Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan merupakan hal yang penting dan merupakan sebagian dari
masalah-masalah yang paling sering dibahas dalam organisasi. Jika sebuah
organisasi berhasil dan terkenal, maka pertanyaan yang sering dilontarkan adalah
siapa pemimpinnya, bagaimana sistem atau gaya kepemimpinan yang
diterapkannya sehingga organisasi yang dipimpinnya bisa sukses. Kasus ini
menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan satu hal yang mempengaruhi
jalannya suatu organisasi.
Salah satu komponen yang membentuk kepemimpinan adalah pemimpin.
Pemimpin adalah orang nomor satu dalam organisasi. Seseorang yang dianggap
lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih, kemudian
diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang
lainnya. Pemimpin merupakan simbol organisasi. Pemimpin dihormati oleh
anggotanya maupun orang lain yang mengetahui jabatannya. Mendengar kata
pemimpin, hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah bertanggung jawab,
diakui, bijaksana, tegas, pandai memerintah, berkarisma, didengarkan anggotanya,
bersinar, punya prinsip, sederhana, mudah diajak berbicara atau bernegosiasi,
pintar, pandai mengambil keputusan, mampu memecahkan masalah, jujur, tidak
munafik. Terlepas dari sini, pemimpin akan dianggap tidak mampu menjalankan
roda organisasi dengan baik.
Pandangan-pandangan yang telah disebutkan sebelumnya mengenai
pemimpin merupakan pandangan yang beralasan. Karena, pemimpin memang
memiliki peran dan tanggung jawab yang mempengaruhi perjalanan organisasi.
Seperti yang diungkapkan Burt Nanus, seorang pemimpin dapat berperan sebagai
berikut. (1) Pemberi arahan, sehingga efektivitas dan efisien pelaksanaan dalam
upaya pencapaian tujuan dapat diketahui, (2) agen perubahan, pemimpin berperan
sebagai katalisator perubahan pada lingkungan internal, (3) pembicara, pembicara
ahli, pendengar yang baik, dan penentu visi organisasi merupakan penasihat dan
negosiator organisasi dengan pihak luar, (4) pembina, memberdayakan individu-
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
individu dalam organisasinya dan mengarahkan perilaku mereka sesuai visi yang
telah dirumuskan. Sedangkan, menurut Djanalis Djanaid, peran/fungsi pemimpin
adalah sebagai berikut. (1) Sebagai pengambil keputusan, (2) memotivasi anak
buah, (3) sebagai sumber informasi, (4) menciptakan inspirasi, (5) menciptakan
keadilan, (6) sebagai katalisator, (7) sebagai wakil organisasi, (8) menyelesaikan
konflik, (9) memberi sugesti pada anak buah ( dalam Ardana, dkk., 2008:101).
Bahkan, menurut Ardana, dkk. , kepemimpinan adalah merupakan intisari dari
manajemen organisasi, sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas
yang terjadi dalam suatu organisasi. Jadi, kepemimpinan merupakan faktor yang
sangat penting dalam menggiring dan mempengaruhi prestasi organisasi (Ardana,
dkk, 2008:89).
Sebuah peranan yang sama dimainkan oleh seorang pemimpin tidak akan
sama hasilnya dengan pemimpin yang lain. Karena setiap pemimpin memiliki
gayanya
masing-masing
dalam
menjalankan
fungsinya.
Pengalaman,
pengetahuan, pandangan, latar belakang sosial, usia, lingkungan, keinginan
mempengaruhi gaya seorang pemimpin. Beberapa ahli setuju bahwa gaya
kepemimpinan seseorang tidak berubah menghadapi situasi yang bagaimanapun.
Jika seseorang, pada hakikatnya memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang otokratik,
gaya kepemimpinannya pun akan otokratik pula, terlepas dari situasi
organisasional yang dihadapinya.
