Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sipilis

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN SIPILIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK I
AYU ASHARI
DIAN VAMELA
IRMA DESTA YUARA
MUHAMMAD AFDILAH HUSEIN
PUTRA ALASTA
RAHAMAT NARWASTU HIA
TURISMA GEA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Penyakit sifilis atau yang dikenal dalam istilah indonesia disebut raja singa, penyakit

ini tidak dapat diabaikan karena merupakan penyakit yang berat. Hampir semua alat tubuh
dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil yang
menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis
konginetal yang dapat menyebabkan kelainan bawaan dan kematian
Selama beberapa waktu, sifilis telah keluar dari pandangan, pikiran, dan memori,
Tetapi insiden di dunia Barat sekarang telah bangkit lagi dan bisa sekali lagi menjadi masalah
kesehatan utama. Perubahan ini telah mengikuti jumlah meningkat pesat manusia
Immunodeficiency Virus (HIV) positif di seluruh dunia, bersama dengan kedatangan
wisatawan kesehatan, ekonomi migran, pencari suaka, dan ketersediaan mudah murah
perjalanan.

Sama seperti sifilis tetapi menghilang sebagai sebuah entitas dalam memori kerja
besar sebagian dokter anestesi, maka tiba-tiba muncul kembali sebagai kondisi yang ada pada
wanita menyajikan operasi untuk SC. Gambar 1 menunjukkan perubahan kejadian sifilis di
Inggris selama 10 tahun terakhir. Tinjauan ulang ini dimaksudkan menginformasikan untuk
dokter anestesi merawat wanita dengansifilis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Lesi sifilis
biasa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan lesi bisa dipastikan
hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.
Penyakit ini bisa menular jika ia melakukan hubungan seksual dengan wanita lainnya.
Namun tidak hanya sebatas itu, seorang ibu yang sedang hamil yang telah tertular penyakit
ini bisa menularkannya kepada janinnya. Sifilis juga dapat diartikan sebagai penyakit
infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan peyakit kronis dan dapat
menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di dalam kandungan
melalui plasenta.
Efek sipilis pada kehamilan dan janin tergantung pada lamanya infeksi tersebut
terjadi, dan pada pengobatannya. Jika segera diobati dengan baik, maka ibu akan

melahirkan bayinya dengan keadaan sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak segera diobati akan
menyebabkan abortus dan partus prematurus dengan bayi meninggal di dalam rahim atau
menyebabkan sipilis kongenital. Sifilis Kongenital terjadi pada bulan ke-4 kehamilan.
Apabila sifilis terjadi pada kehamilan tua, maka plasenta memberi perlindungan terhadap
janin sehingga bayi dapat dilahirkan dengan sehat. Dan apabila infeksi sifilis terjadi
sebelum pembentukan plasenta maka harus dilakukan pengobatan dengan segera, sehingga
kemungkinan infeksi pada janin dapat dicegah.
2.2 Etiologi
Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum merupakan
salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat empat subspecies
yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum, Treponema pallidum
pertenue, Treponema pallidum carateum, dan Treponema pallidum endemicum.
Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile yang
umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang
melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat menyebabkan sifilis. ditularkan
kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan.
Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum pallidum
bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti

lender (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem

peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mucosa.
2.3

Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat

tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil
yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan
sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika
cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak
diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di
luar alat kelamin.
2.4 Tanda dan gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rata 34 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan
kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum
berkembang melalui 4 tahapan:
1. Fase Primer.
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang terinfeksi; yang
tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga bisa ditemukan di anus,
rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh

lainnya. Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk
beberapa ulkus. Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan
segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka
tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih
yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga
tanpa disertai nyeri.
Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan.
Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak
sehat secara keseluruhan.
2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12
minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama

beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa
minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam yang baru.
Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki
pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita
peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang
terjadi


pembengkakan

saraf

mata

sehingga

penglihatan

menjadi

kabur.

Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang disertai
nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih.
Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice). Sejumlah kecil penderita
mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang
menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa

terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius
(menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abuabu. Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala
tampak gambaran seperti digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak
badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia.
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana
tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau
berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten
kadang luka yang infeksi kembali muncul .
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai
ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
1) Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai
organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan meninggalkan
jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi
yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah
dan kulit kepala. Tulang juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang
sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam hari.


2) Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma aorta atau
kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau
kematian.
3) Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati. 3
jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis
paretik dan neurosifilis tabetik.
a. Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi tergantung kepada
bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan medulla spinalis:
-

Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing, konsentrasi
yang buruk, kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur, kaku kuduk,
pandangan kabur, kelainan mental, kejang, pembengkakan saraf mata
(papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan kelumpuhan
anggota gerak pada separuh badan.

-


Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan dalam
mengunyah, menelan dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot bahu
dan

lengan;

kelumpuhan

disertai

kejang

otot

(paralisa

spastis);

ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan peradangan

sebagian dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya pengendalian
terhadap kandung kemih serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika
otot dalam keadaan kendur (paralisa flasid).
b. Neurosifilis paretik.
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal secara bertahap
sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara perlahan mereka
mulai mengalami demensia. Gejalanya berupa kejang, kesulitan dalam
berbicara, kelumpuhan separuh badan yang bersifat sementara, mudah
tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan ingatan, sakit kepala,
sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran dalam kebersihan diri dan kebiasaan
berpakaian, perubahan suasana hati, lemah dan kurang tenaga, depresi,
khayalan akan kebesaran dan penurunan persepsi.
c. Neurosifilis tabetik.

Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang
progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya berupa nyeri menusuk
yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul secara tidak teratur.
Penderita berjalan dengan goyah, terutama dalam keadaan gelap dan berjalan
dengan kedua tungkai yang terpisah jauh, kadang sambil mengentakkan
kakinya.

Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh sehingga
pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan sering mengalami infeksi
saluran kemih.
Bisa terjadi impotensi. Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita
gemetaran. Tulisan tangannya miring dan tidak terbaca. Sebagian besar
penderita

berperawakan

kurus

dengan

wajah

yang

memelas. Mereka

mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian tubuh, terutama lambung.
Kejang lambung bisa menyebabkan muntah. Kejang yang sama juga terjadi
pada rektum, kandung kemih dan pita suara. Rasa di kaki penderita berkurang,
sehingga bisa terbentuk luka di telapak kakinya. Luka ini bisa menembus
sangat dalam dan pada akhirnya sampai ke tulang di bawahnya. Karena rasa
nyeri sudah hilang, maka sendi penderita bisa mengalami cedera.
5. Gejala sifilis kongenital (kelainan kongenital dini)
a. Kelainan kongenital dini


Makulopapular pada kulit



Retinitis



Terdapat tonjolan kecil pada mukosa



Hepatosplenomegali



Ikterus



Limfadenopati



Osteokondrosis



Kordioretinitis



Kelainan pada iris mata

b. Kelainan kongenital terlambat (lanjut)


Gigi hutchinnson



Gambaran mulberry pada gigi molar



Keratitis intertinal



Retaldasi mental



Hidrosefalus

2.5 Klasifikasi
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Tiap
stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan menyerang organ
tubuh yang berbeda-beda pula.
a. Stadium Dini atau I (Primer)
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya Treponema pallidum.
Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa penonjolan-penonjolan
kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit
disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Kelainan ini tidak
nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus,
sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan ini dikenal sebagai ulkus
durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah
lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri,
tunggal dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis
stadium 1 kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di
bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang
spontan dalam 4-6 minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi
b. Stadium II (Sekunder)
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah sembuh.
Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-kadang terjadi masa
transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri
kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului, kadangkadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa
bercak-bercak atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis
stadium II seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases
karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain. Selain pada
kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan kelenjar getah bening di
seluruh tubuh.
c. Sifilis Stadium III

Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi. Guma umumnya
satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter beberapa sentimeter. Guma
dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan
dasar mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti lambung, hati,
limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit, kemerahan dan
nyeri.
d. Sifilis Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis
(pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi primer. Sejumlah
10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini. Pria dan orang kulit berwarna lebih
banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh stadium ini.
Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema pallidum.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari
berturut-turut).
Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi primer, dan
menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik sifilis) dibagi dua, yaitu
treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada TSS non spesifik digunakan
ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan ikatan komplemen Wasserman/Kolmer.
TSS nonspesifik akan menjadi negatif dalam 3-8 bulan setelah pengobatan berhasil
sehingga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan. Pada TSS spesifik,
sebagai antigen digunakan treponema atau ekstraknya, misalnya Treponema pallidum
hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Walaupun pengobatan diberikan pada
stadium dini, TSS spesifik akan tetap positif, bahkan dapat seumur hidup sehingga
lebih bermakna dalam membantu diagnosis.
2.6 Komplikasi
1.

Komplikasi Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus premature. Bayi

dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan, pendengaran,
gangguan mental dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sangat
dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya. Karena pengobatan
yang cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin.
2.

Komplikasi Terhadap Ibu

a.

Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung

b.

Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat, keabuabuan dan licin

c.

Kehamilan

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65