Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mitos Gunung Suci: Studi Historis Kultur Gunung Mutis dalam Imajinasi Masyarakat Mollo T2 752015020 BAB I

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latang belakang

Bagi masyarakat tradisional, alam dan segala materinya baik makhluk hidup, benda mati, dan segala energi yang ada adalah dunia religi mereka. Dalam konstruksi batin yang demikian, maka kerap kali terdapat kepercayaan bahwa sesuatu yang terdapat di alam adalah perpanjangan tangan Dewa-dewa, Roh leluhur, atau yang Maha Kuasa. Sehingga segala bentuk aktivitas religi masyarakat tradisional begitu dekat dengan lingkungan alamnya. Dalam konsepsi kebatinan masyarakat tradisional seringkali hadir mitos-mitos tentang asal mula kehidupan, penciptaan manusia pertama, hukum karma, ajaran moral kehidupan, dewa-dewi kehidupan, Hari Penghabisan, hingga adanya negeri impian, ideal atau surga pasca kehidupan di dunia.

Menurut Mercie Eliade, mitos adalah hasil manusia arkhais, dalam melukiskan lintasan supernatural ke dalam dunia mitos, yang dalam hal ini, telah menguak sebuah tabir misteri dengan mewahyukan peristiwa-peristiwa primodial yang sampai sekarang ini masih diceritakan kembali dan dapat direprentasi, misalnya upacara-upacara ritual1.

Mitos juga muncul pada masyarakat Dawan yang merupakan suku asli dari Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sebelum terbentuknya Kabupaten Timor Tengah Selatan. Masyarakat Dawan sendiri, mempunyai mitos bahwa gunung merupakan tempat kediaman Roh leluhur mereka. Dari mitos ini masyarakat Dawan mempunyai imajinasi mengenai gunung sebagai tempat yang suci yang memberikan mereka kehidupan. Salah satu gunung yang disakralkan oleh masyarakat Dawan yaitu gunung Mutis. Gunung Mutis sendiri berarti mencair atau menetes.

1

Mercie Eliade (peny), the encylopedia of religion, vol 10, (Nyu York: Moab-Nuad Macmillkan Publishing Company, 1987),hal 261


(2)

Mutis bagi masyarakat Timor, Nusa Tenggara Timur, dikenal sebagai gunung tertinggi dengan ketinggian 2.427 meter di atas permukaan laut, berada di batas dua daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS).

Gunung Mutis tak hanya memiliki panorama alamnya nan eksotik, namun juga menyimpan selaksa cerita mistis, magis dan historis. Masyarakat sekitar lereng Mutis yang dikenal dengan suku Dawan, sangat menghormati keberadaan Gunung Mutis yang keramat itu.

Puncak Mutis, yang tersimpan mistis dan historis itulah, menurut masyarakat Dawan di Timor, memiliki penjaga dan penguasa tertinggi, hingga seluruh lapisan di lerengnya. Masyarakat Mollo sangat menghargai Gunung Mutis karena, gunung dalam kosmologi orang Timor gunung merupakan suatu simbol sakral yang merupakan manifestasi keadaan dengan leluhur mereka. Masyarakat Mollo menganggap bahwa nenek moyang mereka berasal dari Gunung Mutis.2 Menurut masyarak Mollo, awalnya nenek moyang mereka datang dari wilayah Hindia belakang ke kepulau Timor dan menempati wilayah di sekitar Gunung Mutis, dan mereka memutuskan untuk tinggal di Gunung Mutis, karena di atas Gunung Mutis terdapat empat sumber air dan tumbuh-tumbuhan yang dapat mereka konsumsi. Namun oleh karena di atas gunung terdapat banyak binatang buas sehingga mereka menyebar kesebagian pulai Timor untuk menetap di wilayah-wilayah Timor lainnya. Mata air dari Gunung Mutis yang mengalir memberi kehidupan pada masyarakat sekitar Gunung Mutis dan sekitarnya, keempat mata air tersebut yaitu Noel pune yang mengalir ke sungai Noel mina, sungai terpanjang di kabupaten Timor Tengah Selatan, yang kedua sungaiNoel neanin yang mengalir ke wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, yang ketiga Noel aplai yang mengalir ke wilayah Timor Leste, dan yang keempat Noel Lelo yang mengalir ke wilayah Kupang. Keempat mata air besar ini yang memberi kehidupan kepada sebagian besar wilaya daratan Timor besar,

2

Eben Nuban Timo, Pemberita Firman : Pencinta Budaya, Mendengar dan Melihat Karya Allah dalam Tradisi. Jakarta. BPK Gunung Mulia, 2005.39


(3)

sehingga menurut keyakinan mereka bahwa Gunung Mutis adalah seorang nenek yang masih hidup yang menyusui masyarakat TTS, Amfoang, Benenain, Noel mina dan Alor. 3

Gunung batu sebagai salah satu fenomena geografi di Timor oleh masyarakat dawan, khususnya masyarakat Mollo memiliki nilai mistik-magis dan dianggap suci sehingga harus dihormati. Bila tidak maka akan mendatangkan musibah atau bencana berupa longsor, angin kencang, kekeringan dll. Tradisi ini dipertegas dalam filosofi orang Timor tentang alam (bumi). Bumi diidentifikasikan sesuai dengan struktur fital tubuh manusia. Tanah ( Naijan ) dilihatnya sebagai daging, Batu ( fatu ) dipandangnya sebagai tulang, Air ( oel ) adalah darah yang terus mengalir dalam tubuh dan Hutan adalah paru-paru ( Faf ) yaitu yang merakit dan menyatukan semua unsur ini4. Oleh karena itu masyarakat Mollo sangat menghargai batu atau gunung yang adalah rumah mereka.

Kawasan Gunung Mutis, Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari hadirnya gunung-gunung batu yang oleh masyarakat setempat disebut Faut Kanaf dan mata air di bawah kaki

Faut Kanaf yang disebut dengan nama Oe Kanaf atau air dari batu. Menurut masyarakat sekitar Gunung Mutis bahwa bukit-bukit batu yang merupakan mengandung unsur marmer ini oleh masyarakat bermanfaat sebagai sumber kehidupan. Gunung-gunung batu dari alam semesta adalah anugerah kehidupan yang sempurna, karena merupakan pusat alam semesta bagi Orang Mollo, bagi mereka gunung-gunung batu yang memberikan kehidupan pada masyarakat Mollo, karena dari gunung-gunung itu mengalir mata air dan juga memberikan lahan untuk bertani dan beternak dan itu menjadi mata pencarian masyarakat Mollo sampai saat ini. Namun para investor mulai datang mengusik kawasan Gunung Mutis. Mereka ingin mengeruk bukit-bukit batu marmer yang menjanjikan keuntungan berlipat ganda. Hadirnya

3

Bapak mateos Anin, Tokoh masyarakat. Wawancara, fia tlpn, taggl september 2015, Pukul 19.00 Wit

4

Olif Kause, Naitapan Batu Keramat (Studi Tentang Pengkeramatan Batu Naetapan dan Dampaknya Bagi Masyarakat Desa Tunua, Kabupaten Timor Tengah Selatan Tesis, salatiga; Program Pa sca-Sarjana Magister sosiologi Agama, 2013, hlm 3


(4)

sejumlah perusahaan penambangan yang mendapat ijin eksploitasi dengan mengantongi sejumlah dokumen resmi menambah deretan kecemasan masyarakat Fatumnasi dan sekitarnya. Investor asing ini menuai aksi penolakan warga.

