this PDF file Peran Media Time Lines Chart Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar | Nurulanjani | Mimbar Sekolah Dasar 1 PB

p-ISSN 2355-5343
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar

Article Received: 19/12/2017; Accepted: 26/03/2018
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 5(1) 2018, 43-50
DOI: 10.17509/mimbar-sd.v5i1.9302

Peran Media Time Lines Chart dalam Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar
Dwilusiyana Nurulanjani
Mahasiswa Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
Email: [email protected]
ABSTRACT
Media plays an important role in the learning
process, many research results reveal the media
give effect to the improvement of student
learning outcomes. Initial findings of the research
in class V SDN Sindangjati, Paseh-Sumedang
showed students having low historical thinking

skills, because the subject of history study in IPS
dense subjects contains abstract facts so difficult
to understand that impact on students tend to
be difficult to remember when and what
happens in historical events that are historical
thinking skill. Efforts are made to overcome these
problems by using media time lines chart. The
result of research using Classroom Action
Research Method shows that the media time
lines chart can increase the historical thinking skill
of the increase is known from the percentage
increase of historical thinking skill in cycle I that is
62,50%. Then in cycle II, there is an increase of
87.50%. This means that the media time lines
chart on learning IPS historical material events
Proclamation can increase historical thinking
skills. This means that the historical historical
thinking test of social studies learning historical
material of the Proclamation event has reached
and fulfilled the targeted target of 84.38%

previously.

ABSTRAK
Media Pembelajaran memegang peranan yang
penting dalam pembelajaran, banyak hasil
penelitian mengungkapkan media memberikan
pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar
siswa. Temuan awal penelitian di kelas V SDN
Sindangjati, Paseh-Sumedang memperlihatkan
siswa memiliki kemampuan historical thinking skill
yang rendah, dikarenakan materi kajian sejarah
dalam mata pelajaran yang padat IPS banyak
memuat fakta-fakta yang abstrak sehingga sulit
untuk dipahami yang berdampak pada siswa
cenderung sulit untuk mengingat kapan dan
apa saja yang terjadi dalam peristiwa sejarah
yang merupakan keterampilan berpikir sejarah
(historical thinking skill). Upaya yang dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut dengan
menggunakan media time lines chart. Hasil

penelitian dengan menggunakan Metode
Penelitian tindakan kelas (PTK) memperlihatkan
media time lines chart dapat meningkatkan
historical thinking skill siswa. Peningkatan tersebut
diketahui dari peningkatan persentase historical
thinking skill pada siklus I yaitu 62,50%, siklus II
sebesar 87,50%. Artinya media time lines chart
pada pembelajaran IPS materi sejarah peristiwa
Proklamasi memiliki peran dalam meningkatkan
historical thinking skill.

Keywords:
media time lines chart, historical
thinking skill.

Kata Kunci: media time lines chart, historical
thinking skill, penelitian tindakan kelas.

How to Cite: Nurulanjani, D. (2018). Peran Media Time Lines Chart Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Mimbar
Sekolah Dasar, 5(1), 43-50. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v5i1.9302.


PENDAHULUAN ~ Pendidikan memegang

Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945

peranan

membentuk

(Dananjaya,

karakter anak bangsa menuju masyarakat

“Masyarakat

yang cerdas, untuk ikut andil bersama

kesempatan semua warga negara tanpa

membangun dan mewujudkan cita-cita


terpilah-pilah

luhur bangsa. “Mencerdaskan kehidupan

karena

pendidikan

bangsa” ini merupakan visi pendidikan

seluruh

warga

yang

diamanatkan dalam pasal 31 UUD 1945,

penting


tercantum

dalam

dalam

Pembukaan
[43]

2010,

p.

cerdas”

oleh

6).


Menjadi

merupakan

batasan

tertentu,

diperuntukkan

negara

seperti

bagi
yang

bahwa “Semua warga negara berhak
pendidikan”.


memperoleh
pada

bagaimana

memanfaatkan

Tergantung
kita

kesempatan

mengoptimalkan

diri

merupakan bagian dari kurikulum sekolah
yang berhubungan dengan manusia di

mau

itu

dalam masyarakat Nasution (Hanifah, dkk

untuk

2009, p. 121).

memperoleh

pendidikan.

