Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

10

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi
2.1.1

Pengertian Komunikasi
Komunikasi

adalah

proses

pertukaran

informasi

atau


proses

yang

menimbulkan dan meneruskan makna atau arti, berarti dalam komunikasi terjadi
penambahan pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi
sehingga mendapatkan pengetahuan (Dedy, 1994).
Carl I. Hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh perhatian pada
perubahan sikap. Menurutnya, ilmu komunikasi adalah “suatu usaha yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut
disampaikan informasi serta proses pembentuk pendapat dan sikap seseorang
(a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which
information is transmitted and opinions and attitudes are formed ).

Adapun mengenai komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai
“proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang
(biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku
orang lain (Hovland, 1953).
Ilmu komunikasi sendiri mempelajari dan meneliti adanya perubahan sikap
dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang

kepada orang lain (Purba, 2006).

10
Universitas Sumatera Utara

11

2.1.2

Tujuan Komunikasi
Guru besar Komunikasi Universitas UNPAD, Onong Effendy mengatakan

bahwa berdasarkan tujuannya, maka tujuan dari komunikasi terbagi empat yaitu:
1) Untuk mengubah sikap (to change the attitude )
2) Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion )
3) Untuk mengubah prilaku (to change the behavior )
4) Untuk mengubah masyarakat (to change the society)
2.1.3

Jenis-jenis Komunikasi

Menurut Tatik, dkk (2003), ada dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi

verbal dan nonverbal.
a) Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat
sehingga komunikasi verbal ini sama artinya dengan komunikasi kebahasaan dan
berbicara langsung dengan komunikan.
b) Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak meggunakan bahasa lisan
maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa tubuh, gesture, bahasa gambar, dan
bahasa sikap.

2.2 Komunikasi Persuasif
2.2.1

Pengertian Komunikasi Persuasif
Menurut Olson dalam (Severin, 2008) menyatakan bahwa komunikasi

persuasif didefenisikan sebagai “perubahan sikap akibat paparan informasi dari orang
lain“.

Universitas Sumatera Utara


12

Komunikasi persuasif adalah suatu proses komunikasi dimana terdapat usaha
untuk meyakinkan orang lain agar publiknya berbuat dan bertingkah laku seperti yang
diharapkan komunikator dengan cara membujuk tanpa melakukan pemaksaan (Dedy
dan Yasal, 1994).
Sikap pada dasarnya adalah tendensikita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa
suka/ tidak suka kita atas sesuatu. Konsep lain yang terkait dengan sikap adalah
keyakinan, atau pernyataan-pernyataan yang dianggap benar oleh seseorang.
Sikapsering dianggap memiliki tiga komponen yaitu komponen afektif, kesukaan atau
perasaan terhadap sebuah objek, komponen kognitif adalah keyakinan terhadap
sebuah objek, dan komponen prilaku berupa tindakan terhadap objek.
2.2.2

Prinsip Komunikasi Persuasif
Menurut Dedy, 1994 komunikasi persuasif adalah suatu proses komunikasi

dimana terdapat usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya berbuat dan
bertingkah laku seperti yang diharapkan komunikator dengan cara membujuk tanpa

memaksanya. Prinsip-prinsip komunikasi persuasif ada 5 (lima) prinsip, diantaranya:
1) Membujuk demi konsistensi
Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila
perubahan yang dianjurkan sejalan dengan kepercayaan, sikap, dan nilai sat ini.
Sikap didefenisikan sebagai predisposisi mengenai suka atau tidak suka. Nilai
sebagai pernyataan terakhir yang lebih abadi dari eksistensi atau mode yang luas
dari perilaku.

Universitas Sumatera Utara

13

2) Membujuk demi perubahan-perubahan kecil
Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila
perubahan yang dianjurkan khalayak merupakan perubahan kecil dan bukan
perubahan besar perilaku mereka.
3) Membujuk demi keuntungan
Khalayak lebih mungkin mengubah perilakunya apabila perubahan yang
disarankan akan menguntungkan mereka lebih dari biaya yang akan mereka
keluarkan.

4) Membujuk demi pemenuhan kebutuhan
Khalayak lebih mungkin untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan
yang disarankan berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan mereka.
5) Membujuk berdasarkan pendekatan-pendekatan gradual
Bergantung pada penerimaan khalayak terhadap perubahan yang disarankan
pembicara dalam kehidupan mereka. Pendekatan gradual menganjurkan yang
lebih memungkinkan untuk bekerja dibandingkan pendekatan yang meminta
khalayak untuk segera berubah perilakunya.
2.2.3 Bentuk Komunikasi Persuasif
Menurut Tatik (2003) dalam buku Komunikasi Kebidanan mengatakan bahwa
ada dua bentuk komunikasi yaitu:
a) Interpersonal Communication. Komunikasi interpersonal merupakan bentuk
komunikasi yang paling efektif karena komunikator dapat langsung bertatap

Universitas Sumatera Utara

14

muka, sehingga stimulus pesan atau informasi yang disampaikan komunikan,
langsung dapat direspon atau ditanggapi pada saat itu juga.

b) Intrapersonal communication Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang
terjadi dalam diri individu. Komunikasi tersebut akan membantu seseorang atau
individu agar tetap sadar akan kejadian di sekitarnya. Serta penyampaian pesan
seseorang kepada dirinya sendiri.
2.2.4 Proses Komunikasi Persuasif
Proses komunikasi persuasif dapat dilakukan dengan teori ADIDA yaitu teori
yang relevan yang digunakan dalam penelitian. Teori AIDDA adalah teori yang
disebut A-A Procedure atau Attention ro action Procedure .Teori AIDDA merupakan
akronim dari kata Attention (Perhatian), Interest (Minat), Desire (Keinginan),
Decision (Keputusan), dan Action (Tindakan). (Effendy, 1986).

Proses komunikasi persuasif tersebut melalui beberapa tahapan yang
mengandung pengertian bahwa proses komunikasi antar pribadi dalam pembentukan
sikap ibu dalam pemberian MP-ASI dimulai dengan membangkitkan perhatian,
dimana dalam hal ini, seorang bidan harus mengetahui cara yang tepat untuk menarik
perhatian ibu agar mereka memiliki minat melalui pesan yang berisi informasi yang
disampaikan bidan sehingga akan timbul keinginan dan akhirnya diambil keputusan
untuk bertindak terhadap pesan tersebut.
Teori AIDDA dalam komunikasi persuasif merupakan suatu poses psikologi
pada diri komunikan. Berdasarkan formula AIDDA ini, komunikasi persuasif

didahului dengan upaya membangkitkan perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan

Universitas Sumatera Utara

15

dalam gaya bicara dengan kata-kata yang merangsang tetapi juga dengan penampilan
(appearance) ketika menghadapai komunikan. Apabila ditinjau dari komponen
perubahan sikap yang terjadi pada diri manusia akibat terpaan pesan (Rakhmat, 1986)
yaitu:
a) Cognitive: Pesan yang disampaikan ditujukan pada pikiran komunikan. Hal ini
dilakukan agar komunikan tahu dan paham akan pesan yang disampaikan. Hal ini
sama dengan Attention dalam Teori AIDDA.
b) Afektif: Pada tahap ini tujuan komunikator tidak hanya supaya komunikan
tergerak hatinya hingga timbul perasaan tertentu seperti minat yang muncul
akibat adanya perhatian.
c) Behavioral: Dampak yang timbul adalah berupa tindakan atau kegiatan. Hal ini
sudah bisa mulai dilihat pada proses pengambilan keputusan.

2.3 Pengetahuan

2.3.1

Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita.Kita dapat

mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.Selain pengalaman,
kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga
didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

Universitas Sumatera Utara

16

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan
pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).

2.3.2

Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau

tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat
pengetahuan, yaitu :
1.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.

2.

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi.tersebut
secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi yang harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.

3.

Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di

Universitas Sumatera Utara

17

pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dini dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
4.

Analisis (analysis)
Analisis ialah kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5.

Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sitesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu
berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri atau menngunakan criteria-kriteria
yang telah ada.
Unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara

nyata terkandung dalam otaknya.Dalam lingkungannya ada bermacam-macam hal
yang dialami individu itu melalui penerimaan panca indranya, serta alat penerimaan
atau reseptor. Hal-hal yang dialaminya tersebut masuk ke dalam sel-sel otaknya
sehingga terjadi bermacam-macam proses fisik, fisiologi, dan psikolog, kemudian

Universitas Sumatera Utara

18

dipancarkan dan diproyeksikan individu tersebut menjadi suatu penggambaran
tentang lingkungan (Notoadmodjo, 2003).
2.3.3 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Dari berbagai macam-macam cara yang telah digunakan untuk dapat
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni:
a.

Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum

ditemukan metode ilmiah, yang meliputi:
1. Cara Coba Salah (Trial DanError )
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba
kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran.
2. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik
tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
3. Berdasarkan PengalamanPribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang
sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.

