this PDF file PENGARUH KURS RUPIAH, BI RATE, NET FOREIGN FUND DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Reserve) | Mayzan | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB
PENGARUH KURS RUPIAH, BI RATE, NET FOREIGN FUND DAN INDEKS DOW
JONES TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Reserve)
Muhamad Brian Mayzan
Sri Sulasmiyati
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Email : [email protected]
ABSTRACT
This type of research is a research eksplanatif by quantitative approach. This study uses monthly time series
data from the Quatitative Easing period from November 2008 to October 2014 with total sample as many as
72. This research analyses using SPSS program 23. Data analysis techniques used in this research is using
multiple linear regression analysis. Simultaneous result in this research indicate that there is significant
influene between the dependent variable Rupiah Exchange Rate, BI Rate, Net Foreign Fund, and Dow Jones
Index against the independent variables namely Indeks Harga Saham Gabungan. Thr result of this research
show that Rupiah Exchange Rate, BI Rate, Net Foreign Fund and Dow Jones Index account for 79.3% against
the composite stock price index value. While the rest is influenced by other factors not discussed from this
research. Partial test results show thath Rupiah Exchange Rate has a significant negative influence on IHSG
and Dow Jones have positively influence significantly to IHSG, while BI Rate and Net Foreign Fund have
negatively influence insignificant against IHSG.
Kеywords: Rupiah Exchange Rate, BI Rate, Net Foreign Fund, Dow Jones Index, Indeks Harga Saham
Gabungan.
АBSTRАK
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan data time series bulanan pada periode terjadinya Quantitative Easing dari November 2008
hingga Oktober 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 72. Analisis penelitian ini menggunakan program SPSS
23. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier
berganda. Hasil uji simultan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang signifikan antara
variabel dependen yaitu Kurs Rupiah, Bi Rate, Net Foreign Fund dan Indeks Dow Jones terhadap variabel
independen yaitu Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variable Kurs
Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks Dow Jones berkontribusi sebesar 79,3% terhadap nilai Indeks
Harga Saham Gabungan. Sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibahas dari
penelitian ini. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa Kurs Rupiah memiliki pengaruh negatif signifikan dan
Indeks Dow Jones memiliki pengaruh secara positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
sedangkan BI Rate dan Net Foreign Fund memiliki pengaruh secara negatif tidak signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan.
Kаtа Kunci: Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks Dow Jones, Indeks Harga Saham
Gabungan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
10
PЕNDAHULUAN
Globalisasi semakin dapat dirasakan hingga era
sekarang, baik informasi mengenai budaya, politik,
dan perdagangan internasional sudah tidak ada
batasan lagi dan semakin dipermudah dengan
adanya teknologi. Dampak globalisasi dapat
dirasakan oleh setiap orang, baik secara individu,
kelompok, ataupun perusahaan. Dengan adanya
globalisasi, perdagangan internasional antar negara
menjadi mudah dan lebih terbuka. Perdagangan
Internasional merupakan transaksi lintas negara
dengan menyepakati perjanjian dagang baik barang
maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan satu sama
lain.
Setiap
perusahaan
memanfaatkan
era
globalisasi ini dengan melakukan perdagangan
internasional dalam memenuhi kebutuhan dan
melakukan ekspansi bisnisnya untuk memperluas
pasarnya.
Perusahaan
berlomba
untuk
mendapatkan dan menciptakan teknologi dalam
membantu kegiatan bisnisnya sehingga semakin
efektif dan efisien. Diharapkan dengan semakin
efektif dan efisien dalam kegiatan produksi suatu
perusahaan, maka perusahaan akan mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Ketika perusahaan
mendapatkan keuntungan yang maksimal, maka
akan mempengaruhi investor untuk menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut, salah satu
pilihannya adalah investasi portofolio. Menurut
Saidah (2006:7) Penanaman modal asing tidak
langsung atau investasi portofolio adalah
merupakan bentuk penanaman modal yang terdiri
dari penguasaan saham.
Investasi merupakan suatu cara seseorang
menunda konsumsi dengan mengharapakan
keuntungan kedepannya. Menurut Sukirno
(2011:121), investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam
modal atau perusahaan untuk membeli barangbarang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi
untuk
menambah
kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian. Dapat dikatakan
bahwa investasi dapat bersifat asset rill ataupun
asset keuangan untuk mendapatkan return yang
diinginkan.
Jenis instrumen investasi untuk mendapatkan
keuntungan di Indonesia sangat beragam, salah
satunya adalah saham. Investor yang berinvestasi
pada instrumen saham akan mengelola
keuangannya dengan cara menanamkan atau
menyetorkan modalnya kepada perusahaan,
dengan mengharapkan peningkatan nilai atau aset
dari kinerja suatu perusahaan. Sehingga investor
mendapatkan keuntungan baik deviden, capital
gain dan aksi korporasi lainnya. Kepemilikan
saham di pasar modal Indonesia dibagi dua yaitu
investor lokal dan asing sehingga aliran dana
investasi baik lokal maupun asing dapat menjadi
suatu indikator pertumbuhan pasar modal
Indonesia.
Aliran dana investasi asing yang masuk ke
Indonesia akan sangat membantu pertumbuhan
neraca modal di Indonesia. Menurut (Perwitasari
2008:14), aliran modal bersih yang masuk besar
(net capital inflow) akan berdampak pada
peningkatan cadangan internasional bersama
dengan terapresiasinya nilai tukar mata uang
domestik, dan jika aliran modal bersih keluar besar
(net capital outflow) maka akan memperburuk
neraca
pembayaran
dan
menjadikan
terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik.
Terdepresiasinya mata uang domestik dapat
mempengaruhi pasar modal, ketika mata uang
domestik melemah maka biaya yang harus
ditanggung perusahaan semakin besar dan
berdampak kepada pendapatan perusahaan.
Pasar modal merupakan tempat bagi investor
maupun emiten menjual dan membeli instrumen
investasi seperti saham, obligasi, reksadana, dan
lain-lain. Menurut Mar’ati (2010:79), Pasar Modal
memiliki peran penting bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal menjalankan dua
fungsi, yaitu; Pertama, sebagai sarana untuk
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari
masyarakat pemodal (investor). Dana yang
diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal
menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi
pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,
reksa dana, dan lain-lain. Perusahaan yang ingin
menerbitkan saham pada pasar modal Indonesia
harus tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia hingga pertengahan tahun 2017 tercatat
ada 558 emiten yang sudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (Bursa Efek Indonesia, diakses pada
tanggal 31 Juli 2017). Indeks gabungan dari
pergerakan saham perusahaan di Bursa Efek
Indonesia dinamakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan menjadi cerminan dari
peristiwa yang sedang terjadi di Indonesia.
Menurut Anoraga dan Pakarti (2006:101), Indeks
harga saham gabungan menunjukkan pergerakan
harga saham perusahaan yang tercatat di bursa efek
secara umum. Indeks Harga Saham Gabungan
merupakan leading indikator suatu negara dalam
melihat pertumbuhan dan stabilitas ekonominya.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
11
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
juga dipengaruhi oleh beberapa variabel makro
ekonomi. Menurut Frensidy (2009:2), pergerakan
indeks saham dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
perekonomian makro negara itu, sentimen
positif/negatif dari aksi jual-beli investor asing, dan
indeks saham negara lain. Menurut Wijaya
(2008:1), perubahan nilai saham di BEI
dipengaruhi oleh beberapa faktor makro ekonomi
dalam negeri, antara lain inflasi, nilai tukar rupiah
terhadap dollar, dan suku bunga SBI (Sertifikat
Bank Indonesia). Nilai tukar rupiah/Kurs rupiah
terhadap dollar berpengaruh kepada pengeluaran
perusahaan yang melakukan perdagangan
internasional.
Kurs rupiah merupakan salah satu indikator
dalam
menjadikan
keputusan
dalam
mengalokasikan dananya untuk berinvestasi di
pasar saham. Menurut Joesoef (2008:24), kurs
merupakan mata uang tertentu yang dapat ditukar
dengan unit mata uang lain. Kurs dapat
mempengaruhi biaya operasional perusahaan,
ketika rupiah terdepresiasi terhadap dollar maka
biaya bahan baku, hutang luar negeri dan
operasional perusahaan yang menggunakan dollar
akan
menjadi
beban
dan
mengganggu
pendapatannya, sehingga keuntungan yang
didapatkan emiten dan investor tidak maksimal.
Ketika instrumen pasar modal dan kondisi ekonomi
Indonesia sedang tidak stabil maka investor akan
mengalihkan investasi di instrumen pasar modal
dan akan membeli USD karena dollar akan
terapresiasi ketika rupiah melemah. Tidak hanya
kurs rupiah, tingkat suku bunga Indonesia juga
merupakan salah satu indikator dalam keputusan
berinvetasi.
Tingkat suku bunga di Indonesia atau
dikenal dengan BI Rate juga menjadi indikator
dalam penentuan investasi, Menurut Bank
Indonesia (Bank Indonesia, diakses pada tanggal
31 Juli 2017), BI Rate adalah suku bunga yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI)
dan diumumkan kepada publik. BI Rate ditetapkan
oleh Dewan Gubenur Bank Indonesia dengan
mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang
dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam
model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.
BI rate sering dijadikan indikator oleh para
investor untuk sebagai keputusan investasi, ketika
BI Rate mengalami kenaikan maka investor akan
menyimpan dananya pada bank dan tidak
menginvestasikan pada instrumen di pasar modal,
tingkat suku bunga yang tinggi dan aman menjadi
salah satu alasannya. Tetapi jika BI Rate
mengalami penurunan maka investor akan beralih
berinvestasi pada instrumen pasar modal, karena
tingkat suku bunga kecil sehingga mereka harus
mencari return yang lebih besar yaitu pada
instrumen lain seperti pasar modal. Asumsi
tersebut diperkuat oleh Menurut Darmawi
(2006:188), tingkat suku bunga bank akan
mempengaruhi keputusan investasi yang dapat
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan
mempengaruhi volume uang beredar. Selain
melihat suku bunga suatu negara, faktor apakah
negara itu berkembang ataupun maju menjadi
indikator dalam penentuan investasi ke suatu
negara.
