Pengaruh Variasi Perbandingan Tempurung Kelapa dan Eceng Gondok serta Variasi Ukuran Partikel Terhadap Karakteristik Briket

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

ENERGI TERBARUKAN
Sumber daya energi terbarukan adalah sumber energi yang akan konstan

dalam rentang waktu jutaan tahun. Sumber-sumber energi yang termasuk dalam
kategori terbarukan adalah sinar matahari, aliran air sungai, angin, gelombang
laut, arus pasang surut, panas bumi, dan biomassa.
Sejak ditemukan sumber energi yang lebih modern, yaitu bahan bakar fosil
dan tenaga nuklir, peranan energi terbarukan di seluruh belahan dunia terutama di
banyak negara maju mengalami penurunan. Namun sejak terjadinya krisis minyak
pada era 1970-an yang dilanjutkan dengan meningkatnya kesadaran terhadap
kelestarian lingkungan global, potensi energi tebarukan sebagai sumber energi
alternatif kembali mendapat perhatian [6].
2.1.1 Karakteristik Energi Terbarukan
Karakteristik energi terbarukan hampir tidak memiliki kesamaan satu sama
lain. Meskipun demikian, teknologi energi terbarukan mempunyai beberapa sifat
umum [6] sebagai berikut:
a. Sumber-sumber energi terbarukan tidak akan habis.

b. Sumber energi terbarukan secara geografis bersifat tersebar dan umumnya
dikembangkan dan dimanfaatkan di lokasi sumber energi tersebut berada.
c. Sumber energi terbarukan mempunyai densitas daya dan energi yang rendah
sehingga perangkat teknologi pemanfaatannya menempati lahan yang relatif
luas.
d. Teknologi-teknologi energi terbarukan pada umumnya memerlukan biaya
kapital tinggi tetapi biaya operasinya rendah.
e. Beberapa teknologi energi terbarukan bersifat modular sehingga responsif
terhadap pertumbuhan permintaan dan dapat dikonstruksi dalam waktu relatif
singkat.
f. Teknologi-teknologi energi terbarukan pada umumnya ramah lingkungan.

6
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Keunggulan Energi Terbarukan
Adapun keunggulan dari energi terbarukan [6] antara lain :
a. Sumber energi terbarukan merupakan sumber daya indigenous (diperoleh dari
sumber daya alam sendiri) yang tersedia dalam jumlah banyak. Pemakaian
energi terbarukan akan menghemat pengeluaran impor bahan bakar fosil (untuk

Indonesia hal ini berarti menambah kesempatan ekspor) dan akan menciptakan
lapangan kerja jika teknologi-teknologi konversinya dikembangkan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam negeri.
b. Beberapa energi terbarukan telah mencapai tahap yang kompetitif, baik secara
finansial maupun ekonomi untuk aplikasi tertentu, seperti di lokasi-lokasi
terpencil yang biaya transmisi listrik ataupun transportasi bahan bakar ke lokasi
tersebut mahal.
c. Teknologi-teknologi energi terbarukan bersifat fleksibel dan modular, sehingga
dapat dipasang dan beroperasi relatif lebih cepat.
d. Perkembangan teknologi yang cepat dari sistem energi terbarukan diharapkan
dapat memperlebar skala ekonomi dari aplikasi energi terbarukan dalam
dekade mendatang.

2.2

BIOMASSA
Biomassa didefenisikan sebagai material tanaman, tumbuh-tumbuhan, atau

sisa hasil pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar.
Secara umum sumber-sumber biomassa dapat berupa tongkol jagung, jerami,

tempurung kelapa, material kayu seperti kayu atau kulit kayu, potongan kayu, dan
lain sebagainya [7].

Gambar 2.1 Tipe-tipe Biomassa

7
Universitas Sumatera Utara

Biomassa merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun yang
bekerja sebagai sel surya, menyerap energi matahari yang mengkonversi dioksida
karbon dengan air menjadi suatu senyawa karbon, hidrogen dan oksigen. Senyawa
ini dapat dipandang sebagai suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi
menjadi suatu produk lain. Hasil konversi dari senyawa itu dapat berbentuk arang
atau karbon, ter dan lain sebagainya [3]. Energi yang disimpan tersebut dapat
dimanfaatkan dengan langsung membakar kayu, sedangkan panas yang dihasilkan
digunakan untuk memasak atau keperluan lainnya.
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi
jumlahnya sangat melimpah. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati
memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi energi secara
keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan

akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya,
karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal daripada memanfaatkannya.
Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena
penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di
daerah perkotaan [8].
Pembuatan briket dari bahan baku biomassa diharapkan dapat mengatasi
permasalahan lingkungan, juga menjadi solusi dari kelangkaan bahan bakar
karena proses produksi briket yang tergolong mudah dan tidak memerlukan
keterampilan khusus. Bahan utama yang harus terdapat dalam bahan baku
pembuatan briket adalah selulosa, semakin tinggi kandungan selulosa semakin
baik kualitas briket [8].

2.3

BIOARANG DAN BRIKET BIOARANG

2.3.1 Bioarang
Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari
aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan,
rumput, jerami, kertas, ataupun limbah pertanian lainnya yang dapat

dikarbonisasi. Bioarang ini dapat diolah lebih lanjut, salah satunya adalah menjadi
briket bioarang [6].

8
Universitas Sumatera Utara

Bioarang sebenarnya termasuk bahan lunak yang dengan proses tertentu
diolah menjadi bahan arang keras dengan bentuk tertentu. Kualitas bioarang ini
tidak kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya.
Bioarang yang dihasilkan selain memperhatikan faktor internal harus juga
memperhatikan faktor eksternal seperti persaingan di pasar global yang
memerlukan teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah dan juga mutu
produk.

2.3.2 Briket Bioarang
Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang
yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk
bahan lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang keras
dengan bentuk tertentu yang disebut briket. Kualitas dari briket bioarang ini tidak
kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya. Briket bioarang dapat

digunakan untuk keperluan energi alternatif sehari-hari sebagai pengganti minyak
tanah [9].

Gambar 2.2 Briket Bioarang
Pembuatan briket bioarang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan
menambah bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu
kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun
manual dan selanjutnya dikeringkan [3].
Briket bioarang merupakan bahan bakar alternatif yang cukup berkualitas.
Bahan bakar ini dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang sederhana, tetapi
panas (nyala api) yang dihasilkan cukup besar, cukup lama, dan aman. Bahan

9
Universitas Sumatera Utara

bakar ini cocok digunakan oleh para pedagang atau pengusaha yang memerlukan
pembakaran yang terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama [3].
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bioarang antara lain
adalah biayanya amat murah. Alat yang digunakan untuk pembuatan briket
bioarang cukup sederhana dan bahan bakunya pun sangat murah, mudah didapat

bahkan tidak perlu membeli karena berasal dari sampah, daun-daun kering,
limbah pertanian yang sudah tidak berguna lagi. Bahan baku untuk pembuatan
arang umumnya telah tersedia di sekitar kita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket bioarang adalah berat jenis
bahan bakar atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi,
dan tekanan pengempaan. Selain itu, pencampuran perekat dengan briket juga
mempengaruhi sifat briket [10].
Secara umum beberapa spesifikasi briket yang dibutuhkan oleh konsumen
[10] adalah sebagai berikut:
1. Daya tahan briket.
2. Ukuran dan bentuk yang sesuai untuk penggunaannya.
3. Bersih (tidak berasap), terutama untuk sektor rumah tangga.
4. Bebas gas-gas berbahaya.
5. Sifat pembakaran yang sesuai dengan kebutuhan (kemudahan dibakar,
efisiensi energi, pembakaran yang stabil).
2.3.2.1 Proses Pembuatan Briket
Secara umum proses pembuatan briket melalui tahap penggerusan,
pencampuran, pencetakan, pengeringan, dan pengepakan [6].
a. Penggerusan yaitu menggerus bahan baku briket untuk mendapatkan ukuran
partikel butiran tertentu. Alat yang digunakan adalah crusher.

b. Pencampuran yaitu mencampur bahan baku briket pada komposisi tertentu
untuk mendapatkan adonan yang homogen. Alat yang digunakan adalah mixer,
combining blender, horizontal kneader, dan freet mill.
c. Pencetakan yaitu mencetak adonan briket untuk mendapatkan bentuk tertentu
sesuai yang diinginkan. Alat yang digunakan adalah Briquetting Machine.
d. Pengeringan yaitu proses mengeringkan briket dengan menggunakan udara
panas pada temperatur tertentu untuk menurunkan kandungan air briket.
10
Universitas Sumatera Utara

e. Pengepakan yaitu pengemasan produk briket sesuai dengan spesifikasi kualitas
dan kuantitas yang telah ditentukan.
2.3.2.2 Parameter Kualitas Briket
Beberapa