Upaya pengenalan sejarah bangsa melalui
penyelenggaraan pendidikan membawa

Mengingat

bahwa

belajar


visi yang sangat penting bagi pembinaan

merupakan konsekuensi dari guru yang

karakter anak bangsa. Melalui sejarah pula,

mengajar,

harus

manusia belajar dari pengalaman sejarah

mendapat perhatian supaya meningkat

untuk menyikapi masalah yang mungkin

kualitasnya, dan akhirnya akan bermuara

muncul dikemudikan hari. Hal ini sejalan


pada

dengan apa yang diungkap Sumaatmaja

maka

siswa

gurulah

keberhasilan

yang

siswa.

Belajar,

merupakan suatu proses yang
menghasilkan

perubahan,

akan

bahwa

(1986)

menyangkut

sejarah

“...dengan

masa

lampau

mengetahui
kita

dapat

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan

memperhitungkan kejadian masa yang

nilai-nilai (Uno, 2007; Hamalik, 2005). Seperti

akan datang”. Pengenalan sejarah bangsa

juga yang dituliskan oleh Winkel (1991, p.

melalui pendidikan direalisasikan dengan

200) bahwa “proses pembelajaran adalah

menjadikan materi sejarah sebagai salah

suatu aktivitas psikis atau mental yang

satu kajian mata pelajaran yang dikemas

berlangsung dalam interaksi aktif dalam

secara terpadu ke dalam mata pelajaran

lingkungan,

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

yang

menghasilkan

perubahan-perubahan

pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”

Seperti materi ilmu sosial lainnya, Sejarah
yang

IPS

sebagai

ilmu

pengetahuan

yang

merupakan

bagian

pelajaran IPS mempunyai

dari

mata

peran

yang

memadukan sejumlah konsep pilihan dari

penting

cabang-cabang

mengandung nilai kepahlawanan yang

ilmu

sosial

dan

ilmu

karena

lainnya yang kemudian diolah berdasarkan

patut

prinsip-prinsip

mempelajari

pendidikan

disampaikan

untuk

di

dalam

diteladani.
sejarah

sejarah

Selain

bermanfaat

itu,
bagi

kepada peserta didik dengan harapan

siswa dalam menghadapi permasalahan

peserta

yang

didik

akan

mendapatkan

akan

dihadapi

sebagai

penerus

perubahan pengetahuan, pemahaman,

bangsa, selain itu siswa akan memiliki rasa

keterampilan sekaligus nilai sikap yang

nasionalisme

terwujud dalam konteks good citizenship

untuk mempertahankan kemerdekaan dan

(Jarolimeck, 1993). Sebagai pelajaran yang

sebagai

dihasilkan dari memfusikan atau paduan

Negara Indonesia sebagai Negara yang

dari sejumlah mata pelajaran sosial, IPS

maju. Terlihat jelas bahwa pengenalan
[44]

dan

tolak

rasa

ukur

tanggungjawab

untuk

memajukan

sejarah melalui pendidikan dimaksudkan

kelas

agar para peserta didik sebagai calon

bahwa fokus permasalahan ada pada

generasi

kesulitan siswa dalam merunutkan tanggal

penerus

menyikapi

bangsa

masalah

mampu

kehidupannya

di

kemudian hari.

