Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bayi yang berusia 0-24 bulan berada pada masa pertumbuhan dan
perkembanganyang pesat, dalam dunia kesehatan tahap ini dikenal dengan periode
keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan
karena pesatnya perkembangan bayi mulai dari perkembangan fisik dan mental
namun bisa berubah menjadi periode kritis yang bisa mempengaruhi tumbuh
kembang bayi, baik pada saat ini maupun pada masa depan (Depkes, 2011).
Nutrisi yang mengandung gizi merupakan suatu proses organik yang
menggunakan asupan makanan secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan akhirnya pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk tumbuh kembang. Pemberian nutrisi pada anak sebenarnya harus
dimulai sejak dalam kandungan artinya, oleh karena itu ibu hamil harus mendapatkan
kebutuhan makan makanan yang bergizi seimbang (Depkes, 2010).
Ibu hamil mencukupi nutrisi selama hamil untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang janin melalui plasenta, setelah bayi lahir pemenuhan nutrisi selama
6 (enam) bulan pertama diberikan air susu ibu (ASI) Eksklusif. Setelah pemenuhan

ASI Eksklusif untuk 6 (enam) bulan pertama, maka pemenuhan tumbuh kembang
anak dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI). Hal ini
didukung dengan penelitian di Sri Lanka yang menunjukkan 73% bayi

1
Universitas Sumatera Utara

2

menerimamakananpendampingASI pada usia diatas 7 bulan, ibu yang memberikan
makana pendamping ASI pada anaknya memberikan MP ASI seperti nasi tim,biskuit,
dll. Dari data tersebut didapat 70% anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan
anak yang baik sesuai dengan usia anak (Depkes, 2010).
MP ASI adalah makananatau minumanyang mengandungzatgizi yang
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan untuk memenuhikebutuhangizi
selaindari ASI. MP-ASI adalah makanan bergizi yang diberikan untuk mendampingi
ASI kepada bayi berusia 6 bulan keatassampaianakberusia24bulan untuk mencapai
kecukupangizinya(DepkesRI,2006).
Pemberian MP ASI sebenarnya harus dilakukan pada bayi yang telah berusia
6 bulan ke atas, apabila pemberian MP ASI diberikan terlalu dini akan memicu

penurunkan konsumsi dan produksi ASI dan bayi dapat mengalami gangguan
pencernaan seperti diare dan juga dehidrasi. Asupan makanan dan minuman selain
ASI yang diberikan kepada bayi sebelum usia 6 bulan juga dapat mengakibatkan bayi
sering sakit dan memicu timbulnya alergi karena imunitas anak yang menurun
(Depkes RI, 2011).
Resiko pemberian MP ASI dapat terjadi pada bayi apabila terjadi kesalahan
dalam prosedur pemberian MP ASI yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bayi.Keterlambatan dalam pemberian MP ASI dapat menghambat
pertumbuhan bayi. Energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi setelah berusia 6 bulan ke atas, akibatnya dapat menghambat

Universitas Sumatera Utara

3

pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga dapat mengakibatkan defisiensi zat
besi dan gangguan imunitas pada anak (Pudjiadi, 2005).
Usia 6-12 bulan merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis
dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan. Karena itu semua
bayi pada masa ini harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya.Umur

6-12 bulan merupakan periode awal dalam pemberian makanan pendamping
ASI.Dalam periode pemberian makanan pendamping ASI, bayi tergantung
sepenuhnya pada perawatan dan jenis pemberian makanan pendamping ASI yang
ditentukan sepenuhnya oleh ibunya.
Prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia tahun 2010 sebanyak 20.96%
dan gizi kurang 8.96%. Menurut Biro Statistik Indonesia tahun 2010, pada penduduk
miskin, 54% gizi kurang pada bayi dan balita adalah penyebab utama kematian
kepada bayi dan balita.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012), menunjukkan bahwa
hampir semua semua bayi (96.3%) pernah mendapat ASI. Sebanyak 8% bayi baru
lahir mendapat ASI dalam 1 jam pertama setelah lahir dan 53% bayi mendapat ASI
pada hari pertama. Proporsi anak yang diberi ASI pada hari pertama mencapai 51%
dengan penolong bidan atau dokter kandungan sedangkan 67% anak mendapat ASI
pada hari pertama tanpa penolong/ dukun. Hal ini menunjukkan bahwa ada
pemberian tambahan selain ASI di bawah usia 6 bulan. Data SDKI tahun 2012
menunjukkan konsumsi pemberian MP ASI di bawah 6 bulan mencapai 35%.

