Analisis Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tenaga Kerja
Menurut Sumarsono (2003), dalam hubungannya dengan pasartenagakerja
perilaku penduduk dipisahkan menjadi 2 golongan, yaitu golongan aktifsecara
ekonomis

dan

bukan.

Angkatan

kerja

termasuk

golongan

aktif


secaraekonomis.Golongan ini terdiri dari penduduk yang menawarkantenaga
kerjanyadan

berhasil

memperolehnya

(employed)

dan

penduduk

yang

menawarkan tenagakerjanya di pasar tenaga kerja tetapi belum berhasil
memperolehnya(unemployed).
Tenaga kerja dalam konsep kependudukan diterjemahkan dalam istilah man
power, yaitu seluruh penduduk yang dianggap mempunyai potensi untuk bekerja
secara produktif. Potensi ini berada pada batasan umur terbanyak dari jumlah

penduduk keseluruhan, namun sumber daya yang besar tersebut belum dapat
dimanfaatkan sepenuhnya karena keterbatasan lapangan pekerjaan. Dengan
demikian struktur umur tersebut memberikan gambaran adanya tuntutan
penyediaan kesempatan kerja terutama untuk tenaga yang memiliki sedikit
pengalaman. Kemampuan bersaing SDM tenaga kerja harus ditingkatkan baik
secara formal maupun informal.Untuk itu harus dapat meningkatkan kualitas
tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intraASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar.Maka perlu
adanya evaluasi terhadap tenaga kerja sebagai upaya meningkatkan kualitas
tenaga kerja Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Persaingan tenaga kerja setelah diberlakukannya MEA semakin meningkat
dan sangat diperlukan adanya pembenahan kualitas sumber daya manusia sebagai
faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Tenaga
kerja Kota Medan diharapkan memiliki kemampuan dan berdaya saing dalam
memasuki era MEA. Pemerintah dan swasta harus bersinergi dalam menetapkan
suatu kebijakan yang saling mendukung dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang memiliki daya saing dengan negara ASEAN lainnya.
2.1.1


Kondisi Sumber Daya Manusia Indonesia
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam kemajuan suatu negara.Hal ini terbukti di negara-negara maju bahwa
sumber daya manusia sangat berperan aktif dalam memajukan negaranya untuk
menjadi penguasa dunia. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu
faktor kunci dalam reformasi ekonomi,maksudnya yakni bagaimana suatu negara
menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, memiliki keterampilan,
kemampuan , kemauan, pengetahuan serta jiwa daya saing yang tinggi dalam
menghadapi persaingan global.
Indonesia masih menghadapi masalah yang cukup serius berkenan dengan
kualitas Sumber Daya Manusia. Terkait dengan kondisi sumber daya manusia
Indonesia awalnya terdapat ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan
angkatan kerja yaitu pada masa krisis ekonomi (1998) jumlah angkatan kerja
nasional sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan yang ada hanya
sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka
(unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini

Universitas Sumatera Utara


berjumlah sekitar 8 juta.Tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif
rendah.Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasipendidikan
dasar yaitu sekitar 63,2%. Masalah ini menunjukkan bahwa ada kelangkaan
kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di
berbagai sektor ekonomi.Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja
terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah
angkatankerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun
2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan
kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak
semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikjen Dikti)
Depdiknas angka pengangguran sarjanadi Indonesia lebih dari 300.000 orang.
Masalah Sumber Daya Manusia inilah yang menyebabkan proses pembangunan
yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang
memadai. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini
merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas Sumber
Daya Manusia.Rendahnya Sumber Daya Manusia Indonesia diakibatkan oleh
kurangnya penguasaan IPTEK, tingkat pendidikan manusia yang rendah,

perhatian pemerintah dalam hal pendidikan juga rendah, fasilitas yang tidak
memadai, dan lain-lain.Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu
juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi.Oleh karena itu dimensi daya saing
dalam Sumber Daya Manusia semakin menjadi faktor penting sehingga upaya

Universitas Sumatera Utara

memacu kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan merupakan tuntutan
yang harus dikedepankan.( Vantika, 2015)
2.2

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Gagasan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, atau MEA,

dapat ditelusuri kembali ke pembentukanWilayah Perdagangan Bebas ASEAN
(AFTA) di tahun 1992 (Ikhrar Nusa Bhakti,dkk, 2008:49). MEA adalah bentuk
integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas
antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN
lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau
ASEANEconomic Community (AEC).

Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN
memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur,
dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020).
Para pemimpin ASEAN sepakat untuk mempercepat integrasi perekonomian
dan

pembangunan

Masyarakat

Ekonomi

ASEAN

(ASEAN

Economic

Community) pada tahun 2015 ketika dilaksanakannya ASEAN summit di Cebu,

Filipina tahun 2007. Para pemimpin sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di
kawasan Asia Tenggara dengan tujuan agar daya saing ASEAN meningkat dan
menarik investasi asing serta bisa menyaingi Cina dan India. Pembentukan pasar
tunggal diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang nantinya
memungkinkan satu Negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negaranegara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi semakin ketat (Nindi

Universitas Sumatera Utara

dan Rifa, 2013). Kesepakatan pelaksanaan MEA diikuti oleh 10 negara anggota
ASEAN dengan total penduduk 600 juta jiwa dan sekitar 43 persen dari jumlah
penduduk tersebut dari Indonesia. Dengan demikian pelaksaan MEA akan
menempatkan Indoneia sebagai pasar utama yang besar, baik untuk arus barang
maupun investasi (Wuryandani, 2014).
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai
pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif
dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru
yang ada inisiatif ekonomi, mempercepat integrasi regional di sektor-sektor
prioritas, memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat, dan
memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk
mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN, masyarakat ASEAN akan mengatasi

kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja,
Laos, Myanmar dan Vietnam melalui Initiative forASEANIntegration dan
inisiatif regional lainnya. Bentuk Kerjasamanya adalah :
1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas
2. Pengakuan kualifikasi profesional
3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan
4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan
5. Meningkatkan infrastruktur
6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN
7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber
daerah

Universitas Sumatera Utara

8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk
Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
1. Pasar dan basis produksi tunggal

2. Kawasan ekonomi yang kompetitif
3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan memasukkan unsur-unsur
yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan
konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan
saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.
2.3

Pengaruh MEA Terhadap Ketenagakerjaan Kota Medan
Pemberlakuan era persaingan bebas dalam pasar tunggal sekawasan Asia

Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) membuat sebuah kesepakatan yang menciptakan pasar bebas barang, jasa
dan modal di dalam kawasan Asia Tenggara yang diyakini meningkatkan
kapasitas ekonomi Negara-negara di ASEAN. Salah satu kesepakatan yang telah
disetujui bersama diantaranya membuka akses pasar barang dan lapangan
pekerjaan bagi tenaga kerja.
Mobilitas tenaga kerja yang tanpa batas di masa MEA yang di mulai sejak
desember 2015 akan membuat kesempatan kerja bagi angkatan kerja semakin luas


Universitas Sumatera Utara

dengan cakupan wilayah yang luas. Tenaga kerja bebas memilih jenis pekerjaan
sesuai dengan yang diinginkan dan perusahaan juga dapat memilih tenaga kerja
yang sesuai dengan spesifikasinya.Hal tersebut harus disikapi dengan kesiapan
tenaga kerja di dalam menghadapi masa MEA, mengingat jumlah pekerja migran
yang cukup besar serta didominasi oleh pekerja dengan keahlian rendah (lowskilled).MEA menuntut seluruh tenaga kerja agar mempunyai keahlian yang lebih
dari rata-rata agar dapa bersaing dengan tenaga kerja asing dari negara anggota
ASEAN lainnya sehingga sangat diperlukan perbaikan kualitas tenaga kerja di
Kota Medan khususnya.
2.4

Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi MEA
Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi

ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi
persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN.
Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi
dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Kemampuan bersaing

Sumber Daya Manusia tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara
formal maupun informal.Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas
tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intraASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar.Salah satu
tantangan besar dunia pendidikan nasional kita adalah menanamkan kesadaran
kolektif sebagai bangsa yang perlu berjuang keras untuk mencapai kemajuan,
mengejar ketertinggalannya dari Negara-negara lain dalam banyak aspek.

Universitas Sumatera Utara

Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi babak awal untuk mengembangkan
berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan
pasar bebas.MEA menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia. Di satu sisi menjadi
kesempatan yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan
Sumber Daya Manusia Indonesia kepada negara–negara lain dengan terbuka,
tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi titik balik untuk Indonesia apabila
Indonesia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Dalam era persaingan
global, Indonesia harus memperhatikan tenaga kerja dan produksi yang tidak
hanya sekedar soal kuantitatif, tetapi juga sisi kualitatif nya.Kualitas tenaga kerja
yang rendah salah satunya diakibatkan tingkat pendidikan dan keahlian yang
belum memadai. Seperti dikutip dari Buletin Komunitas ASEAN bulan Maret
2014, kesempatan bagi tenaga kerja baru di Indonesia 22% lebih buruk
dibandingkan filipina, Malaysia, dan Vietnam. Hal ini berdampak pada
perkembangan riset dan inovasi yang baru dalam meningkatkan daya saing yang
lebih besar mengingat daya saing Indonesia yang masih rendah diantara negara
ASEAN lainnya dapat menjadi batu sandungan dalam MEA.
Ada beberapa persoalan mendasar yang dihadapi Indonesia dalam rangka
menghadapi MEA, yaitu:
1.

Masih

tingginya

jumlah

pengangguran

terselubung

(disguised

unemployment);
2.

Rendahnya jumlah wirausahawan baru untuk mempercepat perluasan
kesempatan kerja;

Universitas Sumatera Utara

3.

Pekerja Indonesia didominasi oleh pekerja tak terdidik sehingga produktivitas
tenaga kerja menjadi rendah;

4.

Meningkatnya

jumlah

pengangguran

tenaga

kerja

terdidik,

akibat

ketidaksesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar
tenaga kerja;
5.

Ketimpangan produktivitas tenaga kerja antarsektor ekonomi;

6.

Sektor informal mendominasi lapangan pekerjaan, dimana sektor ini belum
mendapat perhatian optimal dari pemerintah;

7.

Pengangguran di Indonesia merupakan pengangguran tertinggi dari 10 negara
anggota ASEAN; ketidaksiapan tenaga kerja terampil dalam menghadapi
MEA;

8.

Tuntutan pekerja terhadap upah minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial
ketenagakerjaan; serta

9.

Masalah Tenaga Kerja Indonesia yang banyak tersebar di luar negeri.

2.5

Peluang dan Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

2.5.1

Peluang MEA
Banyak pihak yang menyatakan bahwa Indonesia belum siap untuk

menghadapi MEA nanti, namun jika kita bisa lebih jeli melihat peluang-peluang
yang ada dengan diberlakukannya MEA, bukan tidak mungkin Indonesia akan
menjadi negara yang perekonomian meningkat tajam. Peluang-peluang tersebut di
antaranya:

Universitas Sumatera Utara

1. Manfaat Integrasi Ekonomi.
Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk dapat membuka dan
membentuk pasar yang lebih luas lagi. Hal ini akan mendorong peningkatan
efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di
kawasan ASEAN. Dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia berpeluang untuk mengirimkan
tenaga

kerjanya

dengan

mempersiapkan

peningkatan

kualitas

dan

keterampilan (Hard skill dan soft skill).
2. Pasar Potensial Dunia.
Penduduk Indonesia menyumbang angka 40 % penduduk ASEAN tentu saja
merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia dalam menjadi negara
ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di
masa depan.
3. Negara Tujuan Investor
Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar (40 %) di antara Negara
anggota ASEAN, Indonesia diharapkan akan mampu menarik investor ke
dalam negeri dan mendapat peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara
anggota ASEAN lainnya. Dengan kerja sama regional untuk meningkatkna
infrastruktur (pipa gas, tekonologi informasi) membuka peluang bagi
perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerjasama
regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan infrastruktur
domestik.

Universitas Sumatera Utara

4. Negara Pengekspor
Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara
pengeskpor baik produk berbasis sumber daya alam maupun berbagai produk
elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian
besar Negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan.
Prospek perekonomian yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi
tempat tujuan investasi (penanaman modal
5. Sektor Jasa yang terbuka
Di bidang jasa, Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat besar dapat
menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi
pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan
pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan dalam rangka MEA.
6. Daya Saing
Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran
arusbarang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN
karena hambatan tarif dan non tarif yang berarti sudah tidak ada lagi.
Indonesia sebagai salah satu Negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi
tinggi di sektor elektronik dan kunggulan komparatif pada sektor berbasis
sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektorsektor tersebut didalam negeri.
7. Aliran Modal
MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran
modal masuk ke kawasan yang kemudian ditempatkan di aset berdenominasi