Namun, sebagian ahli lagi setuju bahwa gaya kepemimpinan seseorang
sangat bersifat situasional. Hal ini berarti bahwa tidak ada seorang pimpinan yang
sangat konsisten menggunakan satu gaya kepemimpinan tertentu terlepas dari
situasi yang dihadapinya. Seorang pimpinan yang paling otokratik sekali pun akan
mengubah gaya kepemimpinannya yang otokratik itu dengan gaya lain, misalnya
gaya yang agak demokratik, apabila situasi tertentu menuntutnya, terutama
apabila konsistensi menggunakan gaya yang otokratik dapat membahayakan
kedudukannya
sebagai
pimpinan.
Sebaliknya,
seseorang
yang
biasanya
menggunakan gaya kepemimpinan demokratik mungkin saja bertindak otoriter
apabila situasi menghendakinya, seperti dalam hal mengenakan sanksi terhadap
para pelanggar disiplin. Pendapat para ahli ini akan menjadi landasan peneliti
dalam menentukan gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dalam menerapkan gaya kepemimpinannya, pemimpin menggunakan
komunikasi kepada bawahannya dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi
merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
tidak pasti dan selalu berubah-ubah. Organisasi terdiri dari satu seri orang yang
tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan
pertukaran pesan dari orang-orang yang menduduki posisi-posisi tadi melewati
suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Sebagai makhluk yang
berpikir, anggota organisasi memiliki persepsi-persepsi mengenai makna jaringan
komunikasi yang berupa pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan
yang terjadi dalam organisasi. Persepsi-persepsi ini dan juga pengaruhnya
terhadap komunikasi dinamakan iklim komunikasi.
Redding menyatakan bahwa “iklim (komunikasi) organisasi ” jauh lebih
penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam
menciptakan suatu organisasi yang efektif” (dalam Pace dan Faules, 2005 : 147148). Iklim komunikasi, di pihak lain, merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
–suatu evaluasi-makro – mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia,
respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik
antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim
komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang
berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi (Pace dan Faules, 2005:
147).
Penjelasan untuk memahami iklim komunikasi dilakukan dengan cara
analogi oleh Blumenstock. Blumenstock menerangkan bahwa iklim fisik
“mempengaruhi cara hidup kita”: pakaian yang kita kenakan, makanan yang kita
perlukan, rumah yang kita bangun, alat angkutan yang kita pergunakan, jenis
tumbuhan dan hewan di kawasan tersebut. Dengan cara yang serupa, iklim
komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup kita: kepada siapa kita
bicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja
kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang ingin kita capai, dan bagaimana
cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi. Iklim komunikasi penting karena
mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota
organisasi. Dengan mengetahui sesuatu tentang iklim suatu organisasi, kita dapat
memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap
dengan cara-cara tertentu (dalam Pace dan Faules, 2005 : 147-148).
Komunikasi yang digunakan pemimpin dalam penyampaian dan
penerapan gaya kepemimpinannya akan menimbulkan persepsi-persepsi dari
anggotanya. Hal inilah yang akan menjadi inti dari pembahasan karya tulis ini.
Penelitian-penelitian terdahulu membahas mengenai iklim komunikasi dan
efektivitas kerja karyawan di sebuah perusahaan, maupun kepemimpinan di suatu
wilayah. Peneliti ingin meneliti hal yang berbeda, yaitu meneliti organisasi
kemahasiswaan.
Dalam organisasi kemahasiswaan, pemimpin tidak begitu terlihat sebagai
seorang pemimpin dalam kesehariannya. Seorang pemimpin mahasiswa tampak
menjadi seorang pemimpin yaitu saat rapat, kegiatan organisasi, dan urusan yang
berkaitan dengan urusan organisasi. Dalam kesehariannya, dia tetap menjadi
teman dari anggota-anggotanya yang kemungkinan adalah teman sebaya. Peranan
kepemimpinan mahasiswa terhadap iklim komunikasi di organisasinya dengan
kepemimpinan yang tidak begitu terlihat dalam kesehariannya.
