 dapat dilihat untuk batako normal dan batako
yang menggunakan biji plastic LDPE sebagai bahan substitusi untuk mengurangi
volume pasir telah memenuhi syarat tampak luar menurut ketentuan dalam SNI 030349-1989, yaitu menghasilkan batako yang mempunyai permukaan bidang rata,
tidak retak dan halus.
4.2.2 Pemeriksaan Ukuran
Setelah dilakukan pemeriksaan ukuran dan didapat data pengukuran dimensi
pada sampel batako, kemudian data tersebut di analisis penyimpangan dari ukuran
yang terdapat pada batako menurut ketentuan SNI 03-0349-1989.
Tabel 4.2 Perbandingan Penyimpangan Ukuran Rata-rata Benda Uji Batako
Terhadap Syarat Mutu
No.
Sampel
1
Normal
20% Biji
Plastik LDPE
2
*
Panjang Rata- Lebar Rata-rata
rata (mm)
(mm)
SNI
SNI
Benda
03Benda
03Uji
0349Uji
03491989
1989
401.4
+1.4
200.2
+2
401.6
+ 1.6
201.2
+ 1.2
Tinggi Ratarata(mm)
SNI
Benda
03Uji
03491989
100.6
+ 0.6
101
+1
Ukuran batako yang menjadi acuan: Panjang = 400mm; Lebar = 200mm; Tebal = 100mm
*
Selisih antara ukuran acuan terdapat pada kolom Benda Uji.
Apabila meninjau Tabel 4.2, batako telah memenuhi syarat ukuran rata-rata
sesuai dengan ketentuan dalam SNI 03-0349-1989. Ditinjau dari data hasil
pengujian, tidak menunjukkan perbedaan yang besar begitu pula jika dilihat dari
kondisi pembuatan seluruh batako yang sama, yaitu dengan cara pencetakan
78
Universitas Sumatera Utara
manual, maka didapatkan ukuran sampel keseluruhan hampir sama dan tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
4.3
Pengujian Berat Isi dan Absorbsi
4.3.1 Pengujian Berat Isi
Pengujian berat isi ini menggunakan benda uji batako berukuran 40 x 20 x 10
cm dan kubus berukuran 5 x 5 x 5 cm dengan dua variasi campuran yaitu, sampel
normal dan sampel menggunakan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir.
Adapun hasil pengujian berat isi ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.3 Berat Isi Benda Uji Batako Normal
No.
Volume
(cm3)
1
8000
2
8000
3
8000
4
8000
5
8000
Rata - rata
Berat (g)
Berat Isi
(g/cm3)
14102
14004
13956
15063
14460
14317
1.762
1.751
1.745
1.883
1.808
1.789
Tabel 4.4 Berat Isi Benda Uji Batako 20% Biji Plastik LDPE
No.
Volume
(cm3)
1
8000
2
8000
3
8000
4
8000
5
8000
Rata - rata
Berat (g)
Berat Isi
(g/cm3)
13123
12749
12640
12836
12879
14317
1.640
1.594
1.580
1.605
1.610
1.606
79
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Berat Isi Benda Uji Kubus Normal
No.
Volume
(cm3)
1
125
2
125
3
125
4
125
5
125
6
125
7
125
8
125
9
125
10
125
11
125
12
125
Rata - rata
Berat (g)
Berat Isi
(g/cm3)
250
245
244
246
245
250
236
241
239
242
237
240
242.92
2.000
1.96
1.952
1.968
1.960
2.000
1.889
1.928
1.912
1.936
1.896
1.920
1.943
Tabel 4.6 Berat Isi Benda Uji Kubus 20% Biji Plastik LDPE
No.
Volume
(cm3)
1
125
2
125
3
125
4
125
5
125
6
125
7
125
8
125
9
125
10
125
11
125
12
125
Rata - rata
Berat (g)
Berat Isi
(g/cm3)
207
215
195
212
202
203
204
180
202
203
210
212
242.92
1.656
1.720
1.560
1.696
1.616
1.624
1.632
1.440
1.616
1.624
1.680
1.696
1.630
80
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari kedua tabel yang diperoleh yaitu table 4.3 dan 4.4 didapatkan
hasil sampel yang menggunakan biji plastik LDPE 20% baik dalam bentuk batako
dan silinder memiliki berat isi rata-rata sampel yang lebih rendah dari pada sampel
yang normal tanpa penambahan, jika dipersentasikan pada batako dengan
penambahan 20% biji plastik LDPE dapat menurunkan 11.515% dari berat isi
batako normal dan pada kubus kecil penambahan 20% biji plastic LDPE dapat
menurunkan 16.123% dari berat isi kubus normal. Dari persentasi yang didapat
perbedaan persentasi pada batako dan kubus kecil tidak terlalu besar bedanya.
4.3.2 Pengujian Absorbsi
Pengujian penyerapan air atau biasa disebut absorbsi menggunakan benda uji
yang digunakan adalah batako berukuran 40 x 20 x 10 cm dengan dua variasi
campuran yaitu, sampel normal tanpa penambahan dan sampel menggunakan biji
plastik LDPE sebanyak 20% dari berat pasir. Adapun hasil pengujian absorbsi dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Absorbsi Batako
No.
1
2
3
4
5
Sampel
Normal
Rata-rata
1
2
3
4
20% Biji
Plastik LDPE
Berat
Basah
(g)
Berat
Kering
(g)
15087
15088
15682
16506
15842
15641
14114
13549
13441
13851
14102
14004
13956
15063
14460
14317
13123
12749
12640
12836
Daya Serap (%)
SNI 03Benda
0349Uji
1989
6.985
25
7.741
25
12.367
25
9.579
25
9.557
25
9.246
25
7.551
25
6.275
25
6.337
25
7.907
25
Mutu
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
81
Universitas Sumatera Utara
5
Rata-rata
13843
11.788
12879
10.158
7.485
7.111
25
25
1
1
Berdasarkan dari tabel 4.5 pada komposisi batako yang telah dilakukan
pengujian penyerapan air, telah memenuhi persyaratan penyerapan air menurut
ketentuan SNI 03-0349-1989, yaitu dengan persentase penyerapan air dibawah 25%
yang sesuai kedalam mutu I menurut SNI 03-0349-1989. Semakin kecil persentase
kadar air yang diserap batako maka akan semakin baik batako tersebut, dikarenakan
batako memiliki tingkat kepadatan yang baik. Perbedaan nilai absorbsi terjadi
akibat perbedaan tingkat kepadatan masing-masing benda uji.
4.4
Pengujian Kuat Tekan Sampel
Benda uji yang digunakan adalah batako berukuran 40 x 20 x 10 cm dan
kubus berukuran 5 x 5 x 5 cm yang telah berumur 28 hari perawatan dengan dua
variasi campuran yaitu, sampel normal tanpa penambahan dan sampel
menggunakan biji plastic LDPE sebanyak 20% dari berat pasir. Benda uji diberikan
tekanan sampai diperoleh beban maksimum yang dapat ditahan oleh batako dan
kubus. Hasil pengujian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.8 Kuat Tekan Benda Uji Batako Normal Terhadap Syarat Mutu
No.
1
2
3
4
5
Pembacaan
Dial (KN)
280
270
275
278
272
Rata - rata
Luas
Daerah
Tekan
(cm2)
280
280
280
280
280
Kuat Tekan Ratarata (Kg/cm2)
SNI 03Benda
0349Uji
1989
101.97
90
98.33
90
100.15
90
101.24
90
99.06
90
100.15
100
Mutu
1
1
1
1
1
1
82
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Kuat Tekan Benda Uji Batako 20% Biji Plastik LDPE Terhadap Syarat
Mutu
No.
1
2
3
4
5
Pembacaan
Dial (KN)
120
118
115
120
118
Rata - rata
Luas
Daerah
Tekan
(cm2)
280
280
280
280
280
Kuat Tekan Ratarata (Kg/cm2)
SNI 03Benda
0349Uji
1989
43.70
35
42.97
35
41.88
35
43.70
35
42.97
35
43.05
40
Mutu
3
3
3
3
3
3
Tabel 4.10 Kuat Tekan Benda Uji Kubus Normal Terhadap Syarat Mutu
Pembacaan
No.
