Pola Pembentukan Akronim Bahasa Mandarin pada Koran GuoJi RiBao

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dijelaskan tentang konsep, landasan teori dan tinjauan pustaka yang dipakai dalam menganalisis masalah dalam penelitian agar ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

2.1 Konsep

Konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:588) adalah gambaran dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.Tujuan adanya konsep dalam penulisan ilmiah yaitu untuk dijadikan sebagai dasar pengembangan penulisan selanjutnya. Penjabaran konsep ini dapat bersumber dari ahli, pengalaman peneliti, dokumentasi, dan nalar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep yaitu: (1) pola, (2) pembentukan kata, (3) akronim dan (4)koran harian Mandarin GuoJi RiBao.

2.1.1 Pola

Dalam melakukan analisis terhadap akronim diperlukan pemahaman mengenai pola-pola yang dapat terbentuk dari akronim tersebut. Pada kamus linguistik, (Kridalaksana 2007: 175) mendefinisikan pola sebagai pengaturan atau susunan unsur-unsur bahasa yang sistematis menurut keteraturan dalam bahasa. Pola dalam penelitian ini mengacu kepada susunan dan keteraturan bentuk sebuah kata yang digunakan untuk membentuk suatu akronim.


(2)

xxiii

Pola-pola akronim dalam bahasa Mandarin dapat terbentuk dari gabungan silabel. Pola-pola tersebut antara lain, pengekalan silabel pertama tiap komponen, misalnya 师 huáshī akronim dari 南 师 范 huánán shīfàn; pengekalan silabel terakhir tiap komponen, misalnya 央行 yāngháng akronim dari 中央银行 zhōngyāng yínháng; serta pengekalan silabel kedua komponen pertama dan silabel pertama komponen kedua, misalnya 容忍róng rěn akronim dari 容 忍 耐 kuānróng rěnnài. Penggalan adalah hasil proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem (Kridalaksana, 2007:162).

Dalam menganalisis pola akronim tidak dapat terlepas dari komponen. Misalnya, dalam pola akronim terdapat pola pengekalan silabel pertama tiap komponen. Komponen yang dimaksud dalam kalimat tersebut sebenarnya adalah kata. Komponen dipilih digunakan untuk menggambarkan kata karena sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kridalaksana.

2.1.2 Pembentukan Kata

Proses morfologis yaitu proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 2009:51). Dengan kata lain proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain menjadi kata. Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, abreviasi, dan derivasi balik (Kridalaksana, 2007: 12).


(3)

Afiksasi merupakan proses mengubah leksem menjadi kata kompleks. Afiks tersebut dapat berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfliks dan simulfiks (imbuhan gabungan). Proses afiksasi ini biasanya akan menyebabkan terjadi perubahan fonem pada suatu kata.

2. Reduplikasi

Reduplikasi merupakan proses pengulangan bentuk dasar yang dilakukan dengan pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan kombinasi dengan afiks, pengulangan berubah bunyi. Contoh :

- Rumah-rumah

- Perumahan-perumahan - Berlari-lari

- Mengata-ngatakan - Kebarat-baratan - Sayur-mayur - Lauk-pauk

Bentuk rumah-rumah dan perumahan-perumahan merupakan pengulangan secara utuh, artinya seluruh bentuk dasar mengalami proses pengulangan. Bentuk berlari-lari dan mengata-ngatakan mengalami pengulangan sebagian. Bentuk mengata-ngatai dan kebarat-baratan mengalami pengulangan berkombinasi dengan afiks, sedangkan sayur-mayur dan lauk-pauk merupakan pengulangan berubah bunyi.


(4)

xxv

Komposisi ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk dasar sehingga menimbulkan makna yang relatif baru. Makna yang timbul akibat penggabungan tersebut ada yang dapat ditelusuri dari unsur yang membentuknya, ada yang maknanya tidak berkaitan dengan unsur pembentuknya, dan ada yang mempunyai makna unik.

4. Abreviasi

Abreviasi adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Hasil proses abreviasi ini disebut kependekan (Chaer, 2007:198). Hasil dari proses pemendekan tersebut yaitu singkatan, penggalan, dan akronim.

Menurut Kridalaksana (2007:162) diantara bentuk-bentuk kependekan terdapat :

a) Singkatan yaitu proses pemendekan yang menghasilkan kata yang berupa gabungan huruf.

b) Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari kata atau leksem.

c) Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf yang ditulis menjadi sebuah kata yang dapat dilafalkan.

d) Kontraksi yaitu proses pemendekan dengan meringkaskan gabungan leksem dasar atau gabungan morfem.


