Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan K4 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas H.A.H. Hasan Di Kota Binjai Tahun 2015
31
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kunjungan K4
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan.Istilah kunjungan, tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang
dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau posyandu (Niken, 2009).
Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan. Istilah kunjungan tidakmengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang
datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang
dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di posyandu (Depkes RI, 2007).
Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi
kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I, minimal 1 kali pada triwulan
II, dan minimal 2 kali pada triwulan III. Ditingkat pelayanan dasar, pelayanan
perawatan kehamilan terdiri dari 3 aspek pokok yaitu :
1.
Aspek medis, yang meliputi diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara
dini, pemberian terapi dan intervensi sesuai dengan diagnosis.
10
32
2.
Penyuluh, komunikasi dan motivasi ibu hamil yang meliputi : penjagaan
kesehatan diri dan janinnya, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor resiko
yang dimiliki ibu serta pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
3.
Rujukan, yaitu ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ketempat pelayanan
yang mempunyai fasilitas lebih lengkap ibu hamil dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap trisemester, sedangkan
trisemseter terakhir adalah sebanyak dua kali (Manuaba, 2001).
Setiap ibu hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal :
1. Satu kali kunjungan selama trisemester pertama (sebelum 14 minggu)
2. Satu kali kunjungan selama trisemester kedua (antara 14-28 minggu)
3. Dua kali kunjungan selama trisemester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu 36)
Jelaskan kepada ibu hamil bahwa perlu diadakan pemeriksaan secara teratur,
makin
tua
usia
kehamilannya,
makin
cepat
pemeriksaan
harus
diulang
(Prawirohardjo, 2007). Pada setiap kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan
informasi yang sangat penting, seperti asuhan maternal (Standar Pelayanan
Kebidanan, 2001) :
1.
Kunjungan Trimester Pertama (sebelum minggu ke 14) Informasi penting :
a.
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu
hamil
33
b.
Mendeteksi masalah dan menanganinya
c.
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi
e.
Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan
sebagainya)
2.
Kunjungan Trimester Kedua (sebelum minggu ke 28)
Informasi penting sama seperti informasi pada kunjungan pertama, ditambah
kewaspadaan khusus mengenal preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala
preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui
proteinuria)
3.
Kunjungan Pertama Trimester Ketiga (1 kali antara 28-36 minggu)
Informasi penting sama seperti informasi trimester sebelumnya, ditambah
palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
4.
Kunjungan Kedua Trimester Ketiga (1 kali setelah 36 minggu)
Informasi penting
sama seperti informasi trimester sebelumnya, ditambah
deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan
kelahiran di rumah sakit.
34
Beberapa kemungkinan penyebab ibu tidak memeriksakan kehamilannya yaitu :
1.
Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu; karena hal itu hak suami atau
mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan
dan hanya mengandalkan cara-caratradisional.
2.
Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, tidak memungkinkan kerahasiaan, harus menunggu lama atau
perlakuan petugas yang kurang memuaskan. (petugas tidak melakukan asuhan
sayang ibu)
3.
Beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan kehamilannya, maka
ibu tidak melakukannya.
4.
Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan maupun
bagi bidan untuk mendatangi mereka.
5.
Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya.
6.
Takhyul atau keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada petugas
kesehatan.
7.
Ketidak percayaan dan ketidaksenangan pada tenaga kesehatan secara umum
beberapa anggota masyarakat tidak mempercayai semua petugas kesehatan
pemerintah.
8.
Ibu dan atau anggota keluarganya tidak mampu membayar atau tidak mempunyai
waktu untuk memeriksakan kehamilan.
35
2.2
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
Ibu
Hamil
dalam
Melakukan
2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan
oleh guru, orangtua, buku, dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2010)
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng (Friedman,
2005). Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan Antenatal Care(K1 dan K4)
dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil akan
memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan
kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada
petugas kesehatan. Jika pengetahuan ibu baik tentang persalinan, maka akan lebih
siap dalam menghadapi persalinan.
Hasil penelitian Salman (2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu hamil dengan K4 ibu hamil. Salman (2013) dalam
36
penelitiannya menyatakan rendahnya kunjungan K4 disebabkan masih kurangnya
informasi dan pengetahuan ibu hamil, bersalin, dan nifas tentang gejala kehamilan
dan jadwal pemeriksaan.
