Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara

(1)

ANALISIS DAMPAK CAFTA

(CHINA ASEAN FREE TRADE

AREA) TERHADAP PERDAGANGAN JERUK

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH: MARIA GULTOM

080304025 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS DAMPAK CAFTA

(CHINA ASEAN FREE TRADE

AREA) TERHADAP PERDAGANGAN JERUK

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH: MARIA GULTOM

080304025 AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Sebagai Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS ) ( Dr. Ir. Salmiah, M.Si ) NIP. 1964 1102 198903 2 001 NIP. 1957 0217 198603 2 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

MARIA GULTOM: Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara, dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi.

Perkembangan perdagangan internasional sekarang mengarah pada perdagangan bebas, salah satunya adalah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Dalam CAFTA disepakati tiga tahap penurunan tarif, salah satunya adalah

Early Harvest Programme (EHP) yang mencakup produk buah-buahan seperti jeruk. Dalam perjanjian ini, jeruk dari negara-negara anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia dan begitu juga sebaliknya. Untuk itu, penelitian ini telah dilakukan di provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu sentra produksi jeruk di

Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap perdagangan jeruk di Sumatera Utara

dengan menganalisis data sebelum CAFTA (1999-2004) dan sesudah CAFTA (2005-2010) dianalisis dengan menggunakan Uji t berpasangan memakai alat

SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA mengalami defisit dimana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor. (2) Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada volumer jeruk ekspor Sumatera Utara dan harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volumer jeruk impor Sumatera Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).

Kata kunci: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), dampak, perdagangan jeruk


(4)

RIWAYAT HIDUP

Maria Gultom, lahir tanggal 11 Agustus 1989 di Sitalaseak, Kabupaten Samosir, merupakan anak dari Bapak Josep Gultom dan Ibu Mardiana Parhusip. Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: pada tahun 1996 masuk sekolah dasar di SD St. Paulus Onanrunggu taamat tahun 2002. Kemudian tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Bakti Mulia Onanrunggu tamat tahun 2005. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU St. Thomas 2 Medan tamat tahun 2008 dan pada tahun yang sama diterima melalui Ujian Masuk Bersama (UMB) di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan antara lain, Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Paduan Suara Gloria UKM KMK St. Albertus Magnus USU.

Tahun 2012, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Serdang, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, dan pada tahun yang sama penulis melakukan penelitian skripsi di Sumatera Utara.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya, yang memberikan pertolongan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

• Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi selaku anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini,

• Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP-USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah memberikan kemudahan dalam hal perkuliahan dan kegiatan di kampus,

• Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis dalam masa perkuliahan, dan

• Seluruh Pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Lisbet, Kak Yani dan Kak Runi yang membantu penulis dalam administrasi kampus.

Terimakasih juga penulis sampaikan secara khusus kepada Ayahanda Josep Gultom dan Ibunda Mardiana Parhusip atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik materi dan doa serta kesabarannya dalam mendidik penulis selama


(6)

kakanda Ice Vanny Gultom, Amd, kakanda Sr. Maria Juwita Gultom, adinda Jojor Pretty Gultom dan adinda Ivan Flobert Gultom yang juga memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis juga berterimakasih kepada semua teman-teman Stambuk 2008 Agribisnis tanpa terkecuali, yang menjadi inspirasi selama penulis menjalani perkuliahan. Secara khusus kepada sahabat-sahabat saya, Betharia, Theresia, Monika, Dewi, Veralina, Ririn, Roima, Marthin, Frandi dan Manro untuk setiap evaluasi, saran, dan doa yang diberikan kepada penulis. Terima kasih untuk teman-teman Paduan Suara Gloria UKM KMK St. Albertus Magnus USU, IMK FP USU yang menjadi sahabat dalam pertumbuhan rohani penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2013


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 11

Kerangka Pemikiran ... 15

METODE PENELITIAN ... 18

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

Metode Pengumpulan Data ... 19

Metode Analisis Data ... 19

Defenisi dan Batasan Operasional ... 21

Definisi ... 21

Batasan Operasional ... 22


(8)

Kondisi Penduduk Provinsi Sumatera Utara ... 25

Perkembangan Tanaman Jeruk Sumatera Utara ... 29

Deskripsi Variabel yang Diteliti... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara ... 36

Kondisi Perdagangan Jeruk Sumatera Utara ... 39

Volume Jeruk Impor Sumatera Utara ... 39

Harga Jeruk Impor Sumatera Utara... 41

Volume Ekspor Jeruk Sumatera Utara ... 42

Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara ... 44

Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

Kesimpulan ... 48

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Volume Impor Buah dari Negara China - ASEAN 3 2 Volume Jeruk Impor Indonesia Tahun 2000-2011 (Triwulan I) 4 3 Produksi Jeruk menurut Provinsi Tahun 2010 18 4 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2006-2010 (Jiwa)

26 5 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2010

28 6 Perkembangan Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Jeruk

Tahun 1997 - 2010 Provinsi Sumatera Utara

29 7 Perkembangan Ekspor Jeruk Tahun 1997 - 2010 Provinsi

Sumatera Utara

31 8 Perkembangan Impor Jeruk Tahun 1997 - 2010 Provinsi

Sumatera Utara

33 9 Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA 36 10 Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA 37 11 Kondisi Volume Impor Jeruk Sumatera Utara 39 12 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Volume Jeruk Impor Sumatera

Utara

40 13 Harga jeruk Impor Sebelum dan Sesudah CAFTA 41 14 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Harga Jeruk Impor Sumatera

Utara

41 15 Volume Ekspor Jeruk Sebelum dan Sesudah CAFTA 42 16 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Volume Jeruk Ekspor Sumatera

Utara

43 17 Harga jeruk Ekspor Sebelum dan Sesudah CAFTA 44 18 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Harga Jeruk Ekspor Sumatera

Utara

45 19 Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah

CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

46 20 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Harga Jeruk Domestik Sumatera


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Perkembangan Impor Jeruk Indonesi Tahun 2000-2011 (Triwulan I)

5 2 Skema Kerangka Pemikiran 16 3 Grafik Ekspor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1997 - 2010 32 4 Grafik Ekspor Impor Sumatera Utara Tahun 1997 - 2010 34 5 Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA 36 6 Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA 38


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Data Ekspor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1997-2010 2 Data Impor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1997-2010

3 Data Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara tahun 1997-2010 4 Data Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA

(China ASEAN Free Trade Area)

5 Data Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

6a 6b 6c 7a 7b 7c 8a 8b 8c 9a 9b 9c 10a 10b 10c

Statistik Volume Jeruk Impor Sumatera Utara

Koefisien Korelasi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara Nilai Signifikansi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara Statistik Harga Jeruk Impor Sumatera Utara

Koefisien Korelasi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara Nilai Signifikansi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara Statistik Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Koefisien Korelasi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara Nilai Signifikansi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara Statistik Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Koefisien Korelasi Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara Nilai Signifikansi Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara Statistik Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara

Koefisien Korelasi Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara Nilai Signifikansi Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara


(12)

ABSTRAK

MARIA GULTOM: Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara, dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi.

Perkembangan perdagangan internasional sekarang mengarah pada perdagangan bebas, salah satunya adalah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Dalam CAFTA disepakati tiga tahap penurunan tarif, salah satunya adalah

Early Harvest Programme (EHP) yang mencakup produk buah-buahan seperti jeruk. Dalam perjanjian ini, jeruk dari negara-negara anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia dan begitu juga sebaliknya. Untuk itu, penelitian ini telah dilakukan di provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu sentra produksi jeruk di

Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap perdagangan jeruk di Sumatera Utara

dengan menganalisis data sebelum CAFTA (1999-2004) dan sesudah CAFTA (2005-2010) dianalisis dengan menggunakan Uji t berpasangan memakai alat

SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA mengalami defisit dimana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor. (2) Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada volumer jeruk ekspor Sumatera Utara dan harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volumer jeruk impor Sumatera Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).

Kata kunci: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), dampak, perdagangan jeruk


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan perdagangan internasional yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir mengarah pada bentuk perdagangan bebas yang disertai dengan berbagai bentuk kerjasama bilateral, regional dan multilateral. Seperti halnya dengan CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) yang telah disetujui yaitu perdagangan bebas antara Indonesia dengan China. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the Associaton of Southeast Asean Antions and the People’s Republic of China (Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional, 2010).

Beberapa kalangan menerima pemberlakuan CAFTA sebagai kesempatan, tetapi di sisi lain ada juga yang menolaknya karena dipandang sebagai ancaman. Dalam CAFTA, kesempatan atau ancaman ditunjukkan bahwa bagi kalangan penerima, CAFTA dipandang positif karena bisa memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Pertama, Indonesia akan memiliki pemasukan tambahan dari PPN produk-produk yang baru masuk ke Indonesia. Tambahan pemasukan itu seiring dengan makin banyaknya obyek pajak dalam bentuk jenis dan jumlah produk yang masuk ke Indonesia. Beragam produk China yang masuk ke Indonesia dinilai berpotensi besar mendatangkan pendapatan pajak bagi pemerintah. Kedua, persaingan usaha yang muncul akibat CAFTA diharapkan memicu persaingan harga yang kompetitif sehingga pada akhirnya akan menguntungkan konsumen


(14)

Menurut Kuncoro (2012), China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) digagas dan diberlakukan sebagai kerjasama perdagangan dan ekonomi antara negara-negara ASEAN dan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan menghilangkan atau mengurangi perdagangan barang (tarif maupun non tarif), peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN-China sepakat untuk menurunkan dan menghapus tarif berdasarkan 3 tahap yaitu (1) Early Harvest Programme (2) Normal Track Programme (3) Senscitive Track yang meliputi Sensitive List dan Highly Sensitive List.

Dalam Direktorat Jenderal Perdagangan Indonesia (2005) dijelaskan bahwa EHP adalah tahapan awal liberalisasi CAFTA yang terdiri dari penghapusan tarif antara produk negara ASEAN dengan produk China dan sebaliknya untuk delapan jenis produk yang terdiri dari produk hewan hidup (live animals), daging dan jeroan yang bisa dimakan (meat and edible meat and offal), ikan termasuk udang (fish), produk susu (dairy products), produk hewan lainnya (other animal products), tanaman hidup (live trees), sayur (edible vegetables) dan produk buah serta kacang-kacangan (edible fruits and nuts) dengan pengecualian untuk jagung manis (sweet corn). Liberalisasi dilakukan bertahap dimulai dari tahun 2004 dan mencapai penghapusan tarif untuk kedelapan produk tersebut di tahun 2006.

Karena penghapusan tarif ini produk China - ASEAN yang masuk ke Indonesia dan bersaing ketat dengan produk dalam negeri adalah buah-buahan.


(15)

Buah-buahan merupakan salah satu dari produk Early Harvest Package (EHP) yang ditetapkan dalam perdagangan bebas China ASEAN. Keunggulan buah impor adalah harga buah impor yang bersaing dengan harga buah dalam negeri, kepraktisan dalam mengkonsumsi dan banyak buah impor yang mempunyai penampilan yang lebih menggoda konsumen untuk membayar. Selain itu, konsistensi rasa dari buah impor menyebabkan konsumen setia membeli buah impor. Buah impor yang paling banyak masuk ke Indonesia adalah apel, pir, jeruk Mandarin, lengkeng dan jeruk.

Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 setelah penghapusan tarif dalam EHP disajikan volume impor buah Indonesia dari negara China ASEAN disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Volume Impor Buah Indonesia dari negara China ASEAN Tahun Apel (kg) Pir (kg) Jeruk (kg) Jeruk

Mandarin (kg)

Lengkeng (kg)

2006 83.168.231 76.531.309 7.260.466 52.281.154 45.417.363 2007 109.428.933 90.714.332 10.433.578 77.196.089 49.770.232 2008 10.7361.626 82.846.395 14.123.736 100.406.177 40.696.597

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa impor Indonesia setelah pemberlakuan kebijakan dalam perjanjian perdagangan bebas China ASEAN bahwa pada tahun 2006 dan 2007 impor buah Indonesia yang tertinggi adalah apel, sedangkan pada tahun 2008, impor buah yang paling banyak adalah jeruk Mandarin. Dan impor jeruk Indonesia pada tahun 2006 sampai 2008 selalu meningkat setiap tahunnya.


(16)

Secara lebih rinci impor jeruk Indonesia dapat dilihat pada tabel 2. Berikut ini:

Tabel 2. Volume jeruk impor Indonesia Tahun 2000-2011 (Triwulan I) Tahun

Jumlah impor (kg)

Nilai (US $)

Perubahan jumlah impor (%)

2000 59.619.536 30.681.773 - 2001 62.670.150 33.286.367 2,49 2002 54.588.441 36.814.700 -6,89 2003 32.804.620 29.131.134 -24,93 2004 43.416.631 24.803.365 13,92 2005 53.658.734 23.913.452 10,55 2006 68.535.374 48.518.411 12,17 2007 89.125.467 73.851.400 13,059 2008 109.598.159 94.298.946 10,30 2009 188.956.251 166.834.494 26,58 2010 160.254.789 143.392.444 -8,22 2011 115.716.077 104.591.250 -16,14

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Tabel 2. menunjukkan bahwa pada tahun 2000, impor jeruk Indonesia sebesar 59.619.536 kg dan tahun 2001 meningkat sebesar 2,49 % menjadi 62. 670.150 kg. Pada tahun 2002 dan 2003 mengalami penurunan dan tahun 2004 sampai tahun 2009, volumer jeruk impor Indonesia meningkat setiap tahun dan tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan sebesar 24,36 %. Peningkatan impor yang paling besar adalah pada tahun 2009 yaitu sekitar 26,58 % atau sebesar 188.956.251 kg. Jumlah impor paling rendah adalah pada tahun 2003 yaitu sebesar 32.804.620 kg.


(17)

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 1. Perkembangan Impor Jeruk Indonesia Tahun 2000 – 2011 (Triwulan I)

Dari penjelasan di atas, umumnya volumer jeruk impor Sumatera Utara setelah pelaksanaan CAFTA meningkat. Kebijakan CAFTA ini memberikan dampak pada perdagangan jeruk Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana dampak CAFTA terhadap perdagangan jeruk Sumatera Utara dimana provinsi ini merupakan salah satu sentra produksi jeruk di Indonesia.

0 20000000 40000000 60000000 80000000 10000000 12000000 14000000 16000000 18000000 20000000

Jumlah impor (kg) Nilai (US $)


(18)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)?

2. Bagaimana volume jeruk impor, harga jeruk impor, harga jeruk lokal, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah adanya CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk:

1. Untuk mengetahui neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA.

2. Untuk mengetahui bagaimana volume jeruk impor, harga jeruk impor, harga jeruk lokal, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor Sumatera Utara sebelum dan sesudah adanya CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).

2. Sebagai bahan masukan kepada dan bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan yang berhubungan dengan penelitian ini.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka Tanaman Jeruk

Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk selalu tersedia pada sepanjang tahun, karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang khusus. Di samping itu, tanaman jeruk dapat ditanam di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman jeruk juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia (AAK, 1994).

Jeruk terdiri dari berbagai varietas yang mempunyai arti penting dari segi ekonomis. Berdasarkan karakteristik (bentuk, sifat fisik buah, dan manfaatnya), jeruk yang dibudidayakan di Indonesia dapat dibagi menjadi enam golongan besar, yakni: jeruk keprok (Citrus nobilis L.), jeruk siem (Citrus microcarpa),

jeruk manis (Citrus aurantium), jeruk besar (Citrus maximamus Herr), jeruk sayur/bumbu, dan jeruk lainnya (Soelarso, 1996).

Tanaman jeruk dapat ditanam di daerah antara 40º LU dan 40º LS. Umumnya tanaman jeruk terdapat di daerah 20º - 40º LS. Di daerah subtropis, tanaman jeruk ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 650 m dpl. Di daerah khatulistiwa sampai ketinggian 2000 m dpl. Suhu optimal untuk tanaman jeruk antara 25º C - 30º C. Penyinaran matahari pada tanaman jeruk antara 50% - 70%. Tanaman jeruk menghendaki tanah dengan pH 4 -7,8. Tanah yang baik mengandung pasir dan air yang tidak dalam (≥1,5m) (Joesoef, 1993).


(20)

Sentra produksi tanaman jeruk di Indonesia antara lain NAD (Nanggroe Aceh Darussalam), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan (Rahardi,dkk, 2007).

Di provinsi Sumatera Utara sendiri, sentra produksi jeruk ialah kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Selatan. Kabupaten Karo merupakan sentra produksi utama komoditi jeruk di Sumatera Utara. Varitas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah jenis Siam, Washington, Sunkist, Padang, Siam Madu dan sebagainya. Jenis yang disukai oleh konsumen lokal adalah varitas Siam Madu sehingga varitas jeruk ini mendominasi penanaman jeruk di Kabupaten Kar

Jeruk siam madu ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : manis, bentuk bulat atau oval, tebal kulit 2 – 4 mm, warna lapisan dalam kuning, diameter jeruk 5 – 7 cm, dan beratnya 90 – 225 gram, ketahanan 8 – 10 hari setelah masa panen, umur tanaman 4 – 9 tahun dan Komoditi ini telah diekspor ke negara-negara tetangga dan saat sekarang ini dijual kepada masyarakat lokal dan domestik. Daerah pemasaran utama komoditi ini adalah Pulau Batam, Jakarta dan Bandung

Proses Terjadinya CAFTA

China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama


(21)

ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.

