Kajian Hukum Hak Pencipta Atas Lagu Ciptaan Yang Telah Diperjanjikan Pada Pihak Perusahaan Rekaman (Putusan Mahkamah Agung 254k Pdtsus 2009)

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak cipta sebagai satu bagian dalam bidang Hak atas Kekayaan Intelektual
(HaKI) merupakan hak yang sangat pribadi atau eksklusif bagi pencipta atau
pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal
1 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang telah diganti
dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 yang disahkan di Jakarta dan mulai
berlaku pada tanggal 16 Oktober 2014 berikut penjelasannya yang termuat di dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5599 yang mengakibatkan
dicabutnya keberlakuan Undang-Undang Hak Cipta yang lama yakni UndangUndang No. 19 Tahun 2002 menyebutkan bahwa, “Hak cipta adalah hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Salah satu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta berdasarkan Pasal 12 huruf
d Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah ciptaan lagu atau
musik. Karya lagu atau musik adalah ciptaan utuh yang terdiri dari unsur lagu atau

melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya, dalam arti bahwa lagu

1

2

atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta.1 Pencipta musik/lagu atau
lagu adalah seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan musik atau lagu berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang
khas dan bersifat pribadi yang dalam istilah lain dikenal sebagai komposer. 2
Seorang pencipta musik/lagu memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya ataupun memberikan ijin kepada pihak lain
untuk melakukan hal tersebut. Itu berarti bahwa seseorang atau suatu pihak
yang memiliki keinginan untuk menggunakan karya cipta (lagu) milik orang
lain, maka ia harus terlebih dahulu meminta ijin dari si pencipta musik/lagu
atau orang-orang yang memegang hak cipta atas lagu tersebut. Hal ini dimuat
di dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta yang menyebutkan bahwa, “Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi
pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaanya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku”.3
Dalam kenyataannya perlindungan terhadap hak cipta atas musik/lagu masih
merupakan suatu permasalahan yang serius karena masih banyak terjadi
pengumuman hasil ciptaan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan merugikan pencipta musik/lagu di Indonesia. Pelanggaran dibidang hak cipta
musik/lagu diantaranya adalah pembajakan musik/lagu, penjualan kaset/DVD karya
cipta musik/lagu bajakan, melakukan pemalsuan terhadap kaset/DVD karya cipta
musik/lagu sehingga seolah-olah kelihatan asli namun palsu. Pengumuman hasil

1
Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual,
Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung, 2006, hal 6
2
Hendra Tanu Admadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, Pascasarjana UI, Jakarta, 2003, hal. 55
3
Sudjatmiko, Bagus, Pengantar Ethnomusikologi I, Citra Utama Grafindo, Jakarta, 1997, hal
5.


3

ciptaan musik/lagu dilakukan oleh para pihak dengan maksud untuk memperoleh
keuntungan (bersifat bisnis) tanpa memperoleh ijin dari pencipta musik/lagu/lagu itu
sendiri.4 Oleh karena itu pencipta musik/lagu atau musik tidak memperoleh royalti
atas hasil ciptaanya tersebut yang seharusnya ia terima setiap kali terjadi
pengumuman hasil ciptaannya tersebut. Pelanggaran terhadap hasil ciptaan musik /
lagu sering terjadi di tempat karaoke, diskotik, restauran, kafe termasuk pada
perusahaan rekaman yang merekam ulang musik / lagu ciptaan dari pencipta
musik/lagu tanpa memperoleh ijin resmi dari penciptanya. Hal ini jelas menimbulkan
kerugian dari pencipta musik/lagu tersebut.
Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
menyebutkan bahwa, “Pencipta musik/lagu berhak mengajukan gugatan ganti rugi
kepada orang yang melanggar hak cipta”. Dalam kenyataan banyak didapati kasus
dimana pihak perusahaan rekaman akhirnya digugat oleh pencipta musik/lagu.
Misalnya Group Bimbo yang menggugat mantan perusahaannya (Eugene Timothy)
dan perusahaan yang dimilikinya (PT.Remaco), yaitu perusahaan yang mencipta
karya cipta Bimbo. Gugatan Bimbo menyangkut mengenai pembayaran royalti,
penggandaan rekaman serta peredaran cover album mereka yang dilakukan
perusahaannya dan PT.Remaco tanpa seizin Bimbo. Majelis hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan akhirnya memutuskan bahwa Bimbo bersalah telah melakukan Pasal
1372 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum berupa pencemaran nama baik