Dial (KN)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Luas Daerah
Tekan (cm2)
28
26
26
26
24
28
22
24
24
26
22
24
Rata - rata
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
Kuat Tekan Rata-rata
(Kg/cm2)
Mutu
SNI 03Benda Uji
0349-1989
114.21
90
1
106.05
90
1
106.05
90
1
106.05
90
1
97.89
90
1
114.20
90
1
89.73
90
1
97.89
90
1
97.89
90
1
106.05
90
1
89.73
90
1
97.89
90
1
101.97
100
1
83
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Kuat Tekan Benda Uji Kubus 20% Biji Plastik LDPE Terhadap
Syarat Mutu
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pembacaan
Dial (KN)
Luas Daerah
Tekan (cm2)
15
15
10
15
12
12
12
10
12
12
15
15
Rata - rata
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
Kuat Tekan Rata-rata
(Kg/cm2)
SNI 03Benda Uji
0349-1989
61.18
35
61.18
35
40.79
35
61.18
35
48.95
35
48.95
35
48.95
35
40.79
35
48.95
35
48.95
35
61.18
35
61.18
35
52.68
40
Mutu
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Berdasarkan dari tabel 4.8 dan tabel 4.10, untuk nilai kuat tekan pada benda
uji batako dan kubus terdapat perbedaan nilai kuat tekan. Nilai kuat tekan rata-rata
sampel batako normal sebesar 100.15 kg/cm2 berada diatas mutu 1 sedangkan nilai
kuat tekan sampel rata-rata kubus normal serbesar 101.97 kg/cm2 berada diatas
mutu 1. Perbedaan ini bernilai 1.79% dari kuat tekan terbesar. Berdasarkan dari
tabel 4.9 dan tabel 4.11, untuk nilai kuat tekan pada benda uji batako dan kubus
terdapat perbedaan nilai kuat tekan. Nilai kuat tekan rata-rata sampel batako 20%
biji plastik LDPE sebesar 43.05 kg/cm2 berada diatas mutu 3 sedangkan nilai kuat
tekan sampel rata-rata kubus 20% biji plastik LDPE serbesar 52.68 kg/cm2.
Perbedaan ini bernilai 18.29% dari kuat tekan terbesar. Kuat tekan batako setelah
di tambah biji plastik LDPE mengalami penurunan sebesar 57.02%.
84
Universitas Sumatera Utara
4.5
Pengujian Kuat Tarik
Benda uji yang digunakan adalah briquette yang telah berumur 28 hari
perawatan dengan dua variasi campuran yaitu, sampel normal dan sampel
menggunakan biji plastik LDPE 20% dari berat pasir. Benda uji ditarik dengan
beban sampai diperoleh beban maksimum yang dapat ditahan oleh brequtte. Hasil
pengujian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.12 Perbandingan Kuat Tarik Sampel Brequette Normal
Gaya Tarik
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Rata-rata
KN
Kg
1.2
1.05
1.1
1.35
1.5
1.5
1.25
1.5
1.6
1.45
2
1.575
1.42
122.36
107.07
112.17
137.66
152.96
152.96
127.46
152.96
163.15
147.86
203.94
160.60
79.24
Luas
(cm2)
Tegangan
(Kg/cm2)
8.61
8.02
7.39
7.05
8.52
7.07
7.02
7.23
7.91
6.89
11.74
8.91
14.21
13.35
15.16
19.53
17.95
21.64
18.16
21.15
20.62
21.46
17.37
18.02
18.22
85
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Perbandingan Kuat Tarik Sampel Brequette 20% biji plastik LDPE
Gaya Tarik
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Rata-rata
KN
Kg
0.65
0.7
0.85
0.75
0.9
0.6
0.65
1.025
0.75
0.8
0.95
0.7
0.78
66.28
71.38
86.67
76.48
91.77
61.18
66.28
104.52
76.48
81.58
96.87
71.38
79.24
Luas
(cm2)
Tegangan
(Kg/cm2)
7.84
7.29
8.96
8.4
10.53
8.37
7.7
7.56
7.28
7.83
7.16
7.15
8.45
9.79
9.67
9.10
8.72
7.31
8.61
13.82
10.51
10.42
13.54
9.98
9.99
Berdasarkan dari tabel 4.10 dan 4.11 terlihat bahwa pemakaian 20% biji
plastik LDPE memiliki kuat tarik yang lebih kecil dari tanpa penambahan. Nilai
kuat tarik rata-rata briquette normal adalah 18.22 Kg/cm 2 sedangkan untuk
briquette 20% biji plastik LDPE memiliki kuat Tarik rata-rata sebesar 9.99 Kg/cm2.
4.6
Analisa Hasil
Dari hasil yang telah didapat pensubstitusian 20% biji plastik LDPE terhadap
pasir dapat mengurangi berat isi dari batako sebesar 10.23% begitu juga dengan
kuat tekan benda ujinya saat penambahan biji plastik LDPE mengalami penurunan
yaitu bernilai 57.02%, pengujian kuat tekan pada benda uji batako dan kubus
memiliki perbedaan nilai walaupun masih dalam mutu yang sama, pada pengujian
kuat tarik benda uji dengan penambahan 20% biji plastik LDPE mengalami
penurunan yaitu 45.15%, pada pengujian absorbsi juga mengalami penurunan yaitu
86
Universitas Sumatera Utara
sebesar 23.09% yang berarti jika ditambah dengan biji plastik maka batako
memiliki rongga yang lebih sedikit dari pada batako normal. Dari penelitian ini
didapat bahwa penambahan 20% biji plastik LDPE mampu mengurangi berat dari
batako dan mampu mengurangi absorbsi, berarti penambahan biji plastik pada
batako dapat mengurangi
berat batako tanpa harus membuat batako tersebut
berongga, akantetapi dapat menambah kepadatan batako. Penurunan kuat tekan dan
kuat tarik di sebabkan oleh pembuatan batako seharusnya menggunakan mesin
press, biji plastik memiliki permukaan yang licin tidak seperti pasir dan semen yang
memiliki permukaan yang kasar.
87
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Berat isi rata-rata untuk
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Umum
Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara eksperimen. Adapun
faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah penggunaan komposisi biji plastik
daur ulang LDPE sebagai bahan tambah pada batako dengan mengurangi jumlah
pasir, pada penelitian ini digunakan persentase biji plastik LDPE sebesar 0%,
20%, 25%, 30% dan 50% dari berat pasir. Pembuatan benda uji batako
menggunakan rancangan penelitian perbandingan caampuan 1pc : 6ps yang
didapat dari percobaan perbandingan 1pc : 6ps, 1pc : 7ps dan 1pc : 8ps dan untuk
kadar air juga di tentukan dengan cara percobaan yaitu dengan ditetapkan terlebih
dahulu perbandingan air yang digunakan yaitu 0,2%, 0.24% dan 0,28% yang
didasarkan pada percobaan sebelumnya dengan judul Pengaruh Penambahan
Serbuk Kaca Pada Batako Sebagai Bahan Pembuatan Dinding oleh Muhammad
Fathur. Batako dengan bahan tambah biji plastik LDPE yang telah jadi dicetak,
kemudian dilakukan perawatan selama 28 hari untuk dilakukan pengetasan kuat
tekan tersebut.
3.2
Desain Penelitian
1.
Jenis semen portland yang digunakan Semen Padang Tipe I.
2.
Pasir yang digunakan berasal dari Sungai di Binjai, Sumatera Utara.
3.
Kebutuhan air, ditetapkan pada percobaan penambahan air.
32
Universitas Sumatera Utara
4.
Keadaan limbah plastik LDPE yang digunakan dalam kondisi telah
menjadi biji.
5.
Pembuatan seluruh benda uji dilakukan secara manual.
6.
Umur batako, pengujian batako kubus, kubus kecil dan brequite
ditetapkan pada umur 28 hari.
7.
Cara pengujian, sesuai dengan ketentuan cara uji dalam SNI 03-03491989.
3.3
Lokasi dan Waktu Pengujian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Beton Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara
2. Waktu Penelitian
Pengujian dilakukan dari mulai bulan desember 2016.
3.4
Bahan yang Digunakan
Bahan penyusun dari batako adalah semen portland, pasir dan air. Bahan
penyusun batako dapat ditambah dengan campuran bahan lain sesuai variasi,
untuk mendapatkan sifat batako yang diinginkan sesuai kebutuhan. Bahan-bahan
penyusun batako yang digunakan pada penelitian ini adalah:
3.4.1 Semen Portland
Semen Portland yang digunakan adalah semen Portland tipe I dengan
merek dagang Semen Padang dengan kemasan 1 sak 50 kg.
33
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pasir
Pasir yang dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari quarry Sei
Wampu, Binjai.
3.4.3 Air
Air yang digunakan sebagai bahan pencampur berasal dari
Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
3.4.4 Plastik LDPE
Penelitian ini menggunakan limbah plastik LDPE yang dicampur pada
batako, plastik LDPE diperoleh dari limbah kantong plastik bekas yang
dibuat menjadi biji plastik. Adapun proses pembuatan biji plastik ini yaitu:
3.4.4.1 Pengunpulan plastik bekas
Plastik bekas dikumpulkan dan di bersihkan agar didapat biji
plastik yang bersih.
