Seminar Regional Inovasi Teknologi Perta

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN PERTANIAN PEDESAAN DI
SULAWESI UTARA
Joula Sondakh, Rita Novarianto, Z.Mantau

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara
Jl. Kampus Pertanian Kalasey, Sulut

ABSTRAK
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis sejauhmana kinerja
pembangunan pertanian di Sulawesi Utara selang tahun 2007. Pada akhirnya dalam analisis ini
berupaya merumuskan kebijakan pembangunan teridentifikasi. Penelitian menggunakan
metode survai dilaksanakan di enam desa di tiga Kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Utara. Data
yang dihimpun meliputi data primer dan data sekunder. Data dianalisis secara deskriptif dan
ekonomis. Hasil dari kajian yaitu : 1) Kebijakan Sosialiasi dan Pengunaan Inovasi Teknologi
(penggunaan pupuk sesuai anjuran, penggunaan bibit unggul terutama padi sawah, jagung, dan
kedelai, penggunaan alsintan) menjadi mudah untuk ditawarkan karena rata-rata anggota RTP
memiliki umur produktif dan tingkat pendidikan SMP ke atas. Peluang dan tantangan bagi
pemerintah untuk melihat keunggulan petani dan anggota keluarganya. Departemen Pertanian

lewat BPTP, Dinas Lingkup Pertanian Sulut, BIPP/BPP menjadi usulan institusi penyelenggara
sosialisasi penggunaan inovasi teknologi. 2) Kaitan antara sumber pendapatan dan pekerjaan
petani, menjadi ancaman bagi keberlangsungan usahatani. Petani mulai menggantungkan
kehidupan pada pendapatan non-farm. Strategi pemerintah adalah meningkatkan produktifitas
dengan intensifikasi lahan (mengingat luas lahan yang dikuasai terbesar hanya < 1 ha) dengan
kebijakan pemberian bantuan benih/bibit unggul padi sawah, jagung dan kedelai yang memiliki
produksi tinggi dan tahan hama/penyakit. Selain itu kebijakan subsidi pupuk terutama pupuk
dasar perlu setiap tahunnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai efisiensi usahatani
R/C di atas 2 yang berdampak positif pada peningkatan nilai tambah RTP. Hal ini dapat
dilakukan lewat Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah (Pemprov lewat Dinas Terkait).
Program Kebijakan Pangan penting ditindak lanjuti; 3) Diversifikasi usahatani lewat
pengolahan hasil, pembuatan pupuk organik, dll. Mengintensifkan Tenaga Kerja Dalam
Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) sangat penting dengan kegiatan
yang tidak hanya tergantung pada pekerjaan menanam sampai panen yang hanya bersifat
musiman. Dengan demikian sektor pertanian bisa menjadi harapan pendapatan RTP yang tidak
hanya bersumber dari on-farm tapi juga off-farm. Diharapkan kerjasama Instansi Pertanian
Terkait (BPTP, Dinas-Dinas, BIPP/BPP, Dept. Perindustrian, dan Dept. Lain/ LSM/Swasta.
Kata kunci : Kinerja, Pembangunan, Pertanian.

274


Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

PENDAHULUAN
Sektor pertanian hingga beberapa dekade mendatang masih tetap
menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Sulawesi Utara.
Pendapatan sebahagian besar masyarakat di daerah ini masih sangat tergantung
pada sektor pertanian yaitu melibatkan sekitar 50-60% dari tenaga kerja yang
tersedia. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB selang 5 tahun terakhir hanya
sekitar 25-30%, memberi indikasi bahwa pengelolaan sumberdaya pada sektor
ini dibandingkan dengan sektor lain belum optimal, disebabkan antara lain
karena andalan nilai ekonominya masih terfokus pada produk primer dengan
sistem pengelolaan usahatani umumnya masih secara tradisional.
Beberapa aspek penting yang perlu dicermati dalam pengembangan
pertanian di Sulawesi Utara yaitu melanjutkan kajian kinerja pengembangan
pertanian yang mencakup pertumbuhan sektor pertanian yang lebih difokuskan
pada pembenahan sistem agribisnis komoditas unggulan dan andalan daerah.

Berbagai hasil kajian menginformasikan bahwa dalam sistem agribisnis
selama ini telah terjadi sistem dan tatanan yang tidak proporsional yaitu adanya
perlakukan eksploitasi diantara pelaku dalam sistem agribisnis, terutama pihak
petani sebagai pelaku utama selalu dalam kondisi tidak berdaya. Tujuan dari
kegiatan ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis sejauhmana kinerja
pembangunan pertanian di Sulawesi Utara selang tahun 2007. Pada akhirnya
dalam analisis ini berupaya merumuskan kebijakan pembangunan
teridentifikasi. Penelitian ini diharapkan akan mendorong terkondisinya
sistem agribisnis yang progresif dari setiap komoditas yang nantinya akan
menjadi landasan yang kokoh dalam pencapaian dan penataan tingkat
kesejahteraan bagi pembangunan pertanian pedesaan secara nyata dan
berkelanjutan. Terkait dengan revitalisasi pembangunan pertanian maka
berbagai komoditas unggulan nasional maupun daerah ini merupakan fokus
kajian secara komprehensif sehingga orientasi pengembangan kedepan dapat
teraktualisasi kondisi sistem agribisnis secara utuh dimana masing-masing
subsistem mampu berperan dan berfungsi secara proporsional. Peran dan
fungsi dalam setiap subsistem agribisnis baik sebagai pelaku utama maupun
sebagai pelaku penunjang akan saling terkait satu sama lain dan tidak terjadi
tumpang tindih.


Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

275

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Lokasi kajian ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu 3
(tiga) Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara, dan masing-masing kabupaten/kota
diwakili oleh 2 desa sehingga total desa kajian berjumlah 6 (enam) desa. Untuk
efisien dan efektifitas maka dilakukan stratifikasi atau regrouping berdasarkan
agroekosistem dan aksessibilitas. Untuk lebih terinci dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1. Penentuan lokasi pengkajian, 2007.
Kab/Kota /
AGROEKOSISTEM

LOKASI


Kab. Minahasa Selatan
Lahan Kering Dataran Desa Pakuure 2, Kec. Tenga
Rendah (LKDR)
Lahan Kering Dataran Desa Ongkaw 2
Rendah (LKDR)
Kec. Sinonsayang
Kab. Bolaang Mongondow
Lahan Sawah (LS)
Desa Cempaka
Kec. Sangtombolang
Lahan Sawah (LS)
Desa Kembang Merta
Kec. Dumoga Timur
Kabupaten Minahasa
Lahan Kering Dataran Desa Kanonang 1, Kec.
Tinggi (LKDT)
Kawangkoan
Lahan Kering Dataran Desa Panasen, Kec. Langowan
Tinggi (LKDT)


KOMODITAS
UNGGULAN

Kelapa, Cengkih, Jagung,
Sapi
Kelapa, Cengkih, Jagung

Padi sawah
Padi sawah

Jagung, Kacang tanah,
Tomat
Jagung, Ubi Jalar, Itik

Lokasi-lokasi tersebut merupakan tempat yang memiliki aksesbilitas
terutama terhadap keberadaan infrastruktur jalan dan kedekatan dengan ibukota
kabupaten/kota setempat. Waktu pelaksanaan terhitung Januari – Desember
2007.
Metoda Pengumpulan Data

a. Sumber Data
Sumber data yang dibutuhkan dari kajian ini adalah data sekunder dan
data primer. Data sekunder dikumpulkan dari kantor BPS, Dinas Terkait,
instansi tingkat kecamatan dan desa. Sedangkan data primer dikumpulkan

276

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

melalui pengumpulan langsung kepada responden (petani, pedagang, pemilik
kios, atau kelompok tani) melalui metode survei.
Data primer terdiri dari : struktur dan pendapatan setahun rumah tangga di
desa contoh, struktur dan pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga di
desa contoh, data produksi dan pendapatan dari setiap cabang usahatani yang
diusahakan, data upah pertanian dan non pertanian yang berlaku di desa
contoh. Semua sumber data primer dituangkan dalam kuisioner.
b. Pengumpulan Data

Metoda pengumpulan data dari data pendapatan dan pengeluaran rumah
tangga petani serta data produksi dan pendapatan dari seluruh cabang
usahatani, dikumpulkan dengan kuisioner terstruktur yang telah dipersiapkan.
Pengumpulan data dilakukan melalui metoda survei, petani contoh diambil
berdasarkan stratified random sampling. Untuk mengetahui keragaan petani di
desa contoh, petani dibagi ke dalam tiga strata yaitu petani dengan pendapatan
rendah, sedang dan tinggi. Setiap strata di ambil 5 petani contoh, sehingga
jumlah petani contoh setiap desa menjadi 15 orang. Data dari 15 petani contoh
ini kemudian diagregasi untuk menduga keragaan petani di desa contoh. Unit
analisis indikator pembangunan ekonomi pedesaan adalah desa, dalam hal ini
direpresentasikan oleh desa contoh yang dipilih.
Metode Analisis
Data input-output usahatani komoditas dominan diolah dengan analisis
finansial untuk melihat profitabilitas usahatani, efisiensi usahatani, struktur
biaya, distribusi penggunaan tenaga kerja berdasarkan sumber tenaga keluarga
luar keluarga dan jenis kelamin (sex), nilai imbalannya terhadap tenaga
keluarga serta menganalisis tingkat teknologi usahatani yang dilakukan.
Sedangkan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani dengan analisis
tabulasi, untuk melihat jumlah pendapatan dan pengeluaran, struktur
pendapatan dan pengeluaran rumah tangga serta sumbangan masing-masing

sumber pendapatan keluarga terhadap total pendapatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Geografis Sulawesi Utara
Provinsi Sulawesi Utara dengan ibukota Manado terletak antara 0o-15’
o
– 5 34’ LU dan antara 123 o 07’ - 127 o 10’ BT, yang berbatasan dengan Laut
Sulawesi, Republik Philipina dan Laut Pasifik di sebelah utara serta Laut
Maluku di sebelah timur. Batas sebelah selatan dan barat masing-masing
adalah Teluk Tomini dan Provinsi Gorontalo.

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

277

Seminar Reegional Inovasi Teknologi Pertaanian, mendukunng Program Pem
mbangunan Pertaanian
Propinssi Sulawesi Utarra

S

Uttara, berdassarkan data BPS dalam
m Sulut
Luass wilayah Sulawesi
Dalam Angka 2007, tercatat
D
t
15.3376,99 m2 (luas
(
ini meengalami perubahan
k
karena
dihittung mengguunakan peta rupa bumi skala 1 : 500.000 yang meliputi
m
e
enam
kabuppaten dan tiiga kota. Boolaang Monngondow meerupakan kaabupaten
t
terluas
denggan luas wilaayah 8.358,004 km2 atau 54.91 % daari wilayah Sulawesi
S

ang
terletak
U
Utara
Luas. Terdapat 41
4 gunung y
pada beberaapa kabupatten/kota.
S
Sedangkan
jumlah
j
danaau tercatat sebanyak
s
177 danau dann 30 jumlah sungai.
B
Berdasarkan
n pencatataan Stasiun Metereologgi Sam Ratulangi,
R
r
rata-rata
o
t
temperatur
di
d kota Manaado sepanjanng tahun 20006 adalah sekkitar 26,3 C.
C
K
Kinerja
Pem
mbangunan
n Ekonomi Sulawesi
S
Uttara
a. Prod
duk Domesstik Region
nal Bruto (PDRB) dan
d
Pertum
mbuhan
Ekon
nomi (PE)
Pertuumbuhan Ekkonomi (PE) Sulawesi Utara tahunn 2007 beradda pada
j
jalur
yang teepat (on the track) (lihaat Grafik 1).. Tahun 20007 PE Sulut tumbuh
6
6,42
%, lebbih tinggi dibbandingkan PE tahun 2006
2
sebesaar 6,16 % PE
E tahun
2
2005
yang hanya 4,9 %. Nilai PE yang diraih
d
ini sudah
s
sesuaai target
p
pemerintah
B
data Badaan Pusat
di RPJMD yaitu kisarran 6 %. Berdasarkan
S
Statistik
(BP
PS) Sulut, PE
P Sulut lebbih tinggi diibandingkann PE Nasionnal 2007
s
sebesar
6,3 %.
%
Pertumbuha
P
an Ekonomi (PE) Sulutt
Tah
hun 2005-20
007

7
6
5
4
3
%2
1
0

2006, 6.16
6

200
07, 6.42

2005, 4.9

Tahun
Sum
mber : BPS Suluut, 2008.

Grrafik 1. Perttumbuhan Ekkonomi Suluut Tahun 20005 – 2007

2
278

Analisis Kinerj
rja Pembangunann Pertanian Peddesaan di Sulaweesi Utara

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

Sektor masih merupakan kontributor utama dalam PE Sulut (y on y)
dengan kontribusi sebesar 1,35 % diikuti sektor bangunan 1,32 % dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran 1,29 % (lihat trend y on y pada Tabel 2 kaitan
dengan Grafik 2). Kinerja sektor ini, masih menjadi harapan besar penyumbang
devisa daerah dan negara. Trend (laju pertumbuhan) PDRB secara keseluruhan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha Sulut tahun 2007
(%)
Laju
SEKTOR
Laju
C to
SoG
Pertumbuhan
Pertumbuhan
C
y on y
Tahun 2007 thd
Berantai
Tahun 2006
Triwulan IV
(y on y)
2007 thd
Triwulan III
2007
(q to q)
Pertanian
6.48
7.22
6.55
1.35
Pertambangan
14.72
7.94
7.58
0.34
Industri
6.06
8.18
6.05
0.67
Pengolahan
Listrik, Gas, dan
8.11
6.58
6.31
0.06
Air Bersih
Bangunan
11.60
8.43
7.41
1.32
PHR
35.22
8.52
7.47
1.29
Pengangkutan dan
49.76
7.22
6.88
1.06
Kom
Keuangan
6.50
8.03
7.58
0.44
Persewaan
Jasa-Jasa
7.45
3.37
3.30
0.57
PDRB
16.51
7.21
6.42
7.21
Sumber : BPS Sulut dalam Manado Pos, Pebruari 2008 dan Berita Resmi Statistik,
2008. No. 23/02/71/Th.II, 15 Februari 2008. BPS Sulut.

Pertumbuhan Ekonomi (PE) pada prinsipnya diukur berdasarkan
kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara keseluruhan. Untuk
lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 3 dan Grafik 2 berikut :

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

279

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

Tabel
No
1
2
3

4

5
6
7

8

9

3. PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha selang 2002
– 2007, (Jutaan Rupiah)

Lapangan
Usaha
Pertanian
Pertamb &
Penggalian
Industri
Pengolaha
n
Listrik,
Gas & Air
Bersih
Bangunan
Perdag,
Htl&Resto
Pengangku
tan
& Kom
Keu,
Persewa
An,Js
Perus
Jasa-Jasa

PDRB

2002

2003

2004

2005

2006

2.794.252,8
4
855.990,90

2.744.233,9
5
823.583,73

3.018.915.6
9
813.843,18

3.615.567,9
7
846.566,61

4.168.564,9
9
967.317,56

1.122.061,8
6

1.325.427,0
6

1.466.542,9
2

1.582.761,1
6

1.901.008,3
5

96.605,05

110.916,84

115.287,40

181.907,81

194.927,29

1.828.599,4
1
1.752.491,4
5
1.695.478,1
5

2.211.189,4
5
1.985.931,5
9
1.781.464,0
9

2.370.900,4
1
2.332.091,1
6
1.979.958,4
8

2.873.963,4
6
2.877.211,5
5
2.689.130,8
3

3.204.935,5
6
3.288.370,5
1
2.883.293,8
4

812.017,62

892.278,35

966.992,73

1.056.729,8
9

1.280.750,6
1

2.118.371,8
0
13.075.868,
08
2.052.370

2.286.854,2
7
14.161.879,
33
2.135.520

2.663.217
15.727.748,
98
2.158.597

3.039.639,8
2
18.763.479,
10
2.128.780

3.614.528,3
9
21.503.697,
10
2.160.641

7.286.098

8.814.194

9.952.462

Penduduk
Pertengahan
Tahun (orang)
PDRB
per
6.371.107
6.631.584
Kapita
Sumber : BPS, 2007. Sulut Dalam Angka 2006.

200
7

Tabel 3 dan 4, menunjukkan bahwa sektor pertanian masih tetap memberikan
kontribusi yang lebih tinggi dibanding sektor lainnya. Sebelum 2003, PDRB
sektor pertanian masih berada pada angka 20-an %. Kondisi ini menurun di
bawah 20 %, dan tetap berfluktuatif (2003-2006) pada angka 19%.
Tabel 4. Distribusi Persentase PDRB Atas Harga Berlaku tahun 2002 - 2006
Sektor
Pertanian
Pertambangan & Galian
Industri Pengolahan
listrik
Bangunan

280

2002
21.37
6.55
8.58
0.74
13.98

2003
19.36
5.82
9.36
0.78
15.61

2004
19.19
5.17
9.32
0.73
15.07

2005
19.27
4.51
8.44
0.97
15.32

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

2006
19.39
4.5
8.84
0.91
14.9

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

Sektor
Perdag, Htl& Resto
Pengangkutan&Kom
Keuangan, Persewaan, Js
Perus
Jasa-Jasa

2002
13.4
12.97
6.22

2003
14.2
12.56
16.15

2004
14.83
12.59
16.93

2005
15.33
14.33
16.2

2006
15.29
13.41
16.6

16.2

16.15

16.93

16.2

16.81

Sumber : BPS Sulut dalam Sulut Dalam Angka, 2007.

b. Nilai Tukar Petani (NTP)
NTP dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan,
karena mengingat sebagian besar pendapatan rumah tangga pedesaan berasal
dari kegiatan usaha pertanian. Grafik berikut dapat menunjukkan pergerakan
NTP selang tahun 1996-2006.
INDEKS NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULUT
TAHUN 1996-2006
450
383.1

400
350
300
250

275
241.55
224.04

200
150
100

118.02
93.34 96.74

161.57161.22
142.54
131.6

50
0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
TAHUN

Grafik 2. Indeks NTP Sulut tahun 1996 – 2006
Fluktuatif, mungkin ini yang bisa dinilai dari pergerakan NTP selang 11
tahun terakhir. Data yang cukup akurat untuk mempelajari sejauhmana tingkat
kesejahteraan petani Sulut. Namun demikian perlu disyukuri bahwa, tingkat
kesejahteraan mengacu pada indikator ini mengalami perubahan dimulai tahun
1998 sampai tahun 2006, dimana nilai NTP berada di atas 100.. Tahun 19992002 petani Sulut pernah mengalami kejayaan (terutama petani cengkih)
dengan nilai NTP cukup signifikan dibanding tahun sebelum dan sesudahnya.

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

281

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

Kondisi ini dilatarbelakangi dengan naiknya harga jual cengkih yang mencapai
puncaknya pada tahun 2001 sekitar Rp. 100.000/kg.
NTP tahun 2006 sebesar 142,54 persen menunjukkan bahwa
perkembangan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari indeks harga
yang dibayar petani. Hal ini memiliki arti bahwa kemampuan/daya beli petani
selama 2006 lebih baik dibanding tahun dasar yaitu tahun 2003. Harapan
bahwa NTP pedesaan sampel berada pada sekitar nilai yang dicapai tersebut.
Kinerja Sektor Pertanian
Pedesaan memegang peranan penting pembangunan di sektor pertanian.
Unit terkecil pemerintahan ini merupakan sentra produksi komoditas pertanian.
Oleh karenanya, sebagai pemegang unit produksi, kajian ini mengambil 6 desa
di tiga kabupaten dengan karakter komoditas spesifik berbeda tiap kabupaten
(lihat alokasi komoditas mengacu pada agroekosistem pada Tabel 1). Dari
desa-desa tersebut, 2 desa diantaranya yaitu Cempaka dan Ongkaw 2,
merupakan lokasi Prima Tani yang menjadi Program Litbang saat ini.
Analisis Peubah Penjelas Indikator Pertanian Pedesaan
a. Karakteristik Umum Petani Sampel (Umur, Pendidikan, dan
Produktifitas Petani)
Ketiga komponen ini cukup memberikan pengaruh penting dalam
menunjang kinerja pembangunan pertanian. Untuk lebih jelasnya karakteristik
ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Karakteristik Anggota Rumah Tangga Petani Contoh, 2007.
Variabel

Umur
KK
(Thn)
Pendidikan
KK (Thn)
Umur
Istri
(Thn)
Pendidikan
Istri (Thn)
Pendidikan
Anak Laki2
(Thn)
Pendidikan
Anak Wanita

282

Bolmong
Kembang Cempaka
Merta
RA
NRA
41
45

Minahasa
Kanonang Panasen
1
NRA
RA
43
48

Minahasa Selatan
Pakuure Ongkaw
2
2
RA
NRA
55
53

9
(SMP#3)
38

2
(SD#2)
38

8
(SMP#2)
39

8
(SMP#2)
45

8
(SMP#2)
51

10
(SMA#1)
50

7
(SMP#1)
8
(SMP#2)

7
(SMP#1)
7
(SMP#1)

11
(SMA#2)
11
(SMA#2)

10
(SMA#1)
11
(SMA#2)

10
(SMA#1)
10
(SMA#1)

10
(SMA#1)
13
(PT#1)

7
(SMP#1)

10
(SMP#3)

9
(SMP#2)

6
(SD#6)

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

12
(SMA#3)

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

(Thn)
Anggota RT
3
Produktif
Anggota RT
1
Non Produktif
Sumber : Data Primer, 2007.

3

3

2

2

3

2

1

1

0

1

Karakteristik petani dan anggota RT di tiap lokasi contoh dari keseluruhan
variabel, terlihat cukup baik menunjang keberhasilan berusahatani. Dalam hal
berproduksi, umur KK dan istri cukup menunjang karena berada dalam
kategori umur produktif (antara 43-55 tahun). Selain itu, jumlah anggota RT
yang produktif yang cukup besar dari pada yang non-produktif (2-3 anggota
produktif : 0-2 anggota non produktif), dapat menjadi harapan sebagai
penyumbang tenaga tidak hanya dalam usahatani tapi juga sektor lain dalam
membantu mencari nafkah KK. Anggota produktif ini dapat menjadi
kontributor dalam usaha pertanian baik sebagai TKDK (tenaga kerja dalam
keluarga) maupun TKLK (tenaga kerja luar keluarga/buruh tani). Mengacu
pada pendidikan yang rata-rata berada pada tingkat SMP, baik KK, istri dan
anak-anak cukup menunjang dalam penyerapan teknologi (ditunjang dengan
umur yang masih memiliki kecerdasan ingatan).
Kondisi umur, pendidikan, dan masih produktif dapat menjadi
peluang yang cukup besar dalam memajukan kegiatan berusaha tani.
Pemerintah yang selalu dinamis karena selalu memiliki program dalam
memajukan kegiatan pertanian dengan tawaran inovasi maupun renovasi
teknologi, pada kondisi ini bisa terbantu. Namun demikian perlu ditunjang
dengan adanya karakter petani dan anggotanya yang mau menerima
pembaharuan dalam berusahatani. Selain karakter pribadi, budayapun dapat
menjadi faktor pembatas ditermanya tawaran inovasi atau sekalipun renovasi.
Suatu tantangan terbesar bila menanam suatu jenis komoditas dan dengan
cara-cara (teknologi) yang tidak meningkatkan produktifitas telah menjadi
karakter budaya petani setempat.
b. Pekerjaan
Sasaran pengambilan sampel adalah orang yang memiliki pekerjaan dan
lahan untuk berusahatani. Walaupun bekerja sebagai petani dan memiliki lahan
pertanian, tidak semuanya menggantungkan kehidupannya dari sektor ini.
Variasi pekerjaan dilakukan oleh beberapa petani sampel. Untuk lebih jelasnya
dipelajari pada Tabel 6.

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

283

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

Tabel 6. Jenis Pekerjaan KK Petani Contoh, 2007 (%).
Bolmong
Kembang
Cempaka
Merta
RA
NRA
Pertanian
100
100
Buruh Pertanian
11
15
Non Pertanian
7
5
Sumber : Data Primer.
Variabel

Minahasa
Kanonang
Panasen
1
NRA
RA
100
100
23
25
11
9

Minahasa Selatan
Pakuur Ongka
e2
w2
RA
NRA
100
100
37
33
12
9

Tabel di atas dapat dilihat, bahwa 90 sampel (100%) bergerak dalam
usaha pertanian dan buruh pertanian. Namun demikian, usaha di luar bidang
pertanian masih ditekuni oleh beberapa petani sampel. Walaupun jumlah petani
yang memiliki pekerjaan ganda cukup kecil, tak dapat dipungkiri bila bidang
pertanian yang ditekuninya hanya dapat menempati urutan berikutnya sebagai
kontributor pendapatan rumah tangga.
c. Penguasaan Lahan
Aset pertanian yang sangat berpengaruh pada keberhasilan usaha
pertanian adalah lahan. Bila petani memiliki lahan, maka kepastian akan
keberlangsungan usaha dalam kondisi aman. Penguasaan lahan petani sampel
dapat diihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penguasaan Lahan Pertanian Petani Contoh, 2007 (Ha).
Variabel

Bolmong
Kembang
Cempaka
Merta
RA
NRA
1.82
1.71

Digarap
sendiri
Digarap
orang lain
Sumber : Data Primer.

0.7

Minahasa
Kanonang
Panasen
1
NRA
RA
0.7
0.4
0.5

0.3

Minahasa Selatan
Pakuure 2
Ongkaw
2
RA
NRA
0.9
0.8
-

0.7

Tingkat penguasaan lahan menunjukkan suatu fenomena ke arah petani
gurem. Hai ini dicirikan dengan jumlah penguasaan lahan yang sebagian besar
telah berada di bawah 1 ha. Padahal bila dicermati, desa-desa sampel di
Minahasa Selatan adalah sentra penghasil kelapa yang pemilikan lahan pada
survey-survey sebelumnya oleh BPTP Sulut di bawah tahun 2006 rata-rata > 1
ha.
Fragmentasi lahan menjadi salah satu faktor terjadinya fenomena petani
gurem di daerah ini. Lahan akan dibagikan kepada anak-anak yang telah
menikah, yang berakibat kepemilikan lahan terbagi semakin kecil. Lahan

284

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

terbagi, selain untuk usahatani, juga bangunan rumah tinggal. Hal yang dapat
menjadi ancaman rendahnya produksi dan produktifitas usahatani.
d. Teknologi, Produktifitas dan Efisiensi Usahatani
Keuntungan suatu usahatani bila mampu menggunakan teknologi (cara
berusahatani) unggulan yang akhirnya mampu meningkatkan produktifitas dan
memberikan suatu keuntungan (tingkat efisiensi yang tinggi). Untuk lebih
jelasnya, penggunaan teknologi, produktifitas dan dan tingkat efisiensi
usahatani baik padi sawah maupun jagung dan kacang tanah dapat dilihat
padaTabel 8.
Tabel 8. Teknologi, Produktivitas dan Efisiensi Usahatani Padi Sawah per
Ha, 2007.
Komponen
Kabupaten Bolaang Mongondow
MH
MK
Nilai
Nilai
I. Biaya
Saprodi (Kg)
Benih
88
114
Urea
143
186
ZA
SP-36
60
77
KCL
NPK
47
61
Kandang
4317
II. Produktifitas
5612
1.82
1.5
Analisis
Keuntungan
(R/C)
Sumber : Diolah dari data primer.

Penggunaan benih berlabel/unggul tidak digunakan oleh petani
sampel di dua lokasi di Kabupaten Bolaang Mongondow. Benih lokal seperti
Superwin banyak digunakan petani padi sawah, tidak hanya di kab. Bolaang
Mongondow tapi juga di Minahasa dan Minahasa Selatan. Terlihat bahwa
hanya tiga jenis pupuk yang umumnya digunakan petani. Namun demikian,
produktifitas yang cukup tinggi tidak diimbangi dengan keuntungan. Hasil
perhitungan efisiensi menunjukkan R/C masing-masing hanya 1,5 (MH) dan
1.82 (MK), yang dapat berarti bahwa usahatani padi sawah pada tahun 2007
dalam kondisi rugi. Faktor penggunaan input produksi (tenaga kerja, benih,

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

285

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

pupuk, obat-obatan) menjadi faktor berpengaruh terhadap capaian keuntungan
usahatani ini.
Hal yang hampir menunjukkan kondisi yang sama adalah pada
usahatani pangan lainnya yaitu jagung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel

9. Teknologi, Produktivitas dan Efisiensi Usahatani Palawija per Ha,
2007.
Komponen

I. Biaya
Saprodi (Kg)
Benih
Urea
ZA
SP-36
KCL
NPK
Kandang
II. Produktifitas
III. Analisis Keuntungan
(R/C)

Kabupaten Minahasa dan Minahasa Selatan
Kacang Tanah
Jagung
Nilai
Nilai

31
82
55
32
26
2613
2.63

57
149
100
58
47
4762
1.46

Sumber : Diolah dari data primer.

Usahatani palawija pada Tabel 8, memberikan hasil yang bervariasi.
Keuntungan (tingkat efisiensi) hanya dicapai oleh usahatani kacang tanah
dengan R/C 2.63, sebaliknya pada usahatani jagung. Penggunaan input
produksi pada kacang tanah terutama pupuk memberikan pengaruh pada hasil
tersebut.
e.

Struktur Pendapatan dan Pengeluaran RT
Pendapatan dan pengeluaran menjadi indikasi penting melihat tingkat
kesejahteraan khususnya petani. Tingkat pendapatan dan pengeluaran petani di
enam lokasi kajian dapat dipelajari pada Tabel 10. Tiga jenis pendapatan yaitu
on-farm, off-farm dan non-farm yang menjadi sumber penghasilan petani.
Variasi sumber pendapatan terjadi pada tiap RTP. Ada yang memiliki tiga
sumber pendapatan, tapi ada yang 2 bahkan 1 sumber. Sedangkan tingkat
subsistensi ataupun sebaliknya dimana RTP mulai menunjukkan pada
kehidupan yang modern tercermin dari jenis pengeluaran yang dialokasikan
Tabel 11.

286

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

Tabel

10. Pendapatan Rumah Tangga Setahun berdasarkan Sumber
Pendapatan, 2007.
Sumber
Kabupaten
Bolmong
Minahasa
Minsel
Sektor Pertanian
15.032.012 (72) 6.126.767 (32) 8.079.342 (43)
(On-Farm)
Luar Usahatani
2.410.333 (11)
1.020.000 (5)
1.360.000 (7)
(Off-Farm)
Non-Pertanian
3.388.571 (17)
12.240.000
9.390.000 (50)
(Non-Farm)
(63)
TOTAL
20.830.916 (100)
19.386.767
18.829.342
(100)
(100)
Sumber : Diolah dari data primer.

Tabel 11. Pengeluaran Rumah Tangga Setahun, 2007.
Jenis Pengeluaran
Kabupaten
Bolmong
Minahasa
Minsel
I. Pangan
8.397.807 (43)
11.246.535 8.260.323 (41)
(62)
1. Beras
3.246.000
5.542.200
2.124.020
2. Non-Beras
496.667
5.014.323
5.704.335
6.273.787
3. Lauk Pauk
II. Non Pangan
11.264.666 (57) 6.888.296 (38)
11.813.178
(59)
1. Pddk & Ksht
2.778.067
4.259.210
2.213.067
2. Pakaian
832.143
674.815
1.975.000
3. Transportasi
2.046.360
1.944.600
1.340.409
4. Keg. Sosial
1.536.155
785.846
1.728.519
5. Lainnya
2.269.968
4.071.941
2.510.040
TOTAL
19.662.473 (100)
18.134.831
20.073.501
(100)
(100)
Sumber : Diolah dari data primer.

Data pada Tabel 10 dan 11 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan sumber
pendapatan terbesar petani sampel dan alokasi pengeluaran. Petani Kab.
Bolmong 72 % masih menggantungkan kehidupan pada sektor on-farm
(berproduksi) namun pengeluaran RT untuk pangan hanya 43 %; disusul
Minahasa Selatan 43 % sumber pedapatan pada on-farm namun hanya 41 %
pengeluaran dialokasikan untuk pangan; dan Minahasa hanya 32 %
menggantungkan kehidupan pada on-farm namun 62 % pengeluaran (terbesar

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

287

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

dari 2 kabupaten lainnya) terserap untuk pangan. Pada sisi sumber pendapatan
memberikan suatu gambaran bahwa sektor pertanian pada tahun-tahun
mendatang bisa tergantikan dengan sektor lainnya di luar pertanian jika tidak
dilakukan pembenahan secepatnya, dan pada sisi alokasi pengeluaran RT
kebutuhan non-pangan paling besar di dua kabupaten menunjukkan bahwa
RTP petani mulai berada pada kondisi mulai menggeser perhatian dari sektor
pertanian bila efisiensi usaha kurang menguntungkan.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Mengacu pada hasil pengkajian, beberapa hal penting yang dapat
diusulkan untuk dijadikan suatu rumusan kebijakan dalam kerangka
pembangunan pertanian pedesaan. Usulan ini akan ditindak lanjuti kemudian,
jika dijadikan suatu kebijakan daerah/nasional, dengan penyusunan suatu
langkah operasional yang lebih terinci dalam pelaksanaannya, yaitu:
1. Kebijakan Sosialiasi dan Penggunaan Inovasi Teknologi yang dilaksanakan
oleh BPTP dan Dinas lingkup pertanian (penggunaan pupuk sesuai anjuran,
penggunaan bibit unggul terutama padi sawah, jagung, dan kedelai,
penggunaan alsintan) menjadi mudah untuk ditawarkan karena rata-rata
anggota RTP memiliki umur produktif dan tingkat pendidikan SMP ke atas.
Peluang dan tantangan bagi pemerintah untuk melihat keunggulan petani
dan anggota keluarganya.
2. Kaitan antara sumber pendapatan dan pekerjaan petani, menjadi ancaman
bagi keberlangsungan usahatani. Petani mulai menggantungkan kehidupan
pada pendapatan non-farm. Strategi pemerintah adalah meningkatkan
produktifitas dengan intensifikasi lahan (mengingat luas lahan yang
dikuasai terbesar hanya < 1 ha) dengan kebijakan pemberian bantuan
benih/bibit unggul padi sawah, jagung dan kedelai yang memiliki produksi
tinggi dan tahan hama/penyakit. Selain itu kebijakan subsidi pupuk
terutama pupuk dasar perlu setiap tahunnya. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan nilai efisiensi usahatani R/C di atas 2 yang berdampak
positif pada peningkatan nilai tambah RTP.
3. Diversifikasi usahatani lewat pengolahan hasil, pembuatan pupuk organik,
dll. Mengintensifkan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga
Kerja Luar Keluarga (TKLK) sangat penting dengan kegiatan yang tidak
hanya tergantung pada pekerjaan menanam sampai panen yang hanya
bersifat musiman. Dengan demikian sektor pertanian bisa menjadi harapan
pendapatan RTP yang tidak hanya bersumber dari on-farm tapi juga offfarm.

288

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1989. Agribisnis di Indonesia. Warta LPP No. 5/6,
Agustus/September. Forum Komunikasi. LPP-Sub Sektor Perkebunan
Yogyakarta.
Arifin, Bustanul,
2003. dekomposisi Pertumbuhan Pertanian Indonesia.
Makalah pada Seminar Khusus Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian, 14 Nopemebr
2003 di Bogor.
BPS Sulut, 2007. Sulut Dalam Angka.
BPS Sulut, 2007. Statistik Nilai Tukar Petani Provinsi Sulawesi Utara 2007.
BPS- Sulut. Katalog 730571.
BPS Sulut, 2008. dalam Manado Pos, Pebruari 2008
BPS Sulut, 2008. Berita Resmi Statistik, 2008. No. 23/02/71/Th.II, 15 Februari
2008.
Danim, S., 1997. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Bumi Aksara, Jakarta.
Hutabarat. B.Yusdja, 1999. Sektor Pertanian dalam Perspektif Perubahan
Struktur Ekonomi dan Globalisasi Pasar. Dinamika Inovasi Sosial
Ekonomi dam Kelembagaan Pertanian (Buku 2). Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Nasution, M. 1997. Visi Pembangunan Ekonomi Rakyat yang Berbasis
Agrobisnis dalam Prakarsa, Majalah Pusat Dinamika Pembangunan
UNPAD. Edisi V Mei 1997, Bandung.
Soekartawi, 1993. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindi Persada
, Jakarta.
Sudaryanto, T., I.W. Rusastra, E. Jamal., 1999. Prespektif Kebijaksanaan
Pembangunan Pertanian Pasca Krisis Ekonomi. Analisis dan Perspektif
Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian Pasca Krisis Ekonomi.
Monograph Series No. 20. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian,
Badan Litbang Pertanian.

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara

289

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian
Propinsi Sulawesi Utara

Wiryono, S., 1992, bahan Diskusi Kiat Agribisnis. Agribisnis, Media
Komunikasi dan Informasi Pengembangan Agribisnis. Edisi AgustusSeptember, Jakarta.

290

Analisis Kinerja Pembangunan Pertanian Pedesaan di Sulawesi Utara