Pengaruh Pemanasan dan Konsentrasi Giberelin Terhadap Viabilitas Benih Kopi Arabika (Coffea arabica L.)

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh
masyarakat seluruh dunia, komoditas ini merupakan komoditas yang tetap
bertahan di pasaran global dikarenakan daerah adaptasinya yang terbatas namun
dibutuhkan oleh semua orang. Kopi yang mempunyai aroma dan rasa yang khas
dikenal dengan nama kopi Arabika, sehingga kopi ini mempunyai harga yang
relatif tinggi (Ichsan et al., 2013).
Komoditas

perkebunan

kopi

memegang

peranan

penting


dalam

perekonomian Indonesia. Komoditas ini diperkirakan menjadi sumber pendapatan
utama tidak kurang dari 1,84 juta keluarga yang sebagian besar mendiami
kawasan pedesaan di wilayah-wilayah terpencil. Selain itu, lebih kurang 1 juta
keluarga mengandalkan pendapatannya dari industri hilir dan perdagangan kopi.
Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia yang mampu
menyumbang devisa yang cukup besar (Hadi et al., 2014).
Pada tahun 2014 Indonesia memiliki total luas areal perkebunan kopi
1.230.495 Ha (luas areal pertanaman kopi Arabika 330.687 Ha), sedangkan pada
tahun 2016 luas areal perkebunan kopi Indonesia meningkat menjadi
1.233.294 Ha (luas areal pertanaman kopi Arabika 321.158 Ha). Luas pertanaman
kopi di Sumatera Utara pada 2014 memiliki total luas areal 81.644 Ha (luas areal
pertanaman kopi Arabika 59.620 Ha) dan pada tahun 2016 luas areal perkebunan
kopi di Sumatera Utara meningkat menjadi 82.158 Ha (luas areal pertanaman
kopi Arabika 59.850 Ha). Diperkirakan luas areal perkebunan akan terus

Universitas Sumatera Utara


2

meningkat dengan meningkatnya kebutuhan kopi dalam dan luar negeri
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015).
Biji kopi bemutu dihasilkan dari tanaman kopi yang baik kualitasnya.
Aspek budidaya tanaman kopi yang cukup penting untuk dipelajari ialah proses
pembibitan atau perbanyakan. Pembibitan dianggap penting karena proses ini
akan mempengaruhi kondisi atau produktifitas tanaman kopi setelah dewasa.
Penggunaan benih unggul, pembuatan dan pemeliharaan bibit harus diperhatikan
agar didapatkan tanaman yang sehat dan produktif (Sari, 2016).
Proses pembibitan kopi membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga
dapat berpengaruh pada masa produksi tanaman kopi. Hal ini karena benih kopi
memiliki kulit biji yang keras sehingga impermeabel terhadap air. Perkecambahan
benih kopi di dataran rendah yang bersuhu 30°C - 35°C memerlukan waktu
3 – 4 minggu, sedangkan di dataran tinggi yang bersuhu relatif lebih dingin
membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 6 – 8 minggu (Putra et al., 2011).
Menurut Hedty et al. (2014) upaya pematahan dormansi biji kopi perlu
dilakukan karena biji kopi mengalami masa dormansi yang diakibatkan oleh
hambatan fisik dari kulit bijinya yang keras. Untuk memaksimalkan
perkecambahan benih kopi perlu adanya perlakuan sebelum penanaman.

Perlakuan pada benih dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
cara mekanis, fisik maupun kimia (Sari, 2016).
Metode stratifikasi dapat dikatakan metode yang paling praktis karena
hanya merendam benih kopi dengan air bersuhu tinggi pada waktu tertentu.
Perendaman menggunakan air bersuhu tinggi teruji efektif menghilangkan bahan-

Universitas Sumatera Utara

3

bahan

penghambat

perkecambahan

dan

memicu


pembentukan

hormon

pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah (Rahardjo, 2012).
Menurut Kurnianingsih (2012) suhu yang efektif meningkatkan daya
kecambah dan laju perkecambahan biji ki hujan (Samanea saman) adalah pada
suhu 60°C. Ada pengaruh interaksi suhu dan lama perendaman terhadap daya
kecambah, tetapi tidak berpengaruh terhadap laju perkecambahan dan panjang
hipokotil. Interaksi suhu dan lama perendaman yang paling efektif meningkatkan
daya kecambah adalah suhu 60°C dengan lama perendaman 10 jam. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Putra et al. (2011) menunjukkan bahwa perlakuan
perendaman benih kopi Arabika dengan suhu air awal 90°C dan waktu
perendaman 30 menit yang dilakukan setiap hari selama 7 hari mampu
meningkatkan indeks vigor dan daya tumbuh benih kopi sebesar 77,71%.
Sedangkan menurut Oben et al. (2014) perendaman benih dengan suhu awal air
50°C menghasilkan rata-rata hari berkecambah paling cepat yaitu 47 hari pada
benih kayu afrika (Maesopsis eminii).
Untuk meningkatkan kemampuan biji untuk berkecambah, dapat
dilakukan perlakuan-perlakuan untuk memacu perkecambahan diantaranya

perlakuan pemberian senyawa sintetik yang lazim disebut zat pengatur tumbuh
(ZPT). Salah satu hormon tumbuh yang dapat digunakan untuk memacu
perkecambahan adalah Giberelin. Heddy (1996) mengemukakan bahwa Giberelin
(GA) merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat menghilangkan
dormansi pada kulit biji dan tunas sejumlah tanaman serta mempercepat
perkecambahan.

Universitas Sumatera Utara

4

Banyak benih memiliki Giberelin khususnya pada embrio. Setelah air
diimbibisi, pembebasan Giberelin dari embrio akan memberikan sinyal pada biji
untuk mengakhiri dormansinya dan berkecambah (Campbell et al., 2003).
Respons positif GA terjadi dalam kisaran konsentrasi yang luas, berbeda dengan
respons terhadap auksin yaitu hanya dalam konsentrasi yang sempit
(Gardner et al., 1991). Hal ini sesuai dengan pendapat Maryeni (2007) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi GA yang diberikan maka tinggi
bibit kina semakin bertambah.
Menurut Polhaupessy (2014) perkecambahan biji sirsak tertinggi diperoleh

pada perlakuan perendaman dalam larutan GA dengan konsentrasi 15 ppm selama
12 jam dengan persentase perkecambahan 100%, tinggi kecambah 16,12 cm, dan
panjang akar kecambah 12,99 cm. Menurut Sari (2013) pemberian GA3 300 ppm
merupakan perlakuan terbaik terhadap daya perkecambahan, bobot basah tajuk,
bobot kering tajuk dan shoot root ratio pada Mucuna bracteata. Sedangkan
menurut Sinaga (2010) pemberian Giberelin 100 mg/l nyata meningkatkan daya
berkecambah benih palem botol (Mascarena lagenicaulis).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
perlakuan pematahan dormansi pada benih kopi Arabika (Coffea arabica L.)
dengan lama pemanasan dan konsentrasi Giberelin.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lama pemanasan dan
konsentrasi Giberelin yang optimal untuk meningkatkan viabilitas benih kopi
Arabika.

Universitas Sumatera Utara

5

Hipotesis Penelitian

Ada
Arabika

perbedaan

yang

nyata

pada

viabilitas

benih

kopi

akibat berbagai lama pemanasan dan konsentrasi Giberelin serta

interaksi keduanya.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi
sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini juga diharapkan berguna untuk pihak
yang berkepentingan didalam pembibitan kopi dan sebagai sumber informasi bagi
pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara