Profil Karsinoma Nasofaring Di SMF THT-KL Rsup Haji Adam Malik Medan Periode Januari - Desember 2015 Chapter III VI

25

BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Teori

Etoilogi :
- Virus Epstein-Barr
- Konsumsi karsinogen

Gejala Klinis :

Faktor resiko :
- Jenis kelamin
- Faktor lingkungan

- Gejala teliga
Karsinoma
Nasofaring

- Gejala hidung

- Gejala
Neurologi/Saraf

- Faktor ginetik

Stadium :
- Stadium 1

Terapi :

- Stadium 2

- Radioterapi

- Stadium 3

- Kemoterapi

- Stadium 4


- Kemoradiasi

Skema 3.1. Kerangka Teori

Universitas Sumatra Utara

26

3.2. Kerangka Konsep

- Usia
- Jenis kelamin
- Tingkat pendidikan
- Stadium

Karakteristik
Karsinoma
Nasofaring

- Keluhan utama

- Tipe histopatologi
- Jenis terapi

Skema 3.2. Kerangka Konsep

Universitas Sumatra Utara

27

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross
sectional. Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau

frekuensi serta distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat,
dan waktu. Cross Sectional adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel
pada satu saat tertentu. Dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat Profil Karsinoma
Nasofaring di SMF THT-KL RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016.


4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulakan dari bulan Maret 2016 sampai bulan Desember 2016.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan .
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita karsinoma
nasofaring di Rumah Sakit Umum Haji Adam , Medan.

Universitas Sumatra Utara

28

4.3.2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan seluruh pasien
karsinoma nasofaring di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2015
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
a. Kriteria Inklusi
Semua data rekam medis pasien rawat inap yang menderita karsinoma

nasofaring di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2015.
b. Kriteria ekslusi
Pasien yang tidak memiliki data lengkap dalam rekam medis di RSUP H.
Adam Malik,Medan.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Prosedur

pengumpulan

data

akan

dilakukan

setelah

mendapat

rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi

Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data diperoleh melalui
data sekunder yaitu rekam medis pasien. Awal pengumpulan data dilakukan di
Intalasi Rekam Medis untuk mencatat nomor registrasi, usia, jenis kelamin, dan
keterangan seluruh pasien karsinoma nasofaring. Setelah rekam medis
didapatkan, dilakukan pencatatan variabel yang dibutuhkan yaitu umur, jenis
kelamin, pekerjaan, keluhan utama, penatalaksanaan dan komplikasi.
4.5. Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.Jenis analisis

statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan
distribusi frekuensi.

Universitas Sumatra Utara

29

4.6. Definisi Operasional
Sesuai permasalahan dan tujuan maka sebagai pedoman awal pengumpulan
informasi digunakan definisi operasional dan variable yang dikembangkan seperti

uraian di bawah ini :
4.6.1. Karakteristik Sosiodemografi
Definisi Operasional : Karakteristik sosiodemografi usia, jenis kelamin dan
pendidikan pasien yang didiagnosis karsinoma nasofaring.
a) Umur
Umur dihitung menurut kelompok umur :
1. 0 - 15 tahun
2. 16 - 30 tahun
3. 31 - 45 tahun
4. 46 - 60 tahun
> 60 tahun
b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin sesuai dengan yang tercatat dalam
rekam medis.
1. Laki - laki
2. Perempuan

Universitas Sumatra Utara

30


c) Pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir pederita karsinoma
nasofaring yang tercatat dalam rekam medis
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. S1
5. Lain- lain
Cara Pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat Ukur

: Rekam medis

Hasil Ukur

:


Persentase

Skala Ukur

:

Ordinal

4.6.2. Stadium
Definisi Operasional

: Stadium berdasarkan UICC 2002 ketika pertama kali

terdiagnosis menderita karsinoma nasofaring.

1. Stadium I
2. Stadium II
3. Stadium III
4. Stadium IV

Cara Pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat Ukur

: Rekam medis

Hasil Ukur

: Persentase

Skala Ukur

: Nominal

Universitas Sumatra Utara

31


4.6.3. Keluhan Utama
Definisi Operasional : Keluhan utama adalah keadaan dan kondisi yang
menyebabkan penderita datang dan berobat sesuai dengan yang tercatat pada rekam
medis.
1. Benjolan leher
2. Hidung tersumbat
3. Epistaksis
4. Sesak nafas
5. Penglihatan ganda
6. Sakit kepala
Cara Pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat Ukur