Universitas Sumatera Utara

4


Berdasarkan laporan SDKI (2012), pemberian MP ASI telah diatur melalui
peraturan pemerintah dalam PP Nomor 3 tahun 2012. Dalam PP tersebut diatur tugas
dan tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan
program pemberian MP ASI untuk meningkatkan pemenuhan gizi pada bayi dan
anak, diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, untuk melaksanakan
advokasi dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program pemberian MP
ASI. Menindaklanjuti PP tersebut, telah diterbitkan Permenkes Nomor 15 tahun 2013
tanggal 18 Februari 2013 tentang tata cara pemberian MP ASI. Dalam rangka
keberhasilan pemberian MP ASI sampai tahun 2014, telah dilatih sebanyak 413bidan
sebagai konselor (Depkes,2012).
Sesuai dengan PP nomor 15 tahun 2013 setiap konselor diberikan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan konseling kesehatan. Oleh karena
itu, konselor harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi yang baik dengan
masyarakat. Komunikasi yang diharapkan dapat menggunakan komunikasi persuasif
antara petugas kesehatan dengan masyarakat, sehingga diharapkan informasi yang
diperoleh

dari


petugas

kesehatan

dapat

mempengaruhi

masyarakat

untuk

melaksanakan program kesehatan yang telah promosikan oleh petugas konselor
(Depkes, 2011).
Komunikasi persuasif merupakan suatu proses komunikasi dimana terdapat
usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya berbuat dan bertingkah laku
seperti yang diharapkan komunikator dengan cara membujuk tanpa melakukan
pemaksaan kepada klien atau ibu yang menyusui yang ingin memberikan MP ASI.

Universitas Sumatera Utara


5

Keterbukaan, empaty, kepositifan, dukungan, dan kesamaan adalah faktor
yang harus dimiliki oleh para pelaku komunikasi untuk menumbuhkan komunikasi
yang baik. Dengan komunikasi yang baik diharapkan mampu mempengaruhi
pengetahuan,sikap, pendapat, dan perilaku masyarakat yang menjadi sasaran program
peningkatan pemenuhan gizi pada anak melalui pemberian MP ASI (Ranisatuhu,
2010).
Komunikasi merupakan bagian penting dalam melakukan kegiatan untuk
mempromosikan dan mendukung kegiatan program pemerintah dalam mensukseskan
pemberian MP-ASI diatas usia 6 bulan.Gabungan ketiga dimensi antara dimensi
waktu (dari kehamilan hingga penyapihan), dimensi tempat (rumah, masyarakat dan
fasilitas pelayanan kesehatan) dan dimensi komunikator atau konselor yang baik,
akan memberikan dampak ganda terhadap keberhasilan program pemerintahdalam
menurunkan angka gizi kurang (Depkes RI, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Anyaet al. (2008) yang menyebutkan bahwa
penyampaian informasi melalui komunikasi persuasif yang tepat dapat meningkatkan
pengetahuan ibu melalui komunikasi persuasif. Nobiliet al. (2007) juga melakukan
penelitian di Milan menyebutkan bahwa dengan melakukan komunikasi persuasif

yang efektik antara petugas kesehatan dengan ibu menyusui dapat meningkatkan
pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI.
Kementerian

Kesehatan

menjelaskan

bahwa

komunikasi

persuasif

tentangpemberian MP-ASI merupakan cara yang tepat meningkatkan cakupan
pemberian MP-ASI guna menurunkan angka anak kurang gizi atau gizi buruk.

Universitas Sumatera Utara

6


Komunikasi persuasif merupakan komunikasi yang dapat digunakan tenaga kesehatan
untuk mengajak ibu untuk memberikan MP-ASI di atas usia> 6 bulan (Kemenkes,
2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) mengenaipemberian
MP-ASI dengan kenaikkan BB anak selama masa pertumbuhan didapat hasil dan
diketahui bahwa dengan komunikasi persuasive dapat meningkatkan pengetahuan ibu
tentang pentingnya pemberian MP-ASI pada usia> 6 bulan bukan < 6 bulan.
Penelitian William (2006) menyimpulkan bahwa dengan komunikasi
persuasif yang dilakukan tenaga kesehatan pada saat konseling dapat mempengaruhi
pengetahuan dan sikap ibu untuk mematuhi karena menerima ajakan yang diberikan
tenaga kesehatan untuk memberikan MP-ASI > usia 6 bulan, karena berdasarkan
penelitian Wiliam (2006) diketahui bahwa pemberian MP-ASI < usia 6 bulan
beresiko kepada anak untuk menderita kelainan sistem pencernaan.
Berdasarkan surveyawal yang dilakukan oleh peneliti di Desa Pasar Maga
Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Natal, diperoleh data
laporan kesehatan dari Puskesmas Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2015 bahwa sebanyak 51% ibu yang sedang menyusui, dari
data laporan tersebut dapat dilihat bahwa ibu yang memberikan MP ASI di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Lembah sorik Merapi Kabupaten Mandailing Natal di