Universitas Sumatera Utara

rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja portofolio regional tetapi juga dalam
bentuk aliran modal langsung (PMA). Sedangkan dari sisi peningatan
kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun sumber daya
manusia, berbagai harmonisasi, standarisasi yang telah disetujui. Artinya akan
terjadi proses perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun
peraturan terkait.
2.5.2

Tantangan MEA
Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menuju MEA tidak hanya

dari dalam negeri saja tetapi yang lebih besar adalah persaingan dengan sesama
negara ASEAN dan negara di luar ASEAN seperti India, Korea dan Cina.
Tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia diantaranya adalah:
1. Laju inflasi
Laju inflasi Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara anggota
ASEAN lainnya. Tingkat kemakmuran Indonesia masih lebih rendah
dibandingkan dengan negara lain dan juga stabilitas makro menjadi kendala
peningkatan daya saing Indonesia.
2. Laju Peningkatan Ekspor dan Impor
Kinerja ekspor selama periode 2004-2008, Indonesia berada diurutan ke-4
setelah Singapura, Malaysia dan Thailand. Sedangkan untuk impor, Indonesia
sebagai importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia, dan ini
merupakan tantangan yang serius karena telah mengakibatkan neraca
perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa Negara ASEAN.

Universitas Sumatera Utara

3. Kesamaan Produk
Dalam hal kesamaan produk, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah
dengan meningkatkan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga
mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara ASEAN
lainnya.
4. Daya saing SDM
Hard skill dan soft skill tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan minimal
memenuhi ketentuan standar yang telah disepakati. Untuk itu, Indonesia harus
dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di
dalam negeri maupun intra- ASEAN, untuk membendung tenaga kerja
terampil dari luar sehingga Indonesia tidak menjadi budak di negeri sendiri.
5. Dampak Negatif Arus Modal yang lebih bebas.
Dampak negatif dari arus modal yang lebih bebas dapat mengakibatkan
terjadinya konsentrasi aliran modal ke Negara tertentu yang dianggap
memberikan potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini dapat menimbulkan
risiko tersendiri bagi stabilitas makroekonomi Indonesia.
6. Kepentingan Nasional
Harus disadari bahwa kepentingan nasional merupakan yang utama
dibandingkan dengan kepentingan kawasan dalam rangka integrasi ekonomi,
hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan komitmen
liberalisasi AEC Blueprint, sehingga perwujudan integrasi ekonomi kawasan
akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.

Universitas Sumatera Utara

7. Kedaulatan Negara
Kewenangan suatu negara untuk menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan
moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri akan dibatasi dengan
adanya integrasi ekonomi ASEAN. Ini merupakan pengorbanan yang besar
bagi bangsa Indonesia khususnya, karena bagaimana mungkin tidak
menggunakan kebijakan fiskal padahal Indonesia menargetkan
2.6

Konsep Kompetensi
Kompetensi menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 045/U/2002 adalah perangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas‐tugas di bidang pekerjaan tertentu.Widarno (2007)
menjelaskan bahwa kompetensi memiliki tiga tingkatan yaitu 1) Kompetensi
utama, yaitu kemampuan seseorang untuk menampilkan kinerja yang memadai
pada suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan, 2) Kompetensi pendukung,yaitu
kemampuan seseorang yang dapat mendukung kompetensi utama, 3) Kompetensi
lain, yaitu kemampuan seseorang yang berbeda dengan kompetensi utama dan
Kompentensi ini pada akhirnya akan menentukan daya saing dari tenaga kerja
dengan tenaga kerja asing lainnya.
Karakteristik kompetensi di klasifikasikan dalam dua jenis yaitu hard skill
dansoft skill.Hard skill merupakan kompetensi individu yang dapat diamati dan
mudah dikembangkan, seperti halnya pengetahuan (knowledge) dan keterampilan
(skill).Soft skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas fisik dan
mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara kualitatif melalui observasi

Universitas Sumatera Utara

perilaku misalnya self of concept, dan motive (Spencer dan Spencer, 1993 : 9-11
dalam Yuniarsih, 2008 : 23).
Mulyatiningsih (2009) menjelaskan bahwa sekolah/universitas hanya
mengejar target untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi
professional dan mengabaikan kompetensi kepribadian serta sosial (softkill).
Softkill pada pasar tenaga kerja memiliki kedudukan yang sama pentingnya
dengan hardskill. Tenaga kerja/seseorang yang memiliki kepribadian baik,
bermotivasi tinggi, percaya diri, ulet, tekun, disiplin, bertanggung jawab dan
mampu mengendalikan stress, tentu akan memiliki daya tahan yang lebih unggul
di dalam melaksanakan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1.

