Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dan Uji Aktivitasnya terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus Putih

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Tanaman alpukat berasal dari Amerika Tengah, tumbuh liar di hutan-hutan, banyak juga ditanam di kebun dan di pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air (Dalimartha, 2008; Yuniarti, 2008). Tanaman alpukat berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 3-10 m. Batang pohonnya tampak berlekuk-lekuk dimana terdapat percabangan dekat pangkal batangnya. Bunganya bertangkai pendek dan kuat dengan warna hijau kekuningan (Jaelani, 2009). Buah berupa buni, bentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, daging buah lunak jika sudah masak, berwarna hijau kekuningan. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, berwarna putih kemerahan (Dalimartha, 2008). Kulit buah berwarna coklat keunguan atau hijau (Jaelani, 2009).

2.2 Nama Daerah

Jawa: apuket, alpuket, jambu wolanda (Sunda), apokat, avokat, plokat. Sumatera: apokat, alpokat, avokat, advokat (Melayu), pookat (Lampung) (Dalimartha, 2008; Lianti, 2014).

2.3 Kandungan Kimia Daging Buah Alpukat

Beberapa komposisi zat yang dikandung untuk setiap 100 gram daging buahnya antara lain kalori (85 kal), protein (0,9 gram), lemak (6,5 gram), karbohidrat (7,7 gram), kalsium (10 mg), fosfor (20 mg), besi (0,9 mg), vitamin A (180 SI), vitamin B1 (0,05 mg), vitamin C (13 mg), air (84,3 gram) (Jaelani, 2009).


(2)

2.4 Kegunaan Buah Alpukat

Daging buah alpukat digunakan untuk mengatasi kadar kolesterol tinggi, sariawan serta untuk menyehatkan kulit dan rambut (Dalimartha, 2008; Lianti, 2014).

2.5 Taksonomi Tanaman Alpukat Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Ranales

Famili : Lauraceae Genus : Persea

Spesies : Persea americana Mill. 2.6 Rambut

Komposisi kimia dari rambut (Mitsui, 1997) yaitu terdiri dari:  Komponen utama adalah protein (asam amino).

 Komponen minor adalah pigmen melanin, lipid, elemen kecil (tembaga, seng, besi, fosfor, dll) dan air.

2.6.1 Anatomi rambut

Rambut berupa batang-batang tanduk yang tertanam secara miring di dalam kantung (folikel) rambut. Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut (Bariqina dan Ideawati, 2001): a. Ujung rambut

Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.


(3)

b. Batang rambut

Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.

1) Selaput rambut (Kutikula)

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian bawah menutupi bagian di atasnya. Kutikula berfungsi untuk membuat rambut dapat ditarik memanjang dan bila dilepaskan akan kembali pada posisi semula; melindungi bagian dalam dari batang rambut; rambut dapat dikeriting dan dicat karena cairan obat keriting/cat rambut dapat meresap dalam korteks rambut. 2) Kulit rambut (Korteks)

Kulit rambut terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara memanjang dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada rambut. Sel–sel tanduk terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral.

3) Sumsum rambut (Medula)

Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara.

c. Akar Rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:


(4)

1) Kantong rambut (folikel)

Folikel merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi untuk melindung akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Jika bentuk folikel lurus maka rambut juga lurus. Jika bentuk folikel agak melengkung maka rambut agak berombak, sedangkan jika bentuk folikel sangat melengkung maka rambut akan keriting.

2) Papil rambut

Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin. Papil rambut akan tertinggal di dalam kulit meskipun rambut dicabut sampai ke akar-akarnya, sehingga akan selalu terjadi pertumbuhan rambut baru kecuali jika papil rambut itu dirusak (Tranggono dan Latifah, 2007). 3) Umbi rambut (matriks)

Umbi rambut adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Sel-sel akar rambut bewarna keputih-putihan dan masih lembek. Pertumbuhan rambut terjadi karena sel-sel umbi rambut bertambah banyak secara mitosis. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang disebut musailus arector pili. 2.6.2 Jenis/ tipe rambut

Ilmu tentang rambut (trichologi) membagi rambut manusia ke dalam dua jenis, yaitu:


(5)

1. Rambut lanugo / velus

Rambut lanugo / velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen yang sedikit. Rambut ini terdapat hampir di seluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan, dan kaki. Rambut ini tumbuh pada pipi, dahi, tengkuk dan lengan. 2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang kasar dan mengandung banyak pigmen (Soepardiman, 2007). Rambut ini dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu:

 Rambut panjang tumbuh pada kulit kepala, wajah laki – laki (janggut, kumis, cambang), ketiak dan daerah kemaluan.

 Rambut pendek terdapat pada alis mata, bulu mata dan bulu hidung (Bariqina dan Ideawati, 2001; Mitsui, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6.3 Siklus rambut

Siklus rambut ialah proses tumbuhnya rambut menjadi dewasa, rontok dan kemudian berganti rambut yang baru.

1. Masa anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Proses anagen membutuhkan waktu 2-3 tahun.

2. Masa katagen (masa peralihan)

Pada masa ini selaput dan jaringan ikat sekitar kandung rambut di daerah umbi rambut menebal, sedangkan papil rambut mengeriput sehingga rambut tidak lagi memperoleh makanan. Pada masa ini, rambut tidak tumbuh lagi dan bagian


(6)

terdalam pada akar rambut membulat seperti gada, tidak segera rontok, tetapi secara perlahan rambut ini terdorong ke atas dan akhirnya rontok. Banyaknya rambut yang rontok disebabkan oleh siklus pertumbuhan rambut normal yang tidak melampaui 40-80 helai rambut selama 24 jam.

3. Masa telogen (masa istirahat)

Pada masa ini mulai terbentuk proses keratinisasi, kemudian terbentuk tunas rambut baru yang semakin lama semakin tumbuh ke atas, mendorong rambut lama hingga terlepas sendiri atau lepas pada saat melakukan penyisiran rambut. Setelah rambut yang lama terlepas maka akan tumbuh rambut baru. Masa telogen memerlukan waktu proses 2-3 minggu (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Gambar 2.1 Siklus Pertumbuhan Rambut 2.6.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut I. Keadaan Fisiologik

1. Hormon

Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin dan kortikosteroid. Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut,


(7)

tetapi pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut serta memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Estrogen memperlambat pertumbuhan rambut selama fase anagen, tetapi memperpanjang durasi fase anagen. Tirosin mempercepat aktivitas anagen dan kortison justru memperlambat aktivitas anagen.

2. Metabolisme 3. Nutrisi

 Zat besi

Zat besi khususnya dalam kulit kepala berfungsi untuk mengangkut oksigen pada rambut.

Zinc

Zinc atau yang lebih dikenal dengan seng merupakan salah satu zat yang tidak kalah pentingnya bagi rambut.

 Tembaga

Tembaga menjadi faktor penentu tetapnya pigmentasi pada rambut. Rambut yang memiliki pigmen rendah atau bahkan rusak dapat menyebabkan terjadinya kekusaman. Jika hal ini berlangsung lama, tidak tertututup kemungkinan rambut akan mengalami kekeringan, mudah patah dan bahkan rontok.

 Vitamin B

Kekuatan rambut salah satunya ditentukan oleh lancarnya sirkulasi darah dari dalam tubuh menuju rambut. Oleh sebab itu, demi terpenuhinya kebutuhan ini diperlukan vitamin B yang berfungsi untuk memperlancar sirkulasi darah pada rambut.


(8)

 Vitamin A

Kesehatan rambut sebenarnya tergantung pada sehatnya kulit kepala. Jika kulit kepala sehat, maka rambut yang tumbuh di atasnya juga akan menjadi sehat. Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan kulit kepala.

 Protein

Komponen utama rambut adalah protein.  Vitamin C

Fungsi vitamin C tidak lain adalah sebagai antioksidan yang dapat membantu meremajakan sel-sel yang rusak sehingga akan selalu tercipta peremajaan pada kulit kepala.

 Vitamin E

Fungsi vitamin E adalah untuk memperbaiki struktur atau jaringan kulit kepala agar tetap sehat.

Yodium

Seseorang yang kekurangan yodium, maka aktivitas tiroid di dalam tubuhnya menjadi tidak optimal. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya pertumbuhan rambut.

Asam lemak esensial

Asam lemak esensial dapat menjaga kelembaban alami rambut dengan memproduksi minyak alami pada kulit kepala (Umamah, 2010).

4. Vaskularisasi


(9)

II. Keadaan Patologik

1. Peradangan sistemik atau setempat

Infeksi jamur di kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerontokan maupun kerusakan batang rambut.

2. Obat

Umumnya obat antineoplasma seperti vinkristin (Soepardiman, 2007).