2.2.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kurniati menyatakan ada hubungan antara sikap dengan K4. Hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa sebagian ibu hamil mempunyai sikap yang positif
mengenai K4, tetapi untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan menemui
banyak hambatan seperti jarak ke fasilitas kesehatan cukup jauh, kurangnya
dukungan dari keluarga terutama suami, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat dan
sistem nilai masyarakat juga menghambat ibu untuk periksa hamil.
2.2.3 Pendidikan
Menurut Sufarlan (2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan
pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan
kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang
direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam
sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah
ditentukan. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan
perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena manfaat
pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya
37
Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya
suatu penyuluhan kesehatan terhadap ibu karena kurang menyadari pentingnya
informasi-informasi tentang kesehatan khususnya kesehatan pada saat ibu hamil, baik
menyangkut kebersihan dan makanan bergizi. Pendidikan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, karena dapat membuat seseorang
untuk lebih mudah menerima ide-ide atau teknologi (Manuaba, 2001)
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi
keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih
baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai
hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan
berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari
pendidikan kesehatan.
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang
berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang
yang berpendidikan akan lebih mudah memerima gagasan baru. Demikian halnya
dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara
teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya
(Rohan dan Siyoto, 2013).
38
Hasil penelitian Kasim (2007) menyatakan hubungan yang bermakna antara
pendidikan terhadap rendahnya angka cakupan K4 di Desa Sukarame Kecamatan
Sukanagara Kabupaten Cianjur.
2.2.4 Umur
Umur (usia) adalah masa individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam 2001). Dengan
bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik
sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan
pentingnya pemeriksaan kehamilan. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35 tahun, dibawah
dan
diatas
usia
tersebut
akan
meningkatkan
resiko
kehamilan
maupun
persalinan.Masalah yang masih banyak dijumpai pada kehamilan dan persalinan
adalah status biologis wanita yang meliputi perkawinan usia muda kurang dari 20
tahun dan banyaknya wanita hamil pada usia 35 tahun (Manuaba, 2001).
Kehamilan yang terjadi pada wanita dibawah 20 tahun merupakan kehamilan
yang banyak menghadapi risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan dini
dan banyak yang memiliki pengetahuan yang terbatas atau kurang percaya diri untuk
mengakses system pelayanan kesehatan yang mengakibatkan kunjungan pelayanan
antenatal yang terbatas yang berperan penting terhadap terjadinya komplikasi,
39
sehingga pada kelompok usia ini diperlukan motivasi untuk memeriksakan kehamilan
secara teratur (Waspodo, 2007).
Kehamilan pada umur 20-34 tahun memiliki resiko yang lebih rendah
terhadap kesakitan dan kematian selama proses kehamilan dan persalinan daripada
kelompok umur dibawah 20 tahun atau di atas dan berkisar 35 tahun (BKKBN,
2013). Risiko yang lebih rendah terhadap kesakitan dan kematian selama kehamilan
dan persalinan bisa menyebabkan kurangnya keinginan ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya ke tempat pelayanan pemeriksaan kehamilan.
Kelompok umur 2004 tahun termasuk kelompok umur dewasa muda. Hasil penelitian
Pangemanan (2014) menyatakan terdapat hubungan antara karakteristik ibu hamil
(umur) dengan pemanfaatan kesehatan K4.
2.2.5 Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, tingkat ekonomi
keluarga rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan,
masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah ibu hamil
kekurangan energi dan protein (KEK) hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga
untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama
kehamilan
Menurut penelitian Pribadi (2008) meskipun faktor ekonomi bukan penentu
utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap saran tenaga kesehatan, namun
kemampuan seseorang untuk membeli obat dari kantong sendiri sedikit banyak
mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga kesehatan. Biaya pembelian
40
obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan ekonominya, cenderung
tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan. Walaupun obat yang
gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang khasiatnya.
Hasil penelitian Kasim (2007) menyatakan hubungan yang bermakna antara
ekonomi terhadap rendahnya angka cakupan K4 di Desa Sukarame Kecamatan
Sukanagara Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian Astuti (2014) menyatakan ada
hubungan status ekonomi pengetahuan ibu dengan kunjungan K4.