V

SDN

Sindangjati

menguraikan

dan tahun kejadian peristiwa mengingat
kapan dan apa saja yang terjadi dalam
peristiwa

sejarah

yang

merupakan

Anak didik tidak hanya akan mengetahui

keterampilan

peristiwa-peristiwa

thinking skill), karena materi yang banyak

kehidupan

masa

lampau, namun mereka dihantarkan pada
kemampuan

mengambil

pesan

berpikir

sejarah

(historical

sehingga sulit untuk dikonkritkan.

dari

sejarah itu sendiri yang kelak di masa

Teori

depan akan menjadi perhitungan dalam

mencatatkan hasil penelitian anak usia

menghadapi

Sekolah Dasar pada rentang usia 7–11

Selain

itu

permasalahan
mempelajari

hidupnya.

sejarah

akan

perkembangan

tahun

tergolong

ke

kognitif

dalam

Piaget,

tahapan

membawa dampak positif bagi anak didik

perkembangan kognitif operasional konkret

dalam

dengan

(Santrock, 2007). Artinya, belum dapat

terbinanya aspirasi mereka tentang sebuah

berpikir sesuatu yang abstrak karena jalan

kesenian dan kebudayaan hidup yang

berpikirnya masih terbatas pada situasi

sedang mereka alami. Sebagaimana yang

yang konkret.

kehidupan,

yaitu

dituturkan oleh Sumaatmadja (1986, p.14),
“Melalui

materi

dan

pengungkapan

Alternatif yang

dapat dilakukan

untuk

sejarah, kita akan dapat memupuk aspirasi

mengatasi permasalahan tersebut, antara

anak didik tentang kesenian, kebudayaan,

lain

dan kehidupan pada umumnya”.

pembelajaran. Hasil kajian Oktavianti (2014,
p.

dengan

66)

menggunakan

melaporkan

faktor

media

yang

juga

Fenomena yang muncul yaitu sebagian

berpengaruh

besar siswa mengalami kesulitan dalam

pembelajaran

pembelajaran

dalamnya

pembelajaran yang di gunakan oleh guru

Siswa

dalam proses pembelajarannya, karena

terdapat

IPS

yang

materi

di

sejarah.

menganggap materi sejarah sulit untuk

media

dipahami, diingat, dan

perantara

Hasil

penelitian

yang

membosankan.
dilakukan

terhadap
adalah

pembelajaran
atau

pengantar

keberhasilan
media

merupakan
terjadinya

oleh

komunikasi yang baik dan menyenangkan

Hasnawati (2012), mencatat jika sebagian

antara guru dengan siswanya. Semangat

besar materinya bersifat deskriptif yang

belajar siswa akan muncul ketika suasana

kronologis jika hanya disampaikan melalui

begitu menyenangkan dan belajar akan

ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

efektif bila seseorang dalam keadaan

membosankan. Hasil studi awal mengenai

gembira dalam belajar

pembelajaran IPS pada materi sejarah di

Beberapa

hasil

peran

dikatakan historical thinking skill merupakan

media pembelajaran dikaji oleh Suciati

kemampuan berpikir sejarah yang dapat

dan Untari (2016), Reffiane dan Mazidati

membedakan suatu kejadian dan peristiwa

(2016),

Media

yang

karena

pertanyaan,

dan

menjadi

studi

mengenai

Sunaengsih

penting

(2016).

adanya,

disertai

dengan

membangun

mencari

bukti

dan

penggunaan media pembelajaran yang

membandingkan kisah-kisah sejarah dari

tepat

waktu ke waktu.

dapat

membantu

proses

penyampaian informasi atau pesan dalam
pembelajaran

sehingga

dapat

Salah

berlangsung secara efektif.

satu

cara

kemampuan

untuk

meningkatkan

historical

thinking

skill

membangun pertanyaan mengenai materi
Penggunaan media pembelajaran pada

sejarah. Indikator historical thinking skill

materi

siswa yang akan dijadikan pengukuran

sejarah

peristiwa

Proklamasi

harapannya dapat meningkatkan historical

dalam

thinking skill siswa. Historical thinking skill

chronological thinking (berpikir kronologis)

atau dapat disebut juga keterampilan

dan historical research capabilities yaitu

berpikir sejarah merupakan langkah awal

membuat

untuk belajar sejarah. Dengan berpikir

mengenai

sejarah maka siswa dapat memahami

Dengan

materi mengenai sejarah karena dalam

mampu terampil dalam berpikir sejarah

historical thinking skill siswa dituntut untuk

untuk dapat memahami materi mengenai

berpikir

sejarah peristiwa Proklamasi.

kronologis

sehingga

dapat

penelitian

ini

yaitu

indikator

pertanyaan-pertanyaan
materi
demikian

peristiwa
siswa

proklamasi.
diharapkan

membedakan peristiwa apa dan kapan
terjadinya sesuai urutan waktu.