Ibu Aleta Baun seorang pejuang perempuan masyarakat adat Mollo menyatakan kekesalan atas prilaku eksploitatif investor yang bekerjasama dengan pemerintah untuk menambang marmer dari Faut Kanaf adalah suatu tindakan yang sangat tidak berpihak pada kearifan masyarakat dan keberlangsungan tata-hidrology demi keberlangsungan hidup masyarakat. Di samping alasan yang bersifat ekologis, ada pula alasan yang di dasarkan pada kultur atau kebudayaan masyarakat setempat. Batu yang sering mereka sebut Faot Kanaf

memiliki hubungan langsung dengan sejarah enam belas marga masyarakat Mollo yang tersebar di daratan pulau Timor. Hal inilah yang menentukan identitas masyarakat Mollo, sehingga masyarakat tidak pernah mengenal istilah marmer untuk ditambang. Masyarakat hanya mengenal batu yang telah menghidupi masyarakat selama ini.5

Oleh karena mitologi masyarakat Mollo yang kuat mengenai gunung sebagai gunung yang sakral dan suci inilah yang mendorong mereka dengan berbagai cara mempertahankan kekayaan alam dan idenentitas mereka, karena menurut mereka Situs-situs ritual adat sejak nenek moyang mereka ada sana. Bahkan benda-benda situs yang dijadikan ritual adat juga bisa saja hilang diambil mereka, melihat kondisi ini masyarakat Mollo tidak dapat menerima dan akhirnya mereka mulai bertindak, dengan berbagai cara mereka berjuang untuk menolak pertambangan tersebut, sekalipun mereka harus diancam namum mereka tetap mempertaruhkan nyawa mereka untuk tetap mempertahankan apa yang menjadi hak dan kekayaan mereka, beberapa upaya dilakukan oleh masyarakat Mollo dengan melaporkan

5

Malianti Banoet, perjuangan amam Aleta Baun dan kelompoknya menolak pertambangan marmer di Fatu Nausus, desa Faku Koto, kecamatan Mollo utara, Kabupaten TTS, Skripsi, Kupan, 2014, hal. 19


(5)

perusahaan itu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jakarta. Mereka juga melakukan upacara adat dengan sumpah adat berupa fanu.6

Setiap masyarakat memiliki mitos-mitos, baik itu yang menyangkut asal-usul maupun kepercayaan, mitos-mitos tersebut merupakan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat arkhais dan kebudayaan itu juga yang menjadi identitas budaya mereka. Kekayaan tersebut bersumber dari pemikiran manusia yang berkembng menurut waktu dan rasa keingintahuannya tentang dirinya selaku manusia. Sehingga mitos yang ada dalam masyarakat Mollo sangat dihargai dan dijaga oleh masyarakat Mollo pada masa lalu sampai saat ini masih dijaga. Sehingga dari mitos tersebut masyarakat Mollo mempunyai imajinasi mengenai Gunung Mutis sebagai gunung suci. Dari mana leluhur mereka berasal, dan sumber kehidupan mereka dapat dari gunung tersebut, sampai nanti mereka akan kembali ke gunung tersebut. Bertolak dari kenyataan ini, penulis mengajukan tugas akhir dengan judul:

“Mitos Gunung suci” Studi Historis Kultur Gunung Mutis Dalam Imajinasi

Masyarakat Mollo

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka pokok penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan pokok penting yaitu:

1. Apa isi Mitos Gunung Mutis dalam pengetahuan orang Mollo? 2. Apa imajinasi orang Mollo tentang Gunung Mutis?

3. Apa saja pengaruh mitos Gunung Mutis dan imajinasi masyarakat tentang gunung itu bagi masyarakat Mollo?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dipahami bahwa mitologi masyarakat dawan merupakan upaya masyarakat mencari makna dari kenyataan masa kini yang mereka hadapi di dalam tindakan-tindakan Primal-history yang dilakukan leluhur yang mereka

6

Fanu adalah : Syair-syair perang, yaitu kata-kata dalam bentuk sayair yang mengandung kuasa magis untuk mencelakankan musuh. Dan menekan kekuatan musuh. Juga merupakan ikrar kesetiaan kepada leluhur


(6)

sembah dalam komunitas tersebut.7 Dalam upayah mencari makna yang dilakukan masyakat Mollo lewat imajinasi mereka terhadap mitos yang berkembang dan menjadi identitas budaya mereka maka tujuan akhir dari penilitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan varian-varian mitos Gunung Mutis yang beredar dalam masyarakat Mollo