2.2.6 Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat
yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena
transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil(Depkes RI, 2008). Teori
Andersen dan Newman (2005) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa
aksesibilitas merupakan komponen pendukung yang menyebabkan masyarakat
menggunakan pelayanan kesehatan.Penelitian Adri (2008) juga menemukan bahwa
ada pengaruh antara faktor geografis (jarak, waktu tempuh, dan sarana transportasi)
terhadap K4.
2.2.7 Dukungan Suami dan Keluarga
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam lingkungan
keluarga dan budaya yang kompleks atau bermacam-macam. Pada kenyataanya
peranan suami dan keluarga sangat besar bagi ibu hamil dalam mendukung perilaku
41
atau tindakan ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Teori Snehendu
B. Kar (Notoatmodjo, 2010) menyimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang
ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya dukungan masyarakat sekitarnya (social
support).
Dukungan keluarga terhadap ibu hamil ditunjukkan dengan selalu
mengingatkan jadwal pemeriksaan kehamilan, mengantar ibu untuk memeriksakan
kandungannya, mengingatkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi dan tablet Fe,
serta menyiapkan biaya bagi ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya.
Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya
sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau
petugas kesehatan.
2.2.8 Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu
orang. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga
termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu
yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia
sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya
(Wiknjosastro, 2005).
Menurut Wiknjosastro (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka
makin kurang baik endometriumnya. Hal ini diakibatkan oleh vaskularisasi yang
42
berkurang ataupun perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa. Murniati (2007)
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan
frekuensi pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian Salman (2013) menyatakan
terdapat hubungan antara paritas dengan rendahnya K4 ibu hamil.
2.2.9 Interval Kelahiran
Interval kelahiran adalah jarak kehamilan yang pertama dengan kehamilan
berikutnya (Depkes R1, 2007). Jarak kehamilan >2 tahun merupakan jarak kehamilan
yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal jika ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan. Interval kelahiran merupakan prediktor pada pemanfaatan
pelayanan K4. Hasil penelitian Burhaeni (2013) menyatakan variabel paritas pada ibu
hamil dengan interval kelahiran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kunjungan K4
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan.Istilah kunjungan, tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang
dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau posyandu (Niken, 2009).
Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan. Istilah kunjungan tidakmengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang
datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang
dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di posyandu (Depkes RI, 2007).
Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi
kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I, minimal 1 kali pada triwulan
II, dan minimal 2 kali pada triwulan III. Ditingkat pelayanan dasar, pelayanan
perawatan kehamilan terdiri dari 3 aspek pokok yaitu :
1.
Aspek medis, yang meliputi diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara
dini, pemberian terapi dan intervensi sesuai dengan diagnosis.
10
32
2.
Penyuluh, komunikasi dan motivasi ibu hamil yang meliputi : penjagaan
kesehatan diri dan janinnya, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor resiko
yang dimiliki ibu serta pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
3.
Rujukan, yaitu ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ketempat pelayanan
yang mempunyai fasilitas lebih lengkap ibu hamil dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap trisemester, sedangkan
trisemseter terakhir adalah sebanyak dua kali (Manuaba, 2001).
Setiap ibu hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal :
1. Satu kali kunjungan selama trisemester pertama (sebelum 14 minggu)
2. Satu kali kunjungan selama trisemester kedua (antara 14-28 minggu)
3. Dua kali kunjungan selama trisemester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu 36)
Jelaskan kepada ibu hamil bahwa perlu diadakan pemeriksaan secara teratur,
makin
tua
usia
kehamilannya,
makin
cepat
pemeriksaan
harus
diulang
(Prawirohardjo, 2007). Pada setiap kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan
informasi yang sangat penting, seperti asuhan maternal (Standar Pelayanan
Kebidanan, 2001) :
1.
Kunjungan Trimester Pertama (sebelum minggu ke 14) Informasi penting :
a.
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu
hamil
33
b.
Mendeteksi masalah dan menanganinya
c.
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi
e.
Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan
sebagainya)
2.
Kunjungan Trimester Kedua (sebelum minggu ke 28)
Informasi penting sama seperti informasi pada kunjungan pertama, ditambah
kewaspadaan khusus mengenal preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala
preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui
proteinuria)
3.
