Analisis Peluang Bisnis Pada Obyek Wisata Tangkahan

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI 2.1 Peluang Bisnis

Menurut solihin (2012: 128) peluang merupakan tren positif yang berada dilingkungan eksternal perusahaan, dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan, maka peluang usaha tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara berkelanjutan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia peluang merupakan kesempatan (ruang gerak) baik dalam bentuk konkret maupun dalam bentuk abstrak.

Sedangkan menurut Hendro (2011:133) peluang bisnis berasal dari sebuah inspirasi, ide, atau kesempatan yang muncul untuk dimanfaatkan bagi kepentingan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bisnis. Peluang dalam bahasa Inggris adalah opportunity yang berarti sebuah atau beberapa kesempatan yang muncul dari sebuah kejadian atau moment.

Jadi, peluang bisnis adalah kesempatan atau waktu yang tepat yang seharusnya di ambil atau dimanfaatkan bagi seseorang untuk mendapat keuntungan. Banyak peluang yang di sia-siakan, sehingga berlalu begitu saja karena tidak semua orang dapat melihat peluang dan yang melihatpun belum tentu berani memanfaatkan peluang tersebut. Peluang bisnis jika tidak dimanfaatkan maka peluang tersebut akan berlalu begitu saja.

2.1.1 Sumber Peluang

Adapun sumber peluang atau kesempatan menurut Hendro (2011: 135) berasal dari :


(2)

1. Diri Sendiri

Peluang yang paling potensial dan sangat besar resiko kesuksesannya bersumber dari dalam diri sendiri, karena beberapa alasan berikut:

a. Bisnis membutuhkan proses yang panjang dan bahkan bisa seumur hidup

sehingga bisnis tersebut harus membuat seseorang yang menjalaninya bahagia dan sukses.

b. Bisnis membutuhkan konsistensi dan komitmen yang tinggi sehingga

kunci kesuksesannya adalah mencintai pekerjaan atau bisnis tersebut.

c. Kesuksesan bisnis adalah akumulasi dari kesuksesan dalam menaklukkan

kegagalan demi kegagalan sehingga semuanya bisa terwujud.

Contoh sumber-sumber peluang yang berasal dari diri sendiri adalah sebagai berikut:

a. Hobi

Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, tampak jelas bahwa bisnis berasal dari hobi yang telah membuat seseorang sukses sebagai wirausahawan dan terbukti semakin berkembang.

b. Keahlian

Keahlian dalam mengelola bisnis akan mendorong kesuksesan bisnis. Memulai sebuah bisnis dengan keahlian yang dimiliki pada suatu bidang dan kemudian temukan inspirasi dan peluang bisnisnya.

c. Peluang dari pengetahuan dan latar belakang pendidikan

Di samping sumber-sumber yang telah disebutkan diatas, pengetahuan dan latar belakang pendidikan juga merupakan sumber dan awal untuk menemukan sebuah peluang. Hal ini dikarenakan dari latar belakang


(3)

pendidikan dapat diketahui, dipelajari, dan dipahami bidang yang akan ditekuni.

2. Lingkungan sekitar dapat menimbulkan banyak peluang dan inspirasi,

misalnya:

a. Usaha orang tua, dalam diskusi setiap harinya orang tua pasti sering

menceritakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam bisnisnya. Hal itu bisa mendatangkan inspirasi bisnis bila digabungkan dengan latar belakang pendidikan, hobi, pengetahuan dan keahlian.

b. Lingkungan rumah, seperti pergaulan, tetangga, teman main, dan lain

lain.

c. Kebiasaan dalam rangka menuju ke kampus, perjalanan, lingkungan

kampus, teman kampus dan lain-lain.

d. Saat berkunjung ke café, atau dimanapun tempat yang dikunjungi akan

mendatangkan inspirasi dan peluang bisnis.

3. Perubahan yang Terjadi

Peluang besar yang sering muncul menjadi sebuah bisnis adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan, contohnya:

a. Perubahan global: Misalnya perubahan kurs mata uang Rupiah terhadap

mata uang Dollar Amerika (US $) mengakibatkan banyak barang impor mengalami kenaikan harga sementara barang lokal mengalami penurunan harga jual. Hal ini membuka peluang bagi para produsen lokal untuk memperkenalkan produknya ke masyarakat.

b. Perubahan lingkungan: Misalnya, pembangunan perumahan yang baru di


(4)

jumlah penduduk berarti mendorong perubahan tingkat permintaan kebutuhan keluarga. Sehingga peluang yang mungkin akan timbul adalah bisnis yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk seperti: laundry atau jasa pencucian baju, mini market, transportasi dan lain-lain.

c. Perubahan Peraturan Pemerintah juga akan menimbulkan ancaman bagi

industri yang terkena dampaknya dan peluang bagi yang mampu membacanya dan mendapatkan manfaatnya.

d. Perubahan musim.

e. Perubahan gaya hidup.

f. Perubahan tingkat kebutuhan tentang, pola hidup yang lebih sehat. g. Perubahan tingkat tekanan pekerjaan yang semakin tinggi (berat), hal ini

dapat membuka peluang untuk memberikan sebuah layanan hiburan bagi pekerja tersebut.

h. Perubahan teknologi informasi dan komunikasi seperti kemajuan

teknologi mobile phone dan internet.

i. Perubahan tingkat pertumbuhan pemilik kendaraan akan memunculkan

peluang penjualan sparepart, asuransi, aksesoris bengkel dan lain-lain.

