Teknik Permainan Sarune Pakpak Oleh Bapak Kerta Sitakar

BAB II
MASYARAKAT DAN SENI BUDAYA
DAERAH PENELITIAN

2.1 Wilayah-wilayah Pakpak
Secara geografis Pakpak Bharat terletak sekitar 30 km dari pusat Kota
Sidikalang. Suku Pakpak merupakan salah satu bagian dari suku Batak.
Masyarakat Pakpak merupakan suatu kelompok suku bangsa yang terdapat di
Sumatera Utara.

Gambar 2.1
Peta Provinsi Sumatera Utara

Secara tradisonal wilayah komunitasnya disebut Tanoh Pakpak. Tanoh
Pakpak terbagi atas 5 (lima) sub wilayah, yaitu: (1) Simsim, daerah Kabupaten
22
Universitas Sumatera Utara

Pakpak Bharat, (2) Keppas, daerah Kabupaten Dairi, (3) Pegagan, daerah
Kabupaten Dairi, khusus Kecamatan Sumbul, (4) Kelasen, daerah Tapanuli
Utara, khusus Kecamatan Parlilitan dan Kabupaten Tapanuli Tengah di

Kecamatan Manduamas, (5) Boang, daerah Aceh Singkil Dalam administrasi
pemerintahan Republik Indonesia, yakni Kabupaten Pakpak Bharat, Dairi,
Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Kabupaten Singkil (Provinsi Aceh).
Daerah yang penduduknya homogeny orang Pakpak hanyalah Kabupaten
Pakpak Bharat. Namun demikian, secara geografi wilayah atau hak ulayat secara
tradisonal yang disebut Tanoh Pakpak tersebut sebenarnya tidak terpisah satu
sama lain karena satu sama lain berbatasan langsung walaupun hanya bagianbagian kecil dari wilayah kabupaten tertentu, kecuali Kabupaten Pakpak Bharat
dan Dairi yang merupakan sentra utama orang Pakpak. Kesatuan komunitas
terkecil yang umum dikenal hingga saat ini disebut lebuh dan Kuta. Lebuh
merupakan bagian dari kuta yang dihuni oleh klen kecil. Sementara kuta adalah
gabungan dari lebuh-lebuh yang dihuni oleh suatu klen besar (marga) tertentu.
Jadi setiap lebuh dan kuta dimiliki oleh klen atau marga tertentu dan dianggap
sebagai penduduk asli, sementara marga lain dikategorikan sebagai pendatang.

2.2 Sistem Mata Pencaharian
Secara umum, sistem mata pencaharian masyarakat Pakpak adalah
sebagai perkemenjen (orang yang mencari kemenyan). Sebagian ada juga yang
bercocok tanam. Namum setelah Pakpak Bharat terpisah dari wilayah
pemerintahan kabupaten Dairi maka Pakpak Bharat mulai membentuk instansiinstansi pemerintahan kabupaten sendiri yang mempekerjakan sebagian besar
masyarakat Pakpak bharat sebagai pegawai pemerintahan kabupaten.

23
Universitas Sumatera Utara

2.3. Sistem Kekerabatan
Seperti halnya etnik lain di dunia, etnik Pakpak juga juga memiliki adat
istiadat yang khas, sehingga dapat dibedakan dengan kelompok etnik lainnya.
Unsur sistem kekerabatan ini adalah sebagai berikut. 1. Marga dan Sulang
Silima Marga dalam kajian antropologi disebut dengan klen yaitu suatu
kelompok kekerabatan yang dihitung berdasarkan satu garis (unilineal), baik
melalui garis laki-laki (patrilineal) maupun perempuan (matrilineal). Marga pada
masyarakat Pakpak bukan hanya sekedar sebutan atau konsep tetapi di dalamnya
nilai budaya yang mencakup norma dan hukum yang berguna untuk mengatur
kehidupan sosial. Misalnya dengan adanya marga maka dikenal perkawinan
eksogami marga, yakni adat yang mengharuskan seseorang kawin diluar
marganya.bila terjadi perkawinan semarga maka orang tersebut diberi sanksi
hukum berupa pengucilan, cemoohan, dan malah pengusiran, karena melanggar
adat yang berlaku.
Struktur sosial yang dikenal dan dijunjung tinggi oleh masyarakat
Pakpak dikenal dengan sebutan Sulang Silima dengan unsur berru, dengan
sebeltek atau sinina dan puang atau kula-kula. Seseorang Pakpak dengan