Media

yang

digunakan

yaitu

media

pembelajaran time lines chart. Media time
Historical

thinking

kemampuan

skills

merupakan

berpikir kesejarahan

memungkinkan

anak/siswa

lines

masa

yang

akan

diartikan

yang

Indonesia

berarti

untuk

Mityasari

&

membedakan masa lalu, masa sekarang,
dan

chart

dalam

bagan

Suprayitno

bahasa

garis
(2013,

waktu.
p.3)

mengemukakan,

datang;

Media time lines chart merupakan
media berupa susunan garis-garis
yang menekankan kepada suatu
perkembangan
atau
proses
berdasarkan urutan waktu terjadinya
dan berfungsi menyalurkan pesan
kepada penerima yang bertujuan
untuk merangsang pikiran, perhatian,
perasaan, dan minat sehingga terjadi
proses belajar yang menarik dan
berkesan bagi siswa.

membangun pertanyaan; mencari dan
mengevaluasi bukti-bukti; membandingkan
dan menganalisis kisah - kisah sejarah,
ilustrasi-ilustrasi, dan catatan-catatan dari
masa lalu; menginterpretasikan catatancatatan sejarah; dan mengkonstruksinarsi
sejarah menurut versi masing-masing siswa
atau anak (Kamarga, 2000). Jadi, dapat
[46]

Media time lines chart merupakan media

yang kemudian diperbaiki agar mencapai

yang dirancang sesuai dengan urutan

hasil yang lebih optimal. Desain penelitian

waktu secara berurutan dan kronologis

yang dipilih oleh peneliti adalah dengan

dengan menjelaskan materinya berbentuk

menggunakan model spiral dari Kemmis

bagan (chart). Media time lines chart ini

dan Mc. Taggart. Hanifah (2014, p.53)

cocok digunakan untuk menyampaikan

mengemukakan bahwa:

materi

pembelajaran

yang

menghubungkan antara suatu peristiwa
dengan waktu, yaitu bagan garis waktu
(time line chart). Dapat disimpulkan bahwa
media time lines chart merupakan media
yang dirancang sesuai dengan urutan
waktu secara berurutan dan kronologis
dengan menjelaskan materinya berbentuk
bagan

(chart).

Dengan

menggunakan

media time lines chart sehingga siswa

Model yang dikemukakan oleh
Kemmis & Mc. Taggart pada
hakekatnya
berupa
perangkatperangkat
atau
untaian-untaian
dengan satu perangkat terdiri dari
empat
komponen,
yaitu:
perencanaan,
tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Keempat
komponen yang berupa untaian
tersebut dipandang sebagai satu
siklus. Oleh karena itu, pengertian
siklus pada kesempatan ini adalah
suatu putaran kegiatan yang terdiri
dari
perencanaan,
tindakan,
pengamatan, dan refleksi.

mampu memahami materi ajar yang guru
sampaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini terdapat data awal

METODE

yang didapatkan pada materi sejarah

Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan
untuk memperbaiki permasalahan yang
ada di kelas ke arah hasil yang lebih
optimal. Penelitian ini dilakukan karena
ditemukannya

permasalahan

dalam

pembelajaran. Menurut Arikunto, dkk (2015,
p. 194), “PTK merupakan suatu penelitian
yang akar permasalahannya muncul di
kelas, dan dirasakan langsung oleh guru
yang

bersangkutan

sehingga

permasalahan dalam PTK diperoleh dari
seorang

peneliti”.

Jelaslah bahwa penelitian tindakan kelas
(PTK)

merupakan

suatu

Proklamasi.