Kunjungan Pertama Trimester Ketiga (1 kali antara 28-36 minggu)
Informasi penting sama seperti informasi trimester sebelumnya, ditambah
palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
4.
Kunjungan Kedua Trimester Ketiga (1 kali setelah 36 minggu)
Informasi penting
sama seperti informasi trimester sebelumnya, ditambah
deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan
kelahiran di rumah sakit.
34
Beberapa kemungkinan penyebab ibu tidak memeriksakan kehamilannya yaitu :
1.
Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu; karena hal itu hak suami atau
mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan
dan hanya mengandalkan cara-caratradisional.
2.
Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, tidak memungkinkan kerahasiaan, harus menunggu lama atau
perlakuan petugas yang kurang memuaskan. (petugas tidak melakukan asuhan
sayang ibu)
3.
Beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan kehamilannya, maka
ibu tidak melakukannya.
4.
Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan maupun
bagi bidan untuk mendatangi mereka.
5.
Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya.
6.
Takhyul atau keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada petugas
kesehatan.
7.
Ketidak percayaan dan ketidaksenangan pada tenaga kesehatan secara umum
beberapa anggota masyarakat tidak mempercayai semua petugas kesehatan
pemerintah.
8.
Ibu dan atau anggota keluarganya tidak mampu membayar atau tidak mempunyai
waktu untuk memeriksakan kehamilan.
35
2.2
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
Ibu
Hamil
dalam
Melakukan
2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan
oleh guru, orangtua, buku, dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2010)
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng (Friedman,
2005). Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan Antenatal Care(K1 dan K4)
dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil akan
memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan
kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada
petugas kesehatan. Jika pengetahuan ibu baik tentang persalinan, maka akan lebih
siap dalam menghadapi persalinan.
Hasil penelitian Salman (2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu hamil dengan K4 ibu hamil. Salman (2013) dalam
36
penelitiannya menyatakan rendahnya kunjungan K4 disebabkan masih kurangnya
informasi dan pengetahuan ibu hamil, bersalin, dan nifas tentang gejala kehamilan
dan jadwal pemeriksaan.
2.2.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kurniati menyatakan ada hubungan antara sikap dengan K4. Hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa sebagian ibu hamil mempunyai sikap yang positif
mengenai K4, tetapi untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan menemui
banyak hambatan seperti jarak ke fasilitas kesehatan cukup jauh, kurangnya
dukungan dari keluarga terutama suami, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat dan
sistem nilai masyarakat juga menghambat ibu untuk periksa hamil.
2.2.3 Pendidikan
Menurut Sufarlan (2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan
pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan
kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang
direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam
sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah
ditentukan. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan
perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena manfaat
pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya
37
Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya
suatu penyuluhan kesehatan terhadap ibu karena kurang menyadari pentingnya
informasi-informasi tentang kesehatan khususnya kesehatan pada saat ibu hamil, baik
menyangkut kebersihan dan makanan bergizi. Pendidikan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, karena dapat membuat seseorang
untuk lebih mudah menerima ide-ide atau teknologi (Manuaba, 2001)
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi
keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih
baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai
hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan
berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari
pendidikan kesehatan.
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang
berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang
yang berpendidikan akan lebih mudah memerima gagasan baru. Demikian halnya
dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara
teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya
(Rohan dan Siyoto, 2013).
38
Hasil penelitian Kasim (2007) menyatakan hubungan yang bermakna antara
pendidikan terhadap rendahnya angka cakupan K4 di Desa Sukarame Kecamatan
Sukanagara Kabupaten Cianjur.
2.2.4 Umur
Umur (usia) adalah masa individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam 2001). Dengan
bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik
sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan
pentingnya pemeriksaan kehamilan. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35 tahun, dibawah
dan
diatas
usia
tersebut
akan
meningkatkan
resiko
kehamilan
maupun
persalinan.Masalah yang masih banyak dijumpai pada kehamilan dan persalinan
adalah status biologis wanita yang meliputi perkawinan usia muda kurang dari 20
tahun dan banyaknya wanita hamil pada usia 35 tahun (Manuaba, 2001).
