Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan
2.1.1 Parasetamol
Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut:
Rumus struktur

:

Gambar 2.1 Struktur Parasetamol
Rumus Molekul

: C8H9NO2

Berat Molekul

: 151,16

Nama Kimia


: 4-hidroksifenil asetamid.

Kandungan

: Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian

: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit agak pahit.

Kelarutan

: Larut dalam air mendidih, dalam natrium hidroksida
1 N, dan mudah larut dalam etanol.

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik, tetapi
tidak anti radang. Pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling
aman dan juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri) (Tan dan Rahardja,
2007).


6
Universitas Sumatera Utara

Mekanisme kerja sebagai analgesik dengan cara menghambat prostaglandin
sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa
sakit. Sebagai antipiretik parasetamol dapat meningkatkan eliminasi panas pada
penderita suhu tinggi dengan cara menimbulkan dilatasi pembuluh darah perifer
dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat.
Penurunan suhu tersebut adalah hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang
melibatkan pusat kontrol suhu di hipotalamus (Tan dan Rahardja, 2007).
2.1.2 Ibuprofen
Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang ibuprofen sebagai berikut:
Rumus Struktur

:

Gambar 2.2 Struktur Ibuprofen
Rumus Molekul


: C13H18O2

Berat Molekul

: 206,28

Nama Kimia

: 2-(p-isobutilfenil) asam propionat

Kandungan

: Tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemeriaan

: Serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau khas
lemah


Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol, dalm methanol, dalam aseton, dan dalam
kloroform, sukar larut dalam etil asetat.

7
Universitas Sumatera Utara

Ibuprofen adalah turunan asam propionat golongan obat Non-Steroidal
Anti Inflammatory Drugs (NSAIDs) yang mempunyai aktivitas antirematik,

antiradang dan analgesik-antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa
nyeri akibat keradangan pada berbagai kondisi rematik dan artritis (Tan dan
Rahardja, 2007).
2.2

Beberapa Metode Lain Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan
Ibuprofen
Beberapa penelitian yang telah menetapan kadar campuran parasetamol dan


ibuprofen dengan beberapa metode lain dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.

Beberapa Metode Lain Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan
Ibuprofen

Senyawa
Parasetamol dan
Ibuprofen
Parasetamol dan
Ibuprofen

Metode

Pelarut / Fase gerak

Kromatografi Cair
Asetonitril : dapar
Kinerja Tinggi

fosfat pH 4,5 (75:25)
Spektrofotometri UV
dengan metode panjang
gelombang berganda yaitu
Metanol

223, 225, 227, 230, dan
235 nm

Spektrofotometri UV
Parasetamol dan dengan panjang gelombang
parasetamol 240 nm dan
Ibuprofen
ibuprofen 220 nm
Spektrofotometri derivatif
dengan teknik zero
crossing pada panjang
Parasetamol dan
gelombang parasetamol
Ibuprofen


Referensi
Damayanti,
dkk., (2003)
Andrianto,
(2009)

Etanol

Harshini, dkk.,
(2014)

Methanol-air

Hasibuan,
(2015)

253,4 nm dan ibuprofen
228,6 nm.
Berdasarkan Tabel 2.1 diatas penetapan kadar campuran parasetamol dan

ibuprofen dengan KCKT dilakukan oleh Damayanti, dkk., (2003). Penggunaan
KCKT

relatif lebih mahal dan memerlukan tahap pemisahan sehingga

memerlukan waktu yang lebih lama. Harshini, dkk., (2014) menggunakan metode
spektrofotometri UV untuk penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen

8
Universitas Sumatera Utara

dengan pelarut etanol. Dibandingkan dengan pelarut metanol-air, pelarut etanol
menghasilkan spektrum senyawa yang tidak tersembunyi dalam suatu bentuk
spektrum besar yang saling tumpang tindih. Andrianto (2009) menetapkan kadar
parasetamol dan ibuprofen secara spektrofotometri ultraviolet metode panjang
gelombang berganda dengan pelarut metanol.
Dibandingkan dengan pelarut campuran dapar posfat pH 7,2-etanol
(91:9), parasetamol dan ibuprofen lebih cepat larut serta tidak mengubah spekrum
dari masing-masing zat.
2.3 Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah metode pengukuran yang didasarkan pada
interaksi cahaya dengan materi. Suatu alat yang mengukuran panjang gelombang
dan intensitas sinar ultraviolet - visible yang diserap oleh sampel disebut
spektrofotometer ultraviolet - visibel. Ultraviolet berada pada panjang gelombang
200 − 400 nm, sedangkan visibel berada pada panjang gelombang 400 − 800 nm
(Dachriyanus, 2004).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur
in.tensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Khopkar, 2008).
Ketika cahaya (monokromatik atau heterogen) mengenai medium homogen, suatu
bagian dari dari cahaya yang ada akan dipantulkan, sebagian diserap medium, dan
sisanya ditransmisikan, atau diteruskan (Day dan Underwood, 1998).
Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorbsi oleh molekul organik
aromatik, molekul yang mengandung elektron terkonyugasi menyebabkan transisi

9
Universitas Sumatera Utara

elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding

dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan
untuk analisis kuantitatif (Setiadarma, dkk., 2004).
Menurut

Gandjar

dan

Rohman

(2007),

metode

spektrofotometri

ultraviolet-visibel digunakan untuk menetapkan kadar senyawa obat dalam jumlah
yang cukup banyak. Cara untuk menetapkan kadar sampel adalah dengan
menggunakan perbandingan absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau
dengan menggunakan persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara

konsentrasi baku dengan absorbansinya. Persamaan kurva baku selanjutnya
digunakan untuk menghitung kadar dalam sampel.
2.3.1. Hukum Lambert-Beer
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel
yang disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan
konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum LambertBeer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi
dan ketebalan sel, hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang
diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan
konsentrasi larutan (Gandjar dan Rohman, 2007). Hukum Lambert-Beer
umumnya dikenal dengan persamaan sebagai berikut:
A = a.b.c (g/liter)
Dimana: A = absorbansi
a = absorptivitas
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada
konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel.

10
Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Komponen Spektrofotometer
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum
ultraviolet – visibel terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200 –
800 nm (Cairns, 2004). Suatu diagram sederhana spektrofotometer Ultraviolet Visible ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Diagram spektrofotometer ultraviolet - visible
i.

Sumber cahaya
Sumber cahaya atau lampu yang digunakan adalah dua lampu terpisah yang
digunakan secara bersama-sama, yang mencakup seluruh daerah ultravioletvisible. Untuk senyawa yang menyerap pada daerah ultraviolet diperlukan
lampu deuterium sedangkan untuk senyawa yang menyerap pada daerah
visible digunakan lampu tungsten (Cairns, 2004).

ii.

Celah
Celah dibuat dari logam yang kedua ujungnya diasah dengan sama (Khopkar,
1985).

iii. Monokromator
Cahaya yang digunakan harus monokromatis, yaitu cahaya dengan satu
panjang gelombang tertentu. Cahaya monokromatis ini didapat dengan
melewatkan cahaya polikromatis pada sebuah monokromator (Cairns, 2004).

11
Universitas Sumatera Utara

iv. Tempat sampel
Kuvet yang digunakan untuk tempat sampel pada pengukuran didaerah
ultraviolet - visible biasanya terbuat dari silika atau glas (Cairns, 2004).
v.

Detektor
Peranan detekor adalah

memberikan respon terhadap cahaya pada

berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1985).
Biasanya spektrofotometer dilengkapi dengan software yang berfungsi
untuk mengolah data yang dapat dioperasikan malalui komputer yang telah
terhubung dengan spektrofotometer. Spektrofotometri derivatif merupakan
metode manipulatif terhadap spektra pada spektrofotometri UV-Visible (Watson,
2005).
2.3.3 Kegunaan Spektofotometri Ultraviolet
Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat
terbatas karena rentang daerah rcadiasi yang relatif sempit hanya dapat
mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena
itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan untuk
dilakukan (Satiadarma, dkk., 2004).
Metode spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan antara lain
kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaannya
dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran (Munson, 1984).

Pada analisis kuantitatif dengan cara penetapan kadar, larutan standar obat
yang akan dianalisis disiapkan, serapan sampel dan standar dapat ditentukan
(Cairns, 2008), dimana konsentrasi zat dalam sampel dihitung dengan rumus

12
Universitas Sumatera Utara

sebagai berikut:

As Cs

At Ct

Keterangan:

As = Absorbansi baku pembanding
At = Absorbansi zat dalam sampel
Cs = Konsentrasi baku pembanding
Ct = Konsentrasi zat dalam sampel

Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai struktur kromofor atau
mengandung

gugus

kromofor,

serta

mengabsorpsi

radiasi

ultraviolet

penggunaanya cukup luas (Satiadarma, dkk., 2004).
Spektrofotometer ini merupakan peralatan yang berbiaya murah sampai
sedang dan mempunyai kepekaan analisis cukup tinggi. Karena luasnya ragam
bahan farmasi dan bahan biokimia yang menyerap radiasi ultraviolet - visibel,
maka metode ini banyak dipakai dalam analisis farmasi dan analisis klinik
(Munson, 1984).
2.4 Analisis Multikompenen dengan Spektrofotometri Ultraviolet
Analisis

kuantitatif

campuran

dua

komponen

merupakan

teknik

pengembangan analisis kuantitaif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaanya
adalah mencari absorban atau beda absorban di tiap-tiap komponnen yang
memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat
dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah
satu komponen komponen dalam campurannya dengan komponen lainnya (Mulja
dan Suharman, 1995).
Menurut Day dan Underwood (1998) ada beberapa kemungkinan yang
terjadi pada spektrum absorban dua kompenen sebagai berikut:

13
Universitas Sumatera Utara

a. Kemungkinan I

Gambar 2.4 Spektrum absorban senyawa X dan Y
Pada Gambar 2.4 diatas menunjukkan terjadi kemungkinan spektrum tidak
tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan. X dan Y sematamata diukur masing-masing pada panjang gelombang

1 dan

2.

b. Kemungkinan II

Gambar 2.5 Spektrum absorban senyawa X dan Y, spektrum X bertumpang
tindih pada spektrum Y
Terjadi tumpang tindih satu cara dari Gambar 2.5 dimana Y tidak
mengganggu pengukuran X pada
bersama-sama Y pada
pada

1,

1,

tetapi X memang menyerap cukup banyak

2. Konsentrasi

X ditetapkan langsung dari absorban larutan

kemudian absorban yang dsumbangkan oleh larutan X pada

dari absortivitas molar X pada

2

2

dihitung

yang telah diketahui sebelumnya. Sumbangan

14
Universitas Sumatera Utara

imi dikurangkan dari absorban terukur larutan pada

2

sehingga akan diperoleh

absorban yang disebabkan oleh Y, kemudian konsentrasi Y dapat diukur dengan
cara yang umum.
c. Kemungkinan III

Gambar 2.6 Spektrum absorban senyawa X dan Y saling tumpang tindih
Pada Gambar 2.6 spektrum X dan Y saling tumpang tindih secara
keseluruhan. Pada absorbansi maksimum dari komponen X pada
memiliki absorbansi tersendiri. Begitu juga komponen Y pada

komponen Y

1,

2 ,

komponen X

memiliki absorbansi sendiri.
Menurut

Andrianto

(2009)

pada

penetapan

kadar

campuran

multikomponen sulit dilakukan, sehingga untuk mengatasi hal itu diperkenalkan
analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda
melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang
gelombang berganda.
Panjang gelombang dipilih berdasarkan spektrum tersebut mulai
memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan, dimana
konsentrasi larutan yang dipakai serapannnya memenuhi hukum Lambert dan
Beer yaitu 0,2-0,8. Penentuan panjang gelombang dengan memilih lima panjang
gelombang secara variabel bebas. Pada metode ini tidak diperlukan proses

15
Universitas Sumatera Utara

pemisahan komponen zat aktif karena kadar komponen kedua zat dapat ditetapkan
secara bersama-sama (Andrianto, 2009).
2.5 Validasi Metode Analisis
Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah
dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang
absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy)
dan presisi (precission) yang baik. Validasi adalah suatu tindakan penilaian
terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk
membuktikan

bahwa

parameter

tersebut

memenuhi

persyaratan

untuk

penggunaannya (Harmita, 2004). Parameter analisis yang ditentukan pada validasi
adalah akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantitasi, kelinieran, dan rentang
(Gandjar dan Rohman, 2007).
2.5.1 Akurasi
Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Rentang nilai % akurasi analit yang
dapat diterima adalah 90%-110% (Ditjen BKAK., 2014). Rentang ini bersifat
fleksibel tergantung dari analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi
laboratorium. Akurasi bisa juga dilakukan dengan perhitungan matriks dari
serapan komponen obat dan serapan campuran komponnen (Andrianto, 2009).
2.5.2 Presisi
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya
diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda
signifikan secara statistik. Presisi bisa dinyatakan dalam koefisien variasi (KV)

16
Universitas Sumatera Utara

dan dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila KV < 2% (Gandjar dan
Rohman, 2007).
2.5.3 Linearitas
Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi
yang menghubungkan antara konsentrasi (X) dengan serapan (Y). Linearitas dapat
diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbedabeda. Data yang diperoleh selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope),
intersep, dan koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2007; Watson, 2005).
Suatu koefisien korelasi -1≤ r ≤ 1 dianggap menunjukkan linearitas. Persamaan
suatu garis lurus menghasilkan Y = aX + b (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.5.4 Rentang
Rentang adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu
metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup. Rentang
suatu prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur analitik
tersebut mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima
ketika digunakan untuk menganalisis sampel (Ermer dan Miller, 2005).

17
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

2 33 111

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

4 20 119

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 5 106

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 18

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 2

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 5 18

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 1 2

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 8 5

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 3 2

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 1 48