Pengaruh Komunikasi dan Sikap Terhadap Kinerja Guru di SMP Panca Budi Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarindividu
melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol , sinyalsinyal, maupun perilaku ataupun tindakan (Purwanto, 2013:4). Proses komunikasi
itu sering dianggap sebagai akar dari semua persoalan-persoalan yang timbul
didalam berorganisasi. Pada umumnya, pengertian komunikasi ini paling tidak
melibatkan dua orang atau lebih, dan proses pemindahan pesannya dapat
dilakukan dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan
oleh seseorang melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal.
Didalam
(interpersonal

dunia

praktis,

communications)

juga


mengenal

dan

komunikasi

komunikasi

antarpribadi

lintas

budaya

(intercultural/cross-cultural communications), selain komunikasi bisnis (business
communicatios). Komunikasi bisnis, komunikasi antarpribadi maupun komunikasi
lintas budaya merupakan bentuk komunikasi yang masing-masing memiliki
karakter yang berbeda dari yang lainnya. Komunikasi antar pribadi merupakan
bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Peran antar pribadi menunjukkan
bahwa seorang manajer harus mampu memerankan dirinya sebagai seorang tokoh
figur (figurehead role), pemimpin (leader role), dan penghubung (liaison role).
Komunikasi lintas budaya merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara
dua orang atau lebih, yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda karena

10
Universitas Sumatera Utara

perbedaan geografis tempat tinggal. Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang
digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk
komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal untuk
mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2013:5).
2.1.2 Proses Komunikasi
Komunikasi membutuhkan sebuah proses karena komunikasi yang baik
tidak muncul begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang cukup panjang seperti
seseorang yang sedang berbicara, menulis, mendengarkan, atau membaca,
kegiatan komunikasi yang mereka lakukan terdiri lebih dari satu tindakan. Sebagai
suatu proses, komunikasi mempunyai suatu persamaan dengan bagaimana
seseorang mengekspresikan perasaan, hal-hal yang berlawanan (kontradiktif),

yang sama (selaras, serasi), serta meliputi proses menulis, mendengarkan, dan
mempertukarkan informasi.
Proses komunikasi terdiri dari 6 tahap (Purwanto, 2013:13) , yaitu:
1.

Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide/Gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan harus
menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain
atau audiens. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas
dihadapan kita, ide-ide yang ada didalam benak kita disaring dan disusun ke
dalam suatu memori yang ada dalam jaringan otak, yang merupakan gambaran
persepsi kita terhadap kenyataan

11
Universitas Sumatera Utara

2. Tahap Kedua: Pengirim Pengubah Ide Menjadi Suatu Pesan
Agar ide diterima dan dimengerti secara sempuna, pengirim pesan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan),
maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya.

3. Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan
Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah
memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada
kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada juga yang cukup
panjang. Panjang pendeknya saluran komunikasi yang digunakan akan
berpengaruh terhadap efektivitas penyampaiaan pesan.
4. Tahap Keempat: Penerima Menerima Pesan
Komunikasi antar seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim
(komunikator) mengirim suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima
pesan tersebut. Jika seseorang menyampaikan pidato dihadapan umum, para
pendengar sebagai audiens harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan
memahami pesan-pesan yang disampaikan.
5. Tahap Kelima: Penerima Menafsirkan pesan
Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat
menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah
dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran sipenerima pesan.
Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima

12

Universitas Sumatera Utara

pesan telah memahami isi pesan sebagaimana ang dimaksudkan oleh pengirim
pesan.
6. Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik Ke
Pengirim.
Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai
komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang
memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah
menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan
memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima
pesan beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikap murung,
cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran
atau pesan secara tertulis.
2.1.3 Tujuan Komunikasi
Menurut Purwanto (2013:18) Upaya komunikasi yang dilakukan tentukan
mempunyai tujuan tertentu untuk menunjuk pada hasil atau akibat pelaku
komunikasi. Tujuan komunikasi dapat dilihat dari 2 (dua) perspektif kepentingan,
yaitu:
a. Kepentingan sumber/pengirim/komunikator

b. Kepentingan penerima/komunikan
Kedua hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

