Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN

MANDAILING NATAL TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

ESKALILA SURYATI NIM : 121021082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN

MANDAILING NATAL TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ESKALILA SURYATI NIM : 121021082

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRACT

Tetanus is primary cause of maternal and neonatal mortality .The coverage of TT immunization in Health centers Maga sub district of Lembah Sorik Marapi is lower. In 2014,of the 210 pregnant women, TT1 immunization coverage was 34(16,2%) and TT2’s was 25 (11,9%)

This study aims to determine the relationship between knowledge and attitude with Tetanus Toxoid Immunization in the sub district Health centers Maga Lembah Sorik Marapi, Mandailing Natal. This type of this research is observational study with cross-sectional design. Samples based on total sampling are all pregnant women with gestational age more than 8 months in the working area health centers Maga as many as 42 people. Analysis of data using chi-square statistical test using 95% confident level (α=0,05)

The result showed that there was a correlation between knowledge (p=0,027) and attitude (p=0,008)of pregnant women with TT immunization for pregnant women in sub-district Health centers Maga Lembah Sorik Marapi Mandailing Natal.

Public health center is expected to boost the function of promotion to increase public knowledge about TT immunization and improve health service so as to improve immunization coverage.


(5)

ABSTRAK

Tetanus merupakan penyebab utama kematian maternal dan neonatal. Cakupan imunisasi TT di Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi masih rendah.Pada Tahun 2014 jumlah ibu hamil sebanyak 210 orang yang mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 34 orang (16,2%),dan Imunisasi TT2 sebanyak 25 orang (11,9%).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini berdasarkan total sampling adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 8 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Maga berjumlah 42 orang. Analisis data menggunakan uji chi-squaredengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,027) dan sikap (p=0,008) ibu hamil dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan fungsi promotif untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi TT dan meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eskalila Suryati

Tempat, Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 02 Maret 1982

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Jumlah Angota Keluarga : 5 (lima) orang, anak ke- 3 dari 5 bersaudara

Nama Ayah : Ngatimun

Nama Ibu : Suyati

Alamat Rumah : Jln. Nusantara Gg. Sejahtera No. 04.

Keluran Pidoli Dolok Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1988-1994 : SD Negeri 147985 Padangsidimpuan

2. Tahun 1994-1997 : Madrasah Tsanawiyah Negeri Padangsidimpuan 3. Tahun 1997-2000 : SPK Dep.Kes RI Padangsidimpuan

4. Tahun 2001-2004 : Politeknik Kesehatan Dep.Kes RI Jurusan Kebidanan Padangsidimpuan

5. Tahun 2012-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 2005-sekarang : Staf Puskesmas Panyabungan Jae


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid diWilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik berupa moril maupun material. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan nasehat dan informasi selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santoso MS, Ph.D, selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan dan informasi selama dalam perkuliahan.

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

4. Ibu Asfriyati, SKM. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang begitu banyak meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan bijaksanaan memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis untuk kebaikan skripsi ini. 5. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan dan

saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen pengajar dan Staf Administrasi di Departen Kependudukan Dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak drg. Ismail Lubis, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

8. Ibu dr. Muannah sebagai Kepala Puskesmas Maga Kecamatan Lembah sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal dan para Staf Puskesmas Maga.

9. Ayahanda Ngatimun dan Ibunda Suyati tersayang, serta kakak, abang dan adekku tersayang yang banyak telah memberikan dukungan semangat, motivasi dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Suamiku tercinta H. Ilham Andika Hasibuan, S.Kep, Ns dan anakku tersayang, Bilqis Haya Aqila Hasibuan, Nazla Hanifa Aqila Hasibuan dan Malikha Zahira Aqila Hasibuan yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku tercinta di peminatan Kependudukan dan Kesehatan Reprosuksi, rekan-rakan seperjuangan yang ada di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat selesai.


(9)

Semoga semua pihak yang telah banyak membantu penulisan ini mendapat rahmat dan hidayah dari ALLAH SWT.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperkaya materi skripsi ini.

Dan akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan masukan bagi kita semua dan semoga ALLAH SWT, senantiasa melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin ya robbal alamin.

Medan, Oktober 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan.……… ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar isi... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Skema ... xi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Hipotesis Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid ... 7

2.1.1 Defenisi ... 7

2.1.2 Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid ... 8

2.1.3 Sasaran Program Imunisasi TT ... 9

2.1.4 Manfaat Imunisasi TT ... 9

2.1.5 Dosis Pemberian Imunisasi TT ... 9

2.1.6 Jadwal Pemberian Imunisasi TT ... 10

2.1.7 Efek samping Imunisasi TT ... 10

2.1.8 Keberhasilan Imunisasi TT ... 11

2.1.9 Kontraindikasi Imunisasi TT ... 12

2.1.10 Tempat Pelayanan ... 12

2.2 Tetanus ... 13

2.2.1 Defenisi ... 13

2.2.2 Etiologi Tetanus ... 14

2.2.3 Faktor Resiko ... 14

2.2.4 Masa Inkubasi Tetanus ... 16

2.2.5 Patogenesis ... 16

2.2.6 Gejala Klinis ... 17

2.2.7 Pencegahan ... 18

2.3 Pengetahuan ... 19

2.3.1 Defenisi ... 19

2.3.2 Pentingnya Pengetahuan ... 20

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 21

2.4 Sikap ... 22

2.4.1 Defenisi ... 22


(11)

2.4.4 Pengukuran Sikap ... 24

2.5 Praktek atau Tindakan ... 26

2.6 Kerangka Konsep ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian…...…...……… ... 28

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian... 28

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5 Defenisi Opresional ... 31

3.6 Aspek Pengukuran ... 31

3.7 Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Puskesmas Maga ... 35

4.2 Analisis Univariat... 35

4.2.1 Umur ... 36

4.2.2 Pendidikan Terakhir ... 36

4.2.3 Pekerjaan ... 37

4.2.4 Paritas ... 37

4.2.5 Pengetahuan ... 38

4.2.6 Sikap ... 40

4.2.7 Pemberian Imunisasi TT ... 41

4.3 Analisis Bivariat ... 42

4.3.1 Hub Pengetahuan Dgn Pemberian Imunisasi TT ... 42

4.3.2 Hubungan Sikap Dangan Pemberian Imunisasi TT ... 43

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian Imunisasi TT ... 44

5.2 Hubungan Sikap Dengan Pemberian Imunisasi TT ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Master Data

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Statistik

Lampiran 4. Surat Permohonan Survei Pendahuluan Lampiran 5. Surat Izin Survai Pendahuluan

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid ... 11 Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Inttrumen

Variabel Pengetahuan ... 30 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Inttrumen

Variabel Sikap ... 30 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendididkan

Terakhir ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 37 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas ... 37 Tabel 4.5 Distribusi Frekwensi Jawaban Responden Berdasarkan .

Pengetahuan ... 38 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 39 Tabel 4.7 Distribusi Frekwensi Jawaban Responden Berdasarkan

Sikap... 40 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan sikap ... 41 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi

Tetanus Toksoid ... 42 Tabel 4.10 Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan

Pemberian Imunisasi TT ... 42 Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Sikap Dengan Pemberian


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

ABSTRACT

Tetanus is primary cause of maternal and neonatal mortality .The coverage of TT immunization in Health centers Maga sub district of Lembah Sorik Marapi is lower. In 2014,of the 210 pregnant women, TT1 immunization coverage was 34(16,2%) and TT2’s was 25 (11,9%)

This study aims to determine the relationship between knowledge and attitude with Tetanus Toxoid Immunization in the sub district Health centers Maga Lembah Sorik Marapi, Mandailing Natal. This type of this research is observational study with cross-sectional design. Samples based on total sampling are all pregnant women with gestational age more than 8 months in the working area health centers Maga as many as 42 people. Analysis of data using chi-square statistical test using 95% confident level (α=0,05)

The result showed that there was a correlation between knowledge (p=0,027) and attitude (p=0,008)of pregnant women with TT immunization for pregnant women in sub-district Health centers Maga Lembah Sorik Marapi Mandailing Natal.

Public health center is expected to boost the function of promotion to increase public knowledge about TT immunization and improve health service so as to improve immunization coverage.


(15)

ABSTRAK

Tetanus merupakan penyebab utama kematian maternal dan neonatal. Cakupan imunisasi TT di Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi masih rendah.Pada Tahun 2014 jumlah ibu hamil sebanyak 210 orang yang mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 34 orang (16,2%),dan Imunisasi TT2 sebanyak 25 orang (11,9%).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini berdasarkan total sampling adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 8 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Maga berjumlah 42 orang. Analisis data menggunakan uji chi-squaredengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,027) dan sikap (p=0,008) ibu hamil dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan fungsi promotif untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi TT dan meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar meningkatnya darajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta bermanfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. (Renstra Kementerian Kesehatan, 2010).

Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan disegala bidang kesehatan. Seperti yang tercantum dalam Pemikiran Dasar Sistem Kesehatan Nasional, bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh masyarakat untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. (Depkes RI, 2008).

Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan millennium atau Millennium Development Goals (MDGs) nomor 4 (empat), yaitu menurunkan angka kematian ibu dan anak sampai dua-pertiganya pada tahun 2015. Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kuaalitas anak berperan penting sejak masa dini


(17)

kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita. (Renstra Kementerian Kesehatan, 2010).

Kelangsungan hidup anak itu sendiri dapat diartikan bahwa anak, hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan. (Prawirohardjo, 2009).

Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2005-2006 yang disusun oleh WHO (World Health Organization) yang bekerja sama dengan Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakam penyebab utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan Negara maju.

Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian karena cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah. (Depkes RI-WHO, 2010). Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang merupakan salah satu program dari Puskesmas. Bila ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dapat menyebabkan bayi rentan terhadap penyakit Tetanus Neonatorium. Pada saat ibu memeriksakan kehamilan, ibu hamil diberikan suntikan imunisasi Tetanus Toksoid. Pemberian vaksin tetanus toksoid melalui suntikan diperlukan untuk melindungi ibu dan bayi terhadap Tetanus Neonatorium. Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih banyak ibu hamil yang belum


(18)

mengetahui manfaat imunisasi TT bagi ibu itu sendiri dan bayi yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara pemberian imunisasi TT1 dan TT2.

Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan tahun 2014, cakupan imunisasi TT di Indonesia masih tergolong cukup rendah, ini dapat dilihat dengan jumlah ibu hamil sebanyak 5.290.235 yang melakukan TT1 sebanyak 1.239.173 (23,4%) dan untuk TT2 sebanyak 1.155.907 (21,8%). (Kemenkes RI, 2014).

Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk mencapai 12.985.075 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan 6.506.024 jiwa. Cakupan imunisasi Tetanus Toksoid tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 331.834, pencapaian imunisasi TT1 131.034 (39,6%) dan TT2 112.027 (33,8%). Pada tahun 2014 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 338.258 untuk TT1 38.689 (11.4%) dan TT2 35.548 (10,5%). (Dinkes Propsu, 2015).

Kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu hamil untuk melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dengan rendahnya cakupan imunisasi Tetanus Toksoid. Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 12.500 orang dengan cakupan imunisasi TT1 538 (4,3%) dan TT2 1.522 (12,2%) dan pada tahun 2014 dengan jumlah ibu hamil sebesar 16.407 dengan cakupan imunisasi TT1 318 (1,9%) dan TT2 274 (1,7%).

Untuk wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi dengan jumlah penduduk 19.018 jiwa dengan wilayah kerja 9 Desa,Pada Tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 226 yang melakukan imunisasi TT1 sebanyak 42 (18,6%), yang melakukan TT2 sebanyak 31 (13,7%) dan pada tahun 2014 dengan jumlah ibu


(19)

hamil sebanyak 210 yang melakukan imunisasi TT1 sebanyak 34 (16,2%),dan yang melakukan TT2 sebanyak 25 (11,9%).

Keberhasilan program imunisasi masih terdapat kendala yang berpotensi menurunkan pencapaian imunisasi yang dapat berakibat dalam peningkatan kasus/kejadian Luar Biasa (KLB) sampai wabah yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).Terdapat kasus Tetanus Neonatorum (TN) dibeberapa wilayah Indonesia, pada tahun 2013 terdapat 119 kasus tetanus neonatorum, sebanyak 83 kasus tetanus neonatorum dengan status imunisasinya tidak di imunisasi TT. Untuk tahun 2014 kasus Tetanus Neonatorum sebanyak 84 kasus, terdapat 54 kasus dengan status tidak di imunisasi. Untuk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 terdapat 3 kasus Tetanus Neonatorum dan pada tahun 2014 Provinsi Sumatera Utara terdapat 1 kasus. (Kemenkes RI, 2014).

Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2013 khususnya wilayah kerja Puskesmas Maga terdapat 1 kasus dengan status imunisasi tidak diiimunisasi, sedangkan pada tahun 2014 Kabupaten Mandailing Natal masih ditemukan 1 kasus terdapat diluar wilayah kerja Puskesmas Maga.

Upaya ekselerasi eliminasi Tetanus Neonatorum ditargetkan dapat menurunkan insiden Tetanus Neonatorum hingga kurang 1 per 1000 kelahiran hidup pertahun. Namun sampai sekarang kejadian Tetanus Neonatorum masih dijumpai dan tidak dapat teratasi. Walaupun program imunisasi TT telah dilaksanakan, tetapi jangkauan imunisasi TT bagi ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Maga masih jauh dari harapan, disebabkan masih kurangya informasi tentang manfaat dan pelaksanaan program imunisasi TT.


(20)

Faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi TT diwilayah kerja Puskesmas Maga adalah kurangnya kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Maga serta rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap imunisasi TT walau imunisasi tersebut dapat diperoleh secara gratis ditempat pelayanan kesehatan pemerintah.

Dari uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka ditemukan masalah rendahnya cakupan imunisasi Tetanus Toksoid diwilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

1.4 Hipotesis Penelitian


(21)

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil.

2. Ada hubungan antara sikap ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat sebagai informasi / masukan kepada ibu-ibu hamil untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khusus diwilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi

2. Untuk tenaga kesehatan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 2.1.1 Defenisi

Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal atau resisten. Ibu hamil, bayi dan anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. (Depkes RI 2005). Imunisasi menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) adalah suatu cara untuk meingkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpapar pada antigen serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan kuman penyakit yang telah dibuat lemah kepada seseorang agar tubuh dapat membuat antibody sendiri terhadap kuman penyakit yang sama (WHO, 2002 dan IDAI, 2008).

Imunisasi adalah untuk memicu imunitas dengan cara memasukan kuman yang sudah dilemahkan kedalam tubuh dengan tujuan untuk menimbulkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, imunisasi diberikan kepada balita atau ibu hamil untuk mencegah penyakit PD3I (Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sehingga jika terpapar dengan penyakir tersebut tidak akan sakit berat atau sakit ringan (Depkes RI 2005).