4. Konsumen

Suara konsumen itu penting karena sering menciptakan gagasan baru dalam memperbaiki produk yang ada dan peluang bagi yang akan mendirikan usaha baru. Masukan-masukan dari konsumen yang dapat memberikan inspirasi peluang baru seperti: keluhan-keluhan dari konsumen, saran-saran dari konsumen, permintaan khusus dari konsumen dan calon konsumen,


(5)

angan-angan yang diimpikan oleh konsumen tentang produk atau jasa tertentu, harapan dari konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

5. Gagasan Orang Lain

Seperti halnya suara dari konsumen, gagasan dari orang lain (keluhan-keluhan terhadap suatu produk atau layanan yang disampaikan oleh teman), dapat memberi ide yang membuka peluang dalam membuat suatu bisnis.

6. Informasi yang Diperoleh

Dalam perjumpaan dengan orang lain terkadang kita mendapatkan informasi baru. Bagi orang yang mendengarnya, informasi baru itu bisa berguna untuk dijadikan sebagai peluang bisnis karena informasi tersebut memiliki hubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dia miliki. Namun bagi orang-orang tertentu informasi baru itu tidak bermanfaat karena informasi tersebut tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Hal ini yang bisa membedakan mengapa ada orang yang merasa tidak memiliki peluang dibanding orang yang memiliki peluang. 2.1.2 Analisa Peluang Sebelum Dijadikan Bisnis

Untuk membuat peluang menjadi peluang emas, peluang yang ada harus dianalisa sejauh mana tingkat kesuksesan dan kegagalannya di pasar. Tingkat kesuksesan dan kegagalannya di pasar bergantung pada pengintegrasian keempat hal, yaitu persaingan, pesaing, perubahan arah persaingan, dan kebutuhan pelanggan.

Peluang tidak cukup hanya bersumber dari sebuah ide bisnis yang diperoleh dari sebuah inspirasi. Hal tersebut baru proses awal saja atau baru


(6)

peluang mentahnya. Oleh karena itu, perlu diketahui apa ciri-ciri peluang yang potensial dan bisa dikategorikan sebagai peluang bisnis.

1. Ciri-ciri bisnis yang potensial itu adalah:

a. Bisnis yang dibangun adalah bisnis yang potensial atau memiliki nilai

jual yang tinggi.

b. Tidak menjadikan bisnis tersebut hanya sebagai ambisi pribadi semata

tetapi sifatnya nyata.

c. Bisnis itu mempunyai waktu bertahan yang lama di pasar.

d. Tidak akan menghabiskan modal (uang) karena terlalu besar

investasinya.

e. Tidak bersifat momentum (kejadian sesaat) atau bersifat musiman

(seasonal).

f. Dapat ditingkatkan skalanya menjadi skala industri 2.1.3 Ciri-ciri Peluang Bisnis yang Baik

Bisnis yang potensial didasari pada ciri-ciri sebuah peluang bisnis yang baik, ciri-ciri peluang bisnis yang baik adalah:

1. Peluang itu orisinil dan bukan tiruan; bisnis yang sukses itu bukan hanya

meniru bisnis orang lain. Bisnis yang hanya meniru belum tentu hasilnya sama persis dengan bisnis yang ditiru tersebut. Hal ini disebabkan karena kondisi dan situasi yang telah terjadi dan yang akan terjadi belum tentu sama, bisnis itu bukan mesin fotokopi.

2. Peluang itu harus bisa mengantisipasi perubahan persaingan dan kebutuhan

pasar dimasa yang akan datang. Dalam arti peluang itu harus dapat ditingkatkan nilai jualnya serta bisa terus diinovasi.


(7)

3. Benar-benar sesuai dengan minat atau ada link dengan pengetahuan, keahlian dan sifat agar peluang itu dapat bertahan lebih lama.

4. Tingkat visibilitas (kelayakan usaha) benar-benar teruji, untuk itu perlu dilakukan penelitian dan uji coba dipasar.

5. Bersifat ide yang kreatif dan inovatif bukan tiruan dari ide orang lain.

6. Adanya keyakinan dalam mewujudkannya dan sukses untuk menjalaninya.

2.1.4 Faktor-faktor Keberhasilan Peluang Bisnis untuk menjadi Keberhasilan Usaha

Menurut Hendro (2011:143) faktor-faktor keberhasilan peluang bisnis adalah sebagai berikut:

1. Peluang itu memenuhi ciri-ciri peluang bisnis yang baik. 2. Berawal dari uji test pasar dan uji coba (trial) seperti:

a. Seberapa besar tingkat kebutuhan produk Anda dipasar. Apakah tinggi

atau rendah.

b. Seberapa besar tingkat kontinuitas kebutuhan akan produk tersebut.

c. Mengetahui alasan, mengapa orang enggan membeli, memakai, dan

menggunakan jasa atau produk Anda.

3. Mengikuti dan memenuhi kebutuhan konsumen.

4. Mengikuti trend (kecenderungan) perubahan pasar.

5. Bisa terus menerus diinovasi dan ditingkatkan kualitasnya.

6. Resiko kegagalannya tidak besar saat pertama kali dimulai. Dalam arti tingkat visibilitasnya telah diperhitungkan dengan waktu saat diluncurkan di pasar. 7. Merupakan alternatif terbaik dari peluang-peluang yang ada.


(8)

2.1.5 Faktor Kegagalan Sebuah Peluang Usaha yang Gagal Dijadikan Bisnis

Banyak inspirasi yang bagus dan brilian, namun terkadang inspirasi tersebut gagal dijadikan sebuah bisnis atau gagal saat diluncurkan untuk menjadi produk atau jasa yang ingin ditawarkan kepada calon pelanggan. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor kegagalan peluang usaha agar bisa meminimalisir resiko usaha. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Kebutuhan pasarnya tidak bersifat monoton dan musiman sehingga tidak

hanya bersifat jangka pendek.

2. Peluang itu sudah kadaluarsa atau telah banyak ada orang yang memulai

bisnis tersebut.

3. Tidak segera mengambil keputusan untuk memulainya sehingga peluang itu

lewat begitu saja. Istilahnya NADO (Not Action Dream Only) atau NAPO (Not Action Plan Only).

4. Waktunya sudah lewat, terjadi perubahan kebutuhan atau muncul teknologi

baru yang telah membuat peluang produk atau jasa itu out of date.

5. Survei pasar tidak akurat, artinya hal itu hanya sekedar persepsi Anda yang menyatakan bahwa peluang itu sangat potensial lalu segera dilaksanakan begitu saja. Jadi tingkat akurasi peluang terhadap pasar tidak tepat sehingga menyebabkan produk itu tidak laku dipasar.

6. Mudah ditiru atau dibuat oleh orang lain. 7. Daya beli rendah.


(9)

9. Tingkat kebutuhan kecil pemilihan alternatif ide-ide bisnisnya salah (bukan terbaik).

2.1.6 Rasio Kesuksesan Sebuah Bisnis

Ketika peluang sudah diputuskan dan dievaluasi maka hal penting selanjutnya harus dilakukan adalah memilih acuan bisnis. Berdasarkan Hendro (2011:150) persentase kesuksesan ditentukan oleh dasar memilih suatu bisnis. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini.

Tabel 2.1

Persentase Kesuksesan Dasar Memulai Bisnis

DASAR MEMULAI BISNIS RASIO PERSENTASE

KESUKSESAN

Keahlian dan pengalaman 60%

Hobi dan kesuksesan 40%

Melihat bisnis orang lain, mengamati, lalu meniru bisnis tersebut

20%

Kebiasaan sehari-hari 35%

Inovasi sendiri, menemukan, lalu memasarkannya

25% Ikut-ikutan orang lain, mengamati

secara langsung lalu mencoba bisnis lain dengan jenis yang sama

35%

Membentuk “Business Skill” yang solid

40% Sumber : Hendro (2011:150)

Hasil survei di Amerika Serikat di dalam buku The Origin of Entrepreneurship menyebutkan bahwa kesuksesan bisnis yang diawali dengan hal-hal dibawah ini mempunyai tingkat kesuksesan yang berbeda.

1. Pengalaman dan keahlian (43% sukses).

Saat seseorang bekerja selama beberapa tahun, ia menguasai data, pengalaman, pasar dan jaringan, serta keahlian dan teknologi sehingga apabila membuka suatu usaha yang sejenis, nilai kesuksesannya akan lebih


(10)

tinggi dibandingkan dengan apabila ia membuka usaha yang lain atau tidak sejenis. Kemungkinan ia sukses sangat besar, tergantung berapa lama ia bekerja dan skill yang dimilikinya.

2. Lingkungan dan usaha sendiri setelah melihat dan mengamati orang lain

memulai usahanya (15% sukses).

Dengan melihat orang lain membuka usaha dari awal, seseorang dapat berkonsultasi dengan orang tersebut dan ikut-ikutan dari awal serta langsung mencoba sendiri dengan produk yang sama atau berbeda. Cara ini dapat berhasil apabila orang yang dilihat dan diamati mau membuka teknik-teknik dan data-data.

3. Menemukan peluang dan perubahan yang menimbulkan inspirasi peluang

yang belum terisi oleh orang lain (11% sukses).

Pilihan ini dapat sukses, tetapi membutuhkan usaha yang kuat dan keras. Masalah yang akan muncul adalah ketika pesaing baru datang dan mengikuti usaha tersebut yang paling penting adalah selalu inovatif.

4. Penemu, tenaga ahli, desainer, dan periset ulung (7% sukses).

Cara menemukan peluang seperti ini sangat lama dan memerlukan ketekunan yang tinggi serta keteguhan hati. Saat era revolusi industri, banyak penemu hebat yang lahir seperti Sir Isaac Newton, Thomas Alfa Edison, Graham Bell, dan lain-lain. Tetapi hanya sedikit yang memiliki sense of business. Mereka yang sukses adalah mereka yang memiliki kemampuan entrepreneur, sehingga banyak penemu, pelukis dan yang lainnya yang miskin karena hasil temuannya tidak bisa dijual yang kaya adalah orang yang mampu membaca peluang dan mempunyai selling skill yang kuat.


(11)

5. Menekuni bisnis karena hobi, kesukaan, favorit, kegemaran tertentu (30% sukses).

Hobi dapat menghasilkan peluang bisnis, tetapi jika tidak didukung dengan skill bisnis yang kuat, maka hobi tidak dapat berkembang menjadi bisnis. 6. Warisan keluarga, hibah, dan lain-lain (21% sukses).

Jenis usaha tersebut merupakan usaha yang hanya tinggal dilanjutkan dan jika ingin meraih kesuksesan bergantung kepada kemampuan untuk mengelola bisnis (management and strategy).

2.1.7 Pendekatan Mengidentifikasi Peluang Bisnis

Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002:186) terdapat dua fase pendekatan mengidentifikasi peluang bisnis, yaitu:

1. Fase Pertama adalah untuk menemukan gagasan.

Terdapat empat tempat untuk memperoleh gagasan-gagasan peluang bisnis, yaitu: diri sendiri, pelanggan, pasar dan produk yang gagal.

a. Diri Sendiri, sumber pertama gagasan yang paling dekat dan mudah adalah pada diri sendiri. Hanya saja dalam hal ini butuh kepekaan.

b. Pelanggan, sumber kedua untuk memperoleh gagasan bisnis adalah

pelanggan dan pesaing. Sumber gagasan dari pesaing ini lebih sulit karena mereka tidak begitu saja secara jujur mengatakan segala hal yang ingin kita ketahui.

c. Pasar, sumber gagasan bisnis baru adalah pasar. Keberhasilan suatu

produk disatu pasar kerap kali dapat dapat melahirkan gagasan tentang sukses-sukses potensial di pasar lainnya.


(12)

d. Produk yang gagal, sumber keempat lahirnya gagasan bisnis adalah produk-produk yang gagal. Suatu evaluasi yang mendalam atau produk yang gagal kerap kali mengisyaratkan masih adanya permintaan yang cukup besar atas produk itu, asal ciri-ciri negatifnya dihilangkan.

2. Fase Kedua adalah untuk mengidentifikasi peluang bisnis dalam kaitannya

dengan gagasan yang meliputi: analisis persoalan, analisis situasi, merumuskan wilayah yang tidak diketahui dan mensurvei pelanggan sasaran. a. Analisis Persoalan

Langkah penting pertama adalah analisis persoalan mengapa orang yakin bahwa setiap gagasan produk akan berhasil dan memberikan keuntungan. b. Analisis Situasi

Langkah kedua yang tidak kalah pentingnya adalah analisis situasi. Analisis situasi ini bertujuan untuk menghasilkan sekumpulan pengetahuan yang perlu untuk menilai gagasan dan menentukan secara tepat apa yang dituntut dalam mengembangkan gagasan tadi agar sukses, berdasarkan kenyataan-kenyataan di lapangan.

c. Merumuskan wilayah yang tidak diketahui

Langkah ketiga yakni mengidentifikasi, merumuskan, dan memeriksa hal-hal yang tidak atau belum diketahui yang dapat melahirkan atau memporak-porandakan gagasan tadi.

d. Mensurvei pelanggan sasaran

Jikalau wilayah-wilayah yang tidak diketahui ini sudah dirumuskan dan diperiksa, teruslah maju ke langkah keempat, yakni riset kualitatif mengenai pelanggan sasaran. Sasarannya adalah menemukan jawaban atas


(13)

hal-hal penting yang tidak diketahui dan memeriksa kembali pengendalian-pengendalian. Survei dan uji pelanggan merupakan cara yang mudah untuk memeriksa bisa tidaknya suatu usulan bisnis dijalankan. 2.2 Industri Pariwisata

2.2.1 Pengertian Industri Pariwisata

Secara umum industri identik dengan gambaran sebuah bangunan pabrik yang melakukan proses produksi dengan menggunakan berbagai teknologi serta mesin-mesin. Pengertian kata industri disini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Namun pengertian kata industri di sini lebih cenderung memberikan pengertian industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa ( Goods and Service ) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel pada umumnya.

Menurut Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (Yoeti, 1996:1) industri pariwisata merupakan sebuah industri yang tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi atau tempat kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.

Sedangkan menurut Hunzieker dalam Yoeti (1996:2) industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan. Selanjutnya menurut Damarji dalam Yoeti (1996:154) industri pariwisata adalah rangkuman dari


(14)

berbagai bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk dan service yang nantinya secara langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata merupakan bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang secara langsung dibutuhkan oleh wisatawan.

Aspek-aspek yang tercakup dalam industri pariwisata menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000:6-8) antara lain:

1. Restoran, di bidang restoran dapat diarahkan pada kualitas makanan, baik dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya.

2. Penginapan, yang terdiri atas hotel, resor, dan wisma-wisma.

3. Pelayanan perjalanan, meliputi biro perjalanan, paket perjalanan,

perusahaan travel dan reception service.

4. Transportasi, dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisatawan

seperti mobil, bus, pesawat, kereta api, kapal dan sepeda.

5. Pengembangan daerah tujuan wisata, dapat berupa kelayakan kawasan

wisata.

6. Fasilitas rekreasi, dapat berupa pemanfaatan taman-taman. 7. Atraksi wisata, dapat berupa kegiatan seni budaya.

2.4 Produk Industri Pariwisata

Menurut Yoeti (1996:13) yang dimaksud dengan produk industri pariwisata adalah semua jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya, sampai ia kembali kerumah di mana ia tinggal. Produk industri pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang tidak dapat terpisahkan.


(15)

Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk industri pariwisata tersebut yaitu :

1. Obyek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata yang

menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

2. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut seperti akomodasi

perhotelan, bar dan restoran, entertaiment dan rekreasi.

3. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah

tujuan wisatawan serta transportasi di tempat tujuan ke obyek-obyek wisata. Produk pariwisata tidak dihasilkan hanya oleh satu perusahaan saja, tetapi oleh beberapa perusahaan yang secara bersama menghasilkan jasa-jasa bagi kebutuhan wisatawan selama dalam perjalanannya, walau dikelola oleh banyak pengusaha tetapi dikoordinir oleh suatu organisasi seperti Dinas Pariwisata yang dapat dianggap sebagai produsennya.

Berikut merupakan ciri-ciri produk industri pariwisata yang terpenting :

1. Produk industri pariwisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam

penjualannya tidak mungkin pelayanan itu sendiri dibawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus datang ke tempat produk tersebut dihasilkan

2. Pada umumnya peranan perantara tidak diperlukan, karena proses produksi

terjadi pada saat yang bersamaan dengan konsumsi. Satu-satunya perantara yang merupakan saluran dalam penjualan jasa-jasa industri pariwisata hanyalah travel agent.


(16)

3. Produk pariwisata tidak dapat ditimbun seperti halnya yang terjadi pada industri barang lainnya, dimana penimbunan hanya merupakan kebiasaan untuk meningkatkan permintaan.

4. Produk industri pariwisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang

obyektif, hanya menggunakan patokan bagus, jelek, puas atau tidaknya orang yang diberi pelayanan.

5. Permintaan terhadap produk industri pariwisata tidak tetap dan sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor non ekonomis.

6. Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang dibelinya.

Calon konsumen hanya dapat melihat dari brosur, televisi maupun film yang khusus wisata.

7. Produk industri pariwisata itu banyak tergantung dari tenaga manusia dan

sedikit sekali yang dapat digantikan dengan mesin.

8. Segi kepemilikan usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan

membangun sarana-sarana kepariwisataan yang besar, sedangkan perubahan terhadap elastisitas permintaan sangat kuat.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

Menurut Yoeti (1996 : 94) permintaan dalam kepariwisataan terdiri dari berbagai unsur tidak hanya berbeda sifat dan bentuk, tetapi juga manfaat dan kegunaanya bagi wisatawan. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dalam kepariwisataan yaitu :

1. Pendapatan

Jumlah penghasilan seseorang sangat berperan dalam menentukan intensitas perjalanan yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka


(17)

semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.

2. Harga

Faktor harga sangat menentukan dalam persaingan antara sesama tour operator. Bila perbedaan dalam fasilitas tidak begitu berbeda, wisatawan cenderung akan memilih harga paket wisata yang lebih murah.

3. Kualitas

Kualitas yang dimiliki oleh obyek wisata sangat mempengaruhi hasrat wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut. Kualitas yang dimaksud merupakan faktor pelayanan yang dimiliki oleh suatu obyek wisata.

4. Hubungan Politik antara Dua Negara

Hubungan politik yang terjalin dengan baik, maka akan membuat penduduk kedua negara cenderung akan saling mengunjungi sehingga permintaan untuk melakukan perjalanan pariwisata relatif besar.

5. Hubungan Ekonomi antar Negara

Dalam industri pariwisata modern, hubungan perekonomian antar negara merupakan dorongan bagi orang-orang untuk mengunjungi suatu negara, terutama dengan menggiatkan usaha-usaha konferensi, simposium dan lain-lain.

6. Hubungan Sosial-Budaya antara Dua Negara

Industrialisasi yang menyebabkan meningkatnya pemerataan pendapatan dalam masyarakat sehingga waktu senggang meningkat dan ada liburan yang dibayar membuat orang-orang berkecenderungan sering melakukan perjalanan wisata.


(18)

7. Perubahan Cuaca atau Iklim

Adanya pergantian musim membuat banyak orang melakukan perjalanan wisata ke beberapa negara lain yang keadaan iklimnya berbeda.

8. Faktor Hari-Hari Libur

Adanya hari-hari libur bagi karyawan dan kesempatan pada keluarga-keluarga untuk melakukan perjalanan pariwisata.

9. Peraturan Pemerintah

Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur orang-orang yang melakukan perjalanan pariwisata akan sangat mempengaruhi orang-orang dalam melakukan perjalanan.

10. Teknologi Pengangkutan

Kemajuan teknologi pengangkutan yang dapat mempersingkat waktu untuk menempuh jarak cukup jauh dengan segala fasilitas yang menarik dapat mendorong orang-orang untuk melakukan perjalan pariwisata.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Pariwisata

Menurut Yoeti (1996 : 80) dalam kepariwisataan yang dimaksud dengan tuorism supply meliputi semua daerah tujuan yang ditawarkan kepada wisatawan terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam dan hasil ciptaan manusia, barang dan jasa yang dapat mendorong orang-orang berkunjung ke obyek wisata. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Benda-benda yang disediakan dan terdapat dalam alam (Natural Amenities).

Kelompok ini diantaranya adalah :

a. Iklim, misalnya cuaca cerah, kering, hujan, dan sebagainya.


(19)

c. Hutan belukar misalnya hutan yang luas, banyak pohon-pohon. d. Flora dan fauna.

e. Health center. 2. Hasil ciptaan manusia.

a. Monumen-monumen bersejarah dan sisa-sisa peradaban masa lampau.

b. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handicraft. c. Acara-acara tradisional, pameran, festival dan upacara-upacara adat.

d. Rumah-rumah ibadah.

3. Prasarana, terdiri dari:

a. Prasarana umum seperti sumber air tawar, pembangkit tenaga listrik, jalan raya, jembatan, pelabuhan laut, lapangan udara, irigasi, telekomunikasi, dan lain-lain.

b. Kebutuhan masyarakat banyak seperti rumah sakit, apotik, bank, kantor

pos, badan legislatif, polisi, pengadilan, pompa bensin, kantor-kantor yang berhubungan dengan kepariwisataan

4. Sarana Kepariwisataan dibagi atas tiga bagian yang penting, dimana satu

dengan yang lainnya saling menunjang. Ketiga sarana yang dimaksudkan ialah :

a. Sarana pokok kepariwisataan. Kelompok ini diantaranya adalah : travel

agent dan tour operator, tourist transportation, accomodation, catering trades, tourist objects dan tourist attractuions.

b. Sarana pelengkap kepariwisataan. Kelompok ini adalah fasilitas rekreasi dan olah raga, seperti : sky resort, horse riding, boating facility, hunting safari, photograph, dan lain-lain.


(20)

c. Sarana penunjang kepariwisataan, seperti: night club dan steambath, casino dan entertainment, souvenir shops, dan lain-lain.

5. Tata cara hidup masyarakat adalah salah satu sumber yang amat penting

untuk ditawarkan kepada para wisatawan. Kebiasaan hidup dan adat istiadat merupakan daya tarik bagi wisatawan agar dapat berkunjung ke daerah tersebut.

2.3 Pariwisata

2.3.1 Pengertian Pariwisata

Menurut Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. Pariwisata dilakukan semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Sedangkan menurut Kodhyat (1983:4) Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Wahab (1975:55) mengemukakan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang


(21)

komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

Menurut pendapat Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain. Berdasarkan pengertian pariwisata menurut para ahli diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan dari suatu tempat ketempat lain yang bertujuan untuk rekreasi menikmati keindahan suatu tempat, mencari kepuasan serta beristirahat dalam jangka waktu tertentu.

2.3.2 Obyek Wisata

Yoeti (1996:172) menjelaskan pada dasarnya dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak ditemukan adanya istilah objek wisata seperti yang ada atau yang biasa dikenal di Indonesia. Tourist attractions merupakan istilah yang lebih dikenal dalam dunia kepariwisataan luar negeri. Namun di Indonesia sendiri antara obyek wisata dan tourist attraction keduanya memang dikenal dan keduanya memiliki definisi tersendiri.

Obyek wisata menurut Ridwan (2012:5) adalah segala sesuatu yang memilik keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu untuk dilihat serta dinikmati dengan melibatkan orang lain.

Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata


(22)

baik itu yang merupakan perwujudan dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, budaya, sejarah dan tempat serta keadaan alam yang memiliki daya tarik untuk kunjungan wisata. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan obyek wisata adalah suatu tempat yang dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya baik itu ciptaan manusia maupun keadaan alam.

2.3.3 Jenis-Jenis Pariwisata

Jenis-jenis pariwisata menurut Spillane (1987:29-31) berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu:

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism).

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur ,mencari udara segar, memenuhi kehendak ingin tahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan ketenangan.

2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism).

Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.


(23)

3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism).

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

4. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism).

Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:

a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar

seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lainlain yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.

b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga

bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.

c. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism).

Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.

d. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism).

Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang


(24)

hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi.

2.3.4 Bentuk Pariwisata

Menurut Pendit (2002: 37) bentuk pariwisata dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang digunakan. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Menurut asal wisatawan.

Wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Jika asalnya dari dalam negeri berarti wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan.

2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran.

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, hal ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri disebut pariwisata pasif.

3. Menurut jangka waktu.

Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada


(25)

ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu yang dimaksudkan.

4. Menurut jumlah wisatawan.

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

5. Menurut alat angkut yang dipergunakan.

Dilihat dari alat angkut yang dipergunakan oleh wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung apakah wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil.

2.3.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana dan prasarana diartikan sebagai proses tanpa hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dan sebagainya serta prasarana jalan dan transportasi yang lancar dan terjangkau oleh wisatawan. Menurut Suwantoro (2004:21-22) adapun yang dimaksud dengan sarana dan prasarana pariwisata adalah sebagai berikut:

1. Sarana Pariwisata

Sarana kepariwisataan (tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.


(26)

2. Prasarana Pariwisata

Prasarana (infrastructure) adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, pelayanan kesehatan, terminal/pelabuhan, dan lain sebagainya.

2.3.6 Wisatawan

Menurut Norval dalam Soekadijo (1996: 13) wisatawan merupakan setiap orang yang datang dari suatu negara asing yang alasannya bukan untuk menetap atau untuk bekerja di situ secara teratur dan yang dinegara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya dilain tempat. Definisi lain mengenai wisatawan juga di kemukakan oleh U.N. Convention Concerning Customs Facilities for Touring yang ditetapkan pada tahun 1954. Menurut definisi itu yang disebut wisatawan ialah setiap orang yang datang di sebuah negara karena alasan yang sah, kecuali untuk berimigrasi, dan yang tinggal setidak-tidaknya selama 24 jam dan selama-lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama. Menurut definisi ini orang yang mengadakan perjalanan kurang dari 24 jam bukan wisatawan.

Adanya berbagai definisi tersebut menimbulkan kesulitan dalam membandingkan statistik pariwisata dari berbagai negara, maka IUOTO (International Union of Official Travel Organization) menyusun suatu definisi


(27)

seragam mengenai wisatawan. Definisi tersebut menggunakan istilah pengunjung, untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, kecuali untuk melakukan pekerjaan yang digaji.