Adapun

Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 64. Siswa
kelas V SDN Sindangjati berjumlah 32 siswa,
dari 32 siswa hanya sebesar 37,5% yang
dinyatakan tuntas yaitu sebanyak 12 siswa,
sedangkan 20 siswa tidak tuntas yaitu
sebesar 62,5%. Dengan hasil data tersebut
maka

dapat

disimpulkan

bahwa

pembelajaran IPS mengenai materi sejarah
peristiwa Proklamasi belum optimal.

sulit

dibenarkan jika ada anggapan bahwa
persepsi/renungan

peristiwa

upaya

memperbaiki proses pembelajaran dimulai
dari ditemukannya permasalahan di kelas

Oleh

karena

mengatasi
tersebut

itu, langkah

permasalahan

awal
pada

memanfaatkan

untuk
materi
media

pembelajaran. Media yang dimaksud yaitu
media time lines chart. Media ini digunakan
untuk meningkatkan keterampilan berpikir
sejarah

(historical

thinking

skill)

siswa.

Dengan historical thinking skill, siswa dapat

pada materi sejarah peristiwa Proklamasi

mengingat

dilakukan selama dua siklus. Dari siklus

materi

peristiwa

sejarah,

sehingga dapat membedakan peristiwa

tersebut

memuat

hasil

apa dan kapan terjadinya sesuai urutan

historical thinking skill siswa pada materi

waktu. Untuk menentukan hasil penelitian

sejarah

ditentukan taarget pencapaian historical

perbandingan data awal dengan hasil

thinking skill siswa yaitu 84,38%.

siklus I dan siklus II historical thinking skill

peristiwa

peningkatan

Proklamasi.

Adapun

siswa pada materi peristiwa Proklamasi
terlihat pada diagram 1 di bawah ini.

Penelitian tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan

media

time

lines

chart

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Target
Tuntas
Tidak Tuntas

Data Awal

HTS siklus 1

HTS siklus 2

Diagram 1. Peningkatan Hasil Historical Thinking Skill Siswa Kelas V SDN Sindangjati
Berdasarkan

diagram 1, pada

siklus I

sedangkan yang tidak tuntas 4 siswa

terdapat 20 siswa yang tuntas memenuhi

(12,50%).

nilai KKM yaitu sebesar 62,50% dan 12 siswa

mencapai

yang tidak tuntas memenuhi nilai KKM yaitu

adanya refleksi yang dilakukan pada siklus

sebesar 37,50%. Pada siklus I ini hasil

sebelumnya.

historical thingking skill siswa yang di dapat

penjelasan

belum mencapai target yang ditentukan,

lebih dipahami oleh siswa dibandingkan

maka

dengan siklus sebelumnya, dan siswa sudah

dilaksanakan

perbaikan

dan

pelaksanaan pembelajaran berdasarkan

dapat

hasil

benar

analisis

dan

refleksi

pada

siklus

Siklus

ke

target

ke

karena

dalam

menggunakan

media

mengenai

siklus

dan

II

membuat

pertanyaan

dengan

materi

peristiwa

berikutnya yaitu siklus II. Pada siklus ke II

Proklamasi

terdapat

historical

indikator pencapaian historical thinking skill,

thinking skill siswa pada materi sejarah

sehingga pada siklus II historical thingking

peristiwa Proklamasi. Pada siklus ke II hasil

skill siswa mencapai target pencapaian

historical thingking skill siswa meningkat

yang ditentukan.

sebesar

peningkatan

87,50%

hasil

sebanyak

27

siswa,
[48]

yang

meningkat

pencapaian

Pada
cara

II

merupakan

salahsatu

Hasil penelitian mempertegas peran media
sebagai alat yang dapat menyampaikan
pesan-pesan

pembelajaran,

untuk

mendorang siswa belajar secara cepat,
tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya
verbalisme. Bahkan, membantu siswa di
dalam

memahami

dan

memperoleh

informasi yang dapat didengar ataupun
dilihat

oleh

panca

indera

sehingga

pembelajaran dapat berhasil dan berdaya
guna (Arsyad, 2007); Hanafiah & Suhana,
2010); Prihatin, 2008).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pembelajaran yang
dilakukan dua siklus, pembelajaran IPS
pada materi sejarah peristiwa Proklamasi
terjadi peningkatan historical thinking skill
siswa kelas V SDN Sindangjati dengan
menggunakan media pembelajaran time
lines

chart.