(5)

e) Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan dan unsur. 5. Derivasi Balik

Derivasi balik adalah proses pembentukan kata karena bahasawan membentuknya berdasarkan pola-pola yang ada tanpa mengenal unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi bentuk yang secara historis tidak diramalkan.

2.1.3 Akronim

Menurut Ultima (2012: 25), pemenggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian atau leksem. Teknik analisis dengan cara memilah kata yang mengalami proses pemendekan dengan mengekalkan salah satu bagian (depan atau belakang) dan menghilangkan bagian yang lain.

Winarno (1991:5) menyatakan bahwa singkatan dibedakan dengan akronim. Singkatan adalah bentuk penyingkatan satu kata atau lebih menjadi satu huruf atau lebih yang pengejaannya dilakukan dengan mengucapkan huruf demi huruf yang bersangkutan. Singkatan merupakan salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak. Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf yang ditulis menjadi sebuah kata yang dapat dilafalkan (Kridalaksana, 2007: 162).

Seorang linguis asing yaitu Laurie Bauer (2003: 47), mengungkapkan akronim sebagai kata-kata dari inisial dalam penulisan sebuah nama orang, jabatan atau frase. Akronim tersebut lebih dari sekedar penyingkatan karena


(6)

xxvii

sebenarnya dilafalkan sebagai kata baru. Menurut Chaer (2007:162), akronim adalah kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu.

Menurut Tian dan Xiao (2006: 2) pembentukan akronim terbagi atas 5 pola pembentukan yaitu (1) pengekalan suku kata, (2) penghapusan suku kata, (3) penyingkatan dengan menambahkan numeralia, (4) pemenggalan beberapa kata yang mewakili dan menggantikan kata kepanjangan dengan menyingkatnya berdasarkan kata yang lebih dikenal, (5) Akronim menggunakan inisial kata dengan alfabet Latin.

(1) Pengekalan suku kata

1. Pengekalan silabel pertama masing-masing komponen Contoh : 企业guóyǒu yè 企guóqǐ

预 期 yùxiān dài 预期yù qí 2. Pengekalan silabel terakhir masing-masing komponen

Contoh : 创制拟定chuàngzhì dìng 制定zhì dìng

肃寂静yánsù jìjìng 肃静sù jìng

3. Pengekalan silabel pertama komponen pertama dan silabel terakhir komponen terakhir

Contoh : 经营管理jīngyíng guǎn 经理jīnglǐ

硬激烈qiángyìng jīliè 烈qiáng liè

4. Pengekalan silabel kedua komponen pertama dan silabel pertama komponen kedua


(7)

Contoh : 激烈战斗liè zhàndòu 激战liè zhàn

地 置dìqū wèizhì qūwèi

5. Pengekalan silabel pertama komponen pertama dan silabel kedua komponen pertama serta pengekalan silabel terakhir komponen terakhir

Contoh : 人民 表大 rénmín dàibiǎo dàhuì 人 rén dài huì

社 科学院shèhuì xuéyuàn 社科院

shè kē yuàn

6. Pengekalan penuh komponen pertama dan pengekalan silabel pertama masing-masing komponen

Contoh : 中 作家 zhōngguó zuòjiā xiéhuì 中 作 zhōngguó zuò xiéhuì

球 联 guójì pīngpāng qiú liánhé huì

guójì pīng lián

7. Pengekalan penuh komponen pertama dan pengekalan silabel terakhir komponen terakhir

Contoh : 法guójìgōng 法guójì

供 作社gōngxiāo hézuòshè

供 社gōngxiāo shè

8. Pengekalan silabel pertama masing-masing komponen dan pengekalan penuh komponen terakhir

Contoh : 整 交通指军部zhěngdùn jiāotōng zhǐ jūn bù 整交指军部zhěng jiāo zhǐ jūn bù

南 拉 夫 产 义 者联 盟 nánsīlāfū gòngchǎn zhǔyì

zhě liánméng 南 联 盟 nángòng


(8)

xxix

9. Pengekalan silabel pertama atau terakhir tiap komponen dari perincian suku kata

Contoh : 数学 物理 学shùxué, wù, huàxué 数理 shùlǐ huà

文学 历 哲学wénxué, lìshǐ, zhéxué 文 哲wénshǐ zhé

10.Pengekalan salah satu silabel yang mempunyai aksara han dan bunyi yang sama lalu menggabungkannya dengan komponen lainnya