: Rekam medis

Hasil Ukur

: Persentase

Skala Ukur

: Nominal

4.6.4. Histopatologi
Definisi Operasional

: Jenis histopatologi karsinoma nasofaring berdasarkan
WHO yang tercatat di rekam medis
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2. Karsinoma non- keratinisasi
3. Karsinoma tidak berdeferensiasi

Cara Pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat Ukur

: Rekam medis

Hasil Ukur

: Persentase

Skala Ukur

: Nominal

Universitas Sumatra Utara

32

4.6.5. Jenis Terapi
Definisi Operasional

: Jenis terapi yang diberikan pada penderita karsinoma

nasofaring yang tercatat di rekam medis

1. Kemoterapi
2. Radioterapi
3. Kemoradiasi

Cara Pengukuran

: Pengukuran dilakukan dari hasil observasi

Alat Ukur

: Rekam medis

Hasil Ukur

: Persentase

Skala Ukur

: Nominal

Universitas Sumatra Utara

33

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan Rumah
Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 335/Menkes/SK/VII/1990. Namun, nama rumah sakit ini
mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit Umum Kelas A di
Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Perubahan nama rumah sakit
ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
775/MENKES/SK/IX/1992. Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat (Rumah Sakit
Umum Pusat atau RSUP) mengacu kepada Departemen Kesehatan (Depkes) sehingga
segala urusan rumah sakit bergantung pada Depkes Republik Indonesia (Pemerintah
Pusat). Rumah sakit ini sebagian besar adalah rumah sakit pendidikan yang cukup
besar dan luas dengan hubungan khusus ke Fakultas kedokteran, rumah sakit inilah
yang digolongkan kepada RSUP H. Adam Malik. RSUP H. Adam Malik ini
beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan,
kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H. Adam Malik ini agak berada di daerah
pedalaman yaitu berjarak +- 1 Km dari jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan
raya menuju ke arah Brastagi.

Universitas Sumatra Utara

34

5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian
Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang menderita
karsinoma nasofaring yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam
periode 1 Januari 2015 - 31 Disember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel
penelitian dipilih dengan menggunakan teknik total sampling dimana seluruh kasus
yang didiagnosa dengan Profil karsinoma nasofaring pada tahun 2015 diambil
sebagai subjek penelitian sebanyak 70 sampel.

5.1.3 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Usia.
Tabel 5.1 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Usia
Usia
(tahun)
0-15
16-30
31-45
46-60
>60
Jumlah

Jumlah Sampel
n
0
9
22
28
11
70

%
0
12,9
31,4
40,0
15,7
100,00

Tabel diatas menunjukkan distribusi frekuensi sampel penderita karsinoma nasofaring
berdasarkan usia, dengan usia terbanyak adalah usia 46-60 tahun sebanyak 28 pasien
(40,0%).

Universitas Sumatra Utara

35

5.1.4 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin

Jumlah Penderita
%
70,0

Tab

Laki-laki

n
49

Perempuan

21

30,0

diat

70

100,00

Jumlah

el

as
disi

mpulkan laki-laki lebih banyak menderita karsinoma nasofaring sebanyak 49 orang
(70,0%) berbanding dengan perempuan sebanyak 21 orang (30,0%) penderita.

5.1.5 . Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan
Pendidikan

Tab
el
dia
tas
me

Pendidikan
SD
SMP
SMA
S1
Lain-lain
Jumlah

Jumlah Sampel
n
13
1
2
5
49
74

%
18,6
1,4
2,9
7,1
70,0
100,00

nu
njukkan tingkst pendidikan penderita karsinoma nasofaring umumya adalah SLTA
dan SLTP sebanyak 49 orang (70,0%).

5.1.9 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium
Karsinoma

Universitas Sumatra Utara

36

Tabel 5.7 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan
Karsinoma
Stadium Karsinoma

Stadium

Jumlah Penderita

Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3
Stadium 4

n
0
7
44
19

%
0,0
10,0
62,9
27,1

Jumlah

70

100,00

Tabel di atas menunjukkan penderita karsinoma nasofaring umumya datang ke rumah
sakit pada stadium 3 sebanyak 44 orang (62,9%).

5.1.6 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan
Keluhan Utama
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan
Keluhan Utama
Keluhan Utama
Benjolan leher
Hidung tersumbat
Epistaksis
Sakit kepala
Penglihatan ganda
Sesak nafas
Jumlah

Jumlah Penderita
n
45
5
8
12
0
0
70

%
64,3
7,1
11,4
17,1
0
0
100,00

Tabel diatas menunjukkan keluhan utama terbanyak yang diderita karsinoma
nasofaring adalah benjolan di leher sebanyak 45 orang (64,3%).