Universitas Sumatera Utara

19

4. Melalui JalanPikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan,
manusia telah menggunakan jalan fikiran.
b.

Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebihsistematis,

logis,

dan

ilmiah.

Cara

ini

disebut

metode

penelitian

ilmiah(Notoatmodjo, 2005).
2.3.4
1.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang
lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2001).
Singgih dalam Gunarso (1990) mengemukakan bahwa makin tua umur
seseorang maka proses–proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak secepat ketika
berusia belasan tahun.
Ahmadi (1997) juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang
itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
dengan bertambahnya umur

seseorang dapat

berpengaruh pada bertambahnya

Universitas Sumatera Utara

20

pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada umur–umur tertentu atau menjelang usia
lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang.
2.

Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992,
yang dikutip Nursalam, 2001).
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
(Notoatmodjo, 1993).
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut IB Marta (1997), makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Pendidikan diklasifikasikan menjadi :
a) Pendidikan tinggi

: Akademi/ Perguruan Tinggi

b) Pendidikan menengah

: SLTP/SLTA

c) Pendidikan dasar

: SD

Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya
tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Koentjaraningrat, 1997,
dikutip Nursalam, 2001).
Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang
dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna

Universitas Sumatera Utara

21

pesan, dan informasi yang disampaikan (Effendi, 1998).
3.

Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best teacher ),

pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman merupakan sumber pengetahuan,
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang
berbedabagi

setiap

individu,maka

pengalaman

mempunyai

kaitan

dengan

pengetahuan. Seseorang yang mempunyai pengalaman banyak akan dapat menambah
pengetahuan (Cherin, 2009).

2.4 Sikap
2.4.1

Pengertian Sikap
Menurut Notoadmodjo (2003) Sikap adalah reaksi atau respon tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap
merupakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Universitas Sumatera Utara

22

Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi : a) sikap positif yaitu :
sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, meyetujui terhadap normanorma yang berlaku dimana individu itu beda. b) sikap negatif yaitu: menunjukkan
penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana
individu berbeda.
2.4.2

Tingkatan Sikap
Sepertinya halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu . :

1.

Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).

2.

Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan
atau objek yang dihadapi.

3.

Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan
bahkan mangajak atau mempengaruhi orang lain merespons.

4.

Bertanggung jawab (responsible )
Sikap paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang
telah diyakininya.
Pengalaman sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

Universitas Sumatera Utara

23

terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat
dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau
“tidak setuju” tehadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.
2.5 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
2.5.1

Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Depkes RI (2007) mengatakan bahwa makanan tambahan atau makanan

pendamping ASI (MP- ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi disamping
ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan,
dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga, pengenalan dan
pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal
ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima
makanan.
Pemberian MP-ASI kepada bayi setelah umur 6 bulan (Narendra dkk, 2008)
adalah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk
keperluan hidup, memelihara kesehatan dan untuk aktivitas sehari-hari, menunjang
tercapainya pertumbuhan yang optimal, mendidik anak supaya memiliki kebiasaan
makan yang sehat, memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak.
Bayi yang siap menerima makanan padat selain ASI akan menunjukkan
tanda-tanda bahwa bayi akan lebih rewel dari biasanya, jangka waktu menyusui
menjadi lebih sering, bayi terlihat antusias ketika melihat orang lain sedang makan,

Universitas Sumatera Utara

24

sudah mulai memasukkan tangan ke mulut, bayi bisa didudukkan dan mampu
menegakkan kepala serta kemampuan refleks menelan sudak baik (Anggraini, 2010).
Lembaga UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberianASI Eksklusif
sampaibayi berumur enam bulan.Setelah itu anak harus diberi makanan padat dan
semi padat sebagai makanan tambahan selain ASI.ASI Eksklusif dianjurkanpada
beberapabulan pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung
banyakgizi yang diperlukan anak pada umur tersebut.
Pengenalan dini makanan yang rendah energi dan gizi atau yang disiapkan
dalam kondisi tidak higienis dapat menyebabkan anak mengalami kurang gizi dan
terinfeksi organisme asing, sehingga mempunyai daya tahan tubuh yang rendah
terhadap penyakit di antara anak-anak (Depkes, 2002).
MP-ASIdiberikan ketika bayi setelah berumur 6 bulan. Bayi setelah berumur
6 bulan akan membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng. Pada masa inilah bayi
memerlukan tambahan gizi yang tidak bisa dipenuhi oleh ASI sehingga pemberian
MP-ASI tepat diberikan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi yang baik.
MP-ASI juga dapat diberikan saat bayi harus dipisahkan dari ibu, misalnya ketika
ibusakit keras atau menderita penyakit menular (Prasetyono, 2009).
2.5.2

Jenis Makanan Pendamping ASI
WHO merekomendasikan pengenalan makanan padat pada bayi dilakukan

pada saat anak berumur 6 bulan karenapada umur tersebut ASI saja tidak mencukupi
bagi pertumbuhan anak yang optimal.Selama masa peralihan dari menyusui menuju
makanan pendamping, prevalensi kurang gizi diantara anak meningkat beberapa

Universitas Sumatera Utara

25

negara. Fenomena ini merupakan indikasi utama terhadap peningkatan infeksi dan
pemberian makanan yang kurang bergizi.
Pemberian nutrisi yang tepat termasuk variasi jenis makananan anak perlu
diyakini mengandung gizi yang cukup. Pada peralihan ke makanan yang sehat, anak
umur enam bulan atau lebih harus mendapat makanan padat dan semi padat setiap
hari.
MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti: tempe,
kacang-kacangan,telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah buahan. Jenisjenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah (Depkes RI, 2007) :
1) Buah- buahan Buah- buahan dapat diberikan setelah bayi berumur 6 bulan
dengan frekuensi 1-2 kali/ hari.
2) Makanan Lunak Makanan lunak adalah makanan yang berbentuk halus/ setengah
cair seperti bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri yang diberikan pada
bayi usia 6 bulan dengan frekuensi 2 kali/hari dan untuk 9-12 bulan 1 kali/hari.
3) Makanan Lembek Makanan lembek adalah makanan yang dihancurkan atau
disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lunak
seperti bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/dikerok, pepaya saring, tomat
saring, nasi tim saring, bubur saring yang diberikan pada bayi usia diatas 6-9
bulan dengan frekuensi 1 kali/hari dan untuk 6-9 bulan 2 kali/hari.
4) Makanan Padat Makanan padat adalah makanan pendamping berbentuk padat
yang tidak dianjurkan terlalu cepat diberikan pada bayi mengingat usus bayi

Universitas Sumatera Utara

26

belum dapat menerima dengan baik sehingga dapat mengganggu fungsi usus,
misalnya biskuit, telur, dan buah.
2.5.3 Manfaat Pemberian Makanan Pendamping ASI
Manfaat MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat gizi yang diperlukan
bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi secara terus-menerus.
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara
melihat kondisi pertambahan berat badan seorang anak, jika anak tidak mengalami
peningkatan maka menunjukkan bahwa kebutuhan energi bayi tidak terpenuhi (Diah,
2000).
Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan gizi, mencegah
risiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien. Anak mendapat makanan ekstra yang
dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dengan nutrien, memelihara kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani,
rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan
memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan
fisiologis bayi ( Husaini, 2001).
2.5.4 Kandungan Gizi Makanan Pendamping ASI
Persyaratan makanan tambahan untuk bayi antara lain: mengandung nilai
energi dan protein yang tinggi, memiliki suplementasi yang baik, yaitu mengandung
vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat, harganya relatif murah, sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan

Universitas Sumatera Utara

27

yang tersedia secara lokal, dan jenis MP-ASI disesuaikan dengan jenis sasaran
(Depkes RI, 2006).
Makanan tambahan bagi bayi dapat menghasilkan energi setinggi mungkin,
sekurang-kurangnya mengandung 360 kkal per 100 gram bahan. Syarat makanan
tambahan bagi bayi yaitu bersifat padat gizi dan mengandung serat kasar serta bahan
lain yang sukar dicerna diberikan seminimal mungkin, sebab serat kasar yang terlalu
banyak jumlahnya akan mengganggu pencernaan. Selain itu beberapa zat gizi yang
yang terkait erat dengan tumbuh kembang anak yang perlu diperhatikan antara lain
(Depkes,2006):
1) Kepadatan energi/densitas Tidak kurang dari 0,8 Kal per gram.
2) Protein Tidak kurang dari 2 gr per seratus Kalori dan tidak lebih dari 5.5 gr per
seratus Kal dengan mutu protein tidak kurang dari 70% Kasein standar. Nilai
Protein Energi % mempunyai range antara 10 – 18c. Lemak Kandungan Lemak
mempunyai jarak antara 1,5 gr – 4,5 gr per 100 Kal.
2.5.5

Prosedur Pemberian MP-ASI
Menurut WHO (2010), resiko yang mungkin muncul dengan pemberian MP-

ASI pada bayi sebelum umur 6 bulan tersebut akan dapat menimbulkan resiko
sebagai berikut:
a) Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini, makanan tersebut
dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI
lebih sedikit dan produksi ASI ibu akan lebih sedikit sehingga akan lebih sulit
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

Universitas Sumatera Utara

28

b) Anak mendapat faktor perlindungan dari ASI lebih sedikit sehingga resiko
infeksi meningkat.
c) Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.
d) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, bubur nya berkuah
dan sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung
penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.
Masalah obesitas juga sering dihubungkan dengan pemeberian MP-ASI yang
terlalu dini. MP-ASI yang diberikan pada bayi kebanyakan mengandung protein dan
lemak tinggi sehingga pada akhirnya akan berdampak pada konsumsi kalori yang
tinggi (Albar, 2007).
MP-ASI dini dan makanan pralaktal akan berisiko diare dan ISPA pada bayi.
Dengan terjadinya infeksi tubuh akan mengalami demam sehingga kebutuhan zat gizi
dan energi semakin meningkat sedangkan asupan makanan akan menurun yang
berdampak pada penurunan daya tahan tubuh. Pada suatu penelitian di Brazil Selatan
bayi-bayi yang diberi MP-ASI dini mempunyai kemungkinan meninggal karena
mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif (Utami, 2005).
Selain itu dapat menyebabkan ganguan pencernaan karena lambung dan usus
belum berfungi secara sempurna sehingga bayi menderita diare, yang apabila terus
berlanjut dapat berakibat buruk berupa status gizi yang kurang atau buruk bahkan
tidak jarang menyebabkan kematian.

Universitas Sumatera Utara

29

2.5.6

Faktor yang Memengaruhi Pemberian MP-ASI
Pemberian Makanan Tambahan ASI (MP-ASI) akan berkontribusi pada

perkembangan optimal seorang anak bila dilakukan secara tepat. Sebagai panduan
pemberian MPASI Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan empat hal
berikut ini:
1) Saat yang tepat pemberian makanan pada bayi merupakan upaya pengenalan
bertahap, mulai dari makanan murni cair (ASI), makanan lunak (bubur susu),
kemudian makanan lembek (tim saring), agak kasar, hingga makanan padat
(makanan orang dewasa) pada usia di atas 12 bulan. Pemberian yang terlalu dini
akan mengganggu penyerapan zat gizi. Sebaliknya, pengenalan yang terlambat
akan meningkatkan risiko kesulitan makan pada anak di fase berikutnya.
Informasi mengenai waktu pengenalan makanan yang dianjurkan bisa diperoleh
tidak hanya dari tenaga kesehatan, tapi juga dari internet, majalah dan buku
mengenai pemberian makan pada anak, serta informasi yang tercantum pada
KMS.
2) Adekuat (mencukupi). Makanan yang diberikan sebaiknya mengandung kalori,
protein, dan mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup karena
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Secara
sederhana, ini berarti memberikan makanan yang tidak hanya sekedar
mengenyangkan anak, tetapi secara seimbang juga memberikan kecukupan zat
gizi lain untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Misalnya pemberian nasi
dan kerupuk saja, walaupun secara kalori tidak berkekurangan dan tidak akan

Universitas Sumatera Utara

30

membuat, namun nilai gizinya perlu dipertanyakan karena asupan protein dan
mikronutrien terabaikan.
3) Bersih dan Aman. Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya
penting untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak.
4) Suasana psikososial yang menyenangkan. Pemberian makan pada anak bukan
hanya untuk memberikan asupan nutrisi, tetapi juga merupakan bentuk kasih
sayang. Di samping itu pengenalan beragam jenis makanan baik bentuk, tekstur,
bau, dan rasa adalah bagian dari upaya memberikan stimulasi/rangsangan pada
anak. Lebih jauh lagi, kemampuan makan adalah bagian dari tahapan
perkembangan seorang anak, sehingga dapat dikatakan bahwa pengenalan dan
pola pemberian makan adalah suatu proses pembelajaran, anak belajar
mengunyah serta mengulum, juga mengenal aroma dan rasa. Fungsi makan tidak
sesederhana memberikan asupan nutrisi saja, dan kegagalan pemberian makanan
bisa berdampak buruk di kemudian hari, maka suasana psikososial yang
menyenangkan mutlak diperlukan oleh seorang anak pada waktu makan.
2.5.7 Prinsip Pemberian MP-ASI pada Bayi
Tahun pertama khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang sangat
kritis dalam kehidupan bayi. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang berlangsung
dengan cepat, tetapi juga pembentukan psikomotor dan akulturasi terjadi dengan
cepat. ASI harus merupakan makanan utama pada masa ini. Biasanya makanan
tambahan ASI diperlukan pada trimerter ke dua yaitu pada anak setelah berumur

Universitas Sumatera Utara

31

enam bulan. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, berikanlah ASI saja sampai
bayi berumur 6 bulan (ASI Eksklusif).
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama 30
menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi (Depkes, 2000). Kolustrum harus segera diberikan kepada bayi
,walaupun jumlahnya sedikit namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi pada harihari pertama. Sebaiknya jangan memberikan makanan atau minuman seperti air
kelapa, air tajin, air the, madu, pisang, dan lain-lain pada bayi sebelum diberikan ASI
karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan
menyusui.
Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai jadwal mengkonsumsi ASI
yang tidak teratur, bayi bisa mengkonsumsi ASI sebanyak 6-12 kali atau lebih dalam
24 jam tanpa jadwal yang teratur. Menyusui bayi dapat dilakukan setiap 3 jam
alasannya karena lambung bayi akan kosong dalam waktu 3 jam sehabis menyusui.
Beberapa contoh menu sehat makanan untuk bayi sesuai dengan kebutuhan gizi
seperti berikut:
Tabel 2.1 Prinsip Pemberian MP ASI
Komponen
Jenis

USIA
6-8 bulan
9 - 11 bulan
12-24 bulan
1 jenis bahan dasar (6 3-4 jenis bahan dasar makanan keluarga
bulan) 2 jenis bahan (sajikan
secara
dasar (7 - 8 bulan)
terpisah
atau
dicampur)

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel 2.1 (Lanjutan)
Komponen
Tekstur

6-8 bulan
semi
cair
(dihaluskan), secara
bertahap
kurangi
campuran
air
sehingga
menjadi
semi padat

Frekuensi

USIA
9 - 11 bulan
Makanan
yang
dicincang halus atau
lunak
(disaring
kasar), ditingkatkan
sampai semakin kasar
sehingga
bisa
digenggam
Makanan utama 3-4
kali sehari, camilan 1
- 2 kali sehari
½ mangkok kecil atau
setara dengan 125ml

Makanan utama 2- 3
kali sehari, camilan 1
- 2 kali sehari
Porsi setiap Dimulai dengan 2 – 3
makan
sendok makan dan
ditingkatkan bertahap
sampai ½ mangkok
kecil atau setara
dengan 125 ml
ASI
Sesuka bayi
Sesuka bayi
Sumber : WHO, 2003

12-24 bulan
Padat

Makanan utama 3-4
kali sehari, camilan
1 - 2 kali sehari
¾
sampai
1
mangkok kecil atau
setara dengan 175 –
250
ml

Sesuka bayi

2.6 Kerangka Teori
Merujuk pada Widjaja (1986), komunikasi sebagai bentuk penyampaian pesan
maka perlu diketahui apakah pesan yang disampaikan telah efektif sampai kepada
sasaran komunikasi. Umpan balik dari komunikator ke komunikan dapat bersifat
langsung (Direct Feed-Back) maupun tidak langsung (Indirect Feed-Back), umpan
balik yang diberikan komunikan kepada komunikator diarapkan dapat melakukan
perubahan terhadap pengetahuan yang semakin baik sehingga sikap yang dapat
menerima dari pengetahuan yang bertambah sehingga berakibat terpapar dari
komunikasi persuasif yang dilakukan bidan terutama menyangkut pada pemberian
MP-ASI pada bayi usia 6 bulan ke atas.

Universitas Sumatera Utara

33

Umpan Balik

Komunikan

Komunikator

Pesan
Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.7 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antarvariabel yang ingin
diamati

atau

diukur

melalui

penelitian

yang

akan

dilakukan

(Notoatmodjo,2003).Kerangka konsep terdiri dari variabel independent dan variabel
dependent. Variabel independent konseling komunikasi persuasif bidan dan variabel
dependent pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI. Adapun kerangka
konsep ini bisa dilihat pada gambar dibawah ini :
Variabel Independent

Variabel Dependent
Pengetahuan ibu

Komunikasi Persuasif
Bidan
- Frekuensi
- Pesan

Sikap Ibu

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015

28 156 85

Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

2 71 86

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN.

0 2 6

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 18

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 9

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 4

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 19

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL

0 1 20

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015

1 1 13