Universitas Sumatera Utara sebagai universitas terbesar di Sumatera
memiliki banyak organisasi kemahasiswaan dalam naungannya, baik itu tingkat
departemen, fakultas dan universitas. Contoh organisasi tingkat departemen
adalah Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI), tingkat
fakultas adalah Pemerintahan Mahasiswa FISIP USU (PEMA FISIP USU), dan
tingkat universitas adalah Resimen Mahasiswa (Menwa), Korps Mahasiswa
Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup (KOMPAS-USU), SAHIVA-USU,
Pers Mahasiswa SUARA USU, Paduan Suara USU, Pramuka. Peneliti tertarik
meneliti organisasi kemahasiswaan tingkat universitas yaitu KOMPAS-USU.
Karena organisasi tingkat universitas, anggotanya lebih beragam yang berasal dari
berbagai fakultas, sehingga memungkinkan lebih banyaknya persepsi untuk
mengukur iklim komunikasi. Sebagai organisasi mahasiswa tingkat universitas,
KOMPAS-USU merupakan organisasi mahasiswa yang berlatar belakang cinta
alam dan hobi yang anggotanya berasal dari hampir setiap fakultas di Universitas
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara, memang ada juga organisasi mahasiswa pencinta alam di tingkat
fakultas, seperti : Natural Justice (Fakultas Hukum USU), Gemapala (Fakultas
Ilmu Budaya USU), Parintal (Fakultas Pertanian USU), Rimbapala (Departemen
Kehutanan).
KOMPAS-USU adalah organisasi mahasiswa yang unik. Organisasi
kemahasiswaan yang dibentuk untuk menyalurkan hobi dan peduli lingkungan,
tetapi tegas dan disiplin. KOMPAS-USU terbentuk pada 06 Oktober 1980, dan
sudah mengalami beberapa kali berganti kepemimpinan selama lebih dari 33
tahun. Anggota KOMPAS-USU adalah mahasiswa aktif Universitas Sumatera
Utara dari fakultas, jurusan, dan angkatan yang berbeda. KOMPAS-USU
merupakan organisasi mahasiswa dalam naungan Universitas Sumatera Utara dan
terdaftar di Pembantu Rektor III. Tujuan KOMPAS-USU adalah membina insan
akademis yang sadar, mampu, dan bertanggung jawab untuk melestarikan alam
sebagai lingkungan hidup yang sehat.
Kegiatan mereka dapat kita saksikan dalam media sosial Youtube dengan
mengetikkan kata kunci KOMPAS-USU, seperti : arung jeram, susur gua, naik
gunung, panjat tebing dan konservasi (http://www.youtube.com). Dalam berita
media cetak online, KOMPAS-USU secara rutin mengadakan kegiatan bersihbersih gunung (http://koran-sindo.com, http://kompas-usu.blogspot.com).
Berdasarkan data pra-penelitian, salah satu kegiatan terbaru adalah jelajah
alam dan mengidentifikasi jamur di Gunung Sibuatan, Merek. Mereka bekerja
sama dengan dosen Biologi di Universitas Sumatera Utara yang sedang meneliti
jamur, dan hasilnya mereka menemukan spesies jamur langka di Gunung
Sibuatan. KOMPAS-USU melakukan kegiatan pencinta alam dan belajar. Setelah
kegiatan selesai, mereka akan membuat laporan ilmiah mengenai hasil yang
diperoleh dan hasilnya diserahkan kepada pihak yang bersangkutan, seperti dinas
kehutanan dan masyarakat.
KOMPAS-USU merupakan tempat bertanya bagi mahasiswa pecinta alam
lainnya (khususnya yang berasal dari luar Provinsi Sumatera Utara) mengenai
lokasi alam Sumatera Utara yang dapat mereka datangi dan berbeda dari yang
lain. Lokasi alam yang baru dan lebih menantang. Selain itu, di Sumatera Utara
sendiri, KOMPAS-USU sering diundang menjadi pembicara atau pemateri dalam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
acara penyuluhan/pembekalan yang berkaitan dengan kegiatan di alam. Mereka
juga diundang mengikuti seminar-seminar mahasiswa pecinta alam antar
universitas di Indonesia, seperti : TWKM (Temu Wicara Kenal Medan) ke-25 di
Manado dan dihadiri oleh Ketua KOMPAS-USU sendiri. Ada juga Forum
Mapalasu (Mahasiswa Pecinta Alam Sumatera Utara) untuk mahasiswa pencinta
alam di Sumatera Utara, khususnya Medan.
Kegiatan alam seperti arung jeram, susur gua, konservasi, hutan gunung,
panjat tebing merupakan hal yang menantang dan berbahaya untuk dilakukan,
perlu pengarahan yang jelas dan tegas. Hal ini berpengaruh terhadap proses
penerimaan anggota baru KOMPAS-USU yang mencapai masa orientasi selama 6
bulan untuk bisa menjadi seorang anggota. Dalam masa orientasi tersebut, calon
anggota akan diberikan pengarahan dan pelajaran mengenai kegiatan alam secara
teratur. Pendidikan yang diberikan adalah cara bertahan hidup di alam dengan
kondisi paling buruk. Dengan kata lain, calon anggota dipersiapkan untuk
memiliki keterampilan dan dapat memimpin dirinya sendiri (menjaga diri) dalam
kegiatan di alam. Pada sisi lain, masa orientasi menunjukkan calon-calon anggota
yang kuat dan mampu bertahan dalam waktu lama. Karena anggota-anggota yang
terpilih adalah anggota yang disiplin dan mampu bertahan selama 6 bulan
mengikuti pelajaran.
Perbedaan pendapat dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan sering
terjadi. Kondisi tubuh yang lelah, lapar, dan haus, ditambah dengan komando
yang kadang tidak sesuai dapat mempengaruhi perbedaan pendapat, bahkan bisa
memicu konflik. Untuk memutuskan pendapat siapa yang akan diikuti oleh tim,
membutuhkan pemikiran yang cerdas dan tindakan yang tegas. Teguran dan
hukuman sering dilakukan pada anggota yang melanggar prosedur keselamatan
yang sudah diatur dan disepakati. Dalam hal kedisiplinan, organisasi KOMPASUSU mirip dengan Tentara Negara Indonesia (TNI). Secara disiplin, mereka
dididik dan dilatih dengan tujuan agar mereka dapat menjaga diri sendiri dan
akhirnya mencapai tujuan bersama. Mereka belajar baris-berbaris, belajar bela diri
dan bertahan hidup, latihan kebugaran, menembak, lari-lari secara teratur, belajar
memanjat, merayap, dan menyanyi, menambah semangat mereka untuk berjuang
demi mereka sendiri dan mempertahankan keamanan negara dari ancaman luar.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, kelalaian tidak ditoleransi dan akan diberi sanksi yang tegas, karena
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Namun, di sisi lain, pada saat santai, pemimpin KOMPAS-USU dan
anggota bercanda bersama. Mereka saling ejek dan tertawa, serta tidur bersama di
sekretariat KOMPAS-USU. Tidak ada batasan komunikasi antara pemimpin
(ketua) dengan anggotanya. Walaupun organisasi yang tegas dan disiplin, Saya
berasumsi bahwa tipe kepemimpinan yang sesuai untuk organisasi seperti
KOMPAS-USU adalah tipe yang demokratis yaitu menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. Pemimpinnya harus
memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek
yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Disini
diperlukan pemimpin yang berkarakter dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran kepemimpinan dan iklim
komunikasi yang terjadi di KOMPAS-USU. Kemudian apakah pemimpin tersebut
berperan terhadap iklim komunikasi di KOMPAS-USU.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut :“Apakah Pemimpin Berperan terhadap Iklim Komunikasi di
KOMPAS-USU ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pola kepemimpinan yang ada di KOMPAS-USU.
2. Untuk mengetahui iklim komunikasi yang terjadi di KOMPAS-USU.
3. Untuk mengetahui apakah pemimpin berperan terhadap iklim komunikasi
di KOMPAS-USU.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Secara umum, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya di bidang komunikasi organisasi.
b. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi karya
ilmiah di Departemen Ilmu Komunikasi.
c. Secara teoritis, penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang diperoleh
selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam
bidang komunikasi organisasi, kepemimpinan, dan iklim komunikasi.
b. Bagi KOMPAS-USU, hasil penelitian bisa memberi masukan, khususnya
tentang kepemimpinan.
c. Bagi kalangan akademis, penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi
untuk penelitian sejenis.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan merupakan hal yang penting dan merupakan sebagian dari
masalah-masalah yang paling sering dibahas dalam organisasi. Jika sebuah
organisasi berhasil dan terkenal, maka pertanyaan yang sering dilontarkan adalah
siapa pemimpinnya, bagaimana sistem atau gaya kepemimpinan yang
diterapkannya sehingga organisasi yang dipimpinnya bisa sukses. Kasus ini
menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan satu hal yang mempengaruhi
jalannya suatu organisasi.