Negara Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang merupakan tujuan para
investor asing untuk berinvestasi portofolio,
dikarenakan potensi keuntungan yang diberikan
pasar modal Indonesia lebih besar dibandingkan
beberapa negara maju lainnya. Potensi keuntungan
dapat dilihat dari pertumbuhan indeks saham
negara, dan berikut merupakan pertumbuhan
indeks saham dari beberapa negara. Indonesia
mencatatkan pertumbuhan terbesar diantara negara
maju diatas yaitu 189.5%, dan diikuti oleh Nasdaq
(Amerika) yaitu 96.09%, Dowjones (Amerika)
yaitu 43.01%, Hangseng (Hongkong) yaitu
18.23%, Ftse (Inggris) yaitu 5.55%, dan Nikkei
(Jepang) yaitu 1.31%. Semua indeks diatas
mengalami penurunan secara bersamaan pada
tahun 2008 karena adanya krisis global, dan
mengalami penguatan yang berbeda-beda pasca
krisis global (Indopremier, diakses tanggal 31 Juli
2017)
Dalam satu sisi ketika kepemilikan asing di
pasar modal Indonesia besar maka akan terlihat
positif dikarenakan investor asing percaya dan
optimis untuk menginvestasikan dananya di
Indonesia dengan harapan return yang besar.
Tetapi dapat terlihat negatif dengan kepemilikan
asing lebih besar dibanding kepemilikan lokal,
dikarenakan ketika terjadi capital outflow atau
dana-dana asing dipindahkan dari Indonesia
dengan jumlah besar ke negara lain maka akan
mengganggu pergerakan indeks harga saham
gabungan di Indonesia. Asumsi ini diperkuat oleh
penelitian Frensidy (2009:1-2), Capital inflow ini
pada akhirnya akan menyebabkan mata uang
rupiah menguat atau kurs dolar AS dalam rupiah
menurun dan sebagian dana akan ditanamkan
dalam portofolio saham sehingga memberikan efek
positif, dan Menurut Perwitasari (2008:14),
menyatakan bahwa terjadinya aliran modal bersih
keluar negeri pada gilirannya akan memperburuk
neraca
pembayaran,
disertai
dengan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
12
terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik.
Dengan demikian masuknya pendanaan/transaksi
asing yang besar menjadi penting bagi suatu
negara.
Net Foreign Fund (aliran bersih dana asing)
atau transaksi bersih asing sangat dibutuhkan setiap
negara untuk membangun ekonominya terutama
negara emerging market. Menurut Nurbaeti
(2010:19), Net Foreign Fund (aliran transaksi
bersih dana asing) merupakan salah satu
persyaratan pertumbuhan ekonomi, dimana
peningkatan pertumbuhan perekonomian biasanya
didorong oleh masuknya pendanaan asing capital
inflow (aliran dana masuk) dan capital outflow
(aliran dana keluar) asing dapat mempengaruhi
perekonomian suatu negara, baik secara investasi
langsung ataupun investasi tidak langsung.
Net Foreign Fund merupakan salah satu
indikator dari faktor pergerakan IHSG, karena
aliran transaksi asing yang masuk ke IHSG ataupun
keluar IHSG akan menjadi peluang atau ancaman
bagi para investor. Semakin baiknya keadaan
makro dan mikro akan membuat capital inflow
menjadi besar sehingga terjadi peningkatan
pembelian bersih asing (net buy) pada IHSG.
Dengan meningkatnya pembelian bersih asing (net
buy) pada IHSG maka sudah terlihat optimisme
investor asing kepada pasar saham Indonesia, dan
optimisme investor asing akan mempengaruhi
optimisme investor lokal juga. Menurut Frensidy
(2009:2), optimisme investor asing ditandai dengan
maraknya aksi beli sehingga
memberikan
sentimen positif, dan pesimisme terjadi ketika aksi
jual lebih besar dibandingkan aksi beli yang
mengakibatkan sentimen negatif kepada pasar
modal. Capital outflow besar dirasakan global pada
tahun 2008 sehingga banyak negara krisis karena
capital outflow keluar secara besar termasuk di
Indonesia.
Pada krisis 2008, Indeks Dow Jones juga
mengalami penurunan dan mengalami pemulihan
pada 2009 ketika Federal Reserve mengeluarkan
stimulus yaitu Quantitative Easing. Indeks Dow
Jones merupakan salah satu dari tiga indeks utama
dan tertua di Amerika Serikat (New York Stock
Exchange). Menurut Sunariyah (2006), Amerika
Serikat sebagai salah satu negara tujuan ekspor
Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal
masuk baik investasi langsung ataupun melalui
pasar modal.
Kondisi makro global pada tahun 2008
mengalami krisis dikarenakan krisis kredit macet
atau sering di sebut kasus subprime mortgage di
Amerika. Ketika Lehmann Brothers dan beberapa
institusi finansial bangkrut, terjadi penarikan dana
secara masif dari pasar uang Amerika Serikat yang
mencapai USD 150 miliar. Untuk mencegah
terjadinya kehancuran pada sistem keuangan
global, Bank Sentral Amerika Serikat maupun
Bank Sentral Eropa menyuntikkan dana hingga
USD 2,5 triliun dalam bentuk pembelian hutang
pemerintah dan aset swasta yang bermasalah dari
bank. Injeksi ini tercatat sebagai suntikan dana
terbesar dalam sejarah dunia. Dampak tersebut pun
menghampiri negara-negara lain dikarenakan
terjadinya krisis di Amerika. Negara berkembang
pun ikut merasakan dampak tersebut, salah satunya
Indonesia yang merasakan krisis tersebut di tahun
2008. Dalam menghadapi krisis pada saat itu,
Federal Reserve mengeluarkan stimulus kebijakan
penyuntikan dana secara bertahap yaitu
Quantitative
Easing.
(Pusat
Kebijakan
Perdagangan Luar Negeri, 2015:4)
Menurut Angraheni dan Sukamulja
(2014:10), Quantitative Easing pada dasarnya
adalah kebijakan moneter pemerintah yang
digunakan untuk meningkatkan jumlah uang
beredar dengan membeli surat berharga pemerintah
atau surat berharga lainnya dari pasar. Adanya dana
tambahan ini, maka bank diharapkan dapat
merangsang perekonomian dengan melakukan
menyalurkan kredit, tetapi menyalurkan kredit
dalam kondisi krisis dianggap mempunyai resiko
yang tinggi. Menurut Nugroho (2013:3), Bagi bank
yang ingin mencari aman, tentunya akan
melakukan investasi pada aset keuangan seperti
saham, obligasi, komoditas ataupun efek-efek
keuangan lainnya. Hal itulah yang menyebabkan
kenapa setiap kali ada kebijakan quantitative
easing harga-harga aset keuangan tersebut ikut
naik.
Kebijakan ini menyebabkan harga asset keuangan
menjadi mahal, dan investor pun mencari alternatif
investasi selain membeli asset keuangan di
Amerika. Alternatif lain adalah pasar modal di
negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Menurut Nugroho (2013:4), Di tengah tekanan
krisis global yang menimpa negara di Eropa dan
Amerika Serikat, maka emerging market termasuk
Indonesia menjadi salah pilihan investasi global.
KAJIAN PUSTAKA
Kurs Rupiah
Menurut Mishkin (2008:136) nilai tukar
atau kurs adalah harga dari mata uang suatu negara
dalam harga mata uang dengan negara lainnya.
Sedangkan menurut Hady (2013:366) bahwa kurs
atau valuta asing adalah mata uang asing dan atau
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
13
alat pembayaran lain yang digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi
keuangan internasional dan yang mempunyai
catatan kurs resmi pada bank sentral. Dapat
diartikan bahwa kurs adalah nilai atau harga mata
uang negara domestic terhadap negara lainnya
ataupun sebaliknya.
Kurs merupakan indikator perekonomian suatu
negara dan negara dapat dikatakan sedang
mengalami penguatan atau sedang mengalami
pelemahan ekonomi terlihat dari Kurs. Dan kurs
merupakan indikator bagi para investor dalam
menentukan keputusan investasinya pada negara
yang ingin di investasikannya. Perubahan kurs
rupiah akan memberikan dampak besar bagi pasar
modal Indonesia ataupun instrumen lain
dikarenakan investor akan melepaskan atau
memindahkan investasinya dari negara Indonesia
ketika sedang mengalami pelemahan kurs.
Menurut Tandelilin (2010:344) Kurs
Rupiah
merupakan
sinyal
positif
bagi
perekonomian yang mengalami inflasi dan
menurunnya Kurs Rupiah berdampak pada
meningkatnya biaya impor bahan baku dan
peralatan yang dibutuhkan emiten, meningkatnya
biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki
hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun
akan meningkatkan beban hutang yang ditanggung
emiten karena harus membayar dengan dollar AS
yang menguat namun rupiah melemah sehingga
nilai tukarnya besar
BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan
sikap
atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik (Bank Indonesia,
diakses pada tanggal 12 April 2017). BI Rate
diumumkan setiap bulan oleh Dewan Gubernur
Bank Indonesia dalam rapat Dewan Gubernur
bulanan, dan diimplementasikan pada operasi
moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui
pengelolaan likuiditas (liquidity management) di
pasar uang untuk mencapai sasaaran operasional
kebijakan moneter. Bank indonesia menerapkan
kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai
sasaran utama kebijakan moneter (Inflation
Targetting Framework/ITF) dengan menganut
sistem nilai tukar yang mengambang (free floating)
untuk mencapai kestabilan nilai rupiah (Bank
Indonesia, diakses pada tanggal 31 Juli 2017).
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI
Rate ketika dirasa inflasi akan melampaui sasaran
yang telah ditetapkan, dan akan menurunkan BI
Rate ketika dirasa inflasi berada di bawah target
inflasi yang tetapkan, Walaupun terdapat faktorfaktor lain pun dapat menyebabkan pemerintah
menurunkan ataupun menurunkan BI Rate.
Net Foreign Fund
Net foreign fund pada investasi portofolio
merupakan aliran transaksi asing baik capital
outflow ataupun capital inflow ke dalam negara
tersebut yang berpengaruh terhadap pergerakan
indeks saham pada negara tersebut. Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan tidak luput dari
peranan aliran dana asing yang masuk ke Pasar
Modal Indonesia. Setiap sentimen yang terjadi
secara makro maupun mikro selalu menjadi
perhatian para investor asing maupun lokal,
investasi saham pada pasar saham dapat dengan
mudah beralih ke instrumen lain ketika terjadi
sentimen
negatif
baik
makro
ataupun
mikro.Investasi adalah penundaan konsumsi
sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif
selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,
2006:5). Menurut Warsini (2009:1), investasi
adalah kegiatan penanaman modal/penanaman
dana yang dilakukan pada saat sekarang (current)
dalam berbagai wujud aktiva untuk memperoleh
penghasilan dimasa yang akan datang (future).