Vaksin adalah antigen yaitu dapat berupa bibit penyakit yang sudah dilumpuhkan atau dimatikan (bakteri, virus atau riketsia), dapat berupa tiroid dan rekayasa genetika (rekombinasi) (Depkes RI, 2004). Vaksin Tetanus Toksoid (TT) adalah vaksin yang mengandung toksoid kuman tetanus yang telah dilemahkan dan dimurnikan yang terabsorbsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Vaksin Tetanus Toksid dipergunakan


(23)

untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan cara mengimunisasi ibu yang sedang hamil, dan juga untuk mencegah tetanus.

Berdasarakan dari cara timbulnya, maka terdapat dua jenis kekebalan. (IDAI, 2002) yaitu :

a. Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh

b. Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif yaitu kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpapar pada antigen seperti pada manusia (antara lain imunisasi TT), atau terpapar secara ilmiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lama karena adanya memori imunologik. Tetanus Toksoid (TT) adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apa bila ibu hamil mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

2.1.2 Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid

Tujuan diberikannya imunisasi Tetanus Toksoid antara lain : untuk melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum, melindungi ibu terhadap kemungkinan tetaus apabila terluka, pencegahan penyakit pada ibu hamil dan bayi kebal terhadap kuman tetanus, serta untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada bayi baru lahir.


(24)

2.1.3 Sasaran Program Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Untuk pelayanan program imunisasi tetanus toksoid (TT) dilakukan pada ibu hamil, diberikana 2 kali dengan jarak waktu paling sedikit 1 bulan antara dosis pertama dan dosis kedua. Sebaiknya dosis kedua diberikan paling lambat satu bulan sebelum melahirkan agar menimbulkan kekebalan yang mantap.

2.1.4 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil adalah :

a. Bagi Bayi : untuk melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum.

b. Bagi Ibu Hamil : melindungi ibu hamil terhadap kemungkinan terjadinya tetanus apabila terluka pada saat persalinan.

c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan penting dalam mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu, eliminasi tetanus maternal tetanus neonatorum (Depkes RI, 2004).

2.1.5 Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan. Sebaiknya imunisasi TT diberikan sebelum kehamilan 8 bulan. Suntikan TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000). Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu (Saifuddin, 2001 dan Depkes RI, 2005).


(25)

Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan) dengan dosis 0,5 cc. Cara pemberian imunisasi TT yaitu :

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

(Sumber : Kalbe Farma, 2012)

2.1.7 Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid

a. Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2002).

b. Imunisas Tetanus Toksoid adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.

Imunisasi Interval Persentasi (%)

Perlindungan

Durasi Perlindungan

TT 1 Pada kunjungan antenatal pertama

atau sedini mungkin kehamilan - -

TT 2 Minimal 4 minggu setelah TT I 80 3 tahun *

TT 3 Minimal 6 bulan setelah TT 2 atau

selama kehamilan berikutnya 95 5 tahun

TT 4 Minimal setahun setelah TT 3 atau

selama kehamilan berikutnya 99 10 tahun

TT 5 Minimal setahun setelah TT 4 atau

kehamilan berikutnya 99

25 tahun/ seumur hidup


(26)

2.1.8 Keberhasilan Imunisasi Tetanus Toksoid

Tidak semua ibu hamil dan bayi yang baru lahir terbebas dari serangan penyakit. Semua tergantung pada tingkatan keberhasilan imunisasi yang dilakukan. Bigitu pula, waktu perlindungan yang terjadi pun bervariasi. Keberhasilan imunisasi tetanus toksoid tergantung pada beberapa faktor :

a. Waktu Pemberian

Vaksin yang diberikan ketika ibu hamil masih memiliki kadar antibodi yang masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Untuk waktu pemberian yang efektif pada minusisasi TT harus diberikan sessuai dengan jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil.

b. Kematangan Imunologik

Pada ibu hamil belum memiliki fungsi imun yang matang sehingga akan memberikan hasil yang kurang efektif. Individu dengan status imun rendah, seperti pasien yang mendapat mengobatan imunosupresan atau sedang mengalami infeksi, makan akan mempengaruhi keberhasilan imunitas.

c. Keadaan Gizi

Gizi yang kurang akan menyebabkan kemampuan sistem imun lemah. Meskipun kadar imunoglobulin normal atau meningkat, namun tidak mampu meningkatkan antigen dengan baik karena kekurangan asam amino yang dibutuhkan dalam pembentukan antibodi

d. Cara Pemberian Vaksin

Cara pemberian mempengaruhi respon yang timbul. Vaksin polio oral (lewat mulut) akan menimbulkan imunitas lokal dan sistematik.


(27)

e. Dosis Vaksin

Dosis yang terlalu sedikit akan menimbulkan respon imun yang kurang pula. Dosis yang terlalu timggi juga akan menghambat sistem kekebalan yang diharapkan. f. Frekuensi Pemberian.

Jarak pemberian yang terlalu dekat, pada saat kadar antibodi masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi tersebut sehingga tidak sempat merangsang sistem kekebalan. (National Health and Medical Research Council, 2008).

2.1.9 Kontraindikasi

a. Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mepunyai kontra indikasi. b. Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada :

1. Ibu dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya.

2. Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat. Namun demikian ibu tersebut dapat di imunisasi segera setelah sembuh (Kemeskas RI, 2011).

2.1.10 Tempat pelayanan

Menurut Depkes RI (2004), tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT antara lain :

a. Puskesmas

b. Puskesmas Pembantu c. Rumah Sakit

d. Rumah Bersalin e. Polindes

f. Posyandu


(28)

h. Dokter Praktek

Tempat-tempat pelayanan milik pemerintah yang memberikan pelayanan imunisasi diberikan dengan gratis.

2.2 Tetanus 2.2.1 Defenisi

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani yang menghasil neorotoksin (Depkes, 2006). Penyakit tetanus bisanya menyerang bayi baru lahir yang berusia dibawah 28 hari, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum. Penyakit ini menular dan menyebabkan resiko kematian sangat tinggi. Bisa dikatakan seratus persen bayi yang lahir terkena tetanus akan mengalami kematian (Depkes, 2006).

Penyakit tetanus adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri anaerob Clostridium Tetani ditempat luka dan menghasilkan Eksotoksin yang akan menyerang otot sehingga akan terjadi spamus (kejang) otot (Kalbe Farma, 2012).

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari. Tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan ditempat yang tidak steril, terutama jika tali pusat terinfeksi. Gejala awal penyakit adalah kaku otot rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (Sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir.

2.2.2 Etiologi Tetanus

Tetanus Toksoid ini disebabkan oleh kontaminasi umbilicus dengan Clostridium tetani. adalah kuman berbentuk batang, berukuran 2-5 x 0,4-0,5 milimikron yang hidup tanpa oksigen (anaerob), dan membentuk spora. Spora dewasa mempunyai bagian yang berbentuk bulat yang letaknya di ujung, dan memberi gambaran penabuh genderang (drum stick) (WHO, 2008).


(29)

Bakteri yang berbentuk batang ini sering terdapat dalam kotoran hewan dan manusia, dan bisa terkena luka melalui debu atau tanah yang terkontaminasi. Clostridium tetani merupakan bakteri Gram positif dan dapat menghasilkan eksotoksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) dapat menyebabkan kekejangan pada otot (Djaja S, 2003).