struktur sulang silima umumnya paham atau dapat menentukan kedudukan dan
peranannya sesuai konteks. Dengan demikian sama seperti halnya marga, di
dalamnya terdapat sejumlah hak dan kewajiban yang mengatur hubungan atau
unsur tersebut. Misalnya upacara perkawinan jelas kelihatan perbedaan hak dan
kewajiban dari masing-masing unsur sulang silima. 2. Upacara Sepanjang
Lingkaran Hidup dan Upacara Lainnya Berbagai jenis upacara selalu dijumpai
dispanjang lingkaran hidup manusia pada hampir semua kelompok suku bangsa
sesuai dengan perkembangan biologi manusia itu sendiri. Tidak terkecuali
24
Universitas Sumatera Utara

kelompok yang sudah menganut agama-agama besar maupun yang belum selalu
tidak terlepas dengan berbagai upacara-upacara tersebut. Suatu kelompok
mengganggap masa balita merupakan masa yang paling berbahaya, yang lainnya
menganggap lebih berbahaya pada masa menjelang dewasa yang lainnya lagi
mengganggap lebih berbahaya pada masa mati. Untuk itu masa-masa tersebut
perlu diantisipasi dengan melakukan berbagai upacara.
Suku Pakpak mengenal system kekerabatan yang berbeda-beda yang
digunakan


untuk

mengelompokkan

dan

memanggil

anggota

kerabatnya.perbedaan ini berhubungan erat dengn berbedanya peranan dan
kedudukan masing-masing anggota kerabat dalam kelompok kerabatnya.
Seorang individu mengelompokkan, menyebut dan memanggil kerabat sesuai
dengan hak dan kewajiban yang diembannya. Selain itu dalam berinteraksi
dengan para kerabat dikenal berbagai aturan dan nilai agar seseorang anggota
kerabat dikategorikan beradat. Aturan dan nilai tersebut menjadi pengetahuan
dan dijadikan pola dalam berinteraksi. Akibatnya ada interaksi yang harus
bersikap sungkan dan tidak sungkan (akrab, bebas). Konsep atau pola yang
digunakan sebagai acuan adat sopan santun adalah:
1. Ego adalah seorang individu yang dijadikan sebagai pusat orientasi atau

perhatian dalam melihat istilah kekerabatan. Ego biasa seseorang yang
berkedudukan sebagai anak, ayah atau kakek. Dalam konteks kekerabatan
Pakpak ego adalah seorang laki-laki, karena kelompok kerabat dihitung
berdasarkan patrilineal.
2. Keluarga inti adalah kelompok kekerabatan terkecil yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak yang belum kawin.

25
Universitas Sumatera Utara

3. Sinina adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari saudara sepupu, paman
dan bibi pararel baik yang semarga (sebeltek) maupun yang tidak semarga
(pemerre maupun sebe;tek inang)
4. Berru adalah kelompok kerabat pihak penerima gadis. Atau kelompok kerabat
dari pihak saudara perempuan ego, atau kelompok kerabat dari anak
perempuan ego.
5. Puang adalah kelompok kerabat pemberi gadis. Atau kelompok kerabat dari
pihak nenek, ibu atau istri dan istri anak laki-laki ego. Istilah Kekerabatan
dari sudut pemakaiannya dapat dikategorikan pada dua system yaitu sebutan
dan sapaan. Sebutan artinya bagaimana seseorang menyebut kerabatnya bila

dipertanyakan pada pihak ketiga. Sedang sapaan bagaimana seseorang
menyapa anggota kerabatnya bila bertemu atau memanggil secara bila
bertatap muka. No Sebutan Sapaan Keterangan 1 2 3 4 5 6 dll Bapa Inang
Kaka Dedahen Turang Mpung, Poli Bapa Nang, nange Nama, kaka Nama,
Nama, turang Pung, poli Ayah Ibu Abang Adik (laki-laki dan perempuan)
Kakak (adik Perempuan) Kakek Dalam system kekerabatan suku Pakpak,
kedudukan anak laki-laki lebih tinggi disbanding dengan anak perempuan.
Hal ini dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain : Pertama, karena anak
laki-laki berperan sebagai penerus keturunan marga atau klen (patrilineal)
Kedua, laki-laki berperan sebagai penanggung jawab keluarga (fakta di
lapangan relative) Ketiga, laki-laki berperan sebagai ahli waris utama
peninggalan harta pusaka Keempat, laki-laki berperan sebagai pelaksana
utama dalam setiap aktifitas adat. Anak perempuan walaupun memakai nama
marga ayahnya, namun setelah kawin ikut suami dan anak-anak yang
dilahirkannya memakai marga lain sesuai dengan marga suaminya bukan
26
Universitas Sumatera Utara

marga ayahnya. Akibatnya keluarga yang belum memiliki anak laki-laki
cenderung resah karena tidak ada yang meneruskan marganya (silsilahnya).