Contoh : 留学学生 liúxué xuéshēng 留学生liúxuéshēng

中文系系 任zhōngwén xìzhǔrèn

中文系 任zhōngwén xìzhǔrèn

11.Penggabungan proses pemenggalan dan penghapusan Contoh : 政治 商 zhèngzhì xiéshāng huìyì

政 zhèngxié

中等专科学校zhōngděng zhuānkē xuéxiào 中专zhōngzhuān

(2) Penghapusan suku kata

Cara ini yaitu dengan menghapus beberapa silabel dari kata kepanjangan dan mengekalkan beberapa silabel lainnya. Setelah proses penghapusan tidak akan mempengaruhi makna dari kata itu sendiri.

1. Penghapusan komponen terakhir

Contoh : 复 大学fùdàn dàxué 复 fùdàn 大 明电影院dà guāngmíngdiànyǐngyuàn


(9)

大 明dà guāngmíng 2. Penghapusan komponen pertama

Contoh : 制guójì gōngzhìgōngzhì

人民法院rénmín fǎyuàn 法院fǎyuàn 3. Penghapusan komponen pertama dan terakhir

Contoh : 玉树 庭花 yùshù hòu tíng huā 庭 hòu tíng

春秋榖梁传 chūnqiū gǔ liáng chuán

榖梁 gǔ liáng (3) Penambahan numeralia

Contoh : 讲学习、讲政治、讲正气jiǎng xuéxí, jiǎng zhèngzhì, jiǎng

zhèngqì 三讲sān jiǎng

春季、夏季、秋季、冬季chūnjì, xiàjì, qiūjì, dōngjì

四季sìjì

(4) Pemenggalan beberapa kata yang mewakili dan menggantikan kata kepanjangan dengan menyingkatnya berdasarkan kata yang lebih dikenal Contoh : 中 出 商品 交易 zhōngguó chūkǒu shāngpǐn jiāoyì huì

广交 guǎngjiāohuì

Berdasarkan contoh diatas kata 中 出 商品zhōngguó chūkǒu shāngpǐn yang artinya barang ekspor Tiongkok digantikan dengan kata


(10)

xxxi

广 guǎng yang mewakili kata 广 guǎngzhōu yang berarti tempat barang ekspor China terletak di广 guǎngzhōu.

(5) Akronim menggunakan inisial kata dengan alfabet Latin

Contoh : MTV 音乐电视yīnyuè diànshì

CCTV 中 中央电视

zhōngguó zhōngyāng diànshìtái 2.1.4 Koran GuoJi RiBao

Koran GuoJi RiBao adalah koran harian Mandarin yang mempunyai format broadsheet (lebar) yang lahir dari sebuah keinginan untuk membuka cakrawala baru bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia. Koran GuoJi RiBao

didirikan oleh tiga media dari tiga negara, GuoJi RiBao (Los Angeles Amerika Serikat), Wen Wei Pao (Hongkong), dan Ren Min Ji Bao (China ). Gabungan tiga media inilah yang dikenal dengan nama GuoJi RiBao yang artinya koran harian internasionaldan mulai beredar pada akhir tahun 2000.

Dalam perkembangannya GuoJi RiBao bergabung dengan Jawa Post. Dengan menggunakan jaringan serta teknologi cetak jarak jauh dari Jawa Post, koran harian Mandarin dapat dicetak di empat kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, dan Pontianak dengan tujuan memastikan ketersediaan koran GuoJi RiBao yang tersebar di 29 provinsi dan 88 kota di seluruh Indonesia. Bahkan untuk para pembaca di luar Indonesia kini dapat membaca e-paper GuoJi RiBao secara online di www.guojiribao.com

Koran GuoJi RiBao yang terdiri dari 40 halaman dan memuat berita rubrik nusantara, berita masyarakat keturunan Tionghoa, keuangan dan ekonomi,


(11)

berita Tiongkok, forum Indonesia-Tiongkok, berita internasional, perdagangan, olahraga dan pendidikan.

Survey pada awal tahun 2011 menunjukkan bahwa koran GuoJi RiBao

menguasai 63% market share untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, menyisakan hanya 37% untuk berbagai koran Mandarin lokal lainnya. Walaupun koran GuoJi RiBao tergolong baru, tetapi jumlah cetakan keseluruhan koran harian Mandarin GuoJi RiBao telah mencapai jumlah yang cukup signifikan, yaitu ±60.000 eksemplar.