Sedangkan menurut pemerintah indonesia dalam instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1969 yang dimaksud dengan wisatawan merupakan setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan wisatawan merupakan setiap orang yang berkunjung ke suatu daerah dengan meninggalkan tempat tinggalnya untuk melakukan perjalanan.

Menurut Liga Bangsa-Bangsa dan IUOTO yang bisa dianggap wisatawan adalah sebagai berikut :

1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan

keluarga, kesehatan, dan lain-lain.

2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan

atau karena tugas-tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas pemerintahan, diplomasi, agama, olahraga, dan lain-lain).

3. Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

4. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun


(28)

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penulisan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan antara lain :

1. Nururrifqi (2007) dengan penelitian yang berjudul “Peranan Sektor

Pariwisata dalam Pengembangan Peluang Usaha dan Kerja serta Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Di Pulau Untung Jawa” dimana bertujuan untuk mengetahui peranan sektor pariwisata di Pulau Untung Jawa terhadap peluang usaha dan kerja serta untuk mengetahui peranan sektor pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan pariwisata di pulau untung jawa menciptakan peluang kerja bagi masyarakat terlihat dari meningkatnya jumlah ragam usaha dari tahun 2001 sampai 2007. Kontribusi pendapatan pariwisata terhadap pendapatan total nelayan pariwisata adalah sebesar 44%.

2. Setiyanti (2011) menganalisis Dampak Pariwisata Terhadap Peluang

Usaha dan Kerja Luar Pertanian Di Daerah Pesisir, Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, dimana penelitian ini dilakukan untuk untuk mengidentifikasi dan menganalisis peluang usaha dan kerja yang tumbuh sebagai akibat adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka dan karakteristik masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan kerja tersebut. Metode yang digunakan


(29)

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang didukung oleh metode kuantitatif, sehingga penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

didukung oleh pendekatan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hadirnya sektor pariwisata di Pulau Pramuka telah menciptakan peluang usaha dan kerja di Pulau Pramuka, seperti dalam usaha homestay, perdagangan, rumah makan, transportasi dan jasa. Usaha homestay merupakan usaha dengan tingkat pertumbuhan yang tergolong tinggi, dimana dalam kurun waktu enam tahun semenjak tahun 2005 tercatat setiap tahunnya berdiri sekitar sembilan penginapan. Pemanfaat peluang usaha dan kerja pariwisata cenderung menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai matapencaharian tunggal (68 persen). Sisanya 18 persen diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan di sektor lain, dan 14 persen diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan sampingan dengan pekerjaan utama di sektor lain.

3. Dritasto dan Anggraeni (2013) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Pulau Tidung. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif .Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan terkaitnya masyarakat dalam kegiatan wisata di Pulau Tidung maka dapat memberikan dampak ekonomi masyarakat yaitu berupa pendapatan. Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memeberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena


(30)

adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sholik dan Sujali (2013) dengan judul

“Pengaruh Keberadaan Obyek Wisata Makam Dan Perpustakaan Bung Karno Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Pelaku Usaha Perdagangan Di Sekitarnya” yang menggunakan Model analisis statistik. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan uji wilcoxon diperoleh probabilitas sebesar 0,00 yang berarti nilainya < 0,05. Berdasarkan angka probabilitas ini dapat disimpulkan H0 ditolak. Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik. Hal ini mengindikasikan rata-rata tingkat kesejahteraan responden sebelum dan sesudah dilakukan pembangunan Perpustakaan Bung Karno terdapat perbedaan yang nyata. Uji wilcoxon yang dilakukan juga terlihat bahwa terjadi pengaruh cenderung positif terhadap 35 responden yang ditandai dengan peningkatan kesejahteraan setelah dibangun Perpustakaan Bung Karno, sedangkan 5 responden tidak mengalami perubahan atau cenderung sama dengan kondisi sebelum dibangun Perpustakaan Bung Karno.

5. Hartati, Dunia dan Nuridja (2014) dengan penelitian yang berjudul

“Pemanfaatan Objek Wisata Ceking Terrace Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kawasan Ceking Terrace Tahun 2013”. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi, dan dianalisis dengan teknik kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan masyarakat sebelum bekerja di kawasan Ceking Terrace masih di bawah Upah Minimum


(31)

Kabupaten Gianyar karena pekerjaan sebelumnya adalah petani dan buruh, pendapatan masyarakat setelah bekerja di kawasan Ceking Terrace, rata-rata meningkat menjadi di atas Upah Minimum Kabupaten Gianyar karena adanya pengembangan objek wisata oleh Desa Pakraman Tegallalang sehingga dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha serta adanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat manfaat objek wisata Ceking Terrace adalah meningkatnya pendapatan.


(1)

2. Prasarana Pariwisata

Prasarana (infrastructure) adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, pelayanan kesehatan, terminal/pelabuhan, dan lain sebagainya.