13
Universitas Sumatera Utara

1. Memberi informasi
Kita sebagai komunikator memberikan informasi dan berperan aktif dalam
menjelaskan kepada komunikan /penerima dengan sebaik-baiknya dan
sehingga mereka dapat mengerti apa yang kita maksudkan
2. Mendidik
Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu berupa kegiatan disini
adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang harus diingat
adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
3. Menyenangkan/menghibur
Peran komunikator adalah memahami orang lain, kita sebgai komunikator
harus mengerti benar aspirasi masyarakat atau karyawan tentang apa yang
mereka inginkan, jangan mereka menginginkan kemauannya.
2.1.4 Kesalahpahaman Komunikasi
Munculnya kesalahpahaman dalam komunikasi disebabkan oleh faktor

penghambat yang dapat dikelompokkan ke dalam empat masalah utama
(Purwanto, 2013:16) yaitu :
1. Masalah Dalam Mengembangkan Pesan
Sumber masalah potensial dalam mengembangkan suatu pesan adalah dalam
memformulasikan suatu pesan. Masalah dalam mengembangkan suatu pesan
dapat mencakup antara lain munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang
terbiasa dengan situasi yang ada, adanya pertentang emosional, atau kesulitan
mengekspresikan ide atau gagasan.

14
Universitas Sumatera Utara

2. Masalah Dalam Menyampaikan Pesan
Komunikasi juga dapat terganggu karena munculnya masalah penyampaian
pesan dari pengirim ke penerima. Jika sedang menyampaikan presentasi
sebaiknya memilih tempat yang memungkinkan audiens dapat melihat dan
mendengar dengan jelas apa yang disampaikan, jangan sampai terhalang oleh
sesuatu sepeti tubuh sendiri.
3. Masalah Dalam Menerima Pesan
Masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan anatara lain adanya

persaingan antara pengliatan dan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu yang
kurang terang, dan kondisi lain yang dapat mengganggu konsentrasi penerima.
4. Masalah Dalam Menafsirkan Pesan
Meskipun suatu pesan mungkin hilang selama proses penyampaian pesan,
masalah terbesar terdapat pada mata rantai terakhir, saat suatu pesan ditafsirkan
oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa,
pernyataan emosional, dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman atara
pemberi dan penerima pesan.
2.2 Komunikasi Formal
Semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak
dalam tujuan, perlu diketahui bahwa pendekatan yang dipakai antara satu
mencapai organisasi dengan organisasi lain dapat bervariasi atau berbeda-beda.
Bagi perusahaan berskala kecil yang hanya memiliki beberapa karyawan,
penyampaian informasi dapat dilakukan secara langsung kepada karyawannya.
Lain halnya dengan perusahaan besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan

15
Universitas Sumatera Utara

karyawan, penampaian informasi kepada mereka merupakan suatu pekerjaan yang

cukup rumit.
Didalam perusahaan pola komunikasi yang digunakan adalah saluran
komunikasi formal (formal communication channel) yaitu pola transformasi
informasinya dapat berbentuk komunikasi vertikal dari atas ke bawah (top down
atau downward communication), dan komunikasi verikal dari bawah ke atas
(buttom-up atau upward communication), komunikasi horizontal (horizontal
communication), dan komunikasi diagonal (diagonal communication) (Purwanto,
2013:49).
2.2.1 Komunikasi Vertikal
Komunikasi dari atas ke bawah adalah transformasi informasi dari manajer
dalam semua level ke bawahan. Aliran komunikasi dari manajer ke bawahan
tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam
suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah
memiliki

tujuan

untuk

menyampaikan


informasi,

mengarahkan,

mengoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan mengendalikan berbagai kegiatan
yang ada di level bawah.
Kemudian yang tidak kalah penting yaitu komunikasi dari bawah ke atas
(buttom-up atau upward communication) berarti alur pesan yang disampaikan
berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin
disampaikan mula-mula berasal dari para karyawan selanjutnya disampaikan ke
jalur yang lebih tinggi. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke
atas, para manajer harus percaya penuh kepada bawahannya. Kalau tidak,