Media

time

lines

chart

memudahkan siswa untuk mengahafal dan
mengingat

materi

Proklamasi

yang

peristiwa
berdampak

sejarah
pada

meningkatnya historical thinking skill siswa.
REFERENSI
Arikunto. (2015). Penelitian tindakan kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad. (2007). Media Pembelajaran.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hamalik. O.( 2005). Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah & Suhana. (2010). Konsep Strategi
Pembelajaran. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hanifah, N. (2014). Memahami Penelitian
Tindakan Kelas: Teori dan Aplikasinya.
Bandung: UPI PRESS.
Hanifah,
N.,
dkk.
(2009).
Model
Pembelajaran
Di
Sekolah
Dasar.
Bandung: UPI Press.
Hasnawati, N. (2012). Perbedaan Hasil
Belajar IPS Sejarah Antara Siswa Yang

Diajar dengan Menggunakan Metode
Karyawisata dan Metode Konvensional
Di Kelas VII Mts Sunan Kalijogo Malang.
SKRIPSI. Malang: Universitas Negeri
Malang Fakultas Ilmu Sosial Jurusan
Sejarah Program Studi S1 Pendidikan
Sejarah.
Jarolimek, John and Walter C. Parker.
(1993). Social Studies in Elementary
Education.
New
York:
Macmillan
Publishing Company.
Kamarga, H. (2000). Advance Organizers:
Sebuah Model Pembelajaran dalam
Mengembangkan
Aspek
Berpikir
Kesejarahan di Sekolah Dasar. Historia
Jurnal Pendidikan Sejarah. 1(2).
Mityasari, D.Y. dan Suprayitno. (2013).
Judul: Penggunaan Bagan Garis Waktu
(Time Line Chart). Jurnal PGSD FIP
Universitas Negeri Surabaya. 1(2).
Oktavianti, R., & Wiyanto, A. (2014).
PENGEMBANGAN
MEDIA
GAYANGHETUM (GAMBAR WAYANG
HEWAN
DAN
TUMBUHAN)
DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK TERINTEGRASI
KELAS IV SD. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1),
65-70.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v1i1.865
Prihatin,
Eka. (2008).
Guru
Sebagai
Fasilitator. Bandung: Karsa Mandiri
Persada.
Reffiane, F., & Mazidati, I. (2016).
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN MEDIA
WAYANG KERTON PADA TEMA KEGIATAN
SEHARI-HARI. Mimbar Sekolah Dasar,
3(2), 163-170.
Santrock. J. W. (2007). Perkembangan
Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta: PT.
Erlangga.
Suciati, S., Septiana, I., & Untari, M. (2016).
EFEKTIVITAS
MEDIA
MONOPOLI
BERBAHASA
(MONOSA)
DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI
SD KELAS IV. Mimbar Sekolah Dasar, 3(2),
136-150.
doi:http://dx.doi.org/10.23819/mimbarsd.v3i2.4253.
Sumaatmadja, N. (1986). Pengantar Studi
Sosial. Bandung: PT. Alumni.
Sunaengsih, C. (2016). PENGARUH MEDIA
PEMBELAJARAN
TERHADAP
MUTU
PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH DASAR
TERAKREDITASI A. Mimbar Sekolah Dasar,
3(2),
183-190.
doi:http://dx.doi.org/10.23819/mimbarsd.v3i2.4259.

Uno,
Hamzah
B.
(2007).
Model
Pembelajaran
Menciptakan
Proses
Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Winkel.
(1991).
Psikologi
Pengajaran.
Jakarta: Gramedia.

[50]