2.2.3 Faktor Resiko

Terdapat 5 faktor resiko utama terjadinya tetanus neonatorum, yaitu : a. Faktor resiko pencemaran lingkungan fisik dan biologik

Lingkungan yang mempunyai sanitasi yang buruk akan memyebabkan

Clostridium tetani lebih mudah berkembang biak. Kebanyakan penderita dengan gejala tetanus sering mempunyai riwayat tinggal di lingkungan yang kotor. Penjagaan kebersihan diri dan lingkungan adalah amat penting bukan saja dapat mencegah tetanus, malah berbagai penyakit lain.

b. Faktor alat pemotong tali pusat

Penggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali pusat meningkatkan risiko penularan penyakit tetanus neonatorum. Kejadian ini masih lagi berlaku di negara-negara berkembang dimana bidan-bidan yang melakukan pertolongan persalinan masih menggunakan peralatan seperti pisau dapur atau sembilu untuk memotong tali pusat bayi baru lahir (WHO, 2008).

c. Faktor cara perawatan tali pusat

Terdapat sebagian masyarakat di negara-negara berkembang masih menggunakan ramuan untuk menutup luka tali pusat seperti kunyit dan abu dapur. Seterusnya, tali pusat tersebut akan dibalut dengan menggunakan kain pembalut yang tidak steril sebagai


(30)

salah satu ritual untuk menyambut bayi yang baru lahir. Cara perawatan tali pusat yang tidak benar ini akan meningkatkan lagi risiko terjadinya kejadian tetanus neonatorum. d. Faktor kebersihan tempat pelayanan persalinan

Kebersihan suatu tempat pelayanan persalinan adalah sangat penting. Tempat pelayanan persalinan yang tidak bersih bukan saja berisiko untuk menimbulkan penyakit pada bayi yang akan dilahirkan, malah pada ibu yang melahirkan. Tempat pelayanan persalinan yang ideal sebaiknya dalam keadaan bersih dan steril.

e. Faktor kekebalan ibu hamil

Ibu hamil yang mempunyai faktor kekebalan terhadap tetanus dapat membantu mencegah kejadian tetanus neonatorum pada bayi baru lahir. Antibodi terhadap tetanus dari ibu hamil dapat disalurkan pada bayi melalui darah, seterusnya menurunkan risiko infeksi Clostridium tetani. Sebagian besar bayi yang terkena tetanus neonatorum biasanya lahir dari ibu yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT (Idanati R, 2005).

2.2.4 Masa Inkubasi Tetanus Neonatorum

Adapaun masa inkubasi Clostridium tetani biasnya 4-21 hari (umumnya 7 hari), tergantung pada tempat terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman.

2.2.5 Patogenesis

Pertolongan persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril akan memudahkan spora Clostridium tetani masuk dari luka tali pusat dan melepaskan tetanospamin. Tetanospamin akan berikatan dengan reseptor di membran prasinaps pada motor neuron. Kemudian bergerak melalui sistem transpor aksonal retrograd melalui sel-sel neuron hingga ke medula spinalis dan batang otak, seterusnya menyebabkan gangguan sistim saraf pusat (SSP) dan sistim saraf perifer (WHO, 2008)


(31)

Gangguan tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi, yaitu asam aminobutirat gama (GABA) dan glisin, sehingga terjadi epilepsi, yaitu lepasan muatan listrik yang berlebihan dan berterusan, sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-bagian tubuh terganggu. (Ningsih S, Witarti N, 2007).

Ketegangan otot dapat bermula dari tempat masuk kuman atau pada otot rahang dan leher. Pada saat toksin masuk ke sumsum tulang belakang, kekakuan otot yang lebih berat dapat terjadi. Dijumpai kekakuan ekstremitas, otot-otot dada, perut dan mulai timbul kejang. Sampai toksin mencapai korteks serebri, penderita akan mengalami kejang spontan.

Pada sistim saraf otonom yang diserang tetanospasmin akan menyebabkan gangguan proses pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, pencernaan, perkemihan, dan pergerakan otot. Kekakuan laring, hipertensi, gangguan irama jantung, berkeringat secara berlebihan (hiperhidrosis) merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom.

Kejadian gejala penyulit ini jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala tersebut timbul. (Ismoedijanto, 2006).

2.2.6 Gejala Klinis

Tetanus neonatorum disertai dengan spasma otot dan regitas badan bayi, tanda pertama infeksi biasanya kegagalan menghisap oleh bayi yang telah menghisap normal selama beberapa hari pertama setelah melahirkan. Gejala klinis adalah :

a. Terjadinya kekakuan otot rahang sehingga penderita sukar membuka mulut. Kekakuan otot pada leher lebih kuat akan menarik mulut kebawah, sehingga mulut


(32)

sedikit ternganga. Kadang-kadang dapat dijumpai mulut mecucu seperti mulut ikan dan kekakuan pada mulut sehingga bayi tak dapat menetek.

b. Terjadi kekakuan otot mimik muka dimana dahi bayi kelihatan mengerut, mata bayi agak tertutup, dan sudut mulut bayi tertarik ke samping dan ke bawah.

c. Kekakuan yang sangat berat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur, bertumpu pada tumit dan belakang kepala. Jika dibiarkan secara berterusan tanpa rawatan, bisa terjadi fraktur tulang vertebra.

d. Kekakuan pada otot dinding perut menyebabkan dinding perut teraba seperti papan. Selain otot dinding perut, otot penyangga rongga dada (toraks) juga menjadi kaku sehingga penderita merasakan kesulitan untuk bernafas atau batuk. Jika kekakuan otot toraks berlangsung lebih dari 5 hari, perlu dicurigai risiko timbulnya perdarahan paru. e. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan akibat kekakuan yang

terus-menerus dari otot laring yang bisa menimbulkan sesak nafas. Efek tetanospamin dapat menyebabkan gangguan denyut jantung seperti kadar denyut jantung menurun (bradikardia), atau kadar denyut jantung meningkat (takikardia). Tetanospasmin juga dapat menyebabkan demam dan hiperhidrosis. Kekakuan otot polos pula dapat menyebabkan anak tidak bisa buang air kecil (retensi urin).

f. Bila kekakuan otot semakin berat, akan timbul kejang-kejang umum yang terjadi setelah penderita menerima rangsangan misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kuat dan sebagainya. Lambat laun, “masa istirahat” kejang semakin pendek sehingga menyebabkan status epileptikus, yaitu bangkitan epilepsi berlangsung terus menerus selama lebih dari tiga puluh menit tanpa diselangi oleh masa sedar; seterusnya bisa menyebabkan kematian. (Ningsih,S, Witarti, N, 2007).


(33)

2.2.7 Pencegahan

Tindakan pencegahan serta eliminasi tetanus neonatorum adalah bersandarkan pada tindakan menurunkan atau menghilangkan faktor-faktor risiko. Pendekatan pengendalian lingkungan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Pemotongan dan perawatan tali pusat wajib menggunakan alat yang steril (WHO, 2006). Pengendalian kebersihan pada tempat pertolongan persalinan perlu dilakukan dengan semaksimal mungkin agar tidak terjadi kontaminasi spora pada saat proses persalinan, pemotongan dan perawatan tali pusat dilakukan.

Praktik 3 Bersih perlu diterapkan, yaitu bersih tangan, bersih alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat tidur ibu, di samping perawatan tali pusat yang benar.

Selain persalinan yang bersih dan perawatan tali pusat yang tepat, pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi TT kepada ibu hamil. Pemberian imunisasi TT minimal dua kali kepada ibu hamil dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum (WHO, 2008.).

2.3 Pengetahuan (knowledge) 2.3.1 Defenisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :


(34)

a. Faktor internal

Faktor dari dalam diri sendiri misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik. b. Faktor eksternal

Faktor dari luar diri misalnya keluarga, masyarakat. c. Faktor pendekatan belajar

Faktor upaya belajar misalnya startegi dan metode dalam belajar.

2.3.2 Pentingnya Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior).

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu :

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Sedini mungkin sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


(35)

Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya, apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. (Notoatmodjo, 2010).

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan setiap orang bervariasi karena di pengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain :

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, bila ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

b. Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.


(36)

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata sesuai dengan bidang kerjanya.

e. Media Informasi

Media infomasi hakikatnya adalah alat bantu pendidikan termasuk pendidikan kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan,yaitu berupa media cetak dan media elektronik.

2.4 Sikap (attitude) 2.4.1 Defenisi

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus, yang melibatkan pendapat dan emosi orang yang bersangkutan. Sikap juga dapat didefinisikan sebagai kesiapan saraf sebelum memberikan respons (Notoatmodjo, 2007).

Rahayuningsih (2008) Sikap sebagai suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung

(Unfavourable) pada suatu objek. Menurut Azwar (2009), Sikap adalah suatu pola prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, tau secara sederhana, yang merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkoordinasi. Sikap dapat juga didefenisikan sebagai asfek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek.

2.4.2 Pengelompokan Sikap

Sementara menurut Azwar (2009) sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran, yaitu :


(37)

a. Berorientasi pada respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka, sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut.

b. Berorientasi pada kesiapan respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Allport. Konsepsi yang mereka ajukan ternyata lebih kompleks. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dengan cara-cara tertentu.

c. Berorientasi pada skema triadik

Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu, Sikap didefinisikan sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya.

2.4.3 Fungsi Sikap

Pendekatan fungsional menurut Miramis WF, (2006) sikap berusaha menerangkan mengapa kita mempertahankan sikap-sikap tertentu. Hal ini dilakukan dengan meneliti dasar motivasi, yaitu kebutuhan apa yang terpenuhi bila sikap itu dipertahankan. Mengemukaan empat fungsi dasar sikap yaitu :


(38)

Yaitu sikap yang dikaitkan dengan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.

b. Fungsi pembela ego

Yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.

c. Fungsi expresi nilai

Yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang diambil individu bersangkutan. d. Fungsi pengetahuan.

Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari.

e. Fungsi penyesuaian emosi.

Yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya.

2.4.4 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap secara ilmiah dapat diukur, dimana sikap terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap adalah Metode Self Report dan Pengukuran Involuntary Behavior :

a. Observasi Perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.

b. Penanyaan Langsung

Individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri, ia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang dirasakannya


(39)

c. Pengungkapan Langsung

Pengungkapan secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal yaitu memberi tanda setuju atau tidak setuju, maupun menggunakan aitem ganda yang dirancang untuk mengungkap perasaan yang berkaitan dengan suatu objek sikap.

d. Skala Sikap

Skala sikap berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap pernyataan kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

e. Pengukuran Terselubung

Metode pengukuran terselubung objek pengamatannya bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseoarang melainkan reaksireaksi fisiologis yang terjadi di luar kendali orang bersangkutan. (Azwar, 2009).

2.5 Praktik atau Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2012) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain,

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya


(40)

diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut diatas, yaitu :

a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup :

1. Pencegahan penyakit. Melakukan tindakan pencegahan penyakit misal mengimunisasi anaknya, menguras bak mandi dan sebagainya.

2. Penyembuhan penyakit. Melakukan tindakan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk penyembuhan penyakit misalnya minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter dan sebagainya.

3. Tindakan (prktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan atau perilaku mencakup antara lain :

a. Mengkonsumsi kananan dengan gizi seimbang b. Melakukan olah raga secara teratur

c. Tidak minum minuman keras dan narkoba 4. Tindakan (prktik) kesehatan lingkungan

Prilaku ini antara lain mencakup : a. Membuang air besar di jamban (WC) b. Membuang sampah ditempat sampah c. Mengunakan air bersih untuk mandi


(41)

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu Dengan

Pemberiaan Imunisasi Tetanus Toksoid

Pelaksanaan Pemberiaan Imunisasi

Tetanus Toksoid

Sikap Ibu Dengan Pemberiaan Imunisasi


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan observasional dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian terhadap variabel yang berhubungan dengan variabel independen dan dependen diteliti sekaligus pada saat yang sama, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal, terdiri dari 9 Desa.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu 5 bulan,dari bulan Februari sampai Agustus 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 8 bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Maga pada Bulan Agustus yang berjumlah 42 orang.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling sehingga didapat sampel berjumlah 42 orang.


(43)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data diperoleh dengan data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada ibu hamil.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder didapat dari petugas Puskesmas meliputi gambaran demografi, geografis, data cakupan imunisasi Tetanus Toksoid dan jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal.

3.4.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel (Nugroho, 2005). Uji coba validitas instrument penelitian dilakukan di Puskesmas Sibanggor Kec Puncak Sorik Marapi Kab Mandailing Natal. Dengan jumlah responden 30 orang ibu hamil dengan usia kehamilan ≥ 8 bulan.

Validitas butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai Corrected Item-Total Correlation. Butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r tabel (0,300) pada signifikan 0,05 dan df = 30-2 =28

Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid secara bersama-sama diukur reliabilitasnya. Reliabilitas dilihat dari nilai Alpha Cronbach, jika nilai alpha cronbach > 0,60 maka butir soal reliabel, jika nilai alpha cronbach <0,60 maka dinyatakan tidak reliabel (Hastono, 2007).


(44)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Pengetahuan

Sub Variabel

Nilai Corrected

Item-Total Keterangan

pengetahuan1 .456 Valid

pengetahuan2 .725 Valid

pengetahuan3 .716 Valid

pengetahuan4 .597 Valid

pengetahuan5 .513 Valid

pengetahuan6 .427 Valid

pengetahuan7 .621 Valid

pengetahuan8 .763 Valid

pengetahuan9 .803 Valid

pengetahuan10 .364 Valid

Cronbach's Alpha = 0,866 (Reliabel)

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Sikap

Sub Variabel

Nilai Corrected

Item-Total Keterangan

sikap1 .431 Valid

sikap2 .492 Valid

sikap3 .527 Valid

sikap4 .732 Valid

sikap5 .436 Valid

sikap6 .471 Valid

sikap7 .336 Valid

sikap8 .629 Valid

sikap9 .308 Valid

sikap10 .407 Valid

Cronbach's Alpha = 0,799 (Reliabel)

Dari nilai uji ini maka diketahui bahwa kuesioner dengan jumlah pertanyaan pada bagian pengetahuan 10 butir dan sikap 10 butir ini valid dan reliabel serta layak untuk digunakan dalam penelitian.


(45)

3.4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

3.5 Defenisi Operasional

Dari kerangka konsep penelitian, maka defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan ibu hamil adalah segala sesuatu yang diketahui dan diyakini oleh responden terkait dengan pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan penyakit tetanus. 2. Sikap adalah nilai atau pendapat ibu hamil yang diyakini responden tentang

pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan penyakit Tetanus.

3. Pelaksanaan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid adalah Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid kepada ibu hamil sampai kehamilan 8 bulan untuk mencegah penyakit Tetanus yang diberikan sebanyak 2x penyuntikan dengan jarak pemberian TT 1 dan TT 2 minimal 4 minggu.

3.6 Aspek Pengukuran

a. Pengetahuan Ibu Hamil

Pengukuran pengetahuan berupa pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, diberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar, dan nilai 0 untuk jawaban yang salah.

Selanjutnya pengetahuan dikategorikan atas baik, sedang dan buruk (Arikunto 2007) yaitu :

1. Pengetahuan baik, apabila jumlah nilai responden >75% dari total skor (8-10) 2. Pengetahuan sedang, apabila jumlah nilai responden 45%-75% dari total skor (5-7) 3. Pengetahuan buruk, apabila jumlah nilai responden <45% dari total skor (0-4)


(46)

b. Sikap Ibu Hamil

Pengukuran sikap terdiri dari 10 pertanyaan, pertanyaan positif dengan 4 pilihan jawaban yaitu soal nomor 1,2,3,4,6,7,8,9, untuk jawaban sangat setuju diberi nilai 4, setuju diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2 dan sangat tidak setuju diberi nilai 1.

Pada pertanyaan nomor 5,10 adalah pertanyaan negatif dengan 4 pilihan jawaban, sangat tidak setuju diberi nilai 4, tidak setuju diber inilai 3, setuju diberinilai 2 dan sangat setuju diberi nilai 1.

Selanjutnya sikap dikategorikan atas baik,sedang,buruk yaitu : 1. Sikap baik, apabila jumlah nilai responden >75% dari total skor (31-40) 2. Sikap sedang, apabila jumlah nilai responden 45-75% dari total skor (18-30)

3. Sikap buruk, apabila jumlah nilai responden <45% dari total skor (10-17). (Arikunto 2007)

c. Tindakan Ibu Hamil

Pengukuran tindakan berupa pertanyaan yang diisi oleh responden, unsur penilaiannya terdiri dari :

1. Bila jawaban Ya dengan kriteria :

a. Responden melakukan imunisasi TT selama kehamilan b. Responden mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.

c. Responden mendapatkan imunisasi TT 1 dan TT 2 pada saat ibu dinyatakan hamil oleh petugas kesehatan dan sampai usia kehamilan 8 bulan

d. Jarak pemberian antara imunisasi TT1 dan TT2 minimal 4 minggu. 2. Bila tidak dengan kriteria :


(47)

a. Responden tidak melakukan imunisasi TT

b. Responden hanya mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali selama kehamilan

c. Responden mendapatkan imunisasi TT diatas usia kehamilan 8 bulan d. Jarak pemberian antara TT 1 dan TT 2 kurang dari 4 minggu

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1 Metode pengolahan Data

Menurut Hidayat (2010), langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengolahan data yaitu :

a. Editing

Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik data yang terdiri atas beberapa kategori

c. Entry

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer

d. Cleansing

Data yang telah di entry diperiksa kelengkapannya dan kebenarannya

3.7.2 Analisa Data


(48)

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi dari variabel yang diteliti baik variabel bebas maupun variabel terkait.

b. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen, dilakukan uji chi- square pada tingkat kepercayaan 95%.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Maga

Puskesmas Maga merupakan salah satu dari 26 Puskesmas yang ada di Kabupaten Mandailing Natal, dan salah satu Puskesmas Rawat Inap. Letak Puskesmas Maga di Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, Puskesmas Maga terletak di kaki Gunung Sorik Marapi, yang terdiri dari 8 Desa dan 1 Kelurahan. Luas wilayah kerja Puskesmas Maga 34,73 km2 secara lengkap batas administrasi wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tambangan b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kayu Laut

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Puncak Sorik Marapi d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan

Jumlah Penduduk di Kecamatan Lembah Sorik Marapi yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Maga dengan jumlah penduduk 19.018 Jiwa diantaranya laki-laki 9.490 jiwa dan perempuan 9.528 jiwa.

4.2 Analisis Univariat

Ibu hamil dalam penelitian ini berjumlah 42 orang. Karakteristik ibu hamil dalam penelitian meliputi umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, paritas, pengetahuan, sikap dan pemberian imunisasi TT.


(50)

4.2.1 Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dikategorikan menjadi umur 20-30 tahun dan 31-40 tahun yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. 20-30 tahun 22 52,4

2. 31-40 tahun 20 47,6

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden paling banyak berumur 20-30 tahun yaitu sebanyak 22 orang (52,4%).

4.2.2 Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang dikategorikan menjadi pendidikan SD, SMP, SMA dan Akademi/Perguruan Tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Terakhir Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. SD 1 2,4

2. SMP 12 28,6

3. SMA 25 59,5

4. Akademi/Perguruan Tinggi 4 9,5

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 25 orang (59,5%) dan paling sedikit responden memiliki pendidikan SD yaitu 1 orang (2,4%).


(51)

4.2.3 Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dikategorikan menjadi pegawai negeri/TNI/polri, pegawai swasta, wiraswasta, petani dan ibu rumah tangga yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Pegawai Negeri/TNI/Polri 4 9,5

2. Pegawai Swasta 3 7,1

3. Wiraswasta 3 7,1

4. Petani 3 7,1

5. Ibu Rumah Tangga 29 69,2

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 29 orang (69,2%) dan paling sedikit bekerja sebagai pegawai swasta, wiraswasta dan petani yang masing-masing sebanyak 3 orang (7,1%).

4.2.4 Paritas

Karakteristik responden berdasarkan paritas dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas

No. Paritas Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Pertama 9 21,4

2. Kedua 17 40,5

3. Ketiga 13 31,0

4. Keempat 3 7,1

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki paritas kedua yaitu sebanyak 17 orang (40,5%) dan paling sedikit responden memiliki paritas keempat yaitu 3 orang (7,1%).


(52)

4.2.5 Pengetahuan

Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan tentang segala sesuatu yang diketahui dan diyakini oleh responden terkait dengan pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan penyakit tetanus dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan

No. Item Jawaban Benar Salah Jumlah

n % n % n %

1. Penyakit tetanus adalah penyakit syaraf.

4 9,5 38 90,5 42 100,0

2. Imunisasi TT adalah adalah sejenis suntikan yang berisi kuman yang telah dilemahkan.

13 31,0 29 69,0 42 100,0

3. Manfaat dari imunisasi TT pada saat kehamilan adalah dapat mencegah penyakit tetanus pada ibu dan bayi baru lahir.

30 71,4 12 28,6 42 100,0

4. Resiko yang terjadi jika tidak mendapat imuisasi TT pada saat kehamilan adalah terjadi penyakit tetanus pada ibu dan bayi baru lahir.

30 71,4 12 28,6 42 100,0

5. Ibu hamil diimunisasi TT sebaiknya sebanyak 2x.

23 54,8 19 45,2 42 100,0

6. Jarak pemberian antara imunisasi TT1 dan TT2 adalah minimal 4 minggu.

15 35,7 27 64,3 42 100,0

7. Imunisasi TT pada ibu hamil sebaiknya diberikan pada saat diketahui kehamilan hingga usia kehamilan 8 bulan.


(53)

Tabel 4.5 Lanjutan

No. Item Jawaban Benar Salah Jumlah

n % n % n %

8. Imunisasi TT ke 2 diberikan paling lambat satu bulan sebelum melahirkan untuk mendapatkan kekebalan yang maksimal.

33 78,6 9 21,4 42 100,0

9. Imunisasi TT adalah imunisasi yang diberikan untuk melindungi penyakit Tetanus.

26 61,9 16 38,1 42 100,0

10. Ibu hamil biasa mendapatkan imunisasi TT di puskesmas, RS Bersalin dan RS Umum dan Polindes.

30 71,4 12 28,6 42 100,0

Berdasarkan distribusi jawaban responden maka diketahui bahwa sebesar 90,5% responden tidak tahu bahwa penyakit tetanus adalah penyakit syaraf, sebesar 69,0% responden tidak tahu bahwa imunisasi TT adalah adalah sejenis suntikan yang berisi kuman yang telah dilemahkan dan sebesar 64,3% responden tidak tahu bahwa jarak pemberian antara imunisasi TT1 dan TT2 adalah minimal 4 minggu.

Berdasarkan distribusi jawaban tersebut maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

No. Pengetahuan Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Baik 3 7,1

2. Sedang 14 33,3

3. Buruk 25 59,6

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan buruk tentang imunisasi TT yaitu sebanyak 25 orang (59,6%) dan paling sedikit responden memiliki pengetahuan baik yaitu 3 orang (7,1%).


(54)

4.2.6 Sikap

Distribusi jawaban responden terhadap sikap tentang nilai atau pendapat ibu hamil yang diyakini responden tentang pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan penyakit Tetanus dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap

No Item Pernyataan

Jawaban

Jumlah

SS S TS STS

n % n % n % n % N %

1. Imunisasi tetanus toksoid diberikan pada ibu yang sedang hamil.

22 52,4 20 47,6 - - - - 42 100

2. Untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang baru lahir dengan cara mengimunisasi ibu yang sedang hamil.

14 33,3 16 38,1 12 28,6 - - 42 100

3. Imunisasi TT 1 diberikan pada kunjungan pertama kehamilan atau sedini mungkin kehamilan.

13 31,0 24 57,1 5 11,9 - - 42 100

4. Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil setelah diketahui hamil sampai kehamilan 32 Minggu.

10 23,8 18 42,9 12 28,6 2 4,8 42 100

5. Penyakit tetanus dapat dicegah dengan minum obat saja.

16 38,1 19 45,2 4 9,5 3 7,1 42 100

6. Ibu hamil harus mendapatkan. imunisasi tetanus toksoid sebanyak 2x selama hamil.

13 31,0 10 23,8 19 45,2 - - 42 100

7. Imunisasi TT bisa didapatkan ditempat pelayanan kesehatan.

16 38,1 26 61,9 - - - - 42 100

8. Imunisasi tetanus toksoid yang diberikan untuk mecegah dari penyakit Tetanus.


(55)

Tabel 4.7 Lanjutan

No Item Pernyataan

Jawaban

Jumlah

SS S TS STS

n % n % n % n % n %

9. Dengan melakukan imunisasi TT ibu hamil, ibu sudah mensukseskan Program Pemerintah

15 35,7 26 61,9 1 2,4 - - 42 100

10. Imunisasi TT tidak perlu dilakukan sewaktu hamil

18 42,9 18 42,9 2 4,8 4 9,5 42 100

Berdasarkan distribusi tanggapan responden maka sebesar 83,3% responden sangat setuju/setuju bahwa penyakit tetanus dapat dicegah dengan minum obat saja dan sebesar 85,8% responden sangat setuju/setuju bahwa imunisasi TT tidak perlu dilakukan sewaktu hamil.

Berdasarkan distribusi jawaban tersebut maka sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

No. Sikap Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Baik 12 28,6

2. Sedang 30 71,4

3. Buruk 0 0,0

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki sikap sedang tentang imunisasi TT yaitu sebanyak 30 orang (71,4%) dan tidak ada responden yang memiliki sikap buruk.

4.2.7 Pemberian Imunisasi TT

Karakteristik responden berdasarkan pemberian imunisasi TT dikategorikan sebagai berikut:


(56)

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi TT

No. Pemberian

Imunisasi TT

Jumlah (n)

Persentase (%)

1. Ya 15 35,7

2. Tidak 27 64,3

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak diberikan imunisasi TT yaitu sebanyak 27 orang (64,3%).

4.3 Analisis Bivariat

Untuk menguji hubungan variabel independen yang meliputi pengetahuan dan sikap dengan variabel dependen yaitu pemberian imunisasi TT dilakukan secara analisis bivariat menggunakan uji chi-squaredengan α=0,05 yang dijabarkan sebagai berikut. 4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi TT

Hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi TT

No. Pengetahuan

Pemberian Imunisasi TT

Jumlah

p-value

Ya Tidak

n % n % N %

1. Baik 3 100,0 0 0,0 3 100,0

0,027

2. Sedang 6 42,9 8 57,1 14 100,0

3. Buruk 6 24,0 19 76,0 25 100,0

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT diperoleh bahwa dari 3 responden yang memiliki pengetahuan baik, seluruhnya (100%) telah mendapatkan imunisasi TT. Kemudian dari 14 responden yang memiliki pengetahuan sedang, yang mendapatkan imunisasi TT sebanyak 6 orang (42,9%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 8 orang (57,1%). Selanjutnya, dari 25 responden yang memiliki pengetahuan buruk, yang mendapatkan imunisasi TT sebanyak


(57)

6 orang (24%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 19 orang (76%). Hasil uji statistik chi-square berarti bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT (p=0,027).

4.3.2 Hubungan Sikap dengan Pemberian Imunisasi TT

Hubungan sikap dengan pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Sikap dengan Pemberian Imunisasi TT

No. Sikap

Pemberian Imunisasi TT

Jumlah

p-value

Ya Tidak

n % n % N %

1. Baik 8 66,7 4 33,3 12 100,0

0,008

2. Sedang 7 23,3 23 76,7 30 100,0

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi TT diperoleh bahwa dari 12 responden yang memiliki sikap baik, yang mendapatkan imunisasi TT sebanyak 8 orang (66,7%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 4 orang (33,3%). Kemudian dari 30 responden yang memiliki sikap sedang, yang telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 7 orang (23,3%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 23 orang (76,7%). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan sikap dengan pemberian imunisasi TT (p=0,008).


(58)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian TT

Hasil analisis univariat pada variabel pengetahuan diketahui bahwa mayoritas ibu hamil memiliki pengetahuan buruk tentang imunisasi TT yaitu sebanyak 25 orang (59,5%) dan paling sedikit ibu hamil memiliki pengetahuan baik yaitu 3 orang (7,1%). Hal ini dapat dilihat dari distribusi jawaban ibu hamil yang menyebutkan bahwa sebesar 90,5% ibu hamil tidak tahu bahwa penyakit tetanus adalah penyakit syaraf, sebesar 69,0% ibu hamil tidak tahu bahwa imunisasi TT adalah adalah sejenis suntikan yang berisi kuman yang telah dilemahkan dan sebesar 64,3% ibu hamil tidak tahu bahwa jarak pemberian antara imunisasi TT1 dan TT2 adalah minimal 4 minggu.

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT yang dilakukan kepada 42 orang ibu hamil maka diperoleh bahwa dari 3 ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik, seluruhnya (100%) telah mendapatkan imunisasi TT. Kemudian dari 14 ibu hamil yang memiliki pengetahuan sedang, yang mendapatkan imunisasi TT sebanyak 6 orang (42,9%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 8 orang (57,1%). Selanjutnya, dari 25 ibu hamil yang memiliki pengetahuan buruk, yang mendapatkan imunisasi TT sebanyak 6 orang (24%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 19 orang (76%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan α =

0,05 diperoleh nilai p=0,027 yang berarti bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT.

Hasil penelitian ini didukung oleh Sabirin (2006) dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan pengetahuan dengan kepatuhan ibu hamil melakukan


(59)

imunisasi TT. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati (2012) di Puskesmas Mandai Kelurahan Bontoa Kecamatan Mandai Kabupaten Maros yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan ibu hamil dalam melakukan imunisasi TT.

Menurut Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia tau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, telinga, hidung dan sebagainya). Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT juga berkaitan erat dengan kepatuhan dalam melakukan imunisasi TT. Kurangnya pengetahuan bisa mempengaruhi perilaku seseorang termasuk perilaku di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi penyebab tingginya angka penyebaran suatu penyakit termasuk penyakit tetanus yang mempunyai resiko penularan bagi bayi yang dikandungnya.

Lebih jauh dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tentang objek tertentu. Jadi, pengetahuan juga dapat diperoleh melalui informal yang disampaikan oleh orang tua, buku, surat kabar, serta media elektronik. Pengetahuan juga merupakan domain yang penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (overt behavior).

5.2 Hubungan Sikap dengan Pemberian TT

Hasil analisis univariat pada variabel sikap diketahui bahwa mayoritas ibu hamil memiliki sikap sedang tentang imunisasi TT yaitu sebanyak 30 orang (71,4%) dan tidak ada ibu hamil yang memiliki sikap buruk. Hal ini dapat dilihat dari distribusi jawaban ibu hamil yang menyebutkan bahwa sebesar 83,3% ibu hamil sangat setuju/setuju


(60)

bahwa penyakit tetanus dapat dicegah dengan minum obat saja dan sebesar 85,8% ibu hamil sangat setuju/setuju bahwa imunisasi TT tidak perlu dilakukan sewaktu hamil.

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi TT yang dilakukan kepada 42 orang ibu hamil maka diperoleh bahwa dari 12 ibu hamil yang memiliki sikap baik, yang mendapatkan imunisasi TT sebanyak 8 orang (66,7%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 4 orang (33,3%). Kemudian dari 30 ibu hamil yang memiliki sikap sedang, yang telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 7 orang (23,3%) dan yang tidak mendapatkan imunisasi TT sebanyak 23 orang (76,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai p=0,008 yang berarti bahwa ada hubungan sikap dengan pemberian imunisasi TT.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Sartno (2006) dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan perilaku terhadap imunisasi TT. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati (2012) di Puskesmas Mandai Kelurahan Bontoa Kecamatan Mandai Kabupaten Maros yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan ibu hamil dalam melakukan imunisasi TT.

Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya). Newcomb (2007), salah seorang ahli psikologi sosial dalam Sukmawati (2012) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan adanya sikap seorang ibu hamil,


(61)

merupakan suatu pemikiran tentang maksud dan tujuan dari kepatuhan dalam melakukan imunisasi TT dan sikap juga memegang peranan penting bagi ibu hamil untuk patuh melakukan imunisasi TT (Sukmawati, 2012).


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid dengan pemberian imunisasi TT. Semakin baik pengetahuan ibu hamil tentang Imunisasi TT maka semakin tinggi kemungkinan ibu hamil mendapatkan Imunisasi TT.

2. Ada hubungan sikap ibu hamil dengan pemberian imunisasi TT. Semakin baik sikap ibu hamil tentang Imunisasi TT maka semakin tinggi kemungkinan ibu hamil mendapatkan imunisasi TT.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian maka diharapkan: 1. Bagi Puskesmas

- Diharapkan untuk meningkatkan fungsi promotif tentang imunisasi Tetanus Toksoid untuk dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil terkait dengan pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid dan penyakit tetanus.

- Diharapkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi terkhusus imunisasi Tetanus Toksoid.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

- Diharapkan untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi TT bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Aini. Halimah. 2009. Buku Pintar menjalani 9 Bulan Kehamilan. Yogyakarta : CV. Tora Book

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Yoggyakarta.

Depkes RI. 2000. Modul Latihan Petugas Imunisasi. Direktorat Janderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan

Depkes RI 2003. Cakupan Imunisasi TT. http:// www. Depkes RI. go. id/ diakses tanggal 03 Maret 2015

Depkes RI. 2004. pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Direktorat Janderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan

Depkes RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1059/MENKES/SK/IX/2004. Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

Available from:

http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20pedoman%20penyelenggaraa n%20imunisasi%201059-2004.pdf. [Accesed 15 Maret 2015]

Depkes RI. 2007. Modul Kegiatan Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Jakarta: Ditjen PP & PL, Jakarta.

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Direktorat Janderal kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan.

Dinkes Provsu. 2015. Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara. Medan: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Dinkes Madina. 2015. Profil Dinas KesehatanKabupaten Mandailing Natal. Panyabungan: Dinas Kesehatan Mandailing Natal.

Ditjen PPM-PL, Depkes RI. 2011. Stok Vaksin Masih Banyak di Sumatera Utara.

Available from:

http://www.penyakitmenular.info/detil.asp?m=11&s=5&i=505. [Accessed 13 March 2015.

Djaja, S., 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia. Available from:


(64)

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2003-

sarimawar-881-neonatal&q=imunisasi+TT+ibu+hamil&PHPSESSID=b54752c5a551d3dc34 422fc23fe14545. [Accesed 15 March 2015]

Idanati, R., 2005. Analisis Faktor yang Mempengaruhi KinerjaPetugas Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Ibu Hamil di Kota Madiun. Available from:

http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s2-2005-idanatiruk-1328&PHPSESSID=6ce6b123e7a82bf1c96610203047eb13. [Accesed 30 March 2015]

Ismoedijanto, Darmowandowo, W., (2006). Tetanus. Available from: www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&fil epdf=0&pdf=&html=07110-prmh279.htm. [Accested 14 March 2010]. Kusumaningtyas, (2009). Gambaran Sikap Ibu Hamil http://klikskripsi.blogspot.com. . [Accesed 30 March 2015].

Hidayat, 2010. Ilmu Perilaku Manusia. Cetakan 1, Jakarta : Trans Info Media.

Kementrian Kesehatan. (2010). Rencana Strategi (Rentra) Kementrian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta.

National Health and Medical Research Council. National Immunisation Program : The Austtralian Immunisation. Edisi ke-9. Commenwealth of Australia : 2008 Ningsih, S., Witarti, N., 2007. Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus. Available from:

http://www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-joiq163.doc. [Accesed 30 March 2015]

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Ilmu

prilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Prawirohardjo, Sarwono.(2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka Jakarta. Puskesmas Maga, (2015). Pencattan Pelaporan Bulan. Maga: Puskesmas Maga.

Rahayuningsih, SU. (2008). Sikap (Attitude). Diambil dari website: www.staff.gunadarma.ac.id. [Accesed 30 March 2015].

Sabirin, M.Y. 2006. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Ibu Hamil Dalam Melakukan Imunisasi Tetanus Di Wilayah Kerja Puskesmas Donomulyo Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadlaran Jatinongo.(http://www.fkm.undip.ac.id/data/indekx.php?action=48idx=367 (diakses tanggal 10 Agustus 2015)


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 7.010a 1 .008 .013 .012

Continuity Correctionb 5.250 1 .022

Likelihood Ratio 6.875 1 .009 .013 .012

Fisher's Exact Test .013 .012

Linear-by-Linear Association 6.843c 1 .009 .013 .012 .010

N of Valid Cases 42

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,29. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 2,616.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PARTISIPASI DALAM MELAKUKAN IMUNISASI TETANUS Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Partisipasi dalam Melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Gondang Kabupaten Sragen.

0 2 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PARTISIPASI DALAM MELAKUKAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Partisipasi dalam Melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Gondang Kabupaten Sragen.

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Partisipasi dalam Melakukan Imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Gondang Kabupaten Sragen.

0 2 7

determinan ibu hamil tidak melakukan imunisasi tetanus toksoid tt lengkap di wilayah kerja puskesmas kti kebidanan

1 5 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI TETANUS TOKSOID DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI PUSKESMAS ROWOSARI KOTA SEMARANG

0 0 13

Tampilan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT2) DI PUSKESMAS TERMINAL

0 0 7

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL

0 1 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 2.1.1 Defenisi - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun

0 0 20

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun 2015

1 1 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid - Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Imunisasi Tetanus Toksid pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 18