16
Universitas Sumatera Utara

informasi apa pun dapat dari bawahan tidak akan bermanfaat karena yang muncul
hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.
2.2.2 Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal (horizontal communication), atau sering disebut
juga dengan istilah komunikasi lateral (lateral communication), adalah
komunikasi

yang

terjadi

antara

bagian-bagian

yang

mmiliki

posisi

sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain
utuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada
bagian yang sejajar.
Di dalam praktiknya, terdapat kecenderungan bahwa dalam melaksanakan
pekerjaannya manajer suka melakukan tukar menukar informasi denggan rekan
kerjanya didepartemen atau divisi yang berbeda, terutama apabila muncul
masalah-masalah khusus dalam suatu organisasi perusahaan. Perusahaan
horizontal bersifat kordinatif di antara mereka yang memiliki posisi sederajat.
2.2.3 Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal memang agak lain dari beberapa bentuk komunikasi
sebelumnya. Komunikasi diagonal (diagonal communication) melibatkan
komunikasi antara dua tingkat level yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi
formal antara manajer pemasaran dengan bagian pabrik, antara manajer produksi
dengan bagian promosi ataupun antara manajer keuangan dengan bagian
penelitian.

17
Universitas Sumatera Utara

Namun komunikasi diagonal juga memiliki kelemahan. Salah satu
kelemahannya adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur
komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Disamping itu komunikasi
diagonal dalam suatu organisasi besar juga sulit dikendalikan secara efektif.
2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian Sikap
Sikap pada dasarnya merupakan prinsip yang diambil individu berdasarkan
kepribadian, keyakinan, dan prasaannya menyangkut suatu gagasan, situasi atau
lingkungan yang dihadapinya (Sulle et al, 2005:223). Sikap mencerminkan
bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Perilaku organisasi memfokuskan diri
pada sikap yang beraitan dengan pekerjaan. Menurut Robbins dan Judge
(2014:92) Sikap merupakan pernyatan evaluatif baik yang menyenangkan ataupun
tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa dan sikap
merupakan tanggung jawab dengan pekerjaan dan juga komitmen didalam
berorganisasi.
2.3.2 Komponen Sikap
Faktor-faktor dalam penilaian sikap, memiliki tiga komponen (Robbins dan Judge,
2014:93) yaitu:
a. Komponen afektif
Komponen ini menyangkut perasaan yang dirasakan oleh seseorang mengenai
gagasan, situasi maupun lingkungan yang dihadapinya. Komponen ini beraitan
dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci, sedih, dan kebanggaan hingga
muak atau bosan akan sesuatu, sebagai akibat setelah merasakannya.

18
Universitas Sumatera Utara

b. Komponen kognitif
Komponen ini menyangkut pengetahuan seseorang mengenai sesuatu yang
terkait dengan gagasan, situasi maupun lingkungannya yang dihadapinya.
Komponen ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu
informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya.
c. Komponen Perilaku
Dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara
tertentu terhadap seseorang atas sesuatu. Jadi untuk mencapai tujuan tertentu
diperlukan penyesuaian sikap individu yang mampu mendorong individu lain
dalam hal kepedulian individu terhadap tugas yang diberikan.
2.3.3 Sikap Kerja
Sikap yang berhubungan dengan pekerjaan merupakan sikap yang
mempengaruhi bagaimana karyawan melakukan pekerjaann dengan baik. Adapun
yang termasuk sikap kerja yang utama (Robbins dan Judge, 2014 :99) adalah :
1. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Kepuasan kerja
mengacu pada sikap individu secara umum terhadap pekerjaaannya. Seseorang
dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap yang positif
terhadap pekerjaannya dan seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya
mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaan tersebut

19
Universitas Sumatera Utara

2. Keterlibatan kerja
Keterlibatan kerja adalah tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung dalam
pekerjaannya dan secara aktif berpartisipasi didalamnya. Keterlibatan kerja
merupakan tambahan yang terbaru dalam literatur perilaku organisasi.
Seseorang dengan keteribatan pekerjaan yang tinggi dengan kuat memihak
pada jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja itu.
Tingkat

keterlibatan

yang

tinggi

telah

ditemukan berkaitan

dengan

kemangkiran yang lebiih rendah dan tingkat permohonan berhenti yang lebih
rendah.
3. Komitmen organisasi
Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan
memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat
memelihara keanggotaannya dalam organisasi itu. Jadi keterlibatan kerja yang
tinggi berarti pemihakan seseorang pada pekerjaannya yang khusus, dan
komitmen pada organisasi yang tinggi berarti pemihakan kepada organisasi
yang mempekerjakannya. Komitmen organisasi merupakan peramal yang lebih
baik karena merupakan respon yang lebih global dan bertahap organisasi
sebagai suatu keseluruhan dari kepuasan kerja. Beberapa dimensi terpisah
dalam komitmen organisasional (Robbins dan Judge, 2014:101) adalah :
a. Komponen afektif
Perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya.
b. Komponen berkelanjutan