Dalam Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (2010) dijelaskan bahwa dalam membentuk CAFTA, para Kepala Negara Anggota ASEAN dan China telah menandatangani ASEAN - China Comprehensive Economic Cooperation pada tanggal 6 Nopember 2001 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam. Sebagai titik awal proses pembentukan CAFTA para Kepala Negara kedua pihak menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and People’s Republic of China di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember 2002. Protokol perubahan Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 6 Oktober 2003, di Bali, Indonesia. Protokol perubahan kedua Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 8 Desember 2006.

Indonesia telah meratifikasi Ratifikasi Framework Agreement ASEAN-China FTA melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004. Setelah negosiasi tuntas, secara formal CAFTA pertama kali diluncurkan sejak ditandatanganinya Trade in Goods Agreement dan Dispute Settlement Mechanism Agreement pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Laos. Persetujuan Jasa CAFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007. Sedangkan Persetujuan Investasi ASEAN China ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand (Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, 2010).


(22)

Menurut Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (2010), Indonesia sendiri membuat peraturan-peraturan nasional terkait CAFTA antara lain:

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between the Associaton of Southeast Asean Antions and the People’sRepublic of China.

2. Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor 355/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dalam rangka Early Harvest Package ASEAN-China Free Trade Area.

3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN- China Free Trade Area.

4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 21/PMK.010/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka

Normal Track ASEAN-China Free Trade Area.

5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/PMK.011/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Perpanjangan Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area.

6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.011/2007 tanggal 22 Mei 2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area.


(23)

7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 235/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area.

Landasan Teori

Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suat

Perdagangan internasional dapat memberi keuntungan bagi suatu negara dan sebaliknya kerugian bagi negara lain. Mengapa? Hal ini dapat disebabkan ketidakseimbangan di antara ekspor di satu sisi dan impor di sisi lain yang berlaku timbal balik. Perdagangan internasional berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi global dan bahkan perekonomian domestik. Kebijakan perdagangan internasional sangat menentukan apakah memberikan manfaat berupa keuntungan atau sebaliknya yang kemudian akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi. Pemberlakuan tarif dan non tarif sebagai suatu kebijakan perdagangan tidak hanya membawa kepada penentuan manfaat dan keuntungan, tetapi secara otomatis mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan produksi produk domestik (Nasution dan Arifin, 2008).


(24)

Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas adalah bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan perdagangan tarif maupun nontarif di antara negara-negara telah dihilangkan sepenuhnya, namun masing-masing negara-negara anggota tersebut masih berhak untuk menentukan sendiri apakah mereka hendak mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkannya terhadap negara-negara luar yang bukan anggota. Perdagangan internasional sebagai perdagangan bebas (free trade) akan memberikan pengaruh menguntungkan bagi pihak produsen dan bahkan konsumen itu sendiri. Bagi produsen dengan pola produksi advantage akan mendapatkan keuntungan berupa kenaikan atau selisih harga barang yang berlaku di pasar domestik dengan pasar internasional dikalikan dengan jumlah barang yang diekspor (producer surplus). Akan tetapi produsen bagi negara yang disadvantage berupa kerugian, yaitu jumlah produksi di dalam negeri akan berkurang sebagai suatu konsekuensi (producer loss) (Nasution dan Arifin, 2008).

Ekspor dan Impor

Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional. Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor


(25)

umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima (Ratnasari, 2012).

Dalam kegiatan ekspor dan impor ini dikenal neraca perdagangan. Neraca perdagangan adalah daftar perdagangan barang dan jasa suat negara lain dalam jangka waktu satu tahun. Neraca Perdagangan memperlihatkan selisih nilai ekspor denga ekspor maka neraca perdagangan dinyatakan aktif (surplus), namun apabila nilai ekspor lebih kecil dari nilai impor maka neraca perdangan dinyatakan pasif (defisit) yang artinya negara tersebut sedang memiliki hutang luar negeri. Neraca perdagangan juga menyimpan negara tujuan ekspor dan negara asal impor (Nasution dan Arifin, 2008).

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terkait dengan dampak China ASEAN Free Trade Area

(CAFTA) telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Dimas Octrianto (2006) melakukan penelitian dengan judul Dampak Liberalisasi Perdagangan China ASEAN dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sayuran Penting Indonesia ke Malaysia. Data yang digunakan berupa data time series bulanan periode Januari 2000 – Juni 2005 dan menggunakan pendekatan Vector Error Correction Model (VECM). Kesimpulan yang diperoleh bahwa pemberlakuan kebijakan CAFTA, fluktuasi nilai tukar rupiah, harga ekspor, harga domestik dan produksi berpengaruh terhadap ekspor kubis dan kentang Indonesia ke Malaysia dalam jangka panjang.


(26)

Aziz (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Impor Beras serta Pengaruhnya terhadap Harga Beras dalam Negeri. Hasil penelitiannya bahwa impor beras Indonesia periode sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga beras dalam negeri dengan pengaruh negatif. Artinya semakin besar jumlah beras impor yang masuk, maka harga beras dalam negeri akan semakin turun. Respon harga beras terhadap impor beras periode sebelumnya adalah inelastis, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Herawati (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh China ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) terhadap Kinerja Keuangan UKM Tekstil yang Ada di Pekalongan. Dengan variabel dependennya kinerja keuangan, sedangkan variabel independennya adalah ASEAN China Free Trade Agreement (CAFTA). Kinerja keuangan UKM Tekstil dalam penelitian ini diukur dengan tingkat penjualan yang dibandingkan antara periode sebelum CAFTA dan sesudah CAFTA. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda menggunakan Paired Sample T Test. Dari hasil pengujian ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan yang dilihat dari penjualan. Namun perbedaan ini justru menunjukkan peningkatan pada penjualan setelah CAFTA karena jumlah penjualan sebelum CAFTA lebih rendah dibandingkan sesudah CAFTA. Hal ini menunjukkan bahwa dalam periode Januari sampai dengan April, pelaksanaan CAFTA belum memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja keuangan UKM Tekstil di Pekalongan.


(27)

Kerangka Pemikiran

CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah sebuah kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan menghilangkan atau mengurangi perdagangan barang (tariff maupun non tariff), peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam perdagangan bebas China ASEAN ini telah disepakati tarif 0% untuk produk kategori Early Harvest Package dimana salah satunya adalah komoditi buah-buahan. Dengan pemberlakuan Early Harvest Package ini maka buahan dari anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia. Produk buah-buahan juga bebas masuk (ekspor) ke negara anggota CAFTA.

Masuknya buah-buahan dari negara anggota CAFTA seperti jeruk membuat jeruk impor sangat mudah dijumpai di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Padahal, Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi jeruk di Indonesia. Dengan disetujuinya CAFTA maka dapat berdampak pada perdagangan jeruk Sumatera Utara. Untuk melihat dampak tersebut maka penulis berkeinginan untuk mengangkatnya dalam penelitian ini.


(28)

Ekspor Impor Jeruk

Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran penelitian ini:

Kererangan: Menyatakan hubungan (alur koordinasi)

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

CAFTA

Neraca

Perdagangan Jeruk

Volume jeruk impor

Harga jeruk impor Harga jeruk impor

Volume jeruk impor Neraca

Perdagangan Jeruk

Volume Jeruk ekspor Volume jeruk ekspor

Harga jeruk ekspor

Harga jeruk ekspor

Harga jeruk domestik Harga jeruk domestik


(29)

Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dilihat hipotesis yaitu ada perbedaan volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah pelaksanaan CAFTA.


(30)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja yaitu di provinsi Sumatera Utara adalah sentra produksi jeruk terbesar di Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Jeruk Menurut Provinsi Tahun 2010

No Provinsi Produksi (ton)

1 Aceh 21.238

2 Sumatera Utara 788.748

3 Sumatera Barat 31.740

4 Riau 11.137

5 Jambi 52.212

6 Sumatera Selatan 49.763

7 Bengkulu 7.068

8 Lampung 8.685

9 Bangka Belitung 8.710

10 Kepulauan Riau 322

11 DKI Jakarta 15

12 Jawa barat 26.192

13 Jawa Tengah 25.773

14 DI Yogyakarta 2.042

15 Jawa Timur 289.592

16 Banten 2.449

17 Bali 97.524

18 Nusa Tenggara Barat 7.071 19 Nusa Tenggara Timur 24.149 20 Kalimantan Barat 146.690 21 Kalimantan Tengah 7.551 22 Kalimantan Selatan 106.233 23 Kalimantan Timur 10.744

24 Sulawesi Utara 1.868

25 Sulawesi Tengah 28.406 26 Sulawesi selatan 31.334 27 Sulawesi Tenggara 98.556

28 Gorontalo 1.010


(31)

30 Maluku 16.442

31 Papua 946

32 Papua Barat 7.256

Indonesia 2.028.904

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2011

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series selama periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2011. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari insatansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Biro Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara , Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara serta instansi terkait lainnya ditambah dengan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk masalah (1) digunakan analisis deskriptif dengan menjelaskan neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA dan sesudah CAFTA dengan menggunakan grafik.