bawah usia 6 bulan sebanyak 26%, sedangkan yang memberikan MP ASI di atas 6
bulan sebanyak 15%. Berdasarkan data laporan kesehatan puskesmas kecamatan
lembah sorik kabupaten mandailing natal didapat data bahwa jumlah tenaga

Universitas Sumatera Utara

7

kesehatan mencapai 38 orang yang terdiri dari 3 dokter, 31 bidan, 4 mantri
kesehatan.Hasil survei awal ditemukan informasi bahwa bidan juga memberikan
informasi dan mengajak ibu yang menyusui dengan melakukan pendekatan
komunikasi persuasif pada saat posyandu untuk dapat memberikan MP ASI pada
bayinya diatas usia> 6 bulan. Selain itu, bidan juga memberikan informasi dan
mengajak ibu yang menyusui untuk memberikan MP ASI pada saat ibu melakukan
pengobatan atau kunjungan ke Puskesmas dengan wilayah kerja Desa Pasar Maga
Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Natal.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada 20 ibu yang
menyusui anaknya.Didapat informasi dari 20 ibu yang menyusui didapat informasi
penjelasanhanya 9 (sembilan) ibu yang mengatakan memberikan makanan tambahan
pendamping ASI diatas usia 6 bulan, karena ibu tersebut mengatakan mendapatkan

informasi yang jelas dan anjuran dari bidannya sehingga ibu menyusui tersebut
memberikan makanan pendamping ASI diatas usia 6 bulan. Ibu tersebut memberikan
makanan pendamping ASI tersebut dengan pemberian makanan tambahan seperti air
putih, nasi TIM dan roti sereal.

Sedangkan, 11 (sebelas) ibu yang menyusui

mengatakan memberikan makanan pendamping ASI dibawah usia 6 bulan, karena ibu
tersebut tidak mendapatkan informasi yang jelas serta ajakan yang pasti untuk
memberikan makanan pendamping ASI diatas usia 6 bulan.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka peneliti ingin
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap

Universitas Sumatera Utara

8

Pengatahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP ASI di Desa Pasar Maga
Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Natal”
1.2 Permasalahan

Permasalahan

dalam

penelitian

ini

adalah

bagaimanakah

pengaruh

komunikasi persuasif bidan terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian
MP-ASI di desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang dari kegiatan penelitian ini adalah mengetahui Pengaruh
komunikasi persuasif bidan terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian
MP-ASI di desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2016.

1.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian latarbelakang dan permasalahan yang ada dalam
penelitian ini, maka peneliti menggunakan hipotesis penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh komunikasi persuasif bidan yang signifikan terhadap pengetahuan
ibu tentang pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik
Merapi Kabupaten Mandailing Natal.

Universitas Sumatera Utara

9

2. Ada pengaruh komunikasi persuasif bidan yang signifikan terhadap sikapibu
tentang pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi
Kabupaten Mandailing Natal.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi responden
Sebagai bahan masukan dan informasi kepada ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI yang benar kepada bayi.
2. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada petugas kesehatan khususnya bidan untuk terus
memberikan edukasi yang efektif dengan menggunakan komunikasi persuasif
dalam pemberian informasi mengenai pemberian MP-ASI kepada bayi.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kab. Mandailing Natal
Memberikan masukan bagi pemerintah khususnya Dinas Kesehatan di Kabupaten
Mandailing Natal, untuk terus melakukan pelatihan komunikasi persuasif kepada
bidan dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif dan mensukseskan
program pemerintah untuk pemberian MP- ASI diatas usia 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015

28 156 85

Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Huta Rakyat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

2 71 86

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN.

0 2 6

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 18

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 24

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 4

Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI di Desa Pasar Maga Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Tahun 2016

0 0 19

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL

0 1 20

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015

1 1 13