Gambar 3.1 pengumpulan plastik bekas yang telah bersih
34
Universitas Sumatera Utara
3.4.4.2 Proses Pemanasan
Setelah dikumpulkan plastik ini dimasukkan kedalam alat
pemanas yang langsung dapat membuat plastik ini meleleh. Suhu
yang dipakai alat ini untuk melelehkan plastik adalah 150 – 1700C.
Gambar 3.2 Tempat masuknya plastik bekas
3.4.4.3 Proses Pembentukan Plastik
Setelah plastik bekas cair proses selanjutnya adalah membuat
plastik berbentuk mie, setelah itu plastik direndam dalam air dan
diangin-anginkan
Gambar 3.3 plastik setelah dipanaskan
Gambar 3.4 plastik direndam setelah dibentuk panjang
35
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4 plastik diangin-anginkan
3.4.4.4 Proses Pemotongan
Setelah
diangin-anginkan
proses
selanjutnya
adalah
pemotongan proses ini adalah proses akhir dari pembuatan biji plastik
bekas. Seluruh proses ini dilakukan menggunakan alat secara
otomatis.
Gambar 3.5 biji plastik setelah dipotong
36
Universitas Sumatera Utara
3.5
Pemeriksaan Bahan Penyusun Batako
3.5.1 Analisa Ayak Agregat Halus (SNI 03-1968-1990)
a.
Tujuan Percobaan
1) Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir
2) Mengetahui modulus kehalusan (fineness modulus) pasir
b.
Peralatan
1) Timbangan
2) Sieve shaker machine
3) 1 set ayakan
4) Oven
5) Sample splitter
c.
Bahan
Pasir kering oven sebanyak 1000 gram.
d.
Prosedur Percobaan
1) Ambil pasir yang telah kering oven (110±5)ºC;
2) Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr
dengan menggunakan sampel splitter;
3) Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38
mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;
4) Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas sieve shaker machine;
5) Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat;
6) Mesin dihidupkan selama 5 (lima) menit;
37
Universitas Sumatera Utara
7) Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan;
8) Lakukan percobaan diatas untuk sampel 2.
e.
Rumus
FM =
Ʃ%�
� �
� �ℎ� ��� �
(3.1)
Dimana:
FM = Fineness Modulus
Derajat kehalusan (kekasaran) suatu agregat ditentukan oleh modulus
kehalusan (fineness) dengan batasan-batasan sebagai berikut:
f.
-
Pasir halus
: 2,20 < FM < 2,60
-
Pasir sedang : 2,60 < FM < 2,90
-
Pasir kasar
: 2,90 < FM < 3,20
Hasil Percobaan
Modulus kehalusan pasir (FM) = 2,33
Pasir dapat dikategorikan sebagai pasir halus. (2,20 < FM < 2,60)
38
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Alat:
1. Timbangan 0,01 gr
2. Cawan keramik atau
tempayan baja
3. Saringan agregat
halus 1 set
Bahan:
1. Agregat halus
Persiapan
Oven agregat halus sampai berat tetap
Timbang agregat halus 1000 gram
Ayak agregat halus
Timbang agregat halus yang tertahan disetiap
saringan
Hitung modulus kehalusan agregat halus
Selesai
Gambar 3.6 Bagan Alir Pengujian Analisa Ayakan Agregat Halus
39
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Berat Isi Agregat Halus (ASTM C-29)
a.
Tujuan Percobaan
1) Menentukan berat isi agregat halus (pasir)
b.
Peralatan
1) Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1% dari berat sampel
2) Batang perojok
3) Bejana besi
4) Termometer
5) Sekop Kecil
c.
Bahan
1) Pasir ≤ Saringan Ø 4,75 mm kering oven suhu 110±5 ºC
2) Air
d.
Prosedur Percobaan
1) Dengan cara merojok:
a) Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi dengan pasir sampai
bagian tinggi bejana tersebut lalu rojok sebanyak 25 kali secara
merata pada permukaannya;
b) Pasir ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana dan dirojok 25
kali secara merata pada permukaannya, kemudian bejana diisi pasir
sampai penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu permukaannya
diratakan. Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak boleh menembus
lapisan dibawahnya;
40
Universitas Sumatera Utara
c) Timbang bejana + pasir;
d) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi oleh air hingga
penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam
bejana;
2) Cara menyiram:
a) Bejana besi ditimbang kemudian diisi pasir dengan cara menyiram
dengan sekop setinggi ± 5 cm dari bagian atas bejana sampai bejana
tersebut penuh, lalu ratakan permukaannya.
b) Timbang bejana + pasir.
c) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,
timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam bejana.
Percobaan dilakukan untuk 2 sampel.
e.
Rumus
ρ=
(3.2)
Dimana:
ρ = Berat isi pasir (gr/cm3)
m = Berat pasir (gr)
v = volume bejana (cm3)
f.
Hasil Percobaan
Berat isi dengan cara merojok: 1,387 gr/cm3
Berat isi dengan cara menyiram: 1,287 gr/cm3
41
Universitas Sumatera Utara
Alat:
Mulai
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan:
1. Agregat halus
2. Air
Persiapan
Timbangan
Batang perojok
Bejana besi
Termoometer
Sekop kecil
Timbang bejana dan isi pasir lalu dirojok 25 kali atau disiram.
Pasir ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana
Bejana diisi pasir sampai penuh
Timbang bejana + pasir
Pasir dikeluarkan lalu diisi oleh air hingga penuh
Timbang berat bejana + air
Percobaan dilakukan untuk 2 sampel
Selesai
Gambar 3.7 Bagan Alir Pengujian Berat Isi Agregat Halus
42
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Pengujian Kadar Organik Pasir/Colorimetric Test (SNI 03-2816-1992)
a.
Tujuan Percobaan
Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus.
b.
Peralatan
1) Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml
2) Gelas ukur kapasitas 1000 ml
3) Timbangan
4) Mistar
5) Standar warna Gardner
6) Sendok pengaduk
7) Sampel splitter
c.
Bahan
1) Pasir kering oven lolos ayakan Ø 4,75 mm
2) NaOH padat
3) Air
d.
Prosedur percobaan
1) Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga
terbagi seperempat bagian;
2) Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar botol;
43
Universitas Sumatera Utara
3) Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal
NaOH kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga kristal
NaOH larut;
4) Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan ± 2 cm dari permukaan
pasir (tinggi pasir + larutan = 5 cm);
5) Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit;
6) Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan diguncangguncang pada arah mendatar selama 8 menit;
7) Campuran didiamkan selama 24 jam;
8) Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar
warna Gardner.
e.
Rumus/standar
Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut:
1) Standar warna no. 1 : berwarna bening/jernih
2) Standar warna no. 2 : berwarna kuning muda
3) Standar warna no. 3 : berwarna kuning tua
4) Standar warna no. 4 : berwarna kuning kecoklatan
5) Standar warna no. 5 : berwarna coklat
Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna Gardner
adalah standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi melebihi
standar warna no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik yang
banyak dan harus dicuci dengan larutan NaOH 3% kemudian bersihkan
dengan air.
44
Universitas Sumatera Utara
f.
Hasil Percobaan
Warna kuning terang (standar warna no. 3), memenuhi persyaratan.
Alat:
Mulai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bahan:
1. Agregat halus
2. NaOH 3%
3. Air
Persiapan
Timbangan
Botol tembus pandang
Gelas ukur
Mistar
Standar warna Gardner
Sendok pengaduk
Sampel splitter
Isikan agregat ke dalam botol
Tambahkan NaOH 3% dan tutup rapat
Kocok botol selama 8 menit
Diamkan selama 24 jam
Amati warna cairannya
Selesai
Gambar 3.8 Bagan Alir Pengujian Colorimetric Test
45
Universitas Sumatera Utara
3.5.4 Pengujian Berat Jenis Semen (SNI 15-2531-1991)
a.
Tujuan Percobaan:
Menentukan berat jenis semen.
b.
Peralatan:
1) Timbangan dengan ketelitian 0.001 gr
2) Botol Le Chatelir
3) Cawan Porselin
4) Gelas Ukur
5) Corong Kaca
c.
Bahan
1) Semen Portland
2) Minyak Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API
(American Petroleoum Institute )
d.
Prosedur Percobaan:
1) Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0
dan 1, bagian dalam piknometer diatas permukaan cairan.
2) Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air dengan suhu ditetapkan
pada botol Le Chatelir 20 oC untuk mengunakan suhu cairan dalam
piknometer l dengan suhu yang ditetapkan dalam botol Le Chatelir .
3) Setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama dengan suhu yang ditetapkan
pada botol Le Chatelir , baca skala pada botol Le Chatelir (V1).
46
Universitas Sumatera Utara
4) Masukkan semen portland sebanyak 64 gr, sedikit demi sedikit ke dalam
botol Le Chatelir , hindarkan penempelan semen pada dinding dalam
botol Le Chatelir diatas cairan.
5) Setelah benda uji dimasukkan, putar botol Le Chatelir dengan posisi
miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi
pada permukaan cairan.
6) Ulangi pekerjaan no. 2 setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama
dengan suhu yang ditetapkan pada botol Le Chatelir , baca skala pada
botol Le Chatelir (V2).
e.
Rumus:
Berat Jenis =
Dimana:
� �� �
(3.3)
V −V
V1
= Pembacaan pertama pada skala botol Le Chatelir
V2
= Pembacaan kedua pada skala botol Le Chatelir
V2- V1
= Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu
Catatan:
f.
-
Berat jenis semen portland antara 3 - 3.2
-
Suhu ruangan yang diperbolehkan 20 oC - 24 oC.
Hasil Percobaan:
Berat jenis semen: 3,03 gr/ml
47
Universitas Sumatera Utara
Alat:
Mulai
1. Timbangan dengan
ketelitian 0.001 gr
2. Botol Le Chatelir
3. Cawan Porselin
4. Gelas Ukur
5. Corong Kaca
Bahan:
1. Semen Portland
2. Minyak Kerosin
bebas air atau
naptha
Persiapan
Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta
Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air
Baca skala pada botol Le Chatelir (V1).
Masukkan semen portland sebanyak 64 gr ke
dalam botol Le Chatelir
Putar botol Le Chatelir dengan posisi miring
sampai gelembung udara tidak timbul lagi
Ulangi pekerjaan no. 2, baca skala pada
botol Le Chatelir (V2).
Selesai
Gambar 3.9 Bagan Alir Pengujian Berat Jenis Semen
48
Universitas Sumatera Utara
3.5.5 Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan No.200)
a.
Tujuan Percobaan
Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir dan kerikil.
b.
Peralatan
1) Ayakan no. 200
2) Oven
3) Timbangan
4) Pan
c.
Bahan
1) Pasir kering oven
2) Kerikil kering oven
3) Air
d.
Prosedur Percobaan
1) Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dan 2
(dua) sampel kerikil sebanyak masing-masing 1000 gram dalam keadaan
kering oven;
2) Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui
kran;
3) Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui
ayakan terlihat jernih dan bersih;
4) Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam;
49
Universitas Sumatera Utara
5) Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya
dicatat;
6) Lakukan percobaan untuk sampel kedua dan sampel kerikil.
e.
Rumus
KL=
Dimana:
A-B
A
×
(3.4)
KL = Kadar lumpur agregat (%)
A
= Berat sampel mula-mula
B
= Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam
Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila
kadar lumpur pasir < 5%.
f.
Hasil Penelitian
Kadar lumpur pasir rata-rata = 1,5% (pasir memenuhi persyaratan dan layak
untuk digunakan).
50
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Alat:
Bahan:
1.
2.
3.
4.
Persiapan
1. Agregat
2. Air
Timbangan 0,01 gr
Oven
Cawan keramik
Ayakan no. 200
Oven agregat sampai berat tetap
Timbang agregat (A)
Cuci agregat sampai bersih
Oven agregat setelah dicuci sampai berat
tetap
Timbang agregat (B)
Hitung kadar lumpur agregat
Selesai
Gambar 3.10 Bagan Alir Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
51
Universitas Sumatera Utara
3.5.6 Pemeriksaan Kadar Liat (Clay Lump)
a.
Tujuan Percobaan
Menentukan persentase kadar liat dalam pasir.
b.
Peralatan
1) Ayakan no. 200
2) Oven
3) Timbangan
4) Pan
c.
Bahan
1) Pasir sisa pengujian kadar lumpur
2) Aquades
3) Air
d.
Prosedur Percobaan
1) Pasir hasil percobaan kadar lumpur sebanyak 2 (dua) sampel dengan
berat kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal direndam
dalam aquades selama 24 jam;
2) Setelah direndam ± 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar jangan
ada pasir yang ikut terbuang;
3) Tuangkan pasir dalam ayakan no. 200 dan dicuci dibawah kran sambil
diremas-remas selama ± 5 menit;
52
Universitas Sumatera Utara
4) Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dikeringkan dalam oven
bersuhu 110 ± 5 ºCselama 24 jam;
5) Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya dan dicatat.
e.
Rumus
% Kadar Liat=
A-B
A
×
%
(3.5)
Dimana:
A = Berat pasir mula-mula (sisa pencucian kadar lumpur)
B = Berat pasir setelah di oven
Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila
kadar liat pasir < 1%.
f.
Hasil Percobaan
Kadar liat rata-rata = 0,71 % (pasir memenuhi syarat untuk dipakai
dalam campuran batako).
53
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Alat:
1.
2.
3.
4.
Bahan:
Persiapan
1. Agregat
2. Air
Timbangan 0,01 gr
Oven
Cawan keramik
Ayakan no. 200
Pasir hasil percobaan kadar lumpur direndam 24 jam
Air perendaman dibuang
Cuci agregat sampai bersih
Oven agregat setelah dicuci sampai berat
tetap
Timbang agregat (B)
Hitung kadar lumpur agregat
Selesai
Gambar 3.11 Bagan Alir Pengujian Kadar Liat Agregat Halus
54
Universitas Sumatera Utara
3.6
Pengujian Plastik LDPE
Penelitian ini menggunakan plastik LDPE yang didapat dari limbah kantong
plastik bekas lalu di daur ulang menjadi biji plastik di pabrik plastik. Pengujian
Berat jenis dilakukan oleh Kementrian Perindustrian Republik Indonesia
Bandung, hasil berat jenis didapat sebesar 0,900.
Tabel 3.1 Hasil Kandungan biji plastik LDPE daur ulang
KODE CONTOH
URAIAN
PERSYARATAN
SATUAN
Blanko Plastik
Polymer
IEC 62321
1. Timbal
(Pb)
ppm
-
2
1000
2. Timah
(Sn)
ppm
347
-
-
3. Raksa
(Hg)
ppm
-
2
1000
4. Antimon
(Sb)
ppm
-
50
-
5. Seng
(Zn)
ppm
-
33
-
6. Selenium
(Se)
ppm
-
2
-
7. Bismut
(Bi)
ppm
-
2
-
3.7
Perancangan Komposisi Pengecoran
Rancangan komposisi pengecoran batako, kubus kecil dan brequite dengan
menggunakan biji plastik LDPE sebanyak 0%, 20%, 50% dan 75% dari berat
pasir. Perhitungan volume menggunakan program microsoft exel dengan
memasukkan data-data hasil pengujian bahan dan kebutuhan volume pengecoran.
Didapatkan hasil komposisi untuk setiap pengecoran seperti Tabel 3.1, Tabel 3.2,
Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.
55
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Komposisi Pengecoran Trial Silinder Menggunakan Plastik
LDPE 20%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
1021.90
1226.28
PASIR (g)
(6)
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
0%
4742.52
5691.03
237.13
284.55
1185.63
1422.76
Tabel 3.3 Komposisi Pengecoran Trial Silinder Menggunakan Plastik
LDPE 25%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
1021.90
1226.28
PASIR (g)
(6)
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
25%
4446.12
5335.34
237.13
284.55
1482.04
1778.45
Tabel 3.4 Komposisi Pengecoran Trial Silinder Menggunakan Plastik
LDPE 30%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
1021.90
1226.28
PASIR (g)
(6)
4149.71
4979.65
AIR (ml)
(0.24)
237.13
284.55
Biji LDPE (g)
30%
1778.45
2134.14
Tabel 3.5 Komposisi Pengecoran Trial Silinder Menggunakan Plastik
LDPE 30%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
1021.90
1226.28
PASIR (g)
(6)
2964.08
3556.90
AIR (ml)
(0.24)
237.13
284.55
Biji LDPE (g)
50%
2964.08
3556.90
56
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.6 Komposisi Pengecoran Trial Kubus Menggunakan Plastik LDPE
20%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
24.11
28.93
PASIR (g)
(6)
115.71
138.86
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
Biji LDPE (g)
50%
28.93
34.71
Tabel 3.7 Komposisi Pengecoran Trial Kubus Menggunakan Plastik LDPE
25%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
24.11
28.93
PASIR (g)
(6)
86.79
104.14
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
Biji LDPE (g)
50%
28.93
34.71
Tabel 3.8 Komposisi Pengecoran Trial Kubus Menggunakan Plastik LDPE
30%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
PASIR (g)
(6)
24.11
28.93
81
97.2
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
Biji LDPE (g)
50%
34.71
41.66
Tabel 3.9 Komposisi Pengecoran Trial Kubus Menggunakan Plastik LDPE
50%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
24.11
28.93
PASIR (g)
(6)
72.32
86.79
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
Biji LDPE (g)
50%
72.32
86.79
57
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.10 Komposisi Pengecoran Batako Menggunakan Plastik LDPE
20%
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
PASIR (g)
(6)
1542.86
2314.29
7405.71
11108.57
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
50%
358.01
537.017
1851.43
2777.14
Tabel 3.11 Komposisi Pengecoran Kubus Menggunakan Plastik LDPE 20%
KETERANGAN
SEMEN
(g)
(1)
PERBUAH
FS 1.2%
PASIR (g)
(6)
24.11
28.93
115.71
138.86
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
50%
5.59
6.71
28.93
34.71
Tabel 3.12 Komposisi Pengecoran Brequette Menggunakan Plastik LDPE
20%
KETERANGAN
SEMEN
(g)
(1)
PERBUAH
FS 1.2%
PASIR (g)
(6)
9.92
11.90
47.60
57.12
AIR (ml)
(0.24)
Biji LDPE (g)
50%
2.30
2.76
11.90
14.28
Tabel 3.13 Komposisi Pengecoran Batako Normal
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
PASIR (g)
(6)
1542.86
2314.29
9257.14
13885.71
AIR (ml)
(0.24)
358.01
537.017
Tabel 3.14 Komposisi Pengecoran Kubus Normal
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
24.11
28.93
PASIR (g)
(6)
144.64
173.57
AIR (ml)
(0.24)
5.59
6.71
58
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.15 Komposisi Pengecoran Brequette Normal
KETERANGAN
PERBUAH
FS 1.2%
SEMEN
(g)
(1)
9.92
11.90
PASIR (g)
(6)
AIR (ml)
(0.24)
59.50
71.40
2.30
2.76
Dari tabel diatas didapat berat masing-masing komposisi untuk pembuatan
sampel yang terdiri dari benda uji silinder dan kubus kecil untuk trial and error
dan sebagai benda uji pembandingnya adalah batako, kubus kecil dan silinder.