Untuk masalah (2) akan dianalisis dengan alat SPSS 16 menggunakan analisis Uji-t berpasangan yaitu salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 perlakuan yang berbeda. Walupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Uji ini akan digunakan untuk membuktikan semua


(32)

Untuk melihat perbedaan volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sebelum dan sesudah CAFTA dapat menggunakan uji statistik t-hitung berpasangan dengan formulasinya sebagai berikut:

t hitung = ���−��

/√��;��=� −1

Dimana:

d = rata-rata volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sesudah pelaksanaan CAFTA do = rata-rata volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor,

harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sebelum pelaksanaan CAFTA

Sd = standar deviasi n = jumlah bservasi db = Derajat bebas (Walpole, 1997)

Hipotesis menunjukkan adanya perbedaan volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sebelum dan sesudah pelaksanaan CAFTA. Hipotesis tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

H0: µ1 = µ2 H1: µ1 ≠ µ2 Dimana:

µ1 = Volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sebelum pelaksanaan CAFTA.


(33)

µ2 = volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sesudah pelaksanaan CAFTA. Kriteria uji:

Jika t-hitung ≤ t-tabel, H0 diterima, H1

Jika t-hitung > t-tabel, H

ditolak.

0 ditolak, H1

Penggunaan α = 0,05 dalam uji statistik t-hitung sesuai dengan kebutuhan peneliti, bahwa dalam penelitian sosial, besarnya alpha yang digunakan dapat bernilai satu persen atau lima persen. Penentuan besarnya alpha tersebut tergantung kepada peneliti (Usman dan Akbar, 2008).

diterima.

Defenisi dan Batasan Operasional Definisi

1. CAFTA (China ASEAN Free Trade Area ) adalah sebuah kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan menghilangkan atau mengurangi perdagangan barang (tariff maupun non tariff), peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Perdagangan jeruk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ekspor dan impor jeruk segar Sumatera Utara.

3. Volumer jeruk impor adalah jumlah seluruh impor jeruk yang dipasarkan di Sumatera Utara dinyatakan dalam satuan kg.


(34)

5. Harga jeruk ekspor adalah harga jeruk yang diekspor yang dikonversikan dalam rupiah.

6. Volumer jeruk ekspor adalah jumlah seluruh ekspor jeruk Sumatera Utara yang dinyatakan dalam satuan kg.

7. Harga jeruk domestik adalah harga jeruk Sumatera Utara dalam satuan Rupiah/kilogram.

Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2012.

3. Data yang diambil adalah data Statistik Perdagangan Ekspor Impor Sumatera Utara dari tahun 1998 hingga 2011.


(35)

DESKRIPSI WILAYAH

Gambaran Umum Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1º - 4º Lintang Utara dan 98º - 100º Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah Timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2 , sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, pulau-pulau batu serta beberapa pulau kecil di bagian barat maupun di bagian timur pantai pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,24 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km2 atau sekitar 6,09 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 km2

Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi ke dalam 3 kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga atau sekitar 0,02 persen dari total lus wilayah Sumatera Utara.


(36)

Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Samosir dan Kota Pematang Siantar.

Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.

Iklim

Karena dekat dengan garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,2 º C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, ebriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 20º C.

Sebagimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan September sampai dengan bulan Maret, di antara kedua musim ini diselingi dengan musim pancaroba.


(37)

Kondisi Penduduk Provinsi Sumatera Utara

Penduduk Sumatera Utara tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 berjumlah 12,98 juta jiwa, atau 5,46 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 237,64 juta jiwa dan merupakan urutan terbesar keempat secara nasional. Sedangkan tahun 2011 penduduk Sumatera Utara mencapai 13,10 juta jiwa, ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk bertambah sebesar 120 ribu jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,92 persen.

Indeks pembangunan Manusia (IPM) terus menunjukkan peningkatan dari 68,6 pada tahun 2002 menjadi 74,19 pada tahun 2010, lebih tinggi dibandingkan angka IPM nasional mencapai 72,27 atau berada pada peringkat kedelapan secara nasional. Tingkat kemiskinan berhasil ditekan dari 15,89 persen pada tahun 2003 menjadi 10,83 persen pada tahun 2011. Tingkat kemiskinan Sumatera Utara berada dibawah tingkat kemiskinan secara nasional yang sebesar 12,36 persen.


(38)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 (Jiwa)

Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 2010

01. N i a s 442.019 442.548 443.492 444.502 131.377

02. Mandailing Natal 413.750 417.590 423.712 429.889 404. 945

03. Tapanuli Selatan 629.212 637.312 263.812 265.855 263.815

04. Tapanuli Tengah 297.843 305.922 314.632 323.563 311.232

05. Tapanuli Utara 256.444 263.750 267.595 271.474 279.257

06. Toba Samosir 169.116 169.299 171.833 174.453 173.129

07. Labuhan Batu 987.157 1.007.185 1.027.964 417.584 415.110

08. A s a h a n 1.038.554 676.605 688.529 700.606 668.272

09. Simalungun 841.198 846.329 853.112 859.879 817.720

10. D a i r i 267.629 268.780 271.983 273.851 270.053

11. K a r o 342.555 351.368 360.880 370.619 350.960

12. Deli Serdang 1.634.115 1.686.366 1.738.431 1.788.351 1.790.431

13. L a n g k a t 1.013.849 1.027.414 1.042.523 1.057.768 967.535

14. Nias Selatan 271.026 271.944 272.848 273.733 289.708

15. Humbang Hasundutan 152.757 153.837 155.290 158.070 171.650

16. Pakpak Bharat 34.822 38.726 41.062 42.814 40.505

17. Samosir 130.662 131.205 131.549 132.023 119.653

18. Serdang Bedagai 605.630 618.656 630.728 642.983 594.383

19. Batu Bara x 373.836 382.474 389.510 375.885

20. Padang Lawas Utara x x 193.278 194 774 223.531

21. Padang Lawas x x 185.209 186 643 225.259

22. Labuhan Batu Selatan x x x 280.562 277.673

23. Labuhan Batu Utara x x x 351.620 330.701

24. Nias Utara x x x x 127.244

25. Nias Barat x x x x 81.807

26. S i b o l g a 91. 941 93.207 94.614 96.034 84.481

27. Tanjungbalai 156.475 159.932 163.679 167.500 154.445

28. Pematangsiantar 235.372 236.607 238.773 240.939 234.698

29. Tebing Tinggi 137.959 139.409 141.059 142.717 145.248

30. M e d a n 2.067.288 2.083.156 2.102.105 2.121.053 2.097.610

31. B i n j a i 244.256 248.256 252.652 257.105 246.154

32. Padangsidimpuan 181.865 185.132 188.499 191.912 191.531

33. Gunung Sitoli x x x x 126.202

Jumlah/Total

12.643.494 12.834.371 13.042.317 13.248.38

6 12.982.204 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2011

Dari Tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 1,6 persen, pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,58 persen, dan pada tahun 2010 mengalami


(39)

penurunan sebesar 2 persen. Ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi.

Dari Tabel 4. dapat dilihat ada daerah yang jumlah penduduknya yang semakin berkurang yaitu Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Asahan. Penurunan jumlah penduduk yang paling tinggi di Kabupaten Labuhan Batu adalah pada tahun 2009 yaitu menjadi 417.584 jiwa ini berkurang 59,37 persen dari tahun 2008. Penurunan jumalah penduduk yang paling tinggi Kabupaten Asahan adalah pada tahun 2007 yaitu menjadi 676.605 jiwa ini berkurang 34,85 persen dari tahun 2006.

Dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar kemudian diikuti oleh Kabupaten Deli Serdang dan dari Tabel juga dapat dilihat bahwa Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan dari tahun 2006 – 2010 selalu mengalami peningkatan jumlah penduduk. Sedangkan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit adalah kabupaten Pakpak Bharat, pada tahun 2010 jumlah penduduknya hanya 40. 505 jiwa.


