Analisis Peluang Bisnis Pada Obyek Wisata Tangkahan

(1)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

110907087

VINA MARGARETHA SEBAYANG

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

1

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : Vina Margaretha Sebayang

Nim : 110907087

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Analisis Peluang Bisnis Pada Obyek Wisata Tangkahan

Medan, Agustus 2015 Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

NIP: 197910052005011002 NIP: 195908161986011001 Prof.Dr.Marlon Sihombing, MA

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

NIP: 196805251992031002 Prof.Dr.Badaruddin, M.Si


(3)

i ABSTRAK

ANALISIS PELUANG BISNIS PADA OBYEK WISATA TANGKAHAN Nama : Vina Margaretha Sebayang

NIM : 110907087

Prodi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

Pariwisata menjadi sektor andalan kelima bagi pemerintah pada untuk memperoleh sumber devisa negara. Perkembangan sektor pariwisata dapat mendorong dan mempercepat terjadinya pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Hal ini dikarenakan dari kegiatan pariwisata dapat tercipta permintaan konsumsi dan investasi yang akan menimbulkan terjadinya kegiatan produksi barang dan jasa. Aktivitas pariwisata pada obyek wisata akan memberikan peluang bisnis bagi masyarakat untuk membuka usaha dan meningkatkan pendapatannya. Peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan pada obyek wisata adalah usaha rumah makan, akomodasi, jasa, dan lain-lain.Peluang bisnis berasal dari sebuah inspirasi, ide, atau kesempatan yang muncul untuk dimanfaatkan bagi kepentingan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bisnis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang bisnis pada obyek wisata Tangkahan.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan teknik wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa usaha yang berada di obyek wisata Tangkahan seperti usaha rumah makan, warung kopi, penginapan, kafe, toko souvenir, toilet, penyewaan ban. Selain itu juga terdapat usaha jasa seperti jasa guide, Jasa penyeberangan rakit yang merupakan usaha tetap pada obyek wisata Tangkahan. Selain usaha penginapan, usaha yang tumbuh di obyek wisata Tangkahan yaitu usaha musiman milik masyarakat yang bermunculan pada akhir pekan dan hari-hari libur. Usaha dengan sektor jasa dan penginapan merupakan sektor yang dominan dalam memanfaatkan peluang usaha di obyek wisata Tangkahan. Peluang bisnis baru yang dapat dikembangkan pada obyek wisata Tangkahan seperti penyewaan alat-alat berkemah, penyewaan sepatu karet untuk menyusuri sungai, penyewaan gazebo untuk tempat berteduh wisatawan serta penyewaan alat-alat untuk trekking.


(4)

ii

ABSTRACT

ANALYSIS BUSINESS OPPORTUNITIES AT TANGKAHAN TOURISM Name : Vina Margaretha Sebayang

NIM : 110907087

Departement : Business Administration Faculty : Social and Political Science

Adviser : Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

Tourism being the fourth priority for the government to get the source of foreign exchange. The development of tourism sector can encourage and accelerate the economic growth in the region. It is because the tourism activity can create a demand for consumption and investment that will lead to goods and services production activities. Tourism activity on tourist attractions will provide business opportunities for the community to open a business and increase their income. Business opportunities that can be utilized on tourism attractions is restaurant, accommodation, services, and others. Business opportunity comes from an inspiration, ideas, or opportunities that appear to be utilized for the interests of a person either in daily life or in business.

This research aimed to identify business opportunities in tourism tangkahan.

The methodology used in this research is descriptive method with a qualitative approach .Data collection techniques conducted in this research is with interview techniques .

The results of research shows that there are some business who was in a tangkahan tourism as a restaurant, coffee shop, lodging, cafe, a souvenir shop , the toilet, tire pool rental, and others. In addition there are also services as guide, raft crossing services which was a fixed business on tangkahan tourism. Besides lodging business, businesses that are growing in tangkahan tourism namely seasonal business owned by the people around Tangkahan tourism showed up on the weekend and the days of holiday. Business with services sector and lodging is a dominant sector in utilized the business in tangkahan tourism. The new business opportunities that can be developed on tourism tangkahan as the camping tools rent, using an india-rubber shoe for down a river,rent gazebos to shelter people and rent the tools for trekking


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih karunia-Nya yang sungguh melimpah yang tidak pernah ada habisnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan karya ilmiah. Namun, berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan semaksimal mungkin.

Dengan berbagai bantuan yang penulis terima, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA. selaku ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.SP selaku Pembimbing dan Sekretaris Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Terimakasih telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa penyelesaian skripsi ini.

4. Kak Siswati dan Bang Farid yang telah membantu penulis dalam administrasi selama masa perkuliahan.


(6)

iv

5. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajar penulis selama duduk dibangku kuliah di program studi Ilmu Administrasi Bisnis.

6. Ayahanda tercinta Balandua Sebayang dan Ibunda terkasih Minaria Br. Ginting serta adik-adikku Jessica Merditha Sebayang dan Irma Sherina Sebayang yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Seluruh teman-teman Administrasi Bisnis stambuk 2011, terkhusus untuk Asih, Donita, Elta,Lia, Rani, Rosa, Ryan, dan Okta yang selalu memberi dukungan kepada penulis. Kita bukan hanya sekedar teman, kita adalah saudara dan penulis berharap persaudaraan kita tidak akan pernah berakhir hingga tua nanti.

8. Bapak dan ibu pengelola obyek wisata Tangkahan, masyarakat sekitar serta para pengunjung yang banyak memberikan informasi kepada penulis guna menyelesaikan skripsi ini terimakasih untuk waktu yang kalian luangkan kepada penulis.

9. Bang Dinan selaku guide di obyek wisata Tangkahan yang dengan senang hati mau bercerita panjang lebar mengenai keadaan obyek wisata Tangkahan.

10.Kak Poibe Yuni Lerwita Sinaga S.Sos serta dek Sri Yunita Simanjuntak yang memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(7)

v

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Doa dan harapan penulis kiranya skripsi ini dapat menjadi bahan masukan bagi siapa saja yang membacanya terutama bagi mahasiswa program studi Ilmu Administrasi Bisnis.

Medan, Agustus 2015 Penulis


(8)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Peluang Bisnis ... 6

2.1.1 Sumber Peluang ... 7

2.1.2 Analisa Peluang... 10

2.1.3 Ciri-ciri Peluang Bisnis ... 11

2.1.4 Faktor Keberhasilan Peluang Bisnis ... 12

2.1.5 Faktor Kegagalan Peluang Bisnis ... 13

2.1.6 Rasio Kesuksesan Sebuah Bisnis ... 14

2.1.7 Pendekatan Mengidentifikasi Peluang Bisnis ... 16

2.2 Industri Pariwisata ... 18

2.2.1 Pengertian Industri Pariwisata ... 18

2.2.2 Produk Industri Pariwisata ... 19

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata ... 21

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Pariwisata ... 23

2.3 Pariwisata ... 25

2.3.1 Pengertian Pariwisata ... 25

2.3.2 Obyek Wisata ... 26

2.3.3 Jenis-Jenis Pariwisata ... 27

2.3.4 Bentuk Pariwisata ... 29

2.3.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 30

2.3.6 Wisatawan ... 31


(9)

vii BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian... 37

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Informan Penelitian ... 37

3.4 Definisi Konsep ... 38

3.5 Definisi Operasional ... 38

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.7 Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran umum obyek wisata Tangkahan ... 42

4.1.1 Daya Tarik Obyek Wisata Tangkahan ... 43

4.1.2 Aksesibilitas ... 46

4.1.3 Sejarah Obyek Wisata Tangkahan ... 46

4.1.4 BUML Di obyek Wisata Tangkahan ... 49

4.2 Penyajian Data ... 51

4.3 Analisis Data ... 54

4.1 Pembahasan ... 63

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 67

5.2 Saran ... 68


(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sektor Ekonomi Penyumbang Devisa Indonesia

Tahun 2014 ... 1

Tabel 2.1 Rasio Kesuksesan Dasar Memulai Bisnis ... 14

Tabel 4.1 Perkiraan Jumlah Wisatawan ... 50


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Lokal


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... L-1 Lampiran 2 Pendapatan Usaha Pada obyek wisata Tangkahan ... L-2 Lampiran 3 Usaha Penginapan ... L-3 Lampiran 4 Toko Souvenir ... L-4 Lampiran 5 Usaha Warung ... L-5 Lampiran 6 Usaha Rakit Penyeberangan dan Kafe ... L-6 Lampiran 7 Usaha Musiman ... L-7 Lampiran 8 Obyek Wisata Tangkahan... L-8 Lampiran 9 CTO ... L-9


(13)

i ABSTRAK

ANALISIS PELUANG BISNIS PADA OBYEK WISATA TANGKAHAN Nama : Vina Margaretha Sebayang

NIM : 110907087

Prodi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

Pariwisata menjadi sektor andalan kelima bagi pemerintah pada untuk memperoleh sumber devisa negara. Perkembangan sektor pariwisata dapat mendorong dan mempercepat terjadinya pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Hal ini dikarenakan dari kegiatan pariwisata dapat tercipta permintaan konsumsi dan investasi yang akan menimbulkan terjadinya kegiatan produksi barang dan jasa. Aktivitas pariwisata pada obyek wisata akan memberikan peluang bisnis bagi masyarakat untuk membuka usaha dan meningkatkan pendapatannya. Peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan pada obyek wisata adalah usaha rumah makan, akomodasi, jasa, dan lain-lain.Peluang bisnis berasal dari sebuah inspirasi, ide, atau kesempatan yang muncul untuk dimanfaatkan bagi kepentingan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bisnis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang bisnis pada obyek wisata Tangkahan.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan teknik wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa usaha yang berada di obyek wisata Tangkahan seperti usaha rumah makan, warung kopi, penginapan, kafe, toko souvenir, toilet, penyewaan ban. Selain itu juga terdapat usaha jasa seperti jasa guide, Jasa penyeberangan rakit yang merupakan usaha tetap pada obyek wisata Tangkahan. Selain usaha penginapan, usaha yang tumbuh di obyek wisata Tangkahan yaitu usaha musiman milik masyarakat yang bermunculan pada akhir pekan dan hari-hari libur. Usaha dengan sektor jasa dan penginapan merupakan sektor yang dominan dalam memanfaatkan peluang usaha di obyek wisata Tangkahan. Peluang bisnis baru yang dapat dikembangkan pada obyek wisata Tangkahan seperti penyewaan alat-alat berkemah, penyewaan sepatu karet untuk menyusuri sungai, penyewaan gazebo untuk tempat berteduh wisatawan serta penyewaan alat-alat untuk trekking.


(14)

ii

ABSTRACT

ANALYSIS BUSINESS OPPORTUNITIES AT TANGKAHAN TOURISM Name : Vina Margaretha Sebayang

NIM : 110907087

Departement : Business Administration Faculty : Social and Political Science

Adviser : Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.SP

Tourism being the fourth priority for the government to get the source of foreign exchange. The development of tourism sector can encourage and accelerate the economic growth in the region. It is because the tourism activity can create a demand for consumption and investment that will lead to goods and services production activities. Tourism activity on tourist attractions will provide business opportunities for the community to open a business and increase their income. Business opportunities that can be utilized on tourism attractions is restaurant, accommodation, services, and others. Business opportunity comes from an inspiration, ideas, or opportunities that appear to be utilized for the interests of a person either in daily life or in business.

This research aimed to identify business opportunities in tourism tangkahan.

The methodology used in this research is descriptive method with a qualitative approach .Data collection techniques conducted in this research is with interview techniques .

The results of research shows that there are some business who was in a tangkahan tourism as a restaurant, coffee shop, lodging, cafe, a souvenir shop , the toilet, tire pool rental, and others. In addition there are also services as guide, raft crossing services which was a fixed business on tangkahan tourism. Besides lodging business, businesses that are growing in tangkahan tourism namely seasonal business owned by the people around Tangkahan tourism showed up on the weekend and the days of holiday. Business with services sector and lodging is a dominant sector in utilized the business in tangkahan tourism. The new business opportunities that can be developed on tourism tangkahan as the camping tools rent, using an india-rubber shoe for down a river,rent gazebos to shelter people and rent the tools for trekking


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keindahan alam serta kekayaan alam yang melimpah didukung dengan adanya kondisi-kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah serta keindahan panorama alamnya. Keindahan panorama alam yang dimiliki oleh Indonesia membuat sektor pariwisata menjadi sektor andalan keempat bagi pemerintah pada tahun 2014 untuk memperoleh sumber devisa negara sebesar US$ 8.221,3 juta atau sekitar 10,77%.

Tabel 1.1

Sektor Ekonomi Penyumbang Devisa Indonesia Tahun 2014

Jenis Komoditi Nilai Juta US$

1. Minyak dan gas bumi 23.402,2

2. Batu bara 16.011,9

3. Minyak kelapa sawit 12.756,8

4. Pariwisata 8.221,3

5. Pakaian jadi 5.660,3

6. Karet olahan 5.538,8

7. Makanan olahan 4.755,3

Sumber : Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata 2014

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990, kepariwisataan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa pariwisata, serta usaha-usaha lain yang terkait. Pariwisata merupakan aktivitas wisata yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan yang didukung oleh berbagai fasilitas dan pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah.


(16)

Perkembangan sektor pariwisata dapat mendorong dan mempercepat terjadinya pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Hal ini dikarenakan dari kegiatan pariwisata dapat tercipta permintaan konsumsi dan investasi yang akan menimbulkan terjadinya kegiatan produksi barang dan jasa.

Munculnya industri pariwisata pada suatu daerah akan memberikan dampak yang positif bagi perekonomian suatu daerah. Dengan adanya kunjungan dari wisatawan akan memberikan keuntungan-keuntungan seperti: bertambahnya kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan jumlah pengangguran, meningkatkan penerimaan pendapatan daerah, serta semakin meningkatnya penghasilan pajak.

Sektor pariwisata bukan hanya berperan sebagai penyumbang devisa bagi negara, namun sektor pariwisata juga dapat berperan dalam proses pembangunan nasional. Proses pembangunan nasional akhir-akhir ini semakin gencar dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan rill per kapita yang tergolong masih sangat rendah. Gejala umum yang sering terjadi dalam proses pembangunan di negara-negara berkembang ditandai dengan adanya hasrat konsumsi dari masyarakat yang tinggi sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.

Kenaikan pendapatan dapat terlaksana jika adanya kesempatan kerja yang tersedia bagi masyarakat. Dengan adanya obyek wisata pada suatu daerah menyebabkan munculnya peluang bisnis bagi masyarakat yang berada disekitar obyek wisata tersebut sehingga dapat memungkinkan masyarakat untuk memperoleh pendapatan bahkan menambah pendapatannya. Hal ini dikarenakan


(17)

wisatawan yang berkunjung ke suatu obyek wisata tentunya akan membelanjakan uang untuk kebutuhan dan keinginannya selama mereka tinggal di tempat wisata.

Dengan adanya kunjungan wisatawan pada suatu obyek wisata dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat disekitar daerah obyek wisata. Aktivitas wisata yang terjadi sebagai akibat dari adanya kunjungan para wisatawan membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk dapat membuka usaha seperti usaha rumah makan, penginapan, jasa pemandu wisata, transportasi, dan lain-lain.

Salah satu obyek wisata yang memiliki peluang bisnis potensial yaitu Tangkahan. Tangkahan adalah obyek wisata yang terdapat di daerah Kabupaten Langkat, Kawasan wisata Tangkahan ini tepatnya teletak di Desa Namo Sialang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Obyek wisata Tangkahan merupakan obyek wisata dimana para wisatawan dapat melakukan penjelajahan alam, sehingga wisatawan dapat merasakan dan melihat langsung bagaimana pengelolaan wisata yang berbasiskan masyarakat. Apalagi lokasi penjelajahan ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser yang menjadi Warisan Alam Dunia UNESCO.

Peluang bisnis pada obyek wisata dapat dilihat dari banyaknya kunjungan wisatawan pada obyek wisata Tangkahan pada tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan kunjungan wisatawan. Peningkatan kunjungan wisatawan terjadi pada wisatawan dalam negeri atau domestik maupun wisatawan mancanegara seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:


(18)

Gambar 1.1

Grafik Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Lokal ke Obyek Wisata Tangkahan Tahun 2013 dan 2014

Sumber : kantor visitor centre Tangkahan (2015)

Berdasarkan gambar 1.1 diatas dapat diketahui pada tahun 2013 wisatawan lokal yang mengunjungi obyek Wisata Tangkahan sebanyak 23.897 orang meningkat sebesar 135,1% di tahun 2014 menjadi 56.192 orang. Demikian juga dengan wisatawan mancanegara dimana pada tahun 2013 sebanyak 5.236 dan pada tahun 2014 meningkat sebesar 62,5% menjadi 8.509 orang. Selain itu pada tahun 2015 bulan Januari hingga Juni tercatat terdapat 1.625 kunjungan dari wisatawan mancanegara dan 19.637 kunjungan dari wisatawan lokal.

Beberapa wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Tangkahan mengatakan bahwa usaha-usaha yang berada pada obyek wisata ini dinilai masih kurang dalam memenuhi kebutuhan para wisatawan selama berada di obyek wisata Tangkahan. Hal ini dikarenakan masyarakat yang berada disekitar obyek wisata Tangkahan belum secara maksimal memanfaatkan keberadaan obyek wisata Tangkahan guna membuka usaha yang dapat meningkatkan

5.236

8.509 23.897

56.192

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

Tahun 2013 Tahun 2014


(19)

pendapatannya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Peluang Bisnis pada Obyek Wisata Tangkahan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti secara khusus ingin menjawab permasalahan yaitu “Bagaimana Peluang Bisnis pada Obyek Wisata Tangkahan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peluang bisnis pada obyek wisata Tangkahan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa ilmu administrasi niaga, selain itu juga dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan bagi

mahasiswa ilmu administrasi niaga mengenai penelitian yang terkait dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah dan menambah pengetahuan bagi penulis terkait dengan masalah yang diteliti.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi dan dapat dijadikan rujukan bagi peneliti berikutnya.


(20)

6 BAB II

KERANGKA TEORI 2.1 Peluang Bisnis

Menurut solihin (2012: 128) peluang merupakan tren positif yang berada dilingkungan eksternal perusahaan, dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan, maka peluang usaha tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara berkelanjutan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia peluang merupakan kesempatan (ruang gerak) baik dalam bentuk konkret maupun dalam bentuk abstrak.

Sedangkan menurut Hendro (2011:133) peluang bisnis berasal dari sebuah inspirasi, ide, atau kesempatan yang muncul untuk dimanfaatkan bagi kepentingan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bisnis. Peluang dalam bahasa Inggris adalah opportunity yang berarti sebuah atau beberapa kesempatan yang muncul dari sebuah kejadian atau moment.

Jadi, peluang bisnis adalah kesempatan atau waktu yang tepat yang seharusnya di ambil atau dimanfaatkan bagi seseorang untuk mendapat keuntungan. Banyak peluang yang di sia-siakan, sehingga berlalu begitu saja karena tidak semua orang dapat melihat peluang dan yang melihatpun belum tentu berani memanfaatkan peluang tersebut. Peluang bisnis jika tidak dimanfaatkan maka peluang tersebut akan berlalu begitu saja.

2.1.1 Sumber Peluang

Adapun sumber peluang atau kesempatan menurut Hendro (2011: 135) berasal dari :


(21)

1. Diri Sendiri

Peluang yang paling potensial dan sangat besar resiko kesuksesannya bersumber dari dalam diri sendiri, karena beberapa alasan berikut:

a. Bisnis membutuhkan proses yang panjang dan bahkan bisa seumur hidup sehingga bisnis tersebut harus membuat seseorang yang menjalaninya bahagia dan sukses.

b. Bisnis membutuhkan konsistensi dan komitmen yang tinggi sehingga kunci kesuksesannya adalah mencintai pekerjaan atau bisnis tersebut. c. Kesuksesan bisnis adalah akumulasi dari kesuksesan dalam menaklukkan

kegagalan demi kegagalan sehingga semuanya bisa terwujud.

Contoh sumber-sumber peluang yang berasal dari diri sendiri adalah sebagai berikut:

a. Hobi

Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, tampak jelas bahwa bisnis berasal dari hobi yang telah membuat seseorang sukses sebagai wirausahawan dan terbukti semakin berkembang.

b. Keahlian

Keahlian dalam mengelola bisnis akan mendorong kesuksesan bisnis. Memulai sebuah bisnis dengan keahlian yang dimiliki pada suatu bidang dan kemudian temukan inspirasi dan peluang bisnisnya.

c. Peluang dari pengetahuan dan latar belakang pendidikan

Di samping sumber-sumber yang telah disebutkan diatas, pengetahuan dan latar belakang pendidikan juga merupakan sumber dan awal untuk menemukan sebuah peluang. Hal ini dikarenakan dari latar belakang


(22)

pendidikan dapat diketahui, dipelajari, dan dipahami bidang yang akan ditekuni.

2. Lingkungan sekitar dapat menimbulkan banyak peluang dan inspirasi, misalnya:

a. Usaha orang tua, dalam diskusi setiap harinya orang tua pasti sering menceritakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam bisnisnya. Hal itu bisa mendatangkan inspirasi bisnis bila digabungkan dengan latar belakang pendidikan, hobi, pengetahuan dan keahlian.

b. Lingkungan rumah, seperti pergaulan, tetangga, teman main, dan lain lain.

c. Kebiasaan dalam rangka menuju ke kampus, perjalanan, lingkungan kampus, teman kampus dan lain-lain.

d. Saat berkunjung ke café, atau dimanapun tempat yang dikunjungi akan mendatangkan inspirasi dan peluang bisnis.

3. Perubahan yang Terjadi

Peluang besar yang sering muncul menjadi sebuah bisnis adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan, contohnya:

a. Perubahan global: Misalnya perubahan kurs mata uang Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika (US $) mengakibatkan banyak barang impor mengalami kenaikan harga sementara barang lokal mengalami penurunan harga jual. Hal ini membuka peluang bagi para produsen lokal untuk memperkenalkan produknya ke masyarakat.

b. Perubahan lingkungan: Misalnya, pembangunan perumahan yang baru di sekitar komplek mengakibatkan perubahan jumlah penduduk. Perubahan


(23)

jumlah penduduk berarti mendorong perubahan tingkat permintaan kebutuhan keluarga. Sehingga peluang yang mungkin akan timbul adalah bisnis yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk seperti: laundry atau jasa pencucian baju, mini market, transportasi dan lain-lain.

c. Perubahan Peraturan Pemerintah juga akan menimbulkan ancaman bagi industri yang terkena dampaknya dan peluang bagi yang mampu membacanya dan mendapatkan manfaatnya.

d. Perubahan musim. e. Perubahan gaya hidup.

f. Perubahan tingkat kebutuhan tentang, pola hidup yang lebih sehat. g. Perubahan tingkat tekanan pekerjaan yang semakin tinggi (berat), hal ini

dapat membuka peluang untuk memberikan sebuah layanan hiburan bagi pekerja tersebut.

h. Perubahan teknologi informasi dan komunikasi seperti kemajuan teknologi mobile phone dan internet.

i. Perubahan tingkat pertumbuhan pemilik kendaraan akan memunculkan peluang penjualan sparepart, asuransi, aksesoris bengkel dan lain-lain. 4. Konsumen

Suara konsumen itu penting karena sering menciptakan gagasan baru dalam memperbaiki produk yang ada dan peluang bagi yang akan mendirikan usaha baru. Masukan-masukan dari konsumen yang dapat memberikan inspirasi peluang baru seperti: keluhan-keluhan dari konsumen, saran-saran dari konsumen, permintaan khusus dari konsumen dan calon konsumen,


(24)

angan-angan yang diimpikan oleh konsumen tentang produk atau jasa tertentu, harapan dari konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

5. Gagasan Orang Lain

Seperti halnya suara dari konsumen, gagasan dari orang lain (keluhan-keluhan terhadap suatu produk atau layanan yang disampaikan oleh teman), dapat memberi ide yang membuka peluang dalam membuat suatu bisnis. 6. Informasi yang Diperoleh

Dalam perjumpaan dengan orang lain terkadang kita mendapatkan informasi baru. Bagi orang yang mendengarnya, informasi baru itu bisa berguna untuk dijadikan sebagai peluang bisnis karena informasi tersebut memiliki hubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dia miliki. Namun bagi orang-orang tertentu informasi baru itu tidak bermanfaat karena informasi tersebut tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Hal ini yang bisa membedakan mengapa ada orang yang merasa tidak memiliki peluang dibanding orang yang memiliki peluang. 2.1.2 Analisa Peluang Sebelum Dijadikan Bisnis

Untuk membuat peluang menjadi peluang emas, peluang yang ada harus dianalisa sejauh mana tingkat kesuksesan dan kegagalannya di pasar. Tingkat kesuksesan dan kegagalannya di pasar bergantung pada pengintegrasian keempat hal, yaitu persaingan, pesaing, perubahan arah persaingan, dan kebutuhan pelanggan.

Peluang tidak cukup hanya bersumber dari sebuah ide bisnis yang diperoleh dari sebuah inspirasi. Hal tersebut baru proses awal saja atau baru


(25)

peluang mentahnya. Oleh karena itu, perlu diketahui apa ciri-ciri peluang yang potensial dan bisa dikategorikan sebagai peluang bisnis.

1. Ciri-ciri bisnis yang potensial itu adalah:

a. Bisnis yang dibangun adalah bisnis yang potensial atau memiliki nilai jual yang tinggi.

b. Tidak menjadikan bisnis tersebut hanya sebagai ambisi pribadi semata tetapi sifatnya nyata.

c. Bisnis itu mempunyai waktu bertahan yang lama di pasar.

d. Tidak akan menghabiskan modal (uang) karena terlalu besar investasinya.

e. Tidak bersifat momentum (kejadian sesaat) atau bersifat musiman (seasonal).

f. Dapat ditingkatkan skalanya menjadi skala industri 2.1.3 Ciri-ciri Peluang Bisnis yang Baik

Bisnis yang potensial didasari pada ciri-ciri sebuah peluang bisnis yang baik, ciri-ciri peluang bisnis yang baik adalah:

1. Peluang itu orisinil dan bukan tiruan; bisnis yang sukses itu bukan hanya meniru bisnis orang lain. Bisnis yang hanya meniru belum tentu hasilnya sama persis dengan bisnis yang ditiru tersebut. Hal ini disebabkan karena kondisi dan situasi yang telah terjadi dan yang akan terjadi belum tentu sama, bisnis itu bukan mesin fotokopi.

2. Peluang itu harus bisa mengantisipasi perubahan persaingan dan kebutuhan pasar dimasa yang akan datang. Dalam arti peluang itu harus dapat ditingkatkan nilai jualnya serta bisa terus diinovasi.


(26)

3. Benar-benar sesuai dengan minat atau ada link dengan pengetahuan, keahlian dan sifat agar peluang itu dapat bertahan lebih lama.

4. Tingkat visibilitas (kelayakan usaha) benar-benar teruji, untuk itu perlu dilakukan penelitian dan uji coba dipasar.

5. Bersifat ide yang kreatif dan inovatif bukan tiruan dari ide orang lain. 6. Adanya keyakinan dalam mewujudkannya dan sukses untuk menjalaninya. 2.1.4 Faktor-faktor Keberhasilan Peluang Bisnis untuk menjadi

Keberhasilan Usaha

Menurut Hendro (2011:143) faktor-faktor keberhasilan peluang bisnis adalah sebagai berikut:

1. Peluang itu memenuhi ciri-ciri peluang bisnis yang baik. 2. Berawal dari uji test pasar dan uji coba (trial) seperti:

a. Seberapa besar tingkat kebutuhan produk Anda dipasar. Apakah tinggi atau rendah.

b. Seberapa besar tingkat kontinuitas kebutuhan akan produk tersebut. c. Mengetahui alasan, mengapa orang enggan membeli, memakai, dan

menggunakan jasa atau produk Anda. 3. Mengikuti dan memenuhi kebutuhan konsumen. 4. Mengikuti trend (kecenderungan) perubahan pasar.