3.8
Pembuatan Benda Uji
3.8.1 Benda Uji Batako
a.
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji batako:
1) Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm.
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Gelas ukur, untuk tempat menampung kebutuhan bahan dan air yang
dipergunakan sebagai bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk memasukkan adonan adukan kedalam cetakan.
5) Mesin molen,untuk membuat campuran batako.
6) Pemadat kayu, untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari pelat baja berbentuk balok dengan ukuran dalam
bersih cetakan adalah 400 mm x 200 mm x 100 mm.
59
Universitas Sumatera Utara
b.
Prosedur Pembuatan benda uji batako:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir dan biji plastik dengan perbandingan 1 pc : 6 ps.
Penambahan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir dengan
mengurangi jumlah pasir awal.
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 6 ps dengan
penambahan 20% biji plastik yang telah dibuat sebelumnya . Aduk
semua bahan sampai rata menggunakan mesin molen.
4) Adonan batako yang sudah dicampur hingga rata ditambah air sampai
kadar yang ditentukan yaitu 0,24% dari berat semen.
5) Sebelum dimasukkan ke dalam cetakan, adonan yang sudah tercampur
merata dituangkan sebagian ke dalam sebuah pan besar yang tidak
menyerap air.
6) Masukkan adonan batako kedalam cetakan setinggi 1/3 bagian cetakan,
kemudian dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar padat
dengan alat pemadat.
7) Masukkan kembali adonan batako sebanyak 1/3 bagian lagi sehingga
menjadi 2/3 bagian, kemudian padatkan kembali dengan cara ditumbuk
dengan alat pemadat sampai benar-benar padat.
8) Masukkan kembali adonan batako kedalam cetakan hingga penuh,
kemudian dipadatkan lagi.
9) Biarkan adonan di dalam cetakan selama ± 24 jam, sampai adonan mulai
mengeras.
60
Universitas Sumatera Utara
10) Lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan adonan batako ditempat yang
teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung dan terlindung dari hujan.
3.8.2 Benda Uji Silinder
a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji silinder:
1) Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm.
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Gelas ukur, untuk tempat menampung kebutuhan air yang dipergunakan
sebagai pencampuran bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan
kedalam cetakan.
5) Mesin molen,untuk membuat campuran batako.
6) Pemadat kayu, untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari besi berbentuk silinder dengan ukuran ø15 cm dan
tinggi 30 cm.
b. Prosedur Pembuatan benda uji silinder:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir dan biji plastik dengan perbandingan 1 pc : 6 ps.
Penambahan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir dengan
mengurangi jumlah pasir awal.
61
Universitas Sumatera Utara
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 6 ps dengan
penambahan 20% biji plastik yang telah dibuat sebelumnya . Aduk
semua bahan sampai rata menggunakan mesin molen.
4) Adonan batako yang sudah dicampur hingga rata ditambah air sampai
kadar yang ditentukan yaitu 0,24% dari berat semen.
5) Sebelum dimasukkan ke dalam silinder, adonan yang sudah tercampur
merata dituangkan sebagian ke dalam sebuah pan besar yang tidak
menyerap air.
6) Masukkan adonan kedalam silinder setinggi 1/3 bagian cetakan,
kemudian dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar padat
dengan alat pemadat.
7) Masukkan kembali adonan sebanyak 1/3 bagian lagi sehingga menjadi
2/3 bagian, kemudian padatkan kembali dengan cara ditumbuk dengan
alat pemadat sampai benar-benar padat.
8) Masukkan kembali adonan batako kedalam cetakan hingga penuh,
kemudian dipadatkan lagi.
9) Biarkan adonan di dalam cetakan selama ± 24 jam, sampai adonan mulai
mengeras.
10) Lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan adonan batako ditempat yang
teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung dan terlindung dari hujan.
3.8.3 Benda Uji Kubus
a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji kubus:
1) Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm.
62
Universitas Sumatera Utara
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Gelas ukur, untuk tempat menampung kebutuhan air yang dipergunakan
sebagai pencampuran bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan
kedalam cetakan.
5) Plat pan,untuk membuat campuran batako.
6) Pemadat kayu, untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari besi berbentuk kubus dengan ukuran 5 cm x 5 cm x
5 cm.
b. Prosedur Pembuatan benda uji kubus:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir dan biji plastik dengan perbandingan 1 pc : 6 ps.
Penambahan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir dengan
mengurangi jumlah pasir awal.
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 6 ps dengan
penambahan 20% biji plastik yang telah dibuat sebelumnya . Aduk
semua bahan sampai rata diatas plat pan.
4) Adonan yang sudah dicampur hingga rata ditambah air sampai kadar
yang ditentukan yaitu 0,24% dari berat semen.
5) Masukkan adonan kedalam kubus setinggi 1/3 bagian cetakan, kemudian
dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar padat dengan alat
pemadat.
63
Universitas Sumatera Utara
6) Masukkan kembali adonan sebanyak 1/3 bagian lagi sehingga menjadi
2/3 bagian, kemudian padatkan kembali dengan cara ditumbuk dengan
alat pemadat sampai benar-benar padat.
7) Masukkan kembali adonan kedalam cetakan hingga penuh, kemudian
dipadatkan lagi.
8) Biarkan adonan di dalam cetakan selama ± 24 jam, sampai adonan mulai
mengeras.
9) Lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan adonan batako ditempat yang
teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung dan terlindung dari hujan.
3.8.4 Benda Uji Brequette
a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji brequette:
1)
Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm.
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Gelas ukur, untuk tempat menampung kebutuhan air yang dipergunakan
sebagai pencampuran bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan
kedalam cetakan.
5) Plat pan,untuk membuat campuran batako.
6) Pemadat kayu, untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari besi berbentuk brequette.
64
Universitas Sumatera Utara
b. Prosedur Pembuatan benda uji brequette:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir dan biji plastik dengan perbandingan 1 pc : 6 ps.
Penambahan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir dengan
mengurangi jumlah pasir awal.
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 6 ps dengan
penambahan 20% biji plastik yang telah dibuat sebelumnya . Aduk semua
bahan sampai rata diatas plat pan.
4) Adonan yang sudah dicampur hingga rata ditambah air sampai kadar
yang ditentukan yaitu 0,24% dari berat semen.
5) Masukkan adonan kedalam kubus setinggi 1/3 bagian cetakan, kemudian
dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar padat dengan alat
pemadat.
6) Masukkan kembali adonan sebanyak 1/3 bagian lagi sehingga menjadi
2/3 bagian, kemudian padatkan kembali dengan cara ditumbuk dengan
alat pemadat sampai benar-benar padat.
7) Masukkan kembali adonan kedalam cetakan hingga penuh, kemudian
dipadatkan lagi.
8) Biarkan adonan di dalam cetakan selama ± 24 jam, sampai adonan mulai
mengeras.
9) Lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan adonan batako ditempat yang
teduh, tidak terkena cahaya matahari langsung dan terlindung dari hujan.
65
Universitas Sumatera Utara
3.9
Perawatan Benda Uji
Perawatan benda uji dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a.
Hindarkan benda uji dari sinar matahari langsung dan air hujan agar
pengikatan adonan sesuai yang diharapkan.
b.
Perawatan benda uji selama 28 hari yaitu dengan menyiram dengan air
setiap pagi dan sore hari.
3.10 Pengujian Benda Uji
3.10.1 Pengujian Visual
a.
Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan tampak luar:
Penggaris siku dipergunakan untuk memeriksa kesikuan pada tiap-tiap sudut
dan kedataran permukaan bidang dari batako pejal. Selebihnya pemeriksaan
tampak luar dilakukan dengan menggunakan alat indra, seperti pemeriksaan pada
ketajaman dan kekuatan rusuk-rusuk batako tidak mudah dihancurkan dengan
kekuatan jari-jari tangan.
b.
Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan ukuran:
Kaliper atau mistar sorong, dipergunakan untuk mengukur dimensi batako.
Kaliper yang dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
c.
Prosedur Pengujian:
Setelah masa perawatan selama 28 hari, batako yang diuji harus dalam
keadaan kering. Tahapan yang harus dilakukan yaitu:
1) Bersihkan permukaan benda uji batako dari berbagai kotoran yang menempel.
2) Ukur panjang, lebar dan tebal benda uji.
66
Universitas Sumatera Utara
3) Pengamatan permukaan benda uji meliputi: keadaan permukaan, kerapatan
dan keadaan sudut-sudutnya.
Bagan pengujian visual sebagai berikut :
Mulai
Bersihkan batako dari semua kotoran
Ukuran panjang, lebar dan tebal batako
Amati permukaan dan keadaan batako
Selesai
Gambar 3.12 Bagan Alir Pengujian Visual
3.10.2 Pengujian Berat Isi
a.
Peralatan yang diperlukan pada pengujian berat isi:
1) Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dan silinder dalam
keadaan jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan
dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
2) Oven dipergunakan untuk mengeringkan batako dan silinder akan
kandungan air setelah direndam. Oven yang dipergunakan dilengkapi
pengatur suhu, dengan suhu antara 105oC sampai dengan 110oC.
67
Universitas Sumatera Utara
b.
Prosedur Pengujian:
Batako, kubus dan brequette yang akan diuji absorbsinya harus dalam
keadaan kering. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian
ini adalah:
1) Batako, kubus dan brequette dibersihkan dari bahan-bahan lain yang
menempel.
2) Masukan batako, kubus dan brequette ke dalam oven selama 24 jam/sehari
sampai didapat keadaan kering sampel.
3) Timbang batako, kubus dan brequette, sehingga didapati berat sampel
dalam keadaan kering. Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan,
berat isi sampel dapat dihitung dengan rumus (2.2).
Bagan pengujian berat isi sebagai berikut:
Mulai
Bersihkan batako dari semua kotoran
Masukan batako kedalam oven selama 24 jam
Keluarkan batako dari oven
Timbang batako sehingga didapat berat kering oven
Selesai
Gambar 3.13 Bagan Alir Pengujian Berat Isi
68
Universitas Sumatera Utara
3.10.3
Pengujian Absorbsi
a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian penyerapan air:
3) Wadah berisi air untuk merendam benda uji hingga batako jenuh air.
4) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dan silinder
dari kelebihan air setelah di rendam.
5) Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dan silinder dalam
keadaan jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan
dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
6) Oven dipergunakan untuk mengeringkan batako setelah direndam. Oven
yang dipergunakan dilengkapi pengatur suhu, dengan suhu antara 105 oC
sampai dengan 110oC.
b. Prosedur Pengujian:
Batako yang akan diuji absorbsinya harus dalam keadaan kering. Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah:
4) Batako dibersihkan dari bahan-bahan lain yang menempel.
5) Batako dimasukan kedalam kolam perendaman selama 24 jam/sehari.
6) Keluarkan batako dari kolam perendaman dan lap sisa air yang terdapat
pada permukaan sampel.
7) Timbang batako untuk mendapatkan berat sampel dalam keadaan jenuh
air.
8) Masukan batako ke dalam oven selama 24 jam/sehari sampai didapat
keadaan kering sampel.
69
Universitas Sumatera Utara
9) Timbang batako, sehingga didapati berat sampel dalam keadaan kering.
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, penyerapan air dapat
dihitung dengan persamaan rumus (2.3).
Bagan pengujian absorbsi sebagai berikut:
Mulai
Bersihkan batako dari semua kotoran
Rendam batako selama 24 jam/sehari
Keluarkan batako kemudian keringkan permukaan batako
Timbang batako sehingga didapati berat jenuh
Masukan batako kedalam oven selama 24 jam
Keluarkan batako dari oven
Timbang batako sehingga didapat berat kering oven
Selesai
Gambar 3.14 Bagan Alir Pengujian Absorbsi
70
Universitas Sumatera Utara
3.10.4 Pengujian Kuat Tekan Sampel
a.
Peralatan yang diperlukan pada pengujian kuat tekan:
1) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dan silind dari
kelebihan air setelah penyiraman.
2)
Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dan silinder dalam
keadaan jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan
dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
3) Mistar sorong dipergunakan untuk mengukur luas bidang tekan. Mistar
sorong dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
4) Alat uji yang digunakan adalah mesin uji kuat tekan beton (compression
machine).
b.
Prosedur Pengujian:
1) Batako dan kubus dilap dari sisa air penyiraman dan kemudian di jemur
selama ± 24 jam.
2) Timbang berat batako dan kubus lalu letakkan pada compressor machine
sedemikian sehingga berada tepat ditengah-tengah alat penekannya.
3) Secara perlahan-perlahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan
cara mengoperasikan mesin sampai benda uji runtuh.
4) Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah, maka cata
skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban maksimum
yang dapat dipikul benda uji tersebut.
5) Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
6) Hitung kuat tekan batako dengan persamaan rumus (2.4).
71
Universitas Sumatera Utara
Bagan pengujian kuat tekan sebagai berikut:
Mulai
Letakan benda uji pada alat tekan
Hidupkan alat tekan beton
Tarik tuas alat tekan
Lihat jarum pada alat ukur
Catat hasil pengamatan pada alat ukur
Hitung kuat tekan batako dan kubus
Selesai
Gambar 3.15 Bagan Alir Pengujian Kuat Tekan Sampel
72
Universitas Sumatera Utara
3.10.5
a.
Pengujian Kuat Tarik
Peralatan yang diperlukan pada pengujian kuat tarik:
1) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dari kelebihan
air setelah penyiraman.
2) Mistar sorong dipergunakan untuk mengukur luas bidang tekan. Mistar
sorong dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
3) Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dan silinder dalam
keadaan jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan
dengan kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
4) Alat uji tarik Tensile Test Machine.
b.
Prosedur Pengujian:
1) Benda uji dilap dari sisa air penyiraman dan kemudian di jemur selama ±
24 jam.
2) Timbang berat benda uji.
3) Siapkan alat tensile test dan masukkan benda uji kedalam penjepit yang
ada pada alat tensile test, kemudian kencangkan dengan memutar alat
pengunci.
4) Stel skala penunjuk pada angka nol dan hidupkan alat tensile test.
5) Matikan alat begitu benda uji patah.
6) Catat pembacaan pada skala penunjuk besar gaya Tarik adalah hasil
pembacaan dikalikan “scale reading”.
7) Ukur luas patahan dengan jangka sorong.
8) Lakukan masing-masing percobaan untuk sampel briquette.
73
Universitas Sumatera Utara
Bagan pengujian kuat tarik sebagai berikut
Mulai
Letakkan benda uji pada Tensile test
Kencangkan benda uji pada alat
Hidupkan mesin tensile test
Hentikan alat ketika benda uji patah
Catat hasil pengamatan pada alat ukur
Hitung kuat tarik
Selesai
Gambar 3.16 Bagan Alir Pengujian Kuat Tarik Brequette.