2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk imajinasi orang Mollo tentang Gunung Mutis 3. Menganalisa bentuk-bentuk pengaruh mitos Gunung Mutis dan imajinasi masyarakat

Mollo terhadap gunung itu dalam perilaku masyarakat Mollo 1.2 Metode penelitian

Penelitian ini hendak mengkaji pemahaman masyarakat Mollo megenai imajinasi mereka terhadap mitologi Mutis Gunung suci yang telah menjadi kepercayaan masyarakat Mollo. Bagaimana mereka berimajinasi terhadap gunung yang menurut mitos bahwa masyarakat dawan berasal dari gunung tersebut. Dan juga bagaimana pemahaman mereka terhadap mitos tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau realitas sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah atau unit yang diteliti8.

Selanjutnya, pendekatan kualitatif ini akan dianalisa secara hermeneutik, yaitu meneliti suatu peristiwa dalam tulisan-tulisan melalui refleksi terhadap realitas sosial dengan mengkombinasikan argumentasi serta pertimbangan guna mengidentifikasi dan menjelaskan tulisan-tulisan yang berakar dari sejarah suatu masyarakat tentang bagaimana tulisan-tulisan itu terbentuk dan di warnai perspektif keagamaan dari para penulis atau editor 9.

7

Weldemina Yudit Tiwery, Teologi Ina, Terkahir dari rahim Maluku, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015, xix

8

Sanafiah, Faisal, Format-Format Penilitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 20

9

A. A Sitompil dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiaran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mila, 1999)169-171


(7)

1.2.1 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu pengambilan data yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk terstuktur dan tidak terstruktur. Wawancara yang terstruktur merupakan bentuk wawancara yang sudah diarahkan oleh sejumlah daftar pertanyaan, tidak menutup kemungkinan memunculkan pertanyaan baru yang idenya muncul secara spontan sesuai dengan konteks pembicaran yang dilakukan10. Dalam melakukan penelitian, penulis akan mengadakan wawancara dengan tetua adat dan masyarakat desa Fatumnasi.

2. Observasi

Observasi dilakukan terhadap tua adat yang menjadi juru kunci dari Gunung Mutis, dan juga akan mengadakan wawancara dengan tetua adat dan masyarakat setempat. Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk membantu dalam pengumpulan data sebagaimana yang diharapkan dari penyusunan

3. Studi Pustaka

Studi pustaka bermanfaat untuk menyusun landasan teoritis yang akan menjadi tolak ukur untuk menganalisis hasil interpretasi data penelitian lapangan guna menjawab pertanyaan pada rumusan dan tujuan masalah, serta penyusunan kerangka teoritik untuk menyusun hipotesis dan membuktikan hipotesa masalah yang diteliti.

10


(8)

1.2.2 Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap yaitu: analisis tahap penjelajahan (sebelum masuk lapangan). Dalam bagian ini penulis melakukan analisis terhadap masalah yang telah ditetapkan dalam rumusan masalah penelitian. Hal inilah yang menjadi modal utama penulis untuk mengumpulkan data-data yang terfokus sesuai permasalahan penelitian. Selanjutnya, ketika turun ke lapangan dan data telah terkumpul dari berbagai sumber baik data primer maupun data sekunder, maka penulis akan mulai melakukan analisis data, yaitu melakukan rangkuman atau pengelompokkan data-data yang paling penting dan mendekati permasalahan penelitian. Setelah mereduksi data, maka langkah berikutnya adalah penyajian data (data display) dimana data sudah lebih teroganisir, tersusun dalam pola hubungan sehingga data semakin mudah dipahami. Dengan mendisplaykan data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dan verifikasi terhadap data. Selanjutnya penulis akan mulai melakukan analisa data menggunakan teori-teori tentang mitos. Gunung Suci, imajinasi dan identitas sosial. Teknik analisis reduksi data, display data dan verifikasi data diambil mengikuti konsep Miles and Huberman dalam ( Sugiyono : 2006, 24). Selanjutnya verifikasi data dapat dilakukan dengan cara Triangulasi yaitu membandingkan hasil wawancara, observasi, dan data-data tertulis.11

11


(9)

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian yaitu:

1. Tulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangsih teoritis tentang bagaimana Imajinasi masyatakat dawan terhadap mitologi Mutis Gunung suci bagi masyarakat Mollo

2. Tulisan ini diharapkan akan menambah pengetahuan pembaca tentang pentingnya pemahaman masyarakat saat ini mengenai mitos asal yang ada dalam masyarakat tradisonal sebagai sebuah kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan, karena merupakan sejarah asal-usul dari masyarakat modern yang ada pada zaman sekarang ini.

3. Tulisan ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pada masyarakat dawan, Khususnya masyarakat Mollo dalam menjaga dan melestarikan mitos, cerita rakyat yang ada dalam masyarakat mereka sebagai sesuatu yang harus di pertahankan karena darinya mereka dapat mengetahui sejarah dan keadaan awal kehidupan masa lalu mereka.

1.4 Sistematika Penulisan

BAGIAN I : Bab ini berisikan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data,teknik analisis data dan sistematika penulisan.

BAGIAN II: Dalam bab ini akan dibahas mengenai landasan teori yang berisi paparan teorimitos, Tabu, magis, sakral, keramat, imajinasi, dan perilaku sosial.


(10)

BAGIAN III: Dalam bab ini akan dipaparkan gambaran umum Gunung Mutis dan kehidupan sosial masyarakat Mollo dan juga hasil penelitian yang memuat data yang berhasil diteliti dan dikumpulkan yaitu tentang imajinasi masyarakat Mollo tentang mitos Gunung Mutis.

BAGIAN IV: Dalam bab ini berisikan analisis data hasil penelitian mengenai imajinasi masyarakat Mollo terhadap mitos Gunung Mutis, Gunung Suci. Dalam bab ini dibahas kesinambungan antara kerangka konseptual dengan hasil penelitian yang di dapat di lapangan.

BAGIAN V : Dalam bab ini merupakan akhir dari penulisan karya ini, dan akan ditutup dengan kesimpulan yang berisi refleksi tentang imajinasi masyarakat dawan terhadap mitos Gunung Mutis.


(1)

perusahaan itu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jakarta. Mereka juga melakukan upacara adat dengan sumpah adat berupa fanu.6

Setiap masyarakat memiliki mitos-mitos, baik itu yang menyangkut asal-usul maupun kepercayaan, mitos-mitos tersebut merupakan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat arkhais dan kebudayaan itu juga yang menjadi identitas budaya mereka. Kekayaan tersebut bersumber dari pemikiran manusia yang berkembng menurut waktu dan rasa keingintahuannya tentang dirinya selaku manusia. Sehingga mitos yang ada dalam masyarakat Mollo sangat dihargai dan dijaga oleh masyarakat Mollo pada masa lalu sampai saat ini masih dijaga. Sehingga dari mitos tersebut masyarakat Mollo mempunyai imajinasi mengenai Gunung Mutis sebagai gunung suci. Dari mana leluhur mereka berasal, dan sumber kehidupan mereka dapat dari gunung tersebut, sampai nanti mereka akan kembali ke gunung tersebut. Bertolak dari kenyataan ini, penulis mengajukan tugas akhir dengan judul:

“Mitos Gunung suci” Studi Historis Kultur Gunung Mutis Dalam Imajinasi Masyarakat Mollo

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka pokok penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan pokok penting yaitu:

1. Apa isi Mitos Gunung Mutis dalam pengetahuan orang Mollo? 2. Apa imajinasi orang Mollo tentang Gunung Mutis?

3. Apa saja pengaruh mitos Gunung Mutis dan imajinasi masyarakat tentang gunung itu bagi masyarakat Mollo?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dipahami bahwa mitologi masyarakat dawan merupakan upaya masyarakat mencari makna dari kenyataan masa kini yang mereka hadapi di dalam tindakan-tindakan Primal-history yang dilakukan leluhur yang mereka

6

Fanu adalah : Syair-syair perang, yaitu kata-kata dalam bentuk sayair yang mengandung kuasa magis untuk mencelakankan musuh. Dan menekan kekuatan musuh. Juga merupakan ikrar kesetiaan kepada leluhur


(2)

sembah dalam komunitas tersebut.7 Dalam upayah mencari makna yang dilakukan masyakat Mollo lewat imajinasi mereka terhadap mitos yang berkembang dan menjadi identitas budaya mereka maka tujuan akhir dari penilitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan varian-varian mitos Gunung Mutis yang beredar dalam masyarakat Mollo

2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk imajinasi orang Mollo tentang Gunung Mutis 3. Menganalisa bentuk-bentuk pengaruh mitos Gunung Mutis dan imajinasi masyarakat

Mollo terhadap gunung itu dalam perilaku masyarakat Mollo 1.2 Metode penelitian

Penelitian ini hendak mengkaji pemahaman masyarakat Mollo megenai imajinasi mereka terhadap mitologi Mutis Gunung suci yang telah menjadi kepercayaan masyarakat Mollo. Bagaimana mereka berimajinasi terhadap gunung yang menurut mitos bahwa masyarakat dawan berasal dari gunung tersebut. Dan juga bagaimana pemahaman mereka terhadap mitos tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau realitas sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah atau unit yang diteliti8.

Selanjutnya, pendekatan kualitatif ini akan dianalisa secara hermeneutik, yaitu meneliti suatu peristiwa dalam tulisan-tulisan melalui refleksi terhadap realitas sosial dengan mengkombinasikan argumentasi serta pertimbangan guna mengidentifikasi dan menjelaskan tulisan-tulisan yang berakar dari sejarah suatu masyarakat tentang bagaimana tulisan-tulisan itu terbentuk dan di warnai perspektif keagamaan dari para penulis atau editor 9.

7

Weldemina Yudit Tiwery, Teologi Ina, Terkahir dari rahim Maluku, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015, xix

8

Sanafiah, Faisal, Format-Format Penilitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 20

9

A. A Sitompil dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiaran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mila, 1999)169-171


(3)

1.2.1 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu pengambilan data yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk terstuktur dan tidak terstruktur. Wawancara yang terstruktur merupakan bentuk wawancara yang sudah diarahkan oleh sejumlah daftar pertanyaan, tidak menutup kemungkinan memunculkan pertanyaan baru yang idenya muncul secara spontan sesuai dengan konteks pembicaran yang dilakukan10. Dalam melakukan penelitian, penulis akan mengadakan wawancara dengan tetua adat dan masyarakat desa Fatumnasi.

2. Observasi

Observasi dilakukan terhadap tua adat yang menjadi juru kunci dari Gunung Mutis, dan juga akan mengadakan wawancara dengan tetua adat dan masyarakat setempat. Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk membantu dalam pengumpulan data sebagaimana yang diharapkan dari penyusunan

3. Studi Pustaka

Studi pustaka bermanfaat untuk menyusun landasan teoritis yang akan menjadi tolak ukur untuk menganalisis hasil interpretasi data penelitian lapangan guna menjawab pertanyaan pada rumusan dan tujuan masalah, serta penyusunan kerangka teoritik untuk menyusun hipotesis dan membuktikan hipotesa masalah yang diteliti.

10


(4)

1.2.2 Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap yaitu: analisis tahap penjelajahan (sebelum masuk lapangan). Dalam bagian ini penulis melakukan analisis terhadap masalah yang telah ditetapkan dalam rumusan masalah penelitian. Hal inilah yang menjadi modal utama penulis untuk mengumpulkan data-data yang terfokus sesuai permasalahan penelitian. Selanjutnya, ketika turun ke lapangan dan data telah terkumpul dari berbagai sumber baik data primer maupun data sekunder, maka penulis akan mulai melakukan analisis data, yaitu melakukan rangkuman atau pengelompokkan data-data yang paling penting dan mendekati permasalahan penelitian. Setelah mereduksi data, maka langkah berikutnya adalah penyajian data (data display) dimana data sudah lebih teroganisir, tersusun dalam pola hubungan sehingga data semakin mudah dipahami. Dengan mendisplaykan data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dan verifikasi terhadap data. Selanjutnya penulis akan mulai melakukan analisa data menggunakan teori-teori tentang mitos. Gunung Suci, imajinasi dan identitas sosial. Teknik analisis reduksi data, display data dan verifikasi data diambil mengikuti konsep Miles and Huberman dalam ( Sugiyono : 2006, 24). Selanjutnya verifikasi data dapat dilakukan dengan cara Triangulasi yaitu membandingkan hasil wawancara, observasi, dan data-data tertulis.11