Salah satu komponen yang membentuk kepemimpinan adalah pemimpin.
Pemimpin adalah orang nomor satu dalam organisasi. Seseorang yang dianggap
lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih, kemudian
diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang
lainnya. Pemimpin merupakan simbol organisasi. Pemimpin dihormati oleh
anggotanya maupun orang lain yang mengetahui jabatannya. Mendengar kata
pemimpin, hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah bertanggung jawab,
diakui, bijaksana, tegas, pandai memerintah, berkarisma, didengarkan anggotanya,
bersinar, punya prinsip, sederhana, mudah diajak berbicara atau bernegosiasi,
pintar, pandai mengambil keputusan, mampu memecahkan masalah, jujur, tidak
munafik. Terlepas dari sini, pemimpin akan dianggap tidak mampu menjalankan
roda organisasi dengan baik.
Pandangan-pandangan yang telah disebutkan sebelumnya mengenai
pemimpin merupakan pandangan yang beralasan. Karena, pemimpin memang
memiliki peran dan tanggung jawab yang mempengaruhi perjalanan organisasi.
Seperti yang diungkapkan Burt Nanus, seorang pemimpin dapat berperan sebagai
berikut. (1) Pemberi arahan, sehingga efektivitas dan efisien pelaksanaan dalam
upaya pencapaian tujuan dapat diketahui, (2) agen perubahan, pemimpin berperan
sebagai katalisator perubahan pada lingkungan internal, (3) pembicara, pembicara
ahli, pendengar yang baik, dan penentu visi organisasi merupakan penasihat dan
negosiator organisasi dengan pihak luar, (4) pembina, memberdayakan individu-
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
individu dalam organisasinya dan mengarahkan perilaku mereka sesuai visi yang
telah dirumuskan. Sedangkan, menurut Djanalis Djanaid, peran/fungsi pemimpin
adalah sebagai berikut. (1) Sebagai pengambil keputusan, (2) memotivasi anak
buah, (3) sebagai sumber informasi, (4) menciptakan inspirasi, (5) menciptakan
keadilan, (6) sebagai katalisator, (7) sebagai wakil organisasi, (8) menyelesaikan
konflik, (9) memberi sugesti pada anak buah ( dalam Ardana, dkk., 2008:101).
Bahkan, menurut Ardana, dkk. , kepemimpinan adalah merupakan intisari dari
manajemen organisasi, sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas
yang terjadi dalam suatu organisasi. Jadi, kepemimpinan merupakan faktor yang
sangat penting dalam menggiring dan mempengaruhi prestasi organisasi (Ardana,
dkk, 2008:89).
Sebuah peranan yang sama dimainkan oleh seorang pemimpin tidak akan
sama hasilnya dengan pemimpin yang lain. Karena setiap pemimpin memiliki
gayanya
masing-masing
dalam
menjalankan
fungsinya.
Pengalaman,
pengetahuan, pandangan, latar belakang sosial, usia, lingkungan, keinginan
mempengaruhi gaya seorang pemimpin. Beberapa ahli setuju bahwa gaya
kepemimpinan seseorang tidak berubah menghadapi situasi yang bagaimanapun.
Jika seseorang, pada hakikatnya memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang otokratik,
gaya kepemimpinannya pun akan otokratik pula, terlepas dari situasi
organisasional yang dihadapinya.