Indeks Saham Dow Jones
Indeks saham Dow Jones atau yang biasa
disebut Dow Jones Index adalah salah satu indeks
pasar saham di Amerika. Indeks saham Dow Jones
ini didirikan oleh editor The Wall Street Journal
dan pendiri Dow Jones & Company, Charles Dow
pada 26 Mei 1896. Indeks Dow Jones merupakan
indeks tertua di Amerika Serikat dan mulai
diperkenalkan pada 26 Mei 1896 dengan 20
perusahaan industri, dan dikembangkan kembali
pada tahun 1928 dengan memilih 30 perusahaan
industri terbesar di Amerika Serikat yang sudah
melakukan IPO (Initial Public Offering) di
Amerika Serikat. Pemilihan 30 perusahaan ini
berdasarkan kemampuan perusahaan, aktivitas
ekonomi, pertumbuhan laba, dll. Terdapat 3 indeks
saham utama di Amerika selain Dow Jones, yaitu
Nasdaq Composite dan Standard & Poor’s 500.
Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga saham gabungan atau sering
disebut Jakarta Composite Index menjadi salah
satu indikator dalam melihat pergerakan pasar
saham di Indonesia. Agar IHSG dapat
menggambarkan pasar yang wajar, oleh karena itu
Bursa efek Indonesia berhak untuk memasukan
maupun mengeluarkan salah satu saham untuk
menggambarkan pergerakan IHSG. Semakin
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
14
besarnya nilai kapitalisasi dari suatu perusahaan,
maka akan berdampak besar juga terhadap
perubahan nilai IHSG. IHSG adalah indikator atau
cerminan pergerakan harga saham dan IHSG
merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk
melakukan investasi di pasar modal khususnya
saham (Bursa Efek Indonesia, diakses pada tanggal
31 Juli 2017). Menghitung IHSG dapat dilakukan
dengan rumus seperti dibawah ini.
Rumus dasar perhitungannya adalah:
Indeks : Nilai Pasar X 100
Nilai Dasar
Rumus perhitungan IHSG menggunakan
metode Market Value Weighted Index. Menurut
Muliaman (2004:7), Metode ini merupakan metode
perhitungan indeks yang banyak digunakan oleh
bursa dunia seperti New York Stock Exchange,
Standard and Poor’s Indexes, maupun BEJ.
Hipotеsis
Kurs Rupiah
(X1)
H2
BI Rate
(X2)
H3
H1
H4
Net Foreign
Fund
(X3)
H1
Indeks Dow
Jones
(X4)
H5
IHSG (Studi Pada
Periode
Pemberlakuan
QE Federal
Reserve) (Y)
Gambar 1. Modеl Hipotеsis
: Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund
dan Indeks Dowjones secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap IHSG
(Studi
Pada
Periode
Pemberlakuan
Quantitative Easing Federal Resereve)
H2 : Kurs Rupiah secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Resereve)
H3 : BI Rate secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap IHSG (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Resereve)
H3 : Net Foreign Fund secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Resereve)
H3 : Indeks Dowjones secara parsial berpengaruh
signigikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Reserve)
MЕTODOLOGI PЕNЕLITIAN
Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian
pеnjеlasan (еxplanatory r еsеarch) dеngan
pеndеkatan kuantitatif. Peneliti ingin mengetahui
penaruh hubungan variabel Kurs rupiah, BI Rate,
Net Foreign Fund dan Indeks Dowjones terhadap
variabel IHSG di BEI (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Resereve).
Penelitian dilakukan melalui website Bursa
Efek Indonesia, Bank Indonesia dan Federal
Reserve, Bursa Efek Indonesia dipertimbangkan
karena BEI merupakan Self Regulatory
Organization (SRO) yang bertugas sebagai
penyelenggara perdagangan efek pada pasar
sekunder dan menyelenggarakan penawaran
umum, dan penelitian dilakukan di Bank Indonesia
dengan pertimbangan bahwa BI merupakan
pemegang kebijakan moneter di Indonesia, dan
penelitian juga dilakukan di Federal Reserve
dengan pertimbangan The Fed adalah bank
pemegang kebijakan moneter di Amerika. Seluruh
data resmi dapat ditelusuri melalui situs resmi dari
masing-masing lokasi, yaitu 1) BI Rate dan Kurs
Dollar terhadap Rupiah melalui www.bi.go.id;, 2)
Quantitative
Easing
melalui
www.federalreserve.gov; dan 3) IHSG melalui
www.idx.co.id
Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh data time series bulanan meliputi
Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks
Dowjones dan Indeks Harga Saham Gabungan
(Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative
Easing Federal Resereve). Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dengan pengambilan
sampel jenuh atau sensus, yaitu semua anggota
populasi digunakan sebagai sampelnya. Adapun
sampel dalam penelitian ini adalah time series
bulan selama 72 bulan, mulai dari November 2008
yaitu ketika dikeluarkannya kebijakan Quantitative
Easing sampai Oktober 2014 yaitu ketika
berakhirnya Quantitative Easing, meliputi data
Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks
Dow Jones dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) sehingga diperoleh jumlah sampel (n) dari
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
15
data time series bulanan yaitu sebanyak 72 sampel
(12 bulan x 5 tahun + 2 bulan + 10 bulan), 2 bulan
merupakan data november dan desember 2008, dan
10 bulan merupakan mulai dari bulan Januari
hingga Oktober 2014.
HASIL DAN PЕMBAHASAN
Tabеl 1. Hasil Persamaan Analisis Rеgrеsi
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std.
Error
(Constant)
.347
.812
Lag2_Kursrupiah
-.410
.177
Lag2_BIRate
-.0.739 .700
Lag2_Netforeignfund -.002
.003
Lag2_DowJones
1.225
.075
Standardized
Coefficients
Beta
-.161
-.072
-.034
.938
Sumbеr: Data diolah, 2017
Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)
Tabеl 2. Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)
Model R
1
R Square Adjusted R Square
.897
.805
.793
Sumbеr: Data diolah, 2017
Tabеl 3 Hasil Uji F
Model
Df Mean Square
Regression
4
.441
Residual
65
.007
Total
69
F
Sig
67.061 .000
Sumbеr: Data diolah, 2017
a. Pengaruh Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign
Fund dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG
Hipotesis pertama dalam penelitian ini
menyatakan bahwa secara simultan terdapat
pengaruh signifikan antara Kurs Rupiah, BI Rate,
Net Foreign Fund dan Indeks Dow Jones terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil uji F pada
pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa nilai
Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund secara
simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap
indeks harga saham gabungan
Menurut Tandelilin (2010:103), perubahan suku
bunga akan mempengaruhi harga saham secara
terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku bunga
meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris
paribus, dan sebaliknya. Menurut Tandelilin
(2010:344) Kurs Rupiah merupakan sinyal positif
bagi perekonomian yang mengalami inflasi dan
menurunnya Kurs Rupiah berdampak pada
meningkatnya biaya impor bahan baku dan
peralatan yang dibutuhkan emiten, meningkatnya
biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki
hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun
akan meningkatkan beban hutang yang ditanggung
emiten karena harus membayar dengan dollar AS
yang menguat namun rupiah melemah sehingga
nilai tukarnya besar
Hasil dari penelitian ini juga didukung dengan
penelitian Rohmanda (2014), yang menyatakan
bahwa kurs rupiah dan bi rate berpengaruh secara
simultan. dan menurut Nurbaeti (2010),
menyatakan bahwa Kurs Rupiah dan Net Foreign
Fund berpengaruh secara simultan terhadap IHSG.
Pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG
Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan
bahwa kurs rupiah memiliki pengaruh signifikan
terhadap indeks harga saham gabungan secara
parsial.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian terdahulu Wijayaningsih (2016)
menyimpulkan bahwa variabel kurs rupiah
berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
Pergerakan kurs rupiah terhadap dollar
AS berhubungan negatif terhadap IHSG. Jika
dollar AS menguat terhadap rupiah maka IHSG
akan menurun, begitu pula sebaliknya. Menurut
Tandelilin (2010), Kurs Rupiah merupakan sinyal
positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi
dan menurunnya Kurs Rupiah berdampak pada
meningkatnya biaya impor bahan baku dan
peralatan yang dibutuhkan emiten, meningkatnya
biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki
hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun
akan meningkatkan beban hutang yang ditanggung
emiten karena harus membayar dengan dollar AS
yang menguat namun rupiah melemah sehingga
nilai tukarnya besar.
Pengaruh BI Rate Rupiah terhadap IHSG
Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan bahwa
BI Rate tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap IHSG secara parsial. Hasil dari penelitian
ini mendukung hasil dari penelitian Surbakti
(2016) yang menyatakan bahwa BI Rate tidak
menunjukkan pengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Menurut Tandelilin
(2010), perubahan suku bunga akan mempengaruhi
harga saham secara terbalik, ceteris paribus.
Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga
saham akan turun, ceteris paribus, dan sebaliknya.
Jika suku bunga naik, maka return investasi yang
terkait dengan suku bunga juga naik.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
16
Menurut Wijayanti (2017), BI Rate tidak
berpengaruh terhadap IHSG dapat disebabkan
karena tipe investor di Indonesia merupakan
investor yang senang melakukan transaksi saham
dalam jangka pendek (trader ), sehingga investor
cenderung melakukan aksi profit taking dengan
harapan memperoleh capital gain di pasar modal.
Pengaruh Net Foreign Fund terhadap IHSG
Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan bahwa
Net Foreign Fund memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap IHSG secara parsial. Hasil dari
penelitian ini mendukung hasil dari penelitian
Nurbaeti (2010) menyatakan bahwa net foreign
fund berpengaruh signifikan negatif terhadap
IHSG, dan Zaretta yang menyatakan bahwa net
foreign fund tidak signifikan terhadap IHSG.
Hubungan negatif antara Net Foreign Fund dan
IHSG tersebut menunjukkan adanya perilaku
investor asing yang cenderung mengikuti teori
negative feedback trader yang menyatakan bahwa
investor akan melakukan pembelian sekuritas pada
saat harga rendah atau jatuh dan akan melakukan
penjualan saat harganya tinggi atau naik. Menurut
Neal dalam Mujayana (2013), Positive Feedback
Trading adalah tindakan pelaku pasar asing untuk
beli saham unggulan saat winner (bullish) dan
menjual saham unggulan saat loser (bearish). Dan
kondisi sebaliknya (negative feedback trading )
membuat market index turun. Menurut Frensidy
(2009 ) negative feedback artinya membeli sahamsaham yang baru saja turun harganya dan menjual
saham-saham yang baru saja naik.
Pada periode QE aliran modal asing yang masuk
melalui pasar saham Indonesia relatif meningkat.
Pada tahun 2008 saat terjadi krisis keuangan
global, kondisi tersebut membuat IHSG terkoreksi
dan pada bulan Oktober dan Nopember terjadi
lonjakan aliran modal asing masuk yang cukup
tajam. Kementerian keuangan (2010:35), Salah
satu penyebab terjadinya lonjakan aliran modal
asing tersebut adalah akuisisi saham emiten yang
dilakukan oleh investor asing dan penyebab
lainnya adalah terjadinya transaksi pembelian
saham Emiten perbankan oleh bank asing.
Indeks Dow Jones merupakan salah satu indeks
utama yang berada di Amerika Serikat. Indeks dow
jones merupakan cerminan dari pertumbuhan
pereknomian di Amerika, dan pertumbuhan
ekonomi Amerika dapat berpengaruh terhadap
negara-negara lain yang terintegrasi salah satunya
adalah Indonesia. Sebagai salah satu negara tujuan
ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika
Serikat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran
modal masuk baik investasi langsung ataupun
melalui pasar modal (Sunariyah, 2007)
KЕSIMPULAN DAN SARAN
Kеsimpulan
1. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap
variabel bebas terhadap IHSG dilakukan
dengan pengujian F-test. Dari hasil analisis
regresi linier berganda diperoleh variabel
bebas mempunyai pengaruh yang signifikan
secara simultan terhadap IHSG. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap
hipotesis yang menyatakan bahwa adanya
pengaruh secara bersama-sama (simultan)
variabel bebas terhadap variabel IHSG dapat
diterima.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara individu
(parsial) variabel bebas (Kurs Rupiah (X1), BI
Rate (X2), dan Net Foreign Fund (X3))
terhadap IHSG dilakukan dengan pengujian ttest. Berdasarkan pada hasil uji didapatkan
bahwa Kurs Rupiah mempunyai pengaruh
negatif signifikan dan Indeks Dow Jones
berpengaruh positif signifikan dan BI Rate dan
Net Foreign Fund berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap IHSG.
3. Berdasarkan pada hasil uji t didapatkan bahwa
variabel Indeks Dow Jones mempunyai nilai t
hitung dan koefisien beta yang paling besar.
Sehingga variabel Indeks Dow Jones
mempunyai pengaruh yang paling kuat
dibandingkan dengan variabel yang lainnya
maka variabel Indeks Dow Jones mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap IHSG.
Saran
Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG
Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan
bahwa Indeks Dow Jones memiliki pengaruh
signifikan terhadap IHSG secara parsial. Hasil dari
penelitian ini mendukung hasil dari penelitian
Jayanti (2014) menyatakan bahwa indeks dow
jones berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan.
1. Bagi pemerintah agar selalu siap dalam
menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dari
berbagai peristiwa salah satunya adalah
Quantitative Easing. Meningkatkan literasi
keuangan kepada masyarakat sehingga
semakin banyak masyarakat yang berinvestasi
pada pasar modal Indonesia dan Indonesia
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
17
tidak perlu cemas jika terjadi penarikan dana
asing besar-besaran dari Indonesia.
2. Bagi investor di Indonesia agar tidak terlalu
cemas jika terjadi gejolak ekonomi negara lain
karena tidak selalu semua peristiwa
berdampak bagi pergerakan saham di
Indonesia, walaupun terjadi penurunan tetapi
hanya sementara dan tidak terlalu berdampak
karena pergerakan harga saham lebih di
cerminkan oleh kinerja perusahaan itu sendiri.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin
membahas penelitian serupa disarankan untuk
menambah beberapa variable seperti inflasi
dan indeks saham negara ASEAN. Hal ini
dikarenakan inflasi dan indeks saham negara
ASEAN
merupakan
indikator
yang
berpengaruh terhadap IHSG, dan untuk
mendapatkan hasil yang obyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finansial dan
Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta:PT
Bumi Aksara
Joesoef J.R. 2008. Pasar Uang & Pasar Valuta
Asing. Jakarta : Salemba Empat
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang,
Perbankan , dan Pasar Keuangan, Edisi 8.
Salemba Empat : Jakarta.
Sunariyah, 2004. Pengantar Pasar Modal, Edisi
Keempat. UPP AMP YPKN Yogyakarta.
Sunariyah, 2007. Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal. Yogyakarta: AMP YKPN
Warsini, Sabar. Manajemen Investasi. Semesta
Media, Jakarta, 2009.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan
Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE
WEB
Bank Indonesia, Kerangka Kebijakan Moneter di
Indonesia, diakses pada tanggal 31 Juli 2017
dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/kerangkakebijakan/Contents/Mengapa.aspx
Bank Indonesia, Penetapan BI Rate, diakses pada
Tanggal
31
Juli
2017
dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/birate/penetapan/Contents/Default.aspx
Bank Indonesia, Penjelasan BI Rate, telah diakses
pada tanggal 31 Juli 2017 dari
www.bi.go.id/id/moneter/birate/penjelasan/Contents/Default.aspx
Bank Indonesia, Kalkulator Kurs, diakses pada
tanggal
11
Desember
2017
dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/kalkulatorkurs/Default.aspx
Bank Indonesia, Data BI Rate, diakses pada
tanggal
11
Desember
2017
dari
http://www.bi.go.id/en/moneter/birate/data/Default.aspx
Bursa Efek Indonesia, Perusahaan Tercatat,
diakses pada tanggal
31 Juli 2017
dariwww.idx.co.id/idid/beranda/perusahaant
ercatat/profilperusahaantercatat.aspx
Forbes, Quantitative Easing, telah diakses 14 April
2017
dari
https://www.forbes.com/sites/greatspeculati
ons/2015/11/16/quantitative-easing-infocus-the-u-s-experience/#4b50ded528d5
Investing, Data Indeks Harga Saham Gabungan,
diakses pada tanggal 11 Desember 2017 dari
https://www.investing.com/indices/idxcomposite-historical-data
Kustodian Sentral Efek Indonesia, telah diakses
tanggal
31
Juli
2017
dari
http://www.ksei.co.id/files/uploads/press_rel
eases/press_file/idid/129_siaran_pers_terobosan_19_tahun_k
sei_ksei_menjadi_kustodian_sentral_terbaik
_di_asia_tenggara_20161230150415.pdf
(siaran pers)
BULLETIN
Kementerian Keuangan, 2010. Master Plan Pasar
Modal dan Industri Keuangan Non Bank
2010 – 2014. Jakarta
JURNAL
Angraheni, Bernadelta Dessy dan Sukamulja,
Sukmawati, 2014. Analisis Pengaruh
Quantitative Easing (QE) Amerika Serikat
Terhadap Volatilitas Indeks LQ45 di Bursa
Efek Indonesia . Jurnal Universitas Atma
Jaya, Jakarta, 2014.
Frensidy, Budy. Analisis Pengaruh Aksi Jual-Beli
Asing, Kurs, dan Indeks Hang Seng
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Jakarta dengan Model
Garch. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Depok, 2009.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
18
Mujayana, Marya. 2013. Pengaruh Makro
Ekonomi, Pasar Komoditas Pertambangan
dan Transaksi Asing Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Surabaya: Stikom
Nugroho, Heru. (2008). Analisis Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar
terhadap Indeks LQ45 pada Bursa Efek
Indonesia Periode 2002-2007. Universitas
Diponegoro
Semarang
:
Tesis
dipublikasikan.
Nurbaeti, Khodijah. Pengaruh Aksi Jual-Beli
Asing, Kurs, SBI, Inflasi, PDB dan Indeks
Hangseng terhadap Indeks Harga Saham
Gabungn di Bursa Efek Indonesia dengan
Model GARCH. Jakarta: FEBUIN
Nugroho, Arif. 2013.Quantitative Easing the FED
Menjadi Sentimen Penggerak Indeks Harga
Saham Gabungan atau Jakarta Composite
Indeks.ejournal UNESA, Vol.2, No.1.
Saidah, Nani. Capital Inflow: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dan Pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia , Jurnal
Institu Pertanian Bogor, 2006.
Jakarta : Direktorat Penelitian
Pengaturan Perbankan Indonesia.
Dana
Jayanti, Yusnita 2014. Pengaruh Tingkat Inflasi,
Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
Rupiah, Indeks Dow Jones, dan Indeks KLSE
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) Studi Pada Bursa Efek Indonesia
Periode Januari 2010 – Desember 2013.
Malang: FIAUB
Nurdianti, Hastri. 2010. Analisa pengaruh ihsg,
sbi, kurs, pdb dan inflasi terhadap kinerja
reksa dana pendapatan tetap. Jakarta:
FEUIN.
Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri 2015.
Analisis Dampak Krisis pada Perdagangan
Indonesia.
Jakarta:
Kementerian
Perdagangam
Zaretta, Bara. 2015. Pengaruh Investasi Asing
terhadap Return Pasar dengan Vector
Autoregression (VAR): Studi Pada Bursa
Efek Indonesia, Periode Januari 2008 –
Desember 2013. Semarang: Universitas
Diponegoro
Supriyadi, Marwan, 2012. Analisis Pembentukan
Portofolio yang Efisien pada Perusahaan
Industri Tobacco Manufacturesrs Dengan
Modal Markowitz. Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Wijaya, Suseno Wangsit. Pengaruh Faktor
Faktor Makroekonomi dan Return IHSG
Terhadap Return Saham Sektor Usaha
Primer : Analisis Dengan Metode GARCH ,
Jurnal Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2008.
Wijayanti, Anis. Pengaruh Beberapa Variabel
Makroekonomi dan Indeks Pasar Modal
Dunia Terhadap Pergerakan Indeks harga
Saham Gabungan (IHSG) di BEI. Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya, 2013
Perwitasari, Shinta Dewi. Aliran Modal
Portofolio dan Implikasinya terhadap
pergerakan nilai tukar . Jakarta:FEUI, 2008
Siswanto, Heri. Dampak Kepemilikan Sahamsaham oleh Asing terhadap Pengaruh
Faktor Internasional di PT Bursa Efek
Indonesia .Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 2003
Hadad, Muliaman. Wibowo, Satrio. Pertiwi, Dipa.
Noviati. 2004. Indeks Saham Perbankan.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
19
JONES TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Reserve)
Muhamad Brian Mayzan
Sri Sulasmiyati
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Email : [email protected]
ABSTRACT
This type of research is a research eksplanatif by quantitative approach. This study uses monthly time series
data from the Quatitative Easing period from November 2008 to October 2014 with total sample as many as
72. This research analyses using SPSS program 23. Data analysis techniques used in this research is using
multiple linear regression analysis. Simultaneous result in this research indicate that there is significant
influene between the dependent variable Rupiah Exchange Rate, BI Rate, Net Foreign Fund, and Dow Jones
Index against the independent variables namely Indeks Harga Saham Gabungan. Thr result of this research
show that Rupiah Exchange Rate, BI Rate, Net Foreign Fund and Dow Jones Index account for 79.3% against
the composite stock price index value. While the rest is influenced by other factors not discussed from this
research. Partial test results show thath Rupiah Exchange Rate has a significant negative influence on IHSG
and Dow Jones have positively influence significantly to IHSG, while BI Rate and Net Foreign Fund have
negatively influence insignificant against IHSG.
Kеywords: Rupiah Exchange Rate, BI Rate, Net Foreign Fund, Dow Jones Index, Indeks Harga Saham
Gabungan.
АBSTRАK
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan data time series bulanan pada periode terjadinya Quantitative Easing dari November 2008
hingga Oktober 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 72. Analisis penelitian ini menggunakan program SPSS
23. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier
berganda. Hasil uji simultan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang signifikan antara
variabel dependen yaitu Kurs Rupiah, Bi Rate, Net Foreign Fund dan Indeks Dow Jones terhadap variabel
independen yaitu Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variable Kurs
Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks Dow Jones berkontribusi sebesar 79,3% terhadap nilai Indeks
Harga Saham Gabungan. Sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibahas dari
penelitian ini. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa Kurs Rupiah memiliki pengaruh negatif signifikan dan
Indeks Dow Jones memiliki pengaruh secara positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
sedangkan BI Rate dan Net Foreign Fund memiliki pengaruh secara negatif tidak signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan.
Kаtа Kunci: Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks Dow Jones, Indeks Harga Saham
Gabungan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
10
PЕNDAHULUAN
Globalisasi semakin dapat dirasakan hingga era
sekarang, baik informasi mengenai budaya, politik,
dan perdagangan internasional sudah tidak ada
batasan lagi dan semakin dipermudah dengan
adanya teknologi. Dampak globalisasi dapat
dirasakan oleh setiap orang, baik secara individu,
kelompok, ataupun perusahaan. Dengan adanya
globalisasi, perdagangan internasional antar negara
menjadi mudah dan lebih terbuka. Perdagangan
Internasional merupakan transaksi lintas negara
dengan menyepakati perjanjian dagang baik barang
maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan satu sama
lain.
Setiap
perusahaan
memanfaatkan
era
globalisasi ini dengan melakukan perdagangan
internasional dalam memenuhi kebutuhan dan
melakukan ekspansi bisnisnya untuk memperluas
pasarnya.
Perusahaan
berlomba
untuk
mendapatkan dan menciptakan teknologi dalam
membantu kegiatan bisnisnya sehingga semakin
efektif dan efisien. Diharapkan dengan semakin
efektif dan efisien dalam kegiatan produksi suatu
perusahaan, maka perusahaan akan mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Ketika perusahaan
mendapatkan keuntungan yang maksimal, maka
akan mempengaruhi investor untuk menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut, salah satu
pilihannya adalah investasi portofolio. Menurut
Saidah (2006:7) Penanaman modal asing tidak
langsung atau investasi portofolio adalah
merupakan bentuk penanaman modal yang terdiri
dari penguasaan saham.
Investasi merupakan suatu cara seseorang
menunda konsumsi dengan mengharapakan
keuntungan kedepannya. Menurut Sukirno
(2011:121), investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam
modal atau perusahaan untuk membeli barangbarang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi
untuk
menambah
kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian. Dapat dikatakan
bahwa investasi dapat bersifat asset rill ataupun
asset keuangan untuk mendapatkan return yang
diinginkan.
Jenis instrumen investasi untuk mendapatkan
keuntungan di Indonesia sangat beragam, salah
satunya adalah saham. Investor yang berinvestasi
pada instrumen saham akan mengelola
keuangannya dengan cara menanamkan atau
menyetorkan modalnya kepada perusahaan,
dengan mengharapkan peningkatan nilai atau aset
dari kinerja suatu perusahaan. Sehingga investor
mendapatkan keuntungan baik deviden, capital
gain dan aksi korporasi lainnya. Kepemilikan
saham di pasar modal Indonesia dibagi dua yaitu
investor lokal dan asing sehingga aliran dana
investasi baik lokal maupun asing dapat menjadi
suatu indikator pertumbuhan pasar modal
Indonesia.
Aliran dana investasi asing yang masuk ke
Indonesia akan sangat membantu pertumbuhan
neraca modal di Indonesia. Menurut (Perwitasari
2008:14), aliran modal bersih yang masuk besar
(net capital inflow) akan berdampak pada
peningkatan cadangan internasional bersama
dengan terapresiasinya nilai tukar mata uang
domestik, dan jika aliran modal bersih keluar besar
(net capital outflow) maka akan memperburuk
neraca
pembayaran
dan
menjadikan
terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik.
Terdepresiasinya mata uang domestik dapat
mempengaruhi pasar modal, ketika mata uang
domestik melemah maka biaya yang harus
ditanggung perusahaan semakin besar dan
berdampak kepada pendapatan perusahaan.
Pasar modal merupakan tempat bagi investor
maupun emiten menjual dan membeli instrumen
investasi seperti saham, obligasi, reksadana, dan
lain-lain. Menurut Mar’ati (2010:79), Pasar Modal
memiliki peran penting bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal menjalankan dua
fungsi, yaitu; Pertama, sebagai sarana untuk
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari
masyarakat pemodal (investor). Dana yang
diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal
menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi
pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,
reksa dana, dan lain-lain. Perusahaan yang ingin
menerbitkan saham pada pasar modal Indonesia
harus tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia hingga pertengahan tahun 2017 tercatat
ada 558 emiten yang sudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (Bursa Efek Indonesia, diakses pada
tanggal 31 Juli 2017). Indeks gabungan dari
pergerakan saham perusahaan di Bursa Efek
Indonesia dinamakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan menjadi cerminan dari
peristiwa yang sedang terjadi di Indonesia.
Menurut Anoraga dan Pakarti (2006:101), Indeks
harga saham gabungan menunjukkan pergerakan
harga saham perusahaan yang tercatat di bursa efek
secara umum. Indeks Harga Saham Gabungan
merupakan leading indikator suatu negara dalam
melihat pertumbuhan dan stabilitas ekonominya.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
11
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
juga dipengaruhi oleh beberapa variabel makro
ekonomi. Menurut Frensidy (2009:2), pergerakan
indeks saham dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
perekonomian makro negara itu, sentimen
positif/negatif dari aksi jual-beli investor asing, dan
indeks saham negara lain. Menurut Wijaya
(2008:1), perubahan nilai saham di BEI
dipengaruhi oleh beberapa faktor makro ekonomi
dalam negeri, antara lain inflasi, nilai tukar rupiah
terhadap dollar, dan suku bunga SBI (Sertifikat
Bank Indonesia). Nilai tukar rupiah/Kurs rupiah
terhadap dollar berpengaruh kepada pengeluaran
perusahaan yang melakukan perdagangan
internasional.
Kurs rupiah merupakan salah satu indikator
dalam
menjadikan
keputusan
dalam
mengalokasikan dananya untuk berinvestasi di
pasar saham. Menurut Joesoef (2008:24), kurs
merupakan mata uang tertentu yang dapat ditukar
dengan unit mata uang lain. Kurs dapat
mempengaruhi biaya operasional perusahaan,
ketika rupiah terdepresiasi terhadap dollar maka
biaya bahan baku, hutang luar negeri dan
operasional perusahaan yang menggunakan dollar
akan
menjadi
beban
dan
mengganggu
pendapatannya, sehingga keuntungan yang
didapatkan emiten dan investor tidak maksimal.
Ketika instrumen pasar modal dan kondisi ekonomi
Indonesia sedang tidak stabil maka investor akan
mengalihkan investasi di instrumen pasar modal
dan akan membeli USD karena dollar akan
terapresiasi ketika rupiah melemah. Tidak hanya
kurs rupiah, tingkat suku bunga Indonesia juga
merupakan salah satu indikator dalam keputusan
berinvetasi.
Tingkat suku bunga di Indonesia atau
dikenal dengan BI Rate juga menjadi indikator
dalam penentuan investasi, Menurut Bank
Indonesia (Bank Indonesia, diakses pada tanggal
31 Juli 2017), BI Rate adalah suku bunga yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI)
dan diumumkan kepada publik. BI Rate ditetapkan
oleh Dewan Gubenur Bank Indonesia dengan
mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang
dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam
model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.
BI rate sering dijadikan indikator oleh para
investor untuk sebagai keputusan investasi, ketika
BI Rate mengalami kenaikan maka investor akan
menyimpan dananya pada bank dan tidak
menginvestasikan pada instrumen di pasar modal,
tingkat suku bunga yang tinggi dan aman menjadi
salah satu alasannya. Tetapi jika BI Rate
mengalami penurunan maka investor akan beralih
berinvestasi pada instrumen pasar modal, karena
tingkat suku bunga kecil sehingga mereka harus
mencari return yang lebih besar yaitu pada
instrumen lain seperti pasar modal. Asumsi
tersebut diperkuat oleh Menurut Darmawi
(2006:188), tingkat suku bunga bank akan
mempengaruhi keputusan investasi yang dapat
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan
mempengaruhi volume uang beredar. Selain
melihat suku bunga suatu negara, faktor apakah
negara itu berkembang ataupun maju menjadi
indikator dalam penentuan investasi ke suatu
negara.
Negara Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang merupakan tujuan para
investor asing untuk berinvestasi portofolio,
dikarenakan potensi keuntungan yang diberikan
pasar modal Indonesia lebih besar dibandingkan
beberapa negara maju lainnya. Potensi keuntungan
dapat dilihat dari pertumbuhan indeks saham
negara, dan berikut merupakan pertumbuhan
indeks saham dari beberapa negara. Indonesia
mencatatkan pertumbuhan terbesar diantara negara
maju diatas yaitu 189.5%, dan diikuti oleh Nasdaq
(Amerika) yaitu 96.09%, Dowjones (Amerika)
yaitu 43.01%, Hangseng (Hongkong) yaitu
18.23%, Ftse (Inggris) yaitu 5.55%, dan Nikkei
(Jepang) yaitu 1.31%. Semua indeks diatas
mengalami penurunan secara bersamaan pada
tahun 2008 karena adanya krisis global, dan
mengalami penguatan yang berbeda-beda pasca
krisis global (Indopremier, diakses tanggal 31 Juli
2017)
Dalam satu sisi ketika kepemilikan asing di
pasar modal Indonesia besar maka akan terlihat
positif dikarenakan investor asing percaya dan
optimis untuk menginvestasikan dananya di
Indonesia dengan harapan return yang besar.
Tetapi dapat terlihat negatif dengan kepemilikan
asing lebih besar dibanding kepemilikan lokal,
dikarenakan ketika terjadi capital outflow atau
dana-dana asing dipindahkan dari Indonesia
dengan jumlah besar ke negara lain maka akan
mengganggu pergerakan indeks harga saham
gabungan di Indonesia. Asumsi ini diperkuat oleh
penelitian Frensidy (2009:1-2), Capital inflow ini
pada akhirnya akan menyebabkan mata uang
rupiah menguat atau kurs dolar AS dalam rupiah
menurun dan sebagian dana akan ditanamkan
dalam portofolio saham sehingga memberikan efek
positif, dan Menurut Perwitasari (2008:14),
menyatakan bahwa terjadinya aliran modal bersih
keluar negeri pada gilirannya akan memperburuk
neraca
pembayaran,
disertai
dengan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
12
terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik.
Dengan demikian masuknya pendanaan/transaksi
asing yang besar menjadi penting bagi suatu
negara.
Net Foreign Fund (aliran bersih dana asing)
atau transaksi bersih asing sangat dibutuhkan setiap
negara untuk membangun ekonominya terutama
negara emerging market. Menurut Nurbaeti
(2010:19), Net Foreign Fund (aliran transaksi
bersih dana asing) merupakan salah satu
persyaratan pertumbuhan ekonomi, dimana
peningkatan pertumbuhan perekonomian biasanya
didorong oleh masuknya pendanaan asing capital
inflow (aliran dana masuk) dan capital outflow
(aliran dana keluar) asing dapat mempengaruhi
perekonomian suatu negara, baik secara investasi
langsung ataupun investasi tidak langsung.
Net Foreign Fund merupakan salah satu
indikator dari faktor pergerakan IHSG, karena
aliran transaksi asing yang masuk ke IHSG ataupun
keluar IHSG akan menjadi peluang atau ancaman
bagi para investor. Semakin baiknya keadaan
makro dan mikro akan membuat capital inflow
menjadi besar sehingga terjadi peningkatan
pembelian bersih asing (net buy) pada IHSG.
Dengan meningkatnya pembelian bersih asing (net
buy) pada IHSG maka sudah terlihat optimisme
investor asing kepada pasar saham Indonesia, dan
optimisme investor asing akan mempengaruhi
optimisme investor lokal juga. Menurut Frensidy
(2009:2), optimisme investor asing ditandai dengan
maraknya aksi beli sehingga
memberikan
sentimen positif, dan pesimisme terjadi ketika aksi
jual lebih besar dibandingkan aksi beli yang
mengakibatkan sentimen negatif kepada pasar
modal. Capital outflow besar dirasakan global pada
tahun 2008 sehingga banyak negara krisis karena
capital outflow keluar secara besar termasuk di
Indonesia.
Pada krisis 2008, Indeks Dow Jones juga
mengalami penurunan dan mengalami pemulihan
pada 2009 ketika Federal Reserve mengeluarkan
stimulus yaitu Quantitative Easing. Indeks Dow
Jones merupakan salah satu dari tiga indeks utama
dan tertua di Amerika Serikat (New York Stock
Exchange). Menurut Sunariyah (2006), Amerika
Serikat sebagai salah satu negara tujuan ekspor
Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal
masuk baik investasi langsung ataupun melalui
pasar modal.
Kondisi makro global pada tahun 2008
mengalami krisis dikarenakan krisis kredit macet
atau sering di sebut kasus subprime mortgage di
Amerika. Ketika Lehmann Brothers dan beberapa
institusi finansial bangkrut, terjadi penarikan dana
secara masif dari pasar uang Amerika Serikat yang
mencapai USD 150 miliar. Untuk mencegah
terjadinya kehancuran pada sistem keuangan
global, Bank Sentral Amerika Serikat maupun
Bank Sentral Eropa menyuntikkan dana hingga
USD 2,5 triliun dalam bentuk pembelian hutang
pemerintah dan aset swasta yang bermasalah dari
bank. Injeksi ini tercatat sebagai suntikan dana
terbesar dalam sejarah dunia. Dampak tersebut pun
menghampiri negara-negara lain dikarenakan
terjadinya krisis di Amerika. Negara berkembang
pun ikut merasakan dampak tersebut, salah satunya
Indonesia yang merasakan krisis tersebut di tahun
2008. Dalam menghadapi krisis pada saat itu,
Federal Reserve mengeluarkan stimulus kebijakan
penyuntikan dana secara bertahap yaitu
Quantitative
Easing.
(Pusat
Kebijakan
Perdagangan Luar Negeri, 2015:4)
Menurut Angraheni dan Sukamulja
(2014:10), Quantitative Easing pada dasarnya
adalah kebijakan moneter pemerintah yang
digunakan untuk meningkatkan jumlah uang
beredar dengan membeli surat berharga pemerintah
atau surat berharga lainnya dari pasar. Adanya dana
tambahan ini, maka bank diharapkan dapat
merangsang perekonomian dengan melakukan
menyalurkan kredit, tetapi menyalurkan kredit
dalam kondisi krisis dianggap mempunyai resiko
yang tinggi. Menurut Nugroho (2013:3), Bagi bank
yang ingin mencari aman, tentunya akan
melakukan investasi pada aset keuangan seperti
saham, obligasi, komoditas ataupun efek-efek
keuangan lainnya. Hal itulah yang menyebabkan
kenapa setiap kali ada kebijakan quantitative
easing harga-harga aset keuangan tersebut ikut
naik.
Kebijakan ini menyebabkan harga asset keuangan
menjadi mahal, dan investor pun mencari alternatif
investasi selain membeli asset keuangan di
Amerika. Alternatif lain adalah pasar modal di
negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Menurut Nugroho (2013:4), Di tengah tekanan
krisis global yang menimpa negara di Eropa dan
Amerika Serikat, maka emerging market termasuk
Indonesia menjadi salah pilihan investasi global.
KAJIAN PUSTAKA
Kurs Rupiah
Menurut Mishkin (2008:136) nilai tukar
atau kurs adalah harga dari mata uang suatu negara
dalam harga mata uang dengan negara lainnya.
Sedangkan menurut Hady (2013:366) bahwa kurs
atau valuta asing adalah mata uang asing dan atau
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
13
alat pembayaran lain yang digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi
keuangan internasional dan yang mempunyai
catatan kurs resmi pada bank sentral. Dapat
diartikan bahwa kurs adalah nilai atau harga mata
uang negara domestic terhadap negara lainnya
ataupun sebaliknya.
Kurs merupakan indikator perekonomian suatu
negara dan negara dapat dikatakan sedang
mengalami penguatan atau sedang mengalami
pelemahan ekonomi terlihat dari Kurs. Dan kurs
merupakan indikator bagi para investor dalam
menentukan keputusan investasinya pada negara
yang ingin di investasikannya. Perubahan kurs
rupiah akan memberikan dampak besar bagi pasar
modal Indonesia ataupun instrumen lain
dikarenakan investor akan melepaskan atau
memindahkan investasinya dari negara Indonesia
ketika sedang mengalami pelemahan kurs.
Menurut Tandelilin (2010:344) Kurs
Rupiah
merupakan
sinyal
positif
bagi
perekonomian yang mengalami inflasi dan
menurunnya Kurs Rupiah berdampak pada
meningkatnya biaya impor bahan baku dan
peralatan yang dibutuhkan emiten, meningkatnya
biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki
hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun
akan meningkatkan beban hutang yang ditanggung
emiten karena harus membayar dengan dollar AS
yang menguat namun rupiah melemah sehingga
nilai tukarnya besar
BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan
sikap
atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik (Bank Indonesia,
diakses pada tanggal 12 April 2017). BI Rate
diumumkan setiap bulan oleh Dewan Gubernur
Bank Indonesia dalam rapat Dewan Gubernur
bulanan, dan diimplementasikan pada operasi
moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui
pengelolaan likuiditas (liquidity management) di
pasar uang untuk mencapai sasaaran operasional
kebijakan moneter. Bank indonesia menerapkan
kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai
sasaran utama kebijakan moneter (Inflation
Targetting Framework/ITF) dengan menganut
sistem nilai tukar yang mengambang (free floating)
untuk mencapai kestabilan nilai rupiah (Bank
Indonesia, diakses pada tanggal 31 Juli 2017).
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI
Rate ketika dirasa inflasi akan melampaui sasaran
yang telah ditetapkan, dan akan menurunkan BI
Rate ketika dirasa inflasi berada di bawah target
inflasi yang tetapkan, Walaupun terdapat faktorfaktor lain pun dapat menyebabkan pemerintah
menurunkan ataupun menurunkan BI Rate.
Net Foreign Fund
Net foreign fund pada investasi portofolio
merupakan aliran transaksi asing baik capital
outflow ataupun capital inflow ke dalam negara
tersebut yang berpengaruh terhadap pergerakan
indeks saham pada negara tersebut. Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan tidak luput dari
peranan aliran dana asing yang masuk ke Pasar
Modal Indonesia. Setiap sentimen yang terjadi
secara makro maupun mikro selalu menjadi
perhatian para investor asing maupun lokal,
investasi saham pada pasar saham dapat dengan
mudah beralih ke instrumen lain ketika terjadi
sentimen
negatif
baik
makro
ataupun
mikro.Investasi adalah penundaan konsumsi
sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif
selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,
2006:5). Menurut Warsini (2009:1), investasi
adalah kegiatan penanaman modal/penanaman
dana yang dilakukan pada saat sekarang (current)
dalam berbagai wujud aktiva untuk memperoleh
penghasilan dimasa yang akan datang (future).
Indeks Saham Dow Jones
Indeks saham Dow Jones atau yang biasa
disebut Dow Jones Index adalah salah satu indeks
pasar saham di Amerika. Indeks saham Dow Jones
ini didirikan oleh editor The Wall Street Journal
dan pendiri Dow Jones & Company, Charles Dow
pada 26 Mei 1896. Indeks Dow Jones merupakan
indeks tertua di Amerika Serikat dan mulai
diperkenalkan pada 26 Mei 1896 dengan 20
perusahaan industri, dan dikembangkan kembali
pada tahun 1928 dengan memilih 30 perusahaan
industri terbesar di Amerika Serikat yang sudah
melakukan IPO (Initial Public Offering) di
Amerika Serikat. Pemilihan 30 perusahaan ini
berdasarkan kemampuan perusahaan, aktivitas
ekonomi, pertumbuhan laba, dll. Terdapat 3 indeks
saham utama di Amerika selain Dow Jones, yaitu
Nasdaq Composite dan Standard & Poor’s 500.
Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga saham gabungan atau sering
disebut Jakarta Composite Index menjadi salah
satu indikator dalam melihat pergerakan pasar
saham di Indonesia. Agar IHSG dapat
menggambarkan pasar yang wajar, oleh karena itu
Bursa efek Indonesia berhak untuk memasukan
maupun mengeluarkan salah satu saham untuk
menggambarkan pergerakan IHSG. Semakin
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
14
besarnya nilai kapitalisasi dari suatu perusahaan,
maka akan berdampak besar juga terhadap
perubahan nilai IHSG. IHSG adalah indikator atau
cerminan pergerakan harga saham dan IHSG
merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk
melakukan investasi di pasar modal khususnya
saham (Bursa Efek Indonesia, diakses pada tanggal
31 Juli 2017). Menghitung IHSG dapat dilakukan
dengan rumus seperti dibawah ini.
Rumus dasar perhitungannya adalah:
Indeks : Nilai Pasar X 100
Nilai Dasar
Rumus perhitungan IHSG menggunakan
metode Market Value Weighted Index. Menurut
Muliaman (2004:7), Metode ini merupakan metode
perhitungan indeks yang banyak digunakan oleh
bursa dunia seperti New York Stock Exchange,
Standard and Poor’s Indexes, maupun BEJ.
Hipotеsis
Kurs Rupiah
(X1)
H2
BI Rate
(X2)
H3
H1
H4
Net Foreign
Fund
(X3)
H1
Indeks Dow
Jones
(X4)
H5
IHSG (Studi Pada
Periode
Pemberlakuan
QE Federal
Reserve) (Y)
Gambar 1. Modеl Hipotеsis
: Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund
dan Indeks Dowjones secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap IHSG
(Studi
Pada
Periode
Pemberlakuan
Quantitative Easing Federal Resereve)
H2 : Kurs Rupiah secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Resereve)
H3 : BI Rate secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap IHSG (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Resereve)
H3 : Net Foreign Fund secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Resereve)
H3 : Indeks Dowjones secara parsial berpengaruh
signigikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Reserve)
MЕTODOLOGI PЕNЕLITIAN
Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian
pеnjеlasan (еxplanatory r еsеarch) dеngan
pеndеkatan kuantitatif. Peneliti ingin mengetahui
penaruh hubungan variabel Kurs rupiah, BI Rate,
Net Foreign Fund dan Indeks Dowjones terhadap
variabel IHSG di BEI (Studi Pada Periode
Pemberlakuan Quantitative Easing Federal
Resereve).
Penelitian dilakukan melalui website Bursa
Efek Indonesia, Bank Indonesia dan Federal
Reserve, Bursa Efek Indonesia dipertimbangkan
karena BEI merupakan Self Regulatory
Organization (SRO) yang bertugas sebagai
penyelenggara perdagangan efek pada pasar
sekunder dan menyelenggarakan penawaran
umum, dan penelitian dilakukan di Bank Indonesia
dengan pertimbangan bahwa BI merupakan
pemegang kebijakan moneter di Indonesia, dan
penelitian juga dilakukan di Federal Reserve
dengan pertimbangan The Fed adalah bank
pemegang kebijakan moneter di Amerika. Seluruh
data resmi dapat ditelusuri melalui situs resmi dari
masing-masing lokasi, yaitu 1) BI Rate dan Kurs
Dollar terhadap Rupiah melalui www.bi.go.id;, 2)
Quantitative
Easing
melalui
www.federalreserve.gov; dan 3) IHSG melalui
www.idx.co.id
Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh data time series bulanan meliputi
Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks
Dowjones dan Indeks Harga Saham Gabungan
(Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative
Easing Federal Resereve). Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dengan pengambilan
sampel jenuh atau sensus, yaitu semua anggota
populasi digunakan sebagai sampelnya. Adapun
sampel dalam penelitian ini adalah time series
bulan selama 72 bulan, mulai dari November 2008
yaitu ketika dikeluarkannya kebijakan Quantitative
Easing sampai Oktober 2014 yaitu ketika
berakhirnya Quantitative Easing, meliputi data
Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks
Dow Jones dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) sehingga diperoleh jumlah sampel (n) dari
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
15
data time series bulanan yaitu sebanyak 72 sampel
(12 bulan x 5 tahun + 2 bulan + 10 bulan), 2 bulan
merupakan data november dan desember 2008, dan
10 bulan merupakan mulai dari bulan Januari
hingga Oktober 2014.
HASIL DAN PЕMBAHASAN
Tabеl 1. Hasil Persamaan Analisis Rеgrеsi
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std.
Error
(Constant)
.347
.812
Lag2_Kursrupiah
-.410
.177
Lag2_BIRate
-.0.739 .700
Lag2_Netforeignfund -.002
.003
Lag2_DowJones
1.225
.075
Standardized
Coefficients
Beta
-.161
-.072
-.034
.938
Sumbеr: Data diolah, 2017
Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)
Tabеl 2. Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)
Model R
1
R Square Adjusted R Square
.897
.805
.793
Sumbеr: Data diolah, 2017
Tabеl 3 Hasil Uji F
Model
Df Mean Square
Regression
4
.441
Residual
65
.007
Total
69
F
Sig
67.061 .000
Sumbеr: Data diolah, 2017
a. Pengaruh Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign
Fund dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG
Hipotesis pertama dalam penelitian ini
menyatakan bahwa secara simultan terdapat
pengaruh signifikan antara Kurs Rupiah, BI Rate,
Net Foreign Fund dan Indeks Dow Jones terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil uji F pada
pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa nilai
Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund secara
simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap
indeks harga saham gabungan
Menurut Tandelilin (2010:103), perubahan suku
bunga akan mempengaruhi harga saham secara
terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku bunga
meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris
paribus, dan sebaliknya. Menurut Tandelilin
(2010:344) Kurs Rupiah merupakan sinyal positif
bagi perekonomian yang mengalami inflasi dan
menurunnya Kurs Rupiah berdampak pada
meningkatnya biaya impor bahan baku dan
peralatan yang dibutuhkan emiten, meningkatnya
biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki
hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun
akan meningkatkan beban hutang yang ditanggung
emiten karena harus membayar dengan dollar AS
yang menguat namun rupiah melemah sehingga
nilai tukarnya besar
Hasil dari penelitian ini juga didukung dengan
penelitian Rohmanda (2014), yang menyatakan
bahwa kurs rupiah dan bi rate berpengaruh secara
simultan. dan menurut Nurbaeti (2010),
menyatakan bahwa Kurs Rupiah dan Net Foreign
Fund berpengaruh secara simultan terhadap IHSG.
Pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG
Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan
bahwa kurs rupiah memiliki pengaruh signifikan
terhadap indeks harga saham gabungan secara
parsial.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian terdahulu Wijayaningsih (2016)
menyimpulkan bahwa variabel kurs rupiah
berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
Pergerakan kurs rupiah terhadap dollar
AS berhubungan negatif terhadap IHSG. Jika
dollar AS menguat terhadap rupiah maka IHSG
akan menurun, begitu pula sebaliknya. Menurut
Tandelilin (2010), Kurs Rupiah merupakan sinyal
positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi
dan menurunnya Kurs Rupiah berdampak pada
meningkatnya biaya impor bahan baku dan
peralatan yang dibutuhkan emiten, meningkatnya
biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki
hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun
akan meningkatkan beban hutang yang ditanggung
emiten karena harus membayar dengan dollar AS
yang menguat namun rupiah melemah sehingga
nilai tukarnya besar.
Pengaruh BI Rate Rupiah terhadap IHSG
Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan bahwa
BI Rate tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap IHSG secara parsial. Hasil dari penelitian
ini mendukung hasil dari penelitian Surbakti
(2016) yang menyatakan bahwa BI Rate tidak
menunjukkan pengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Menurut Tandelilin
(2010), perubahan suku bunga akan mempengaruhi
harga saham secara terbalik, ceteris paribus.
Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga
saham akan turun, ceteris paribus, dan sebaliknya.
Jika suku bunga naik, maka return investasi yang
terkait dengan suku bunga juga naik.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
16
Menurut Wijayanti (2017), BI Rate tidak
berpengaruh terhadap IHSG dapat disebabkan
karena tipe investor di Indonesia merupakan
investor yang senang melakukan transaksi saham
dalam jangka pendek (trader ), sehingga investor
cenderung melakukan aksi profit taking dengan
harapan memperoleh capital gain di pasar modal.
Pengaruh Net Foreign Fund terhadap IHSG
Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan bahwa
Net Foreign Fund memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap IHSG secara parsial. Hasil dari
penelitian ini mendukung hasil dari penelitian
Nurbaeti (2010) menyatakan bahwa net foreign
fund berpengaruh signifikan negatif terhadap
IHSG, dan Zaretta yang menyatakan bahwa net
foreign fund tidak signifikan terhadap IHSG.
Hubungan negatif antara Net Foreign Fund dan
IHSG tersebut menunjukkan adanya perilaku
investor asing yang cenderung mengikuti teori
negative feedback trader yang menyatakan bahwa
investor akan melakukan pembelian sekuritas pada
saat harga rendah atau jatuh dan akan melakukan
penjualan saat harganya tinggi atau naik. Menurut
Neal dalam Mujayana (2013), Positive Feedback
Trading adalah tindakan pelaku pasar asing untuk
beli saham unggulan saat winner (bullish) dan
menjual saham unggulan saat loser (bearish). Dan
kondisi sebaliknya (negative feedback trading )
membuat market index turun. Menurut Frensidy
(2009 ) negative feedback artinya membeli sahamsaham yang baru saja turun harganya dan menjual
saham-saham yang baru saja naik.
Pada periode QE aliran modal asing yang masuk
melalui pasar saham Indonesia relatif meningkat.
Pada tahun 2008 saat terjadi krisis keuangan
global, kondisi tersebut membuat IHSG terkoreksi
dan pada bulan Oktober dan Nopember terjadi
lonjakan aliran modal asing masuk yang cukup
tajam. Kementerian keuangan (2010:35), Salah
satu penyebab terjadinya lonjakan aliran modal
asing tersebut adalah akuisisi saham emiten yang
dilakukan oleh investor asing dan penyebab
lainnya adalah terjadinya transaksi pembelian
saham Emiten perbankan oleh bank asing.
Indeks Dow Jones merupakan salah satu indeks
utama yang berada di Amerika Serikat. Indeks dow
jones merupakan cerminan dari pertumbuhan
pereknomian di Amerika, dan pertumbuhan
ekonomi Amerika dapat berpengaruh terhadap
negara-negara lain yang terintegrasi salah satunya
adalah Indonesia. Sebagai salah satu negara tujuan
ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika
Serikat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran
modal masuk baik investasi langsung ataupun
melalui pasar modal (Sunariyah, 2007)
KЕSIMPULAN DAN SARAN
Kеsimpulan
1. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap
variabel bebas terhadap IHSG dilakukan
dengan pengujian F-test. Dari hasil analisis
regresi linier berganda diperoleh variabel
bebas mempunyai pengaruh yang signifikan
secara simultan terhadap IHSG. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap
hipotesis yang menyatakan bahwa adanya
pengaruh secara bersama-sama (simultan)
variabel bebas terhadap variabel IHSG dapat
diterima.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara individu
(parsial) variabel bebas (Kurs Rupiah (X1), BI
Rate (X2), dan Net Foreign Fund (X3))
terhadap IHSG dilakukan dengan pengujian ttest. Berdasarkan pada hasil uji didapatkan
bahwa Kurs Rupiah mempunyai pengaruh
negatif signifikan dan Indeks Dow Jones
berpengaruh positif signifikan dan BI Rate dan
Net Foreign Fund berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap IHSG.
3. Berdasarkan pada hasil uji t didapatkan bahwa
variabel Indeks Dow Jones mempunyai nilai t
hitung dan koefisien beta yang paling besar.
Sehingga variabel Indeks Dow Jones
mempunyai pengaruh yang paling kuat
dibandingkan dengan variabel yang lainnya
maka variabel Indeks Dow Jones mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap IHSG.
Saran
Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG
Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan
bahwa Indeks Dow Jones memiliki pengaruh
signifikan terhadap IHSG secara parsial. Hasil dari
penelitian ini mendukung hasil dari penelitian
Jayanti (2014) menyatakan bahwa indeks dow
jones berpengaruh signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan.
1. Bagi pemerintah agar selalu siap dalam
menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dari
berbagai peristiwa salah satunya adalah
Quantitative Easing. Meningkatkan literasi
keuangan kepada masyarakat sehingga
semakin banyak masyarakat yang berinvestasi
pada pasar modal Indonesia dan Indonesia
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
17
tidak perlu cemas jika terjadi penarikan dana
asing besar-besaran dari Indonesia.
2. Bagi investor di Indonesia agar tidak terlalu
cemas jika terjadi gejolak ekonomi negara lain
karena tidak selalu semua peristiwa
berdampak bagi pergerakan saham di
Indonesia, walaupun terjadi penurunan tetapi
hanya sementara dan tidak terlalu berdampak
karena pergerakan harga saham lebih di
cerminkan oleh kinerja perusahaan itu sendiri.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin
membahas penelitian serupa disarankan untuk
menambah beberapa variable seperti inflasi
dan indeks saham negara ASEAN. Hal ini
dikarenakan inflasi dan indeks saham negara
ASEAN
merupakan
indikator
yang
berpengaruh terhadap IHSG, dan untuk
mendapatkan hasil yang obyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finansial dan
Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta:PT
Bumi Aksara
Joesoef J.R. 2008. Pasar Uang & Pasar Valuta
Asing. Jakarta : Salemba Empat
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang,
Perbankan , dan Pasar Keuangan, Edisi 8.
Salemba Empat : Jakarta.
Sunariyah, 2004. Pengantar Pasar Modal, Edisi
Keempat. UPP AMP YPKN Yogyakarta.
Sunariyah, 2007. Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal. Yogyakarta: AMP YKPN
Warsini, Sabar. Manajemen Investasi. Semesta
Media, Jakarta, 2009.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan
Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE
WEB
Bank Indonesia, Kerangka Kebijakan Moneter di
Indonesia, diakses pada tanggal 31 Juli 2017
dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/kerangkakebijakan/Contents/Mengapa.aspx
Bank Indonesia, Penetapan BI Rate, diakses pada
Tanggal
31
Juli
2017
dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/birate/penetapan/Contents/Default.aspx
Bank Indonesia, Penjelasan BI Rate, telah diakses
pada tanggal 31 Juli 2017 dari
www.bi.go.id/id/moneter/birate/penjelasan/Contents/Default.aspx
Bank Indonesia, Kalkulator Kurs, diakses pada
tanggal
11
Desember
2017
dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/kalkulatorkurs/Default.aspx
Bank Indonesia, Data BI Rate, diakses pada
tanggal
11
Desember
2017
dari
http://www.bi.go.id/en/moneter/birate/data/Default.aspx
Bursa Efek Indonesia, Perusahaan Tercatat,
diakses pada tanggal
31 Juli 2017
dariwww.idx.co.id/idid/beranda/perusahaant
ercatat/profilperusahaantercatat.aspx
Forbes, Quantitative Easing, telah diakses 14 April
2017
dari
https://www.forbes.com/sites/greatspeculati
ons/2015/11/16/quantitative-easing-infocus-the-u-s-experience/#4b50ded528d5
Investing, Data Indeks Harga Saham Gabungan,
diakses pada tanggal 11 Desember 2017 dari
https://www.investing.com/indices/idxcomposite-historical-data
Kustodian Sentral Efek Indonesia, telah diakses
tanggal
31
Juli
2017
dari
http://www.ksei.co.id/files/uploads/press_rel
eases/press_file/idid/129_siaran_pers_terobosan_19_tahun_k
sei_ksei_menjadi_kustodian_sentral_terbaik
_di_asia_tenggara_20161230150415.pdf
(siaran pers)
BULLETIN
Kementerian Keuangan, 2010. Master Plan Pasar
Modal dan Industri Keuangan Non Bank
2010 – 2014. Jakarta
JURNAL
Angraheni, Bernadelta Dessy dan Sukamulja,
Sukmawati, 2014. Analisis Pengaruh
Quantitative Easing (QE) Amerika Serikat
Terhadap Volatilitas Indeks LQ45 di Bursa
Efek Indonesia . Jurnal Universitas Atma
Jaya, Jakarta, 2014.
Frensidy, Budy. Analisis Pengaruh Aksi Jual-Beli
Asing, Kurs, dan Indeks Hang Seng
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Jakarta dengan Model
Garch. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Depok, 2009.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
18
Mujayana, Marya. 2013. Pengaruh Makro
Ekonomi, Pasar Komoditas Pertambangan
dan Transaksi Asing Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Surabaya: Stikom
Nugroho, Heru. (2008). Analisis Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar
terhadap Indeks LQ45 pada Bursa Efek
Indonesia Periode 2002-2007. Universitas
Diponegoro
Semarang
:
Tesis
dipublikasikan.
Nurbaeti, Khodijah. Pengaruh Aksi Jual-Beli
Asing, Kurs, SBI, Inflasi, PDB dan Indeks
Hangseng terhadap Indeks Harga Saham
Gabungn di Bursa Efek Indonesia dengan
Model GARCH. Jakarta: FEBUIN
Nugroho, Arif. 2013.Quantitative Easing the FED
Menjadi Sentimen Penggerak Indeks Harga
Saham Gabungan atau Jakarta Composite
Indeks.ejournal UNESA, Vol.2, No.1.
Saidah, Nani. Capital Inflow: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dan Pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia , Jurnal
Institu Pertanian Bogor, 2006.
Jakarta : Direktorat Penelitian
Pengaturan Perbankan Indonesia.
Dana
Jayanti, Yusnita 2014. Pengaruh Tingkat Inflasi,
Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
Rupiah, Indeks Dow Jones, dan Indeks KLSE
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) Studi Pada Bursa Efek Indonesia
Periode Januari 2010 – Desember 2013.
Malang: FIAUB
Nurdianti, Hastri. 2010. Analisa pengaruh ihsg,
sbi, kurs, pdb dan inflasi terhadap kinerja
reksa dana pendapatan tetap. Jakarta:
FEUIN.
Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri 2015.
Analisis Dampak Krisis pada Perdagangan
Indonesia.
Jakarta:
Kementerian
Perdagangam
Zaretta, Bara. 2015. Pengaruh Investasi Asing
terhadap Return Pasar dengan Vector
Autoregression (VAR): Studi Pada Bursa
Efek Indonesia, Periode Januari 2008 –
Desember 2013. Semarang: Universitas
Diponegoro
Supriyadi, Marwan, 2012. Analisis Pembentukan
Portofolio yang Efisien pada Perusahaan
Industri Tobacco Manufacturesrs Dengan
Modal Markowitz. Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Wijaya, Suseno Wangsit. Pengaruh Faktor
Faktor Makroekonomi dan Return IHSG
Terhadap Return Saham Sektor Usaha
Primer : Analisis Dengan Metode GARCH ,
Jurnal Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2008.
Wijayanti, Anis. Pengaruh Beberapa Variabel
Makroekonomi dan Indeks Pasar Modal
Dunia Terhadap Pergerakan Indeks harga
Saham Gabungan (IHSG) di BEI. Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya, 2013
Perwitasari, Shinta Dewi. Aliran Modal
Portofolio dan Implikasinya terhadap
pergerakan nilai tukar . Jakarta:FEUI, 2008
Siswanto, Heri. Dampak Kepemilikan Sahamsaham oleh Asing terhadap Pengaruh
Faktor Internasional di PT Bursa Efek
Indonesia .Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 2003
Hadad, Muliaman. Wibowo, Satrio. Pertiwi, Dipa.
Noviati. 2004. Indeks Saham Perbankan.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
19