Asuhan Keperawatan pada Nn.F dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman ( Nyeri) di Kel. Sitirejo II Kec. Medan Amplas
BAB 2
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Nyaman (nyeri)
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosional yang tidak menyenangkan
dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan jaringan yang actual atau
potensial,digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (International Asscoation for
the Study of Pain ) , awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai
berat dengan akhr yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya
kurang dari enam bulan dan Nyeri dapat didiagnosis bedasarkan laporan klien saja
karena klien yang merasakan nyeri dan lokasi nyeri secara akurat (Wilkison,2011).
Klasifikasi nyeri secara umum terbagi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,
yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri
kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.Membedakan antara nyeri
kronis dan nyeri akut merupakan hal penting karena fokus keperawatan untuk
masing-masing diagnosis tersebut berbeda. Nyeri akut biasanya merupakan masalah
kolaborasi yang dikelola, terutama dengan pemberian analgesic narkotik. Tetrdapat
lebih sedikit intervensi keperawatan mandiri untuk
nyeri akut,seperti mengajarkan
klien untuk mebelat insisi saat begerak, namun hal ini saja tidak dapat memberikan
pengurang nyeri yang adekuat. Perawat mempunyai peran yang lebih aktif dalam
mengajarkan pengelolaan diri klien pada nyeri kronis (Wilkison,2011).
Dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori,
diantaranya :
1. Nyeri tersusuk
2. Nyeri terbakar.
Selain klasifikasi tersebut, terdapat jenis nyeri yang spesifik, diantaranya :
1. Nyeri somatic :
Adalah nyeri yang timbul pada organ non-viseral, misal
nyeri pasca bedah, nyeri metastatic, nyeri tulang, dan nyeri artritik.
4
2. Nyeri Somatic Dalam: Nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum,
tulang, sendi dan arteri. Struktur tadi memiliki lebih sedikit reseptor
sehingga lokasi nyeri sering tidak jelas.
3. Nyeri visceral: Adalah nyeri yang berasal dari organ dalam, biasanya akibat
distensi organ berongga, misal usus, kandung empedu, pancreas, jantung. Nyeri
visceral sering kali diikuti referred pain dan sensasi otonom (mual, muntah)
4. Nyeri menjalar (referent poin): adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh
yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.
nyeri psikogenik: adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang
timbul akibat psikologis.
SKALA KETERANGAN NYERI
1. 10 - Tipe nyeri sangat berat.
2. 7 s/d 9 - Tipe nyeri berat.
3. 4 s/d 6 - Tipe nyeri sedang.
4. 1 s/d 3 - Tipe nyeri ringan.
Respon tingkah laku terhadap nyeri
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
1. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
2. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
3. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari & tangan
4. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd
aktivitas menghilangkan nyeri) selama beberapa menit atau menjadi
kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu
letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan
nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena
menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
1 . Pengkajian
a. Data subyektif mencakup :
1) Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis, obstruksi sebelumnya.
5
2) Mengeluh nyeri akut, berat, nyeri kolik.
3) Penurunan haluan urine, kandung kemih penuh, rasa tebakar, dan
tedorong berkemih.
4) Mual, muntah, nyeri tekan abdomen.
5) Riwayat diit tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau asam fosfat.
6) Tidak minum air dengan cukup.
b. Data obyek meliputi :
1) Peningkatan tekanan darah dan nadi
2) Kulit pucat
3) Oliguria, hematuria
4) Perubahan pola berkemih
5) Distensi abdominal :penurunan atau tidak bising usus
6) Muntah
7) Nyeri tekan pada area ginjal dan palpasi
2. Analisa Data
Keberadaan nyeri pada klien dapat mencetuskan masalah keperawatan
lainnya. Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan
apabila data dan analisa pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat. Dari kegiatan
pengkajian dapat dibuat analisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
Nyeri dapat terjadi karena beberapa factor yang memicu nyeri pada klien
misalnya nyeri pada Inflamasi dan spasme otot polos sekunder yang disebabkan
oleh penyakit Batu ginjal dan Infeksi saluran pencernaan
3. Rumusan Masalah
Beberapa diagnosis terjadinya nyeri diantaranya ialah;
1. Nyeri dirasakan di perut dan punggung bagian bawah,
2. Nyeri juga dirasakan pada bagian pinggang, serta selangkangan.
3. Nyeri tersebut bisa terasa secara konstan atau bisa datang dan pergi.
4. Klien tampak terasa gelisah dan meringis menahan nyeri yang dialaminya..
6
4 Perencanaan
Diagnosa 1
Perencanaan Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan :
1.Nyeri terkontrol
2. Nyeri bekurang / hilang
Kriteria Hasil :
Klien tampak rileks, juga mampu tidur/
istirahat dengan tepat
Perencanaan
Rasional
1. Catat lokasi, lamanya intensitas (skala
Mengevaluasi tempat obstruksi,
0- 10) dan penyebaran. Perhatikan
kemajuan gerakan alkulus nyeri tiba-
tanda non verbal, peningkatan TD dan
tiba dan hebat dapat mencetuskan
nadi, gelisah, merintih, menggelepar.
ketakutan, gelisah dan ansietas berat.
Memungkinkan pemberian analgesi
2. Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan ke staf
sesuai waktu, dan meningkatkan
terhadap perubahan kejadian
kewaspadaan.
/karakteristik nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman seperti pijatan
punggung ,lingkungan untuk istirahat.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan
tegangan otot dan meningkatkan koping.
Diagnosa 1
Perencanaan Keperawatan
Mengarahkan kembali perhatian dan
1. Bantu atau dorong bernapas secara
Fokus, bimbingan imajinasi dan
membantu relaksasi otot.
aktivitas traupetik.
Hidrasi kuat memungkinkan lewatnya
2. Bantu dengan indikasi ambulasi
sering sesuai indikasi dan tingkatkan
batu, mencegah statis urine dan
pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hr
membantu mencegah pembentukan
dalam toleransi jantung.
batu selanjutnya.
3. Perhatikan keluhan peningkatan/
Obstruksi lengkap ureter dapat
menetapnya nyeri abdomen.
menyebabkan perforasi dan
ekstravaksasi urine ke dalam perianal,
membutuhkan kedaruratan bedah akut.
7
Menurunkan kolik uretral,
7. Berikan obat sesuai indikasi;
golongan narkotik dan antispamodik.
meningkatkan relaksi otot dan
menurunkan edema jaringan untuk
membantu gerakan batu.
8. Beri kompres hangat pada punggung.
Menghilangkan ketegangan otot dan
dapat menurunkan reflek spasme.
Mencegah statis/ retensi urine. Merunkan
9. Pertahankan patensi kateter bila
digunakan.
resiko tekanan ginjal dan infeksi.
Diagnosa 2
Perencanaan Keperawatan
Perubahan eliminasi urine
Tujuan :
Berkemih dengan jumlah normal dan
pola biasanya.
Kritera hasil :
Tidak mengalami tanda obstruksi.
Perencanaan
Rasional
Memberikan informasi tentang fungsi
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran
serta karakteristik urine.
ginjal dan adanya komplikasi.
2. Tentukan pola berkemih normal klien
dan perhatikan variasi.
Kalkulus dapat
menyebabkaneksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera.
3. Dorong meningkatkan pemasukan
Peningkatan hidrasi membilas
cairan.
bakteri, darah, dan debri dan dapat
membantu lewatnya batu.
4. Periksa semua urine. Catat adanya
Penemuan batu memungkinkan
keluaran batu.
disentifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi.
5. Observasi perubahan status mental
Alkumulasi sisa uremik dan
dan tingkat kesadaran.
ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksit pada SSP
8
6. Berikan obat sesuai indikasi seperti :
Alupurinol, HCT, Asam aksorbat.
Meningkatkan Ph urine (Alkalinitas),
mencegah statis urine dan mencegah
pembentukan batu.
7. Pertahankan patensi karteter
Membantu aliran urine mencegah
retensi dan komplikasi.
Diagnosa 3
Perencanaan keperawatan
Risiko tinggi terhasap kekurangan
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan
volume cairan
cairan adekuat
Kriteria hasil : tanda vital dan berat badan
(BB) dalam rentang normal, nadi perifer
normal, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
Perencanaan
Rasional
1. Awasi pemasukkan dan pengelu- aran
Membadingkan keluaran actual dan
mengevaluasiderajat kerusakan ginjal.
Mual / muntah dan diare berhubungan
2. catat insiden/ frekuensi dan karakteristik.
dengan kolik ginjal karena saraf
ganglion seliaka pada kedua ginjal
dan lambung.
3. Tingkatkan pemasukan cairan sampai
Mempertahankan keseimbangan
3-4 L/hr dalam toleransi jantung.
cairan untuk homeostatis dan
4. Awasi tanda vital, evaluasi
mencegah dehidrasi.
Indicator hidrasi /volume sirkulasi
nadi,pengisian kapiler, tuger kulit,
dan membran mukosa.
dan kebutuhan intervensi.
Mengkaji hidrasi dan keefektifan/
5. Awasi pemeriksaan laboratorium
seperti Hb/Ht, dan elektrolit.
kebutuhan intervensi.
Makanan mudah cerna dapat
6. Berikan diet tepat,cairan jernih,
makanan lembut sesuai toleransi.
menurunkan aktivitas GI/ iritasi dan
membantu mempertahankan
keseimbangan cairan dan
keseimbangan nutrisi.
9
5. Implementasi
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada klien. Implementasi adalah bersinambungan dan
interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi,
perawat mengkaji kembali klien, memodifikasi rencana asuhan, dan menuliskan
kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan.
6. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Perawat
mengevaluasi apakah perilaku atau respons klien mencerminkan suatu kemunduran
atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat.
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama
: Nn.F
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 23 Tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SI komputer
Pekerjaan
: Mitragolistik
Alamat
: Jln. Persamaan Gg.Aman No. 38
Diagnosa Medis
: Sinistra Ureterolithiasis
II. Keluhan Utama : Nyeri pada abdomen sisi kiri
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/palliative
1) Apa penyebabnya
:
Nn.F menahan rasa ingin BAK terutama saat bekerja dan kurang
minum air putih.
10
2) Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaan : dengan tidak menahan
rasa ingin BAK dan banyak minum air putih
b. Quantity/quality
1) Bagaimana dirasakan : Terasa nyeri yang hilang timbul dan menjalar
ke abdomen.
2) Bagaimana dilihat
: Os terlihat meringis dan merasa gelisah
c. Region
1) Dimana lokasinya
: Di bagian abdomen sebelah kiri
2) Apakah menyebar
: Ya. Nn.F juga merasakan nyeri dipinggangnya
d. Severity
Menganggu aktifitas Nn.F ketika nyerinya kambuh seperti bekerja atau tidur.
e. Time
Nn.F mengatakan bahwa waktu datangnya nyeri tidak menentu tetapi ia
sering merasakan nyeri pada malam hari.
VI. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Penyakit yang pernah dialami
Nn.F pernah terkena penyakit Typus saat masih kuliah.
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Nn.F dibawah keluarganya berobat keruah sakit.
c. Pernah dirawat / operasi
Nn. F dirawat di RS Mitra Sejati.
d. Lama dirawat
Nn.F dirawat dirumah sakit Mitra Sejati selama 3 hari.
e. Alergi
Tidak ada Alergi yang di derita oleh Nn.F.
f. Imunisasi
Lengkap.
V. Riwayat Kesehatan Orang Tua
a. Orang tua
Ayah Nn. Pernah menderita penyakit diabetes melitus saat beusia 53 tahun.
b. Saudara kandung
Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit.
11
c. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada.
e. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada.
f. Penyebab meninggal
Tidak ada.
VI. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Persepsi klien tentang penyakitnya
Nn.F pasrah dengan penyakitnya karena penyakit batu ginjal yang ada
pada dirinya terjadi akibat dirinya kurang banyak minum air putih juga
dirinya selalu menahan buang air kecil.
b. Konsep Diri :
Gambaran diri
: Nn.F mampu menerima keadaanya namun tidak
nyaman dengan kondisinya.
Ideal diri
: Nn.F mengatakan yakin dirinya akan sembuh dari
penyakit batu ginjal
Harga diri
: Nn.F mengatakan keluarganya mendukungnya dan
berada di sisinya dalam menghadapi penyakit yang
dideritanya.
Peran diri
: Nn. F beperan sebagai anak Tn.B dan Ny.A, juga
sebagai saudara kandung kedua saudaranya dan
sebagai bibi dari anak pertama saudaranya yang
tertua.
Identitas
: Nn. F merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
Nn. F anak dari Tn. B dan Ny. A yang sangat
cemas dengan penyakit anak mereka.
c. Keadaan Emosi
: Menurut orang tuanya Nn. F adalah orang yang
sabar dan tenang dalam menghadapi masalah.
Namun sulit diajak untuk minum banyak air putih.
12
d. Hubungan Sosial
Orang yang berarti: Nn. F mengatakan kalau keluarganya sangat
berarti terutama orang tuanya.
Hubungan dengan keuarga: Tidak ada masalah sama sekali dalam
keluarga.
Hubungan dengan orang lain: Baik dan tidak ada masalah.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Tidak ada masalah.
e. Spiritual:
Nilai dan keyakinan : Nn.F beragam islam dan mengikuti keyakinan
sesuai ajaran Allah SWT.
Kegiatan ibadah
: Nn. Rajin mengikuti ibadah salat lima waktu.
VII. Status Mental
Tingkat Kesadaran
: Kesadaran klien compos mentis.
Penampilan
: Klien menggunakan pakaian yang rapi dan
bersih
Pembicaraan
: Klien berbicara dengan nada yang normal
dan tidak cepat.
Alam Perasaan
: Klien tampak lesu.
Afek
: Ekspresi klien sesuai dengan pembicaraan.
Interaksi selama wawancara
: Klien tampak kooperatif dan memberikan
respon yang baik.
Waham
: Tidak ada waham pada klien.
Persepsi
: Klien mengatakan keadaannya sekarang
adalah proses hidup yang harus dilalui
tanpa harus mengeluh.
Memori
: Tidak ada gangguan pada memori klien
Proses piker
: Tidak ada masalah pada proses pikir klien.
Isi Pikir
: Tidak ada masalah dalam pikirannya
VIII. Pemriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan klien compos mentis, tampilan sesuai dengan usia, wajah akral
hangat, badan tampak bersih.
13
b. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh
: 36oC
Tekanan darah
: 110/80 mmhg
Nadi
: 70x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Skala nyeri
: 4
TB
: 153 cm
BB
: 48 kg
c. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
Bentuk
: Bulat dan simetris
Ubun-ubun
: Datar dan tidak ada benjolan
Kulit kepala : Tidak ada lesi
Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut lurus dan hitam panjang dan
penyebaran merata.
Bau
: Rambut klien berbau vitamin rambut.
Warna kulit
: Putih
Wajah
Warna kulit
: Kuning langsat
Struktur wajah
: Simetris kiri dan kanan
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri
Palpebra
: Normal dan tidak ada lesi.
Konjungtiva dan sklera
: Konjungtiva tidak anemis dan sclera
tidak ikterik.
Pupil
: Normal. Berbentuk bulat, letak sentral dan
isokor.
Cornea dan iris
: Normal.
Visus
: Pandangan masih baik dan masih dapat
membedakan warna.
14
Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal. Tulang hidung tepat di
garis tengah wajah.
Lubang hidung
: Simetris, lengkap dan tidak ada
lesi.
Cuping hidung
: Tidak ada pegerakan saat bernapas.
Telinga
Bentuk telinga
: Simetris kiri dan kanan
Ukuran telinga
: Normal
Lubang telinga
: Bersih dan tidak ada serumen
Ketajaman pendengaran
: Pendengaran cukup baik
Mulut dan faring
Keadaan bibir
: Bibir lembab, simetris
Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada pendarahan dan pembengkakan dan gigi
lengkap.
Keadaan lidah
: Berwarna merah muda, tidak ada lesi dan
pembengkakan.
Leher
Posisi trachea
: Keadaan simetris.
Thyroid
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Suara
: Suara klien normal dan jelas
Vena jugularis
: Teraba
Denyut nadi karotis
: Denyut teraba dan teratur.
Pemeriksaan Intergumen
Kebersihan
: Kulit bersih dan klien mandi 2x1 hari.
Kehangatan
: Akral hangat
Warna
: Kuning langsat dan tidak pucat
Turgor
: Normal
Kelembaban
: Normal
Kelainan pada kulit
: Tidak ada kelainan.
Pemeriksaan payudara dan ketiak
Ukuran dan bentuk
: Simetris kiri dan kanan
15
Warna payudara dan areola
: Warna payudara sama dengan warna kulit,
dan aerola berwarna coklat.
Kondisi payudara dan putting: Normal
Produksi ASI
: Tidak dikaji (belum ada)
Aksilla dan Clavicula
: Tidak dikaji
Pemeriksaan thoraks / dada
Inspeksi thoraks
: Bentuk dada normal
Pernafasan (frekuensi, irama) : 22x/menit, irama regular
Tanda Kesulitan Bernafas
: Tidak ada kesulitan bernafas dan tidak ada
tidak ada sesak nafas.
Pemeriksaan paru
Palpasi getaran suara : Getaran terasa saat klien mengucapkan kata-kata
Perkusi
: Nada sonor
Auskultasi
: Suara nafas bronkovesikuler, suara ucapan normal,
dan tidak ada suara tambahan.
Pemeriksaan jantung
Inspeksi
: Warna kulit dada normal, tidak sianosis dan tidak
ada pembengkakan.
Palpasi
: Denyutan teraba, tidak ada massa atau benjolan
Perkusi
: Terdengar bunyi dullness
Auskultasi
: Tidak ada bunyi tambahan
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi (bentuk, benjolan) : Normal, bentuk simetris dan tidak ada benjolan
Auskultasi
: Kurang /tidak ada peristaltic usus.
Palpasi
: Ginjal tidak teraba.
Perkusi
: Ada nyeri tekan pada ginjal kiri.
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : Nn.F mengatakan kebersihan baik,
penyebaran rambut pubis merata, berwarna hitam dan tidak ada kelainan.
Anus dan perineum
: Tidak ada kelainan
16
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan
otot, edema)
Kesimetrisan : Ekstremitas atas simetris dan ekstremitas bawah simetris
Kekuatan otot : Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 5 (Gerakan
aktif terhadap tahanan penuh).
Edema
: Tidak ada edema.
Pemeriksaan Neurologi (Nervus Cranialis)
NI/Olfaktorius
: Nn. F mampu membedakan bau-bauan dengan baik
NII/Optikus
: Pandangan masih baik dan mampu membedakan warna.
NIII/Okulomotorius : Mampu mengangkat kelopak mata, tidak terdapat
edema pada kelopak mata.
NV/Trigeminus
: Nn.F mampu mengunyah dan mampu menggerakkan
rahang, mampu -membedakan rasa panas dan dingin,
mampu merasakan nyeri, ada reflex berkedip
NVII/Fasialis
: Wajah simetris, mampu menggerakkan otot wajah
dan mulut.
NVIII/Vestibulocochlearis: Keseimbangan klien terjaga saat bergerak
NIX/Glosofaringeus : Proses menelan normal, pengecapan Normal.
NXI/Asesorius
: Gerakan bahu simetris kiri dan kanan
NXII/ Hipoglosus
: Gerakan lidah klien normal.
Fungsi motorik
Cara berjalan
: Normal dan tidak membutuhkan bantuan.
Romberg test
: Dapat berdiri tegak
Pronasi-supinasi test : Mampu mengubah posisi telungkupsecara mandiri.
Supinasi baik, mampu menekuk kaki secara mandiri.
Identifikasi sentuhan ringan: Klien mampu menyatakan area kulit yang
disentuh.
Tes tajam-tumpul
: Klien mampu membedakan benda tajam ataupun
benda tumpul yang disentuhkan dikulitnya
Tes panas dingin
: Klien mampu membedakan sensasi panas dan
dingin yang disentuhkan kekulitnya.
Tes getaran
: Klien merasakan getaran yang disentuhkan padanya
17
Refleks
Refleks bisep
: Terangsang dengan baik pada motorik atas baik
kanan atau kiri
Refleks trisep
: Terangsang dengan baik pada motorik atas baik
kanan atau kiri
Refleks patellar
: Terangsang dengan baik pada motorik bawah
baik kanan atau kiri
Refleks tendon Achilles : Terangsang dengan baik pada motorik bawah
baik kanan atau kiri
Refleks plantar
: Terangsang dengan baik pada motorik atas baik
kanan atau kiri
X. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola Makan dan Minum
Frekuensi makan/hari
: 3 kali
Nafsu/ selera makan
: Lumayan baik kadang tidak
Nyeri ulu hati
: Tidak ada
Alergi
: Tidak ada
Mual dan muntah
: Ada
Waktu pemberian makan
: Pagi jam 08.15 Wib, siang jam
13.00 Wib dan malam jam 20.00
Masalah makan dan minum
: Tidak ada
b. Perawatan diri / Personal Hygiene
Kebersihan tubuh
: Baik. Klien mandi 2 kali sehari
Kebersihan gigi dan mulut
: Baik
Kebersihan kuku kaki dan tangan
: Baik dan bersih.
c. Pola kegiatan / Aktivitas
Nn.F dapat melakukan aktivitas secara mandi, makan, eliminasi dan ganti
pakaian secara mandiri.
Selama dirumah sakit, Nn.F hanya sholat, berdoa, makan dan istirahat di
tempat tidur.
18
d. Pola eliminasi
BAB
Pola BAB
: 1 kali/hari
Karakter feses
: Konsistensi lembek
Riwayat perdarahan
: Tidak ada
BAB terakhir
: Siang jam 14.35 Wib
Diare
: Tidak ada
Penggunaan laksatif
: Tidak ada
BAK
Pola BAK
: 3x sehari
Karakter urin
: Berwarna kuning pekat
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
: Ada rasa terbakar saat BAK
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
: Riwayat Cytisis
Penggunaan diuretik
: Tidak ada penggunaan diuretik
Upaya mengatasi masalah
: Tidak ada masalah.
e. Mekanisme Koping
Adaptif
Nn. F dapat bebicara dengan orang lain misalnya keluarga bila ada
masalah seperti masalah kesehatan dirinya.
19
2. Analisa Data
No
1
Data
DS :
Nn.F mengeluhkan
nyeri di daerah
Penyebab
Konsentrasi Ca oksalat
meningkat,
Ca fosfat menurun, asam urat
perut bagian
meningkat, absorbsi oksalat
bawah sampai
berlebih, defisiensi sitrat,
kepinggang.
dehidrasi,
infeksi, statis urine, immolisasi,
terapi antasida, diamax, vit D,
laksatif (aspirin dosis tinggi)
↓
Batu ginjal
↓
Obstruksi
↓
Tekanan Hidrostatik meningkat
↓
Distensi pada piala ginjal serta
ureter proksimal
↓
Frekuensi/dorongan kontraksi
ureteral meningkat
20
Masalah
Keperawatan
Nyeri.
↓
Trauma ginjal
DO:
Nn. F memegang perutnya sebelah
↓
Pelepasan mediator nyeri
kiri karena merasakan nyeri dan
terlihat wajahnya yang meringis
(bradikinin, serotonin, histamine)
dan merasa gelisah karena nyeri
↓
Saraf afferent NE
sedang (skala 4).
↓
Thalamus
↓
Saraf efferent
↓
Nyeri di persepsikan
2
Obstruksi traktus urinarus.
DS:
Nn.F mengeluh mual dan muntah
sekitar 4-5 x sejak 2 hari yang lalu.
↓
Penekanan tekanan Hidrostatik.
↓
Distensi piala ginjal
DO ;
Bising usus menurun
↓
Konstraksi uretal meningkat
↓
Kolik ureteral
↓
Iritasi saraf abdominal
↓
Saraf aferen vagal
↓
Korteks cerebri
↓
Pusat muntah
↓
Saraf aferen vagal
↓
Mual,muntah
21
Resiko
tinggi
terhadap
kekurangan
volume ciran
3. Masalah Keperawatan
1. Gangguan rasa aman dan nyaman (Nyeri)
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
4. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa aman dan nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan sekunder terhadap batu ginjal.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual/ muntah dan dieuresis pasca obstruksi.
Hari/
No.
tanggal
Dx
Perencanaan Keperawatan
Tujuan : Nyeri bekurang / hilang dan spasme terkontrol.
24 Mei
Kriteria Hasil : Tampak rileks, mampu tidur atau istirahat
2016
dengan tepat.
Rencana Tindakan
Kaji
keluhan
kualitas,lokasi,
Rasional
nyeri, Mengevaluasitempat
intensitas obstruksi, kemajuan gerakan
(skala 0-10), dan waktu. Catat alkulus nyeri tiba-tiba dan
faktor yang mempercepat dan hebat dapat mencetuskan
tanda rasa sakit nonverbal.
ketakutan, gelisah dan ansietas
berat.
mengompres •
Memperbaiki Sirkulasi
dengan air es atau hangat •
Mengurangi rasa nyeri.
Anjurkan
pada daerah yang sakit.
•
Menghilangkan
ketegangan otot.
Berikan
tindakan
nyaman •
dengan menganjurkan Massae •
(pijatan) untuk istirahat.
•
Meningkatkan relaksasi.
menurunkan tegangan otot
meningkatkan
sirkulasipada daerah yang
di masase.
22
Hari/
tanggal
Selasa
No.Dx
1
24 Mei
Evaluasi
Implementasi Keperawatan
(SOAP)
Mengkaji keluhan nyeri, kualitas,lokasi,
S:
intensitas (skala 0-10)
Nn.F mengatakan
pinggangnya Terasa
2
Menganjurkan mengompres dengan air es atau
nyeri yang hilang
hangat pada daerah yang sakit.
timbul dan menjalar
keperut.
3
Memberikan tindakan nyaman dengan
O:
menganjurkan Massae (pijatan) untuk istirahat.
Nn. F memegang
perutnya sebelah kiri
karena merasakan
nyeri dan terlihat
wajahnya yang
meringis dan merasa
gelisah karena nyeri
skala 4.
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan.
23
Hari/
Tanggal
No.Dx
Perencanaan
Keperawatan
Rabu 15 Juni
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat.
2016
Kriteria hasil : Tanda vital dan berat badan (BB) dalam
rentang normal, nadi perifer normal, membrane mukosa
lemah, turgor kulit baik.
Rencana Tindakan
Rasional
Awasi pemasukan dan
Membandingkan keluaran
pengeluaran
actual dan mengevaluasi
derajat kerusakan ginjal.
Catat insiden / frekuensi
Mual muntah berhubungan
dan karakteristik muntah
dengan kolik ginjal karena
juga pencetus kejadian
saraf ganglion seliaka pada
yang menyertai.
kedua ginjal dan lambung.
Awasi tanda vital, evaluasi
Indicator hidrasi /volume
nadi,pengisian kapiler,
sirkulasi dan kebutuhan
tuger kulit, dan membran
intervensi.
mukosa.
Berikan diet tepat,cairan
Makanan mudah cerna
jernih, makanan lembut
dapat menurunkan
sesuai toleransi.
aktivitas GI/ iritasi dan
membantu
24
Hari/
No.
Tanggal
Dx
Rabu/ 15
1
juni 2016
Evaluasi
Implementasi Keperawatan
Mengawasi
pemasukan
(SOAP)
dan S: Nn. F mengeluh
pengeluaran
mual dan muntah
sekitar 4-5 x sejak dua
hari lalu.
2
Mencatat
insiden/frekuensi
dan O: Peristaltik
karakteristik muntah juga pencetus menurun.
kejadian yang menyertai.
3
A: Masalah teratasi
Mengawasi tanda vital, evaluasi sebagian
nadi,pengisian kapiler, tuger kulit, P: Intervensi
4
dan membran mukosa.
Memberikan diet tepat,cairan jernih,
makanan lembut sesuai toleransi.
25
dilanjutkan
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Nyaman (nyeri)
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosional yang tidak menyenangkan
dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan jaringan yang actual atau
potensial,digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (International Asscoation for
the Study of Pain ) , awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai
berat dengan akhr yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya
kurang dari enam bulan dan Nyeri dapat didiagnosis bedasarkan laporan klien saja
karena klien yang merasakan nyeri dan lokasi nyeri secara akurat (Wilkison,2011).
Klasifikasi nyeri secara umum terbagi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,
yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri
kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.Membedakan antara nyeri
kronis dan nyeri akut merupakan hal penting karena fokus keperawatan untuk
masing-masing diagnosis tersebut berbeda. Nyeri akut biasanya merupakan masalah
kolaborasi yang dikelola, terutama dengan pemberian analgesic narkotik. Tetrdapat
lebih sedikit intervensi keperawatan mandiri untuk
nyeri akut,seperti mengajarkan
klien untuk mebelat insisi saat begerak, namun hal ini saja tidak dapat memberikan
pengurang nyeri yang adekuat. Perawat mempunyai peran yang lebih aktif dalam
mengajarkan pengelolaan diri klien pada nyeri kronis (Wilkison,2011).
Dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori,
diantaranya :
1. Nyeri tersusuk
2. Nyeri terbakar.
Selain klasifikasi tersebut, terdapat jenis nyeri yang spesifik, diantaranya :
1. Nyeri somatic :
Adalah nyeri yang timbul pada organ non-viseral, misal
nyeri pasca bedah, nyeri metastatic, nyeri tulang, dan nyeri artritik.
4
2. Nyeri Somatic Dalam: Nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum,
tulang, sendi dan arteri. Struktur tadi memiliki lebih sedikit reseptor
sehingga lokasi nyeri sering tidak jelas.
3. Nyeri visceral: Adalah nyeri yang berasal dari organ dalam, biasanya akibat
distensi organ berongga, misal usus, kandung empedu, pancreas, jantung. Nyeri
visceral sering kali diikuti referred pain dan sensasi otonom (mual, muntah)
4. Nyeri menjalar (referent poin): adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh
yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.
nyeri psikogenik: adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang
timbul akibat psikologis.
SKALA KETERANGAN NYERI
1. 10 - Tipe nyeri sangat berat.
2. 7 s/d 9 - Tipe nyeri berat.
3. 4 s/d 6 - Tipe nyeri sedang.
4. 1 s/d 3 - Tipe nyeri ringan.
Respon tingkah laku terhadap nyeri
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
1. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
2. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
3. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari & tangan
4. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd
aktivitas menghilangkan nyeri) selama beberapa menit atau menjadi
kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu
letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan
nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena
menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
1 . Pengkajian
a. Data subyektif mencakup :
1) Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis, obstruksi sebelumnya.
5
2) Mengeluh nyeri akut, berat, nyeri kolik.
3) Penurunan haluan urine, kandung kemih penuh, rasa tebakar, dan
tedorong berkemih.
4) Mual, muntah, nyeri tekan abdomen.
5) Riwayat diit tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau asam fosfat.
6) Tidak minum air dengan cukup.
b. Data obyek meliputi :
1) Peningkatan tekanan darah dan nadi
2) Kulit pucat
3) Oliguria, hematuria
4) Perubahan pola berkemih
5) Distensi abdominal :penurunan atau tidak bising usus
6) Muntah
7) Nyeri tekan pada area ginjal dan palpasi
2. Analisa Data
Keberadaan nyeri pada klien dapat mencetuskan masalah keperawatan
lainnya. Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan
apabila data dan analisa pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat. Dari kegiatan
pengkajian dapat dibuat analisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
Nyeri dapat terjadi karena beberapa factor yang memicu nyeri pada klien
misalnya nyeri pada Inflamasi dan spasme otot polos sekunder yang disebabkan
oleh penyakit Batu ginjal dan Infeksi saluran pencernaan
3. Rumusan Masalah
Beberapa diagnosis terjadinya nyeri diantaranya ialah;
1. Nyeri dirasakan di perut dan punggung bagian bawah,
2. Nyeri juga dirasakan pada bagian pinggang, serta selangkangan.
3. Nyeri tersebut bisa terasa secara konstan atau bisa datang dan pergi.
4. Klien tampak terasa gelisah dan meringis menahan nyeri yang dialaminya..
6
4 Perencanaan
Diagnosa 1
Perencanaan Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan :
1.Nyeri terkontrol
2. Nyeri bekurang / hilang
Kriteria Hasil :
Klien tampak rileks, juga mampu tidur/
istirahat dengan tepat
Perencanaan
Rasional
1. Catat lokasi, lamanya intensitas (skala
Mengevaluasi tempat obstruksi,
0- 10) dan penyebaran. Perhatikan
kemajuan gerakan alkulus nyeri tiba-
tanda non verbal, peningkatan TD dan
tiba dan hebat dapat mencetuskan
nadi, gelisah, merintih, menggelepar.
ketakutan, gelisah dan ansietas berat.
Memungkinkan pemberian analgesi
2. Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan ke staf
sesuai waktu, dan meningkatkan
terhadap perubahan kejadian
kewaspadaan.
/karakteristik nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman seperti pijatan
punggung ,lingkungan untuk istirahat.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan
tegangan otot dan meningkatkan koping.
Diagnosa 1
Perencanaan Keperawatan
Mengarahkan kembali perhatian dan
1. Bantu atau dorong bernapas secara
Fokus, bimbingan imajinasi dan
membantu relaksasi otot.
aktivitas traupetik.
Hidrasi kuat memungkinkan lewatnya
2. Bantu dengan indikasi ambulasi
sering sesuai indikasi dan tingkatkan
batu, mencegah statis urine dan
pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hr
membantu mencegah pembentukan
dalam toleransi jantung.
batu selanjutnya.
3. Perhatikan keluhan peningkatan/
Obstruksi lengkap ureter dapat
menetapnya nyeri abdomen.
menyebabkan perforasi dan
ekstravaksasi urine ke dalam perianal,
membutuhkan kedaruratan bedah akut.
7
Menurunkan kolik uretral,
7. Berikan obat sesuai indikasi;
golongan narkotik dan antispamodik.
meningkatkan relaksi otot dan
menurunkan edema jaringan untuk
membantu gerakan batu.
8. Beri kompres hangat pada punggung.
Menghilangkan ketegangan otot dan
dapat menurunkan reflek spasme.
Mencegah statis/ retensi urine. Merunkan
9. Pertahankan patensi kateter bila
digunakan.
resiko tekanan ginjal dan infeksi.
Diagnosa 2
Perencanaan Keperawatan
Perubahan eliminasi urine
Tujuan :
Berkemih dengan jumlah normal dan
pola biasanya.
Kritera hasil :
Tidak mengalami tanda obstruksi.
Perencanaan
Rasional
Memberikan informasi tentang fungsi
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran
serta karakteristik urine.
ginjal dan adanya komplikasi.
2. Tentukan pola berkemih normal klien
dan perhatikan variasi.
Kalkulus dapat
menyebabkaneksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera.
3. Dorong meningkatkan pemasukan
Peningkatan hidrasi membilas
cairan.
bakteri, darah, dan debri dan dapat
membantu lewatnya batu.
4. Periksa semua urine. Catat adanya
Penemuan batu memungkinkan
keluaran batu.
disentifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi.
5. Observasi perubahan status mental
Alkumulasi sisa uremik dan
dan tingkat kesadaran.
ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksit pada SSP
8
6. Berikan obat sesuai indikasi seperti :
Alupurinol, HCT, Asam aksorbat.
Meningkatkan Ph urine (Alkalinitas),
mencegah statis urine dan mencegah
pembentukan batu.
7. Pertahankan patensi karteter
Membantu aliran urine mencegah
retensi dan komplikasi.
Diagnosa 3
Perencanaan keperawatan
Risiko tinggi terhasap kekurangan
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan
volume cairan
cairan adekuat
Kriteria hasil : tanda vital dan berat badan
(BB) dalam rentang normal, nadi perifer
normal, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
Perencanaan
Rasional
1. Awasi pemasukkan dan pengelu- aran
Membadingkan keluaran actual dan
mengevaluasiderajat kerusakan ginjal.
Mual / muntah dan diare berhubungan
2. catat insiden/ frekuensi dan karakteristik.
dengan kolik ginjal karena saraf
ganglion seliaka pada kedua ginjal
dan lambung.
3. Tingkatkan pemasukan cairan sampai
Mempertahankan keseimbangan
3-4 L/hr dalam toleransi jantung.
cairan untuk homeostatis dan
4. Awasi tanda vital, evaluasi
mencegah dehidrasi.
Indicator hidrasi /volume sirkulasi
nadi,pengisian kapiler, tuger kulit,
dan membran mukosa.
dan kebutuhan intervensi.
Mengkaji hidrasi dan keefektifan/
5. Awasi pemeriksaan laboratorium
seperti Hb/Ht, dan elektrolit.
kebutuhan intervensi.
Makanan mudah cerna dapat
6. Berikan diet tepat,cairan jernih,
makanan lembut sesuai toleransi.
menurunkan aktivitas GI/ iritasi dan
membantu mempertahankan
keseimbangan cairan dan
keseimbangan nutrisi.
9
5. Implementasi
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada klien. Implementasi adalah bersinambungan dan
interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi,
perawat mengkaji kembali klien, memodifikasi rencana asuhan, dan menuliskan
kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan.
6. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Perawat
mengevaluasi apakah perilaku atau respons klien mencerminkan suatu kemunduran
atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat.
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama
: Nn.F
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 23 Tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SI komputer
Pekerjaan
: Mitragolistik
Alamat
: Jln. Persamaan Gg.Aman No. 38
Diagnosa Medis
: Sinistra Ureterolithiasis
II. Keluhan Utama : Nyeri pada abdomen sisi kiri
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/palliative
1) Apa penyebabnya
:
Nn.F menahan rasa ingin BAK terutama saat bekerja dan kurang
minum air putih.
10
2) Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaan : dengan tidak menahan
rasa ingin BAK dan banyak minum air putih
b. Quantity/quality
1) Bagaimana dirasakan : Terasa nyeri yang hilang timbul dan menjalar
ke abdomen.
2) Bagaimana dilihat
: Os terlihat meringis dan merasa gelisah
c. Region
1) Dimana lokasinya
: Di bagian abdomen sebelah kiri
2) Apakah menyebar
: Ya. Nn.F juga merasakan nyeri dipinggangnya
d. Severity
Menganggu aktifitas Nn.F ketika nyerinya kambuh seperti bekerja atau tidur.
e. Time
Nn.F mengatakan bahwa waktu datangnya nyeri tidak menentu tetapi ia
sering merasakan nyeri pada malam hari.
VI. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Penyakit yang pernah dialami
Nn.F pernah terkena penyakit Typus saat masih kuliah.
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Nn.F dibawah keluarganya berobat keruah sakit.
c. Pernah dirawat / operasi
Nn. F dirawat di RS Mitra Sejati.
d. Lama dirawat
Nn.F dirawat dirumah sakit Mitra Sejati selama 3 hari.
e. Alergi
Tidak ada Alergi yang di derita oleh Nn.F.
f. Imunisasi
Lengkap.
V. Riwayat Kesehatan Orang Tua
a. Orang tua
Ayah Nn. Pernah menderita penyakit diabetes melitus saat beusia 53 tahun.
b. Saudara kandung
Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit.
11
c. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada.
e. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada.
f. Penyebab meninggal
Tidak ada.
VI. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Persepsi klien tentang penyakitnya
Nn.F pasrah dengan penyakitnya karena penyakit batu ginjal yang ada
pada dirinya terjadi akibat dirinya kurang banyak minum air putih juga
dirinya selalu menahan buang air kecil.
b. Konsep Diri :
Gambaran diri
: Nn.F mampu menerima keadaanya namun tidak
nyaman dengan kondisinya.
Ideal diri
: Nn.F mengatakan yakin dirinya akan sembuh dari
penyakit batu ginjal
Harga diri
: Nn.F mengatakan keluarganya mendukungnya dan
berada di sisinya dalam menghadapi penyakit yang
dideritanya.
Peran diri
: Nn. F beperan sebagai anak Tn.B dan Ny.A, juga
sebagai saudara kandung kedua saudaranya dan
sebagai bibi dari anak pertama saudaranya yang
tertua.
Identitas
: Nn. F merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
Nn. F anak dari Tn. B dan Ny. A yang sangat
cemas dengan penyakit anak mereka.
c. Keadaan Emosi
: Menurut orang tuanya Nn. F adalah orang yang
sabar dan tenang dalam menghadapi masalah.
Namun sulit diajak untuk minum banyak air putih.
12
d. Hubungan Sosial
Orang yang berarti: Nn. F mengatakan kalau keluarganya sangat
berarti terutama orang tuanya.
Hubungan dengan keuarga: Tidak ada masalah sama sekali dalam
keluarga.
Hubungan dengan orang lain: Baik dan tidak ada masalah.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Tidak ada masalah.
e. Spiritual:
Nilai dan keyakinan : Nn.F beragam islam dan mengikuti keyakinan
sesuai ajaran Allah SWT.
Kegiatan ibadah
: Nn. Rajin mengikuti ibadah salat lima waktu.
VII. Status Mental
Tingkat Kesadaran
: Kesadaran klien compos mentis.
Penampilan
: Klien menggunakan pakaian yang rapi dan
bersih
Pembicaraan
: Klien berbicara dengan nada yang normal
dan tidak cepat.
Alam Perasaan
: Klien tampak lesu.
Afek
: Ekspresi klien sesuai dengan pembicaraan.
Interaksi selama wawancara
: Klien tampak kooperatif dan memberikan
respon yang baik.
Waham
: Tidak ada waham pada klien.
Persepsi
: Klien mengatakan keadaannya sekarang
adalah proses hidup yang harus dilalui
tanpa harus mengeluh.
Memori
: Tidak ada gangguan pada memori klien
Proses piker
: Tidak ada masalah pada proses pikir klien.
Isi Pikir
: Tidak ada masalah dalam pikirannya
VIII. Pemriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan klien compos mentis, tampilan sesuai dengan usia, wajah akral
hangat, badan tampak bersih.
13
b. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh
: 36oC
Tekanan darah
: 110/80 mmhg
Nadi
: 70x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Skala nyeri
: 4
TB
: 153 cm
BB
: 48 kg
c. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
Bentuk
: Bulat dan simetris
Ubun-ubun
: Datar dan tidak ada benjolan
Kulit kepala : Tidak ada lesi
Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut lurus dan hitam panjang dan
penyebaran merata.
Bau
: Rambut klien berbau vitamin rambut.
Warna kulit
: Putih
Wajah
Warna kulit
: Kuning langsat
Struktur wajah
: Simetris kiri dan kanan
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri
Palpebra
: Normal dan tidak ada lesi.
Konjungtiva dan sklera
: Konjungtiva tidak anemis dan sclera
tidak ikterik.
Pupil
: Normal. Berbentuk bulat, letak sentral dan
isokor.
Cornea dan iris
: Normal.
Visus
: Pandangan masih baik dan masih dapat
membedakan warna.
14
Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal. Tulang hidung tepat di
garis tengah wajah.
Lubang hidung
: Simetris, lengkap dan tidak ada
lesi.
Cuping hidung
: Tidak ada pegerakan saat bernapas.
Telinga
Bentuk telinga
: Simetris kiri dan kanan
Ukuran telinga
: Normal
Lubang telinga
: Bersih dan tidak ada serumen
Ketajaman pendengaran
: Pendengaran cukup baik
Mulut dan faring
Keadaan bibir
: Bibir lembab, simetris
Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada pendarahan dan pembengkakan dan gigi
lengkap.
Keadaan lidah
: Berwarna merah muda, tidak ada lesi dan
pembengkakan.
Leher
Posisi trachea
: Keadaan simetris.
Thyroid
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Suara
: Suara klien normal dan jelas
Vena jugularis
: Teraba
Denyut nadi karotis
: Denyut teraba dan teratur.
Pemeriksaan Intergumen
Kebersihan
: Kulit bersih dan klien mandi 2x1 hari.
Kehangatan
: Akral hangat
Warna
: Kuning langsat dan tidak pucat
Turgor
: Normal
Kelembaban
: Normal
Kelainan pada kulit
: Tidak ada kelainan.
Pemeriksaan payudara dan ketiak
Ukuran dan bentuk
: Simetris kiri dan kanan
15
Warna payudara dan areola
: Warna payudara sama dengan warna kulit,
dan aerola berwarna coklat.
Kondisi payudara dan putting: Normal
Produksi ASI
: Tidak dikaji (belum ada)
Aksilla dan Clavicula
: Tidak dikaji
Pemeriksaan thoraks / dada
Inspeksi thoraks
: Bentuk dada normal
Pernafasan (frekuensi, irama) : 22x/menit, irama regular
Tanda Kesulitan Bernafas
: Tidak ada kesulitan bernafas dan tidak ada
tidak ada sesak nafas.
Pemeriksaan paru
Palpasi getaran suara : Getaran terasa saat klien mengucapkan kata-kata
Perkusi
: Nada sonor
Auskultasi
: Suara nafas bronkovesikuler, suara ucapan normal,
dan tidak ada suara tambahan.
Pemeriksaan jantung
Inspeksi
: Warna kulit dada normal, tidak sianosis dan tidak
ada pembengkakan.
Palpasi
: Denyutan teraba, tidak ada massa atau benjolan
Perkusi
: Terdengar bunyi dullness
Auskultasi
: Tidak ada bunyi tambahan
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi (bentuk, benjolan) : Normal, bentuk simetris dan tidak ada benjolan
Auskultasi
: Kurang /tidak ada peristaltic usus.
Palpasi
: Ginjal tidak teraba.
Perkusi
: Ada nyeri tekan pada ginjal kiri.
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : Nn.F mengatakan kebersihan baik,
penyebaran rambut pubis merata, berwarna hitam dan tidak ada kelainan.
Anus dan perineum
: Tidak ada kelainan
16
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan
otot, edema)
Kesimetrisan : Ekstremitas atas simetris dan ekstremitas bawah simetris
Kekuatan otot : Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 5 (Gerakan
aktif terhadap tahanan penuh).
Edema
: Tidak ada edema.
Pemeriksaan Neurologi (Nervus Cranialis)
NI/Olfaktorius
: Nn. F mampu membedakan bau-bauan dengan baik
NII/Optikus
: Pandangan masih baik dan mampu membedakan warna.
NIII/Okulomotorius : Mampu mengangkat kelopak mata, tidak terdapat
edema pada kelopak mata.
NV/Trigeminus
: Nn.F mampu mengunyah dan mampu menggerakkan
rahang, mampu -membedakan rasa panas dan dingin,
mampu merasakan nyeri, ada reflex berkedip
NVII/Fasialis
: Wajah simetris, mampu menggerakkan otot wajah
dan mulut.
NVIII/Vestibulocochlearis: Keseimbangan klien terjaga saat bergerak
NIX/Glosofaringeus : Proses menelan normal, pengecapan Normal.
NXI/Asesorius
: Gerakan bahu simetris kiri dan kanan
NXII/ Hipoglosus
: Gerakan lidah klien normal.
Fungsi motorik
Cara berjalan
: Normal dan tidak membutuhkan bantuan.
Romberg test
: Dapat berdiri tegak
Pronasi-supinasi test : Mampu mengubah posisi telungkupsecara mandiri.
Supinasi baik, mampu menekuk kaki secara mandiri.
Identifikasi sentuhan ringan: Klien mampu menyatakan area kulit yang
disentuh.
Tes tajam-tumpul
: Klien mampu membedakan benda tajam ataupun
benda tumpul yang disentuhkan dikulitnya
Tes panas dingin
: Klien mampu membedakan sensasi panas dan
dingin yang disentuhkan kekulitnya.
Tes getaran
: Klien merasakan getaran yang disentuhkan padanya
17
Refleks
Refleks bisep
: Terangsang dengan baik pada motorik atas baik
kanan atau kiri
Refleks trisep
: Terangsang dengan baik pada motorik atas baik
kanan atau kiri
Refleks patellar
: Terangsang dengan baik pada motorik bawah
baik kanan atau kiri
Refleks tendon Achilles : Terangsang dengan baik pada motorik bawah
baik kanan atau kiri
Refleks plantar
: Terangsang dengan baik pada motorik atas baik
kanan atau kiri
X. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola Makan dan Minum
Frekuensi makan/hari
: 3 kali
Nafsu/ selera makan
: Lumayan baik kadang tidak
Nyeri ulu hati
: Tidak ada
Alergi
: Tidak ada
Mual dan muntah
: Ada
Waktu pemberian makan
: Pagi jam 08.15 Wib, siang jam
13.00 Wib dan malam jam 20.00
Masalah makan dan minum
: Tidak ada
b. Perawatan diri / Personal Hygiene
Kebersihan tubuh
: Baik. Klien mandi 2 kali sehari
Kebersihan gigi dan mulut
: Baik
Kebersihan kuku kaki dan tangan
: Baik dan bersih.
c. Pola kegiatan / Aktivitas
Nn.F dapat melakukan aktivitas secara mandi, makan, eliminasi dan ganti
pakaian secara mandiri.
Selama dirumah sakit, Nn.F hanya sholat, berdoa, makan dan istirahat di
tempat tidur.
18
d. Pola eliminasi
BAB
Pola BAB
: 1 kali/hari
Karakter feses
: Konsistensi lembek
Riwayat perdarahan
: Tidak ada
BAB terakhir
: Siang jam 14.35 Wib
Diare
: Tidak ada
Penggunaan laksatif
: Tidak ada
BAK
Pola BAK
: 3x sehari
Karakter urin
: Berwarna kuning pekat
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
: Ada rasa terbakar saat BAK
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
: Riwayat Cytisis
Penggunaan diuretik
: Tidak ada penggunaan diuretik
Upaya mengatasi masalah
: Tidak ada masalah.
e. Mekanisme Koping
Adaptif
Nn. F dapat bebicara dengan orang lain misalnya keluarga bila ada
masalah seperti masalah kesehatan dirinya.
19
2. Analisa Data
No
1
Data
DS :
Nn.F mengeluhkan
nyeri di daerah
Penyebab
Konsentrasi Ca oksalat
meningkat,
Ca fosfat menurun, asam urat
perut bagian
meningkat, absorbsi oksalat
bawah sampai
berlebih, defisiensi sitrat,
kepinggang.
dehidrasi,
infeksi, statis urine, immolisasi,
terapi antasida, diamax, vit D,
laksatif (aspirin dosis tinggi)
↓
Batu ginjal
↓
Obstruksi
↓
Tekanan Hidrostatik meningkat
↓
Distensi pada piala ginjal serta
ureter proksimal
↓
Frekuensi/dorongan kontraksi
ureteral meningkat
20
Masalah
Keperawatan
Nyeri.
↓
Trauma ginjal
DO:
Nn. F memegang perutnya sebelah
↓
Pelepasan mediator nyeri
kiri karena merasakan nyeri dan
terlihat wajahnya yang meringis
(bradikinin, serotonin, histamine)
dan merasa gelisah karena nyeri
↓
Saraf afferent NE
sedang (skala 4).
↓
Thalamus
↓
Saraf efferent
↓
Nyeri di persepsikan
2
Obstruksi traktus urinarus.
DS:
Nn.F mengeluh mual dan muntah
sekitar 4-5 x sejak 2 hari yang lalu.
↓
Penekanan tekanan Hidrostatik.
↓
Distensi piala ginjal
DO ;
Bising usus menurun
↓
Konstraksi uretal meningkat
↓
Kolik ureteral
↓
Iritasi saraf abdominal
↓
Saraf aferen vagal
↓
Korteks cerebri
↓
Pusat muntah
↓
Saraf aferen vagal
↓
Mual,muntah
21
Resiko
tinggi
terhadap
kekurangan
volume ciran
3. Masalah Keperawatan
1. Gangguan rasa aman dan nyaman (Nyeri)
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
4. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa aman dan nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan sekunder terhadap batu ginjal.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual/ muntah dan dieuresis pasca obstruksi.
Hari/
No.
tanggal
Dx
Perencanaan Keperawatan
Tujuan : Nyeri bekurang / hilang dan spasme terkontrol.
24 Mei
Kriteria Hasil : Tampak rileks, mampu tidur atau istirahat
2016
dengan tepat.
Rencana Tindakan
Kaji
keluhan
kualitas,lokasi,
Rasional
nyeri, Mengevaluasitempat
intensitas obstruksi, kemajuan gerakan
(skala 0-10), dan waktu. Catat alkulus nyeri tiba-tiba dan
faktor yang mempercepat dan hebat dapat mencetuskan
tanda rasa sakit nonverbal.
ketakutan, gelisah dan ansietas
berat.
mengompres •
Memperbaiki Sirkulasi
dengan air es atau hangat •
Mengurangi rasa nyeri.
Anjurkan
pada daerah yang sakit.
•
Menghilangkan
ketegangan otot.
Berikan
tindakan
nyaman •
dengan menganjurkan Massae •
(pijatan) untuk istirahat.
•
Meningkatkan relaksasi.
menurunkan tegangan otot
meningkatkan
sirkulasipada daerah yang
di masase.
22
Hari/
tanggal
Selasa
No.Dx
1
24 Mei
Evaluasi
Implementasi Keperawatan
(SOAP)
Mengkaji keluhan nyeri, kualitas,lokasi,
S:
intensitas (skala 0-10)
Nn.F mengatakan
pinggangnya Terasa
2
Menganjurkan mengompres dengan air es atau
nyeri yang hilang
hangat pada daerah yang sakit.
timbul dan menjalar
keperut.
3
Memberikan tindakan nyaman dengan
O:
menganjurkan Massae (pijatan) untuk istirahat.
Nn. F memegang
perutnya sebelah kiri
karena merasakan
nyeri dan terlihat
wajahnya yang
meringis dan merasa
gelisah karena nyeri
skala 4.
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan.
23
Hari/
Tanggal
No.Dx
Perencanaan
Keperawatan
Rabu 15 Juni
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat.
2016
Kriteria hasil : Tanda vital dan berat badan (BB) dalam
rentang normal, nadi perifer normal, membrane mukosa
lemah, turgor kulit baik.
Rencana Tindakan
Rasional
Awasi pemasukan dan
Membandingkan keluaran
pengeluaran
actual dan mengevaluasi
derajat kerusakan ginjal.
Catat insiden / frekuensi
Mual muntah berhubungan
dan karakteristik muntah
dengan kolik ginjal karena
juga pencetus kejadian
saraf ganglion seliaka pada
yang menyertai.
kedua ginjal dan lambung.
Awasi tanda vital, evaluasi
Indicator hidrasi /volume
nadi,pengisian kapiler,
sirkulasi dan kebutuhan
tuger kulit, dan membran
intervensi.
mukosa.
Berikan diet tepat,cairan
Makanan mudah cerna
jernih, makanan lembut
dapat menurunkan
sesuai toleransi.
aktivitas GI/ iritasi dan
membantu
24
Hari/
No.
Tanggal
Dx
Rabu/ 15
1
juni 2016
Evaluasi
Implementasi Keperawatan
Mengawasi
pemasukan
(SOAP)
dan S: Nn. F mengeluh
pengeluaran
mual dan muntah
sekitar 4-5 x sejak dua
hari lalu.
2
Mencatat
insiden/frekuensi
dan O: Peristaltik
karakteristik muntah juga pencetus menurun.
kejadian yang menyertai.
3
A: Masalah teratasi
Mengawasi tanda vital, evaluasi sebagian
nadi,pengisian kapiler, tuger kulit, P: Intervensi
4
dan membran mukosa.
Memberikan diet tepat,cairan jernih,
makanan lembut sesuai toleransi.
25
dilanjutkan