(40)

Tabel 5. Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin

(%)

01. N i a s 64 .057 67 .320 131 .377 95,15 02. Mandailing Natal 199 .037 205 .908 404 .945 96,66 03. Tapanuli Selatan 131 .200 132 .615 263 .815 98,93 04. Tapanuli Tengah 156 .377 154 .855 311 .232 100,98 05. Tapanuli Utara 138 .156 141 .101 279 .257 97,91 06. Toba Samosir 86 .101 87 .028 173 .129 98,93 07. Labuhan Batu 209 .924 205 .186 415 .110 102,31 08. A s a h a n 335 945 332 .327 668 .272 101,09 09. Simalungun 407 .838 409 .882 817 .720 99,50 10. D a i r i 135 .004 135 .049 270 .053 99,97 11. K a r o 174 .418 176 .542 350 .960 98,80 12. Deli Serdang 901 .915 888 .516 1 .790 .431 101,51 13. L a n g k a t 487 .676 479 .859 967 .535 101,63 14. Nias Selatan 143 .988 145 .720 289 .708 98,81 15. Humbang Hasundutan 85 .344 86 .306 171 .650 98,89 16. Pakpak Bharat 20 .468 20 .037 40 .505 102,15 17. Samosir 59 .504 60 .149 119 .653 98,93 18. Serdang Bedagai 298 .614 295 .769 594 .383 100,96 19. Batu Bara 189 .328 186 .557 375 .885 101,49 20. Padang Lawas Utara 112 .357 111 .174 223 .531 101,06 21. Padang Lawas 112 .987 112 .272 225 .259 100,64 22. Labuhan Batu Selatan 141 .765 135 .908 277 .673 104,31 23. Labuhan Batu Utara 167 .154 163 .547 330 .701 102,21 24. Nias Utara 63 .061 64 .183 127 .244 98,25 25. Nias Barat 39 .146 42 .661 81 .807 91,76 71. S i b o l g a 42 .408 42 .073 84 .481 100,80 72. Tanjungbalai 77 .933 76 .512 154 .445 101,86 73. Pematangsiantar 114 .561 120 .137 234 .698 95,36 74. Tebing Tinggi 71 .892 73 .356 145 .248 98,00 75. M e d a n 1. 036 .926 1 .060 .684 2 .097 .610 97,76 76. B i n j a i 122 .997 123 .157 246 .154 99,87 77. Padangsidimpuan 93 .434 98 .097 191 .531 95,25 78. Gunung Sitoli 61 .839 64 .363 126 .202 96,08

Jumlah/Total 6. 483 .354 6 .498 .850 12 .982 .204 99,76 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan jumlah laki-laki dibagi dengan jumlah perempuan dikali 100 persen di dalam suatu daerah. Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010


(41)

adalah 6.483.354 jiwa (49,94 persen) dan perempuan adalah 6.498.850 jiwa (50,06 persen). Rasio jenis kelamin di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 adalah 99,76 persen ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki.

Perbandingan rasio jenis kelamin antara kabupaten/kota dapat dilihat bahwa terdapat 14 kabupaten/kota yang memiliki rasio jenis kelamin di atas 100 sedangkan sisanya berada di bawah 100. Rasio jenis kelamin terbesar adalah Kabupaten Labuhan Batu Selatan (104,31 persen) diikuti oleh Kabupaten Labuhan Batu (102,31 persen), dan Kabupaten Labuhan Batu Utara (102,21 persen).

Perkembangan Tanaman Jeruk Sumatera Utara

Tanaman jeruk tersebar di wilayah Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Utara sebagai sentra produksi. Perkembangan tanaman jeruk di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Jeruk Tahun 1997 – 2010 Provinsi Sumatera Utara

Tahun Produksi (ton) Luas Lahan (Ha) Produktivitas (ton/Ha)

2000 18.692,6 6.219 3,07 2001 19.535,2 10.354 2,81 2002 27.384,7 10.321 3,54 2003 43.198,1 11.215 2,69 2004 49.994,2 14.058 3,55 2005 58.657,6 12.920 4,54 2006 101.922,0 20.742 4,91 2007 96.314,0 14.860 6,48 2008 85.850,8 13.090 6,56 2009 72.879,6 12.086 6,03 2010 78.874,7 11.224 7,03


(42)

Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa produksi jeruk pada tahun 2000 sebanyak 113.229 ton kemudian pada tahun 2001 turun menjadi 110.763 ton. Pada tahun 2002 sampai tahun 2006 produksi jeruk Sumatera Utara mengalami peningkatan dan selanjutnya pada tahun 2007 dan 2010 produksi jeruk mengalami penurunan yang cukup signifikan. Luas lahan jeruk Sumatera Utara dari tahun Luas lahan tanaman jeruk pada tahun 2000 sampai tahun 2004 mengalami peningkatan yaitu 6.573 Ha pada tahun 2000 meningkat menjadi 14.058 Ha pada tahun 2004. Namun pada tahun 2005, luas lahan menurun menjadi 12.920 Ha dan meningkat kembali pada tahun 2006 menjadi 20.742 Ha. Pada tahun 2007 samapi 2010, luas lahan tanaman jeruk mengalami penurunan.

Deskripsi Variabel yang Diteliti

Pada bagian ini akan membahas perkembangan ekspor dan impor jeruk Sumatera Utara. Perkembangan yang diamati dalam jangka waktu sekitar empat belas tahun, mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2011.

Perkembangan Ekspor dan Impor Jeruk Sumatera Utara Ekspor Jeruk

Volume ekspor jeruk Sumatera Utara sangat berfluktuatif selama kurun waktu 1998 sampai 2011 dapat dilihat pada Tabel 7. berikut:


(43)

Tabel 7. Perkembangan Ekspor Jeruk tahun 1998 – 2011 Provinsi Sumatera Utara

Tahun Volume Ekspor (kg) Nilai CIF (US $)

1998 419.047 262.181

1999 390.049 184.589

2000 49.844 14.622

2001 77.759 19.553

2002 138.162 54.436

2003 68.165 16.732

2004 617.050 488.007

2005 307.776 133.317

2006 71.282 15.826

2007 2.301 1.588

2008 10.859 27.827

2009 164 63

2010 2011

2.123 984

1.330 1.313

Total 2.155.565 1.221.364

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1 diolah), 2012

Dari tabel 7. dapat dilihat bahwa ekspor jeruk pada tahun 1998 yaitu sebanyak 419.047 kg dan menurun pada tahun 1999 menjadi 390.049 kg dan pada tahun 2000 yaitu menjadi 49.844 kg kemudian pada tahun 2001 meningkat menjadi 77.759 kg dan meningkat pada tahun 2002 menjadi 138.162 kg. Pada tahun 2003, ekspor jeruk Sumatera Utara mengalami penurunan sebanyak 49,33% menjadi 68.165 kg dan tahun 2004 meningkat menjadi 617.050 kg dan menurun kembali pada tahun 2005 menjadi 307.776 kg. Pada tahun 2006 sampai tahun 2011 mengalami penurunan sehingga pada tahun 2011 mencapai 984 kg. Jumlah ekspor jeruk Sumatera Utara yang tertinggi adalah pada tahun 2004 yaitu sebanyak 617.050 kg dan jumlah ekspor yang paling rendah adalah 164 kg.

Untuk lebih jelasnya ekspor jeruk Sumatera Utara dapat disajikan pada grafik di bawah ini:


(44)

Gambar 3. Grafik Ekspor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1998 – 2011

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa ekspor jeruk Sumatera Utara setelah diberlakukannya EHP dalam CAFTA mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelum dilaksanakannya CAFTA. Hal ini disebabkan kualitas produksi jeruk lokal belum sesuai yang diinginkan pasar ekspor seperti besar dan warna buah yang tidak seragam atau jauh berbeda dengan produksi jeruk dari luar negeri.

