Analisa Profil Kromatogram Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia memiliki kekayaan hayati yang beraneka ragam dan memiliki
manfaat bagi kehidupan. Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia
memungkinkan dapat ditemukannya berbagai jenis senyawa kimia. Beberapa
diantara senyawa kimia telah banyak ditemukan dapat membantu perkembangan
kimia organik bahan alam (Supratman, 2008). Kandungan senyawa kimia dalam
bahan alam tertentu dapat digunakan dalam bidang kesehatan. Pemanfaatan
tumbuhan sebagai sumber obat-obatan perlu dilakukan penelitian terhadap
kandungan zat berkhasiat. Berbagai tumbuhan dapat dijadikan sebagai sumber
obat dalam bidang kesehatan seperti kelompok sayur-sayuran, buah-buahan,
bumbu dapur dan bunga-bungaan serta tumbuhan liar (Gunawan dkk, 2008).
Salah satu bahan alam yang memiliki aktivitas farmakologi adalah daun
Afrika. Bagi sebagian masyarakat nama daun Afrika tentu agak asing. Hanya
golongan tertentu saja yang sudah kenal dan mengetahui tanaman ini dan
khasiatnya sebagai antidiabetes. Di Nigeria, Nwanjo dan Nwokoro (2004) telah
melakukan penelitian dan menyebutkan bahwa ekstrak air daun Afrika
menunjukkan aktivitas antidiabetes.
Hampir 90% obat-obatan memiliki unsur aktif dalam bentuk partikel
padat. Dalam perkembangan teknologi nano, maka dimungkinkan untuk
menghasilkan nanopartikel obat yang dapat dimanfaatkan dalam sediaan farmasi.
Nanoteknologi adalah teknologi yang mampu menyiapkan bahan aktif obat dalam
1
Universitas Sumatera Utara
partikel dengan ukuran nano (seperjuta meter) dengan ketepatan lebih kecil dari
satu mikrometer. Di Indonesia teknologi nanopartikel terutama untuk herbal
masih belum dikembangkan. Sementara itu, efektifitas suatu obat akan tercapai
setelah melalui proses LADME (Liberasi, Absorbsi, Distribusi, Metabolisme dan
Ekskresi). Bentuk dan ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efektifitas`obat, karena ukuran partikel sangat berpengaruh dalam
proses kelarutan, absorbsi dan distribusi obat (Prasetyorini, dkk., 2011).
Upaya pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber obat-obatan perlu
dilakukan penelitian terhadap kandungan zat berkhasiat. Penelitian terhadap
senyawa kimia yang terdapat pada suatu tumbuhan mempunyai aspek yang sangat
luas antara lain pemisahan senyawa kimia, biosintesis, penentuan kadar zat
berkhasiat dan pemeriksaan efek farmakologinya (Ketaren, 1985).
Analisis senyawa obat baik dalam ruahan (bulk), dalam sediaan farmasi,
maupun dalam cairan biologis dengan metode kromatografi dapat di titik balik
pada awal tahun 1920-an. Saat ini kromatografi merupakan metode utama yag
digunakan untuk analisis obat dalam Farmakope (Rohman, 2009). Kromatografi
adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik
pemisahan yang di dasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang
bisa berupa gas atau cair dan fasa diam yang juga bisa berupa cairan atau padatan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kandungan
senyawa yang terdapat dalam tumbuhan dalam bentuk nanopartikel, karena di
Indonesia teknologi pembuatan nanopartikel untuk tumbuhan herbal masih dalam
tahap pengembangan dan belum adanya penelitian yang meneliti kandungan
senyawa daun Afrika dalam bentuk nanopartikel. Daun Afrika dalam bentuk
2
Universitas Sumatera Utara
nanopartikel diharapkan memiliki kandungan senyawa terlarut yang lebih banyak
dibandingkan simplisia daun Afrika yang diekstrak dengan etanol.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah penelitian ini adalah:
a.
