Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan)

(1)

Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Formal

Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 5

Medan)

Diajukan oleh: DESNIEN NABABAN

090922024

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru, Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan tentang hubungan komunikasi formal yang efektif terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan.

Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional . Metode korelasional bertujuaan untuk meneliti sejauh mana variasi pada salah satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain.Metode ini bertujuan untuk mewnemukan ada hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

Populasi penelitian ini adalah Guru-guru SMA Negeri 5 Medan.Metode pengambilan sampel yang digunakan total sampling dengan mengmbil sebanyak sampel orang atau keseluruhan populasi menjadi sampel.

Teknik pengambilan data yang digunakan adalah library researh dan field research dengan menggunakan kuisioner dan wawancara.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa mengunakan rumus Spearman yang kemudian uji signifikasnya berdasarkan skala G uilford.

Terdapat hubungan antara Komunikasi Formal antara komunikasi Formal yang dilakukan Guru degan Kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan .Hubungan ini dapa dilihat Berdasarkan skala Guilford , dengan hasil rs = 0,121 dinyatakan bahwa komunikasi formal dan kinerja guru adalah redah tapi pasti.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I: PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 7

I.3 Pembatasan Masalah ... 7

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

I.5 Kerangka Teori ... 7

I.6 Kerangka Konsep... 17

I.7 Model Teoritis ... 18

I.8 Operasional Konsep ... 19

I.9 Definisi Operasional ... 19

BAB II: LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Komunikasi ... 20

II.2 Unsur-Unsur Komunikasi ... 24

II.3 Ciri-ciri Komunikasi ... 25

II.4 Tujuan komunikasi ... 26

II.5 Tatanan Komunikasi ... 26

II.6 Komunikasi Formal...28


(4)

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Subjek Penelitian ... 57

III.1.1 Profil SMA Negeri 5 Medan...57

III.1.2 Uraian Tugas dan Fungsi Organisasi...57

III.1.2 Kepala Sekolah...57

III.1.2 Wakil Kepala Sekolah...57

III.1.3 Tata Usaha...59

III.1.4 Komite Sekolah...59

III.1.5 Bidang Sarana da Prasarana...59

III.1.6 Bidang Kurikulum...59

III.1.7 Bidang Kesiswaan...60

III.1.8 Bidang Humas...60

III.1.9 Guru...60

III.1.10 Wala Kelas...61

III.1.11 Guru Pembingbing...61

III.1.12 Visi,Misi dan Motto Sekolah...61

III.2 Metode Penelitian ...62

III.3 Populasi dan Sampel...62

III.4 Metode Pengumpulan Data ... 63

III.5 Teknik Analisis Data...63

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Proses Pengolahan Data ... 67

IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 67

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 69


(5)

IV.2.2 Komunikasi Formal... 71

IV.2.3 Kinerja Guru...82

IV.4 Analisa Tabel Silang ... 86

IV.5 Uji Hipotesis ... 92

IV.6 Pembahasan...92

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 94

V.2 Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA


(6)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru, Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan tentang hubungan komunikasi formal yang efektif terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan.

Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional . Metode korelasional bertujuaan untuk meneliti sejauh mana variasi pada salah satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain.Metode ini bertujuan untuk mewnemukan ada hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

Populasi penelitian ini adalah Guru-guru SMA Negeri 5 Medan.Metode pengambilan sampel yang digunakan total sampling dengan mengmbil sebanyak sampel orang atau keseluruhan populasi menjadi sampel.

Teknik pengambilan data yang digunakan adalah library researh dan field research dengan menggunakan kuisioner dan wawancara.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa mengunakan rumus Spearman yang kemudian uji signifikasnya berdasarkan skala G uilford.

Terdapat hubungan antara Komunikasi Formal antara komunikasi Formal yang dilakukan Guru degan Kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan .Hubungan ini dapa dilihat Berdasarkan skala Guilford , dengan hasil rs = 0,121 dinyatakan bahwa komunikasi formal dan kinerja guru adalah redah tapi pasti.


(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang dinamis di dalam lingkungan sosialnya. Agar dapat berkembang, manusia melakukan interaksi dengan sesamanya. Hubungan yang baik diperoleh dari komunikasi yang baik pula. Oleh karena itulah manusia melakukan komunikasi untuk mendapatkan hubungan atau ikatan yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya.

Komunikasi adalah sendi dasar terjadinya sebuah interaksi sosial, antara yang satu dengan yang lain, saling tolong menolong, saling ketergantungan, saling memberi dan menerima. Intinya bahwa dengan berkomunikasi akan terjadi kesepahaman atau adanya saling pengertian antara satu dengan yang lain.

Menurut Stephen Covey dalam kutipan Aribowo Prijosaksono dan Roy Sambel, komunikasi merupakan ketrampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif.

Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, seperti halnya manusia membutuhkan udara untuk bernafas. Maka dari itu, karena komunikasi sudah menjadi hal yang biasa dilakukan, ini artinya bahwa komunikasi sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa terjadi, sehingga tanpa disadari sebagian dari orang kurang memperhatikan bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan baik, dan akibatnya seringkali seseorang mengalami kegagalan dalam berinteraksi dengan sesamanya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman atau salah pengertian antara satu dengan yang lain.


(8)

Menurut Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organisasi adalah suatu unit yang terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran. Dapat disimpulkan, bahwa organisasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam satu wadah atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Di dalam tubuh organisasi terdiri dari bagian-bagian yang disebut unit-unit atau sub-sub, yang kesemuanya itu mempunyai fungsi dan tugas masing-masing.

Sekolah merupakan organisasi yang di dalamnya terdiri dari sekumpulan unit-unit kerja (kepala sekolah, komite sekolah, guru, tenaga administrasi, siswa dan lain sebagainya), yang kesemuanya itu dituntut untuk melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan tanggung jawabnya untuk mengembangkan serta memajukan kualitas sekolah. Guru adalah bagian dari unit kerja di sekolah. Tugas dari seorang guru adalah membimbing, mengarahkan, mengajar, dan mendidik terhadap para siswanya.

Dengan profesi yang disandangnya, diharapkan guru mampu memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan dan perkembangan sekolah. Bisa dikatakan, bahwa yang bertanggung jawab atas baik buruknya kualitas siswa adalah guru. Untuk itu di dalam profesinya guru dituntut untuk melakukan suatu pekerjaan dengan baik sehingga terlihat prestasi dalam proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

Komunikasi dirasakan sangat penting dalam segala aspek kehidupan, khususnya adalah lembaga pendidikan (sekolah). Menurut Suranto AW, komunikasi meningkatkan keharmonisan kerja dalam perkantoran. Sebaliknya apabila komunikasi tidak efektif, maka koordinasi akan terganggu. Akibatnya adalah disharmonisasi yang akan mengganggu proses pencapaian target dan tujuan pendidikan. Dalam sebuah organisasi khususnya sekolah membutuhkan koordinasi antara satu dengan yang lain agar tercipta adanya keharmonisan, saling pengertian, kesepahaman antara sub kerja yang satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya organisasi dibangun atas dasar interaksi antara satu orang dengan orang lain. Jika kerjasama dalam kelompok dapat terselenggara dengan baik, maka tujuan dari sebuah kelompok (organisasi) akan cepat terwujud, namun jika terdapat distorsi dalam


(9)

kerjasama tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai akan terasa lebih sulit.

Banyak faktor yang mepengaruhi hakikat dan luasnya jarigan komunikasi di antaranya hubungan dalam organisasi,arah dari arus pesan, hakikat seri dari arus pesan dan isi dari pesan. Beberapa jaringan ditentukan oleh mekanisme yang sangat formal seperti jaringan yang digambarkan dalam struktur organisasi. Sementara itu ada juga jaringan komunikasi yang timbul tanpa perhatian dan perencanaan lebih dahulu seperti, jaringan komunikasi informal.

Dalam hal ini guru-guru di SMA Negeri 5 Medan menggunakan komunikasi formal. Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini mencangkup susunan tingkah laku organisasi, pembagian depertemen maupun tangung jawab tertentu, posisi jabatan dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi angota organisasi yang berbeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidaklah mengikuti stuktur formal organisasi. Yang termasuk komnunikasi informal adalah berita-berira dari mulut kemulut mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia.

Ada hubungan yang menarik anatara jaringan komunikasi formal dengan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal kurang memberikan kepuasan kepada anggota organisasi terhadap kebutuhan akan informasi oleh karena itu, mereka memgembangkan kontak informal dengan desas-desus (grapevine) atau berita-berita angin yang belum tentu benar, untuk memperoleh bermacam-macam informasi yang menarik yang tidak mereka dapatkan melalui jaringan komunikasi formal. Makin kurang jaringan komunikasi formal digunakan untuk memberikan informasi yang relevan anggota organisasi seperti guru, makin tegantung mereka kepada informasi grapevine dan makin mempunyai kekuasaan grapevine. Sebaliknya makin banyak informasi yang relevan dengan anggota organisasi diberikan melalui jaringan komunikasi formal semakin kuranglah anggota tergantung pada informasi grapevine (Muhammad, 2009).

Komunikasi formal yang ada di sekolah, diharapkan akan mampu memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. Adanya komunikasi yang sehat dan baik antara sub kerja yang satu dengan


(10)

yang lain, diharapkan akan turut membantu perkembangan kinerja guru di sekolah. Dengan adanya keterbukaan dan pengertian maka guru akan merasa lebih akrab dan dapat dijadikan sebagai teman diskusi. Setiap individu dalam bekerja tidak hanya menginginkan sekedar gaji dan prestasi, tetapi bekerja merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial. Guru yang memiliki rekan kerja yang ramah dan mendukung, akan mengantarkan mereka pada hasil kerja yang baik pula. Keefektifan komunikasi formal dapatlah diartikan sebagai keberhasilan komunikasi antara kepala sekolah dengan para bawahannya (guru).

Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan di atas, penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada tersebut dengan judul "Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan.”

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah sebagai upaya membatasi penelitian agar lebih terarah, dan tidak terlalu luas dalam fokus penelitian yang sudah ditentukan (Hariwijaya dan Basri, 2005 : 59).

Berdasakan pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Pengaruh Komunikasi Fomal Terhadap Guru SMA Negeri 5 Medan?”

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah disebut juga ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Sebagai upaya membatasi masalah penelitaan agar tidak terlalu luas dan membingungkan. Pembatasan masalah berusaha menentukan fokus utama penelitian yang dilakukan dan tujuan penelitian, dilanjutkan dengan penyusunan hipotesa jika dimungkinkan (Hariwijaya dan Basri, 2005 : 31).


(11)

Dan yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Penelitian ini terbatas pada para guru SMA Negeri 5 Medan.

2. Penelitian untuk mengetahui pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan.

3. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Medan, Jalan. 4. Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2011 sampai selesai.

5. Penelitian ini mengunakan metode korelasional, yang mencari atau menjelaskan hubungan antara pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah

1. Untuk mengetahui komunikasi formal yang dilakukan guru SMA Negeri 5 Medan. 2. Untuk mengetahi pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja yang dilakukan guru

SMA Negeri 5Medan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah:

1. Secara teoritis dapat merapkan ilmu yang diterima peneliti selam menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, serta memperkaya konsep dan teori mengenai pengaruh

komunikasi formal terhadap kinerja guru.


(12)

komunikasi khususnya komunikasi formal di departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi SMA Negeri 5 Medan.

1.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang mengambarkan dari sudut mana penelitian akan disorati (Nawawi, 2001 : 40).

Menurut Kerlinger, teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruk, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis, dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1995 : 37). Kerangka teori juga membanatu penelitian dalam menentukan tujuan serta arah penelitian dan menjadi dasar pijakan agar langkah yang ditempuh selanjutnya dapat jelas dan konsisten.

Adapun teori teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah

1.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi sangat sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari seluruh aktifitas manusia tidak terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi dilakukan agar tercipta saling pengertian antara sesama manusia sehinga dapat hidup saling berdampingan dalam hidup bermasyarakat .

Menurut Ruben (Arni, 1992 : 3), komunikasi adalah suatu proses melalui individu berhubungan dengan kelompok, organisasi, dan masyarakat, menciptakan, menyampaikan, dan mengunakan informasi untuk mengkoordinasikan lingkungan dengan orang lain.


(13)

oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung maupun tidak langsung melalui media.

Carl I Holvland dalam buku Social Comunication, komunikasi adalah proses bilamana individu (komunikator) mengoper stimulans (biasanya lambang kata-kata) untuk mengubah tingkah laku lainnya (komunikan).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain, dan akan berhasil bila terjadi saling pengertian di antara kedua belah pihak yang berkomunikasi.

1.5.2 Komunikasi Formal

Komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu:

1. Downward comunication atau komunikasi kepada bawahan.

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pernyataan dan kebijakan umum. Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah imformasi, mencegah kesalah pahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.


(14)

2. Upward communication atau komunikasi kepada atasan

Yang dimaksud dengan komunikasi keatasan adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas.

Tujuan komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini akan mempunyai efek akan penyempurnaan moral dan sikap bawahan. Menurut Smith (Goldhaber,1986) komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pemimpin memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatau pesan yang disampaikan kepada dan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan bagi depertemennya atau organisasinya.

3. Horizontal communication atau komunikasi horizontal

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.

Tujuan komunikasi horizontal yaitu:

a. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana memberikan konstribusi dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas. Ide dari banyak orang biasanya akan lebih baik dari pada ide satu orang. Oleh karena itu komunikasi horizontal sangat diperlukan utuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program dalam hubungan dengan masyarakat,


(15)

anggota-anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang mereka lakukan.

c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan moral .

d. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya.

e. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi, dan depertemen diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau depertemen tentang perubahan itu. Kemungkinan suatu unit dengan unit lainya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut.

f. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan akan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional sesama rekan sekerja.

1.5.3 Pengertian Kinerja Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang. Menurut Hadari Nawawi kinerja adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam menggapai tujuan. Sementara menurut Suryo Subroto kinerja dalam PBM adalah kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi afektif, kognitif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari


(16)

sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.

Dengan demikian, dari beberapa pengertian di atas bisa diambil kesimpulan, bahwa pengertian kinerja guru yang dimaksud adalah kemampuan kerja guru yang ditampilkan dalam kegiatan proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Kemampuan kerja yang tinggi atau rendah dapat terlihat dari apa yang telah dicapai dan prestasi yang diperoleh dalam suatu pekerjaan.

Kinerja seseorang merupakan kemampuan, usaha yang ditunjukkan sehingga dapat dinilai dari hasil kerjanya. Kinerja dalam hal ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekedaan sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam usaha penerapan ide dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Di dalam suatu organisasi lembaga pendidikan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru dalam bidangnya merupakan sesuatu yang sangat diharapkan. Dengan adanya keterampilan dan kemampuan ini akan dapat mempengaruhi pula kinerja dalam lembaga pendidikan.

Tenaga pendidikan, dalam hal ini sate diantaranya adalah guru mempunyai kewajiban bukan hanya mengajar tetapi juga melatih, serta memberikan pelayanan yang bersifat teknik dalam bidang pendidikan. W. Robert Houston, memberikan pengertian kompetensi adalah sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilihan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.

Suatu profesi yang bersifat profesional maka akan dituntut profesionalisme yang paling menonjol dari keprofesionalan suatu jabatan atau pekerjaan adalah kompetensi, keterampilan dan kemampuan seseorang untuk menjalankan segala tugas yang diemban profesinya. Guru sebagai bagian dari profesi maka dituntut kemampuan, keterampilan dan kompetensi keguruannya. Tetapi sebelum kita beranjak jauh mengenai kompetensi atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesinya, terlebih dahulu mengenai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setup guru,


(17)

mengingat suatu profesi, jabatan, atau pekerjaan seseorang pastilah nanti akan dipintakan pertanggungjawabannya, baik itu kepada masyarakat.

Tanggung jawab seorang guru tentunya sangat kompleks dan beraneka ragam, baik itu tanggung jawab membimbing, mendidik, melatih mereka yang dipertanggungjawabkan (anak didik). Tanggung jawab guru harus juga diterima oleh seluruh elemen masyarakat yang menggunakan anak didiknya. Oleh karena itu guru yang profesional adalah mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap hasil kerjanya, tentunya akan melaksanakan tugas yang diembannya sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan guru yang baik bukan hanya yang datang ke kelas, kemudian memberi tugas yang banyak kepada anak didiknya lalu pulang. Tapi guru yang baik adalah

guru yang dapat mentransfer seluruh ilmu yang ada pada dirinya, menjadikan dirinya teladan bagi anak didiknya.

Mochtar Buchori, menurut suku Jawa, guru adalah singkatan dari ungkapan “digugu Ian ditir”, artinya guru adalah orang yang harus selalu dapat ditaati dan diikuti. Maksudnya digugu adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh guru harus dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh seorang murid, kemudian guru juga harus ditiru, kedua, guru teladan bagi murid-muridnya. Guru dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap berhasil tidaknya pendidikan.

Jadi dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah:

a. Penguasaan materi b. Penguasaan strategi

c. Penguasaan ilmu dan wawasan

d. Serta memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung.


(18)

sosial, tugas profesional seperti yang dikemukakan oleh Piet Sahertian berikut ini:

1) Tugas Personal

Tugas personal atau pribadi ini menyangkut pribadi guru, oleh karena itu guru sebelum memaharni tentang keanekaragaman kepribadian anak didiknya maka terlebih dahulu seorang guru harus tabu dan paham mengenai konsep dirinya sendiri.

P. Wiggens dalam bukunya Student Teacher in Action seperti yang dikutip oleh Piet Sahertian, Wiggens menulis bahwa seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya sendiri. Bila ia berkaca ia melihat bukan satu pribadi tetapi tiga pribadi, yaitu:

a) Saya dengan konsep diri saya (self concept) b) Saya dengan ide diri saya (self idea) c) Saya dengan realita diri saya (self reality)

Apabila seorang guru sudah paham mengenai konsep dirinya, maka hal yang terlebih dahulu dilakukan seorang guru setelah mengajar ialah sejenak melakukan refleksi mengenai pengajaran yang telah dilakukan, apakah segala materi yang telah diberikannya kepada anak didiknya dapat dipahami serta bagaimana hasil akhir yang diterima anak didiknya?

2) Tugas Sosial

Tujuan serta misi seorang guru dalam melakukan pekerjaannya adalah misi kemanusiaan, itu artinya perlu adanya keikhlasan dari seorang guru dalam melakukan tugasnya karena guru mempunyai tugas sosial yang diembannya. Akan tetapi melihat fenomena yang sedang terjadi sekarang ini adalah kondisi jumlah nominal dana kesejahteraan seorang guru yang ternyata tidak mencukupi segala kebutuhan yang diperlukan oleh guru beserta keluarganya, sehingga efeknya nilai kemanusiaan yang dibarengi dengan nilai keikhlasan dari tugas guru sudah mulai


(19)

pudar.

3) Tugas Profesional

Kompetensi atau keterampilan guru juga harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional, hat ini dimaksudkan agar proses pembelajaran antara guru dengan seorang murid lebih efektif mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Oleh karena itu menurut Muhammad Nurdin, bahwa suatu pekerjaan dapat dikatakan profesional apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Memiliki spesialisasi ilmu

b) Memiliki kode etik dalam menjalankan profesi c) Memiliki organisasi profesi

d) Diakui oleh masyarakat e) Sebagai panggilan hidup

f) Harus dilengkapi kecakapan dalam diagnostik, kecakapan dalam mengidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan klien atau masalah-masalah yang berkaitan dengan teori-teori dalam bidang profesinya.

Prinsip profesionalitas menurut RUU Guru dan Dosen:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ketaqwaan, dan akhlak mulia

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6. Memperolah penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja


(20)

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Jadi tugas guru dalam profesinya harus bersifat profesional, guru harus memiliki keterampilan dan kemampuan yang lebih dibandingkan anak didiknya. Kegiatan mengajar, melatih dan membimbing paling tidak harus dimiliki oleh seorang guru maka anak didik tidak sungkan-sungkan menjadikan gurunya sebagai teman curhat, tempat bertanya dari segala persoalan dan lain sebagainya.

1.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah yang mengespresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta untuk yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk mengambarkan berbagi fenomena yang sama (Kriyantono, 2007 : 149).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dan menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawapan sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar kosep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (x)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau mumculnya faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1915 : 40). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi formal. 2. Variabel Terikat (y)


(21)

Variabel terikat adalah sejumalah gejala atau unsur atau faktor yang ada atau muncul di pengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi, 1995 : 40). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja guru.

1.7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1. Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk suatu kesatuan dan memudahkan, pemecahan masalah, yakni sebagai berikut:

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (x) Komunikasi Formal

a. Komunikasi kepada bawahan b. Komunikasi kepada atasan c. Komunikasi horizontal

Variabel Terikat (y) a. Penguasaan materi

Variabel terikat (y) Kinerja Guru Variabel bebas (x)

Komunikasi Formal


(22)

Kinerja Guru b. Penguasaan strategi

c. Pengusaan ilmu dan wawasan

d. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung

Karakteristik Responden a. Umur

b. Jenis kelamin c. Jabatan

1.9 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur varabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan variabel sama (Singarimbun,1915 : 46). Maka variabel-variabel yang perlu didefenisikan dalam penelitian ini adalah

1. Variabel Bebas

a. Komunikasi kepada bawahan adalah komunikasi yang menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya, digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan.

b. Komunikasi kepada atasan adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.

c. Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan ini biasanya berhubungan dengan


(23)

tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.

2. Variabel Terikat

a. Penguasaan materi adalah mengetahui dan memahami secara mendalam memgenai materi pelajaran dan bahan ajar yang akan diajarkan.

b. Penguasaan strategi adalah bagaimana cara atau teknik mengajar guru, misalnya diskusi, tanya jawab, membagikan kuis dan lain-lain.

c. Penguasaan ilmu dan wawasan maksudnya memahami ilmu yang akan diajarkan dan mempunyai wawasan yang seputar materi pelajaran tersebut.

d. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yaitu mampu menyerap imformasi yang ada di sekitarnya dengan cepat


(24)

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupaka dugaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2007 : 14). Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh komunikasi formal dan kinerja guru SMA Negeri 5 Medan.

Ha: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan.


(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian imformasi-informasi, pesan-pesan,gagasan atau pegertian-pengertian,dengan mengunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau baik secara verbal maupun non-verbal dari seseorang atau sekelompok orang lainya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan atau kesepakatan bersama. Lambang-lamabang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun non-verbal yang penulis maksudkan dalam defenisi diatas mencakup bahasa lisan, bahasa tulisan, gerakan tubuh, gambar, warna, bunyi, dan sebaiknya. Berikut ini dua defenisi komunikasi menurut pakar lainya (William Albig,Bernad Barelson dan Barry A.Stainer) : ” Communication is the process of trasmitting meaningful symbols between individuals” (Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna diantara individu- individu). (William Albig dikutip dalam Djoernasrih, 1991 : 16)

Menurut Onong Uchjana Effendy, 2001:2) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberi signal menurut atarun-atauran tertentu, sehinga dengan cara ini sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah.Dan sebuah defenisi singkat di buat oleh Harold D Lasswell, bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : siapa yang menyampaikan (komunikator), apa yang disampaikan (pesan), melalui saluran apa (media), kepada siapa (komunikan) dan apa pengaruhnya (efek) (dalam Effendy, 1999 : 10).

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan kegiaatan yang dikukan oleh orang (makhluk hidup) untuk menyatakan suatu gagasan atau ide kepada orang lain dengan


(26)

mengunakan lambang- lambang berupa bahasa, gambar-gambar atau tanda-tanda yang bermakna serta dapat saling mengerti. Komunikasi (proses penyampaian pesan / imformasi) memang pada prisipnya hanya berlangsung diantara makhluk-makhluk hidup hidup yaitu antaranya manusia dengan manusia. Relative juga bisa berlangsung antara manusia dengan mesin robot, komputer, dan berbagai bentuk rekayasa teknologi sibernika (cybernetics,cybertecnology) lainya Kegitan komunikasi ini lazimnya dilakukan dengan tiga tujuan yaitu:

a. Untuk mengetahui sesuatu a. Untuk memberitahu sesuatu dan

b. Untuk mempengaruhi atau mengarahkan orang lain agar bebuat sesuatu.

Secara keseluruhan atau secara garis besarnya, tujuan komunikasi adalah untuk tercapai saling pengertian (mutual understanding), pemahaman bersama (common understanding), atau kesepakatan timbal balik (mutual agreement). Dengan demikian tingkat keberhasilan (pencapaian tujuan) komunikasi dapat dilihat atau dinilai dari sampai dimana atau sejauh mana saling pengertiandan kesepakatan dapat dicapai oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi itu melalui proses komunikasi.

Proses komunikasi adalah rangkaian kejadian/peristiwa perbuatan melakukan hubungan, kontak, interaksi satu lain (pada umumnya diantara makluk hidup) berupa penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna. Proses komunikasi yang baik adalah apabila hubungan/interaksi dalam rangka penyampaian pesan/informasi yang dilakukan tertuju kepada penerima pesan/informasi itu, dan serta timbal balik, disampaikan melalui saluran-saluran (media) yang cocok/tepat dan isi pesan disusun dengan sebalik-baliknya secara jelas, tegas dan pasti serta dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses hubungan penyampaian dan penerimaan pesan itu.


(27)

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur (komponen-komponen) sebagai berikut:

1. Komunikator (Sender) adalah seseorang atau sekelompok orang yang merupakan tempat asal pesan atau sumber berita / informasi yang disampaikan

2. Pesan (Message) adalah pesan atau imformasi dari komunikator yang penyampaiannya di sampaikan kepada komunikan melalui penggunaan bahasa atau lambang-lambang baik berupa tulisan, gambar,gerakan tubuh,lambaikan tangan,kerdipan mata, warna, bunyi puluit, bendera dan tentunya suara atau bahasa yang di ucapkan manusia.

3. Komunikan (Receiver) adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai subjek yang dituju oleh komunikator (pengirim/penyampaian pesan), yang menerima pesan/ berita/ imformasi berupa lambang-lambang yang mengandung arti atau makna.

4. Saluran atau media komunikasi adalah sarana tempat berlalunya simbol-simbol atau lambang-lambang yang mengandung makna pesan/ pengertian. Saluran atau medium komunikasi tersebut berupa alat sarana yang menyalurkan suara (audio) untuk pendengaran,tulisan, dan gambar (visual).

5. Efek atau umpan balik (Effect/Feed back) adalah hasil penerimaan pesan/informasi oleh komunikan, pengaruh atau kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan. Efek dapat berlanjut dengan memberikan respon, tanggapan atau jawapan yang disebut umpan balik menurut (O.U.Effendy, 1992 : 49).

2.1.3 Ciri-Ciri Komunikasi

Komunikasi memiliki sifat atau ciri-ciri. Adapun sifat atau ciri-ciri dari komunikasi, antara lain (Efendy, 1993:33):


(28)

1. Komunikasi Verbal (Verbal Comunication) a) Komunikasi Lisan (Oral Comunication)

b) Komunikasi Tulisan/Cetak (Written/Printed Communication) 2. Komunikasi Non-Verbal (Nonverbal Comunication)

a) Komunikasi isyarat Badaniah (Gestured Comunication) b) Komunikasi Gambar (Picturial Comunication)

3. Komunikasi Tatap Muka (Face to Face Comunication) 4. Komunikasi Bermedia (Medianted Comunication)

2.1.4 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Suatu pesan yang disampaikan dari seorang kepada orang lain dengan tujuan. Agar pesan tersebut dapat mengerti, memperkuat dan bahkan mampu mengubah orang lain. Dengan kata lain, kegiatan atau proses komunikasi tidak begitu juga diterima oleh komunikan dan menghasilkan efek sasuai dengan keinginan komunikator. Adapun tujuan komunikasi menurut Onong.U. Effendy adalah

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah pendapat atau opini (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behaviour)

4. Mengubah masyarakat (to change the society)

Fungsi komunikasi dipandang dari arti luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan akan tetapi sebagau kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar data, fakta dan ide. Adapun fungsi dari kegitan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama (Effendy,1999) yaitu:

1. Menyampaikan imformasi (to infororm) 2. Mendidik (to educute)


(29)

3. Menghibur (to intertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

2.1.5 Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atausejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti ini maka komunikasi dapat diklafikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut :

1. Komunikan pribadi (Personal Comunication), yaitu : komunikasi diri sendiri, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi pribadi dapat terdiri dari:

a) Komunikasi intrapribadi (interpersonal comunication) b) Komunikasi antrapribadi (interpersonel comunication)

2. Komunikasi kelompok (Group Comunication), yaitu :Komunikasi yang berlansung Antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunikasi kelompok terdiri dari:

a. Komunikasi kelompok kecil (Small group comunication) - Ceramah (Lecture)

- Diskusi panel (Panel discussion) - Symposium

- Forum - Seminar - Lain-lain


(30)

3. Komunikasi Massa (Massa Communication), yaitu : Komunikasi yang berlangsung yang berlangsung pada masyarakat luas, yang indentifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan keguatan yang sebenarnya). Komunikasi Massa terdiri dari:

a. Komunikasi Media Massa Cetak (Prited mass media comunication) - Surat kabar

- Majalah

b. Komunikasi Media Massa Elektronik ( Electronic mass media comunication) - Radio

- Televisi - Flim

- Lain-lain (Effendy, 1999).

2.2 Komunikasi Formal

Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pecan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu :

1. "Downward communication" atau komunikasi kepada bawahan. 2. "Upward communication" atau komunikasi kepada atasan. 3. "Horizontal communication" atau komunikasi horizontal.


(31)

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari par a atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum. Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena ku-rang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

A Tipe Komunikasi ke Bawah

Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu 1) Instruksi Tugas

Instruksi tugas/pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan itu mungkin bervariasi seperti perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya. Faktor yang prinsipal adalah mempengaruhi isi dari instruksi tugas-tugas yang kelihatannya kompleks dan menghendaki keterampilan dan pengalaman untuk melakukannya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang kompleks, di mana karyawan diharapkan mempergunakan pertimbangannya, keterampilan dan pengalamannya.

2) Rasional

Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaftan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi.


(32)

Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan menganggap bawahannya orangyangdapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.

3)Ideologi

Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guns memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.

4)Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi clan rasional.Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari pesan informasi.

5)Balikan

Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah memuaskan. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan kurang baik balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap karyawan tersebut.

Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Pesan ke bawah cenderung bertambah karena pesan itu bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturutturut. Misalnya pesan dari pimpinan yang paling atas hanya berupa


(33)

suatu pernyataan tentang hasil yang diinginkan. Maksud dari pencapaian hasil yang diingini ini mungkin ditambah pada tingkatan hierarki yang lebih rendah berikutnya. Selanjutnya pesan tersebut pada hierarki yang lebih rendah berikutnya ditambah i lagi dengan hal-hal detil bagaimana mencapai hasil yang diinginkan tersebut. Sampai pesan tersebut lengkap secara operasional untuk dilaksanakan.

Karyawan menginginkan informasi dari atasannya dan mencari instruksi dan pekerjaannya, informasi yang berkenaan dengan hal-hal yang mempengaruhi mereka dan berita-berita yang terbaru. Walaupun informasi yang mereka peroleh bertambah mereka masih mencari informasi tambahan.

Pimpinan biasanya percaya bahwa pesannya sampai kepada bawahan yang dimaksudkannya. Akan tetapi dalam suatu survei yang dilakukan Likert (Koechler, 1981) terhadap pekerja clan pengawas, menemukan bahwa pimpinan menaksir terlalu tinggi mengenai jumlah informasi yang diketahui oleh bawahannya clan tingkat pemahaman pimpinan mengenai masalah bawahannya. Meskipun karyawan menginginkan informasi dari atasannya tetapi mereka tidak menerimanya. Banyak karyawan mengeluh bahwa mereka tidak diberi informasi yang cocok dengan pelaksanaan tugas mereka.

B. Faktor yang Mempengaruhi komunikasi ke bawah

Arus komunikasi daripada atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut.

1) Keterbukaan

Kurangnya sifat terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan, pesan dan gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan in-formasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas pesan tersebut tetap dipegangnya.


(34)

Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi karyawan guns penyempurnaan produksi, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan barn dalam mengatasi masalah-masalah organisasi.

Kepercayaan pada pesan tulisan

Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak menyampalkan pesan secara tertulis berupa buletin, manual yang mahal-mahal, buklet, dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara atasan dan bawahan. HaSil penelitian Dahle (1981) menunjukkan bahwa pesan itu akan lebih efektif bila dikirimkan dalam bentuk lisan dan tulisan. Jadi bukan hanya dalam bentuk tertulis saja. Komunikasi tatap muka lebih disenangi oleh karyawan daripada media cetak. Meskipun hasil penelitian memperlihatkan hasil yang agak bertentangan dengan kepercayaan pimpinan tersebut namun kepercayaan .-ersebut masih ada.

3) Pesan yang berlebihan

Karma banyakm a pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, buletin, surat-surat pengumuman, majalah dan pemyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya. Banyak ka yawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya clan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca.

1) Timing

Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat Baling menguntungkan kepada kedua belch pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi


(35)

bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektivitasnya.

5) Penyaringan

Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan ticlaklah semuanya diterima mereka. Tetapi mereka Baring mana, yang mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor di antaranya perbedaan persepsi di antara karyawan, jumlah mats ran-tai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada supervisor. Menurut Mellinger, karyawan yang kurang percaya kepada seorang supervisor mungkin memblok pesan supervisor.

Hasil studi Tompkin (Goldhaber, 1986) mengenai komunikasi ke bawah ini menyimpulkan bahwa :

a. Kebanyakan karyawan tidak menerima banyak informasi dari organisasinya.

b. Kebutuhan informasi yang utarna, bagi karyawan mencakup informasi yang banyak berhubungan dengan pekerjaannya dan informasi tentang pembuatan keputusan.

c. Sumber-sumber informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat dengan karyawan

clan yang paling buruk adalah orang yang paling jauh dengan mereka. Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, langsung dari supervisor clan informasi mengenai organisasi dari pimpinan tingkat atas.

d. Informasi dari pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya daripada sumber

yang penting lainnya.

C. Penyempurnaan Komunikasi ke Bawah

Karena adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan maka pimpinan perlu memperhatikan cars-cars penyampaian pesan yang efektif. Davis (1976) memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut :


(36)

1) Pimpinan hendaklah sanggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan terns terang dan berjanji akan mencarikannya.

2) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan. Pimpinan hendaklah membantu karyawan merasakan bahwa diberi informasi.

3) Pimpinan hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dapat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan dengan tindakan-tindakan pengelolaan yang mempengaruhi mereka.

4) Pimpinan hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan clan atasan.

Di camping saran yang dikemukakan Davis tersebut ada pula pedoman yang dapat membantu pimpinan dalam berkomunikasi kepada bawahan. Pedoman ini disarankan oleh Down, Linkugel dan Berg (Koechler, 1981).

1) Saluran yang digunakan dan informasi yang dikirimkan hendaklah yang betel-betel dikenal oleh pimpinan dan karyawan.

2) Pimpinan hendaklah tabu persis apa yang ingin dicapainya dengan komunikasinya itu.

3) Garis komunikasi hendaklah langsung dan sependek mungkin. Umumnya

komunikasi personal lebih disukai karyawan, karena cepat clan adanya kemungkinan untuk mendapat penjelasan dari pesan itu.

4) Komunikasi manusia tidak pernah pasti clan pimpinan perlu berusaha agar pesan itu jelas dan konsisten. Kejelasan dan konsistensi dinilai oleh karyawan. Oleh karena itu pimpinan perlu berorientasi kepada reaksi karyawan mengenai pesan tersebut.


(37)

5) Batas waktu adalah penting. Ada kemungkinan batas optimal untuk menyebarluaskan informasi. Suatu informasi mungkin disampaikan terlalu cepat atau terlalu lambat dari waktu yang diperlukan oleh karyawan. Keluhan yang umumdari karyawan adalah terlalu lamanya informasi diproses barn sampai kepada karyawan.

6) Penting dipahami kapan dan di mana informasi didistribusikan. Untuk itu pimpinan

perlu mengetahui tingkah laku yang unik dari karyawannya.

7) Pergunakan uang sebagai alat untuk menilai program komunikasi. Pimpinan perlu

mempertimbangkan segi ekonomisnya suatu program komunikasi. Misalnya manakah yang lebih ekonomis mengumpulkan karyawan pads jam kerjanya untuk mendengarkan suatu pidato laporan tahunan daripada menyampaikan laporan itu kepada karyawan secara tertulis dan dikirimkan ke rumah mereka masing-masing.

8) Umumnya lebih efektif mengirimkan pesan dengan menggunakan dua saluran

daripada satu saluran.

9) Meskipun mungkin diperlukan perhatian khusus pads waktuwaktu adanya stres dan

perubahan, komunikasi hendaklah jalan terns. Karyawan tidak sabar dengan tertundanya komunikasi.

D. Metode Komunikasi ke Bawah

Untuk menyampaikan informasi kepada bawahan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Pace (1989) mengemukakan empat klasifikasi metode untuk itu yaitu : metode lisan, tulisan, gambar dan campuran dari lisan-tulisan dan gambar. Untuk menentukan mana metode yang tepat digunakan oleh pimpinan ada kriteria yang dapat digunakan seperti berikut ini :

1) Ketersediaan. Metode-metode yang sudah tersedia dalam suatu organisasi lebih cenderung untuk digunakan. Bila diperlukan dapat ditambah dengan metode lain untuk menjadikan lebih efektif.


(38)

2) Biaya. Pertimbanganbiaya yang paling kurang akan cenderung dipilih untuk menyebarluaskan informasi yang bersifat rutin dan tidak mendesak. Tetapi bila informasi yang akan dikomunikasikan tidak bersifat rutin dan mendesak maka soal biaya tidak begitu dipertimbangkan yang penting informasi cepat sampai.

3) Dampak. Metode yang memberikan dampak atau kesan yang lebih besar akan sering dipilih atau digunakan daripada metode yang sedang atau kurang dampaknya.

4) Relevansi. Metode yang paling relevan dengan tujuan yang akan dicapai paling sering dipilih. Misalnya untuk memberikan informasi yang pendek mungkin lebih tepat digunakan metode lisan yang diikuti dengan memo. Tetapi jika tujuan untuk memberikan informasi yang kompleks dan rinci maka lebih tepat menggunakan metode laporan secara tertulis.

5) Respons. Pemilihan metode juga, dipengaruhi oleh apakah respons terhadap informasi itu diinginkan atau diperlukan. Bila diinginkan maka metode lisan secara tatap muka, lebih tepat digunakan mungkin dalam bentuk interpersonal atau rapat.

6) Skil. Metode yang paling cocok digunakan adalah metode yang paling sesuai dengan skill si penerima dan si pengirim. Bila si penerima mempunyai latar belakang pendidikan yang kurang, maka metode tulisan yang bersifat kompleks kurang tepat untuk digunakan.

Selanjutnya mana metode yang paling efektif dan paling sering digunakan oleh pimpinan telah pula diteliti oleh para ahli. Level (1972) mengadakan survei mengenai pemakaian bermacam metode yang dikombinasikan dengan situasi tertentu dalam organisasi. Metodeyang diteliti adalah metode lisan saja, tulisan saja, lisan kemudian diikuti tulisan dan metode tulisan yang diikuti lisan. Dari hasil surveinya ini disimpulkan bahwa metode yang paling efektif adalah metode lisan yang diikuti dengan tulisan pads 6 situasi dari 10 situasi.


(39)

situasi memberikan teguran atau menyelesaikan perselisihan di antara anggota organisasi. Metode tulisan saja paling efektif digunakan untuk memberikan informasi yang memerlukan tindakan di masa yang akan datang, memberikan informasi yang bersifat umum, dan tidak memerlukan kontak personal.

Hasil penelitian level yang menyatakan metode yang paling efektif adalah metode lisan diikuti tulisan, disokong oleh hasil penelitian Dahle. Mereka juga mengatakan bahwa pemakaian papan pengumuman dan metode tulisan saja kurang efektif digunakan.

Bentuk komunikasi yang biasa digunakan dalam tiap metode adalah sebagai berikut 1) Metode Lisan

a) rapat, diskusi, seminar, konferensi

b) interviu

c) telepon

d) sistem interkom

e) kontak interpersonal

f) laporan lisan

g) ceramah 2) Metode Tulisan

a) surat

b) memo

c) telegram

d) majalah

e) surat kabar

f) deskripsi pekerjaan

g) panduan pelaksanaan pekerjaan


(40)

i) pedoman kebijaksanaan 3) Metode Gambar

a) grafik

b) poster

c) peta

d) film

e) slide

f) display

g) foto

2.2.3. Komunikasi ke Atas

Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yangberada pada fingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan.

A. Fungsi Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu. Menurut Pace (1989) fungsinya adalah sebagai berikut :

1) Dengan adanya komunikasi ke atas supervisor dapat mengetahul kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagairnana baiknya mereka menerima apa yang disampalkan karyawan.

2) Arus komunikasi ke atas memberikan informasi yangberharga bagi pernbuatan keputusan.


(41)

organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.

4) Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desasdesus muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya.

5) Komunikasi keatas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah.

6) Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalahmasalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi. Menurut Smith (Goldhaber, 1986) komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi departemennya atau organisasinya.

B. Apa yang Seharusnya Dikomunikasikan ke Atas

Kebanyakan dari hasil-hasil analisis penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan bahwa supervisor dan pimpinan haruslah mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut :

1) Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hash yang dicapainya, kemajuan

mereka dan rencana masa yangakan datang.

2) Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin

memerlukan bantuan tertentu.

3) Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempumaan unitnya masing-masing atau organisasi secara keseluruhan.

4) Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka menge- nai pekerjaannya, teman sekerjanya dan organisasi.


(42)

melalui komunikasi ke atas.