2.2 Landasan Teori

Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentuk-bentukan kata. Morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk-bentuk-bentuk dan pembentukan kata, semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan segala bentuk dan jenisnya (Chaer, 2007: 3). Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata (Ramlan: 2009).

Alwasilah (1993) juga menyatakan morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem serta menganalisis struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata. Menurut Samsuri (1994:191), bahwa yang disebut dengan morfologi ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Menurut Crystal (1980: 232-233), morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem.


(12)

xxxiii

Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang: yakni telaah infleksi

(inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology).

Morfologi pembentukan kata membahas leksem-leksem baru dari basis tertentu. Pembentukan kata dapat dibagi ke dalam derivasi dan pemajemukan (komposisi) (Soedjito & Sarjono, 2014: 26). Derivasi berurusan dengan pembentukan leksem baru melalui afiksasi, sedang pemajemukan berurusan dengan pembentukan leksem baru dari dua atau lebih stem potensial.

Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).

Dari beberapa teori para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Morfologi adalah satu cabang lingusitik yang mempunyai tugas untuk menelaah struktur dan pembentukan kata yang ada kaitannya dengan morfem.

2.3 Tinjauan Pustaka

Beberapa jenis referensi yang ditelusuri penulis untuk tinjauan pustaka adalah buku, jurnal, makalah, artikel, disertasi, tesis, skripsi, disertasi dan karya ilmiah lainnya. Hal ini dilakukan untuk membantu penulis dalam penyusunan penelitian skripsi dan memastikan bahwa data yang akan diteliti tidak sama dengan data pada penelitian terdahulu. Adapun beberapa tinjauan pustaka yang penulis gunakan dalam penelitian ini sebagai kajian relevan adalah :


(13)

1) Jufren Yio dalam skripsi yang berjudul Penggunaan Kata Singkatan dalam Bahasa MandarinolehMasyarakatTionghoaBinjaiKota. 2014 memaparkan perkembangan pemakaian bahasa singkatan Mandarin pada masyarakat Tionghoa Binjai Kota dan faktor-faktor yang memengaruhi kelompok usia tua paling menguasai kata singkatan bahasa Mandarin. Pada penelitian ini digunakan teori evolusi bahasa dan menggunakan rancangan deskriptif kualitatif yakni dengan teknik wawancara yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk tabel dan dilakukan analisis. Skripsi ini sangat membantu penulis untuk lebih memahami bentuk singkatan dalam bahasa Mandarin serta mengetahui perkembangan kata singkatan pada masyarakat Binjai Kota. 2) Nanda Putri Permata dalam jurnal yang berjudul Abreviasi, Afiksasi, dan

Reduplikasi Ragam Bahasa Remaja dalam Media Sosial Facebook. 2013 menjelaskan tentang abreviasi, afiksasi dan reduplikasi dalam ragam bahasa remaja di media sosial facebook dan faktor yang memengaruhi penggunaan abreviasi, afiksasi, dan reduplikasi dalam ragam bahasa remaja di media sosial facebook. Nanda (2013) dalam penelitiannya menggunakan metode deskriptif kualitatif, data dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk kata-kata. Penelitian ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam hal pemahaman secara lebih jelas tentang perbedaan abreviasi, afiksasi dan reduplikasi.

3) Xú dalam Jurnal elektronik akademik Cina menulis artikel yang berjudul jiǎnyuē ér bù jiǎndān (Sederhana Tetapi Tidak Mudah). 2011 yang menjelaskan tentang pembentukan akronim, struktur tata bahasa akronim, karakteristik akronim, serta hubungan akronim dan kepanjangannya. Artikel


(14)

xxxv

ini membantu penulis mengetahui karakteristik akronim dalam bahasa Mandarin untuk memperkuat latar belakang penulis meneliti akronim bahasa Mandarin.

4) Retno Wulandari dalam jurnal yang berjudul Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantik). 2013 memaparkan kajian empat bentuk abreviasi, yaitu singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi dalam bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat di kehidupan sehari-harinya dan memiliki keunikan tersendiri serta memaparkan perubahan makna yang terjadi. Penelitian ini menggunakan teori morfosemantik sebagai payung penelitian sehingga menambah referensi penulis tentang teori morfologi dan semantik.