Bagaimana karakterisasi nano partikel dan serbuk simplisia dari daun
Afrika?
b.
Apakah terdapat perbedaan jumlah komponen pada ekstrak etanol nano
partikel dan ekstrak etanol serbuk simplisia daun Afrika yang diuji
dengan KLT?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, yang menjadi hipotesis adalah:
a. Hasil karakterisasi nanopartikel daun Afrika (NDA) memiliki ukuran dan
bentuk partikel berbeda dengan simplisia.
b. Terdapat perbedaan jumlah komponen pada ekstrak nano partikel dan
ekstrak serbuk simplisia daun Afrika yang diuji dengan KLT.
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui karakterisasi nano partikel dan serbuk simplisia daun
Afrika.
b. Untuk mengetahui perbedaan jumlah komponen pada ekstrak nano partikel
dan ekstrak serbuk simplisia daun Afrika yang diuji dengan KLT.
1.5 .Manfaat penelitian
3
Universitas Sumatera Utara
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi kepada masyarakat
tentang karakteristik simplisia, golongan senyawa kimia dan diuji dengan KLT
bahwa perbedaan ukuran partikel mempengaruhi jumlah komponen yang tersari.
1.6 Kerangka pikir penelitian
Kerangka
pikir
dari penelitian
ini
dapat dilihat pada Gambar 1.1
berikut:
Variabel Bebas
Serbuk
simplisia
daun Afrika
Variabel Terikat
Karakterisasi
Parameter
-
Serbuk
nanopartikel
daun Afrika
Makroskopik
Mikroskopik
PSA
SEM
Kadar larut air
Kadar sari larut air
Kadar sari larut
dalam etanol
Kadar abu total
Kadar abu tidak
larut asam
Skrining
Fitokimia
-
Alkaloid
Flavonoid
Glikosida
Saponin
Tanin
Steroid/Triterpenoid
Pengujian KLT
-
Jumlah Rf
Nilai Rf
Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian
4
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia memiliki kekayaan hayati yang beraneka ragam dan memiliki
manfaat bagi kehidupan. Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia
memungkinkan dapat ditemukannya berbagai jenis senyawa kimia. Beberapa
diantara senyawa kimia telah banyak ditemukan dapat membantu perkembangan
kimia organik bahan alam (Supratman, 2008). Kandungan senyawa kimia dalam
bahan alam tertentu dapat digunakan dalam bidang kesehatan. Pemanfaatan
tumbuhan sebagai sumber obat-obatan perlu dilakukan penelitian terhadap
kandungan zat berkhasiat. Berbagai tumbuhan dapat dijadikan sebagai sumber
obat dalam bidang kesehatan seperti kelompok sayur-sayuran, buah-buahan,
bumbu dapur dan bunga-bungaan serta tumbuhan liar (Gunawan dkk, 2008).
Salah satu bahan alam yang memiliki aktivitas farmakologi adalah daun
Afrika. Bagi sebagian masyarakat nama daun Afrika tentu agak asing. Hanya
golongan tertentu saja yang sudah kenal dan mengetahui tanaman ini dan
khasiatnya sebagai antidiabetes. Di Nigeria, Nwanjo dan Nwokoro (2004) telah
melakukan penelitian dan menyebutkan bahwa ekstrak air daun Afrika
menunjukkan aktivitas antidiabetes.
Hampir 90% obat-obatan memiliki unsur aktif dalam bentuk partikel
padat. Dalam perkembangan teknologi nano, maka dimungkinkan untuk
menghasilkan nanopartikel obat yang dapat dimanfaatkan dalam sediaan farmasi.