Namun, sebagian ahli lagi setuju bahwa gaya kepemimpinan seseorang
sangat bersifat situasional. Hal ini berarti bahwa tidak ada seorang pimpinan yang
sangat konsisten menggunakan satu gaya kepemimpinan tertentu terlepas dari
situasi yang dihadapinya. Seorang pimpinan yang paling otokratik sekali pun akan
mengubah gaya kepemimpinannya yang otokratik itu dengan gaya lain, misalnya
gaya yang agak demokratik, apabila situasi tertentu menuntutnya, terutama
apabila konsistensi menggunakan gaya yang otokratik dapat membahayakan
kedudukannya
sebagai
pimpinan.
Sebaliknya,
seseorang
yang
biasanya
menggunakan gaya kepemimpinan demokratik mungkin saja bertindak otoriter
apabila situasi menghendakinya, seperti dalam hal mengenakan sanksi terhadap
para pelanggar disiplin. Pendapat para ahli ini akan menjadi landasan peneliti
dalam menentukan gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dalam menerapkan gaya kepemimpinannya, pemimpin menggunakan
komunikasi kepada bawahannya dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi
merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
tidak pasti dan selalu berubah-ubah. Organisasi terdiri dari satu seri orang yang
tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan
pertukaran pesan dari orang-orang yang menduduki posisi-posisi tadi melewati
suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Sebagai makhluk yang
berpikir, anggota organisasi memiliki persepsi-persepsi mengenai makna jaringan
komunikasi yang berupa pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan
yang terjadi dalam organisasi. Persepsi-persepsi ini dan juga pengaruhnya
terhadap komunikasi dinamakan iklim komunikasi.
Redding menyatakan bahwa “iklim (komunikasi) organisasi ” jauh lebih
penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam
menciptakan suatu organisasi yang efektif” (dalam Pace dan Faules, 2005 : 147148). Iklim komunikasi, di pihak lain, merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
–suatu evaluasi-makro – mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia,
respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik
antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim
komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang
berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi (Pace dan Faules, 2005:
147).
Penjelasan untuk memahami iklim komunikasi dilakukan dengan cara
analogi oleh Blumenstock. Blumenstock menerangkan bahwa iklim fisik
“mempengaruhi cara hidup kita”: pakaian yang kita kenakan, makanan yang kita
perlukan, rumah yang kita bangun, alat angkutan yang kita pergunakan, jenis
tumbuhan dan hewan di kawasan tersebut. Dengan cara yang serupa, iklim
komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup kita: kepada siapa kita
bicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja
kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang ingin kita capai, dan bagaimana
cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi. Iklim komunikasi penting karena
mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota
organisasi. Dengan mengetahui sesuatu tentang iklim suatu organisasi, kita dapat
memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap
dengan cara-cara tertentu (dalam Pace dan Faules, 2005 : 147-148).
Komunikasi yang digunakan pemimpin dalam penyampaian dan
penerapan gaya kepemimpinannya akan menimbulkan persepsi-persepsi dari
anggotanya. Hal inilah yang akan menjadi inti dari pembahasan karya tulis ini.
Penelitian-penelitian terdahulu membahas mengenai iklim komunikasi dan
efektivitas kerja karyawan di sebuah perusahaan, maupun kepemimpinan di suatu
wilayah. Peneliti ingin meneliti hal yang berbeda, yaitu meneliti organisasi
kemahasiswaan.
Dalam organisasi kemahasiswaan, pemimpin tidak begitu terlihat sebagai
seorang pemimpin dalam kesehariannya. Seorang pemimpin mahasiswa tampak
menjadi seorang pemimpin yaitu saat rapat, kegiatan organisasi, dan urusan yang
berkaitan dengan urusan organisasi. Dalam kesehariannya, dia tetap menjadi
teman dari anggota-anggotanya yang kemungkinan adalah teman sebaya. Peranan
kepemimpinan mahasiswa terhadap iklim komunikasi di organisasinya dengan
kepemimpinan yang tidak begitu terlihat dalam kesehariannya.