Universitas Sumatra Utara

37

5.1.7 Distribusi

Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Histopatologi

Tabel 5.5 Distribusi
Histopatologi
Histopatologi
Karsinoma sel
skuamosa
berkeratinisasi

Penderita

Karsinoma

Nasofaring

Berdasarkan

Jumlah Penderita
n
54

%
77,1

2

2,9

14

20,0

70

100,00

Karsinoma nonkeratinisasi
Karsinoma tidak
berdeferensiasi
Jumlah

Tabel diatas menunjukkan tipe histopatologi yang diderita karsinoma nasofaing
adalah karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi dengan jumlah 54 orang (77,1%).

5.1.8 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Terapi
Tabel 5.6 Distribusi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Terapi

Tab

Jenis Terapi

Jumlah Penderita

el

Kemoterapi

n
52

%
74,3

dia

Radioterapi

8

11,4

tas

Kemoradiasi

10

14,3

me

Jumlah

70

100,00

nunjukkan terapi terbanyak yang dilakukan pada penderita karsinoma nasofaring
adalah kemoterapi sebanyak 52 orang (74,3%).

Universitas Sumatra Utara

38

5.2 Pembahasan
Kelompok umur tertinggi yang menderita dari karsinoma nasofaring adalah 46-60
tahun dengan angka sebanyak 28 orang (40,0%) dan diikuti dengan kelompok usia
31-45 tahun dengan jumlah 22 orang (31,4% .Menurut Shofi Faiza(2015) di RSUP Dr.
M. Djamil Padang selama Juni 2010 sampai Juli 2013.Penderita terbanyak ditemukan
pada dewasa tua dengan kisaran umur 41-65 tahun sebesar 68,18%, diikuti oleh
dewasa muda dengan kisaran umur 21- < 41 tahun sebesar 24,99%.28
Menurut penelitian Yenita dari laboratorium PA FK. Unand, RSUP. Dr M.Djamil
Padang dan RSUD.Achmad Muchtar Bukit tinggi pada pasien KNF Januari 2007 –
Juni 2010

Usia penderita KNF dengan frekuensi terbesar terdapat pada usia 51-60

tahun, yaitu 18 kasus (36,7%) serta kelompok usia terendah terdapat pada usia 11-20
tahun dan 61-70 tahun, yaitu masing masing 4 kasus (8,2%). 29 Rata-rata usia
penderita karsinoma nasofaring dengan usia terendah adalah 11 tahun dan tertinggi
adalah 67 tahun.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porporsi penderita karsinoma
nasofaring lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 49
orang (70,0%), sedangkan perempuan adalah sebanyak 21 orang (30,0%). Menurut
penelitian Yulin (2011) di RSUP dr. Kariadi Semarang. Karakteristik sampel
berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa jumlah responden laki-laki lebih besar
dibandingkan

responden

perempuan

dengan

perbandingan

2:1

sedangkan

karakteristik sampel berdasarkan demografi wilayah tempat tinggal responden
terbanyak berada di daerah dataran rendah, yaitu sebanyak 67 orang (52,%).32 Hal ini
karena laki-laki mempunyai hormon testosteron yang dominan

dicurigai

mengakibatkan penurunan respon imun dan surviellance tumor sehingga laki-laki
lebih rentan terhadap karsinoma nasofaring.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porporsi penderita karsinoma
nasofaring lebih banyak dijumpai pada yang berpendidikan lain-lain sebanyak 49
orang (70,0%).Penderita

yang berpendidikan

lain-lain adalah

orang

yang

Universitas Sumatra Utara

39

berpendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan sekolah lanjutan tingkat
pertama(SLTP).Menurut penelitian Esha di Departemen Ilmu Kesehatan THTKL
FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Tahun 2006-2010. Dari penelitian
ini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penderita KNF yang terbanyak adalah tingkat
pendidikan rendah yaitu SD sebanyak 259 orang (52,5%). Kemudian diikuti oleh tingkat
pendidikan SMP, SMA, D3, dan STM.33. Hal ini karena pasien yang kurang berpendidikan
tidak mempunyai kedasaran pada kesehatan mereka.

Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porporsi penderita karsinoma
nasofaring dengan keluhan utama adalah benjolan di leher sebanyak 45 orang (64,3%)
diikuti dengan sakit kepala sebanyak 12 orang (17,1%).Frekuensi yang paling kurang
adalah hidung tersumbat sebanyak 5 orang (7,1%).Menurut penelitian Wulan di
RSUP Adam Malik Medan tahun 2011. Keluhan utama yang tertinggi adalah benjolan
dileher sebanyak 135 orang (89,4%) manakala distribusi frekuensi sakit kepala
sebanyak 60 orang (39,7%).34 Hal ini karena kebanyakan pasien mengalami
pebesaran kelenjar getah bening.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porposi penderita karsinoma
nasofaring dengan tipe histopatologi adalah karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
sebanyak 54 orang (77,1%).Menurut penelitan Yulin di RSUP dr. Kariadi Semarang.
(2011) menunjukkan bahwa kenaikan insiden karsinoma sel skuamosa berkeratin
berkaitan dengan peningkatan kebiasaan merokok sebanyak (75,0%). 32 Hal ini
disebabkan penderita karsinoma nasofaring mempunyai tabiat merokok.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porposi penderita karsinoma
nasofaring dengan jenis terapi yang dilakukan sering adalah terapi kemoterapi
sebanyak 52 orang (74,3%). Menurut Anti Cancer Society (2008) di Hong Kong,
dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dari 151 orang penderita KNF yang
melakukan kemoterapi sebanyak 84 orang (57,6%), radioterapi sebanyak 25 orang
(16,6)% sedangkan pasien yang mendapatkan terapi kemoradioterapi sebanyak 29
orang

(25,8%).

Pasien

yang

tidak

melakukan

kemoterapi,

radioterapi,

Universitas Sumatra Utara

40

kemoradioterapi secara berurutan sebanyak 64 orang (42,4%), 126 orang (83,4%),
112 orang (74,2%). KNF memiliki sensitivitas tinggi terhadap radiasi maupun
kemoterapi dibandingkan kanker kepala dan leher lainnya..36 Hal ini karena pasien
mendapatkan rencana kemoterapi terlebih awal supaya karsinomanya tidak metatasis.
Berdasarkan distribusi data dapat dilihat bahawa porposi penderita karsinoma
nasofaring dengan stadium karsinoma adalah stadium 3 sebanyak 44 orang (62,9%)
dan

diikuti dengan stadium 4 sebanyak 19 orang (27,1%).Menurut Ibrahim

penelitian di RSUP H.Adam Malik Medan dan RSU dr. Pirngadi Medan.(2008)
stadium terbanyak adalah III (58,4%), diikuti stadium IV (40,6%), stadium II

(1%)

dan tidak terdapat penderita dengan stadium I. 35 Hal ini karena pasien datang
merawat pada stadium lanjut.

Universitas Sumatra Utara

41

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai profil
karsinoma nasofaring di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2015 dengan 70
sampel dapat disimpulkan dibawah ini :

1. Angka kejadian karsinoma nasofaring dengan frekuensi tertinggi adalah usia
46-60 sebanyak 28 pasien (40,0%), dengan jenis kelamin terbanyak pada
laki-laki sebanyak 49 orang (70,0%) dan tingkat pendidikan SLTA dan SLTP
sebanyak sebanyak 49 orang (70,0%).
2. Angka kejadian karsinoma nasofaring dengan frekuensi tertinggi berdasarkan
stadium karsinom, adalah stadium 3 sebanyak 44 orang (62,9%).
3. Angka kejadian frekuensi tertinggi keluhan utama pada penderita karsinoma
nasofaring adalah benjolan di leher sebanyak 45 orang (64,3%).
4. Angka kejadian karsinoma nasofaring dengan frekuensi tertinggi histopatologi
adalah karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi dengan jumlah 54 orang (77,1%)
5. Angka kejadian karsinoma nasofaring umumya mendapat terapi kemoterapi
sebanyak 52 orang (74,3%) .

Universitas Sumatra Utara

42

6.2 Saran
Dari pengamatan selama melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran
yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.
Diantaranya :
1.

Diharapkan pula kepada penderita karsinoma nasofaring untuk melakukan
pemeriksaan dirinya lebih dini sebelum terjadi keganasan yang lebih berat

2.

Perlu dilakukan penyuluhan atau program untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai karsinoma nasofaring untuk memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai karsinoma nasofaring.

3.

Diharapkan agar data-data di rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dapat
dilengkapi dengan data yang sebanyak mungkin agar tidak timbul masalah di saat
pengambilan data yang disebabkan oleh rekam medis yang tidak lengkap.

4.

Berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan
penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel -variabel lainnya.

Universitas Sumatra Utara