Analisis Dampak ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) Terhadap Volume Dan Harga Karet Alam Bentuk Smoked Sheet Ekspor Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Tanaman Karet
Karet adalah tanaman getah yang memiliki banyak kegunaan. Karet (Havea
Brazilensis) yang banyak tumbuh di Indonesia berasal dari Amerika Selatan,
tepatnya dari Negara Brasil. Pada Abad ke-18, karet di bawa ke Indonesia oleh
orang Inggris. Karet di Indonesia pertama kali dibudidayakan di daerah Sumatera
Utara dan selanjutnya menyebar ke seluruh Indonesia (Parhusip, 2008).
Karet didunia ada dua jenis yaitu karet alam dan karet sintetis. Kedua jenis karet
ini lebih cocok disebut sebagai barang yang saling komplementer dibandingkan
barang yang saling subtitusi. Karet alam pada saat sekarang ini jumlah produksi
dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau buatan pabrik. Hal ini
disebabkan karena produksi karet alam tergantung musim, dan umur serta kualitas
tanaman karet itu sendiri, sehingga produksinya tidak dapat langsung memenuhi
kenaikan permintaan dunia. Karet sintetis yang diproduksi secara kimia lebih
cepat menyesuaikan penawaran terhadap permintaan karet dunia. Bila ada pihak
yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu, maka biasanya
pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Karet sintetis
memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang

cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Namun sesungguhnya karet
alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis karena karet alam memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya :

Universitas Sumatera Utara

1) Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna
2) Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
3) Mempunyai daya aus yang tinggi
4) Tidak mudah panas (low heat build up)
5) Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking
resistance)
Walaupun memiliki beberapa kelemahan, karet alam tetap mempunyai pangsa
pasar yang baik. Beberapa industri tetap memiliki ketergantungan yang besar
terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai
terbesar karet alam. Dewasa ini jumlah produksi karet alam dan karet sintetis
adalah 1:2. Walaupun jumlah produksi karet alam lebih rendah bahkan hanya
setengah dari produksi karet sintetis, tetapi sesungguhnya jumlah produksi dan
konsumsi kedua jenis karet ini hampir sama.
2.1.2 Jenis-jenis Tanaman Karet

1. Karet Alam
Jenis-jenis karet alam karet alam yang dikenal luas adalah :
a) Bahan olah karet (bokar) adalah karet yang dihasilkan oleh petani karet yang
kemudian diolah menjadi berbagai bentuk :
1) Lateks kebun, adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.

Universitas Sumatera Utara

2) Sheet angin, adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah
disaring dan digumpalkan

dengan asam semut atau asam asetat, berupa karet

sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.
3) Slab tipis, adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut.
4) Lump segar, adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks
kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.
b) Karet alam konvensional adalah karet yang dihasilkan dan diolah oleh
perkebunan swasta maupun negara menjadi karet yang memiliki jenis dan mutu

yang lebih tinggi, yaitu :
1) Ribbed smoked sheet (RSS), adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang
mendapat proses pengasapan dengan baik.
2) White crepe dan Pale crepe, merupakan crepe yang berwarna putih atau
muda. White crepe dan Pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.
3) Estate brown crepe, merupakan crepe yang berwarna coklat. Banyak
dihasilkan oleh perkebunan besar atau estate.
4) Compo crepe, adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon,
potongan-potongan sisa dari RSS, atau slab basah. Scrap tanah tidak boleh
digunakan.
5) Thin brown crepe remills, merupakan crepe cokelat yang tipis karena digiling
ulang.
6) Thick blanket crepes ambers, merupakan crepe blanket yang tebal dan
berwarna cokelat.

Universitas Sumatera Utara

7) Flat bark crepe, merupakan karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe
yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap
tanah yang berwarna hitam.