Universitas Sumatera Utara sebagai universitas terbesar di Sumatera
memiliki banyak organisasi kemahasiswaan dalam naungannya, baik itu tingkat
departemen, fakultas dan universitas. Contoh organisasi tingkat departemen
adalah Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (IMAJINASI), tingkat
fakultas adalah Pemerintahan Mahasiswa FISIP USU (PEMA FISIP USU), dan
tingkat universitas adalah Resimen Mahasiswa (Menwa), Korps Mahasiswa
Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup (KOMPAS-USU), SAHIVA-USU,
Pers Mahasiswa SUARA USU, Paduan Suara USU, Pramuka. Peneliti tertarik
meneliti organisasi kemahasiswaan tingkat universitas yaitu KOMPAS-USU.
Karena organisasi tingkat universitas, anggotanya lebih beragam yang berasal dari
berbagai fakultas, sehingga memungkinkan lebih banyaknya persepsi untuk
mengukur iklim komunikasi. Sebagai organisasi mahasiswa tingkat universitas,
KOMPAS-USU merupakan organisasi mahasiswa yang berlatar belakang cinta
alam dan hobi yang anggotanya berasal dari hampir setiap fakultas di Universitas
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara, memang ada juga organisasi mahasiswa pencinta alam di tingkat
fakultas, seperti : Natural Justice (Fakultas Hukum USU), Gemapala (Fakultas
Ilmu Budaya USU), Parintal (Fakultas Pertanian USU), Rimbapala (Departemen
Kehutanan).
KOMPAS-USU adalah organisasi mahasiswa yang unik. Organisasi
kemahasiswaan yang dibentuk untuk menyalurkan hobi dan peduli lingkungan,
tetapi tegas dan disiplin. KOMPAS-USU terbentuk pada 06 Oktober 1980, dan
sudah mengalami beberapa kali berganti kepemimpinan selama lebih dari 33
tahun. Anggota KOMPAS-USU adalah mahasiswa aktif Universitas Sumatera
Utara dari fakultas, jurusan, dan angkatan yang berbeda. KOMPAS-USU
merupakan organisasi mahasiswa dalam naungan Universitas Sumatera Utara dan
terdaftar di Pembantu Rektor III. Tujuan KOMPAS-USU adalah membina insan
akademis yang sadar, mampu, dan bertanggung jawab untuk melestarikan alam
sebagai lingkungan hidup yang sehat.
Kegiatan mereka dapat kita saksikan dalam media sosial Youtube dengan
mengetikkan kata kunci KOMPAS-USU, seperti : arung jeram, susur gua, naik
gunung, panjat tebing dan konservasi (http://www.youtube.com). Dalam berita
media cetak online, KOMPAS-USU secara rutin mengadakan kegiatan bersihbersih gunung (http://koran-sindo.com, http://kompas-usu.blogspot.com).
Berdasarkan data pra-penelitian, salah satu kegiatan terbaru adalah jelajah
alam dan mengidentifikasi jamur di Gunung Sibuatan, Merek. Mereka bekerja
sama dengan dosen Biologi di Universitas Sumatera Utara yang sedang meneliti
jamur, dan hasilnya mereka menemukan spesies jamur langka di Gunung
Sibuatan. KOMPAS-USU melakukan kegiatan pencinta alam dan belajar. Setelah
kegiatan selesai, mereka akan membuat laporan ilmiah mengenai hasil yang
diperoleh dan hasilnya diserahkan kepada pihak yang bersangkutan, seperti dinas
kehutanan dan masyarakat.
KOMPAS-USU merupakan tempat bertanya bagi mahasiswa pecinta alam
lainnya (khususnya yang berasal dari luar Provinsi Sumatera Utara) mengenai
lokasi alam Sumatera Utara yang dapat mereka datangi dan berbeda dari yang
lain. Lokasi alam yang baru dan lebih menantang. Selain itu, di Sumatera Utara
sendiri, KOMPAS-USU sering diundang menjadi pembicara atau pemateri dalam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
acara penyuluhan/pembekalan yang berkaitan dengan kegiatan di alam. Mereka
juga diundang mengikuti seminar-seminar mahasiswa pecinta alam antar
universitas di Indonesia, seperti : TWKM (Temu Wicara Kenal Medan) ke-25 di
Manado dan dihadiri oleh Ketua KOMPAS-USU sendiri. Ada juga Forum
Mapalasu (Mahasiswa Pecinta Alam Sumatera Utara) untuk mahasiswa pencinta
alam di Sumatera Utara, khususnya Medan.