Impor Jeruk

Volume impor jeruk Sumatera Utara sangat berfluktuatif selama kurun waktu 1998 sampai 2011. Volume eksopr jeruk Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

Volume jeruk ekspor (kg)


(45)

Tabel 8. Perkembangan Impor Jeruk tahun 1998 – 2011 Provinsi Sumatera Utara

TAHUN Volume jeruk impor (kg) Nilai CIF (US $)

1998 1999 804.027 706.341 350.569 138.945

2000 1.041.564 210.861

2001 590.291 156.799

2002 866.318 581.223

2003 883.258 841.460

2004 892.567 504.016

2005 1.181.602 787.611

2006 794.672 503.386

2007 1.647.913 987.552

2008 1.185.226 931.175

2009 1.355.371 1.110.170

2010 2011 1.296.081 2.292.489 1.117.426 1.935.387

Total 15.537.720 10.156.580

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 2 diolah), 2012

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa impor jeruk pada tahun 1998 sebanyak 804.027 kg dan menurun pada tahun 1999 menjadi 706.341 kg dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 1.041.564 kg kemudian pada tahun 2001 menurun menjadi 590.291 kg dan meningkat pada tahun 2002 menjadi 866.318 kg. Pada tahun 2003, impor jeruk Sumatera Utara mengalami peningkatan sebanyak 0,97% menjadi 883.258 kg dan tahun 2004 meningkat menjadi 892.567 kg dan meningkat kembali pada tahun 2005 menjadi 1.181.602 kg. Pada tahun 2006 mengalami penurunan dan 2007 meningkat kembali menjadi 1.647.913 kg dan tahun 2008 sampai tahun 2011 meningkat mencapai 2.292.489 kg . Volume impor jeruk Sumatera Utara yang tertinggi adalah pada tahun 2011 yaitu sebanyak 2.292.489 kg dan jumlah impor yang paling rendah adalah 590.291 kg.


(46)

Untuk lebih jelasnya impor jeruk Sumatera Utara dapat disajikan pada grafik di bawah ini:

Gambar 4. Grafik Impor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1997 – 2010 0

500000 1000000 1500000 2000000 2500000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Tahun

Volume jeruk impor (kg)


(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara

a. Sebelum CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Nilai ekspor dan impor jeruk Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 9. berikut ini:

Tabel 9. Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA

Tahun Nilai Ekspor Jeruk US $) Nilai Impor Jeruk (US $) Selisih

1998 1999 262.181 184.589 350.569 138.945 -88.388 45.644 2000 14.622 210.861 -196.239 2001 19.553 156.799 -137.246 2002 54.436 581.223 -526.787 2003 16.732 841.460 -824.728 2004 488.007 504.016 -16.009

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005 (Lampiran 4 dolah)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. berikut:

Gambar 5. Neraca Perdagangan Sumatera Utara Sebelum CAFTA

Berdasarkan Tabel 9. dan Gambar 5. dapat dijelaskan bahwa neraca

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Nilai Ekspor Jeruk (US $) Nilai Impor Jeruk (US $)


(48)

jeruk lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor jeruk setiap tahun. Dapat dilihat bahwa sebelum CAFTA, Sumatera Utara mengalami defisit dalam perdagangan jeruk.

b. Sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Nilai ekspor dan impor jeruk Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara Setelah CAFTA Tahun Nilai Ekspor Jeruk (US $) Nilai Impor Jeruk (US $) Selisih

2005 133.317 787.611 -654.294 2006 15.826 503.386 -487.560 2007 1.588 987.552 -985.964 2008 27.827 931.175 -903.348 2009 63 1.110.170 -1.110.107 2010

2011

1.330 1.313

1.117.426 1.935.387

-1.116.096 -1.934.074

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (Lampiran 5 diolah)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 6. Neraca Perdagangan Sumatera Utara Sesudah CAFTA

Dari Tabel 10. dan Gambar 6. dapat dilihat bahwa neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara setelah pelaksanaan CAFTA selalu mengalami defisit

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Tahun

Nilai Ekspor Jeruk (US $) Nilai Impor Jeruk (US $)


(49)

dimana nilai impor Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor jeruk Sumatera Utara.

Kondisi Perdagangan Jeruk Sumatera Utara Volume Jeruk Impor Sumatera Utara

Volume jeruk impor Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 11. ini:

Tabel 11. Kondisi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara Tahun

(Sampel)

Volume Jeruk Impor Sebelum CAFTA (kg)

Tahun (Sampel)

Volume Jeruk Impor Sesudah CAFTA (kg)

1998 804.027 2005 1.181.602 1999 706.341 2006 794.672 2000 1.041.564 2007 1.647.913 2001 590.291 2008 1.185.226 2002 866.318 2009 1.355.371 2003 883.258 2010 1.296.081 2004 892.567 2011 2.292.489

Total 5.784.366 9.753.354

Rataan 826.338 1.393.336,286

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 2 diolah)

Dari Tabel 11. dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan volume impor jeruk Sumatera Utara sebelum persetujuan CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

dengan volume impor setelah adanya CAFTA. Sebelum pemberlakuan CAFTA volume impor adalah 5.784.366 kg sedangkan setelah pemberlakuan CAFTA volume impor jeruk adalah sebanyak 9.753.354 kg. Sebelum dan sesudah CAFTA, volume impor jeruk meningkat sebesar 3.968.988 kg atau meningkat sekitar 25,54%. Dari Tabel 11 diperoleh rata-rata volume impor jeruk sebelum persetujuan CAFTA adalah 826.338 kg. Sedangkan rata-rata volume impor jeruk Sumatera Utara setelah CAFTA adalah 1.393.386,286 kg. Peningkatan jumlah impor ini disebabkan oleh persetujuan CAFTA yang telah menetapkan tarif impor


(50)

untuk jeruk menjadi 0% mulai tahun 2005 sampai sekarang sehingga impor buah bebas masuk ke Indonesia dan Sumatera Utara.

Tabel 12. Hasil Uji beda rata-rata berpasangan untuk volume jeruk impor Sumatera Utara

No Uraian N Rata-rata volume jeruk impor (kg)

t-hitung

df Sig. (2-tailed)

1 Volume impor jeruk sebelum CAFTA

7 8.2634E5

3,691 5 .010 2 Volume impor

jeruk Sesudah CAFTA

7 1.3933E6

Sumber:Lampiran 6a, 6b, 6c (diolah)

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa terjadi peningkatan volume impor jeruk Sumatera Utara antara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) yaitu sebesar 25,54 %. Dan untuk mengetahui apakah volume impor jeruk sebelum dan sesudah CAFTA tersebut berbeda nyata atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan uji beda rata-rata berpasangan dan dapat dilihat hasilnya seperti pada Tabel 12.

Pada Tabel 12. dapat dilihat bahwa nilai signifikansi volume impor jeruk sebelum CAFTA dan volume impor jeruk sesudah CAFTA sebesar 0,010 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara volume impor sebelum CAFTA dan volume impor sesudah CAFTA.

Hal ini juga dpat dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 12. diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,691 dan dari tabel t distribusi t- tabel sebesar 2,447 dimana t-hitung > t-tabel (3,691 > 2,447). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara volume jeruk impor sebelum CAFTA dan volume impor jeruk sesudah CAFTA.


(51)

Harga Jeruk Impor Sumatera Utara

Tabel 13. Harga jeruk impor sebelum dan sesudah CAFTA

Tahun

Harga Jeruk Impor Sebelum CAFTA

(Rp/Kg) Tahun

Harga Jeruk Impor Sesudah CAFTA

(Rp/kg)

1998 3.488,13 2005 6.558,14 1999 1.396,65 2006 5.788,16 2000 1.958,67 2007 5.476,77 2001 2.784,47 2008 7.618,47 2002 6.120,06 2009 8.522,01 2003 8.095,85 2010 7.832,70 2004 5.137,05 2011 7.669,83

Total 28.980,87 49.466,08

Rataan 4.140,12 7.066,58

Sumber: Badan Pusat Statistik (Lampiran 2 diolah)

Dari Tabel 13. dapat dilihat bahwa rata-rata harga jeruk impor sebelum CAFTA yaitu sebesar Rp. 4.140,- /kg dan setelah CAFTA, rata-rata harga jeruk impor adalah Rp. 7.067,-/kg. Rata-rata harga setelah CAFTA lebih mahal dibandingkan dengan harga jeruk impor sesudah CAFTA. Harga jeruk impor yang diperoleh disebabkan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dolar (US $) yang berfluktuatif setiap tahunnya.

Dan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara harga jeruk impor sebelum dan sesudah perjanjian CAFTA, maka dilakukan pengujian dengan uji beda rata-rata berpasangan, dan dapat dilihat hasilnya pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Uji beda rata-rata berpasangan untuk harga jeruk impor Sumatera Utara

No Uraian N Rata-rata harga jeruk impor (Rp)

t-hitung

Df Sig. (2-tailed)

1 Harga jeruk impor sebelum CAFTA

7 4.1397E3

-4.633 6 .004 2 Harga jeruk

impor Sesudah CAFTA


(52)

Dari Tabel 14. terlihat bahwa nilai signifikansi harga jeruk impor sebelum CAFTA dan harga jeruk impor sesudah CAFTA sebesar 0,004 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harga jeruk impor sebelum CAFTA dan harga jeruk impor sesudah CAFTA.