Nama
Judul
Metode
Penulis
Penelitian
Analisis
Surya Dewi Kesiapan
Deskriptif
Rustariyuni
Tenaga Kerja Kualitatif
(2015)
di Kabupaten
Badung
dalam
Menghadapi
MEA 2015

2.

Sholeh
(2013)

Persiapan
Indonesia
Menghadapi
AEC
(ASEAN
Economic
Community)

Deskriptif
Analitik

3.

Pudjo
Utomo
(2014)

Kesiapan
Deskriptif
SDM
Kualitatif
(Tenaga
Kerja)
Bidang
Konstruksi di
Indonesia
Menghadapi
Masyarakat
Ekonomi
ASEAN

Hasil Penelitian
Hasil penelitiannya adalah diperoleh
implikasi tenaga kerja Kabupaten
Badung dalam menghadapi MEA
2015, kompetensi tenaga kerja
Kabupaten
Badung
dalam
menghadapi MEA 2015, dan
kesiapan
diri
tenaga
kerja
Kabupaten Badung menghadapi
MEA.
Hasil penelitiannya mengatakan
bahwa
ASEAN
Economic
Community (AEC) mendatangkan
beberapatantangan dan peluang
secara bersamaan. Strategi yang
harus disiapkan Indonesiadalam
menghadapi AEC mengharuskan
pemerintah
Indonesia
berjalan
dengan lebih cepat.
Hasil penelitiannya menunjukkan
terbentuknya pasar tunggal dan
kesatuan basis produksi didukung
dengan aliran bebas barang, tenaga
kerja terampil, jasa, investasi dan
modal.
Sebagai
konsekuensi
disepakatinya MEA, maka Indonesia
akan menjadi salah satu sasaran
penerima manfaat dan sekaligus
dampak.

Adapun perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah :
Studi kasus yang saya teliti di Medan dan penelitian terdahulu mengambil studi
kasus di daerah mereka yang mereka teliti.Dan juga penulis lebih menekankan
pada kompetensi yang dimiliki oleh setiap tenaga kerja yang ada di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

2.8

Kerangka Konseptual
Maksud dari adanya kerangka konseptual adalah memberikan gambaran

untuk dijadikan acuan penelitian yang akan dilakukan. Kesiapan tenaga kerja
dapat ditentukan melalui kemampuan para tenaga kerja dalam tujuannya
menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kemampuan tenaga kerja
tersebut terbagi menjadi dua bagian besar yaitu Hard Skill dnSoft Skill. Masing
masing kemampuan tersebut memiliki indikator yang harus dipahami untuk dapat
dikatakan sebagai tenaga kerja yang memiliki kriteria Hard Skill dan Soft Skill.
Menurut Yuniarsih (2008) Hard Skill merupakan kompetensi individu yang
dapat diamati dan mudah dikembangkan, seperti halnya pengetahuan (knowledge)
dan keterampilan (skill).Dan Soft Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan
tugas tugas fisik dan mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara kualitatif
melalui observasi perilaku.
Penentuan seorang tenaga kerja dikatakan telah memiliki Hard Skill maupun
Soft Skil dapat terlihat jika suatu tenaga kerja mampu

menguasi berbagai

indikator penyusun suatu Hard Skill maupun Soft Skill.
Tahap awal dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang bersumber
dari data primer dan data sekunder. Kerangka konseptual ini menggambarkan
bagaimana Kesiapan Tenaga Kerjadalam Menghadapi Era MEA di Kota Medan
yang dapat dilihat melalui dua tahapan yaitu Hard skill (X1), dan Soft skill (X2).
Maka secara ringkas kerangka pemikiran teoritis yang akan dibahas dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara

Hard skill

Kesiapan Tenaga
Kerja

Soft skill

Gambar 2.1
KerangkaKonseptual

Universitas Sumatera Utara