Kehamilan yang terjadi pada wanita dibawah 20 tahun merupakan kehamilan
yang banyak menghadapi risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan dini
dan banyak yang memiliki pengetahuan yang terbatas atau kurang percaya diri untuk
mengakses system pelayanan kesehatan yang mengakibatkan kunjungan pelayanan
antenatal yang terbatas yang berperan penting terhadap terjadinya komplikasi,
39
sehingga pada kelompok usia ini diperlukan motivasi untuk memeriksakan kehamilan
secara teratur (Waspodo, 2007).
Kehamilan pada umur 20-34 tahun memiliki resiko yang lebih rendah
terhadap kesakitan dan kematian selama proses kehamilan dan persalinan daripada
kelompok umur dibawah 20 tahun atau di atas dan berkisar 35 tahun (BKKBN,
2013). Risiko yang lebih rendah terhadap kesakitan dan kematian selama kehamilan
dan persalinan bisa menyebabkan kurangnya keinginan ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya ke tempat pelayanan pemeriksaan kehamilan.
Kelompok umur 2004 tahun termasuk kelompok umur dewasa muda. Hasil penelitian
Pangemanan (2014) menyatakan terdapat hubungan antara karakteristik ibu hamil
(umur) dengan pemanfaatan kesehatan K4.
2.2.5 Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, tingkat ekonomi
keluarga rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan,
masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah ibu hamil
kekurangan energi dan protein (KEK) hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga
untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama
kehamilan
Menurut penelitian Pribadi (2008) meskipun faktor ekonomi bukan penentu
utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap saran tenaga kesehatan, namun
kemampuan seseorang untuk membeli obat dari kantong sendiri sedikit banyak
mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga kesehatan. Biaya pembelian
40
obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan ekonominya, cenderung
tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan. Walaupun obat yang
gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang khasiatnya.
Hasil penelitian Kasim (2007) menyatakan hubungan yang bermakna antara
ekonomi terhadap rendahnya angka cakupan K4 di Desa Sukarame Kecamatan
Sukanagara Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian Astuti (2014) menyatakan ada
hubungan status ekonomi pengetahuan ibu dengan kunjungan K4.
2.2.6 Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat
yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena
transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil(Depkes RI, 2008). Teori
Andersen dan Newman (2005) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa
aksesibilitas merupakan komponen pendukung yang menyebabkan masyarakat
menggunakan pelayanan kesehatan.Penelitian Adri (2008) juga menemukan bahwa
ada pengaruh antara faktor geografis (jarak, waktu tempuh, dan sarana transportasi)
terhadap K4.
2.2.7 Dukungan Suami dan Keluarga
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam lingkungan
keluarga dan budaya yang kompleks atau bermacam-macam. Pada kenyataanya
peranan suami dan keluarga sangat besar bagi ibu hamil dalam mendukung perilaku
41
atau tindakan ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Teori Snehendu
B. Kar (Notoatmodjo, 2010) menyimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang
ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya dukungan masyarakat sekitarnya (social
support).
Dukungan keluarga terhadap ibu hamil ditunjukkan dengan selalu
mengingatkan jadwal pemeriksaan kehamilan, mengantar ibu untuk memeriksakan
kandungannya, mengingatkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi dan tablet Fe,
serta menyiapkan biaya bagi ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya.
Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya
sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau
petugas kesehatan.
2.2.8 Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu
orang. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga
termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu
yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia
sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya
(Wiknjosastro, 2005).
Menurut Wiknjosastro (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka
makin kurang baik endometriumnya. Hal ini diakibatkan oleh vaskularisasi yang
42
berkurang ataupun perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa. Murniati (2007)
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan
frekuensi pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian Salman (2013) menyatakan
terdapat hubungan antara paritas dengan rendahnya K4 ibu hamil.
2.2.9 Interval Kelahiran
Interval kelahiran adalah jarak kehamilan yang pertama dengan kehamilan
berikutnya (Depkes R1, 2007). Jarak kehamilan >2 tahun merupakan jarak kehamilan
yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal jika ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan. Interval kelahiran merupakan prediktor pada pemanfaatan
pelayanan K4. Hasil penelitian Burhaeni (2013) menyatakan variabel paritas pada ibu
hamil dengan interval kelahiran