20
Universitas Sumatera Utara

Nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila
dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut.
c. Komponen normatif
Kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau
etis.
d. Dukungan organisasi
Dukungan organisasi yang dirasakan adalah tingkat sampai mana karyawan
yakin organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli dengan
kesejahteraan mereka. Sikap ini menunjukkan bahwa individu merasa
organisasi mereka bersikap suportif ketika penghargaan dipertimbangkan
dengan adil, dan pengawas mereka dianggap suportif.
e. Keterlibatan karyawan
Keterlibatan karyawan adalah keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme
individual dengan kerja yang mereka lakukan. Tingkat keterlibatan rata-rata
tinggi mempunyai tingkat kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, serta
tingkat perputaran karyawan dan kecelakaan menjadi lebih rendah.
2.3.4 Teori Sikap
Adapun teori-teori yang terdapat dalam sikap (Robbins dan Judge,
2014:95) adalah:
a. Teori ketidaksesuaian kognitif
Teori ketidaksesuaian kognitif (dikemukakan oleh Leon Festinger tahun 1950an),

berusaha

menjelaskan

hubungan

antara

sikap

dan

perilaku.

Ketidaksesuaian berarti suatu ketidakkonsistenan. Ketidaksesuaian kognitif

21
Universitas Sumatera Utara

merujuk pada setiap ketidaksesuaian yang dirasakan individu. Oleh karena itu
individu akan mencari keadaan yang stabil, dimana hanya ada sedikit
ketidaksesuaian.
b. Teori persepsi diri
Teori persepsi diri membuktikan bahwa sikap digunakan, setelah melakukan
sesuatu, untuk memahami suatu tindakan yang telah terjadi. Daripada sebagai
alat yang mendahulu dan memandu tindakan. Berlawanan dengan teori
ketidaksesuaian kognitif, sikap hanyalah pernyataan verbal yang sederhana.
Ketika individu ditanyai tentang sikap mereka dan mereka tidak mempunyai
pendirian atau perasaan yang kuat, teori persepsi diri mengatakan bahwa
mereka cenderung membuat jawaban yang masuk akal.
2.4 Kinerja
2.4.1 Pengertian Kinerja Guru
Menurut A. Tabrani Rusyan dkk (2000:17) Kinerja guru adalah
melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun diluar
kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya. Kinerja seorang guru
merupakan usaha yang ditunjukkan sehingga dapat dinilai dari hasil kerjanya.
Kinerja dalam hal ini merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam
melakukan suatu pekerjaannya sehingga terlihat prestasi kerjanya dalam usaha
penerapan ide dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Didalam suatu organisasi lembaga pendidikan, keterampilan, dan kemampuan
yang dimiliki setiap guru dalam bidangnya merupakan sesuatu yang sangat
diharapkan.

22
Universitas Sumatera Utara

Di dalam tenaga pendidikan, satu diantaranya adalah guru mempunyai
kewajiban bukan hanya mengajar tetapi juga melatih serta memberikan pelatihan
serta dalam bentuk bidang pendidikan. Suatu profesi yang bersifat profesional
maka akan dituntut profesionalisme yang paling menonjol dari keprofesionalan
suatu jabatan atau pekerjaan adalah kompetensi, keterampilan dan kemampuan
seseorang untuk menjalankan segala tugas yang diemban profesinya. Guru
sebagai bagian dari profesi maka dituntut kemampuan, keterampilan dan
kompetensi keguruannya. Tetapi sebelum kita beranjak jauh mengenai kompetensi
atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesinya, terlebih dahulu
mengenai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setup guru, mengingat
suatu profesi, jabatan, atau pekerjaan seseorang pastilah nanti akan dipintakan
pertanggungjawabannya, baik itu kepada masyarakat karena guru teladan bagi
murid-muridnya dan guru dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab
terhadap berhasil tidaknya pendidikan.
2.4.2 Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Tugas dan tanggung jawab guru terdiri dari 5 (lima) unsur yaitu (A.
Tabrani dkk, 2000:18) :
a) Tanggung jawab moral, guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku
dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila.
b) Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah yaitu setiap guru harus
menguasai cara pembelajaran yang efektif.
c) Tanggung jawab guru dibidang kemasyarakatan yaitu turut mensukseskan
pembangunan masyarakat.