Akibatnya sering kali istri harus berkorban untuk terus melahirkan hingga
memperoleh anak laki-laki demi menjaga keharmonisan rumah tangga dan
dengan kelompok kerabat yang lebih luas. Walaupun tidak identik dengan
Pakpak secara keseluruhan, dari segi pembagian kerja, keluarga-keluarga
Pakpak di Pedesaan maupun di perkotaan masih cenderung terikat dengan
budaya, yang membedakan pekerjaan laki-laki dan perempuan. Perempuan
yang identik dengan pekerjaan di sekitar rumah tangga, sedangkan suami
sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah yang berperan di luar rumah
tangga.

2.5 Agama Masyarakat Pakpak
Agama merupakan suatu sistem kepercayaan yang dianut oleh
sekelompok atau komunitas yang berguna sebagai sarana mediasi antara
kelompok tersebut dengan penciptanya (yang dipercayai sebagai nenek
moyang). Pada zaman dahulu masyarakat Pakpak mengenal sistem kepercayaan
animisme (suatu sistem kepercayaan kepada nenek moyang). Sebelum masuknya
agama (Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu), masyarakat Pakpak mengenal
sistem kepercayaan yang disebut dengan Pambi. Kepercayaan ini merupakan
suatu aliran kepercayaan Pakpak zaman dulu yang mengatur tentang
kebudayaannya, dalam hal ini Pambi sangat berperan penting sebagai pengatur

interaksi manusia dengan roh-roh nenek moyang. Dapat dikatakan bahwa Pambi
adalag agama asli suku Pakpak dan masyarakat yang menganut sistem Pambi
disebut masyarakat Pambi. Namun karena adanya penyebaran agama yang
27
Universitas Sumatera Utara

dilakukan oleh misionaris ataupun pedagang-pedagang Arab maka sebagian
besar masyarakat Pakpak kini sudah memeluk agama sekuler. Saat ini agama
Pambi sudah mulai sedikit tergeser kedudukannya.
Pada umumnya didaerah tempat penelitian, masyarakat sekitarnya
mayoritas memeluk agama Islam dan sebagian lagi ada yang menganut agama
Kristen. Ini dapat kita lihat jika pergi kelokasi penelitian, kita dapat melihat
mushola (tempat ibadah agama islam) kecil lebih banyak jumlahnya dari pada
tempat ibadah agama lainnya.
Wilayah Pakpak yang masih memeluk agama Pambi sebagian besar
mendiami wilayah Pakpak boang, tepatnya yang berada di sekitar wilayah AcehSubussalam. Tidak dapat ditentukan berapa persentase jumlah penduduk yang
masih memeluknya saat ini namun menurut informasi yang didapat, aktivitas
agama PAMBI masih sering dilakukan baik secara adat maupun ritual.
Diwilayah Pakpak sendiri sebelum terjadinya pemekaran wilayah
terdapat sebuah gereja yaitu Gereja kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD),

disinilah tempat beribadahnya masyarakat Pakpak yang memeluk agama kristen.

2.6. Organisasi
Organisasi yang terdapat didaerah Pakpak antara lain adalah IKPPI
(Ikatan Keluarga Pakpak Indonesia), ini merupakan organisasi kepemudaan
khususnya bagi pemuda Pakpak. GAMKI kedua organisasi tersebut sangat
dikenal ditingkat kabupaten sedangkan ditingkat kecamatan dan desa terdapat
beberapa serikat kelompok tani yang didirikan hampir dis etiap desa.

28
Universitas Sumatera Utara

2.7 Kesenian
Dalam masyarakat Pakpak terdapat ensambel musik yang sering
dilakukan dalam upacara adat maupun sehari-hari. Ensambel ini desebut
ensambel “oning-oningan”. Namun ada juga musik yang dilakukan oleh
perorangan ataupun individu itu sendiri sebagai alat penghibur dirinya. Adapun
musik yang dikenal oleh masyarakat Pakpak adalah sebagai berikut.

2.7.1 Musik Vokal

Musik vocal dalam masyarakat Pakpak adalah nyanyian tanpa teks, dapat
dikatakan teks yang dinyanyikan adalah suasana hati individu sendiri. Musik ini
sering dimainkan oleh perkemenjen dengan cara menyanyikan lagu yang sedih
sambil memukul batang pohon kemenyan. Nyanyian ini disebut dengan istilah
odong-odong.

2.7.2 Musik Instrumen
Musik instrumen Pakpak

dikenal dengan istilah oning-oningan dan

genderang sisibah. Dalam ensambel oning-oningan terdapat beberapa instrumen
antara lain kalondang, kecapi, balobat, gendrang sipitu sedangkan dalam
ensambel genderang sisibah instrumen yang digunakan yaitu sarune, balobat,
kalondang, gendrang sisibah (susunan 9 buah gendang) dan gong. Gendrang
sisibah biasa dimainkan pada saat acara ritual atau sering disebut kerja njahat
dan kerja mbaik. Berikut adalah penjabaran tentang instrumen ensambel musik
Pakpak.

29

Universitas Sumatera Utara

1.

Gendrang
Merupakan susunan dari bilah kayu yang memiliki membran sebagai

materi penghasi suaranya ( drum chime ) yang disusun berurutan dari mulai
yang terkecil hingga yang terbedar, digantung pada 1 buah kayu panjang dan 2
buah kayu bersiku sebagai penopangnya. Umumnya terdapat 1 bilah kayu
panjang yang digunakan sebagai tempat gambar ornamen Pakpak.

Gambar 2.1:
Seperangkat Genderang Sisibah Pakpak
(sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)

2.

Kalondang
Merupakan susunan dari 8 bilah kayu yang telah distem sehingga setiap

bilah dapat menghasilkan nada. Fungsi utama musical alat musik kalondang ini
adalah membawakan melodi, baik secara solo atau untuk iringan.

30
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2:
Kalondang dengan Delapan Bilahan
(sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)

3. Gong
Merupakan alat musik yang terbuat dari besi kuningan yang ditempah berbentuk
bulat dan ada tonjolan ditengah diameternya. Berikut ini adalah gambar gong.

31
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3:
Gong yang Ditempatkan di Rak
(sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)

4.

Sarune

Merupakan alat musik tiup yang terbuat dari kayu. Materi penghasil suaranya
adalah dari reed yang ditiup. Berikut ini adalah gambar sarune.

32
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4:
Sarune Pakpak
(sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)

5..Balobat
Merupakan alat musik tiup yang terbuat dari kayu.

Termasuk alat

musik yang dapat diklasifikasikan ke dalam golongan rekorder dengan lima
lubang nada. Gambar balobat itu adalah sebagai berikut.

33
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.5:
Balobat dengan Lima Lubang Nada
(sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)

2.7.3 Sarune Pakpak dalam Ensambel Musik Pakpak
Sarune merupakan salah instrumen musik Pakpak yang termasuk dalam
ensambel gendrang Pakpak. Sarune berfungsi sebagai pembawa melodi dalam
ensambel tersebut.

34
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6:
Sarune Pakpak dalam Ensambel
(sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)

Dalam siklus permainannya, setiap awal lagu diawali oleh tabuhan
gendrang (gendrang silima,gendrang sipitu,gendarang sisibah) dan gong
kemudian sarune. Menurut panjelasan bapak kerta sitakar, alasan mengapa
sarune dimainkan setelah gendrang dan gong adalah sarune harus dibunyikan
setelah gendrang dan gong bulat(bunyi yang dihasilkan ...? hal ini disebabkan
karena jika gendrang tidak dimainkan pada ritemnya dan gong tidak
mengeluarkan suara yang baik maka pemain sarune akan kesulitan untuk
memulai memainkan melodinya.
Penggunaan sarune dalam acara perkawinan adalah sebagai alat
pengiring tari atau tortor.

Umumnya setiap akan memulai musik, pemain

35
Universitas Sumatera Utara

sarune memberitahukan kepada pemusik lainnya lagu yang akan dimainkan.
Adapun lagu-lagu yang biasa dimainkan adalah sebagai berikut.
1.

Ende-ende Tutu,

2.

Gendang Raja,

3.

Ende-ende Imbolu, dan

4.

Perkotek Manuk I Lebuh.

Lagu-lagu ini lah yang biasa dimainkan dalam pesta perkawinan. Lagu ini
merupakan lagu riang dapat digolongkan sebagai lagu yang memiliki tempo
cepat sekitar 130 MM, karena acara perkawinan merupakan acara kebahagian
maka lagu-lagu yang dimainkan juga bersifat riang.
Dalam permainannya ensambelnya, musik Pakpak memiliki lagu
penutup. Lagu ini merupakan susunan nada yang dibuat pemusik Pakpak sebagai
isyarat bahwa musik akan berhenti.musik dapat berhenti jika pembawa acara
memberi isyarat bahwa tortor telah selesai, dan pemain sarune langsung
berinisiatif membuat lagu penutup lalu diikuti pemain lainnya.
Dalam setiap rangkaian upacara adat yang diiringi oleh sarune terdapat
tahapan-tahapan lagu yang akan diamainkan. Pada saat upacara akan dimulai
maka lagu yang dimainkan adalah Gendang Raja. Inilah yang merupakan
lagu/gendang pembuka dalam setiap upacara adat. Sebelum lagu ini dimainkan
maka setiap orang yang menghadiri upacara tersebut harus berada di luar arena
tempat upacara diadakan, jika upacara dilakukan dihalaman maka hadirin hanya
bisa duduk ditempat duduk ataupun tikar namun jika upacara dilakukan didalam
gedung ataupun balai maka para hadirin wajib berada diluar gedung ataupun
balai.

36
Universitas Sumatera Utara

Untuk memulai upacara, maka raja perhata (master of ceremonial) yang
ditugaskan sebagai pengatur jalannya upacara menyerukan kepada pemusik agar
pemusik memainkan Gendang Raja sambil berjalan ke arah pemusik raja
perhata memberikan napuran (seperangkat bahan pembuat sirih).

Gambar 2.7:
Raja Parhata Menyalami Pemusik
(sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)

Setelah napuran diberikan maka pemusik memainkan gendang raja, kemudian
hadirin diperbolehkan masuk kedalam ruangan dan setelah para hadirin sudah
memasuki ruangan maka pemain sarune memberi aba-aba ataupun isyarat
sebagai penghabisan (ending) lagu gendang raja.

37
Universitas Sumatera Utara

2.8 Tari
Dalam kesenian tradisional Pakpak terdapat juga seni tari. Gambar
dibawah ini merupakan tarian yang dilakukan oleh remaja putri diamati dengan
seksama maka gerakan tarian hampir menyerupai gerakan tarian burung. Nama
tari ini biasanya disebut tari :Taktak Garogaro”. Tarian ini merupakan tarian
sukacita.

Gambar 2.8:
Salah Satu Visual Tatak Garo-garo
(sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)

38
Universitas Sumatera Utara

2.9 Seni Beladiri
Beladiri merupakan salah satu kesenian yang terdapat dimasyarakat
Pakpak. Disamping untuk menjaga nilai estetika budaya, kesenian ini juga
berguna sebagai alat untuk mempertahankan ataupun membeli diri dari bahaya.
Tidak ada paksaan bagi masyarakat tersebut untuk harus mengetahui kesenian
ini.

Gambar 2.9:
Salah Satu Visual Seni Beladiri
(sumber: Dokumentasi Tumpal Saragih, 2013)

39
Universitas Sumatera Utara

2.10 Permainan Sarune Secara Solo
Sarune juga dapat dimainkan secara solo tanpa ada pengiring instrumen
musik lainnya.. Lagu-lagu yang dimainkan seperti layaknya bersenandung.
Masyarakat Pakpak umumnya memainkan sarune saat berada dihutan yang
tujuannya untuk menghilangkan rasa kesepian dan lelah. Pemain sarune
biasanya dimainkan sebagai ungkapan perasaan sipemain. Adapaun lagu yang
biasa dimainkan adalah sebagai berikut.
1.

Tangis Berru Ikan,

2.

Tangis Berru Manik,

3.

Ende-ende Tutu Kere, dan

4.

Tangis-tangisen Menci

Jika perasaan si pemain sarune sedang sedih maka lagu-lagu yang dimainkan
memiliki awal kata pada judulnya adalah “tangis”, sedangkan jika lagu yang
dimainkan merupakan ungkapan perasaan bahagia maka kata diawal judul
adalah ende.
Kebanyakan lagu-lagu yang dimainkan oleh pemain sarune dalam suatu
ensambel merupakan lagu-lagu yang diciptakan pada saat sarune dimainkan
sacara solo. Ini merupakan hasil karya dan kreativitas seniman tradisi
masyarakat Pakpak.

2.11 Peristiwa Terjadinya Sarune Pakpak
Berdasarkan

pendapat

para

informan,

terjadinya

sarune

dalam

kebudayaan pakpak mengalami proses yang panjang, sesuai dengan kultur
agraris. Bertani ataupun bercocok tanam merupakan salah satu mata pencaharian
masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sampai sekarang. Dari antara sekian
40
Universitas Sumatera Utara

banyak cara bertani tersebut, salah satu di antaranya adalah menanam padi
darat. Menanam padi darat merupakan cara bertani yang dipakai oleh
masyarakat Pakpak dengan cara berpindah-pindah lahan. Biasanya lahan yang
digunakan adalah daerah perbukitan ataupun lereng-lereng gunung. Pemilihan
lahan ini didasarkan karena tanah diperbukitan ataupun lereng-lereng gunung
banyak mengandung humus yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Lahan
pertanian ini dapat bertahan hingga 2 sampai 3 kali panen. Kemudian untuk
penanaman selanjutnya berpindah dan mencari lahan yang baru. Namun,
biasanya masyarakat Pakpak memanfaatkan lahan yang lama sebagai tempat
untuk menanam pohon kopi, kemenyan, dan karet.
Sistem panen padi darat pada zaman dulu dikerjakan secara gotongroyong. Sehingga jika musim panen tiba, maka daerah pemukiman masyarakat
pasti sepi dan tak jarang pulu masyarakat tersebut lebuh memilih untuk
bermalam di ladangnya.
Dari sistem kerja gotong-royong inilah awal mula terpikirkannya untuk
menciptakan alat musik tradisional Pakpak yaitu sarune. Karena begitu ramai
dan bergembiranya masyarakat mengerjakan panen maka di sela-sela waktu
istirahat

untuk

menghilangkan rasa lelah diciptakanlah

sesuatu

yang

menghasilkan bunyi-bunyian dari batang padi yang dalam bahasa Pakpak
disebut nggala page. Batang padi yang berfungsi sebagai alat musik ini dibentuk
sedemikian rupa kemudian ditiup sehingga menimbulkan suara nyaring dan
merdu. Materi penghasil bunyi pada alat musik nggala page pada masyarakat
Pakpak disebut juga pit. Masyarakat Pakpak meyakini bahwa ketika “pit”
berbunyi dengan sendirinya burung-burung camar (garo-garo dalam bahsa

41
Universitas Sumatera Utara

Pakpak) akan menari-nari dengan riang, seolah-olah ikut bersukaria atas panen
tersebut.
Namun samakin lama masyarakat Pakpak melihat bahwa suara pit dapat
membuat hujan turun. Ini menurut kepercayaan masyarakat Pakpak dahulu kala.
Dampaknya dapat mengganggu proses pemanenan. Akhirnya dicarilah sejenis
kayu hutan untuk dijadikan sebagai alat musik tardisional yang dapat
mengeluarkan bunyi seperti suara pit.
Dari sekian banyak jenis kayu dihutan namun kayu siraja junjung bukit
yang merupakan pilihan utama sebagai bahan baku alat musik sarune Pakpak
ini. Kayu ini tumbuh di hutan lebat pada umumnya dan pohonnya tidak terlalu
besar serta tidak berserat kasar.
Menurut kepercayaan masyarakat Pakpak terdahulu, untuk menebang
atau mengambil kayu ini harus memenuhi persyaratan antara lain diuraikan
sebagai berikut. (a) Gatap penter, yaitu merupakan sehelai daun sirih yang
masih segar dan ruas- ruasnya saling bertemu. (b) Gatap i krimpit,

yaitu

beberapa helai (biasanya 7 helai) daun sirih kemudian dipincuk menjadi 7 pincuk
kemudian setiap helai diisi dengan kapur, pinang yang dibelah kecil, kemiri, dan
sebiji lada hitam. (c) Beras banu, yaitu salah satu jenis beras dari butiran padi
yang dihasilkan oleh para petani di kawasan Pakpak.

42
Universitas Sumatera Utara