parameter

kualitas

briket


yang

akan

mempengaruhi

pemanfaatannya [10] yaitu :
1) Kandungan Air
Moisture (kandungan air) yang dikandung dalam briket dapat dinyatakan
dalam dua macam:
(a) Free moisture (uap air bebas)
Free moisture dapat hilang dengan penguapan, misalnya dengan airdrying. Kandungan free moisture sangat penting dalam perencanaan coal
handling dan preperation equipment.
(b) Inherent moisture (uap air terikat)
Kandungan inherent moisture dapat ditentukan dengan memanaskan
briket pada temperatur 104 – 110oC selama satu jam.
2) Kandungan Abu
Semua briket mempunyai kandungan zat anorganik yang dapat ditentukan
jumlahnya sebagai berat yang tinggal apabila briket dibakar secara sempurna. Zat

yang tinggal ini disebut abu. Abu briket berasal dari clay, pasir, dan bermacammacam zat mineral lainnya. Briket dengan kandungan abu yang tinggi sangat
tidak menguntungkan karena akan membentuk kerak.
3) Kandungan Zat Menguap (Volatile matter)
Zat menguap terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti hidrogen,
karbon monoksida (CO), dan metana (CH4), tetapi kadang-kadang terdapat juga
gas-gas yang tidak terbakar seperti CO2 dan H2O. Volatile matter adalah bagian
dari briket dimana briket akan berubah menjadi volatile matter (produk) bila
briket tersebut dipanaskan tanpa udara pada suhu ± 950 oC. Untuk kadar volatile
matter ± 40% pada pembakaran akan memperoleh nyala yang panjang dan akan
memberikan asap yang banyak. Sedangkan untuk kadar volatile matter rendah
antara 15 – 25% lebih disenangi dalam pemakaian karena asap yang dihasilkan
sedikit.

11
Universitas Sumatera Utara

4) Nilai Kalor
Nilai kalor dinyatakan sebagai heating value yang merupakan parameter
yang penting dari suatu thermal coal. Gross calorific value diperoleh dengan
membakar sampel briket didalam bomb calorimeter dengan mengembalikan

sistem ke temperatur awal. Net calorific value biasanya antara 93-97 % dari gross
value dan tergantung dari kandungan inherent moisture serta kandungan hidrogen
dalam briket. Standar mutu briket arang untuk bahan baku kayu, kulit keras,
batubara, dan batok kelapa/tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Standar Mutu Briket Arang Menurut SNI dan Beberapa Negara [1]
Standar Mutu Briket
Jenis
Analisa
Jepang
Inggris
Amerika
SNI
Kadar air
maks 8
maks 4
maks 6
maks 8
(%)
Kadar abu
maks 7
maks 10
maks 16
maks 10
(%)
Kerapatan
1,0-1,2
0,46-0,84
1,0-1,2
0,5-0,6
(gr/cm3)
Kuat tekan
min 60
min 12,7
min 62
min 50
(kg/cm2)
Nilai kalor
5.000-6.000
min 5.870
4.000-6.500 min 5.600
(kal/gr)
Zat menguap
15-30
maks 16
19-28
maks 15
(%)
2.4

TANAMAN ECENG GONDOK
Eceng gondok adalah tumbuhan air yang mengapung bebas dipermukaan air

atau dapat pula tumbuh mengakar apabila airnya dangkal. Tanaman ini berasal
dari Brazil, yang kemudian meluas ke berbagai negara. Gambar eceng gondok
dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Eceng gondok

12
Universitas Sumatera Utara

Sistematika taksonomi eceng gondok adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Bangsa

: Bromeliales

Suku

: Potedericeae

Genus

: Eichhornia

Spesies

: Eichhornia Crassipes Solms

Eceng gondok (Eichornia crossipes) merupakan tumbuhan air yang tumbuh
di rawa-rawa, danau, waduk, dan sungai yang alirannya tenang. Eceng gondok
memiliki kandungan air yang sangat besar yakni hingga 90% dari berat tanaman
sebenarnya. Dari 10 kg eceng gondok setelah dikeringkan beratnya hanya 1 kg
[4]. Kandungan eceng gondok dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kandungan Tanaman Eceng Gondok [4]
Keadaan Bahan
Kandungan
Persentase (%)
Basah
Kadar air
90

Kering

Protein kasar
Serat kasar
Lemak
Kadar abu
Vortex dan mineral

13,03
20,60
1,01
23,80
41,47

Eceng gondok dapat tumbuh pesat karena kemampuannya beradaptasi
meskipun dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhannya yakni [13]:
1.

pH air
Pertumbuhan maksimum eceng gondok terjadi pada pH 7. Meskipun
pada pH 7 merupakan pH optimal untuk pertumbuhan, namun tanaman
ini dapat bertahan pada pH 4-5 dan 9-10. Perubahan morfologi abnormal
terjadi bila pH terlalu tinggi atau terlalu rendah, yaitu akar menjadi
keras, agak rusak, dan tidak ditemukannya akar-akar lateral.

13
Universitas Sumatera Utara

2. Intensitas cahaya
Pada keadaan cahaya matahari 100%, tanaman ini tumbuh dan
berkembang biak paling cepat dibandingkan dengan cahaya matahari
75%, 50% atau 25%.
3. Temperatur
Temperatur merupakan faktor yang menentukan distribusi eceng gondok
dimana pada suhu 25 oC tumbuh dengan pesat. Kecepatan pertumbuhan
relatif tanaman ini adalah lima kali lebih tinggi pada musim panas bila
dibandingkan dengan musim dingin.
4. Unsur hara
Pada pH sekitar 7, eceng gondok menyerap unsur hara paling banyak
terutama N.

2.5

TEMPURUNG KELAPA
Tempurung merupakan lapisan yang keras dengan ketebalan antara 3 mm

sampai 5 mm. Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat (SiO2)
yang terdapat pada tempurung tersebut. Dari berat total buah kelapa, antara 15%
sampai 19% merupakan berat tempurungnya. Selain itu tempurung juga banyak
mengandung lignin. Sedang kandungan metoksil dalam tempurung hampir sama
dengan yang terdapat dalam kayu [3].

Gambar 2.4 Tempurung kelapa

14
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa [3]
Unsur Kimia
Kandungan (%)
Selulosa
Pentosan
Lignin
Kadar Abu
Solfen Ekstraktif
Uronat anhidrad
Nitrogen
Air

26,60
27,00
29,40
0,60
4,20
3,50
0,11
8,00

Tempurung kelapa merupakan limbah organik yang memiliki peluang untuk
dijadikan sebagai bahan bakar. Tempurung kelapa digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan briket karena tempurung kelapa memiliki sifat difusi termal yang baik
karena tingginya kandungan selulosa dan lignin yang terdapat di dalam
tempurung. Selain itu, keberadaan tempurung kelapa yang melimpah baik yang
berasal dari limbah pertanian maupun yang berasal dari limbah rumah tangga dan
industri belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk meningkatkan penggunaan
tempurung kelapa sebagai bahan bakar alternatif maka tempurung kelapa dapat
dibuat menjadi briket [14].
Tempurung kelapa yang akan dijadikan briket haruslah tempurung yang
berasal dari kelapa yang sudah tua, kering dan bersih dari pengotor seperti
serabut, tanah ataupun pasir yang menempel pada tempurung karena akan
berpengaruh pada saat proses karbonisasi dan pada mutu briket yang dihasilkan.
Tempurung yang basah akan menimbulkan banyak asap pada saat dilakukan
karbonisasi [14].
Arang tempurung kelapa dapat dibentuk menjadi briket atau pelet melalui
proses pemadatan. Untuk memahami sifat dan karakteristik tempurung kelapa yang
sesuai sebagai bahan bakar maka perlu dipahami mengenai sifat fisik dan kimianya
seperti kerapatan, struktur, morfologi, dan termal. Perubahan tempurung kelapa
menjadi arang diperoleh melalui proses pirolisis.
Perubahan komposisi dan sifat termal tempurung kelapa menjadi arang
ditunjukkan pada Tabel 2.4.

15
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4 Perbandingan Sifat Antara Tempurung Kelapa dan Arangnya [15]
Bahan
Tempurung
Kelapa

Arang
Tempurung
Kelapa

Komponen

Kandungan (%)

Moisture
Volatile Matter
Karbon
Abu
Volatile Matter
Karbon
Abu

10,46
67,67
18,29
3,58

Sifat termal (kJ/kg)
18.388

10,60
76,32
13,08

30.750

Perubahan atau konversi tempurung kelapa menjadi arang menghasilkan
karbon sisa yang banyak dan peningkatan kandungan abu namun tetap tidak
sebanyak peningkatan kandungan karbonnya. Perubahan lain yang mencolok adalah
penghilangan kandungan air dan bahan mudah uap (volatile).

2.6

PROSES KARBONISASI
Karbonisasi adalah proses pemanasan suatu material biomassa pada

temperatur relatif tinggi tanpa oksigen yang cukup untuk terbakar (jumlah oksigen
dibatasi) untuk menghasilkan arang atau karbon. Pelaksanaan karbonisasi meliputi
teknik yang paling sederhana hingga yang paling canggih. Tentu saja metode
pengarangan yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi keuangan.
Berikut akan dijelaskan beberapa metode karbonisasi (pengarangan) [6].
a. Pengarangan terbuka
Metode pengarangan terbuka artinya pengarangan tidak di dalam ruangan
sebagaimana mestinya. Risiko kegagalannya lebih besar karena udara langsung
kontak dengan bahan baku. Metode pengarangan ini paling murah dan paling
cepat, tetapi bagian yang menjadi abu juga paling banyak, terutama jika selama
proses pengarangan tidak ditunggu dan dijaga. Selain itu bahan baku harus selalu
dibolak-balik agar arang yang diperoleh seragam dan merata warnanya.
b. Pengarangan di dalam drum
Drum bekas aspal atau oli yang masih baik bisa digunakan sebagai tempat
proses pengarangan. Metode pengarangan di dalam drum cukup praktis karena
bahan baku tidak perlu ditunggu terus-menerus sampai menjadi arang.

16
Universitas Sumatera Utara

c. Pengarangan di dalam silo
Sistem pengarangan silo dapat diterapkan untuk produksi arang dalam jumlah
banyak. Dinding dalam silo terbuat dari batu bata tahan api. Sementara itu,
dinding luarnya disemen dan dipasang besi beton sedikitnya 4 buah tiang yang
jaraknya disesuaikan dengan keliling silo. Sebaiknya sisi bawah silo diberi pintu
yang berfungsi untuk mempermudah pengeluaran arang yang sudah jadi. Hal yang
penting dalam metode ini adalah menyediakan air yang banyak untuk
memadamkan bara.
d. Pengarangan semi modern
Pada metode pengarangan semi modern sumber apinya berasal dari plat yang
dipanasi atau batu bara yang dibakar. Akibatnya udara di sekeliling bara ikut
menjadi panas dan memuai ke seluruh ruangan pembakaran. Panas yang timbul
dihembuskan oleh blower atau kipas angin bertenaga listrik.
e. Pengarangan super cepat
Pengarangan supercepat hanya membutuhkan waktu pengarangan hanya dalam
hitungan menit. Metode ini menggunakan penerapan roda berjalan. Bahan baku
dalam metode ini bergerak melewati lorong besi yang sangat panas dengan suhu
mendekati 700 ºC.
Lamanya pengarangan ditentukan oleh jumlah atau volume bahan organik,
ukuran partikel bahan, kerapatan bahan, tingkat kekeringan bahan, jumlah oksigen
yang masuk, dan asap yang keluar dari ruang pembakaran. Sementara itu, arang
masih memiliki jumlah energi karena belum menjadi abu. Arang itulah yang akan
di proses menjadi briket kemudian menjadi karbon [6].

2.7

BAHAN PEREKAT
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk

mengikat dua benda melalui ikatan permukan. Untuk merekatkan partikel-partikel
zat dalam bahan baku pada proses pembuatan briket maka diperlukan zat perekat,
sehingga dihasilkan briket yang kompak. Dapat dilihat pada Gambar 2.5.

17
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.5 Tepung kanji/tapioka

Bahan perekat dapat dibedakan atas 3 (tiga) jenis [3], yaitu :
1. Perekat anorganik
Termasuk dalam jenis ini adalah sodium silikat, magnesium, semen dan
sulfit. Kerugian dari penggunaan bahan perekat ini adalah sifatnya yang
banyak meninggalkan abu sekam pada waktu pembakaran.
2. Bahan perekat tumbuh-tumbuhan
Jumlah bahan perekat yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih sedikit
bila dibandingkan dengan bahan perekat hydrocarbon. Kerugian yang dapat
ditimbulkan adalah arang cetak yang dihasilkan kurang tahan terhadap
kelembaban.
3. Hydrocarbon dengan berat molekul besar
Bahan perekat jenis ini sering kali dipergunakan sebagai bahan perekat
untuk pembuatan arang cetak ataupun batubara cetak.
Pada percobaan ini digunakan jenis perekat tepung tapioka yang memiliki
sifat sebagai berikut:
-

Daya serap tehadap air yang baik

-

Mempunyai kekuatan perekatan yang baik

-

Mudah didapat dan tidak menggangu kesehatan.
Perekat pati dalam bentuk cair sebagai bahan perekat menghasilkan briket

arang bernilai rendah dalam hal kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu, dan zat
mudah menguap, tetapi akan lebih tinggi dalam hal kadar air, karbon terikat dan
nilai kalornya apabila dibandingkan dengan briket arang yang menggunakan
perakat molase atau tetes tebu [7].

18
Universitas Sumatera Utara

Komposisi kimia pati dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Kompisisi Kimia Pati [7]
Komposisi

Jumlah (%)

Air
Proton
Lemak
Abu
Serat Kasar

8-9
0,3-1,0
0,1-0,4
0,1-0,8
81-89

19
Universitas Sumatera Utara