8) Pure smoked blanket crepe, merupakan crepe yang diperoleh dari
penggilingan karet asap yang khusus berasal dari ribbed smoked
sheet,termasuk juga block sheet atau sheet bongkah, atau sisa dari potongan
ribbed smoked sheet.
9) Off crepe, merupakan crepe yang tidak tergolong bentuk baku atau standar.
Biasanya tidak dibuat melalui proses pembentukan langsung dari bahan lateks
yang masih segar.
c) Lateks pekat
Adalah jenis lateks segar yang mempunyai kadar kering 30% dikentalkan menjadi
lateks pekat dengan kadar karet kering 60%. Lateks di kebun sebelum diangkut
dicampur telebih dahulu dengan larutan ammonia gas kemudian diendapkan pada
bak agar kotoran dan bahan kapur / magnesium mengendap. Setelah itu dilakukan
pemusingan (centrifuge) dalam mesinmesin pemusing. Dari mesin tersebut lateks
pekat dialirkan ke dalam tangki penampung dan ditambah lagi gas ammonia
sebelum siap dipasarkan.
d) Karet bongkah atau block rubber
Adalah

karet


remah

yang

telah

dikeringkan

dan

dikilang

menjadi

potonganpotongan dengan ukuran yang telah ditentukan.
e) Karet spesifikasi teknis (TSR) atau Crumb rubber atau SIR (Standart Indonesia
Rubber)

Universitas Sumatera Utara


Adalah karet alam yang dibuat khusus dalam rangka meningkatkan daya saing
karet alam terhadap karet sintetis sehingga terjamin mutu teknisnya. Pengolahan
TSR dari bahan lateks pada dasarnya terdiri dari proses penyaringan lateks,
penggumpalan lateks, pembutiran, pengeringan, dan pembungkusan. Bahan olah
karet (bokar) dari petani yang bermutu rendah dan kotor, dibersihkan terlebih
dahulu sebelum dilakukan pembutiran,pengeringan, dan pembungkusan.
f) Tyre rubber
Adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi
sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau
barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
g) Karet reklim atau reclaimed rubber
Adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas. Boleh dibilang
karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir.
2. Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak
bumi. Berikut ini adalah macam-macam karet sintetis :
1) Karet sintetis untuk kegunaan umum
a) SBR (styrena butadiene rubber), merupakan jenis karet sintetis yang paling
banyak digunakan. Memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas
yang ditimbulkan juga rendah.

b) BR (butadiene rubber), karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih rendah, dan
pengolahannya juga tergolong sulit.
c) IR (isoprene rubber) atau polyisoprene rubber, mirip dengan karet alam karena
sama-sama merupakan polimer isoprene.

Universitas Sumatera Utara

2. Karet sintetis untuk kegunaan khusus
a) IIR (isobutene isoprene rubber) Sering disebut butyl rubber dan hanya
mempunyai

sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap

pengaruh oksigen dan asap.
b) NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile butadiene rubber adalah karet
sintetis untuk kegunaan khusus yang paling sering digunakan.Sifatnya yang
sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sekalipun didalam minyak,karet ini
tidak mengembang.
c) CR (clhoroprene rubber) Memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi
disbanding dengan NBR masih kalah. Memiliki daya tahan terhadap pengaruh

oksigen dan ozon di udara,bahkan juga tahan terhadap panas atau nyala api.
d) EPR (ethylene propylene rubber) Keunggulan yang dimiliki EPR adalah
ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon, serta pengaruh unsur cuaca
lainnya. Kelemahannya pada daya lekat yang rendah (Julivanto,2009).
2.2 Proses Terjadinya ACFTA
ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan
bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan
barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan
ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk
mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan
Internasional (2010) dijelaskan bahwa dalam membentuk ACFTA, para Kepala
Negara Anggota ASEAN dan China telah menandatangani ASEAN - China
Comprehensive Economic Cooperation pada tanggal 6 Nopember 2001 di Bandar
Sri Begawan, Brunei Darussalam. Sebagai titik awal proses pembentukan ACFTA
para Kepala Negara kedua pihak menandatangani Framework Agreement on

Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and People’s
Republic of China di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember 2002.
Protokol perubahan Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 6
Oktober 2003, di Bali, Indonesia. Protokol perubahan kedua Framework
Agreement ditandatangani pada tanggal 8 Desember 2006.
Indonesia telah meratifikasi Ratifikasi Framework Agreement ASEAN-China
FTA melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004.
Setelah negosiasi tuntas, secara formal ACFTA pertama kali diluncurkan sejak
ditandatanganinya Trade in Goods Agreement dan Dispute Settlement Mechanism
Agreement pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Laos. Persetujuan Jasa
ACFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di Cebu, Filipina,
pada bulan Januari 2007. Sedangkan Persetujuan Investasi ASEAN China
ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN
tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand (Direktorat Kerjasama Regional
dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, 2010).
Menurut Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan
Internasional (2010), Indonesia sendiri membuat peraturan-peraturan nasional
terkait ACFTA antara lain:

Universitas Sumatera Utara


1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15
Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive
Economic Co-operation between the Associaton of Southeast Asean
Antions and the People’sRepublic of China.
2) Keputusan

Menteri

Keuangan

Republi

Indonesia

Nomor

355/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea
Masuk atas Impor Barang dalam rangka Early Harvest Package ASEANChina Free Trade Area.
3) Peraturan


Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk
dalam rangka Normal Track ASEAN- China Free Trade Area.
4) Peraturan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

21/PMK.010/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang Penetapan Tarif Bea
Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area.
5) Peraturan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

04/PMK.011/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Perpanjangan
Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China
Free Trade Area.
6) Peraturan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

53/PMK.011/2007 tanggal 22 Mei 2007 tentang Penetapan Tarif Bea
Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area.
7) Peraturan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor

235/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif
Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Studi Terdahulu
Putra (2006) judul “Analisis Kinerja Ekspor Karet Alam Indonesia Di Negara
Cina”. Indeks RCA Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dalam ekspor karet alam ke Cina. Hasil dari CMS
menunjukkan bahwa efek pertumbuhan impor berpengaruh lebih besar dalam
pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia. Pertumbuhan ekspor karet terjadi
akibat peningkatan impor karet alam oleh Cina. Nilai ekspor karet alam di Cina
dalam bentuk komoditi RSS-1, SIR 20 dan RSS-3 menunjukkan nilai yang sangat
kecil. Jenis olahan karet Indonesia yang diekspor ke Cina menunjukkan nilai yang
tidak terlalu menguntungkan.
Harry Bowo (2012) judul “ Dampak Penerapan Asean-China Free Trade Area
(ACFTA) Terhadap Nilai Perdagangan Indonesia Atas China: Studi Beberapa
Komoditas Terpilih “, menyimpulkan bahwa hubungan antara pemberlakuan
ACFTA dan ekspor komoditas terpilih Indonesia ke China adalah positif. Secara
statistik, rata-rata (intersep) ekspor komoditas terpilih ke China setelah
pemberlakuan ACFTA lebih besar disbanding sebelum pemberlakuan ACFTA
dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
Maria Gultom (2013) judul “ Analisis Dampak CAFTA (China-ASEAN Free
Trade Area) Terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara ,” menyimpulkan
Neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA
mengalami defisit dimana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
ekspor. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada volume jeruk ekspor Sumatera
Utara dan harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free

Universitas Sumatera Utara

Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volume jeruk impor Sumatera
Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara dan harga jeruk domestik Sumatera
Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).
2.4 Landasan Teori
2.4.1 Teori Integrasi Ekonomi
Pada dasarnya,organisasi-organisasi dapat dibedakan menurut derajat intensitas
kerjasama dan tujuan pemberlakuannya.Organisasi regional dikategorikan sebagai
suatu wadah kerjasama ekonomi jika tujuannya sekedar menghimpun Negaranegara anggota untuk mengadakan koordinasi dalam suatu kerjasama ekonomi
tanpa secara eksplisit mencantumkan perangkat kerjasama untuk mencapai suatu
integrasi ekonomi.Sementara itu integrasi ekonomi bertujuan untuk memadukan
pasar

dan

perekonomian

Negara-negara

anggotanya

melalui

beberapa

tahapan.Untuk mencapai tujuan tersebut,diperlukan suatu struktur organisasi yang
bersifat “Supranasional”,dimana Negara-negara anggota bersedia melimpahkan
sebagian kedaulatannya yaitu melalui pengambilan keputusan-keputusan bersama
yang bersifat mengikat dan mengupayakan penghapusan hambatan-hambatan
perdagangan dalam bentuk tarif dan nontarif ( Basri dan Haris 2010 ).
Adapun tingkatan integrasi ekonomi tersebut adalah:
1. Preferential Trade Arrangements. Pada tahap ini negara-negara yang sepakat
bergabung menyepakati penurunan hambatan perdagangan diantara mereka
dan membedakannya dengan negara luar yang bukan anggota.
2. Free Trade Area. Bentuk integrasi ekonomi ini adalah bentuk yang lebih tinggi
dimana

hambatan

perdagangan

antar

negara

anggota

dihilangkan

Universitas Sumatera Utara

sepenuhnya,namun masing-masing negara anggota masih berhak menentukan
sendiri kebijakan hambatan perdagangannya dengan negara-negara diluar
anggota.
3. Custom Union. Yaitu bentuk integrasi ekonomi berikutnya dimana semua
negara anggota diwajibkan untuk tidak hanya menghilangkan semua bentuk
hambatan perdagangan diantara mereka namun juga menyeragamkan kebijakan
perdagangan mereka terhadap negara luar yang bukan anggota.
4. Common Market. Pada bentuk integrasi ini, bukan hanya perdagangan saja
yang dibebaskan namun juga arus faktor produksi seperti tenaga kerja dan
modal.
5. Economic union. Pada tingkatan tertinggi integrasi ekonomi ini, harmonisasi
dan

penyelarasan diantara negara anggota dilakukan lebih jauh hingga

penyeragaman kebijakan moneter dan fiskal masing-masing negara anggota.
2.4.2 Perdagangan Bebas
Perdagangan bebas didefinisikan sebagai sebuah konsep ekonomi yang mengacu
kepada penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan
perdagangan lainnya. Hal ini berarti bahwa siapapun aktor yang melakukan
perdagangan internasional baik individu ataupun negara dapat melakukan
perdagangan internasional tanpa adanya hambatan perdagangan seperti hambatan
tarif dan non-tarif. Dalam hal ini masing-masing negara melakukan perdagangan
berdasarkan keunggulan komparatif pada komoditas tertentu sehingga diharapkan
lebih efisien dan efektif (Apridar 2009:182).

Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Teori Keunggulan Komparatif
Kenggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimiliki suatu negara dalam
perdaganan internasional, jika negara tersebut dapat memproduksi suatu barang
dengan biaya sumberdaya yang lebih rendah dibanding negara lain. Dalam
teorinya, Ricardo menjelaskan bahwa perdaganan internasional dapat terjadi
karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja), perbedaan fungsi
ini menimbulkan terjadinya perbedaan efisiensi maupun produktifitas.
J.S Mills beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor
barang tertentu bila Negara itu memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan
impor barang tertentu bila negara tersebut kerugian komparatif atau keunggulan
komparatif terendah ( Tambunan,2004 ).
2.4.4 Teori Penawaran Ekpor
Ekspor adalah total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara,
kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa.
Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke negara lain
yang tidak dapat menghasilkan barang yang dihasilkan oleh Negara pengekspor.
Penawaran ekspor merupakan jumlah komoditi yang ditawarkan oleh suatu negara
(produsen) ke negara lain (konsumen) dan juga untuk memenuhi permintaan
negara lain. Mengutip dari Ermy Tety (2002) ekspor ke suatu negara merupakan
kelebihan penawaran domestik atau produksi barang atau jasa yang tidak
dikonsumsi oleh konsumen negara yang bersangkutan dan tidak disimpan dalam
bentuk stok.
Ekspor karet alam dapat dirumuskan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Qxt = Qt - Ct - St-1 …………………………………………………….…. (2.1)
dimana :
Qxt : Jumlah ekspor pada tahun ke-t
Qt : Jumlah produksi domestik pada tahun ke-t
Ct : Jumlah konsumsi domestik pada tahun ke-t
St-1 : Jumlah stok awal tahun ke-t atau akhir tahun lalu (tahun ke t-1)
2.4.5 Analisis Statik
Teori ini mengatakan bahwa “ Negara sedang berkembang ( LDC ) hanya sedikit
sekali mendapat manfaat dan dapat dirugikan dengan adanya integrasi”.Ada enam
indikator untuk melihat besarnya dampak dari integrasi yaitu :
a) besarnya kawasan integrasi dan kontribusi awal dari perdagangan dalam
integrasi tersebut.
b) tingkat tarif
c) tingkat awal pertumbuhan/pembangunan ekonomi masing-masing negara yang
terlibat dalam integrasi misalnya pendapatan per kapita.
d) struktur komoditas yang diperdagangkan dalam kawasan integrasi
e) potensi “intra-industry”
f) ongkos angkut dan kendala alam yang lain.
2.4.6 Teori Perdagangan Internasional
Dilihat dari segi permintaan, kegiatan ekspor diasumsikan sebagai fungsi
permintaan pasar internsional terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh suatu

Universitas Sumatera Utara

negara, sedangkan kegiatan impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan suatu
negara terhadap suatu komoditi dari pasar internasional.
Pada dasarnya beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan
internasional suatu negara dari negara lainnya bersumber dari keinginan
memperluas pasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan devisa bagi
kegiatan pembangunan adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar
negara,serta akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi
tertentu (Salvatore, 1997).

Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional
Gambar 2 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional harga di
Indonesia sebesar PI sedangkan di Uni Eropa sebesar PU. Penawaran di pasar
internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari PI sedangkan
permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih
rendah dari PU. Pada saat harga internasional sama dengan PI atau PU maka tidak
terjadi perdagangan internasional. Apabila harga internasional lebih besar dari PI
maka terjadi excess supply (ES) di Indonesia dan apabila harga internasional lebih
rendah dai PU maka terjadi excess demand (ED) di Uni Eropa. Dengan demikian,

Universitas Sumatera Utara

dari keseimbangan di Indonesia dan keseimbangan di Uni Eropa akan terbentuk
kurva ES dan ED di pasar internasional, dimana perpotongan antara kurva ES dan
ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional yaitu sebesar P.
2.5 Kerangka Pemikiran
Globalisasi ekonomi ini menghasilkan sebuah bentuk perdagangan internasional
yang hampir sama dengan keadaan dan tujuan globalisasi ekonomi yaitu free trade
atau perdagangan bebas. Perdagangan bebas ini telah diberlakukan di banyak
negara, khususnya negara berkembang. Perdagangan bebas pertama kali
diberlakukan oleh Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa. Hal ini dilakukan
untuk membuka pasar mereka dan menjual produk mereka kewilayah yang lebih
luas, selain itu memberikan pilihan pada konsumen dalam negeri yang lebih
beragam.
ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) merupakan sebuah kesepakatan antar
negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan
perdagangan bebas dan menghilangkan atau mengurangi segala hambatanhambatan dalam perdagangan internasional (tarif maupun non tarif), peningkatan
akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek
kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak
ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam perdagangan bebas ASEAN dan China ini telah disepakati penurunan tarif
untuk produk kategori sensitive track atau lebih tepatnya highly sensitive list (HS
6 digit) dimana salah satunya adalah komoditi karet alam bentuk smoked sheet,
namun untuk saat ini belum berlaku karena penurunan tarif untuk sensitive track

Universitas Sumatera Utara

atau highly sensitive list baru akan berlaku pada tahun 2015. Dengan
pemberlakuan ACFTA ini maka produk andalan ekspor Indonesia yang oleh
China dimasukkan dalam sensitive track dapat masuk ke China. Sebaliknya
Indonesia juga memasukkan produk-produk unggulan ekspor China ke Indonesia.
Dengan berlakunya program sensitive track atau highly sensitive list (HS 6 digit)
diharapkan ekspor karet alam bentuk smoked sheet Indonesia mengalami
peningkatan volume dan nilai khususnya Indonesia yang merupakan salah satu
centra penghasil karet terbesar di Dunia. Dengan disetujuinya ACFTA maka dapat
berdampak pada perdagangan karet alam bentuk smoked sheet yang mengalami
peningkatan ekspor 10 tahun terakhir. Untuk melihat dampak tersebut maka
penulis berkeinginan untuk mengangkatnya dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dan singkat tentang pemikiran,
maka dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

GLOBALISASI EKONOMI

ACFTA

Sebelum

Sesudah

Volume Smoked

Volume Smoked

Sh

Sh t Ek

Ek

Harga smoked sheet

Harga smoked sheet

Ek

Ek
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :
Menyatakan Hubungan

Universitas Sumatera Utara

2.6 Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dilihat hipotesis yaitu:
1. Ada perbedaan volume ekspor karet alam bentuk smoked sheet ke ASEAN
sebelum dan sesudah pelaksanaan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area).
2. Ada perbedaan harga ekspor karet alam bentuk smoked sheet ke ASEAN
sebelum dan sesudah pelaksanaan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area).
3. Ada perbedaan volume ekspor karet alam bentuk smoked sheet ke China
sebelum dan sesudah pelaksanaan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area).
4. Ada perbedaan harga ekspor karet alam bentuk smoked sheet ke China sebelum
dan sesudah pelaksanaan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area).

Universitas Sumatera Utara