23
Universitas Sumatera Utara

d) Tanggung jawab guru di bidang keilmuan yaitu guru turut serta memajukan
ilmu dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.
e) Optimalisasi kelompok kerja guru.
2.5 Penelitian Terdahulu

No

Nama
Peneliti

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Variabel
Judul
Teknik
Penelitian
Penelitian
Analisis
Data

1

Peter
Boxall dan
Keith
Macky
(2013)

Sikap
Karyawan
(X1) Praktek
Kinerja Tinggi
(Y)

“The
Relationship
between ‘High
Performance
Work
Practices’ and
Employee
Attitudes”

Analisis
Regresi
Linear
Berganda

2

Neves
Pedro dan
Robert
Elsenberger
(2013)

Komunikasi
Manajemen
(X1)
Dukungan
Organisasi
(X2) Kinerja
Karyawan (Y)

“Management
Communication
and
Organizational
Support: The
Contribution of
Perceived
Employee
Performance”

Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Hasil Penelitian

Sikap
karyawan
menunjukkan
berpengaruh positif
terhadap
Praktek
kinerja karyawan dan
juga
dapat
membentuk
kepercayaan dalam
manajemen dan juga
komitmen organisasi
yang
memberi
kepuasan baik kepada
karyawan dan juga
kepada atasan.
Hasil penelitian ini
menunjukkan
komunikasi
manajemen
dan
dukungan organisasi
berpengaruh positif
terhadap
kinerja
karyawan
terutama
karena
komunikasi
yang mempengaruhi
kinerja menandakan
bahwa
organisasi
peduli
tentang
kontribusi
karyawannya.

24
Universitas Sumatera Utara

3

Wibowo
Bambang
Kristianto
(2013)

Komunikasi
Internal (X1)
Motivasi kerja
(X2)
Loyalitas (X3)
Kinerja Guru
(Y)

“Pengaruh
Komunikasi
Internal,
Motivasi Kerja,
Dan Loyalitas
Terhadap
Kinerja Guru
Sekolah
Sekolah
Menengah
Kejuruan
Negeri Rumpun
Bisnis
Kota
Semarang”

Analisis
Deskriptif
dan Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Komunikasi internal,
motivasi kerja, dan
loyalitas berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kinerja guru
di
SMK
negeri
rumpun bisnis kota
Semarang
dan
variabel yang paling
dominan
dalam
peneitian ini adalah
variabel komunikasi
internal
terhadap
kinerja guru.

4

Librawati
,Md.
Yudana
,IGK.
A.
Sunu
(2013)

Sikap
Profesional
(X1)
Iklim
Kerja
Sekolah (X2)
Gaya
Kepemimpinan
Sekolah (X3)
Kinerja Guru
(Y)

“Analisis
Pengaruh Sikap
Profesional,
Iklim
Kerja
Sekolah, Dan
Gaya
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Terhadap
Kinerja Guru
SMP
Negeri
Di Kecamatan
Sukawati”

Analisis
Regresi
Linear
Berganda

5

Nababan
Desnien
(2011)

Komunikasi
Formal (X1)
Kinerja Guru
(Y)

Analisis
Regresi
Linear
Berganda

6

Laura
Frestynor.
H
(2009)

Sikap (X1)
Keterampilan
Komunikasi
(X2)
Kinerja
Karyawan (Y)

“Pengaruh
Komunikasi
Formal
Terhadap
Kinerja Guru
(Studi
Korelasional
Tentang
pengaruh
Komunikasi
Formal
Terhadap
Kinerja Guru di
SMA Negeri 5
Medan)”
“Pengaruh
Sikap
Dan
Keterampilan
Komunikasi
Terhadap
Kinerja
Karyawan
PTPN
IV
Pabrik Kepala

Temuan
dalam
penelitian
ini
menunjukkan bahwa
variabel
sikap
professional,
iklim
kerja,
dan
gaya
kepemimpinan kepala
sekolah
berdeterminasi secara
signifikan
dengan
kinerja guru di SMP
Negeri di Kecamatan
Sukawati dan arinya
ketiga
variabel
tersebut
dapat
memprediksi kinerja
guru.
Terdapat hubungan
antara
komunikasi
formal
yang
dilakukan
guru
dengan kinerja guru
di SMA negeri 5
Medan.
Variabel
komunikasi
formal
berpengaruh rendah
terhadap kinerja guru.

Analisis
Deskriptif
dan Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Sikap
dan
keterampilan
komunikasi
berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan PTPN IV
dan variabel yang
paling berpengaruh

25
Universitas Sumatera Utara

Sawit
(PKS)
Kebun Pabatu”

dominan
dalam
penelitian ini adalah
variabel
yaitu
keterampilan
komunikasi

2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dan kerangka berpikir merupakan gambaran tentang
hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang akan disusun dari berbagai teori
yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2005:47).
2.6.1 Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Guru
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarindividu
melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol , sinyalsinyal, maupun perilaku ataupun tindakan. Proses komunikasi itu sering dianggap
sebagai akar dari semua persoalan-persoalan yang timbul didalam berorganisasi
dan sebagai salah satu unsur dalam meningkatkan kinerjanya (Purwanto, 2013:4).
Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih, dan
proses pemindahan pesannya dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara
berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang melalui lisan, tulisan, maupun
sinyal-sinyal nonverbal.
Menurut A. Tabrani Rusyan dkk (2000:17) Kinerja guru adalah
melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun diluar
kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya. Kinerja guru lebih
mengarah pada tingkatan prestasi sekolah dan juga pada tertanamnya ilmu yang
disalurkannya, kinerja guru merefleksikan bagaimana seorang guru memenuhi
keperluan pekerjaan dengan baik,

26
Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian, kinerja yang akan dihasilkan oleh guru yang
mempunyai komunikasi yang baik seperti komunikasi dari lisan maupun tulisan
akan menunjang kinerjanya di dalam kelas karena proses belajar mengajar akan
terjalin dengan tujuan yang searah dan terarah yang menghasilkan mengertinya
para siswa dengan apa yang dimaksudkan oleh guru.
2.6.2 Pengaruh Sikap Terhadap Kinerja Guru
Sikap menurut Robbins dan Judge (2014:92) adalah pernyatan evaluatif
baik yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu,
atau peristiwa. Sikap yang berhubungan dengan pekerjaan merupakan sikap yang
mempengaruhi bagaimana karyawan melakukan pekerjaan dengan baik karena
dengan sikap yang mempunyai komitmen tinggi akan menunjang kinerjanya.
Dengan mempunyai sikap komitmen, kepuasan kerja, dan juga keterlibatan kerja
yang tinggi yang bagaimana guru mampu menciptakan siswa didik yang
mempunyai prestasi baik yang akan menujukkan meningkatnya kinerju guru
tersebut.
2.6.3 Pengaruh Komunikasi dan Sikap Terhadap Kinerja Guru
Komunikasi dan sikap menunjukkan pengaruh terhadap kinerja karyawan
ataupun guru yang mengharuskan seorang guru harus memiliki komunikasi yang
baik dan sikap yang mempunyai komitmen tinggi untuk mendukung kinerjanya
disekolah demi mencapai tujuan sekolah. Jadi komunikasi dan sikap merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Adanya sumber daya yang mampu
berkomunikasi dengan baik dan mempunyai sikap yang mempunyai komitmen
tinggi akan menghasilkan kinerja guru akan meningkat

27
Universitas Sumatera Utara

Komunikasi (X1)

Kinerja Guru (Y)

Sikap (X2)
Sumber : Robbins (2008)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian
Menurut Kerlinger (2003:30), hipotesis adalah pernyataan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian berdasarkan teori yang
ada. Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1. Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMP

Panca Budi.
2. Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMP Panca

Budi Medan.
3. Komunikasi dan sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru

di SMP Panca Budi Medan.

28
Universitas Sumatera Utara