Faktor lingkungan secara lokal dapat mempengaruhi faal kulit kepala sehingga menyebabkan kerontokan rambut. Faktor lingkungan demikian meliputi perubahan cuaca yang ekstrim, terlalu panas atau terlalu dingin, sengatan surya, sinar- X, dan radioaktif, pelekatan dan infeksi jasad renik , iritasi zat kimia atau penutupan dan penekanan rambut berikut kulit kepala seperti pemakaian topi, kudung atau helm. Jika faktor lingkungan ini terjadi terus-menerus dan berulang-ulang, kulit kepala akan mengalami degenerasi kronik pada sel-sel epidermis; kulit kepala akan menjadi kasar; terjadi gangguan keratinasi, akhirnya terjadi kerontokan rambut. Disamping itu, akan terjadi perubahan dalam sekresi sebum yang kemungkinan akan diikuti dengan pembentukan ketombe (Ditjen POM., 1985). Menurut beberapa buku, jumlah rambut yang rontok normalnya setiap hari rata-rata 40 sampai 100 helai. Jika melebihi 100 helai, maka perlu penanggulangan atau pengobatan (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI, 2000).


(10)

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

Menurut Depkes RI (2000) metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara yaitu:

a. Cara dingin

 Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

 Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Cara panas

 Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan


(11)

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.  Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

 Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

 Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

 Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.

2.8 Gel

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Ditjen POM., 1995).

Makromolekul pada sediaan gel disebarkan ke seluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 2008). Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis seperti karbopol dan semisintetis seperti


(12)

hidroksipropilmetilselulosa, karboksimetilselulosa. Gel dibuat dengan proses peleburan atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, dkk., 1994; Allen dan Ansel, 2011). Selain mengandung agen pembentuk gel dan air, gel dapat juga mengandung zat aktif, pelarut, pengawet antimikroba seperti metil paraben dan propil paraben serta stabilisator (Allen dan Ansel, 2011).

2.8.1 Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC)

HPMC merupakan turunan dari selulosa yang memiliki ciri-ciri serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Larut dalam air dingin membentuk koloid kental, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, dan eter. Mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas banyak digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan aplikasi lainnya. HPMC digunakan sebagai pengemulsi, pensuspensi, penyalut, pengikat tablet dan sebagai penstabil pada sediaan topikal seperti gel dan salep. Sebagai koloid pelindung yang dapat mencegah keluarnya tetesan air dan partikel dari penggabungan atau agromerasi, sehingga menghambat pembentukan sedimen. HPMC umumnya dianggap sebagai bahan nontoksik dan tidak menyebabkan iritasi serta memiliki viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka panjang (Rowe, dkk., 2009). 2.8.2 Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab. Dapat bercampur dengan air, aseton dan dengan kloroform (Ditjen POM., 1995). Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam berbagai formulasi parenteral dan non parenteral. Propilen glikol secara umum merupakan pelarut


(13)

yang lebih baik dari gliserin. Sebagai humektan, konsentrasi propilen glikol yang biasa digunakan adalah 15% (Rowe, dkk., 2009).

2.8.3 Metil paraben

Metil paraben merupakan hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar (Ditjen POM., 1995).

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain. Konsentrasi metil paraben untuk penggunaan topikal adalah 0,02-0,3%. Aktivitas metil paraben juga dapat ditingkatkan dengan penambahan eksipien lain seperti: propilen glikol dan phenylethyl alkohol. Metil paraben menunjukkan aktivitasnya pada pH 4-8 dan efeknya berkurang dengan kenaikan pH (Rowe, dkk., 2009).

2.8.4 Propil paraben

Propil paraben merupakan serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna, dan digunakan sebagai pengawet pada kosmetik, produk makanan serta formulasi farmasi. Digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain. Konsentrasi propil paraben yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-0,6 %. Propil paraben efektif pada rentang pH 4-8, peningkatan pH dapat menyebabkan penurunan aktivitas antimikrobanya. Aktivitas antimikrobanya meningkat jika dikombinasikan dengan paraben lainnya (Rowe, dkk., 2009).


(1)

Vitamin A

Kesehatan rambut sebenarnya tergantung pada sehatnya kulit kepala. Jika kulit kepala sehat, maka rambut yang tumbuh di atasnya juga akan menjadi sehat. Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan kulit kepala.

Protein

Komponen utama rambut adalah protein.

Vitamin C

Fungsi vitamin C tidak lain adalah sebagai antioksidan yang dapat membantu meremajakan sel-sel yang rusak sehingga akan selalu tercipta peremajaan pada kulit kepala.

Vitamin E

Fungsi vitamin E adalah untuk memperbaiki struktur atau jaringan kulit kepala agar tetap sehat.

Yodium

Seseorang yang kekurangan yodium, maka aktivitas tiroid di dalam tubuhnya menjadi tidak optimal. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya pertumbuhan rambut.