5. Bisa terus menerus diinovasi dan ditingkatkan kualitasnya.

6. Resiko kegagalannya tidak besar saat pertama kali dimulai. Dalam arti tingkat visibilitasnya telah diperhitungkan dengan waktu saat diluncurkan di pasar. 7. Merupakan alternatif terbaik dari peluang-peluang yang ada.


(27)

2.1.5 Faktor Kegagalan Sebuah Peluang Usaha yang Gagal Dijadikan Bisnis

Banyak inspirasi yang bagus dan brilian, namun terkadang inspirasi tersebut gagal dijadikan sebuah bisnis atau gagal saat diluncurkan untuk menjadi produk atau jasa yang ingin ditawarkan kepada calon pelanggan. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor kegagalan peluang usaha agar bisa meminimalisir resiko usaha. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Kebutuhan pasarnya tidak bersifat monoton dan musiman sehingga tidak hanya bersifat jangka pendek.

2. Peluang itu sudah kadaluarsa atau telah banyak ada orang yang memulai bisnis tersebut.

3. Tidak segera mengambil keputusan untuk memulainya sehingga peluang itu lewat begitu saja. Istilahnya NADO (Not Action Dream Only) atau NAPO (Not Action Plan Only).

4. Waktunya sudah lewat, terjadi perubahan kebutuhan atau muncul teknologi baru yang telah membuat peluang produk atau jasa itu out of date.

5. Survei pasar tidak akurat, artinya hal itu hanya sekedar persepsi Anda yang menyatakan bahwa peluang itu sangat potensial lalu segera dilaksanakan begitu saja. Jadi tingkat akurasi peluang terhadap pasar tidak tepat sehingga menyebabkan produk itu tidak laku dipasar.

6. Mudah ditiru atau dibuat oleh orang lain. 7. Daya beli rendah.


(28)

9. Tingkat kebutuhan kecil pemilihan alternatif ide-ide bisnisnya salah (bukan terbaik).

2.1.6 Rasio Kesuksesan Sebuah Bisnis

Ketika peluang sudah diputuskan dan dievaluasi maka hal penting selanjutnya harus dilakukan adalah memilih acuan bisnis. Berdasarkan Hendro (2011:150) persentase kesuksesan ditentukan oleh dasar memilih suatu bisnis. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini.

Tabel 2.1

Persentase Kesuksesan Dasar Memulai Bisnis

DASAR MEMULAI BISNIS RASIO PERSENTASE

KESUKSESAN

Keahlian dan pengalaman 60%

Hobi dan kesuksesan 40%

Melihat bisnis orang lain, mengamati, lalu meniru bisnis tersebut

20%

Kebiasaan sehari-hari 35%

Inovasi sendiri, menemukan, lalu memasarkannya

25% Ikut-ikutan orang lain, mengamati

secara langsung lalu mencoba bisnis lain dengan jenis yang sama

35%

Membentuk “Business Skill” yang solid

40% Sumber : Hendro (2011:150)

Hasil survei di Amerika Serikat di dalam buku The Origin of Entrepreneurship menyebutkan bahwa kesuksesan bisnis yang diawali dengan hal-hal dibawah ini mempunyai tingkat kesuksesan yang berbeda.

1. Pengalaman dan keahlian (43% sukses).

Saat seseorang bekerja selama beberapa tahun, ia menguasai data, pengalaman, pasar dan jaringan, serta keahlian dan teknologi sehingga apabila membuka suatu usaha yang sejenis, nilai kesuksesannya akan lebih


(29)

tinggi dibandingkan dengan apabila ia membuka usaha yang lain atau tidak sejenis. Kemungkinan ia sukses sangat besar, tergantung berapa lama ia bekerja dan skill yang dimilikinya.

2. Lingkungan dan usaha sendiri setelah melihat dan mengamati orang lain memulai usahanya (15% sukses).

Dengan melihat orang lain membuka usaha dari awal, seseorang dapat berkonsultasi dengan orang tersebut dan ikut-ikutan dari awal serta langsung mencoba sendiri dengan produk yang sama atau berbeda. Cara ini dapat berhasil apabila orang yang dilihat dan diamati mau membuka teknik-teknik dan data-data.

3. Menemukan peluang dan perubahan yang menimbulkan inspirasi peluang yang belum terisi oleh orang lain (11% sukses).

Pilihan ini dapat sukses, tetapi membutuhkan usaha yang kuat dan keras. Masalah yang akan muncul adalah ketika pesaing baru datang dan mengikuti usaha tersebut yang paling penting adalah selalu inovatif.

4. Penemu, tenaga ahli, desainer, dan periset ulung (7% sukses).

Cara menemukan peluang seperti ini sangat lama dan memerlukan ketekunan yang tinggi serta keteguhan hati. Saat era revolusi industri, banyak penemu hebat yang lahir seperti Sir Isaac Newton, Thomas Alfa Edison, Graham Bell, dan lain-lain. Tetapi hanya sedikit yang memiliki sense of business. Mereka yang sukses adalah mereka yang memiliki kemampuan entrepreneur, sehingga banyak penemu, pelukis dan yang lainnya yang miskin karena hasil temuannya tidak bisa dijual yang kaya adalah orang yang mampu membaca peluang dan mempunyai selling skill yang kuat.


(30)

5. Menekuni bisnis karena hobi, kesukaan, favorit, kegemaran tertentu (30% sukses).

Hobi dapat menghasilkan peluang bisnis, tetapi jika tidak didukung dengan skill bisnis yang kuat, maka hobi tidak dapat berkembang menjadi bisnis. 6. Warisan keluarga, hibah, dan lain-lain (21% sukses).

Jenis usaha tersebut merupakan usaha yang hanya tinggal dilanjutkan dan jika ingin meraih kesuksesan bergantung kepada kemampuan untuk mengelola bisnis (management and strategy).

2.1.7 Pendekatan Mengidentifikasi Peluang Bisnis

Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002:186) terdapat dua fase pendekatan mengidentifikasi peluang bisnis, yaitu:

1. Fase Pertama adalah untuk menemukan gagasan.

Terdapat empat tempat untuk memperoleh gagasan-gagasan peluang bisnis, yaitu: diri sendiri, pelanggan, pasar dan produk yang gagal.

a. Diri Sendiri, sumber pertama gagasan yang paling dekat dan mudah adalah pada diri sendiri. Hanya saja dalam hal ini butuh kepekaan.

b. Pelanggan, sumber kedua untuk memperoleh gagasan bisnis adalah pelanggan dan pesaing. Sumber gagasan dari pesaing ini lebih sulit karena mereka tidak begitu saja secara jujur mengatakan segala hal yang ingin kita ketahui.

c. Pasar, sumber gagasan bisnis baru adalah pasar. Keberhasilan suatu produk disatu pasar kerap kali dapat dapat melahirkan gagasan tentang sukses-sukses potensial di pasar lainnya.


(31)

d. Produk yang gagal, sumber keempat lahirnya gagasan bisnis adalah produk-produk yang gagal. Suatu evaluasi yang mendalam atau produk yang gagal kerap kali mengisyaratkan masih adanya permintaan yang cukup besar atas produk itu, asal ciri-ciri negatifnya dihilangkan.

2. Fase Kedua adalah untuk mengidentifikasi peluang bisnis dalam kaitannya dengan gagasan yang meliputi: analisis persoalan, analisis situasi, merumuskan wilayah yang tidak diketahui dan mensurvei pelanggan sasaran. a. Analisis Persoalan

Langkah penting pertama adalah analisis persoalan mengapa orang yakin bahwa setiap gagasan produk akan berhasil dan memberikan keuntungan. b. Analisis Situasi

Langkah kedua yang tidak kalah pentingnya adalah analisis situasi. Analisis situasi ini bertujuan untuk menghasilkan sekumpulan pengetahuan yang perlu untuk menilai gagasan dan menentukan secara tepat apa yang dituntut dalam mengembangkan gagasan tadi agar sukses, berdasarkan kenyataan-kenyataan di lapangan.

c. Merumuskan wilayah yang tidak diketahui

Langkah ketiga yakni mengidentifikasi, merumuskan, dan memeriksa hal-hal yang tidak atau belum diketahui yang dapat melahirkan atau memporak-porandakan gagasan tadi.

d. Mensurvei pelanggan sasaran

Jikalau wilayah-wilayah yang tidak diketahui ini sudah dirumuskan dan diperiksa, teruslah maju ke langkah keempat, yakni riset kualitatif mengenai pelanggan sasaran. Sasarannya adalah menemukan jawaban atas


(32)

hal-hal penting yang tidak diketahui dan memeriksa kembali pengendalian-pengendalian. Survei dan uji pelanggan merupakan cara yang mudah untuk memeriksa bisa tidaknya suatu usulan bisnis dijalankan. 2.2 Industri Pariwisata

2.2.1 Pengertian Industri Pariwisata

Secara umum industri identik dengan gambaran sebuah bangunan pabrik yang melakukan proses produksi dengan menggunakan berbagai teknologi serta mesin-mesin. Pengertian kata industri disini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Namun pengertian kata industri di sini lebih cenderung memberikan pengertian industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa ( Goods and Service ) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel pada umumnya.

Menurut Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (Yoeti, 1996:1) industri pariwisata merupakan sebuah industri yang tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi atau tempat kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.