74
Universitas Sumatera Utara
Adapun tahapan keseluruhan penelitian ini dirangkum sebagai berikut:
Mulai
Identifikasi masalah
Studi literatur &
pengumpulan
data
Persiapan bahan
Semen
Pasir
Biji Plastik
LDPE
Pengujian Bahan
Pembuatan Benda
Uji Trial
Kubus kecil
Silinder
Masa Pemeliharaan
Selama 7 hari
Pengujian kuat tekan sampel silinder dan kubus
Analisa data
Pembuatan Benda
Uji
Batako
Kubus kecil
Brequette
Masa Pemeliharaan
Selama 28 Hari
Pengujian ukuran dan tampak luar
Pengujian absorbsi
Pengujian kuat tekan sampel batako dan kubus
Pengujian kuat tarik sampel brequette
Data
Analisa data dan
Pembahasan
Memenuhi
standar SNI
Ya
Tidak
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
Gambar 3.17 Bagan Alir Tahapan Penelitian
75
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pengujian Trial And Error
Sebelum kita membuat benda uji pembanding dari penambahan biji terlebih
dahulu kita harus menentukan perbandingan dari campuran pengecoran. Untuk
penentuan perbandingan semen pasir dan air kita menggunakan system trial and
error. Berikut adalah hasil pengujiannya:
Grafik 4.1 Hasil Rata-rata Pengujian Trial And Error Umur 7 Hari
70
Kuat Tekan (Kg/cm2)
65
65.04
60.17
60
55
54.95
53.21
51.12
50
46.95
45
51.12
47.99
49.39
Perbandingan 1:6
Perbandingan 1:7
Perbandingan 1:8
40
35
30
0,2
0,24
0,28
Kadar Air
Dari hasil grafik di atas didapat perbandingan 1:6:0.24 adalah campuran yang
paling tinggi kuat tekannya, hasil tersebut adalah hasil untuk silinder berumur 7
hari, jika di estimasikan ke umur 28 hari maka didapat kuat tekan sebesar 100.06
kg/cm2. Jadi ditetapkanlah untuk menggunakan perbandingan 1:6:0.24 sebagai
campuran untuk membuat batako ini.
Setelah penentuan campuran didapat selanjutnya kita mencoba perbandingan
substitusi biji plastik LDPE yang cocok. Berikut grafik penambahan biji plastik:
76
Universitas Sumatera Utara
Grafik 4.2 Hasil Rata-rata Pengujian Penambahan Biji Plastik LDPE
Kuat Tekan (Kg/cm2)
45
Perbandingan 1:6
41.27
40
36.4
35
33.16
31.3
30
20
25
30
50
Penambahan Biji Plastik LDPE (%)
Dari grafik 4.1 diatas terlihat bahwa semakin banyak penambahan biji plastik
maka kuat tekannya semakin berkurang. Kuat tekan pada substitusi 20% biji plastik
LDPE pada pasir didapat sebesar 41.27 Kg/cm 2. Nilai ini mencukupi untuk masuk
pada mutu ke-3 pada syarat mutu batako SNI 03-0349-1989 maka di tetapkanlah
penggunaan substitusi 20% biji plastik LDPE sebagai pencampuran benda uji yang
akan di uji selanjutnya.
4.2
Pengujian Visual
4.2.1 Pemeriksaan Tampak Luar
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Pemeriksaan Visual dengan Syarat Mutu
RATA-RATA KEADAAN SAMPEL
URAIAN
1.Bidang-bidang
a. kerataan
b. keretakan
c. halus
2.Rusuk-rusuk
a. kesikuan
b. ketajaman
c. kekuatan
BATAKO
NORMAL
BATAKO + BIJI
PLASTIK LDPE
MENURUT
SNI 03-03491989
Rata
Tidak Retak
Halus
Rata
Tidak Retak
Halus
Rata
Tidak Retak
Halus
Siku
Tajam
Kuat
Siku
Tajam
Kuat
Siku
Tajam
Kuat
77
Universitas Sumatera Utara
Seperti terdapat pada Tabel 4.1 dapat dilihat untuk batako normal dan batako
yang menggunakan biji plastic LDPE sebagai bahan substitusi untuk mengurangi
volume pasir telah memenuhi syarat tampak luar menurut ketentuan dalam SNI 030349-1989, yaitu menghasilkan batako yang mempunyai permukaan bidang rata,
tidak retak dan halus.
4.2.2 Pemeriksaan Ukuran
Setelah dilakukan pemeriksaan ukuran dan didapat data pengukuran dimensi
pada sampel batako, kemudian data tersebut di analisis penyimpangan dari ukuran
yang terdapat pada batako menurut ketentuan SNI 03-0349-1989.
Tabel 4.2 Perbandingan Penyimpangan Ukuran Rata-rata Benda Uji Batako
Terhadap Syarat Mutu
No.
Sampel
1
Normal
20% Biji
Plastik LDPE
2
*
Panjang Rata- Lebar Rata-rata
rata (mm)
(mm)
SNI
SNI
Benda
03Benda
03Uji
0349Uji
03491989
1989
401.4
+1.4
200.2
+2
401.6
+ 1.6
201.2
+ 1.2
Tinggi Ratarata(mm)
SNI
Benda
03Uji
03491989
100.6
+ 0.6
101
+1
Ukuran batako yang menjadi acuan: Panjang = 400mm; Lebar = 200mm; Tebal = 100mm
*
Selisih antara ukuran acuan terdapat pada kolom Benda Uji.
Apabila meninjau Tabel 4.2, batako telah memenuhi syarat ukuran rata-rata
sesuai dengan ketentuan dalam SNI 03-0349-1989. Ditinjau dari data hasil
pengujian, tidak menunjukkan perbedaan yang besar begitu pula jika dilihat dari
kondisi pembuatan seluruh batako yang sama, yaitu dengan cara pencetakan
78
Universitas Sumatera Utara
manual, maka didapatkan ukuran sampel keseluruhan hampir sama dan tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
4.3
Pengujian Berat Isi dan Absorbsi
4.3.1 Pengujian Berat Isi
Pengujian berat isi ini menggunakan benda uji batako berukuran 40 x 20 x 10
cm dan kubus berukuran 5 x 5 x 5 cm dengan dua variasi campuran yaitu, sampel
normal dan sampel menggunakan biji plastik sebanyak 20% dari berat pasir.
Adapun hasil pengujian berat isi ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.3 Berat Isi Benda Uji Batako Normal
No.
Volume
(cm3)
1
8000
2
8000
3
8000
4
8000
5
8000
Rata - rata
Berat (g)
Berat Isi
(g/cm3)
14102
14004
13956
15063
14460
14317
1.762
1.751
1.745
1.883
1.808
1.789
Tabel 4.4 Berat Isi Benda Uji Batako 20% Biji Plastik LDPE
No.
Volume
(cm3)
1
8000
2
8000
3
8000
4
8000
5
8000
Rata - rata
Berat (g)
Berat Isi
(g/cm3)
13123
12749
12640
12836
12879
14317
1.640
1.594
1.580
1.605
1.610
1.606
79
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Berat Isi Benda Uji Kubus Normal
No.
Volume
(cm3)
1
125
2
125
3
125
4
125
5
125
6
125
7
125
8
125
9
125
10
125
11
125
12
125
Rata - rata
Berat (g)
Berat Isi
(g/cm3)
250
245
244
246
245
250
236
241
239
242
237
240
242.92
2.000
1.96
1.952
1.968
1.960
2.000
1.889
1.928
1.912
1.936
1.896
1.920
1.943
Tabel 4.6 Berat Isi Benda Uji Kubus 20% Biji Plastik LDPE
No.
Volume
(cm3)
1
125
2
125
3
125
4
125
5
125
6
125
7
125
8
125
9
125
10
125
11
125
12
125
Rata - rata
Berat (g)
Berat Isi
(g/cm3)
207
215
195
212
202
203
204
180
202
203
210
212
242.92
1.656
1.720
1.560
1.696
1.616
1.624
1.632
1.440
1.616
1.624
1.680
1.696
1.630
80
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari kedua tabel yang diperoleh yaitu table 4.3 dan 4.4 didapatkan
hasil sampel yang menggunakan biji plastik LDPE 20% baik dalam bentuk batako
dan silinder memiliki berat isi rata-rata sampel yang lebih rendah dari pada sampel
yang normal tanpa penambahan, jika dipersentasikan pada batako dengan
penambahan 20% biji plastik LDPE dapat menurunkan 11.515% dari berat isi
batako normal dan pada kubus kecil penambahan 20% biji plastic LDPE dapat
menurunkan 16.123% dari berat isi kubus normal. Dari persentasi yang didapat
perbedaan persentasi pada batako dan kubus kecil tidak terlalu besar bedanya.
4.3.2 Pengujian Absorbsi
Pengujian penyerapan air atau biasa disebut absorbsi menggunakan benda uji
yang digunakan adalah batako berukuran 40 x 20 x 10 cm dengan dua variasi
campuran yaitu, sampel normal tanpa penambahan dan sampel menggunakan biji
plastik LDPE sebanyak 20% dari berat pasir. Adapun hasil pengujian absorbsi dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Absorbsi Batako
No.