5) Gāo dalam Jurnal elektronik akademik Cina menulis artikel yang berjudul

xiàndài hànyǔ tóngyīn suō lüèyǔ tàn suǒ--yǔgòng xiàng suō lüèyǔ bǐjiào

(Analisis Persamaan Bunyi pada Akronim Bahasa Mandarin Beserta Perbandingannya). 2010 menjelaskan bahwa terdapat perbedaan bentuk kata singkatan homonim dengan bentuk akronim lainnya pada umumnya. Artikel ini membuat penulis lebih memahami salah satu jenis pembentukan akronim bahasa Mandarin yaitu pemenggalan salah satu silabel pada komponen yang mempunyai bunyi yang sama.

6) Ayu Indra Pratiwi dalam skripsi yang berjudul Singkatan dan Akronim dalam Majalah Gadis Tahun 2007. 2008 mengidentifikasikan pola-pola singkatan dan akronim yang terdapat di dalam majalah Gadis tahun 2007 dan mengetahui pola mana yang dominan dalam majalah Gadis tahun 2007. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk


(15)

memperoleh data, penelitian ini menggunakan metode simak dengan memakai teknik sadap. Melalui penelitian ini penulis lebih memahami konsep tentang akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia, sehingga penulis lebih mudah untuk menentukan konsep pemendekan kata yang paling tepat digunakan dalam bahasa Mandarin.


(1)

广 guǎng yang mewakili kata 广 guǎngzhōu yang berarti tempat barang ekspor China terletak di广 guǎngzhōu.

(5) Akronim menggunakan inisial kata dengan alfabet Latin Contoh : MTV 音乐电视yīnyuè diànshì

CCTV 中 中央电视

zhōngguó zhōngyāng diànshìtái

2.1.4 Koran GuoJi RiBao

Koran GuoJi RiBao adalah koran harian Mandarin yang mempunyai format broadsheet (lebar) yang lahir dari sebuah keinginan untuk membuka cakrawala baru bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia. Koran GuoJi RiBao didirikan oleh tiga media dari tiga negara, GuoJi RiBao (Los Angeles Amerika Serikat), Wen Wei Pao (Hongkong), dan Ren Min Ji Bao (China ). Gabungan tiga media inilah yang dikenal dengan nama GuoJi RiBao yang artinya koran harian internasional dan mulai beredar pada akhir tahun 2000.

Dalam perkembangannya GuoJi RiBao bergabung dengan Jawa Post. Dengan menggunakan jaringan serta teknologi cetak jarak jauh dari Jawa Post, koran harian Mandarin dapat dicetak di empat kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, dan Pontianak dengan tujuan memastikan ketersediaan koran GuoJi RiBao yang tersebar di 29 provinsi dan 88 kota di seluruh Indonesia. Bahkan untuk para pembaca di luar Indonesia kini dapat membaca e-paper GuoJi RiBao secara online di www.guojiribao.com

Koran GuoJi RiBao yang terdiri dari 40 halaman dan memuat berita rubrik nusantara, berita masyarakat keturunan Tionghoa, keuangan dan ekonomi,


(2)

berita Tiongkok, forum Indonesia-Tiongkok, berita internasional, perdagangan, olahraga dan pendidikan.

Survey pada awal tahun 2011 menunjukkan bahwa koran GuoJi RiBao menguasai 63% market share untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, menyisakan hanya 37% untuk berbagai koran Mandarin lokal lainnya. Walaupun koran GuoJi RiBao tergolong baru, tetapi jumlah cetakan keseluruhan koran harian Mandarin GuoJi RiBao telah mencapai jumlah yang cukup signifikan, yaitu ±60.000 eksemplar.

2.2 Landasan Teori

Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentuk-bentukan kata. Morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk-bentuk-bentuk dan pembentukan kata, semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan segala bentuk dan jenisnya (Chaer, 2007: 3). Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata (Ramlan: 2009).

Alwasilah (1993) juga menyatakan morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem serta menganalisis struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata. Menurut Samsuri (1994:191), bahwa yang disebut dengan morfologi ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Menurut Crystal (1980: 232-233), morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem.


(3)

Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang: yakni telaah infleksi (inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology).

Morfologi pembentukan kata membahas leksem-leksem baru dari basis tertentu. Pembentukan kata dapat dibagi ke dalam derivasi dan pemajemukan (komposisi) (Soedjito & Sarjono, 2014: 26). Derivasi berurusan dengan pembentukan leksem baru melalui afiksasi, sedang pemajemukan berurusan dengan pembentukan leksem baru dari dua atau lebih stem potensial.

Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).

Dari beberapa teori para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Morfologi adalah satu cabang lingusitik yang mempunyai tugas untuk menelaah struktur dan pembentukan kata yang ada kaitannya dengan morfem.

2.3 Tinjauan Pustaka

Beberapa jenis referensi yang ditelusuri penulis untuk tinjauan pustaka adalah buku, jurnal, makalah, artikel, disertasi, tesis, skripsi, disertasi dan karya ilmiah lainnya. Hal ini dilakukan untuk membantu penulis dalam penyusunan penelitian skripsi dan memastikan bahwa data yang akan diteliti tidak sama dengan data pada penelitian terdahulu. Adapun beberapa tinjauan pustaka yang penulis gunakan dalam penelitian ini sebagai kajian relevan adalah :


(4)

1) Jufren Yio dalam skripsi yang berjudul Penggunaan Kata Singkatan dalam Bahasa Mandarin oleh Masyarakat Tionghoa Binjai Kota. 2014 memaparkan perkembangan pemakaian bahasa singkatan Mandarin pada masyarakat Tionghoa Binjai Kota dan faktor-faktor yang memengaruhi kelompok usia tua paling menguasai kata singkatan bahasa Mandarin. Pada penelitian ini digunakan teori evolusi bahasa dan menggunakan rancangan deskriptif kualitatif yakni dengan teknik wawancara yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk tabel dan dilakukan analisis. Skripsi ini sangat membantu penulis untuk lebih memahami bentuk singkatan dalam bahasa Mandarin serta mengetahui perkembangan kata singkatan pada masyarakat Binjai Kota. 2) Nanda Putri Permata dalam jurnal yang berjudul Abreviasi, Afiksasi, dan

Reduplikasi Ragam Bahasa Remaja dalam Media Sosial Facebook. 2013 menjelaskan tentang abreviasi, afiksasi dan reduplikasi dalam ragam bahasa remaja di media sosial facebook dan faktor yang memengaruhi penggunaan abreviasi, afiksasi, dan reduplikasi dalam ragam bahasa remaja di media sosial facebook. Nanda (2013) dalam penelitiannya menggunakan metode deskriptif kualitatif, data dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk kata-kata. Penelitian ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam hal pemahaman secara lebih jelas tentang perbedaan abreviasi, afiksasi dan reduplikasi.

3) Xú dalam Jurnal elektronik akademik Cina menulis artikel yang berjudul

jiǎnyuē ér bù jiǎndān (Sederhana Tetapi Tidak Mudah). 2011 yang menjelaskan tentang pembentukan akronim, struktur tata bahasa akronim, karakteristik akronim, serta hubungan akronim dan kepanjangannya. Artikel


(5)

ini membantu penulis mengetahui karakteristik akronim dalam bahasa Mandarin untuk memperkuat latar belakang penulis meneliti akronim bahasa Mandarin.

4) Retno Wulandari dalam jurnal yang berjudul Penggunaan Abreviasi dalam Bahasa Sunda (Kajian Morfosemantik). 2013 memaparkan kajian empat bentuk abreviasi, yaitu singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi dalam bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat di kehidupan sehari-harinya dan memiliki keunikan tersendiri serta memaparkan perubahan makna yang terjadi. Penelitian ini menggunakan teori morfosemantik sebagai payung penelitian sehingga menambah referensi penulis tentang teori morfologi dan semantik.

5) Gāo dalam Jurnal elektronik akademik Cina menulis artikel yang berjudul

xiàndài hànyǔ tóngyīn suō lüèyǔ tàn suǒ--yǔgòng xiàng suō lüèyǔ bǐjiào (Analisis Persamaan Bunyi pada Akronim Bahasa Mandarin Beserta Perbandingannya). 2010 menjelaskan bahwa terdapat perbedaan bentuk kata singkatan homonim dengan bentuk akronim lainnya pada umumnya. Artikel ini membuat penulis lebih memahami salah satu jenis pembentukan akronim bahasa Mandarin yaitu pemenggalan salah satu silabel pada komponen yang mempunyai bunyi yang sama.

6) Ayu Indra Pratiwi dalam skripsi yang berjudul Singkatan dan Akronim dalam Majalah Gadis Tahun 2007. 2008 mengidentifikasikan pola-pola singkatan dan akronim yang terdapat di dalam majalah Gadis tahun 2007 dan mengetahui pola mana yang dominan dalam majalah Gadis tahun 2007. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk


(6)

memperoleh data, penelitian ini menggunakan metode simak dengan memakai teknik sadap. Melalui penelitian ini penulis lebih memahami konsep tentang akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia, sehingga penulis lebih mudah untuk menentukan konsep pemendekan kata yang paling tepat digunakan dalam bahasa Mandarin.