2.3.6 Wisatawan

Menurut Norval dalam Soekadijo (1996: 13) wisatawan merupakan setiap orang yang datang dari suatu negara asing yang alasannya bukan untuk menetap atau untuk bekerja di situ secara teratur dan yang dinegara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya dilain tempat. Definisi lain mengenai wisatawan juga di kemukakan oleh U.N. Convention Concerning Customs Facilities for Touring yang ditetapkan pada tahun 1954. Menurut definisi itu yang disebut wisatawan ialah setiap orang yang datang di sebuah negara karena alasan yang sah, kecuali untuk berimigrasi, dan yang tinggal setidak-tidaknya selama 24 jam dan selama-lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama. Menurut definisi ini orang yang mengadakan perjalanan kurang dari 24 jam bukan wisatawan.

Adanya berbagai definisi tersebut menimbulkan kesulitan dalam membandingkan statistik pariwisata dari berbagai negara, maka IUOTO (International Union of Official Travel Organization) menyusun suatu definisi


(2)

seragam mengenai wisatawan. Definisi tersebut menggunakan istilah pengunjung, untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, kecuali untuk melakukan pekerjaan yang digaji.

Sedangkan menurut pemerintah indonesia dalam instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1969 yang dimaksud dengan wisatawan merupakan setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan wisatawan merupakan setiap orang yang berkunjung ke suatu daerah dengan meninggalkan tempat tinggalnya untuk melakukan perjalanan.

Menurut Liga Bangsa-Bangsa dan IUOTO yang bisa dianggap wisatawan adalah sebagai berikut :

1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan, dan lain-lain.

2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan atau karena tugas-tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas pemerintahan, diplomasi, agama, olahraga, dan lain-lain).

3. Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

4. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun tinggal disuatu negara kurang dari 24 jam.


(3)

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penulisan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan antara lain :

1. Nururrifqi (2007) dengan penelitian yang berjudul “Peranan Sektor Pariwisata dalam Pengembangan Peluang Usaha dan Kerja serta Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Di Pulau Untung Jawa” dimana bertujuan untuk mengetahui peranan sektor pariwisata di Pulau Untung Jawa terhadap peluang usaha dan kerja serta untuk mengetahui peranan sektor pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan pariwisata di pulau untung jawa menciptakan peluang kerja bagi masyarakat terlihat dari meningkatnya jumlah ragam usaha dari tahun 2001 sampai 2007. Kontribusi pendapatan pariwisata terhadap pendapatan total nelayan pariwisata adalah sebesar 44%.

2. Setiyanti (2011) menganalisis Dampak Pariwisata Terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian Di Daerah Pesisir, Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, dimana penelitian ini dilakukan untuk untuk mengidentifikasi dan menganalisis peluang usaha dan kerja yang tumbuh sebagai akibat adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka dan karakteristik masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan kerja tersebut. Metode yang digunakan


(4)

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang didukung oleh metode kuantitatif, sehingga penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan didukung oleh pendekatan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hadirnya sektor pariwisata di Pulau Pramuka telah menciptakan peluang usaha dan kerja di Pulau Pramuka, seperti dalam usaha homestay, perdagangan, rumah makan, transportasi dan jasa. Usaha homestay merupakan usaha dengan tingkat pertumbuhan yang tergolong tinggi, dimana dalam kurun waktu enam tahun semenjak tahun 2005 tercatat setiap tahunnya berdiri sekitar sembilan penginapan. Pemanfaat peluang usaha dan kerja pariwisata cenderung menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai matapencaharian tunggal (68 persen). Sisanya 18 persen diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan di sektor lain, dan 14 persen diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan sampingan dengan pekerjaan utama di sektor lain.

3. Dritasto dan Anggraeni (2013) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Pulau Tidung. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif .Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan terkaitnya masyarakat dalam kegiatan wisata di Pulau Tidung maka dapat memberikan dampak ekonomi masyarakat yaitu berupa pendapatan. Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memeberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena


(5)

adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sholik dan Sujali (2013) dengan judul “Pengaruh Keberadaan Obyek Wisata Makam Dan Perpustakaan Bung Karno Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Pelaku Usaha Perdagangan Di Sekitarnya” yang menggunakan Model analisis statistik. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan uji wilcoxon diperoleh probabilitas sebesar 0,00 yang berarti nilainya < 0,05. Berdasarkan angka probabilitas ini dapat disimpulkan H0 ditolak. Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik. Hal ini mengindikasikan rata-rata tingkat kesejahteraan responden sebelum dan sesudah dilakukan pembangunan Perpustakaan Bung Karno terdapat perbedaan yang nyata. Uji wilcoxon yang dilakukan juga terlihat bahwa terjadi pengaruh cenderung positif terhadap 35 responden yang ditandai dengan peningkatan kesejahteraan setelah dibangun Perpustakaan Bung Karno, sedangkan 5 responden tidak mengalami perubahan atau cenderung sama dengan kondisi sebelum dibangun Perpustakaan Bung Karno.

5. Hartati, Dunia dan Nuridja (2014) dengan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Objek Wisata Ceking Terrace Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kawasan Ceking Terrace Tahun 2013”. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi, dan dianalisis dengan teknik kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan masyarakat sebelum bekerja di kawasan Ceking Terrace masih di bawah Upah Minimum


(6)

Kabupaten Gianyar karena pekerjaan sebelumnya adalah petani dan buruh, pendapatan masyarakat setelah bekerja di kawasan Ceking Terrace, rata-rata meningkat menjadi di atas Upah Minimum Kabupaten Gianyar karena adanya pengembangan objek wisata oleh Desa Pakraman Tegallalang sehingga dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha serta adanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat manfaat objek wisata Ceking Terrace adalah meningkatnya pendapatan.