Hal ini juga dapat dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 12. diperoleh nilai t-hitung sebesar 4,633 dan dari Tabel distribusi t didapat t-Tabel sebesar 2,447 dimana t-hitung > t-Tabel (4,326 > 2,447). Maka terdapat perbedaan antara harga jeruk impor sebelum CAFTA dengan harga jeruk impor sesudah CAFTA,

Volume Ekspor Jeruk Sumatera Utara

Volume ekspor jeruk dibuat setiap tahun. Untuk volume ekspor jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara Sebelum dan Sesudah CAFTA

Tahun

Volume Jeruk Ekspor Sebelum

CAFTA (kg) Tahun

Volume Jeruk Ekspor Sesudah CAFTA (kg)

1998 419.047 2005 307.776

1999 390.049 2006 71.282 2000 49.844 2007 2.301 2001 77.759 2008 10.859 2002 138.162 2009 164 2003 68.165 2010 2.123 2004 617.050 2011 984

Total 1.760.076 395.489

Rataan 251.439,43 56.498,43


(53)

Dari Tabel 15. dapat dilihat bahwa penurunan yang cukup signifikan terjadi dalam jumlah rata-rata ekspor jeruk Sumatera Utara antara sebelum dan sesudah persetujusn CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).

Tabel 16. Hasil Uji beda rata-rata berpasangan untuk volume jeruk ekspor Sumatera Utara

No Uraian N Rata-rata volume ekspor (kg)

t-hitung

Df Sig. (2-tailed)

1 Volume ekspor jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA

7 2.5144E5

2,489 6 .047 2 Volume ekspor

jeruk Sumatera Utara Sesudah CAFTA

7 5.6498E5

Sumber: Lampiran 8 (diolah)

Dari Tabel 16. Dapat dilihat bahwa nilai signifikansi volume ekspor jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA dan volume ekspor jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA sebesar 0,047 < 0,05 . Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara volume ekspor jeruk sebelum CAFTA dengan volume ekspor jeruk sesudah CAFTA.

Hal ini juga dapat dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 16. diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,489 dan dari Tabel t distribusi didapat t-Tabel sebesar =2,447 dimana t-hitung > t-tabel (2,489 > 2,447). Maka terdapat perbedaan nyata antara volume ekspor jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA dengan volume ekspor jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA.


(54)

Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Tabel 17. Harga jeruk ekspor Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA

Tahun

Harga Jeruk Ekspor

Sebelum CAFTA (Rp/Kg) Tahun

Harga Jeruk Ekspor Sesudah CAFTA (Rp/kg)

1998 5.005,28 2005 4.261,78 1999 3.360,04 2006 2.028,70 2000 2.838,21 2007 6.307,14 2001 2.633,20 2008 24.849,27 2002 3.594,08 2009 3.996,75 2003 2.085,95 2010 5.691,50 2004 7.194,75 2011 12.122,57

Total 26.711,51 59.257,71

Rataan 3.815,93 8.465,39

Sumber: Badan Pusat Statistik (Lampiran 1 diolah)

Dari Tabel 17. dapat dilihat bahwa rata-rata harga jeruk ekspor sebelum CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah Rp. 3.816 sedangkan rata-rata harga jeruk ekspor setelah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah Rp. 8.465. Perbedaan rata-rata harga ini disebabkan oleh nilai tukar Rupiah terhadap US $ setiap tahunnya berfluktuasi sehingga harga juga begitu karena harga diperoleh dengan mengalikan nilai ekspor (US $) dengan kurs Rupiah.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) dapat dilihat pada Tabel 18.


(55)

Tabel 18. Hasil Uji beda rata-rata berpasangan untuk harga jeruk ekspor Sumatera Utara

No Uraian N Rata-rata harga jeruk ekspor (Rp)

t-hitung

Df Sig. (2-tailed)

1 Harga jeruk ekspor Sumatera Utara sebelum CAFTA

7 3.8156E3

1,518 6 .180 2 Harga jeruk

ekspor Sumatera Utara Sesudah CAFTA

7 8.4649E3

Sumber: Lampiran 9 (diolah)

Pada Tabel 18. dapat dilihat bahwa nilai signifikansi harga jeruk ekspor sebelum CAFTA dan sesudah CAFTA sebesar 0.180 > 0,05. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara harga jeruk ekspor sebelum CAFTA dengan harga jeruk ekspor setelah CAFTA.

Hal ini juga dapat dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 18. diperoleh nilai t-hitung sebesar 1,518 dan dari Tabel distribusi t didapat t-Tabel sebesar 2,447 dimana t-hitung < t-tabel (1,518 < 2,447). . Maka tidak terdapat perbedaan antara harga jeruk ekspor sebelum CAFTA dengan harga jeruk ekspor sesudah CAFTA.


(56)

Kondisi Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara

Tabel 19. Harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Tahun

Harga Jeruk EKspor

Sebelum CAFTA (Rp/Kg) Tahun

Harga Jeruk Ekspor Sesudah CAFTA (Rp/kg)

1998 3.687 2005 5.798

1999 4.456 2006 4.271

2000 3.000 2007 4.091

2001 3.150 2008 6.618

2002 3.244 2009 6.667

2003 4.597 2010 6.650

2004 5.548 2011 8.125

Total 27.682 42.220

Rataan 3.954,57 6.031,43

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 3 diolah)

Dari Tabel 19. dapat dilihat bahwa rata-rata harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah sebesar Rp. 3.955 sedangkan rata-rata harga jeruk domestik Sumatera Utara setelah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah sebesar Rp. 6.031.

Tabel 20. Hasil Uji beda rata-rata berpasangan untuk harga jeruk ekspor Sumatera Utara

No Uraian N Rata-rata harga jeruk domestik

(Rp)

t-hitung

Df Sig. (2-tailed)

1 Harga jeruk domestik Sumatera

Utara sebelum CAFTA

7 3.9546E3

4,238 6 .005 2 Harga jeruk

domestik Sumatera Utara Sesudah CAFTA

7 6.0314E3

Sumber:Lampiran 10a, 10b, 10c (diolah)

Dari Tabel 20. dapat dilihat bahwa nilai signifikansi harga jeruk domestik sebelum CAFTA dan sesudah CAFTA sebesar 0,005 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara harga jeruk domestik


(57)

Sumatera Utara sebelum CAFTA dengan harga jeruk domestik Sumatera Utara sesudah CAFTA.

Hal ini dapat juga dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 20. diperoleh nilai t-hitung sebesar 4,238 dan dari Tabel distribusi t diperoleh t-Tabel sebesar =2,447 dimana t hitung > t Tabel (4,237 > 2,447). Maka disimpulkan terdapat perbedaan antara harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum CAFTA dengan harga jeruk domestik sesudah CAFTA.


(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA mengalami defisit dimana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor.

2. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada harga ekspor jeruk Sumatera Utara Free Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volume impor jeruk Sumatera Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara, volume ekspor jeruk dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).dan harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Tade Area).

Saran

Kepada Pemerintah

Bagi pihak pemerintah, untuk melakukan upaya antisipasi melonjaknya buah impor dan juga meningkatkan produksi jeruk khususnya di Sumatera Utara.

Kepada Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi impor buah-buahan dalam pelaksanaan CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).


(59)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Anonimus, 2012. Jeruk

Ananingsih, Kristina. 2006. Mendongkrak Potensi Buah Lokal di Pasar Global. Jurnal Kajian Politik Lokal dan Sosial Humaniora: Renai.

Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Departemen Pertanian. 1978. Manajemen Usahatani 1 dan Tata Buku. Jakarta: C.V. Yasaguna. Badan Pusat Statistik. 1998. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara

dalam Angka 1998. Medan

Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 1999. Medan

Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2000. Medan

Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2001. Medan

Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2002. Medan

Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2003. Medan

Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2004. Medan

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2005. Medan

Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2006. Medan

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2007. Medan

Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2008. Medan

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2009. Medan


(60)

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2011. Medan

Badan Pusat Statistik. 2011. Indonesia dalam Angka 2011. Jakarta.

Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional. 2005. Analisis Dampak

CAFTA dan Kebijakan Perdagangan.

Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional. 2010. China ASEAN Free Trade Area.

Hady, hamdy. 2007. Ekonomi Internasional Buku-I EdisiRevisi Teori Kebijakan Perdagangan Internasional. Jakarta: GI.

Jiwayana. 2010. “CAFTA, Kesempatan atau Ancaman”, Kompas 6 Februari 2010. Kuncoro. 2012. SNI Penguat Daya Saing Bangsa Menghadapi China Asean Free

Trade Area (Cafta

(Diakses pada tanggal 25 April 2012)

Nasution, Syahrir Hakim dan Arifin Hamzah. 2008. Ekonomi Internasional. Medan: USU Press.

Ratnasari, Dian. 2012. Pengertian Ekspor dan Impor.