Nanoteknologi adalah teknologi yang mampu menyiapkan bahan aktif obat dalam
1
Universitas Sumatera Utara
partikel dengan ukuran nano (seperjuta meter) dengan ketepatan lebih kecil dari
satu mikrometer. Di Indonesia teknologi nanopartikel terutama untuk herbal
masih belum dikembangkan. Sementara itu, efektifitas suatu obat akan tercapai
setelah melalui proses LADME (Liberasi, Absorbsi, Distribusi, Metabolisme dan
Ekskresi). Bentuk dan ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efektifitas`obat, karena ukuran partikel sangat berpengaruh dalam
proses kelarutan, absorbsi dan distribusi obat (Prasetyorini, dkk., 2011).
Upaya pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber obat-obatan perlu
dilakukan penelitian terhadap kandungan zat berkhasiat. Penelitian terhadap
senyawa kimia yang terdapat pada suatu tumbuhan mempunyai aspek yang sangat
luas antara lain pemisahan senyawa kimia, biosintesis, penentuan kadar zat
berkhasiat dan pemeriksaan efek farmakologinya (Ketaren, 1985).
Analisis senyawa obat baik dalam ruahan (bulk), dalam sediaan farmasi,
maupun dalam cairan biologis dengan metode kromatografi dapat di titik balik
pada awal tahun 1920-an. Saat ini kromatografi merupakan metode utama yag
digunakan untuk analisis obat dalam Farmakope (Rohman, 2009). Kromatografi
adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik
pemisahan yang di dasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang
bisa berupa gas atau cair dan fasa diam yang juga bisa berupa cairan atau padatan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kandungan
senyawa yang terdapat dalam tumbuhan dalam bentuk nanopartikel, karena di
Indonesia teknologi pembuatan nanopartikel untuk tumbuhan herbal masih dalam
tahap pengembangan dan belum adanya penelitian yang meneliti kandungan
senyawa daun Afrika dalam bentuk nanopartikel. Daun Afrika dalam bentuk
2
Universitas Sumatera Utara
nanopartikel diharapkan memiliki kandungan senyawa terlarut yang lebih banyak
dibandingkan simplisia daun Afrika yang diekstrak dengan etanol.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah penelitian ini adalah:
a.
Bagaimana karakterisasi nano partikel dan serbuk simplisia dari daun
Afrika?
b.
Apakah terdapat perbedaan jumlah komponen pada ekstrak etanol nano
partikel dan ekstrak etanol serbuk simplisia daun Afrika yang diuji
dengan KLT?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, yang menjadi hipotesis adalah:
a. Hasil karakterisasi nanopartikel daun Afrika (NDA) memiliki ukuran dan
bentuk partikel berbeda dengan simplisia.
b. Terdapat perbedaan jumlah komponen pada ekstrak nano partikel dan
ekstrak serbuk simplisia daun Afrika yang diuji dengan KLT.
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui karakterisasi nano partikel dan serbuk simplisia daun
Afrika.
b. Untuk mengetahui perbedaan jumlah komponen pada ekstrak nano partikel
dan ekstrak serbuk simplisia daun Afrika yang diuji dengan KLT.
1.5 .Manfaat penelitian
3
Universitas Sumatera Utara
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi kepada masyarakat
tentang karakteristik simplisia, golongan senyawa kimia dan diuji dengan KLT
bahwa perbedaan ukuran partikel mempengaruhi jumlah komponen yang tersari.
1.6 Kerangka pikir penelitian
Kerangka
pikir
dari penelitian
ini
dapat dilihat pada Gambar 1.1
berikut:
Variabel Bebas
Serbuk
simplisia
daun Afrika
Variabel Terikat
Karakterisasi
Parameter
-
Serbuk
nanopartikel
daun Afrika
Makroskopik
Mikroskopik
PSA
SEM
Kadar larut air
Kadar sari larut air
Kadar sari larut
dalam etanol
Kadar abu total
Kadar abu tidak
larut asam
Skrining
Fitokimia
-
Alkaloid
Flavonoid
Glikosida
Saponin
Tanin
Steroid/Triterpenoid
Pengujian KLT
-
Jumlah Rf
Nilai Rf
Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian
4
Universitas Sumatera Utara