Sedangkan menurut Hunzieker dalam Yoeti (1996:2) industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan. Selanjutnya menurut Damarji dalam Yoeti (1996:154) industri pariwisata adalah rangkuman dari


(33)

berbagai bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk dan service yang nantinya secara langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata merupakan bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang secara langsung dibutuhkan oleh wisatawan.

Aspek-aspek yang tercakup dalam industri pariwisata menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000:6-8) antara lain:

1. Restoran, di bidang restoran dapat diarahkan pada kualitas makanan, baik dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya.

2. Penginapan, yang terdiri atas hotel, resor, dan wisma-wisma.

3. Pelayanan perjalanan, meliputi biro perjalanan, paket perjalanan, perusahaan travel dan reception service.

4. Transportasi, dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisatawan seperti mobil, bus, pesawat, kereta api, kapal dan sepeda.

5. Pengembangan daerah tujuan wisata, dapat berupa kelayakan kawasan wisata.

6. Fasilitas rekreasi, dapat berupa pemanfaatan taman-taman. 7. Atraksi wisata, dapat berupa kegiatan seni budaya.

2.4 Produk Industri Pariwisata

Menurut Yoeti (1996:13) yang dimaksud dengan produk industri pariwisata adalah semua jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya, sampai ia kembali kerumah di mana ia tinggal. Produk industri pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang tidak dapat terpisahkan.


(34)

Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk industri pariwisata tersebut yaitu :

1. Obyek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. 2. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut seperti akomodasi

perhotelan, bar dan restoran, entertaiment dan rekreasi.

3. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah tujuan wisatawan serta transportasi di tempat tujuan ke obyek-obyek wisata.

Produk pariwisata tidak dihasilkan hanya oleh satu perusahaan saja, tetapi oleh beberapa perusahaan yang secara bersama menghasilkan jasa-jasa bagi kebutuhan wisatawan selama dalam perjalanannya, walau dikelola oleh banyak pengusaha tetapi dikoordinir oleh suatu organisasi seperti Dinas Pariwisata yang dapat dianggap sebagai produsennya.

Berikut merupakan ciri-ciri produk industri pariwisata yang terpenting : 1. Produk industri pariwisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam

penjualannya tidak mungkin pelayanan itu sendiri dibawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus datang ke tempat produk tersebut dihasilkan

2. Pada umumnya peranan perantara tidak diperlukan, karena proses produksi terjadi pada saat yang bersamaan dengan konsumsi. Satu-satunya perantara yang merupakan saluran dalam penjualan jasa-jasa industri pariwisata hanyalah travel agent.


(35)

3. Produk pariwisata tidak dapat ditimbun seperti halnya yang terjadi pada industri barang lainnya, dimana penimbunan hanya merupakan kebiasaan untuk meningkatkan permintaan.

4. Produk industri pariwisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang obyektif, hanya menggunakan patokan bagus, jelek, puas atau tidaknya orang yang diberi pelayanan.

5. Permintaan terhadap produk industri pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non ekonomis.

6. Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang dibelinya. Calon konsumen hanya dapat melihat dari brosur, televisi maupun film yang khusus wisata.

7. Produk industri pariwisata itu banyak tergantung dari tenaga manusia dan sedikit sekali yang dapat digantikan dengan mesin.

8. Segi kepemilikan usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan membangun sarana-sarana kepariwisataan yang besar, sedangkan perubahan terhadap elastisitas permintaan sangat kuat.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

Menurut Yoeti (1996 : 94) permintaan dalam kepariwisataan terdiri dari berbagai unsur tidak hanya berbeda sifat dan bentuk, tetapi juga manfaat dan kegunaanya bagi wisatawan. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dalam kepariwisataan yaitu :

1. Pendapatan

Jumlah penghasilan seseorang sangat berperan dalam menentukan intensitas perjalanan yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka


(36)

semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.

2. Harga

Faktor harga sangat menentukan dalam persaingan antara sesama tour operator. Bila perbedaan dalam fasilitas tidak begitu berbeda, wisatawan cenderung akan memilih harga paket wisata yang lebih murah.

3. Kualitas

Kualitas yang dimiliki oleh obyek wisata sangat mempengaruhi hasrat wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut. Kualitas yang dimaksud merupakan faktor pelayanan yang dimiliki oleh suatu obyek wisata.

4. Hubungan Politik antara Dua Negara

Hubungan politik yang terjalin dengan baik, maka akan membuat penduduk kedua negara cenderung akan saling mengunjungi sehingga permintaan untuk melakukan perjalanan pariwisata relatif besar.

5. Hubungan Ekonomi antar Negara

Dalam industri pariwisata modern, hubungan perekonomian antar negara merupakan dorongan bagi orang-orang untuk mengunjungi suatu negara, terutama dengan menggiatkan usaha-usaha konferensi, simposium dan lain-lain.

6. Hubungan Sosial-Budaya antara Dua Negara

Industrialisasi yang menyebabkan meningkatnya pemerataan pendapatan dalam masyarakat sehingga waktu senggang meningkat dan ada liburan yang dibayar membuat orang-orang berkecenderungan sering melakukan perjalanan wisata.


(37)

7. Perubahan Cuaca atau Iklim

Adanya pergantian musim membuat banyak orang melakukan perjalanan wisata ke beberapa negara lain yang keadaan iklimnya berbeda.

8. Faktor Hari-Hari Libur

Adanya hari-hari libur bagi karyawan dan kesempatan pada keluarga-keluarga untuk melakukan perjalanan pariwisata.

9. Peraturan Pemerintah

Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur orang-orang yang melakukan perjalanan pariwisata akan sangat mempengaruhi orang-orang dalam melakukan perjalanan.

10. Teknologi Pengangkutan

Kemajuan teknologi pengangkutan yang dapat mempersingkat waktu untuk menempuh jarak cukup jauh dengan segala fasilitas yang menarik dapat mendorong orang-orang untuk melakukan perjalan pariwisata.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Pariwisata

Menurut Yoeti (1996 : 80) dalam kepariwisataan yang dimaksud dengan tuorism supply meliputi semua daerah tujuan yang ditawarkan kepada wisatawan terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam dan hasil ciptaan manusia, barang dan jasa yang dapat mendorong orang-orang berkunjung ke obyek wisata. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Benda-benda yang disediakan dan terdapat dalam alam (Natural Amenities). Kelompok ini diantaranya adalah :

a. Iklim, misalnya cuaca cerah, kering, hujan, dan sebagainya. b. Bentuk tanah dan pemandangan.


(38)

c. Hutan belukar misalnya hutan yang luas, banyak pohon-pohon. d. Flora dan fauna.

e. Health center. 2. Hasil ciptaan manusia.

a. Monumen-monumen bersejarah dan sisa-sisa peradaban masa lampau. b. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handicraft. c. Acara-acara tradisional, pameran, festival dan upacara-upacara adat. d. Rumah-rumah ibadah.

3. Prasarana, terdiri dari:

a. Prasarana umum seperti sumber air tawar, pembangkit tenaga listrik, jalan raya, jembatan, pelabuhan laut, lapangan udara, irigasi, telekomunikasi, dan lain-lain.

b. Kebutuhan masyarakat banyak seperti rumah sakit, apotik, bank, kantor pos, badan legislatif, polisi, pengadilan, pompa bensin, kantor-kantor yang berhubungan dengan kepariwisataan

4. Sarana Kepariwisataan dibagi atas tiga bagian yang penting, dimana satu dengan yang lainnya saling menunjang. Ketiga sarana yang dimaksudkan ialah :

a. Sarana pokok kepariwisataan. Kelompok ini diantaranya adalah : travel agent dan tour operator, tourist transportation, accomodation, catering trades, tourist objects dan tourist attractuions.

b. Sarana pelengkap kepariwisataan. Kelompok ini adalah fasilitas rekreasi dan olah raga, seperti : sky resort, horse riding, boating facility, hunting safari, photograph, dan lain-lain.


(39)

c. Sarana penunjang kepariwisataan, seperti: night club dan steambath, casino dan entertainment, souvenir shops, dan lain-lain.

5. Tata cara hidup masyarakat adalah salah satu sumber yang amat penting untuk ditawarkan kepada para wisatawan. Kebiasaan hidup dan adat istiadat merupakan daya tarik bagi wisatawan agar dapat berkunjung ke daerah tersebut.

2.3 Pariwisata

2.3.1 Pengertian Pariwisata

Menurut Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. Pariwisata dilakukan semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Sedangkan menurut Kodhyat (1983:4) Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Wahab (1975:55) mengemukakan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang


(40)

komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

Menurut pendapat Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain. Berdasarkan pengertian pariwisata menurut para ahli diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan dari suatu tempat ketempat lain yang bertujuan untuk rekreasi menikmati keindahan suatu tempat, mencari kepuasan serta beristirahat dalam jangka waktu tertentu.

2.3.2 Obyek Wisata

Yoeti (1996:172) menjelaskan pada dasarnya dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak ditemukan adanya istilah objek wisata seperti yang ada atau yang biasa dikenal di Indonesia. Tourist attractions merupakan istilah yang lebih dikenal dalam dunia kepariwisataan luar negeri. Namun di Indonesia sendiri antara obyek wisata dan tourist attraction keduanya memang dikenal dan keduanya memiliki definisi tersendiri.

Obyek wisata menurut Ridwan (2012:5) adalah segala sesuatu yang memilik keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu untuk dilihat serta dinikmati dengan melibatkan orang lain.

Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata


(41)

baik itu yang merupakan perwujudan dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, budaya, sejarah dan tempat serta keadaan alam yang memiliki daya tarik untuk kunjungan wisata. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan obyek wisata adalah suatu tempat yang dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya baik itu ciptaan manusia maupun keadaan alam.

2.3.3 Jenis-Jenis Pariwisata

Jenis-jenis pariwisata menurut Spillane (1987:29-31) berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu:

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism).

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur ,mencari udara segar, memenuhi kehendak ingin tahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan ketenangan.

2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism).

Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.


(42)

3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism).

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

4. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism).

Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:

a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lainlain yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.

b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.

c. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism).

Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.

d. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism).

Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang


(43)

hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi.

2.3.4 Bentuk Pariwisata

Menurut Pendit (2002: 37) bentuk pariwisata dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang digunakan. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Menurut asal wisatawan.

Wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Jika asalnya dari dalam negeri berarti wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan.

2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran.

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, hal ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri disebut pariwisata pasif.

3. Menurut jangka waktu.

Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada


(44)

ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu yang dimaksudkan.

4. Menurut jumlah wisatawan.

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

5. Menurut alat angkut yang dipergunakan.

Dilihat dari alat angkut yang dipergunakan oleh wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung apakah wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil.

2.3.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana dan prasarana diartikan sebagai proses tanpa hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dan sebagainya serta prasarana jalan dan transportasi yang lancar dan terjangkau oleh wisatawan. Menurut Suwantoro (2004:21-22) adapun yang dimaksud dengan sarana dan prasarana pariwisata adalah sebagai berikut:

1. Sarana Pariwisata

Sarana kepariwisataan (tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.


(45)

2. Prasarana Pariwisata

Prasarana (infrastructure) adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, pelayanan kesehatan, terminal/pelabuhan, dan lain sebagainya.

2.3.6 Wisatawan

Menurut Norval dalam Soekadijo (1996: 13) wisatawan merupakan setiap orang yang datang dari suatu negara asing yang alasannya bukan untuk menetap atau untuk bekerja di situ secara teratur dan yang dinegara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya dilain tempat. Definisi lain mengenai wisatawan juga di kemukakan oleh U.N. Convention Concerning Customs Facilities for Touring yang ditetapkan pada tahun 1954. Menurut definisi itu yang disebut wisatawan ialah setiap orang yang datang di sebuah negara karena alasan yang sah, kecuali untuk berimigrasi, dan yang tinggal setidak-tidaknya selama 24 jam dan selama-lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama. Menurut definisi ini orang yang mengadakan perjalanan kurang dari 24 jam bukan wisatawan.

Adanya berbagai definisi tersebut menimbulkan kesulitan dalam membandingkan statistik pariwisata dari berbagai negara, maka IUOTO (International Union of Official Travel Organization) menyusun suatu definisi


(46)

seragam mengenai wisatawan. Definisi tersebut menggunakan istilah pengunjung, untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, kecuali untuk melakukan pekerjaan yang digaji.

Sedangkan menurut pemerintah indonesia dalam instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1969 yang dimaksud dengan wisatawan merupakan setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan wisatawan merupakan setiap orang yang berkunjung ke suatu daerah dengan meninggalkan tempat tinggalnya untuk melakukan perjalanan.

Menurut Liga Bangsa-Bangsa dan IUOTO yang bisa dianggap wisatawan adalah sebagai berikut :

1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan, dan lain-lain.

2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan atau karena tugas-tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas pemerintahan, diplomasi, agama, olahraga, dan lain-lain).

3. Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

4. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun tinggal disuatu negara kurang dari 24 jam.


(47)

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penulisan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan antara lain :

1. Nururrifqi (2007) dengan penelitian yang berjudul “Peranan Sektor Pariwisata dalam Pengembangan Peluang Usaha dan Kerja serta Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Di Pulau Untung Jawa” dimana bertujuan untuk mengetahui peranan sektor pariwisata di Pulau Untung Jawa terhadap peluang usaha dan kerja serta untuk mengetahui peranan sektor pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan pariwisata di pulau untung jawa menciptakan peluang kerja bagi masyarakat terlihat dari meningkatnya jumlah ragam usaha dari tahun 2001 sampai 2007. Kontribusi pendapatan pariwisata terhadap pendapatan total nelayan pariwisata adalah sebesar 44%.

2. Setiyanti (2011) menganalisis Dampak Pariwisata Terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian Di Daerah Pesisir, Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, dimana penelitian ini dilakukan untuk untuk mengidentifikasi dan menganalisis peluang usaha dan kerja yang tumbuh sebagai akibat adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka dan karakteristik masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan kerja tersebut. Metode yang digunakan


(48)

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang didukung oleh metode kuantitatif, sehingga penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan didukung oleh pendekatan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hadirnya sektor pariwisata di Pulau Pramuka telah menciptakan peluang usaha dan kerja di Pulau Pramuka, seperti dalam usaha homestay, perdagangan, rumah makan, transportasi dan jasa. Usaha homestay merupakan usaha dengan tingkat pertumbuhan yang tergolong tinggi, dimana dalam kurun waktu enam tahun semenjak tahun 2005 tercatat setiap tahunnya berdiri sekitar sembilan penginapan. Pemanfaat peluang usaha dan kerja pariwisata cenderung menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai matapencaharian tunggal (68 persen). Sisanya 18 persen diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan di sektor lain, dan 14 persen diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan sampingan dengan pekerjaan utama di sektor lain.

3. Dritasto dan Anggraeni (2013) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Pulau Tidung. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif .Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan terkaitnya masyarakat dalam kegiatan wisata di Pulau Tidung maka dapat memberikan dampak ekonomi masyarakat yaitu berupa pendapatan. Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memeberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena


(49)

adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sholik dan Sujali (2013) dengan judul “Pengaruh Keberadaan Obyek Wisata Makam Dan Perpustakaan Bung Karno Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Pelaku Usaha Perdagangan Di Sekitarnya” yang menggunakan Model analisis statistik. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan uji wilcoxon diperoleh probabilitas sebesar 0,00 yang berarti nilainya < 0,05. Berdasarkan angka probabilitas ini dapat disimpulkan H0 ditolak. Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik. Hal ini mengindikasikan rata-rata tingkat kesejahteraan responden sebelum dan sesudah dilakukan pembangunan Perpustakaan Bung Karno terdapat perbedaan yang nyata. Uji wilcoxon yang dilakukan juga terlihat bahwa terjadi pengaruh cenderung positif terhadap 35 responden yang ditandai dengan peningkatan kesejahteraan setelah dibangun Perpustakaan Bung Karno, sedangkan 5 responden tidak mengalami perubahan atau cenderung sama dengan kondisi sebelum dibangun Perpustakaan Bung Karno.

5. Hartati, Dunia dan Nuridja (2014) dengan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Objek Wisata Ceking Terrace Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kawasan Ceking Terrace Tahun 2013”. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi, dan dianalisis dengan teknik kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan masyarakat sebelum bekerja di kawasan Ceking Terrace masih di bawah Upah Minimum


(50)

Kabupaten Gianyar karena pekerjaan sebelumnya adalah petani dan buruh, pendapatan masyarakat setelah bekerja di kawasan Ceking Terrace, rata-rata meningkat menjadi di atas Upah Minimum Kabupaten Gianyar karena adanya pengembangan objek wisata oleh Desa Pakraman Tegallalang sehingga dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha serta adanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat manfaat objek wisata Ceking Terrace adalah meningkatnya pendapatan.


(51)

37 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, bentuk penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang bertujuan menjelaskan variabel secara mandiri. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang gejala atau keadaan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di objek wisata Tangkahan desa Namo Sialang Kecamatan Batang Serangan kabupaten Langkat.

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini peneliti merupakan informan yang dianggap benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua informan, yaitu:

1. Informan Kunci

Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah pengelola obyek wisata Tangkahan, pelaku usaha di obyek wisata Tangkahan dan tokoh masyarakat di obyek wisata Tangkahan yang dianggap sangat memahami seluk beluk lingkungan obyek wisata Tangkahan.


(52)

2. Informan Tambahan

Informan tambahan pada penelitian ini adalah wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Tangkahan berjumlah 10 orang.

3.4 Definisi Konsep

Menurut Hendro (2011:133) peluang bisnis berasal dari sebuah inspirasi, ide, atau kesempatan yang muncul untuk dimanfaatkan bagi kepentingan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bisnis. Menurut Ridwan (2012:5) mengemukakan pengertian obyek wisata adalah segala sesuatu yang memilik keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

3.5 Definisi Operasional

Analisis peluang bisnis adalah suatu kesempatan yang didapatkan oleh seseorang dengan cara mengandalkan suatu potensi obyek wisata Tangkahan dan keahlian yang telah dimiliki oleh masyarakat tersebut dengan cara memanfaatkan waktu dan kondisi yang ada pada obyek wisata Tangkahan. Peluang bisnis dapat dicapai dengan pemenuhan kriteria rasio kesuksesan bisnis yaitu:

1. Pengalaman dan keahlian (43% sukses)

Usaha yang dibuka berdasarkan pengalaman, pasar dan jaringan, serta keahlian memiliki nilai kesuksesan yang tinggi.

2. Lingkungan dan usaha sendiri setelah melihat dan mengamati orang lain memulai usahanya (15% sukses)

Usaha yang dibuka berdasarkan dari pengamatan atas lingkungan dan usaha orang lain.


(53)

3. Menemukan peluang dan perubahan yang menimbulkan inspirasi peluang yang belum terisi oleh orang lain (11% sukses)

Usaha yang dibuka berdasarkan inspirasi dan belum ada usaha yang sejenis pada lingkungan obyek wisata tersebut.

4. Tenaga ahli (7% sukses)

Usaha yang dibuka oleh tenaga ahli pada lingkungan obyek wisata.

5. Menekuni bisnis karena hobi, kesukaan, favorit, kegemaran tertentu (30%) Usaha yang dibuka berdasarkan hobi dan kegemaran seorang pelaku usaha. 6. Warisan keluarga, hibah, dan lain-lain (21% sukses)

Usaha yang dijalankan merupakan usaha yang didapat dari anggota keluarga dan diturunkan kepada pelaku usaha.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari: 1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama pada lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu wawancara. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan mengenai penelitian dengan lebih mendalam. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak terkait diantaranya para pengelola obyek wisata, pengunjung serta masyarakat yang bekerja pada obyek wisata.


(54)

2. Data sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek dan lokasi penelitian (diperoleh dari sumber data yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi dan bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data atau informasi dengan menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan berbentuk dokumen yang berada dilokasi penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun semua data yang diperoleh secara sistematis baik itu data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan bahan-bahan lain sehingga data tersebut mudah dipahami dan dapat menjadi informasi bagi orang lain. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif dengan melakukan pendekatan kualitatif terhadap peluang usaha. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model analisis Huberman dan Miles yaitu model interaktif.


(55)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.7 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang berada di Sumatera Utara yang menyimpan beragam potensi pariwisata seperti obyek wisata alam dan budaya. Selain itu, Kabupaten Langkat terus berkembang sebagai obyek wisata alam yang menyajikan olah raga alternatif seperti arung jeram, selancar, sepeda gunung, menyelam, dan lain-lainnya.

Potensi wisata alam tersebut menyangkut beberapa potensi obyek wisata yaitu air terjun, pemandian sungai, arung jeram, tracking hutan, gua alam (seperti kawasan bukit Lawang, Gua Batu Rizal, Tangkahan dan wisata bahari (seperti Tanjung Apek Kuala Serapuh dan Tanjung Kerang). Potensi wisata yang dimiliki kabupaten Langkat memberikan daya tarik tersendiri dan magnet bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal untuk berkunjung ke obyek-obyek wisata yang terdapat di kabupaten Langkat.

Salah satu obyek wisata yang berada di kabupaten Langkat adalah obyek wisata Tangkahan. Tangkahan adalah sebuah kawasan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kabupaten Langkat. Diapit oleh Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang. Tangkahan menawarkan pemandangan yang spektakuler dan udara segar yang menyejukkan.

Secara geografis Tangkahan berada pada 03º05’30" LU dan 098º04’26.8" BT. Tangkahan sendiri merupakan obyek wisata yang berbasis ekowisata. Obyek wisata Tangkahan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :


(56)

1. Sebelah utara berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PT. II kebun Kuala Sawit

2. Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PT. Ganda Permana

3. Sebelah timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh

4. Sebelah barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser

Keindahan pemandangan sungai dan bebatuan di Tangkahan tidak hanya terkenal di Indonesia namun Tangkahan juga mampu merangsang wisatawan mancanegara untuk datang langsung ke lokasi tersebut. Kombinasi dari vegetasi hutan hujan tropis dan topografi yang berbukit, menjadikan Tangkahan sebagai tempat yang ideal untuk berwisata. Sungai Buluh dan Batang Serangan yang membelah hutan ini merupakan tipe sungai khas hutan tropis, dilengkapi dengan beraneka ragam jenis tumbuhan aneka warna dan tebing bercorak di sepanjang sungai. Air sungai yang sangat jernih dan bernuansa hijau menciptakan panorama dan atmosfer yang alami dan mistis.

Untuk sampai di obyek wisata ini menggunakan bus Pembangunan Semesta langsung menuju Tangkahan, melewati Stabat dari terminal pinang baris di kota Medan, perjalanan ke Tangkahan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3 sampai 4 jam dari kota Medan. Untuk menuju kawasan ekowisata harus menyeberangi sungai dengan menggunakan rakit. Hal ini dikarenakan Sungai Batang Serangan memiliki arus yang cukup deras.

4.1.1 Daya Tarik Obyek Wisata Tangkahan

Sebagai salah satu daerah tujuan wisata Tangkahan memiliki keunikan alam, fasilitas serta kegiatan yang ditawarkan sehingga menjadi magnet tersendiri


(57)

bagi para wisatawan untuk datang dan berkunjung ke obyek wisata ini. Segala kegiatan yang ditawarkan pada obyek wisata ini berkaitan dengan kegiatan yang mendekatkan diri para wisatawan kepada alam. Berikut ini merupakan daya tarik dari obyek wisata Tangkahan:

1. Trekking Menelusuri Hutan Belantara

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan di obyek wisata Tangkahan adalah Trekking. Dimana wisatawan dapat menelusuri hutan belantara yang masih asri dan alami dengan rintangan-rintangan yang menakjubkan pada setiap perjalanan dengan dipandu oleh guide lokal. Trekking ini dapat dilakukan dengan berjalan kaki maupun dengan menunggangi gajah sumatera.

2. Pemandian Air Terjun dan Air Panas

Tepat di seberang penginapan Jungle Lodge, di tepi Sungai Buluh, terdapat sebuah goa yang di dalamnya mengalir air panas. Goa ini cukup besar sehingga wisatawan dapat berbaring dan merendam tubuh di aliran air panas alami ini. Di dekat pertemuan Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan terdapat air terjun kecil. untuk mencapai air terjun ini wisatawan harus berjalan ke cekungan sungai sekitar 100 meter. Untuk mencapai air terjun yang lebih besar di Tangkahan, wisatawan harus berjalan menyusuri Sungai Buluh terlebih dahulu dan bahkan harus berenang di bagian tertentu sungai ini.

3. Goa

Di Tangkahan terdapat goa kelelawar, dinamakan demikian karena goa ini merupakan rumah bagi ribuan kelelawar. Namun jangan khawatir, goa ini sangat aman untuk dimasuki, selama wisatawan tidak membuat kegaduhan di


(58)

dalamnya. Goa ini akan tembus ke pintu di seberangnya, dan begitu keluar di mulut goa yang satunya, wisatawan dapat kembali ke penginapan dengan cara tubing.

4. Tubing

Tubing hampir sama dengan rafting, perbedaannya terletak pada alat yang digunakan jika pada saat rafting kita menggunakan perahu karet, tidak demikian dengan tubing. Tubing dilakukan dengan cara duduk di atas ban dalam truk yang sangat besar yang telah dipompa, lalu mengalir begitu saja mengikuti arus sungai sampai ke titik tertentu sambil menikmati pemandangan di tepi sungai.

5. Gajah

Masyarakat di Tangkahan bekerjasama dengan LSM telah mengembangkan kegiatan wisata alam dengan memanfaatkan jasa gajah. Gajah-gajah yang berada di kawasan wisata Tangkahan sudah dimanfaatkan untuk patroli safari hutan. Bahkan gajah tersebut saat ini sudah menjadi ikon wisata safari gajah yang membawa wisatawan berkeliling hutan. Para wisatawan yang berkunjung dapat menikmati perjalanan keliling hutan dengan menunggangi gajah patroli yang telah dilatih. Gajah-gajah tersebut bertugas untuk berkeliling menjaga hutan dari berbagai ancaman praktek illegal logging yang dilakukan pihak pembalak. Saat ini obyek wisata Tangkahan merupakan satu-satunya obyek wisata di Asia yang menyediakan layanan berkeliling hutan dengan gajah.


(59)

4.1.2 Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju obyek wisata Tangkahan terbilang masih kurang baik. Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang belum beraspal dan berbatu membuat semua sarana transportasi agak sulit untuk bisa melaluinya. Sebagai akibatnya memakan waktu yang cukup lama untuk mencapai obyek wisata Tangkahan yaitu sekitar 4 jam dari terminal pinang baris Medan. Kendaraan umum yang langsung menjangkau obyek wisata Tangkahan bernama bus Pembangunan Semesta (PS) dengan tujuan Tangkahan, kendaraan ini hanya beroperasi sekali sehari dari Medan – Tangkahan pada pukul 11.00 WIB dan jika dari Tangkahan – Medan kendaraan umum yang pasti beroperasi hanya pada pukul 05.30 WIB atau dengan alternatif lain yaitu menggunakan bus Pembangunan Semesta tujuan Simpang Robet dan dari simpang robet menuju obyek wisata Tangkahan wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan menaiki ojek.

Dengan bus Pembangunan Semesta dan tarif Rp 25.000 wisatawan sudah bisa berkunjung ke obyek wisata Tangkahan walaupun jumlah sarana transportasinya masih terbatas. Namun sampai sekarang ini wisatawan yang datang ke obyek wisata Tangkahan kebanyakan menggunakan mobil pribadi, sepeda motor dan pick up.

4.1.3 Sejarah Obyek Wisata Tangkahan

Obyek wisata Tangkahan pada tahun 1900 merupakan kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung (natur reservaat) dan hutan produksi. Pada tahun 1930 beberapa pengusaha dari luar memulai usaha pengelolaan kayu yang melibatkan


(60)

penduduk lokal sebagai tenaga kerja (generasi pertama) dan proses pengelolaan kayu dengan menggunakan alat tradisional.

Pada pertengahan tahun 1960 dimulai gelombang pengelolaan kayu (generasi kedua) yang lebih besar dengan melibatkan beberapa pemodal luar. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan untuk perkebunan semakin luas dan ditetapkannya kawasan hutan tersebut menjadi Taman Nasional pada awal 1980 tidak mampu menghentikan aktivitas pengambilan kayu yang sudah tidak terbatas antara kawasan hutan produksi atau Taman Nasional. Serta selama puluhan tahun aktivitas pengambilan kayu sudah merupakan sistem nilai yang menjadi kebiasaan penduduk.

Pada akhir tahun 1980 beberapa pelaku illegal logging bebas dari penjara, sebagian meneruskan aktivitasnya dan sebagian lagi menginisiatif membuka obyek wisata yang selanjutnya diikuti oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemuda didusun Kuala Gemoh dan Kuala Buluh. Masyarakat di kedua desa ini (yang dihuni oleh sekitar 2000 KK) setuju untuk mengembalikan kawasan Tangkahan sebagai kawasan wisata yang ramah lingkungan. Ini ditandai dengan dibentuknya Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) yang merupakan lembaga lokal yang dipercaya untuk mengelola ekowisata dan bekerja sama dengan pihak taman nasional, sekaligus membentuk peraturan desa. Peraturan desa ini merupakan peraturan desa pertama di Indonesia yang disusun secara partisipatif, untuk mengatur tentang konservasi dan pranata sosial secara langsung, sebelum diadopsi di berbagai daerah di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, karena objek wisata yang cukup menarik dan semuanya terdapat di dalam Taman Nasional, maka dibentuklah kesepakatan


(61)

antara LPT dan Balai TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser) yang dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU). Kesepakatan ini ditandatangani pada tanggal 22 April 2002 oleh Kepala Balai TNGL selaku Pemangku Kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional kepada masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang melalui LPT.

Sebuah langkah yang sangat berani untuk dilakukan pada saat itu, mengingat MoU tersebut adalah property right (aset kolektif) untuk mengelola kawasan seluas 17,500 ha untuk dijadikan kawasan ekowisata, di mana kawasan ini merupakan zona inti taman nasional yang seharusnya tidak diperuntukkan untuk kegiatan apapun kecuali penelitian.

Sebagai kewajibannya, masyarakat desa Namo Sialang dan Sei Serdang bertanggung jawab penuh untuk menjaga keamanan dan kelestarian TNGL yang berbatasan dengan wilayah desa tersebut. MoU tersebut adalah contoh dari keluwesan pemerintah dalam mengelola kawasan lindung namun tetap berpihak kepada masyarakat lokal. Akhirnya, pada tahun 2004, LPT mendapatkan Anugerah Penghargaan Inovasi Kepariwisataan Indonesia oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Tidak berhenti di sini, di awal tahun 2006, MoU ke-2 kembali ditandatangani oleh TNGL. Kemudian LPT membentuk Badan Usaha Milik Lembaga (BUML), berkolaborasi dengan pihak TNGL untuk mengelola berbagai jasa lingkungan di TNGL. Dari sinilah, era integrasi antara ekonomi dan ekologi di kawasan Ekowisata Tangkahan tercipta dalam semangat kolaborasi, untuk melahirkan gelombang besar perubahan di TNGL.

Di Tangkahan, ekowisata merupakan cara yang terbukti efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mencegah terjadinya aktivitas


(62)

ilegal lodging di sekitar kawasan. Kini, jumlah kunjungan wisata ke Tangkahan semakin meningkat tiap tahunnya.

4.1.4 Badan Usaha Milik Lembaga Di Obyek Wisata Tangkahan

Peranan penting strategi ekonomi pada pencapaian sasaran di bidang perekonomian adalah mematangkan konsep “Kewirausahaan Bisnis Kolektif Konservasi” dimana melalui Kongres ke IV 2009 telah berhasil merekomendasikan TAP KONGRES: III Tahun 2009 tentang kebijakan ekonomi dalam pengelolaan ekowisata Tangkahan, maka Badan Pengurus Lembaga Pariwisata Tangkahan menindaklanjutinya dengan melakukan rapat pembahasan untuk menyusun dan menetapkan kebijakan ekonomi. Badan usaha yang telah dikembangkan di obyek wisata Tangkahan:

1. Community Tour Operator ( CTO )

salah satu badan usaha milik lembaga (BUML) yang telah berdiri dan berkembang sejak tahun 2003 sebagai sebuah Tour Operator milik Lembaga Pariwisata Tangkahan yang mengelola seluruh produk, marketing dan manajemen perjalanan wisatawan di kawasan ekowisata Tangkahan dalam prinsip satu pintu. Didalam perkembangan CTO pada rentang 2003 hingga 2006 adalah fase pembentukan yang sangat berat dimana memulai usaha tersebut tanpa modal awal. Indikator keberhasilan yang dicapai adalah keberhasilan membangun model manajemen kawasan dalam prinsip satu pintu. Kondisi neraca keuangan selalu minus tetapi pasar wisata mulai mengenal kawasan ekowisata Tangkahan dan melakukan informasi kawasan kepada CTO. Pada pertengahan tahun 2006 visitor center Tangkahan dibangun, pengelolaan pengunjung sudah lebih meningkat dan telah berhasil


(63)

memperluas pangsa pasar ketingkat global ( direct and indirect ) dengan membukukan jumlah kunjungan tamu mancanegara sebanyak 153 orang dan 7.668 orang kunjungan domestik di akhir tahun 2006. Pada pertengahan Juni 2009, dengan menggunakan anggaran dana dari SGP (Small Grants Programme) Indonesia CTO telah memiliki kantor pemasaran sendiri beserta sarana prasarana lengkap untuk marketing. Ini semakin memudahkan berbagai kegiatan promosi dan pemasaran kawasan ekowisata Tangkahan. 2. Camping Ground Managemen ( CGM )

BUML yang telah berdiri dan berkembang sejak tahun 2004 sebagai sebuah managemen pengelolaan areal Bumi Perkemahan seluas 20,000 m2 yang

terletak pada koordinat 03 ˚ 41΄ 42˝ s/d 03˚ 41΄ 33.0˝ LU dan 098˚ 04΄ 11,5˝ s/d 098˚ 04΄ 16.0˝ BT di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Kawasan Ekowisata Tangkahan. Dimana CGM mengelola seluruh kegiatan dan kunjungan diareal Bumi Perkemahan tersebut. Tingkat kunjungan di areal Bumi Perkemahan sangat berfluktuatif tergantung pada masa liburan pelajar dan mahasiwa sebagai pangsa pasar utama dari pengelolaan Bumi Perkemahan tersebut. Pada pertengahan Juni 2009 dengan menggunakan anggaran dana dari GEF/SGP Indonesia Lembaga Pariwisata Tangkahan mengalokasikan sarana prasarana untuk mengoptimalkan pengembangan Camping Ground pada beberapa kebutuhan yang sangat vital. Untuk melakukan diversifiaksi produk wisatanya akan dikembangkan program outbound dan alam bebas lainnya agar BUML ini memberikan manfaat yang lebih besar terhadap kawasan Tangkahan.


(64)

4.2 Penyajian Data

Peluang bisnis pada obyek wisata Tangkahan dapat ditentukan oleh dua faktor yang sangat penting yaitu faktor permintaan dan faktor penawaran yang dimiliki oleh obyek wisata ini. Faktor penawaran pada obyek wisata Tangkahan terdapat pada daya tarik wisata yaitu kondisi lingkungan tangkahan yang sejuk, bersih, dan masih sangat alami menjadi keunikan tersendiri bagi wisatawan. selain itu pengelolaan obyek wisata yang sangat bersih dan tertata rapi juga menjadi faktor penawaran yang menyebabkan adanya kunjungan wisatawan ke obyek wisata Tangkahan.

Faktor permintaan pada obyek wisata Tangkahan dapat dilihat dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2013 dan 2014 tercatat presentase peningkatan jumlah kunjungan wisatawan sekitar 29% untuk wisatawan mancanegara dan sekitar 92% untuk wisatawan lokal. Peningkatan kunjungan wisatawan tiap tahunnya pada obyek wisata Tangkahan membuat terjadinya perputaran uang yang cukup besar yaitu sekitar 3 miliar pertahunnya.

Kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal sangat berpengaruh terhadap keberadaan rumah makan, penginapan serta para guide. Peningkatan jumlah wisatawan sangat diharapkan oleh para pelaku usaha untuk dapat bertahan dalam melakukan aktivitas perekonomian.

Wisatawan sangat berperan penting dalam menujang setiap aktivitas yang ada dilingkungan obyek wisata Tangkahan. Tidak hanya menunjang aktivitas komersial namun juga untuk pengembangan usaha-usaha yang ada di kawasan obyek wisata Tangkahan. Keberadaan pedagang makanan, rumah makan, sewa ban, jasa penyeberangan rakit, jasa penyebrangan jembatan, dan jasa guide.


(1)

Lampiran 5 Usaha Warung

Warung makan di samping kantor visitor center


(2)

Lampiran 6 Usaha rakit penyeberangan dan Kafe

Rakit Penyeberangan


(3)

Lampiran 7 Usaha Musiman

Masyarakat yang berjualan makanan dan minuman


(4)

Lampiran 8 Obyek Wisata Tangkahan

Sungai Buluh


(5)

Hutan di Tangkahan


(6)

Lampiran 9 CTO