Kegiatan alam seperti arung jeram, susur gua, konservasi, hutan gunung,
panjat tebing merupakan hal yang menantang dan berbahaya untuk dilakukan,
perlu pengarahan yang jelas dan tegas. Hal ini berpengaruh terhadap proses
penerimaan anggota baru KOMPAS-USU yang mencapai masa orientasi selama 6
bulan untuk bisa menjadi seorang anggota. Dalam masa orientasi tersebut, calon
anggota akan diberikan pengarahan dan pelajaran mengenai kegiatan alam secara
teratur. Pendidikan yang diberikan adalah cara bertahan hidup di alam dengan
kondisi paling buruk. Dengan kata lain, calon anggota dipersiapkan untuk
memiliki keterampilan dan dapat memimpin dirinya sendiri (menjaga diri) dalam
kegiatan di alam. Pada sisi lain, masa orientasi menunjukkan calon-calon anggota
yang kuat dan mampu bertahan dalam waktu lama. Karena anggota-anggota yang
terpilih adalah anggota yang disiplin dan mampu bertahan selama 6 bulan
mengikuti pelajaran.
Perbedaan pendapat dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan sering
terjadi. Kondisi tubuh yang lelah, lapar, dan haus, ditambah dengan komando
yang kadang tidak sesuai dapat mempengaruhi perbedaan pendapat, bahkan bisa
memicu konflik. Untuk memutuskan pendapat siapa yang akan diikuti oleh tim,
membutuhkan pemikiran yang cerdas dan tindakan yang tegas. Teguran dan
hukuman sering dilakukan pada anggota yang melanggar prosedur keselamatan
yang sudah diatur dan disepakati. Dalam hal kedisiplinan, organisasi KOMPASUSU mirip dengan Tentara Negara Indonesia (TNI). Secara disiplin, mereka
dididik dan dilatih dengan tujuan agar mereka dapat menjaga diri sendiri dan
akhirnya mencapai tujuan bersama. Mereka belajar baris-berbaris, belajar bela diri
dan bertahan hidup, latihan kebugaran, menembak, lari-lari secara teratur, belajar
memanjat, merayap, dan menyanyi, menambah semangat mereka untuk berjuang
demi mereka sendiri dan mempertahankan keamanan negara dari ancaman luar.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, kelalaian tidak ditoleransi dan akan diberi sanksi yang tegas, karena
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Namun, di sisi lain, pada saat santai, pemimpin KOMPAS-USU dan
anggota bercanda bersama. Mereka saling ejek dan tertawa, serta tidur bersama di
sekretariat KOMPAS-USU. Tidak ada batasan komunikasi antara pemimpin
(ketua) dengan anggotanya. Walaupun organisasi yang tegas dan disiplin, Saya
berasumsi bahwa tipe kepemimpinan yang sesuai untuk organisasi seperti
KOMPAS-USU adalah tipe yang demokratis yaitu menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. Pemimpinnya harus
memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek
yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Disini
diperlukan pemimpin yang berkarakter dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran kepemimpinan dan iklim
komunikasi yang terjadi di KOMPAS-USU. Kemudian apakah pemimpin tersebut
berperan terhadap iklim komunikasi di KOMPAS-USU.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut :“Apakah Pemimpin Berperan terhadap Iklim Komunikasi di
KOMPAS-USU ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pola kepemimpinan yang ada di KOMPAS-USU.
2. Untuk mengetahui iklim komunikasi yang terjadi di KOMPAS-USU.
3. Untuk mengetahui apakah pemimpin berperan terhadap iklim komunikasi
di KOMPAS-USU.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Secara umum, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya di bidang komunikasi organisasi.
b. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi karya
ilmiah di Departemen Ilmu Komunikasi.
c. Secara teoritis, penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang diperoleh
selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam
bidang komunikasi organisasi, kepemimpinan, dan iklim komunikasi.
b. Bagi KOMPAS-USU, hasil penelitian bisa memberi masukan, khususnya
tentang kepemimpinan.
c. Bagi kalangan akademis, penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi
untuk penelitian sejenis.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara