Sinergi Antar Komunitas Dalam Melestarikan Sungai Deli

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Penduduk yang banyak dan sangat
mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan lingkungan di Indonesia. Data
dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa angka rata-rata peningkatan pertumbuhan
penduduk sepuluh tahun terakhir 32 juta jiwa atau 1,21% pertahunnya. 1
Peningkatan penduduk yang sangat tinggi di Indonesia akan berdampak luas,
termasuk juga dampak bagi ekologi atau lingkungan hidup. Hal itu dapat
menggangu keseimbangan bahkan ekosistem yang ada.
Gambar Diagram
Jumlah Penduduk Indonesia

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya,

1

http://www.bps.go.id/


Universitas Sumatera Utara

yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup menyediakan kebutuhankebutuhan hidup manusia begitu sebaliknya, kehidupan manusia sangat
tergantung terhadap sumber daya alam yang memadai dalam lingkungan
hidupnya. Lingkungan hidup memegang peranan penting dalam kebudayaan
manusia primitif sampai pada yang modern. Hubungan antara manusia dengan
alam dan lingkungannya bersifat mengikat dan religius. Hal ini berarti antara
manusia dan alam serta lingkungan terdapat hubungan yang tak terpisahkan satu
sama lain.
Manusia adalah makhluk hidup yang tidak bisa dilepaskan dengan alam
dan lingkungannya. Kedua variabel ini saling terkait satu sama lainnya. manusia
tidak bisa hidup tanpa alam di sekelilingnya. Lingkungan alam fisik salah satu
faktor utama bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya. Manusia
adalah makhluk yang memiliki akal, dengan akal yang dimilikinya inilah manusia
mampu mengolah alam di sekitarnya untuk mempertahankan hidupnya.2
Persoalan lingkungan hidup menjadi persoalan dunia ketika manusia mulai
merasakan dampak yang semakin meluas yang bisa kita lihat dari banyaknya
bencana yang terjadi di muka bumi ini akibat dari aktivitas manusia maupun ulah
manusia sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran air akibat limbah

industri, polusi udara dan lainnya. Manusia dengan sikap yang berlebihan
terhadap pemanfaatan alam akan mengakibatkan terjadinya kerusakan di alam.
Kebutuhan manusia untuk tetap melanjutkan kehidupan menuntut manusia untuk
2

Sumber : www.thacozant,blogspot.co.id

Universitas Sumatera Utara

selalu memanfaatkan nilai produktivitas atau nilai guna yang dimiliki alam hingga
akhirnya alam sendiri tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kondisi seperti inilah yang nantinya akan menimbulkan permasalahan serius
terhadap kondisi alam.
Salah satu isu global yang sangat penting dan mendapat perhatian serius
saat ini adalah masalah lingkungan. Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (
LSM ) dan pemerintah baik negara maju maupun negara berkembang telah dan
terus memberikan perhatian terhadap masalah lingkungan. Dalam hal ini misalnya
saja di Indonesia pada tanggal 24 Februari 2010 telah diadakan Konferensi
Lingkungan Hidup di Nusa Dua Bali dimana dalam hal ini presiden mengajak
masyarakat dunia menyelamatkan bumi dari ancaman kerusakan lingkungan

kemudian pada tanggal 25 Februari 2011 telah dilaksanakan Konferensi
Internasional Pemuda di Yogyakarta yang dihadiri 144 pemuda dari 37 negara
menghasilkan 32 rekomendasi penanganan perubahan iklim dan lingkungan untuk
setiap negara di dunia, yang dituangkan dalam "Yogyakarta youth Declaration".3
Untuk melestarikan lingkungan hidup maka harus ada pengelolaan
lingkungan hidup supaya lingkungan hidup tetap terawat. Pengelolaan lingkungan
hidup dalam UUD No 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat 2 pengelolaah lingkungan hidup
adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,
pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup.4

3
4

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/foto/2818/Konfrensi-Lingkungan-HidupUUD NO 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Universitas Sumatera Utara

Salah satu persoalan lingkungan saat ini yaitu masalah sungai yang
tercemar. Pada penelitian ini peneliti mengkaji mengenai Sungai deli yang saat ini

airnya sudah tercemar oleh limbah dan tidak dapat lagi digunakan oleh
masyarakat di sekitar sungai. Sungai merupakan sumber kehidupan dan
penghidupan. Sungai merupakan sumber air bagi banyak makhluk hidup. Sungai
pada umumnya merupakan sarana penting bagi masyarakat Indonesia, karena
sungai memiliki fungsi ganda, misalnya untuk bahan baku, air minum, jalur
transportasi, pertanian, industri, perikanan, pengadaan tenaga listrik, rekreasi,
mck (mandi, mencuci, kakus), sehingga DAS berfungsi serbaguna dan
merupakan urat nadi perekonomian sepanjang wilayah yang dialirinya baik itu
kota maupun desa. Sungai juga dapat menjadi sumber bencana bagi makhluk
hidup jika manusia tidak bisa menjaga sungai dengan baik.
Sungai Deli merupakan salah satu, dari delapan sungai yang ada di Kota
Medan. Sungai Deli merupakan ikon kota Medan yang hampir terlupakan. Sungai
yang memiliki luas areal Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 48.162 ha
merupakan penyumbang sumber air terbesar bagi penduduk kota medan. Hulu
sungai deli terletak di dataran tinggi yang berada di antara Kabupaten Deli
Serdang dan Kabupaten Karo. Luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655
hektar atau tinggal 7.59 % dari 48.162 hektar areal DAS deli.5
Pada masa kerajaan Deli, sungai ini menjadi urat nadi perdagangan ke
daerah lain sebab sungai deli dijadikan jalur transportasi dalam aktivitas
perdagangan pada masa itu. Sungai ini yang menghubungkan tiga Kabupaten,


5

Sumber:http//www.wikipedia.org

Universitas Sumatera Utara

yakni Karo, Medan dan Deli Sedang. Kualitas air dari sungai deli saat itu sangat
segar dan dilintasi oleh kapal-kapal layar yang berukuran sedang. Tetapi saat ini
sungai deli tercemar oleh limbah. Pencemaran Sungai Deli, 70 % diantaranya
diakibatkan karena limbah rumah tangga (domestik) dan 30 % dikarenakan
limbah industri. Hal ini lah yang membuat air sungai deli tidak bisa dimanfaatkan
oleh masyarakat yang berada di pinggiran sungai dan kapal tidak bisa berayal
dikarenakan pendangkalan dan banyaknya sampah. Airnya pun sudah tercemar
dari hulu hingga hilir.
Penelitian dilakukan oleh Setiaty Pandia (Kepala Puslitdal, USU) tentang
DAS di Sungai Deli. Dari hasil analisis bahwa sungai tersebut tidak lagi sesuai
digolongkan pada air golongan B (masih dapat digunakan sebagai air minum dan
keperluan rumah tangga tanpa melalui tahap pengelolaan). Rendahnya
kandungan oksigen yang terlarut dalam air Sungai Deli, jumlahnya kurang dari 3

mg/liter, sempat mengakibatkan terganggunya banyak penduduk yang tinggal di
DAS yang menggunakan air untuk mandi, mencuci, minum dan kakus. (Mimbar
Umum, 2 November 1996)
Tercemarnya air Sungai Deli dan menumpuknya limbah-limbah
masyarakat berdampak buruk bagi kehidupan manusia sendiri. Akibat dari ulah
manusia itu sendiri, sungai menjadi meluap dan terjadi banjir yang melanda
sebagian kota medan. Kawasan yang terkena banjir antara lain, Kelurahan Suka
Maju, Medan johor, sehingga sedikitnya 300 rumah penduduk tergenang air,
terutama di Lingkungan V, Lingkungan IX, Lingkungan X dan Lingkungan XI.

Universitas Sumatera Utara

Banjir juga terjadi di kawasan Kelurahan Aur dan Hamdan, Medan Maimun,
kawasan Jalan Dr.Mansyur Komplek USU, Medan Baru.
Kawasan yang juga kebanjiran akibat luapan Sungai Batuan dan Sungai
Deli serta drainase yang tidak mampu menampung curah hujan cukup lebat dan
dalam waktu lama, adalah Jalan STM, Jalan Alfalah dan Jalan Suka Tani di
Kampung Baru. Di tempat ini sedikitnya 181 rumah penduduk dimasuki air.
Jalan Abdul Haris Nasution sekitar Asrama Haji Medan, kedalaman air hingga
selutut, dan di kawasan Jalan Letjen Djamin Ginting tepatnya di Simpang

Selayang, Padang Bulan, juga genanagan air mencapai lutut orang dewasa.
Kawasan kecamatan Medan Tembung, terutama Jalan Kapten M.Jamil Lubis,
persis depan Kantor Camat setempat, juga dilanda banjir maupun genangan air.
Di lokasi ini, 2 sekolah yakni SMP Negri 17 dan SD Negri terpaksa diliburkan
karena ruang belajarnya digenangi air.
Pada saat ini air dan DAS menjadi masalah yang besar dan memerlukan
perhatian yang lebih dan cermat. Saat ini untuk mendapatkan air yang baik dan
bersih sesuai dengan standar tertentu menjadi sesuatu yang mahal karena air saat
ini sudah lebih banyak tercemar oleh limbah dari perbuatan manusia sendiri, baik
limbah rumah tangga, limbah industri dan lainnya. Air sendiri memiliki peran
positif bagi kegiatan kehidupan manusia. Adapun peran positif dari air bagi
kehidupan manusia seperti, untuk minum, kesehatan, dan pencegahan penyakit.
Kepentingan psikologi seperti wisata, olahraga dan spritual. Kepentingan produksi
seperti industri, PLTA, transportasi air, pertanian, dan pembuangan limbah.

Universitas Sumatera Utara

Adapun dampak negatif dari seperti banjir, kekurangan air, tranmisi penyakit,
drainase alami yang tidak memadai, kualitas air memburuk dan lain-lain.
Permasalahan lingkungan hidup bukan hanya urusan masyarakat ataupun

urusan elemen tertentu tetapi permasalahan lingkungan hidup merupakan urusan
kolektif yang membutuhkan partisipasi bersama dari seluruh komponen bangsa,
dan harus ada cara untuk mengatasinya. Keseluruhan dari seluruh mahluk hidup,
manusialah yang paling mampu beradaptasi dengan lingkungannya, baik itu
lingkungan fisik maupun biotik. Manusia, hewan, tumbuhan-tumbuhan sebagai
penghuni bumi ini selalu mengusahakan adanya keseimbangan ekologi untuk
kelestarian masing-masing. Manusia terancam oleh merosotnya kualitas
lingkungan (misal oleh adanya eksploitasi penduduk dan eksploitasi teknologi)
semakin giat ia berusaha untuk memulihkan keseimbangan lingkungan.
Saat ini setiap orang diharapkan untuk peduli dengan lingkungan hidup,
kenyataan masih banyak orang yang belum sadar akan pentingnya melestarikan
lingkungan hidup. Saat ini jika manusia ingin jauh dari masalah bencana maka
manusia sebagai maklhuk hidup yang hidup di alam harus bisa selaras dengan
alam dan lingkungannya. Pada era ini dibutuhkan orang-orang yang memiliki
pemikiran tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan
berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang tidak merusak lingkungan
hidup. Pembangunan berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin kesejahteraan dan mutu hidup dimasa
sekarang dan masa yang akan datang. Pada hakikatnya, dalam pembangunan


Universitas Sumatera Utara

berwawasan lingkungan hidup, setiap anggota masyarakat memiliki kewajiban
untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Pada saat ini, kecintaan dan kepedulian akan lingkungan hidup perlu untuk
ditingkatkan, dengan adanya partisipasi dari kelompok-kelompok masyarakat
sangatlah penting misalnya tokoh agama, wanita, organisasi, perkumpulan,
komunitas, ataupun kelompok sosial, dan peranan para pemuda. Pada saat ini
banyak organisasi maupun komunitas yang terbentuk untuk melestarikan
lingkungan hidup. Saat ini untuk menyelamatkan lingkungan banyak anggota
masyarakat

membentuk

komunitas-komunitas

yang


tujuannya

untuk

mengembalikan lingkungan lebih baik. Komunitas adalah kumpulan individuindivu yang mempunyai kesukaan, hobi, atau kecintaan terhadap hal yang sama
tanpa adanya pembagian tugas terhadap individu-indiviu tersebut. Pertumbuhan
komunitas di Indonesia sendiri mengalami ledakan di tahun 2009 hingga 2010,
seiring dengan kemunculan media sosial.
Komunitas peduli lingkungan merupakan salah satu cara yang tepat untuk
membangkitkan kesadaran dan kecintaan generasi muda terhadap lingkungan
hidup, dengan adanya pendidikan, pengetahuan yang berbasis lingkungan hidup
dalam komunitas peduli lingkungan berperan untuk memastikan keadaan
lingkungan hidup dapat dijaga dan tidak mengalami kerusakan. Komunitaskomunitas yang peduli terhadap kerusakan Sungai Deli saat ini sangat banyak
yang tujuan dari mereka untuk membentuk komunitas itu sendiri untuk
mengembalikan Sungai Deli sediakala yang bersih dan tidak tercemar.

Universitas Sumatera Utara

Komunitas-komunitas yang menyelematkan Sungai Deli yaitu Komunitas Peduli
Anak dan Sungai Deli (KOPASUDE) dan Komunitas Go River.

Komunitas Peduli Anak dan Sungai Deli (KOPASUDE) merupakan salah
satu komunitas yang melestarikan Sungai Deli. Kopasude didirikan pada tanggal
22 Maret 2015 yang diketuai oleh Adryan Dwi Pradipta. Kopasude terdiri dari
Mahasiswa dari berbagai kampus di Medan yang memiliki perhatian kepada anakanak di pinggiran sungai dan sadar akan keberadaan dari Sungai Deli. Kopasude
berdiri dengan tujuan mewujudkan cita-cita dan membangun pola pikir anak-anak
bantaran sungai dan mengembalikan Sungai Deli. Kopasude terletak di Kampung
Badur, Kelurahan Hamdan. Komunitas ini memiliiki program yaitu mengajar
anak-anak di pinggiran Sungai Deli setiap harinya. Kopasude dengan beberapa
relawan lainnya membangun sebuah perpustakaan mini dan pendopo belajar
dengan tujuan agar anak-anak memiliki ruang untuk belajar dan bermain agar
terhindar dari pergaulan yang tidak baik.
Komunitas lain yang bergerak melestarikan Sungai Deli yaitu Komunitas
Go River. Komunitas Go River merupakan komunitas sosial yang bergerak di
bidang lingkungan hidup dimana komunitas ini berkomitmen untuk Sungai Deli
yang lebih baik. Komunitas Go River dibentuk pada 25 Oktober 2014 yang
diketua oleh Muh. Ahadi, S.Pd.I. Komunitas ini sangat antusias untuk
menyelamatkan sungai deli. Komunitas Go River memiliki 2 program yang
Pertama Program Sekolah Sungai mengajak masyarakat khususnya para siswa di
kota Medan dan sekitarnya untuk belajar bersama khususnya seputar lingkungan.
Kedua Progran Sungai Deli Membaca, yakni para relawan melintas aliran Sungai

Universitas Sumatera Utara

Deli untuk membaca beragam buku dan mengajak para anak membaca di
Kampung Aur. Agenda rutin dari komunitas Go River seminggu sekali memotong
bambu dan membersihkan aliran Sungai Deli.
Komunitas-komunitas

yang

peduli

akan

keberadaan

lingkungan

merupakan salah satu yang tepat untuk membangkitkan kesadaran dan kecintaan
akan lingkungan hidup. Adanya komunitas-komunitas Kopasude dan Go River
salah satu komunitas yang peduli akan keberadaan lingkungan yaitu keberadaan
Sungai Deli. Komunitas-komunitas ini memiliki keunggulan tersendiri, berlombalomba

untuk

dapat

menyelamatkan

masyarakat

pinggiran

sungai

dan

mengembalikan kelstarian Sungai Deli. Komunitas yang bergerak dalam
melestarikan Sungai Deli sangat kompak dan memiliki hubungan yang baik
karena mereka memiliki tujuan yaitu menyelamatkan masyarakat sekitar dan
menyelamatkan kelstarian Sungai Deli.

1.2.

Tinjauan Pustaka
Kajian mengenai Sinergi antar komunitas dalam melestarikan Sungai Deli

sudah banyak dilakukan seperti halnya kajian Ayu Wulandari (2011) tentang
Peran Organisasi Kompas USU Dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Untuk
Menjaga Lingkungan Hidup. Dalam penelitiannya ini, Ayu melihat bahwa
Lingkungan

adalah

segala

sesuatu

yang

ada

disekitar

manusia

yang

mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung dan lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia. Salah satu
isu global yang sangat penting dan mendapat perhatian serius saat ini adalah

Universitas Sumatera Utara

masalah lingkungan. Masalah lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif
yang membutuhkan partisipasi bersama dari semua komponen bangsa, dan harus
ada upaya serius untuk mengatasinya. Pada saat ini, kecintaan dan kepedulian
akan lingkungan hidup perlu untuk ditingkatkan, dengan adanya partisipasi dari
kelompok-kelompok masyarakat sangat penting misalnya tokoh agama,
organisasi, komunitas, ataupun kelompok sosial, dan peranan para pemuda.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu bahwa organisasi Kompas
USU berperan dalam membentuk tindakan sosial anggota sehingga dapat
meningkatkan partisipasi anggota dalam menjaga lingkungan hidup.
Kajian lain tentang Sinergi anatar komunitas dalam melestarikan Sungai
Deli juga dibahas oleh Nurin Hanifati Amalia (2015) tentang Upaya Pelestarian
Lingkungan Hidup Melalui Program Adiwiyata Sebagai Sumber Belajar Bagi
Peserta Didik (Studi Kasus SMP Negeri 2 Depok). Dalam penelitiannya ini Nurin
melihat bahwa program Adiwiyata yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 2 Depok
memberikan dampak positif kepada siswa. Siswa menjadi lebih memperhatikan
kebersihan dan lebih mencintai lingkungan. Kegiatan pelestarian lingkungan
melalui program Adiwiyata dimanfaatakan oleh guru-guru di SMP Negeri 2
Depok sebagai sumber belajar yang bersifat berwawasan lingkungan dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai tempat praktikum alam. Program
Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup
dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

Universitas Sumatera Utara

Berbeda halnya dengan hasil kajian tersebut, peneliti ingin lebih mencari
sinergi yang dilakukan oleh antar komunitas dan pihak luar. Peneliti ingin melihat
sejauh mana peran komunitas-komunitas yang ingin mengembalikan Sungai Deli
dan kegiatan yang mereka lakukan untuk mengembalikan fungsi Sungai Deli.
Hasil yang diperoleh peneliti dalam kajian ini bahwa 2 komunitas yang diteliti
oleh penulis yaitu Komunitas Go River dan Kopasude sangat berperan dalam
melestarikan Sungai Deli. Kedua komunitas ini bekerja keras dengan usaha
mereka ingin mengembalikan fungsi Sungai Deli dan ingin menjadikan Sungai
Deli sebagai ekowisata air bukan tempat pembuangan sampah. Kedua komunitas
ini juga tidak hanya memperhatikan kondisi dari Sungai Deli saja tetapi
memikirkan masyarakat yang berada di pinggiran Sungai Deli juga. Kedua
komunitas ini juga pernah melakukan sinergi seperti sama-sama melakukan
penanam pohon dan membersihkan Sungai Deli yang kegiatannya tidak dilakukan
secara terus menerus dan kedua komunitas ini juga melakukan sinergi dengan
pihak luar untuk membantu mereka dalam melestarikan Sungai Deli.
Berbicara mengenai Sinergi antar Komunitas dalam melestarikan Sungai
Deli, akan dibahas terlebih dahulu tentang :
1. Konsep Lembaga dan Kapasitas Lembaga
Lembaga adalah seperangkat hubungan norma-norma, keyakinankeyakinan, dan nilai-nilai yang nyata, yang terpusat pada kebutuhan-kebutuhan
sosial dan serangkaian tindakan yang penting dan berulang. Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi lembaga itu mempunyai tujuan untuk
mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia

Universitas Sumatera Utara

yang paling penting.

Schmidt mendefenisikan lembaga sebagai sekumpulan

orang yang memiliki hubungan yang teratur dengan memebrikan defenisi pada
hak, kewajiban, kepentingan, dan tanggungjawab bersama.
Terjadinya lembaga sosial bermula dari tumbuhnya suatu kekuatan ikatan
hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat. Ikatan hubungan antar manusia
tersebut sangat erat kaitannya dengan keberlakuan suatu norma sebagai patokan
dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan rasa keindahan,
keadilan, pendidikan, ketentraman keluarga, dan sebagainya.
Sebelum kita berbicara mengenai kapasitas lembaga kita terlebih dahulu
kita mengetahui pengertian kapasitas. Kapasitas dapat dimaknai sebagai
kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan.
Kapasitas merupakan suatu kemampuan untuk melakukan identifikasi kebutuhan,
sumber daya yang dimiliki dan ppeluang yang diperoleh, serta bagaimana
memanfaatkannya untuk suatu tujuan (Soetomo, 2006). Kapasitas (capacity)
terdiri atas dua faktor yaitu containing dan ability yaitu kemampuan dalam hal
pemikiran dan tindakan. Sehingga secara umum, kapsasitas suatu komunitas
merupakan seseuatu yang dapat membuat suatu jaringan “bekerja” dan dapat
membuat suatu komunitas berfungsi dengan baik atau bekerja sesuai dengan
fungsinya (Pamungkas,2013).
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengukur kapsitas
suatu organisasi. The University of Queensland mengembangkan suatu metode
yang mengedepankan penjelasan hubungan antara kelompok atau organisasi
dalam suatu jejaring kerjasama dimana terdapat tiga tingkatan kapasitas yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Kapasitas

tingkat

kelompok/organisasi

satu

yaitu

serta

sumber

kapasitas
daya

identifikasi

untuk

terhadap

menjalankan

dan

keberlanjutan program.
b. Kapasitas tingkat dua yaitu kapasitas menjalankan suatu tujuan/program.
c. Kapsitas tingkat tiga yaitu terdapat jejaring yang berkelanjutan.

Brown (Rainer Rohdewohld, 2005:11) mendefenisikan Kapasitas Lembaga
adalah
“Capacity building is a process that increases the ability of persons,
organisations or systems to mee its stated purpose and objectives”
Dari penjelasan diatas dapat dimaknai bahwa kapasitas lembaga adalah
suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang organisasi atau
sistem untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Yap bahwa
Kapasitas Lembaga adalah sebuah proses untuk meningkatkan individu, group,
organisasi, komunitas dan masyarakat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Morisson (2001: 4) mengartikan Kapasitas lembaga dapat dilihat
sebagai sebuah proses untuk mempengaruhi, atau menggerakkan perubahan di
berbagai tingkatan pada individu, kelompok, organisasi dan sistem yang berusaha
memperkuat kemampuan adaptasi diri dan organisasi sehingga mereka dapat
merespon perubahan lingkungan yang terjadi secara terus-menerus. Kapasitas
lembaga merupakan suatu proses bukan suatu hasil. Lebih khususnya, kapasitas

Universitas Sumatera Utara

lembaga adalah suatu proses belajar multi level yang erat kaitannya dengan ide
terhadap tindakan.
Dalam Buku The Capacity Building For Local Government Toward Good
Governance yang ditulis oleh Prof. Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS, juga
menyampaikan bahwa World Bank menekankan perhatian Kapasitas Lembaga
pada :
1. Pengembangan sumber daya manusia; training, rekruitmen dan pemutusan
pegawai profesional, manajerial dan teknis.
2. Keorganisasian, yaitu pengaturan struktur, proses, sumber daya dan gaya
manajemen.
3. Jaringan kerja (network), berupa koordinasi, aktifitas organisasi, fungsi
network, serta interaksi formal dan informal.
4. Lingkungan

organisasi,

yaitu

aturan

(rule)

dan

undang-

undang (legislation) yang mengatur pelayanan publik, tanggung jawab
dan kekuasaan antara lembaga, kebijakan yang menjadi hambatan
bagi development tasks, serta dukungan keuangan dan anggaran.
5. Lingkungan kegiatan lebih luas lainnya, meliputi faktor-faktor politik,
ekonomi dan situasi-kondisi yang mempengaruhi kinerja.
UNDP memfokuskan Kapasitas Lembaga pada tiga dimensi, yaitu;
1. Tenaga kerja (dimensi human resources), yaitu kualitas SDM dan cara
SDM dimanfaatkan.

Universitas Sumatera Utara

2. Modal (dimensi fisik), menyangkut sarana material, peralatan, bahanbahan yang diperlukan dan ruang/gedung.
3. Teknologi, yaitu organisasi dan gaya manajemen, fungsi perencanaan,
penentuan kebijakan, pengendalian dan evaluasi, komunikasi, serta sistem
informasi manajemen.
Berdasarkan pemaparan mengenai defenisi Kapasitas Lembaga menurut
para ahli-ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Kapasitas Lembaga
merupakan suatu proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan,
keterampilan, dan keahlihan yang dimiliki oleh individu, kelompok, atau
organisasi serta sistem untuk memperkuat kemampuan diri, kelompok dan
organisasi sehingga mampu mempertahankan diri/profesinya ditengah perubahan
yang terjadi secara terus menerus.
2. Konsep Komunitas
Komunitas

berasal

dari

bahasa

Latin

communitas

yang berarti

“kesamaan”, kemudian communitas dapat diturunkan dari communis yang berarti
“sama”. Komunitas merupakan kumpulan individu-individu yang mempunyai
kesukaan, hobi atau suatu kencintaan terhadap hal yang sama tanpa adanya
pembagian tugas terhadap individu-individu tersebut. Dalam komunitas manusia,
individu-individu di dalamya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,
preferensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.6 Komunitas
dapat dieksplorasikan dalam tiga cara berbeda, seperti :

6

Sumber : http://Raizaki.blog.unair.ac.id

Universitas Sumatera Utara

1) Tempat : komunitas yang berbeda pada teritorial atau tempat yang
dipahami dalam unsur geografis yang sama. Cara lain untuk
penanaman ini adalah “wilayah”. Pendekatan kepada masyarakat
telah melahirkan banyak istilah studi masyarakat maupun
geografis.
2) Ketertarikan : karateristik lain yakni komunitas oleh faktor-faktor
atau keterkaitan yang sama. Seperti keyakinan agama, orientasi
seksual, pekerjaan, etnis dan hobi.
3) Keterikatan : komunitas memiliki rasa keterikatan pada suatu
kelompok, tempat, atau ide. Karena memiliki keterikatan maka
mereka memerlukan sebuah pertemuan tatap muka.
Dalam bidang antropologi komunitas sering disebut sebagai organisasi
sosial . Organisasi sebagai pola dari cara-cara dalam mana jumlah orang saling
bertemu muka, secara intim dan terkait dalam suatu tugas yang bersifat kompleks,
berhubungan satu dengan yang lainnya secara sadar, menetapkan dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara sitematis. Bekke (dalam deddy Mulyana :
2006:76) bahwa organisasi merupakan sebuah sistem yang continue dari
penggunaan, pemindahan aktivitas-aktivitas manusia yang dibebankan dan
dikoordinasi, sehingga membentuk suatu kumpulan tertentu yang terdiri dari
manusia, materil, capital, gagasan, dan sumber daya alam ke dalam suatu
keseluruhan pemecah persoalan.

Universitas Sumatera Utara

Koenjaraningrat melihat organisasi sosial sebagai unsur universal, karena
dimana ada masyarakat manusia, berarti disitulah unsur yang mendorong manusia
berada dalam satu pengaturan, pengorganisasian atau pengelompokan yang
berfungsi menunjang kebutuhan yang berkaitan langsung dengan kehidupan dan
pada akhirnya melestarikan nilai yang disepakati oleh semua anggota. Dengan
kata lain, komunitas dapat difenisikan sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang
menempati suatu sistem adat-istiadat serta terikat oleh suatu identitas komunitas
(Koentjaraningrat, 1990 : 148).
Aspek kebudayaan yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan
organisasi terhadap lingkungan adalah aspek-aspek kebudayaan, dimana
mencakup dalam wujud kebudayaan. Sejalan dengan hal ini J.J Hoenigman
mengungkapkan bahwa :
“Aktivitas adalah wujud kebudayan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, mengandakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata elakukan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati
dan didokumentasi.”
Dalam kepustakaan antropologi ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menyebut satu aspek dari kebudayaan yang mengatur penyusunan manusia dalam
kelompok-kelompok yang tercakup di dalam masyarakat.

Istilah yang

dipergunakan oleh banyak ahli antropologi untuk membatasi pengertian tersebut
adalah organisasi sosial. Herskovits mengatakan bahwa organisasi sosial itu
meliputi lembaga-lembaga yang menetapkan posisi dari laki-laki dan perempuan
di dalam masyarakat, dan karenanya melahirkan relasi antar masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Kategori ini terbagi dalam dua kelas lembaga-lembaga, yaitu lembagalembaga yang timbul dari kekerabatan, lembaga-lembaga yang berkembang dari
asosiasi bebas di antara individu-individu. Struktur kekerabatan meliputi keluarga
dan pengembangannya sampai kelompok-kelompok seperti clan. Asosiasi bebas
yang tidak dibangun atas dasar kekerabatan meliputi berbagai bentuk dari
pengelompokan berdasarkan sex, umur dan dalam arti yang lebih luas, struktur
sosial itu juga meliputi relasi sosial yang mempunyai karakter politik atau dengan
kata singkat, studi mengenai organisasi sosial menurut Herskovits meliputi studi
tentang prinsip-prinsip berkelompok berdasarkan kekerabatan dan organisasi
politik.
Melihat organisasi sosial sebagai proses yang menyebabkan individu
disosialisasikan dalam kelompok. Ia berpendapat, bahwa dia dapat juga
mengganti studi mengenai organisasi sosial menjadi studi tentang social grouping,
dan bagian-bagian dari fungsi sosial yang mengiringi pengelompokan itu. Ia
mengatakan bahwa ruang lingkup penyelidikan mengenai organisasi sosial
meliputi struktur dan fungsi dari pada kelompok. Adapun fungsi tersebut dapat
dibagi dalam dua bagian yaitu :
1) Fungsi yang berhubungan antara kelompok denga kelompok
2) Fungsi yang bermacam-macam dari pada kelompok sosial itu
adalah pranata-pranata sosial.
Pengertian khusus bagi konsep organisasi sosial dalam bukunya “elements
of social organization”. Ia mengemukakan bahwa Antropologi Sosial menyelidiki

Universitas Sumatera Utara

“human social process comparatively”. Proses sosial yang dimaksud disini
operasi dari kehidupan sosial, cara bagaimana aksi dan existensi dari pada
manusia hidup itu mempengaruhi manusia lain yang hidup dalam suatu relasi
tertentu. Dalam penyelidikan mengenai relasi sosial apakah istilah ini digunakan
dalam rangka pengertian tentang masyarakat, kebudayaan atau community,
dapatlah dibedakan antara struktur, fungsi dan organisasinya.
Dalam hal ini Firth melihat pergertian mengenai struktur sosial itu sebagai
pola-pola ideal, sedangakan organisasi sosial dilihatnya sebagai aktivitas konkrit.
Ide tentang organisasi bahwa ada sejumlah orang yang menjalankan suatu
pekerjaan dengan aksi yang direncanakan bersama. Organisasi

adalah suatu

proses sosial dan pengaturan aksi berturut-turut konform dengan tujuan yang
dipilih. Organisasi sosial adalah penyusunan dari relasi sosial yang dilakukan
dengan jalan pemilihan dan penetapan.
Menurut pandangan Soerjono Soekanto (2007:134), dalam kehidupan
masyarakat dalam pengertian komunitas terdapat ikatan-ikatan solidaritas antar
individu, yang biasanya ditentukan oleh kesamaan-kesamaan yang mencakup
kesamaan dalam hal perasaan, adat istiadat, bahasa, norma-norma sosial, dan caracara hidup bersama yang umumnya dinamakan community sentiment (perasaan
komunitas). Adapun unsur-unsur perasaan komunitas antara lain :
a. Seperasaan,

unsur

seperasaan

akibat

seseorang

berusaha

untuk

mengidentifikasi dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam

Universitas Sumatera Utara

kelompok tersebut, sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya
sebagai “kelompok kami”, “perasaan kami” dan sebagainya.
b. Sepenanggungan, setiap individu sadar akan perannya dalam kelompok
dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan perannya dalam
kelompok dijalankannya sehingga dia mempunyai kedudukan yang pasti
dalam darah dagingnya sendiri.
c. Saling memerlukan, individu yang tergabung dalam masyarakat setempat,
merasa dirinya tergantung pada “komunitinya” yang meliputi kebutuhan
fisik maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis.
Komunitas itu mempunyai kriteria yang relatif sama, yaitu mempunyai ciri
kehidupan bersama yang relatif bersama berstandar pada peran atau derajat
hubungan sosial yang sentimental. Komunitas dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu :
a. Comunity sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu
wadah/tempat dengan batas-batas tertentu, maka menunjukan dari
kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga dapat disebut sebagai suatu
kelompok masyarakat setempat.
b. Comunity dipandang sebagai unsur dinamis, artinya menyangkut suatu
proses yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan anatara
manusia. Jika dipandang dari proses hubungan antar manusianya, maka
didalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuantujuan yang sifatnya fungsional.

Universitas Sumatera Utara

Suatu komunitas mengandung tiga kateristik yang pertama, para anggota
suatu komunitas berbagai identitas, nilai-nilai, dan pengertian. Kedua, mereka
yang di dalam komunitas memiliki berbagai sisi dan hubungan langsung, interaksi
terjadi bukan secara terisolasi melainkan melalui hubungan-hubungan tatap muka
dan dalam berbagai keadaan atau tata cara. Ketiga, komunitas menunjukan suatu
resiprositas yang mengeskpresikan derajat tertentu kepentingan jangka panjang
dan mungkin bahkan altruisme (mementingkan orang lain), kepentingan jangka
panjang didorong oleh pengetahuan dengan siapa seseorang berinteraksi, dan
altuarisme dapat dipahami sebagai suatu rasa kewajiban dan tanggung jawab.
3. Konsep Sinergi
Sinergi adalah membangun dan memastikan hubungan kerjasama yang
produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan,
untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Tujuan dari adanya
sinergi adalah mempengaruhi perilaku secara individu maupun kelom[ok untuk
saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi,
sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan suatu organisasi atau
komunitas. Sinergi saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai
hasil lebih besar daripada jumlah per bagian. Konsep bersinergi diantaranya
sebagai berikut :


Berorientasi pada hasil dan positif.



Perspektif beragam mengganti atau melengkapi paradigma.



Saling bekerjasam dan bertujuan sama serta adanya kesepakatan.

Universitas Sumatera Utara



Sangat efektif diusahakan dan merupakan suatu proses.

Melalui sinergi, kerjasama dari paradigma (pola pikir) yang berbeda akan
mewujudkan hasil lebih besar dan efektif sehubungan proses yang dijalani
menunjukkan tujuan yang sama dan kesepakatan demi hasil positif. Bersinergi
berarti saling menghargai perbedaan ide, pendapat dan bersedia saling berbagi.
Bersinergi tidak mementingkan diri sendiri, namun berpikir menang dan tidak ada
pihak yang dirugikan atau merasa dirugikan. Syarat utama penciptaan sinergi
yakni kepercayaa, komunikasi yang efektif, feedback yang cepat dan kreativitas
Dalam melakukan sinergi dengan berbagai kelompok maka akan terjadi
suatu interaksi sosial. Arnold W.Green menjelaskan interaksi sosial sebagai
aktivitas yang saling mempengaruhi antar individu/kelompok dalam uapanya
untuk memecahkan permasalahan dan merangkainya yntuk mewujudkan tujuantujuan. Proses interaksi sosial ini terjadi didasari oleh berbagai faktor, diataranya :
-

Mendorong seseorang untuk memenuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai
yang berlaku.

-

Mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai
yang berlaku yang berasal dari dirinya yang kenudia diterima pihak
lain.

-

Memungkinkan terbentuknya kerjasama dengan pihak lain.

-

Memeungkinkan terbentuknya kerjasama dengan pihak lain, didasari
keinginan untuk memahami pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama. Kerjasama
merupakan

bentuk interaksi sosial yang pokok dan merupakan proses yang

utama. Secara sederhana kerja sama diartikan ketika sekelompok orang
bergabung/ bekerja bersama-sama untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Dalam
sebuah kerjasama terdapat 5 bentuk kerjasama yaitu :
1) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong.
2) Bargaining yang berarti pelaksanaan perjanjian pertukaran barangbarabg dan jasa-jasa anatara dua organisasi atau lebih,
3) Koopatasi yang berarti proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai slah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan
dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
4) Koalisi yang berarti kombinasi antara dua organisasi atau lebih
yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat
mengahsilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu
karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai
struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. akan tetapi,
karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.
5) Joint venture yang berarti kerjasama dalam pengusahaan proyekproyek tertentu. Misalnya pengeboran minyak, pertambangan batu
bara, perfiliman, perhotelan dan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas sosial karena
menyangjut hubungan antara orang perorang dengan kelompok. Dalam interaksi
sosial tersebut erdapat berbagai tantangan dimana orang-orang dapat menguji
kemampuan dalam memenuhi berbagi kepentingan, baik kepentingan kelompok
maupun kepentingan perorangan. Manusia sebagai makhluk sosial dlam
kehidupan sehari-hari terlibat langsung dengan berbagai kegiatan interaksi.
Mereka melakukan interaksi sosial antara individu dengan individu lain, maupun
antar individu dengan kelompok dalam uapaya menciptakan hubungan yang baik
diantara mereka.
Berdasarkan uraian diatas bahwa komunitas yaitu orang-orang yang
memiliki kepentingan yang sama, ide yang sama dalam melakuakan suatu
kepentingan dan memiliki aturan-aturan yang mengikatnya. Suatu komunitas
harus mengikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan pada komunitas tersebut.
Suatu komunitas untuk dapat lebih berjalan baik maka suatu komunitas harus
memiliki yang namanya suatu kapasitas lembaga dimana kapasitas lembaga suatu
proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan
keahlihan yang dimiliki oleh individu, kelompok, atau organisasi serta sistem
untuk memperkuat kemampuan diri, kelompok dan organisasi sehingga mampu
mempertahankan diri/profesinya ditengah perubahan yang terjadi secara terus
menerus.
Suatu komunitas sering melakukan suatu interaksi sosial ataupun bersinergi
dengan kelompok sesamanya atau diluar kelompoknya. Dalam melakukan suatu
sinergi seluruh unsur yang ada harus saling berkaitan dan saling bekerjasama

Universitas Sumatera Utara

untuk mencapai hasil yang memuaskan seperti ibaratnya organ tubuh yang
masing-masing organnya memiliki fungsinya masing-masing jika salah satu dari
organ tersebut bermasalah maka semuanya akan ikut bermasalah. Hal ini sama
halnya dengan suatu komunitas atau organisasi sosial jika satu sistem ada yang
tidak sejalan maka tidak akan terjadi hasil yang baik.

4. Konsep Pelestarian
Pelestarian adalah proses atau cara perbuatan melestarikan, perlindungan
dari kemusnahan atau kerusakan. Pelestarian mencakup hal-hal sebagai berikut :
-

Pengamanan, yaitu upaya mengamankan dan menyelamatkan warisan
budaya yang terancam hilang atau rusak akibat kegiatan alam atau
manusia. Dapat dilakukan dengan melakukan perlindungan fisik,
pemindahan, ekskavasi penyelamatan.

-

Pemeliharaan, yaitu upaya melindungi dan merawat warisan budaya
secara terus menerus agar unsur bahan, isi dan latar lingkungan
(setting) tidak mengalami kerusakan atau hancur.

-

Perlindungan, yaitu melakukan uapaya-upaya pencegahan agar dapat
mempertahankan kondisi bahan warisan budaya.

-

Perbaikan, yaitu upaya mengembalikan keadaan agar mendekati
bentuk semula. Perbaikan dapat dilakukan dengan pemugaran
(restorasi) atau bina ulang (rekonstruksi).

-

Pemugaran (Resortasi), yaitu uapaya mengembalikan warisan budaya
ke bentuk semula yang diketahui dengan menghilangkan unsur-unsur

Universitas Sumatera Utara

baru yang pernah ditambahkan dan menyusun kembali berdasarkan
bahan-bahan asli tanpa penambahan baru.
-

Bina ulang (Rekonstruksi), yaitu upaya mengembalikan keadaan
warisan budaya agar dapat mendekati bentuk semula, dengam
menambahkan bahan-bahan baru.

-

Penggunaan kembali yang sesuai (Adaptive re-use), yaitu melestarikan
dengan memanfaatkan warisan budaya untuk kegiatan yang sesuai.
Untuk itu dapat dilakukan perubahan-perubahan dengan syarat antara
lain tidak mengakibatkan merosotnya nilai atau kerusakan pada
bagian-bagian yang mempunyai nilai penting, perubahan harus
memungkinkan pengembalian ke keadaan semula tanpa menimbulkan
kerusakan (reversible), dan oerubahan hanya berdampak sangat kecil.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Komunitas apa saja yang aktif melestarikan Sungai Deli ?
2. Komunitas apa saja yang paling berperan dalam melestarikan Sungai Deli?
3. Bagaimana sinergi antar komunitas dalam melestarikan Sungai Deli ?

1.4 Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana sinergi antar komunitas dalam upaya melestarikan Sungai
Deli.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang jelas dan nyata tentang cara atau peran, sinergi dari Komunitas-komunitas
dalam upaya melestarikan Sungai Deli yang dikaji secara antropologis serta dapat
menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur
kajian terhadap perkembangan ilmu antropologi sekaligus menjadi acuan bagi
penelitian berikutnya, khusunya kajian yang berhubungan dengan peran
komunitas-komunitas dalam upaya melestarikan Sungai Deli yang dikaji secara
antropologis.
1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di sepanjang Sungai Deli tepatnya di
Kampung Badur Lingkungan X, Kelurahan Hamdan dan Avros Lingkungan XIV,

Universitas Sumatera Utara

Kelurahan Kampung Baru. Lokasi ini dipilih dikarenakan keberadaan atau home
stay dari komunitas ini berada di daerah tersebut.
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian akan
dilaksanakan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan pendekatan yang bertujuan untuk menghasilkan data yang deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamatinya.
Studi deskriptif dalam hal ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi
secara aktual dan rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindentifikasi
masalah, melukiskan secara sistematis, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai
situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek
penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi, kemudian mengangkat ke permukaan
karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut (Bungin
2009 : 36).
Untuk memperoleh data yang akurat dan rinci maka peneliti akan
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.

Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki. Peneliti menggunakan teknik observasi
guna memperoleh gambaran penuh tentang segala tindakan, percakapan, tingkah

Universitas Sumatera Utara

laku dan semua hal yang akan ditangkap oleh panca indera terhadap apa yang
dilakukan masyarakat yang diteliti di lapangan. Observasi dapat dilakukan sesaat
ataupun dapat diulang. Dalam observasi melibatkan 2 komponen yaitu si pelaku
observasi yang lebih dikenal sebagai observer dan obyek yang diobservasi yang
dikenal sebagai observee (Sukandarrumidi 2002 : 69).
Melalui teknik observasi peneliti mampu memahami permasalahan yang
diteliti secara lebih mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan
teknik observasi partisipan. Teknik observasi pertisipan, dimana peneliti terlibat
langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang
diamati. Pelaku peneliti seolah-olah merupakan bagian dari mereka.
Dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan observasi terhadap
kedua komunitas ini yaitu Komunitas Go River dan KOPASUDE. Peneliti
melakukan observasi kurang lebih selama satu bulan. Hasil yang diperoleh oleh
peneliti selama di lapangan bahwa kedua komunitas ini yaitu KOPASUDE dan
Go River merupakan komunitas yang berperan aktif dalam melestarikan Sungai
Deli. Peneliti dapat menyimpulkan hal seperti itu dikarenakan aktivitas yang
mereka lakukan dalam mengembalikan keberadaan Sungai Deli dan ingin
menjadikan Sungai Deli sebagai tempat wisata bukan sebagai tempat pembuangan
masyarakat sekitar.
Hasil observasi yang peneliti dapatkan dari Komunitas Go River yaitu
setiap sekali seminggu mereka membersihkan kawasan pinggiran Sungai Deli
dengan menebang bambu-bambu yang bergantungan dan membersihkan sampah-

Universitas Sumatera Utara

sampah yang ada disekitaran sungai. Komunitas ini membersihkan daerah aliran
Sungai Deli dengan menggunakan perahu LSR yang dimiliki sendiri oleh
komunitas ini. Komunitas ini juga bersama berbagai lembaga ikut menanam
pohon yang bertema “Menanam untuk kotaku” yang dilaksanakan dari Avros
sampe Sukaraja. Penanaman pohon ini tepatnya dilakukan di bawah jembatan
Delta, Juanda Kelurahan Sukaraja yang dilaksanakan pada 21 Mei 2017 yang
dihadiri oleh Ketua Go River, Biopalas USU, Yayasan Budaya Hijau Indonesia
dan masyarakat sekitar. Dalam kegiatan ini peneliti ikut berpartisipasi dengan ikut
menanam pohon. Sebelum bibit pohon di tanam di sekitar lahan kosong yang ada
di pinggiran sungai, relawan-relawan komunitas Go River membersihkan dahulu
lalang-lalang yang sudah merajalela dan kemudia menanam bibit pohon tersebut.
Kegiatan ini diharapkan untuk memperindah kawasan Sungai Deli agar lebih
indah dengan menanam bibit-bibit tanaman pohon.
Hasil observasi yang didapat peneliti selama di lapangan terhadap
Komunitas Peduli Anak dan Sungai Deli yaitu peneliti melakukan observasi
terhadap kegiatan yang mereka lakukan untuk keberadaan Sungai Deli dan
mereka juga besinergi dengan berbagai lembaga untuk mengembalikan fungsi
Sungai Deli. Observasi yang pertama peneliti dapatkan dilapangan bahwa
komunitas ini setiap hari senin, selasa, kamis dan sabtu jam 20.00 malam
melakukan pengajaran kepada anak-anak yang ada di Kampung Badur
Lingkungan X, Kelurahan Hamdan dan saat bulan puasa dilakukan setiap hari
kamis jam 16.00 sore. Proses belajar mengajar ini mereka lakukan di Sanggar
Pendidikan Silaturahmi yang tempatnya sangat sederhana yang bertingkat dan

Universitas Sumatera Utara

terbuat dari kayu. Proses belajar mengajar ini dilakukan selama 2 jam dengan para
relawan-relawan KOPASUDE. Relawan Kopasude terdiri dari berbagai
mahasiswa yang ada di Kota Medan. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar ini
untuk mengisi waktu luang anak-anak yang berada di Kampung Badur dan
memotivasi anak-anak yang ada di Kampung Badur untuk menjaga lingkungan
dan tidak mengikuti hal-hal yang negatif. Kegiatan lain yang mereka lakukan
yaitu Gerakan Sibuk Baca kota Medan yang mereka lakukan di taman-taman kota
Medan. Tujuan ini mereka lakukan untuk meningkatkan budaya baca bagi anakanak dan mengembalikan fungsi taman di Kota Medan.
Observasi lain yang peneliti dapatkan di lapangan bahwa Komunitas ini
melakukan sinergi dengan berbagai lembaga seperti yang dilakukan komunitas ini
dengan Mahasiswa STIPAP-LPP Medan dengan tema “Langkah Hijau
kembalikan nafas kota”. Kegiatan ini dilakukan dengan menanam pohon
disekitaran sungai dan membersihkan sungai dari sampah-sampah.
Hasil observasi yang peneliti dapatkan dari kedua Komunitas ini bahwa
komunitas ini berperan aktif dan berusaha melestarikan Sungai Deli dan berusaha
mengembalikan fungsi Sungai Deli dan menjadikan Sungai Deli sebagai tempat
wisata. Kedua komunitas ini memeiliki kegiatan atau program tersendiri untuk
keberadaan Sungai Deli. Komunitas Go River lebih terfokus terhadap lingkungan
dari

Sungai

Deli

tersebut

sedangkan

Kopasude

lebih

memfokuskan

mensejahterahkan masyarakat terutama anak-anak yang berada di Sungai Deli dan
lingkungan Sungai Deli. Komunitas ini mempunyai prinsip yang utama kita
sadarkan

masyarakat

kemudian

bersama-sama

untuk

memperhatikan

Universitas Sumatera Utara

lingkungannya. Kedua komunitas ini juga melakukan berbagai sinergi dengan
berbagai lembaga yang membantu komunitas ini dalam mensukseskan program
mereka untuk melstarikan Sungai Deli. Respon terhadap komunitas ini sangat
baik dan berharap komunitas ini dapat berjalan lama dan mampu mengembalikan
dan melestarikan Sungai Deli.
2. Teknik Wawancara
Teknik lain yang digunakan peneliti selain teknik observasi adalah teknik
wawancara. Wawancara adalah proses tanya jawan lisan, dimana 2 orang atau
lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan
mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya (Sukandarrumidi 2002 : 88).
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam dari para
informan. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara
mendalam (indepth interview), dimana peneliti akan melakukan tanya jawab dan
menggali informasi lebih mendalam, terbuka, tegas, dan terbuka yang
menyangkut fokus penelitian. Dalam melakukan wawancara, peneliti mengali
informasi mengenai kegiatan atau tindakan yang dilakukan komunitas dalam
melestarikan Sungai Deli dan tanggapan masyarakat terhadap keberadaan dari
komunitas tersebut.
Informan adalah orang yang akan memberikan informasi mengenai
informasi yang akan ditanyakan. Pemilihan dan penetapan informan sangatlah
penting dalam melakukan penelitian. Semua orang bisa dijadikan sebagai
informan tetapi harus ada yang menjadi informan kunci yaitu informan yang
memiliki jawaban-jawaban yang terbaik dan terpercaya. Informan yang baik

Universitas Sumatera Utara

adalah informan yang mengetahui informasi atau jawaban atas pertanyaan yang
diutarakan oleh peneliti.
Saat peneliti melakukan peneliti di Komunitas Go River pertama sekali
peneliti menjumpai Kepala Lingkungan XIV yaitu Pak Sofian yang sering
dipanggil Pak Ian. Sebelumnya peneliti sudah mengenal Pak Ian saat peneliti
melakukan PKL –TBM. Peneliti bisa mengenal orang-orang yang ada di
komunitas ini dari Pak Ian yang kebetulan beliau sangat mengenal dan akrab
dengan orang-orang dari Komunitas ini dan kemudia peneliti diantarkan dan
berkenalan dengan orang-orang di komunitas tersebut. Pak Ian merupakan
informan peneliti, peneliti kurang lebihnya menanyakan keberadaan lokasi dan
data-data kependudukan dari Pak Ian.