4

Soekanto Soerjono, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Kadja
Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 67

4

/ penghinaan kepada mantan perusahaannya, selanjutnya menghukum Bimbo
membayar ganti rugi sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) kepada
perusahaannya dan PT.Remaco.5
Keadaan demikian menunjukkan bahwa perlindungan hukum masih jauh dari
harapan pencipta musik/lagu dan lagu di Indonesia. Putusan hakim juga tidak
berlandaskan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana
yang dijadikan landasan gugatan Bimbo selaku Pengugat. Pada tahap inilah
perlindungan hukum disertai dengan kepastian hukum diperlukan oleh pencipta
musik/lagu dan lagu dan setelah disahkannya undang-undang hak baru, semoga akan
memberikan kepastian hukum yang lebih lagi kepada para seniman di Indonesia.

Masalah penegakan hukum dan masih kurangnya pemahaman terhadap hak
cipta juga diutarakan Hendry Soelistyo Budi, sebagai berikut:6
“Kurangnya pemahaman masyarakat dan aparat penegak hukum mengenai (arti
dan fungsi), perlu kerja keras semua pihak baik pemerintah, aparat penegak
hukum, masyarakat maupun para pencipta sendiri, untuk memperbaikinya.
Adanya kelemahan dari segi pelaksanaan (enforcement), sampai saat ini masih
relevan untuk dipersoalkan.”
Kasus lain yang terjadi adalah gugatan yang diajukan oleh pencipta
musik/lagu “Hilang” dan “Tiada Lagi” yang pernah dinyanyikan oleh penyanyi
Mayangsari yaitu Kohar Kahler terhadap perusahaan rekaman EMI Record Indonesia
atas di produksi ulangnya lagu “Hilang” dan “Tiada Lagi” tersebut oleh EMI Record
secara berulang-ulang tanpa memperoleh ijin dari pencipta musik/lagu tersebut yaitu
5

Putusan Perdata No. 164/PDT. G/1999/PN. Jak.Sel Tanggal 30 Maret 1999.
Harsono Adisumarno, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, Rajawali Press, Jakarta,
1981, hal 34.
6

5


Kohar Kahler. Gugatan diajukan ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan
No.62/Hak Cipta/2008/PN Niaga.Jkt.Pst. Oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
gugatan Kohar Kahler tersebut dikalahkan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
kemudian ia melakukan banding ke Mahkamah Agung dengan putusan nomor
254K/Pdt.Sus/2009. Mahkamah Agung menguatkan Putusan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat dengan menganggap EMI Record tidak melakukan pelanggaran
terhadap hak cipta atas lagu “Hilang” dan “Tiada Lagi” tersebut. Kemudian Kohar
Kahler mengajukan peninjauan kembali di Mahkamah Agung dengan putusan nomor
192PK/Pdt.Sus/2010 yang pada akhirnya memenangkan Kohar Kahler dan
menyatakan pihak EMI Record sebagai pihak yang bersalah dan harus membayar
ganti rugi atas tindakan melawan hukum terhadap memperbanyak lagu ciptaan Kohar
Kahler yang berjudul “Hilang” dan “Tiada Lagi” tersebut.7
Perkembangan hak cipta di Indonesia yang begitu pesat yang mengakibatkan
banyaknya terjadi pelanggaran hukum di bidang hak cipta tersebut mengakibatkan
pemerintah bersama-sama dengan DPR RI mengeluarkan suatu undang-undang baru
di bidang hak cipta yakni Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 yang disahkan di
Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal 16 Oktober 2014 berikut penjelasannya yang
termuat di dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5599 yang
mengakibatkan dicabutnya keberlakuan Undang-Undang Hak Cipta yang lama yakni

Undang-Undang No. 19 Tahun 2002. Dengan demikian pada saat tulisan ini dibuat

7

Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 2005, hal 6.

6

Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku adalah Undang-Undang No. 28 Tahun
2014, namun karena penelitian ini berkaitan dengan studi Putusan Mahkamah Agung
No. 254K/PDTSUS/2009 dalam perkara gugatan ganti rugi yang diajukan oleh
pencipta musik/lagu dengan judul “Hilang” dan “Tiada Lagi” yang pernah
dinyanyikan oleh penyanyi Mayangsari yaitu Kohar Kahler terhadap perusahaan
rekaman EMI Record Indonesia, dimana ketentuan yang digunakan dalam perkara
tersebut oleh pengadilan masih menggunakan Undang-Undang Hak Cipta yang lama
yaitu Undang-Undang No. 19 Tahun 2002. Oleh karena itu dalam penelitian ini
pembahasan tentang hak cipta masih menggunakan Undang-Undang No. 19 Tahun
2002 sesuai dengan perkara tersebut, tetapi penelitian ini juga akan membahas cara
sepintas tentang Undang-Undang Hak Cipta yang baru yakni Undang-Undang No. 28

Tahun 2014 sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini.
Berdasarkan uraian tersebut di atas yang menjadi inti permasalahan dari
penelitian ini adalah mengenai perlindungan hukum yang terhadap pencipta
musik/lagu dan hasil ciptaannya yang diberikan melalui putusan pengadilan
(Mahkamah Agung) sebagai benteng terakhir keadilan dalam kaitannya dengan
penggunaan pengumuman musik / lagu ciptaan tersebut oleh perusahaan rekaman
dengan melawan hukum tanpa ijin dari penciptanya, yang akan dibahas lebih lanjut
pada bagian selanjutnya pada penelitian ini. Judul dari penelitian ini adalah “Tinjauan
Yuridis Hak Pencipta Atas Lagu Ciptaan Yang Telah Diperjanjikan Pada Pihak
Perusahaan Rekaman (Putusan Mahkamah Agung No. 254K/PDTSUS/2009).”

7

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan
pokok permasalahan penelitian sebagai berikut :
1.

Bagaimana perlindungan hukum terhadap pencipta dan lagu ciptaan dari
perbuatan melawan hukum produser rekaman suara dalam pelaksanaan

perjanjian lisensi berdasarkan undang-undang hak cipta?

2.

Bagaimana penerapan Undang-Undang Hak Cipta dalam Putusan Mahkamah
Agung RI No. 254K/PDTSUS/2009 antara Kohar Kahler dengan perusahaan
rekaman EMI Record?

3.

Bagaimana upaya pemerintah untuk memberikan perlindungan hukum terhadap
pencipta dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh produser rekaman
suara?

C. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh UndangUndang Hak Cipta terhadap pencipta lagu dari perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh produser rekaman suara dalam pelaksanaan perjanjian lisensi
2. Untuk mengetahui penerapan Undang-Undang Hak Cipta dalam Putusan

Mahkamah Agung RI No. 254K/PDTSUS/2009 antara Kohar Kahler dengan
perusahaan rekaman EMI Record

8

3. Untuk mengetahui upaya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap
pencipta dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh produser rekaman
suara.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu
sumbangan pemikiran dalam ilmu pada umumnya Hak Kekayaan Intelektual
(HKI), khususnya bidang hak cipta yang menyangkut hak pencipta musik/lagu
terhadap lagu yang diperjanjikan dengan perusahaan rekaman.

2.


Secara praktis, bahwa penelitian ini adalah sumbangan pemikiran bagi ilmu
pengetahuan bagi para pencipta musik/lagu, para seniman, dan perusahaan
rekaman.

E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas
Sumatera Utara, penelitian mengenai “Tinjauan Yuridis Hak Pencipta Atas Lagu
Ciptaan Yang Telah Diperjanjikan Pada Pihak Perusahaan Rekaman (Putusan
Mahkamah Agung 254K/PDTSUS/2009)” belum pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini asli adanya dan secara akademis dapat
dipertanggungjawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti pendahulu yang pernah
melakukan penelitian mengenai hak pencipta musik/lagu atau lagu yang diperjanjikan
dengan perusahaan rekaman, namun secara judul dan substansi pokok permasalahan

9

yang dibahas sangat jauh berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian tesis yang
berkaitan dengan pelaksanaan hak pencipta musik/lagu terhadap lagu yang
diperjanjikan dengan perusahaan rekaman yang pernah dilakukan, yaitu :
1.

Dwi Astuti, (NIM. 057011016/M.Kn), dengan judul “ Perjanjian Lisensi Hak
Cipta Musik Dalam Pembuatan Rekaman”, permasalahan yang diteliti adalah :
a.

Bagaimana pelaksanaan perjanjian lisensi hak cipta musik dalam UndangUndang Hak Cipta Indonesia dan Konvensi Internasional?

b.

Masalah apa yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian lisensi hak cipta
musik dalam pembuatan rekaman?

c.

Bagaimana prospek perjanjian lisensi hak cipta musik dalam pembuatan
rekamanan yang akan datang?

2.

Mirvan Samekto, (NIM. 067011060/M.Kn), dengan judul “Perlindungan Atas
Hak Perusahaan Rekaman Suara dan Pemegang Hak Cipta (Penelitian pada
Sarana Hiburan di Kota Medan)”, permasalahan yang diteliti adalah :
a.

Bagaimana prosedur dan tata cara untuk mendapatkan hak pada lagu atau
karya rekaman suara yang telah didaftar hak ciptanya?

b.

Bagaimana cara yang dilakukan oleh pengusaha hiburan di kota Medan
untuk mendapatkan ijin mengumumkan hasil karya rekaman lagu atau musik?

c.

Bagiamana perlindungan atas hak perusahaan rekaman suara dan pemegang
hak cipta?

10

3.

Lasmauli Sylvia Riolina, (NIM. 037011012/M.Kn)”Perlindungan Hak Bagi
Pencipta musik/lagu Ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta”, permasalahan
yang diteliti adalah :
a.

Bagaimana bentuk pengaturan mengenai perlindungan hak pencipta
musik/lagu di Indonesia?

b.

Bagaiamana bentuk pelanggaran hak pencipta musik/lagu di Indonesia?

c.

Bagaimana pelaksanaan penegakan hak atas pelanggaran hak pencipta
musik/lagu di Indonesia?

d.

Bagaiamana usaha mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta?
Berdasarkan karya-karya ilmiah yang telah disebutkan di atas tidak satupun

penelitian tersebut yang sama dengan penelitian ini baik dari segi judul maupun dari
segi subtansi permasalahan yang di bahas. Oleh karena itu penelitian ini secara
akademis dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses

tertentu, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang
dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Fungsi teori dalam penelitian tesis adalah
untuk memberikan arahan dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati.8 Teori
hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari hukum positif,

8

W. Friedman, Teori dan Filsafat Umum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal 2.

11

setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan
kehadiran teori hukum secara jelas.9
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan
hukum dari Philipus M. Hadjon yang menyatakan bahwa negara Indonesia sebagai
negara hukum harus memberikan perlindungan hukum kepada seluruh rakyat
Indonesia secara adil dengan berlandaskan kepada pancasila sebagai idiologi dan
falsafah negara sehingga tercipta suatu ketertiban hukum dan ketaatan terhadap
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku sehingga, tidak terjadi pelanggaranpelanggaran hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
sehingga merugikan kepentingan atau hak-hak pihak lain. Perlindungan hukum
terhadap pencipta Musik/Lagu dan hasil ciptaannya, termasuk di dalam perlindungan
hukum yang dinyatakan oleh Philipus M. Hadjon. Perlindungan hukum tersebut
yaitu suatu perlindungan yang diberikan oleh perangkat hukum di bidang hak cipta
atas musik / lagu baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis yang diberikan terhadap subjek hukum yaitu
pencipta musik/lagu dan hasil ciptaannya dengan tujuan memberikan suatu ketertiban
dan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan dalam kaitannya
dengan penggunaan / pengumuman hasil ciptaan musik / lagu yang digunakan untuk
kepentingan bisnis.10

9

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Adtya Bakti, Bandung, 1991, hal 253.
Oltje Salman, Teori Hukum (Suatu Pencarian/Penelahan), Renada Media, Jakarta 2007. hal.

10

19

12

Pencipta musik/lagu memiliki hak eksklusif dan hak ekonomi yang harus
dilindungi oleh undang-undang dari tindakan-tindakan para pihak yang melawan
hukum untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan merugikan pencipta
musik/lagu. Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta menyatakan bahwa, “Hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik
seluruhnya atau sebagian karena pewarisan, hiba, wasiat, perjanjian tertulis atau
sebab-sebab yang dibenarkan menurut undang-undang”. Dari ketentuan Pasal 3 ayat
(2) tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pengalihan hak cipta hanya dapat
dilakukan seluruhnya atau sebagian oleh karena adanya pewarisan hibah wasiat,
perjanjian tertulis atau sebab-sebab yang dibenarkan menurut undang-undang. Oleh
karena itu setiap pihak yang mengumumkan suatu hasil ciptaan terhadap musik / lagu
wajib memperoleh ijin dari pencipta Musik/Lagu dan apabila musik / lagu tersebut
akan direkam pada perusahaan rekaman maka pada umumnya dilakukan melalui
suatu perjanjian tertulis antara pencipta musik/lagu dan pemilik perusahaan rekaman.
Di dalam perjanjian tertulis yang dilakukan antara pencipta musik/lagu dan
pemilik perusahaan rekaman tentunya memuat hak dan kewajiban para pihak yang
seimbang dan dilaksanakan melalui suatu itikad baik untuk sama-sama saling
menguntungkan dalam pelaksanaan perjanjian tersebut.11
Menurut Pasal 1338 KUH Perdata menyebutkan bahwa, “Semua persetujuan
yang dibuat sesuai undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan
11

M.Solly Lubis, Ilmu Negara, Mandar Maju, Bandung, 2002, hal 27-28.

13

kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.
Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.”
Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata tersebut di atas
dapat dikatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berdasarkan undangundang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan
demikian perjanjian antara pencipta Musik/Lagu dan pemilik perusahaan rekaman
tersebut harus dipatuhi dan ditaati sebagai undang-undang baik oleh pencipta
Musik/Lagu maupun oleh pemilik perusahaan rekaman.

12

Perbuatan pemilik

perusahaan rekaman yang tidak mematuhi perjanjian lisensi hak cipta atas musik /
lagu yang melakukan reproduksi hasil ciptaan tanpa ijin dari pencipta musik/lagu
merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang harus dikenakan sanksi yang tegas
dalam upaya melakukan penegakan hukum terhadap perjanjian lisensi hak cipta atas
musik / lagu tersebut sekaligus pula untuk memberikan perlindungan hukum terhadap
pencipta musik/lagu yang dirugikan atas tindakan melawan hukum yang telah
dilakukan oleh pemilik perusahaan rekaman tersebut.13
Undang-Undang Hak cipta menempatkan tindak pidana hak cipta itu sebagai
delik biasa yang dimaksudkan untuk menjamin perlindungan yang lebih baik dari
sebelumnya, dimana sebelumnya tindak pidana hak cipta dikategorikan delik aduan.14

12

H. Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Inteleketual, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, hal 111-112.
13
Hendra Tanuadmaja, Hak Cipta Musik atau Lagu, UI Press, Jakarta, 2003, hal 19.
14
Sutedi Adrian, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 45.

14

“Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk :
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya; atau memberi izin untuk itu tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. 15 Berbeda dengan hak merek dan hak paten yang bersifat konstitutif, hak
cipta bersifat deklaratif. Artinya, pencipta atau penerima hak mendapatkan
perlindungan hukum seketika setelah suatu ciptaan dilahirkan. Dengan kata lain, hak
cipta tidak perlu didaftarkan ke Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen
HaKI). Namun ciptaan dapat didaftarkan dan dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan di
Ditjen HaKI tanpa dikenakan biaya sama sekali.
Ada 2 (dua) subjek hak cipta, yaitu :
1.

Pemilik hak cipta (pencipta), adalah seorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan
kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahilan yang
dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi;

2.

Pemegang hak cipta, yaitu :
a.

Pemilik hak cipta (pencipta)

b.

Pihak yang menerima hak cipta dari pencipta

c.

Pihak lain yang menerima lebih lanjut hak cipta dari pihak yang menerima
hak cipta tersebut

d.

Badan hukum

15

Ansori Sinungan, Pengertian Hak Cipta, Departemen dan Hukum HAM RI Cetakan I,
Jakarta, 2007, hal 2

15

Negara, atas karya peninggalan sejarah, benda budaya nasional lainnya,

e.

foklor atau seni tradisional daerah, hasil kebudayaan yang menjadi milik
bersama, dan ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum
diterbitkan.16
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keaslian dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
Ciptaan yang dilindungi berupa:
1.

Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
4. Kagu atau musik dengan atau tanpa teks;
5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
6. Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung,kolase, dan seni terapan;
7. Arsitektur;
8. Peta;
9. Seni batik;
10. Fotografi;
11. Sinematografi.17
Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan
surat perjanjian lisensi untuk mengumumkan atau memperbanyak atau menyewakan
ciptaan dengan jangka waktu tertentu. Lisensi berlaku untuk seluruh wilayah
Indonesia. Dalam perjanjian tersebut, bisa diatur mengenai pemberian royalti kepada
pemegang hak cipta dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi.