11


(5)

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian yaitu:

1. Tulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangsih teoritis tentang bagaimana Imajinasi masyatakat dawan terhadap mitologi Mutis Gunung suci bagi masyarakat Mollo

2. Tulisan ini diharapkan akan menambah pengetahuan pembaca tentang pentingnya pemahaman masyarakat saat ini mengenai mitos asal yang ada dalam masyarakat tradisonal sebagai sebuah kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan, karena merupakan sejarah asal-usul dari masyarakat modern yang ada pada zaman sekarang ini.

3. Tulisan ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pada masyarakat dawan, Khususnya masyarakat Mollo dalam menjaga dan melestarikan mitos, cerita rakyat yang ada dalam masyarakat mereka sebagai sesuatu yang harus di pertahankan karena darinya mereka dapat mengetahui sejarah dan keadaan awal kehidupan masa lalu mereka.

1.4 Sistematika Penulisan

BAGIAN I : Bab ini berisikan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data,teknik analisis data dan sistematika penulisan.

BAGIAN II: Dalam bab ini akan dibahas mengenai landasan teori yang berisi paparan teorimitos, Tabu, magis, sakral, keramat, imajinasi, dan perilaku sosial.


(6)

BAGIAN III: Dalam bab ini akan dipaparkan gambaran umum Gunung Mutis dan kehidupan sosial masyarakat Mollo dan juga hasil penelitian yang memuat data yang berhasil diteliti dan dikumpulkan yaitu tentang imajinasi masyarakat Mollo tentang mitos Gunung Mutis.

BAGIAN IV: Dalam bab ini berisikan analisis data hasil penelitian mengenai imajinasi masyarakat Mollo terhadap mitos Gunung Mutis, Gunung Suci. Dalam bab ini dibahas kesinambungan antara kerangka konseptual dengan hasil penelitian yang di dapat di lapangan.

BAGIAN V : Dalam bab ini merupakan akhir dari penulisan karya ini, dan akan ditutup dengan kesimpulan yang berisi refleksi tentang imajinasi masyarakat dawan terhadap mitos Gunung Mutis.


Dokumen yang terkait

Konservasi Hutan Gunung Mutis oleh Masyarakat Mollo, Nusa Tenggara Timur

1 15 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Ngalap Berkah Gunung Kemukus dalam Perspektif Kejawen T2 752014015 BAB I

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Ngalap Berkah Gunung Kemukus dalam Perspektif Kejawen T2 752014015 BAB II

0 3 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Ngalap Berkah Gunung Kemukus dalam Perspektif Kejawen T2 752014015 BAB IV

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Ngalap Berkah Gunung Kemukus dalam Perspektif Kejawen T2 752014015 BAB V

0 1 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mitos Gunung Suci: Studi Historis Kultur Gunung Mutis dalam Imajinasi Masyarakat Mollo

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mitos Gunung Suci: Studi Historis Kultur Gunung Mutis dalam Imajinasi Masyarakat Mollo T2 752015020 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mitos Gunung Suci: Studi Historis Kultur Gunung Mutis dalam Imajinasi Masyarakat Mollo T2 752015020 BAB II

1 7 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mitos Gunung Suci: Studi Historis Kultur Gunung Mutis dalam Imajinasi Masyarakat Mollo T2 752015020 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tunggu Gunung Kudu Wareg : Studi Dinamika Masyarakat Desa dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal T2 092013008 BAB I

0 0 8