C. Kesulitan Mendapatkan Info mias i ke Atas

Hal-hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya seperti yang disebutkan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan. Banyak kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Sharma (1979) mengatakan bahwa kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya. Hasil

studi memperlihatkan bahwa karyawan merasa bahwa mereka akan mendapat kesukaran bila menyatakan apa yang sebenarnya menurut pikiran mereka. Karena itu cars yang terbaik adalah mengikuti saja apa yang disampaikan supervisornya.

2) Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka. Karyawan Bering melaporkan bahwa pimpinan mereka tidak prihatin terhadap masalah-masalah mereka. pimpinan dapat saja tidak berespons terhadap masalah-masalah karyawan dan bahkan menahan beberapa komunikasi ke atas, karma akan membuat pimpinan kurang baik menurut pandangan atasan yang lebih tinggi.

3) Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas. Seringkah supervisor dan pimpinan tidak memberikan penghargaan yang nyata kepada karyawan untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas.

4) Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan fidakdapat menerima dan berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. Supervisor terlalu sibuk untuk mendengarkan atau karyawan susah untuk menemuinya.

Kombinasi dari perasaan-perasaan dan kepercayaan karyawan tersebut menjadikan penghalang yang kuat untuk menyatakan ide-ide, pendapat-pendapat atau informasi oleh bawahan kepada atasan.


(43)

Di samping sulitnya mendapatkan komunikasi ke atas, komunikasi yang disampaik-u-i itupun belum tentu efektif, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Di mtara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1) Komunikasi ke atas lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan pengelolaan,

apabila pesan itu disampaikan tepat pada waktunya. Pembuatan keputusan bukanlah aktivitas yang terus-menerus. Oleh karena itu ketetapan data yang sampai pada saat pembuatan keputusan lebih mungkin akan digunakan daripada data yang terlambat.

2) Komunikasi ke atas yang bersifat positif, lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan mengenai pengelolaan daripada komunikasi yang bersifat negatif. Oleh karena itu ada kecenderungan yang konsisten dari manajer tingkat menengah untuk meneruskan penyampaian komunikasi ke atas yang bersifat positif dan mengabaikan atau menekan informasi yang bersifat negatif.

3) Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika pesan itu, mendukung kebijaksanaan yang barn.

4) Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung

kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu.

5) Komunikasi ke atas akan lebih efektif, apabila komunikasi itu mempunyai days tarik

secara intuitif bagi penerima. pesan dari bawahan lebih siap diterima jika mereka setuju.

Adanya komunikasi ke atas yang efektif memberikan beberapa ganjaran bagi pimpinan secara langsung dan penting. Menurut Planty dan Machaver (Koechler, 1981) ganjaran (reward) itu adalah sebagai berikut :

1) Pimpinan mendapatkan suatu gambaran mengenai penyempumaan dari pekerjaan, penyelesaian tugas, masalah-masalah perencanaan, sikap dan perasaan karyawan pada semua tingkat.


(44)

2) Sebelum keruwetan bertambah dalam, pimpinan dapat memperhatikan individu-individu, kebijaksanaan-kebijaksanaan, tindakan-tindakan atau tugas-tugas yang mungkin menimbulkan kesulitan.

3) Dengan bantuan supervise eselon ymig lebih rendah, menyempurnakan seleksi

mereka mengenai hal-hal yang dikomunikasikan ke atas.

4) Dengan adanya komunikasi ke atas pimpinan dapat memperkuat peralatan untuk merekam ide-ide dan bantuan dari bawahannya. Hal ini akan membantu pimpinan memperoleh jawaban yang lebih baik mengenai masalah-masalah mereka dan tanggung jawab mereka.

5) Dengan terbukanya arus komunikasi ke atas, pimpinan membantu arus dan

penerimaan komunikasi ke bawah.

Komunikasi ke atas merupakan somber informasi yang penting dalam membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan mereka, mengenai teman-temannya yang sama bekerja dan mengenai organisasi. Karena pentingnya komunikasi tersebut maka organisasi perlu memprogramnya.

E. Prinsip-prinsip Komunikasi ke Atas

Seperti telah dikatakan di atas bahwa komunikasi ke atas ini penting untuk pembuatan keputusan maka agar komunikasi ini berjalan lancar dan memberikan informasi seperti yang diharapkan maka perlu diprogramkan secara khusus. Untukmenyusun program ini ada prinsipprinsip yang perlu dipedomani oleh pimpinan. Prinsip-prinsip terse-but menurut Planty dan Machaver (Pace, 1989) adalah sebagai berikut :

1) Program komunikasi ke atas yang efektif barns direncanakan. 2) Program komunikasi ke atas berlangsung terus-menerus.


(45)

4) Program komunikasi ke atas yang efektif, menekankan kesensitifan clan penerimaan ide-ide yang menyenangkan dari level yang lebih rendah.

5) Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pendengar yang objektif. Supervisor clan manajer henclaklah memberikan waktunya untuk mendengarkan bawahan dengan objektif. Reaksi yang memperl ilia tkan kekurangseriusan clan sikap mendengarkan yang menjengkelkan, memperlihatkan kepada bawahan bahwa komunikasi ke atas sesuriggulinya tidak diingini.

6) Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pengambilan tinclakan berespons terhadap masalah.

7) Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan bermacam-macam media dan metode untuk memajukan arus informasi. Metode yang paling efektif dari komunikasi ke atas adalah kontak tatap muka sehari-hari dan percakapan di antara supervisor dan bawahan.

2.2.3 Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orangorang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.

A. Tujuan Kontunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam suatu organisasi

kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan, untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.


(46)

orang biasanya akan lebih baik daripada ide satu orang. Oleh karena, itu komunikasi horizontal sangatlah diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program hubungan dengan masyarakat, anggota-anggota dari bagian perlu Baling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang akan mereka lakukan.

3) Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah keper-cayaan dan moral dari karyawan.

4) Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga

antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian konflik ini penting bagi perkembangan sosial dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik.

5) Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu. Untuk ini mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut.

6) Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja

karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan akan membantu kekompakkan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional karyawan.

B. Metode Komunikasi Horizontal

Bentuk yang paling umum dari komunikasi horizontal adalah kontak interpersonal yang mungkin terjadi dalam berbagai tipe. Diantara seringkali terjadi adalah sebagai berikut :


(47)

koordinasi pekerjaan, saling berbagi informasi, memecahkan masalah clan menyelesaikan konflik di antara sesama karyawan.

2) Interaksi informal pada waktu jam istirahat. Anggota unit-unit kerja dalam suatu organisasi mungkin bekerja terpisah satu sama lain, tetapi pada waktu jam istirahat mereka mempunyai kesempatan berkumpul bersama saling terlibat dalam komunikasi interpersonal satu sama lain.

3) Percakapan telepon. Karen pada mass sekarang tiap-tiap organisasi umumnya

mempunyai telepon maka pemberian informasi di antara satu karyawan dengan karyawan lainnya dapat dilakukanmelalui telepon. Koordinasi aktivitas pekerjaan, beberapa negosiasi dapat dilakukan melalui percakapan telepon. Dalam kenyataannya telepon dapat mempercepat dan menambah kontak di antara sesama anggota organisasi dengan anggota lain yang tempat kerjanya berjauhan.

4) Memo dan nota. Tulisan tangan yang berbentuk memo atau nota adalah bentuk yang paling umum digunakan dalam saling berhubungan dengan teman sekerja.

5) Aktivitas sosial. Di dalam, suatu organisasi biasanya ada kelompok-kelompok untuk

rekreasi, olahraga, kegiatan sosial dan sebagainya. Kelompok-kelompok ini mengembangkan komunikasi horizontal dalam organisasi.

6) Kelompok mutu. Yang dimaksud dengan kelompok mutu ini adalah suatu kelompok dalam organisasi yang secara sukarela bertanggung jawab untuk memperbaiki mutu pekerjaan mereka. Kelompok ini biasanya sekali dalam seminggu mengadakan diskusi melakukan analisis dan memberikan saran-saran untuk penyempurnaan kualitas atau mutu dari pekerjaan mereka. Mereka ini dilatih dalam menggunakan teknik-teknik tertentu dan cars memecahkan masalah tertentu. Pemimpin kelompok dilatih dalam keterampilan kepemimpinan, metode belajar orang dewasa, memotivasi dan teknik berkomunikasi. Rapat-rapat persatuan ini dilakukan pada waktu jam kerja


(48)

organisasi.

C. Masalah dalam Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan antara bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu sendiri mungkin,menghalangi komunikasi horizontal. Kahn clan Katz mengatakan bahwa organisasi yang agak lebih otoriter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal ini. Makin tinggi tingkat pimpinan makin banyak informasi tentang bagian-bagian yang di bawah kontrolnya clan makin rendah tingkat pimpinan makin sedikit informasi yang dikenalnya atau yang hanya berkenan dengan bagiannya saja. Keterbatasan informasi menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa. Dengan meningkatkan keterbatasan komunikasi horizontal bawahan menjadi tergantung informasi yang disampaikan secara vertikal. Pemerintahan yang otoriter adalah contoh yang ekstrem yang mengontrol komunikasi horizontal.

Sebaliknya dapat pula dilihat bahwa komunikasi horizontal berkembang serta tidak terkontrol. Karena struktur organisasi mempunyai lebih banyak bagian-bagian clan setup individu makin mempunyai spesialisasi tertentu, kebutuhan akan koordinasi bagian-bagian menambah komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal bertambah karena kekuasaan atau otoritas sentralisasi menjadi berkurang.

Bila karyawan tidak mengajukan pertanyaan dalam pelaksanaan tugasnya dan tidak ada pula masalah yang akan dipecahkannya, maka pembicaraan mereka sambil bekerja tidaklah menyangkut hal-hal formal lagi, tetapi sudah beralih kepada pembicaraan yang tidak relevan dengan tugas-tugasnya.

2.3 Kinerja Guru

2.3.1. Pengertian Kinerja Guru


(49)

dinilai dari hasil kerjanya. Kinerja dalam hal ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekedaan sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam usaha penerapan ide dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Di dalam suatu organisasi lembaga pendidikan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru dalam bidangnya merupakan sesuatu yang sangat diharapkan. Dengan adanya keterampilan dan kemampuan ini akan dapat mempengaruhi pula kinerja dalam lembaga pendidikan.

Tenaga pendidikan, dalam hal ini sate diantaranya adalah guru mempunyai kewajiban bukan hanya mengajar tetapi juga melatih, serta memberikan pelayanan yang bersifat teknik dalam bidang pendidikan. W. Robert Houston, memberikan pengertian kompetensi adalah sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilihan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.

Suatu profesi yang bersifat profesional maka akan dituntut profesionalisme yang paling menonjol dari keprofesionalan suatu jabatan atau pekerjaan adalah kompetensi, keterampilan dan kemampuan seseorang untuk menjalankan segala tugas yang diemban profesinya. Guru sebagai bagian dari profesi maka dituntut kemampuan, keterampilan dan kompetensi keguruannya. Tetapi sebelum kita beranjak jauh mengenai kompetensi atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesinya, terlebih dahulu mengenai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setup guru, mengingat suatu profesi, jabatan, atau pekerjaan seseorang pastilah nanti akan dipintakan pertanggungjawabannya, baik itu kepada masyarakat.

Mochtar Buchori, menurut suku Jawa, guru adalah singkatan dari ungkapan “digugu Ian ditir”, artinya guru adalah orang yang harus selalu dapat ditaati dan diikuti. Maksudnya digugu adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh guru harus dipercaya dan diyakini


(50)

kebenarannya oleh seorang murid, kemudian guru juga harus ditiru, kedua, guru teladan bagi murid-muridnya. Guru dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap berhasil tidaknya pendidikan.

2.3.2 Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Adapun kemampuan yang harus ditampilkan oleh seorang guru sebagai pendukung kinerjanya adalah sebagai berikut:

a. Kinerja Guru dalam Mendesain Program Pengajaran

Salah satu dari tahapan mengajar yang harus dilalui oleh guru professional adalah menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata lain disebut juga dengan mendesain program pengajaran.

Menurut Syarifuddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, perencanaan pengajaran meliputi: 1) Perencanaan tujuan pengajaran

2) Pemilihan materi 3) Strategi optimum 4) Alat dan sumber 5) Kegiatan belajar siswa 6) Evaluasi

Fungsi perencanaan antara lain:

a) Menentukan arah kegiatan pengajaran atau pembelajaran b) Memberi isi dan makna tujuan

c) Menentukan cara bagaimana mencapai tujuan yang ditetapkan

d) Mengukur seberapa jauh tujuan itu telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan belum tercapai.


(51)

Moh. Uzer Usman, proses belajar mengajar adalah “Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Aspek-aspek yang termasuk pada kompetensi professional yang ditampilkan oleh pengajar dalam PBM adalah

1) Menggunakan Metode, Alat, dan Bahan Pembelajaran

Penggunaan metode pengajaran yang efektif berdasarkan tujuan khusus yang hendak dicapai. Demikian pula kesesuaiannya dengan bahan pelajaran. Alat pengajaran menurut Sudirman adalah .segala alat yang dapat menunjang keefektifan dan efisiensi pengajaran. Alat pengajaran sering pula diartikan oleh sebagian orang dengan istilah sarana belajar. Alat pengajaran dapat mempengaruhi tingkah laku siswa, sebab termasuk bagian dari sumber pengajaran.

Dalam hal ini fungsi media proses belajar mengajar tidak hanya sebagai alat yang digunakan oleh guru, tetapi juga mampu mengkomunikasikan pesan kepada siswa. Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan untuk memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Sebagai fasilitator hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan prses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku, teks, majalah, ataupun surat kabar.

2) Mendorong Serta Mengoptimalkan Keterlibatan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar

Guru memiliki peran yang penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan


(52)

membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

Menurut Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Aspek kompetensi yang mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar terdiri dari aktivitas:

a) Menggunakan prosedur yang melibatkan siswa pada awal pengajaran. b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berprestasi.

c) Memelihara keterlibatan siswa dalam pengajaran. d) Menguatkan upaya siswa untuk memelihara keterlibatan.

Untuk memenuhi hal tersebut diatas, guru dituntut untuk mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar, karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu kompetensi yang penting dimiliki oleh seorang pengajar. Pengajar diharapkan dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membuat siswa aktif.

Dengan demikian, aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga muridlah yang seharusnya banyak aktif. Akan tetapi pada kenyataannya di sekolah-sekolah sering kali guru yang aktif.

c. Melaksanakan Penilaian Hasil Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar penilaian atau evaluasi bahasa inggrisnya evaluation yang berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Bila penilaian itu digunakan dalam kegiatan instruksional selama proses belajar mengajar berlangsung.

Berapa aktivitas yang perlu dilakukan oleh pengajar dalam menilai pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar adalah


(53)

1) Penilaian pada permulaan proses belajar mengajar, dimaksudkan agar guru mampu mengetahui kesiapan siswa terhadap bahan pelajaran yang akan diajarkan, yang hasilnya akan dipakai untuk memantapkan strategi belajar.

2) Penilaian proses belajar mengajar akan mendapatkan balikan terhadap tujuan yang hendak dicapai.

3) Penilaian pada akhir proses belajar mengajar untuk mengetahui capaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian jelaslah bahwa penilaian yang dilakukan melalui tahap permulaan proses belajar mengajar, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir proses belajar mengajar.


(54)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1 Profil SMA Negeri 5 Medan

SMA Negeri 5 Medan berada di Jalan Pelajar No. 17 Medan. Sekolah ini didirikan pada tahun 1963. seperti sekolah-sekolah lain pada umumnya memiliki ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar siswa-siswanya serta dukungan laboratorium untuk pelaksanaan praktikum. Untuk pelaksanaan kegiatan olah raga sekolah ini sudah dilengkapi dengan lapangan basket, lapangan volley dan lapangna futsal, serta lapangan untuk lompat jauh. Untuk mendukung kegiatan siswa dalam belajar terdapat perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium bahasa dan laboratorium IPA serta fasilitas lainnya untuk menunjang kegiatan belajar siswa dengan tidak inengesainpingkan moral dan wadah siswa dengan adanya tempat ibadah seperti mushola dan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pesantren kilat dan kebangkitan rohani yang diharapkan mampu meningkatkan akhlak dan moral siswa.

3.3 Uraian Tugas dan Fungsi Organisasi

3.3.1 Kepala Sekolah

Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator.

supervisor serta pemimpin / Leader inovator. 3.3.2 Wakil Kepala Sekolah


(55)

1. Menyusun kurikailuni.

2. Mengatur segala program kesiswaan.

3. Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana.

4. Mengatur dan niengenibanakan litibungan dengan niasyarakat.

5. Mengatur dan memotivasi penyelengaraan program pendidikan.

6. Mengatur mutasi siswa.

7. Menyusun program kegiatan ekstrak-kurikuler.

8. Mengatur penyusunan bahan pengajaran dan pengembangan kurikulum.

3.3.3 Tata Usaha

Kepala Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Penyusunan program kerja tata usaha sekolah. 2. Pengolalian keuangan sekolah.

3. Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.

4. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara umum.

3.3.4 Komite Sekolah

Membantu sekolah dalam hal:

1. Peningkatan kegiatan sekolah.

2. Peningkatan kesejahteraan guru dan pegawai.

3.3.5 Bidang Sarana dan Prasarana


(1)

tertentu untuk menyampaikan materi pada proses belajar mengajar, 9 orang menyatakan sering menggunakan strategi dan 4 orang menyatakan tidak sering menggunakan strategi. Selanjutnya, dari 62 orang responden yang menyatakan bahwa komunikasi formal sesama guru berpengaruh dalam meningkatkan kinerja, terdapat 6 orang yang menyatakan sangat sering menggunakan strategi pembelajaran tertentu untuk menyampaikan materi pada proses belajar mengajar, 52 orang menyatakan sering menggunakan strategi dan 4 orang menyatakan tidak sering menggunakan strategi. Selanjutnya, dari 7 orang responden yang menyatakan bahwa komunikasi formal sesama guru tidak berpengaruh dalam meningkatkan kinerja, ada 3 orang yang menyatakan sangat sering menggunakan strategi pembelajaran tertentu untuk menyampaikan materi pada proses belajar mengajar, 1 orang menyatakan sering menggunakan strategi dan 3 orang menyatakan tidak sering menggunakan strategi.

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa hubungan antara komunikasi formal yang digunakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru dengan strategi yang digunakan untuk menyampaikan materi, adalah sebagai berikut:

Sangat berpengaruh : 23 / 92 x 100% = 25%

Berpengaruh : 62 / 92 x 100% = 67%

Tidak berpengaruh : 7 / 92 x 100% = 7%

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat presentase hubungan antara komunikasi formal yang digunakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru dengan strategi yang digunakan untuk menyampaikan materi adalah sebesar 67 %.


(2)

IV.5 Uji Hipotesis

Tabel 4.24

Hasil Uji Korelasi Spearman

Komunikasi Formal Kinerja Guru

Spearman's rho Komunikasi Formal

Correlation Coefficient 1.000 .121

Sig. (2-tailed) . .250

N 92 92

Kinerja Guru

Correlation Coefficient .121 1.000

Sig. (2-tailed) .250 .

N 92 92

Berdasarkan skala Guilford , dengan hasil rs = 0,121 dinyatakan bahwa komunikasi formal

dan kinerja guru adalah “rendah tetapi pasti”. Dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara komunikasi formal yang dilakukan guru SMA Negeri 5 dengan kinerja guru adalah pasti.

IV.6 Pembahasan

Setelah menganalisa setiap data dari kuesioner, dilanjutkan dengan menguji hipotesa yaitu pengukuran tingkat hubungan diantara dua variabel yang linier dengan menggunakan rumus piranti lunak SPSS versi 17.0, yaitu menjelaskan hubungan antara variabel X dan variabel Y.

Dalam penelitian ini hipotesis yang diharapkan dapat menunjukkan hubungan antara tayangan Komunikasi Formal yang dilakukan guru dengan kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan. Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan rumus korelasi Spearman antara dua


(3)

variabel yaitu Komunikasi Formal dengan Kinerja Guru dengan menggunakan piranti lunak SPSS versi 17.0, maka diperoleh rs sebesar 0,121. Sesuai dengan kaidah Spearman yaitu rs >

0, maka hipotesis diterima. Hipotesis yang diterima dalama penelitian ini adalah Ha

(Hipotesis Alternatif) yaitu terdapat hubungan antara Komunikasi Formal yang dilakukan Guru dengan Kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan. Untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan diantara variabel yang diteliti, digunakan skala Guilford. Hasil rs = 0,121

berada pada skala 0,10 – 0,20. Hal ini menunjukan hubungan rendah tapi pasti antara Komunikasi Formal dengan Kinerja Guru. Sedangkan untuk peramalan indeks korelasi yang menentukan besar hubungan variabel X (Komunikasi Formal) terhadap variabel X (kinerja Gur), digunakan rumus:

D = (rs)2 x 100%

D = (0,121)2 x 100%

D = 0,014%

D = 1,4%

Nilai hasil perhitungan determinasi diatas menunjukkan bahwa Komunikasi Formal dapat mempengaruhi Kinerja Guru sebesar 1,4 % selebihnya 98,6% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil dari uji hipotesis merupakan akhir dari keseluruhan analisis data. Setelah seluruh nilai – nilai diperoleh, maka akan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan pada bab V.


(4)

BAB V PENUTUP

V.1 Penutup

Berdasarkan penelitian tentang pengaruh komunikasi formal terhadap terhdap kinerja guru yang di lakukan di SMANegeri 5 Medan ,maka temuan penting hasil penelitian ini dilakukan analisis data melalui tahap analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan pengujian Hipotesis dan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan anatara komunikasi formal terhadap kinerja guru dapat dilihat dari uji Sparman dan mengaju pada skala Guiford menunjukan hubungan rendah tetapi pasti 2. Komunikasi yang digunakan SMA Negeri 5 Medan ada tiga yaitu:

a) Downward communication atau komunikasi kepala sekolah kepada guru-guru, contohnya: memberikan arahan, tugas-tugas, perintah.ga, yaitu:

b) Upward communication atau komunikasi guru-guru kepada kepala sekolah, contohnya: menjelaskan masalah-masalah siswa, menawarkan saran atau ide untuk meningkatkan kemajuan sekolah.

c) Horizontal communication atau komunikasi sesama guru, contohnya: saling berbagi informasi antar guru, memecahkan masalah dalam sekolah, memecahkan konflik antar sesama guru.

3. Komunikasi formal dapat mempengaruhi kinerja guru, selain itu dapat membantu memecahkan masalah dalam sekolah, menjalin hubungan baik antar sesama guru, dan mempengaruhi kedekatan kepala sekolah dan sesama guru.

4. Semakin baik komunikasi formal yang digunakan kepala sekolah dan guru-guru maka semakin tinggi penguasaan materi pelajaran yang diajarkan para guru ,semakin sering


(5)

guru mengunakan strategi belajar, dalam komunikasi formal. Maka kinerja guru meningkat.

V.2 Saran

a) Bagi kepala sekolah, dan guru-guru hendaknya lebih meningkatkan komunikasinya terutama komunikasi formal agar tidak terjadi timbulnya misscommunication antar sesama anggota lembaga sekolah agar terjadi hubungan yang baik dan harmonis untuk meningkatkan kinerja guru.

b) Kepala sekolah sebaiknya menggunakan komunikasi personal. Karena komunikasi personal lebih cepat dan ada penjelasan dari pesan yang disampaikan kepala sekolah kepada guru.

c) Kepala sekolah perlu mengetahui tingkah laku yang unik dari guru-gurunya agar pesan yang disampaikan kepada guru dapat diterima.

d) Sebaiknya, penggunaan komunikasi formal dengan komunikasi informal seimbang. Agar setiap guru dapat mengungkapkan pemikiran isi hatinya mengenai pekerjaan, teman sekerja dan organisasi sekolah, sehingga terjalin kedekatan antara sesama guru maupun hubungan guru dengan kepala sekolah.

e) Untuk para guru dan staf sekolah, hendaknya agar lebih meningkatkan kinerjanya sebagai bentuk tanggungjawab terhadap profesi yang disandangnya demi tercapainya tujuan sebuah lembaga, yakni meningkatkan kualitas serta membangun image yang lebih baik.

f) Bagi peneliti lain disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang aspek lain dari komunikasi formal dengan kinerja guru yang lebih luas baik dalam bentuk, ukuran, jenis, sampel ataupun populasi yang berbeda.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Goldhaber,General M.Organization Comunication.Iowa Wm. Brown Publisher.1986.

Hariwijaya, M dan Bisri M jaelani. 2005 Teknik Menulis Bidang Skripsi dan Thesis.Yogyakarta: Zenith Publisher

Lewis, PhilipV Organizational Comunication : The Essence Of Effective Management.New York : Jhon Willey& Sons 1987

Kriyanto, Rahmat 2007.Tesis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Nawani, Handari. 2001.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Nawawi, Hadari.1955.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Madah Press

Rakmat, jalaluddin. 2007.Metode Penelitian Komunikasi : dilengkapi contoh analisis.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Singarimbun, Masri dan Sfyan Efendi.1995.Metode Penelitian Survey : edisi Revisi :LP3ES

Sisdiknas, UU., Tentang Guru dan Dosen, UU. RI. No. 14 Tahun 2005

Subroto, Suryo, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. 1997, Cet. Ke-1

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,