1
2
3
4
5
Sampel
Normal
Rata-rata
1
2
3
4
20% Biji
Plastik LDPE
Berat
Basah
(g)
Berat
Kering
(g)
15087
15088
15682
16506
15842
15641
14114
13549
13441
13851
14102
14004
13956
15063
14460
14317
13123
12749
12640
12836
Daya Serap (%)
SNI 03Benda
0349Uji
1989
6.985
25
7.741
25
12.367
25
9.579
25
9.557
25
9.246
25
7.551
25
6.275
25
6.337
25
7.907
25
Mutu
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
81
Universitas Sumatera Utara
5
Rata-rata
13843
11.788
12879
10.158
7.485
7.111
25
25
1
1
Berdasarkan dari tabel 4.5 pada komposisi batako yang telah dilakukan
pengujian penyerapan air, telah memenuhi persyaratan penyerapan air menurut
ketentuan SNI 03-0349-1989, yaitu dengan persentase penyerapan air dibawah 25%
yang sesuai kedalam mutu I menurut SNI 03-0349-1989. Semakin kecil persentase
kadar air yang diserap batako maka akan semakin baik batako tersebut, dikarenakan
batako memiliki tingkat kepadatan yang baik. Perbedaan nilai absorbsi terjadi
akibat perbedaan tingkat kepadatan masing-masing benda uji.
4.4
Pengujian Kuat Tekan Sampel
Benda uji yang digunakan adalah batako berukuran 40 x 20 x 10 cm dan
kubus berukuran 5 x 5 x 5 cm yang telah berumur 28 hari perawatan dengan dua
variasi campuran yaitu, sampel normal tanpa penambahan dan sampel
menggunakan biji plastic LDPE sebanyak 20% dari berat pasir. Benda uji diberikan
tekanan sampai diperoleh beban maksimum yang dapat ditahan oleh batako dan
kubus. Hasil pengujian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.8 Kuat Tekan Benda Uji Batako Normal Terhadap Syarat Mutu
No.
1
2
3
4
5
Pembacaan
Dial (KN)
280
270
275
278
272
Rata - rata
Luas
Daerah
Tekan
(cm2)
280
280
280
280
280
Kuat Tekan Ratarata (Kg/cm2)
SNI 03Benda
0349Uji
1989
101.97
90
98.33
90
100.15
90
101.24
90
99.06
90
100.15
100
Mutu
1
1
1
1
1
1
82
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Kuat Tekan Benda Uji Batako 20% Biji Plastik LDPE Terhadap Syarat
Mutu
No.
1
2
3
4
5
Pembacaan
Dial (KN)
120
118
115
120
118
Rata - rata
Luas
Daerah
Tekan
(cm2)
280
280
280
280
280
Kuat Tekan Ratarata (Kg/cm2)
SNI 03Benda
0349Uji
1989
43.70
35
42.97
35
41.88
35
43.70
35
42.97
35
43.05
40
Mutu
3
3
3
3
3
3
Tabel 4.10 Kuat Tekan Benda Uji Kubus Normal Terhadap Syarat Mutu
Pembacaan
No.
Dial (KN)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Luas Daerah
Tekan (cm2)
28
26
26
26
24
28
22
24
24
26
22
24
Rata - rata
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
Kuat Tekan Rata-rata
(Kg/cm2)
Mutu
SNI 03Benda Uji
0349-1989
114.21
90
1
106.05
90
1
106.05
90
1
106.05
90
1
97.89
90
1
114.20
90
1
89.73
90
1
97.89
90
1
97.89
90
1
106.05
90
1
89.73
90
1
97.89
90
1
101.97
100
1
83
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Kuat Tekan Benda Uji Kubus 20% Biji Plastik LDPE Terhadap
Syarat Mutu
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pembacaan
Dial (KN)
Luas Daerah
Tekan (cm2)
15
15
10
15
12
12
12
10
12
12
15
15
Rata - rata
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
Kuat Tekan Rata-rata
(Kg/cm2)
SNI 03Benda Uji
0349-1989
61.18
35
61.18
35
40.79
35
61.18
35
48.95
35
48.95
35
48.95
35
40.79
35
48.95
35
48.95
35
61.18
35
61.18
35
52.68
40
Mutu
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Berdasarkan dari tabel 4.8 dan tabel 4.10, untuk nilai kuat tekan pada benda
uji batako dan kubus terdapat perbedaan nilai kuat tekan. Nilai kuat tekan rata-rata
sampel batako normal sebesar 100.15 kg/cm2 berada diatas mutu 1 sedangkan nilai
kuat tekan sampel rata-rata kubus normal serbesar 101.97 kg/cm2 berada diatas
mutu 1. Perbedaan ini bernilai 1.79% dari kuat tekan terbesar. Berdasarkan dari
tabel 4.9 dan tabel 4.11, untuk nilai kuat tekan pada benda uji batako dan kubus
terdapat perbedaan nilai kuat tekan. Nilai kuat tekan rata-rata sampel batako 20%
biji plastik LDPE sebesar 43.05 kg/cm2 berada diatas mutu 3 sedangkan nilai kuat
tekan sampel rata-rata kubus 20% biji plastik LDPE serbesar 52.68 kg/cm2.
Perbedaan ini bernilai 18.29% dari kuat tekan terbesar. Kuat tekan batako setelah
di tambah biji plastik LDPE mengalami penurunan sebesar 57.02%.
84
Universitas Sumatera Utara
4.5
Pengujian Kuat Tarik
Benda uji yang digunakan adalah briquette yang telah berumur 28 hari
perawatan dengan dua variasi campuran yaitu, sampel normal dan sampel
menggunakan biji plastik LDPE 20% dari berat pasir. Benda uji ditarik dengan
beban sampai diperoleh beban maksimum yang dapat ditahan oleh brequtte. Hasil
pengujian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.12 Perbandingan Kuat Tarik Sampel Brequette Normal
Gaya Tarik
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Rata-rata
KN
Kg
1.2
1.05
1.1
1.35
1.5
1.5
1.25
1.5
1.6
1.45
2
1.575
1.42
122.36
107.07
112.17
137.66
152.96
152.96
127.46
152.96
163.15
147.86
203.94
160.60
79.24
Luas
(cm2)
Tegangan
(Kg/cm2)
8.61
8.02
7.39
7.05
8.52
7.07
7.02
7.23
7.91
6.89
11.74
8.91
14.21
13.35
15.16
19.53
17.95
21.64
18.16
21.15
20.62
21.46
17.37
18.02
18.22
85
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Perbandingan Kuat Tarik Sampel Brequette 20% biji plastik LDPE
Gaya Tarik
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Rata-rata
KN
Kg
0.65
0.7
0.85
0.75
0.9
0.6
0.65
1.025
0.75
0.8
0.95
0.7
0.78
66.28
71.38
86.67
76.48
91.77
61.18
66.28
104.52
76.48
81.58
96.87
71.38
79.24
Luas
(cm2)
Tegangan
(Kg/cm2)
7.84
7.29
8.96
8.4
10.53
8.37
7.7
7.56
7.28
7.83
7.16
7.15
8.45
9.79
9.67
9.10
8.72
7.31
8.61
13.82
10.51
10.42
13.54
9.98
9.99
Berdasarkan dari tabel 4.10 dan 4.11 terlihat bahwa pemakaian 20% biji
plastik LDPE memiliki kuat tarik yang lebih kecil dari tanpa penambahan. Nilai
kuat tarik rata-rata briquette normal adalah 18.22 Kg/cm 2 sedangkan untuk
briquette 20% biji plastik LDPE memiliki kuat Tarik rata-rata sebesar 9.99 Kg/cm2.
4.6
Analisa Hasil
Dari hasil yang telah didapat pensubstitusian 20% biji plastik LDPE terhadap
pasir dapat mengurangi berat isi dari batako sebesar 10.23% begitu juga dengan
kuat tekan benda ujinya saat penambahan biji plastik LDPE mengalami penurunan
yaitu bernilai 57.02%, pengujian kuat tekan pada benda uji batako dan kubus
memiliki perbedaan nilai walaupun masih dalam mutu yang sama, pada pengujian
kuat tarik benda uji dengan penambahan 20% biji plastik LDPE mengalami
penurunan yaitu 45.15%, pada pengujian absorbsi juga mengalami penurunan yaitu
86
Universitas Sumatera Utara
sebesar 23.09% yang berarti jika ditambah dengan biji plastik maka batako
memiliki rongga yang lebih sedikit dari pada batako normal. Dari penelitian ini
didapat bahwa penambahan 20% biji plastik LDPE mampu mengurangi berat dari
batako dan mampu mengurangi absorbsi, berarti penambahan biji plastik pada
batako dapat mengurangi
berat batako tanpa harus membuat batako tersebut
berongga, akantetapi dapat menambah kepadatan batako. Penurunan kuat tekan dan
kuat tarik di sebabkan oleh pembuatan batako seharusnya menggunakan mesin
press, biji plastik memiliki permukaan yang licin tidak seperti pasir dan semen yang
memiliki permukaan yang kasar.
87
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Berat isi rata-rata untuk