Asam lemak esensial

Asam lemak esensial dapat menjaga kelembaban alami rambut dengan memproduksi minyak alami pada kulit kepala (Umamah, 2010).

4. Vaskularisasi


(2)

II. Keadaan Patologik

1. Peradangan sistemik atau setempat

Infeksi jamur di kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerontokan maupun kerusakan batang rambut.

2. Obat

Umumnya obat antineoplasma seperti vinkristin (Soepardiman, 2007).

Faktor lingkungan secara lokal dapat mempengaruhi faal kulit kepala sehingga menyebabkan kerontokan rambut. Faktor lingkungan demikian meliputi perubahan cuaca yang ekstrim, terlalu panas atau terlalu dingin, sengatan surya, sinar- X, dan radioaktif, pelekatan dan infeksi jasad renik , iritasi zat kimia atau penutupan dan penekanan rambut berikut kulit kepala seperti pemakaian topi, kudung atau helm. Jika faktor lingkungan ini terjadi terus-menerus dan berulang-ulang, kulit kepala akan mengalami degenerasi kronik pada sel-sel epidermis; kulit kepala akan menjadi kasar; terjadi gangguan keratinasi, akhirnya terjadi kerontokan rambut. Disamping itu, akan terjadi perubahan dalam sekresi sebum yang kemungkinan akan diikuti dengan pembentukan ketombe (Ditjen POM., 1985). Menurut beberapa buku, jumlah rambut yang rontok normalnya setiap hari rata-rata 40 sampai 100 helai. Jika melebihi 100 helai, maka perlu penanggulangan atau pengobatan (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI, 2000).


(3)

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

Menurut Depkes RI (2000) metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara yaitu:

a. Cara dingin

 Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

 Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Cara panas

 Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan


(4)

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

 Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

 Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

 Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

 Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.

2.8 Gel

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Ditjen POM., 1995).

Makromolekul pada sediaan gel disebarkan ke seluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 2008). Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis seperti karbopol dan semisintetis seperti


(5)

hidroksipropilmetilselulosa, karboksimetilselulosa. Gel dibuat dengan proses peleburan atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, dkk., 1994; Allen dan Ansel, 2011). Selain mengandung agen pembentuk gel dan air, gel dapat juga mengandung zat aktif, pelarut, pengawet antimikroba seperti metil paraben dan propil paraben serta stabilisator (Allen dan Ansel, 2011).

2.8.1 Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC)

HPMC merupakan turunan dari selulosa yang memiliki ciri-ciri serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Larut dalam air dingin membentuk koloid kental, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, dan eter. Mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas banyak digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan aplikasi lainnya. HPMC digunakan sebagai pengemulsi, pensuspensi, penyalut, pengikat tablet dan sebagai penstabil pada sediaan topikal seperti gel dan salep. Sebagai koloid pelindung yang dapat mencegah keluarnya tetesan air dan partikel dari penggabungan atau agromerasi, sehingga menghambat pembentukan sedimen. HPMC umumnya dianggap sebagai bahan nontoksik dan tidak menyebabkan iritasi serta memiliki viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka panjang (Rowe, dkk., 2009). 2.8.2 Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab. Dapat bercampur dengan air, aseton dan dengan kloroform (Ditjen POM., 1995). Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam berbagai formulasi parenteral dan non parenteral. Propilen glikol secara umum merupakan pelarut


(6)

yang lebih baik dari gliserin. Sebagai humektan, konsentrasi propilen glikol yang biasa digunakan adalah 15% (Rowe, dkk., 2009).

2.8.3 Metil paraben

Metil paraben merupakan hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar (Ditjen POM., 1995).

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain. Konsentrasi metil paraben untuk penggunaan topikal adalah 0,02-0,3%. Aktivitas metil paraben juga dapat ditingkatkan dengan penambahan eksipien lain seperti: propilen glikol dan phenylethyl alkohol. Metil paraben menunjukkan aktivitasnya pada pH 4-8 dan efeknya berkurang dengan kenaikan pH (Rowe, dkk., 2009).

2.8.4 Propil paraben

Propil paraben merupakan serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna, dan digunakan sebagai pengawet pada kosmetik, produk makanan serta formulasi farmasi. Digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain. Konsentrasi propil paraben yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-0,6 %. Propil paraben efektif pada rentang pH 4-8, peningkatan pH dapat menyebabkan penurunan aktivitas antimikrobanya. Aktivitas antimikrobanya meningkat jika dikombinasikan dengan paraben lainnya (Rowe, dkk., 2009).