(daiakses tanggal 19 Oktober 2012).

Soelarso. 1996. Budidaya Jeruk. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Usman dan Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Walpole, E. Ronald. 1997. Pengantar Statistik Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(61)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Ekspor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1998 – 2011

Perhitungan Harga Jeruk Ekspor

HE = [ CIF (US $) / JE (Kg)] x Kurs (Rp/$) dimana :

HE = Harga ekspor (Rp/kg) CIF = Nilai ekspor (US $) JE = Volume ekspor (Kg)

Kurs = Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar (Rp/US$)

Tahun

Volume jeruk

ekspor (kg) Nilai (US $)

Kurs Rupiah (Rp/US $)

Harga Jeruk Ekspor (Rp/Kg)

1998 419.047 262.181 8.000 5.005,28 1999 390.049 184.589 7.100 3.360,04 2000 49.844 14.622 9.675 2.838,21 2001 77.759 19.533 10.482,5 2.633,20 2002 138.162 54.436 9.122 3.594,08 2003 68.165 16.732 8.498 2.085,95 2004 617.050 488.007 9.097,25 7.194,75 2005 307.776 133.317 9.838,75 4.261,78 2006 71.282 15.826 9.137,5 2.028,70 2007 2.301 1.588 9.139 6.307,14 2008 10.859 27.827 9.697 24.849,29 2009 164 63 10.404,25 3.996,75 2010 2.123 1.330 9.085 5.691,50 2011 984 1.313 9.085 12.122,57


(62)

Lampiran 2. Data Impor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1998 – 2011

Tahun

Volume jeruk impor

(kg) Nilai (US $) Kurs Rupiah

Harga Jeruk Impor (Rp/kg)

1998 804.027 350.569 8.000 3.488,13

1999 706.341 138.945 7.100 1.396,65

2000 1.041.564 210.861 9.675 1.958,67

2001 590.291 156.799 10.482,5 2.784,47

2002 866.318 581.223 9.122 6.120,06

2003 883.258 841.460 8.498 8.095,85

2004 892.567 504.016 9.097,25 5.137,05

2005 1.181.602 787.611 9.838,75 6.558,14

2006 794.672 503.386 9.137,5 5.788,16

2007 1.647.913 987.552 9.139 5.476,77

2008 1.185.226 931.175 9.697 7.618,47

2009 1.355.371 1.110.170 10.404,25 8.522,01

2010 1.296.081 1.117.426 9.085 7.832,70

2011 2.292.489 1.935.387 9.085 7.669,83

TOTAL 1.553.7720 1.0156.580

Perhitungan Harga Jeruk Impor

HI = [ CIF (US$) / JI (Kg)] x Kurs (Rp/$) dimana :

HI = Harga impor (Rp/kg) CIF = Nilai impor (US$) JI = Volume impor (Kg)


(63)

Lampiran 3. Data Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara TAHUN Harga jeruk domestik (Rp)

1998 3.687

1999 4.456

2000 3.000

2001 3.150

2002 3.244

2003 4.597

2004 5.548

2005 5.798

2006 4.271

2007 4.091

2008 6.618

2009 6.667

2010 6.650

2011 8.125

Lampiran 4. Data Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Tahun Nilai Ekspor Jeruk (US $) Nilai Impor Jeruk (US $) Selisih

1998 262.181 350.569 -88.388

1999 184.589 138.945 45.644

2000 14.622 210.861 -196.239 2001 19.533 156.799 -137.266 2002 54.436 581.223 -526.787 2003 16.732 841.460 -824.728 2004 488.007 504.016 -16.009

Lampiran 5. Data Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Tahun Nilai Ekspor Jeruk (US $) Nilai Impor Jeruk (US $) Selisih

2005 133.317 787.611 -654.294 2006 15.826 503.386 -487.560 2007 1.588 987.552 -985.964 2008 27.827 931.175 -903.348 2009 63 1.110.170 -1.110.107 2010 1.330 1.117.426 -1.116.096


(64)

Lampiran 6a. Statistik Volume Jeruk Impor Sumatera Utara Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 VolumeJerukImporSebelum

CAFTA 8.2634E5 7 1.45007E5 54807.46501 VolumeJerukImporSesudah

CAFTA 1.3933E6 7 4.70943E5 1.78000E5

Lampiran 6b. Koefisien Korelasi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 VolumeJerukImporSebelum

CAFTA &

VolumeJerukImporSesudah CAFTA


(65)

Lampiran 6c. Nilai Signifikansi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 VolumeJerukI

mporSebelum CAFTA – VolumeJerukI mporSesudah CAFTA

-5.66998E5 4.06395E5 1.53603E5 -9.42851E5

-1.91146E

5


(66)

Lampiran 7a. Statistik Volume Ekspor Jeruk Sumatera Utara Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 HargaJerukImporSebelum

CAFTA 4.1397E3 7 2419.05400 914.31647 HargaJerukImporSesudah

CAFTA 7.0661E3 7 1139.76992 430.79254

Lampiran 7b. Koefisien Korelasi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 HargaJerukImporSebelum

CAFTA &

HargaJerukImporSesudah CAFTA


(67)

Lampiran 7c. Nilai Signifikansi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 HargaJerukImpor SebelumCAFTA –

HargaJerukImpor SesudahCAFTA

-2.92643E3 1671.34435 631.70879 -4472.16429 -1380.69285 -4.633 6 .004

Lampiran 8a. Statistik Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 VolumeJerukEksporSebelum

CAFTA 2.5144E5 7 2.22936E5 84261.90764 VolumeJerukEksporSesudah


(68)

Lampiran 8b. Koefisien Korelasi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 VolumeJerukEksporSebelum

CAFTA

VolumeJerukEksporSesudah CAFTA

7 .388 .389

Lampiran 8c. Nilai Signifikansi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 VolumeJerukEkspor

SebelumCAFTA – VolumeJerukEkspor SesudahCAFTA

1.94941E5 2.07227E5 78324.40755 3288.07894 3.8659


(69)

Lampiran 9a. Statistik Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 HargaJerukEksporSebelumCAFTA 3.8156E3 7 1752.81477 662.50171

HargaJerukEksporSesudahCAFTA 8.4649E3 7 7887.13817 2981.05802

Lampiran 9b. Koefisien Korelasi Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 HargaJerukEksporSebelumCAFTA &


(1)

Lampiran 7a. Statistik Volume Ekspor Jeruk Sumatera Utara Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 HargaJerukImporSebelum

CAFTA 4.1397E3 7 2419.05400 914.31647

HargaJerukImporSesudah

CAFTA 7.0661E3 7 1139.76992 430.79254

Lampiran 7b. Koefisien Korelasi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 HargaJerukImporSebelum

CAFTA &

HargaJerukImporSesudah CAFTA


(2)

Lampiran 7c. Nilai Signifikansi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 HargaJerukImpor SebelumCAFTA –

HargaJerukImpor SesudahCAFTA

-2.92643E3 1671.34435 631.70879 -4472.16429 -1380.69285 -4.633 6 .004

Lampiran 8a. Statistik Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 VolumeJerukEksporSebelum

CAFTA 2.5144E5 7 2.22936E5 84261.90764

VolumeJerukEksporSesudah


(3)

Lampiran 8b. Koefisien Korelasi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 VolumeJerukEksporSebelum

CAFTA

VolumeJerukEksporSesudah CAFTA

7 .388 .389

Lampiran 8c. Nilai Signifikansi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 VolumeJerukEkspor

SebelumCAFTA – VolumeJerukEkspor SesudahCAFTA

1.94941E5 2.07227E5 78324.40755 3288.07894 3.8659


(4)

Lampiran 9a. Statistik Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 HargaJerukEksporSebelumCAFTA 3.8156E3 7 1752.81477 662.50171

HargaJerukEksporSesudahCAFTA 8.4649E3 7 7887.13817 2981.05802

Lampiran 9b. Koefisien Korelasi Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 HargaJerukEksporSebelumCAFTA &


(5)

Lampiran 9c. Nilai Signifikansi Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 HargaJerukEkspor

SebelumCAFTA – HargaJerukEkspor SesudahCAFTA

-4.64929E3 8104.02572 3063.03381 -12144.25945 2845.68802 -1.518 6 .180

Lampiran 10a. Statistik Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 HargaJerukDomestikSebelumCAFTA 3.9546E3 7 943.23978 356.51113


(6)

Lampiran 10b. Koefisien Korelasi Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 HargaJerukDomestikSebelumCAFTA &

HargaJerukDomestikSesudahCAFTA 7 .472 .285

Lampiran 10c. Nilai Signifikansi Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 HargaJerukDomesti

kSebelumCAFTA - HargaJerukDomesti kSesudahCAFTA