16
17

Ibid, hal 3
Undang-Undang Hak Cipta Baru

16

Perjanjian lisensi wajib dicatatkan ke Direktorat Jendral HaKI agar mempunyai
akibat hukum terhadap pihak ketiga.
2.

Konsepsi
Konsepsi adalah suatu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam

penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan
kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.18
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefenisikan
beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yaitu sebagai berikut :
1.

Hak cipta adalah Hak cipta berarti hak seseorang sebagai miliknya atas hasil
penemuan yang berupa tulisan, lukisan dan sebagainya yang merupakan hak
khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut undang – undang yang berlaku.

2.

Pencipta Musik/Lagu adalah pihak atau orang yang menghasilkan suatu ciptaan
musik / lagu yang memiliki irama tertentu dan lirik yang dapat dinyanyikan.

3.

Mempertunjukkan (performing) adalah Mempertunjukkan dapat diartikan
sebagai mempertontonkan, mempertunjukkan, mempergelarkan, memamerkan
ciptaan dibidang seni oleh musisi, seniman peragawati.

4.

Mengumumkan (publication) adalah Mengumumkan adalah pembacaan,
penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran sesuatu ciptaan, dengan menggunakan
18

Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal 3.

17

alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat
dibaca, didengar atau dilihat oleh orang lain.
5.

Hak untuk mengumumkan (publication right) adalah Hak untuk mengumukan
adalah hak untuk pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran sesuatu
ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa
sehingga suatu ciptaan dapat di baca, di dengar atau dilihat oleh orang lain.

6.

Perusahaan

rekaman

adalah

suatu

perusahaan

yang

dalam

kegiatan

operasionalnya melakukan duplikasi atau memperbanyak suatu hasil ciptaan
musik / lagu dengan cara merekam pada pita kaset, CD, LD, piringan hitam, atau
media lain yang dapat digunakan untuk melakukan perekaman tersebut.
7.

Lisensi adalah ijin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak
terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak
ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu.

8.

Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas suatu ciptaan.

9.

Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku seni rekaman,
siaran yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apapun, walaupun hak cipta
atau terkait telah dialihkan.

G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena penelitian ditujukan untuk
mengungkapkan kebenaran sistematis, metodologis dan konsisten. Melalui proses

18

penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi data yang telah dikumpulkan dan
diolah.19
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian adalah usaha untuk menghimpun serta
menemukan hubungan-hubungan yang ada antara fakta yang diamati secara seksama,
sistematis dan menggunakan metodedan teknik tertentu.20 Pada penelitian hukum ini,
bidang ilmu hukum dijadikan sebagai induknya, maka penelitian yang digunakan
adalah penelitian hukum.
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan suatu kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
menganalisanya.21 Disamping itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam
terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Sifat Penelitian
Dari judul yang dibahas dari penelitian ini, maka penelitian ini bersifat

deskriptif

analisis.

Penelitian

deskriptif

adalah

penelitian

yang

bertujuan

menggambarkan, menelaah, dan menganalisa peraturan perundang-undangan yang
berlaku dihubungkan dengan teori hukum yang berkaitan dengan Perlindungan Hak

19

Soekanto Soerjono, Op Cit, hal 1.
Soekanto Soerjono, Op Cit, hal 3.
21
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cetakan Keenam,
Rajawali Press, Jakarta, 2012, hal 25.
20

19

cipta pada umumnya dan perlindungan terhadap hak pencipta musik/lagu pada
khususnya. 22 Sifat analisis yang dicerminkan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui perlindungan hukum terhadap pemegang hak untuk mempertunjukkan
atas lagu atau musik dan penerapan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang
Hak cipta.
2.

Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang

digunakan adalah jenis penelitian yuridis normatif. 23 Penelitian yuridis normatif
adalah penelitian hukum yang didasarkan kepada bahan hukum primer yaitu
melakukan pengkajian secara lebih mendalam terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku dibidang hukum kenotariatan, khususnya tentang hak cipta
atas lagu dan perlindungan hukumnya berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta. Disamping bahan hukum primer, penelitian ini juga
didukung dengan bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku, jurnal ilmiah,
artikel yang berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian ini, serta bahan tertier
yaitu kamus hukum, kamus umum, ensiklopedia yang terkait dengan istilah dan
pengertian hukum tentang tanggung jawab notaris setelah berakhir masa jabatannya
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tesis ini menggunakan
metode penelitian hukum normatif (yuridis normatif). Penelitian yuridis normatif
adalah penelitian hukum yang mengacu pada norma- norma hukum yang terdapat
22

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal 12.
Roni Hantijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta 1998, hal. 11
23

20

pada peraturan perundang-undangan.

24

Meniliti bahan kepustakaan atau data

sekunder yang mencakup asas-asas hukum sistematika hukum, taraf sinkronisasi
vertikal dan horizontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum.25
3.

Sumber Data Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini sumber data yang digunakan adalah sebagai

berikut:
a.

Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang–Undang Hak Cipta Baru
dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan objek penelitian.

b.

Bahan Hukum Sekunder
Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti
wawancara dengan pencipta musik/lagu, menghadiri hasil–hasil seminar, atau
pertemuan ilmiah lainnya, internet bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari
kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek penelitian ini.

c.

Bahan Hukum Tertier
Bahan hukum tertier adalah bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus hukum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah, serta internet yang
menjadi tambahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi relevan
dengan penelitian yang dilakukan.
24

Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Publishing,
Malang, 2005, hal 337.
25
Sri Mamudji, Op Cit, hal 15.

21

4.

Tehnik Pengumpulan Data
Teknik dan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research). Alat pengumpulan
data yang digunakan yaitu studi dokumen untuk memperoleh data sekunder, dengan
membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisa data primer
yakni peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Undang-Undang No. 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, perjanjian lisensi antara pencipta musik/lagu pemilik
perusahaan rekaman dan peraturan terkait lainnya dibidang hak cipta musik / lagu,
termasuk putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 62/Hakcipta/2008/PN.Niaga
Jakarta Pusat dan juga termasuk putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
254K/PDTSUS/2009 data sekunder maupun tertier yang berkaitan dengan penelitian
ini yaitu buku-buku referensi jurnal, karya-karya ilmiah di bidang HaKI dan hak
cipta, kamus hukum dan kamus umum.
5.

Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasi dan mengurutkan data

ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 26 Analisis data
merupakan salah satu yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka
memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti. Sebelum analisis dilakukan,

26

101.

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal

22

terlebih adahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada
untuk mengetahui validitasnya.
Penelitian ini akan dimulai dengan mengidentifikasikan hukum positif di
bidang hak cipta dan peraturan perundang-undangan lainnya yang mempunyai
hubungan erat dengan hak cipta lagu. Data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan
maupun wawancara pada dasarnya merupakan data tataran yang dianalisis secara
deksriptif kualitatif, yaitu setelah data terkumpul kemudian dituangkan dengan
bentuk uraian logis sistematis, selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan
penyelesaian masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal
yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus. Dalam penarikan kesimpulan,
penulis menggunakan metode deduktif. Metode deduktif adalah suatu metode yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dari peraturan-peraturan atau prinsipprinsip umum menuju penulisan yang bersifat khusus.

Dokumen yang terkait

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Tinjauan Yuridis Atas Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Yang Telah Bersertifikat Hak Milik (Study Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2725 K/Pdt/2008)

1 55 132

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Kajian Hukum Hak Pencipta Atas Lagu Ciptaan Yang Telah Diperjanjikan Pada Pihak Perusahaan Rekaman (Putusan Mahkamah Agung 254k Pdtsus 2009)

0 0 18

Kajian Hukum Hak Pencipta Atas Lagu Ciptaan Yang Telah Diperjanjikan Pada Pihak Perusahaan Rekaman (Putusan Mahkamah Agung 254k Pdtsus 2009)

0 0 2

Kajian Hukum Hak Pencipta Atas Lagu Ciptaan Yang Telah Diperjanjikan Pada Pihak Perusahaan Rekaman (Putusan Mahkamah Agung 254k Pdtsus 2009)

0 0 49

Kajian Hukum Hak Pencipta Atas Lagu Ciptaan Yang Telah Diperjanjikan Pada Pihak Perusahaan Rekaman (Putusan Mahkamah Agung 254k Pdtsus 2009)

0 0 5