2017 Ekokes Sesi 4 YH Priority Setting Membuat Prioritas dalam Pelayanan Kesehatan
Membuat Prioritas
dalam Pelayanan
Kesehatan
Yulita Hendrartini
Pendahuluan
Bab ini memuat isu yang luas tentang
bagaimana sumber daya digunakan
dalam sektor kesehatan dan
menfokuskan pada efisiensi alokasi
(menempatkan sumber daya untuk
digunakan dalam cara yang dapat
memaksimalkan tujuan kesehatan dan
sosial yang lain).
Ada berbagai pertanyaan
penting dalam menetapkan
prioritas:
Siapa yang harus dikonsultasi untuk
prioritas pelayanan?
Bagaimana menggabungkan berbagai
input yang berbeda untuk
menghasilkan rencana pelayanan?
Bagaimana sumber daya dan program
dialokasikan antar daerah?
Dan ketika sumberdaya tidak cukup
untuk membiayai pelayanan yang costeffective, bagaimana keputusan
rasional yang harus diambil?
Priority setting: siapa yang
harus diprioritaskan?
Ada berbagai kelompok :
Individual dan keluarga
Organisasi masyarakat
Staf kesehatan
Administrator kesehatan regional dan
kabupaten
Pembuat kebijakan di tingkat nasional,
pada Depkes atau departemen yang lain
Setiap kelompok mempengaruhi prioritas
kesehatan di berbagai cara dan masingmasing mempunyai perspektif yang
berbeda pada pelayanan kesehatan
Bagaimana cara melakukan
prioritas secara benar?
Penetapan prioritas terjadi di
berbagai tingkat sistem dan di
berbagai cara. Tidak ada cara yang
paling benar untuk membuat
prioritas, karena prioritas adalah
subjektif dan relatif.
Penetapan prioritas melibatkan
keseimbangan antara berbagai
tujuan dan berbagai sudut pandang.
Perspektif Pengguna
Demand untuk pelayanan kesehatan oleh
individual dan keluarga dipengaruhi oleh
banyak faktor, termasuk:
Kebutuhan objektif mereka
Persepsi mereka akan sakit, apa
penyebabnya, pengobatan apa yang sesuai
Akses terhadap pelayanan kesehatan, secara
geografis
Daya jangkau pelayanan (kemampuan
membayar pelayanan kesehatan)
Penerimaan terhadap pelayanan
Bagaimana para perencana
mengetahui prioritas?
Data epidemiologis tentang mortalitas
dan morbiditas
Metode survei kualitatif
Akses (dalam hal fisik)
Daya Jangkau (Affordability)
Isu tentang equity yang umum juga
terkait
Perspektif masyarakat
Meminta kelompok perwakilan masyarakat
untuk membuat prioritas antara berbagai
pelayanan. Ini dapat dikombinasi dengan
informasi epidemiologi dan data costeffectiveness untuk menghasilkan semacam
rangking lokal.
Berikan kelompok tersebut pilihan tentang
pelayanan mana yang harus dihentikan
atau dilanjutkan dalam hambatan situasi
anggaran.
Konsultasi pada kelompok user tentang
pelayanan tertentu.
Perspektif staf medis
Kelompok ini meliputi dokter,
perawat, bidan, dokter gigi: semua
orang yang memberikan pelayanan
langsung kepasien.
Mereka memainkan peran dalam
penentuan prioritas karena mereka
mendistribusikan pelayanan
kesehatan
misalnya memutuskan jenis tindakan
atau obat ; memutuskan siapa pasien
yang akan dilayani dalam suatu
situasi dimana demand melebihi
suplai
Catatan tentang staf medik
Mereka adalah agen yang tidak sempurna
Sebagai agen pasien, mereka juga agen
bagi mereka sendiri dan faktor seperti
kenyamanan dan keuntungan memainkan
peran. conflict of interest ; supply
induced demand
Dapat mengabaikan tugas publiknya
untuk mempengaruhi utilisasi pada klinik
praktek sore adalah contoh lain dari dokter
sebagai profit-maximiser.
Secara umum , dokter mempunyai sedikit
kesadaran tentang biaya (daripada
kesadaran tentang mereka sendiri).
kurang peduli terhadap cost containment
Model Quasi Market
provider (self governing organisations
yang menyediakan pelayanan seperti
rumah sakit dan dokter umum) dan
purchaser (health authorities dan dokter
umum pemegang dana (dokter
puskesmas) yang bertanggung jawab
untuk menentukan pelayanan apa yang
dibeli dari provider).
Selain terintegrasi secara vertikal dalam
birokrasi organisasi dengan historic
budget, provider diharapkan untuk
berkompetisi mendapat kontrak dari
purchaser.
Pengaturan “gate keeper”
Dan rujukan berjenjang
Alokasi sumber daya secara
geografis
Teori tentang alokasi sumber daya ( atau
reccurent funds) untuk provinsi dan
kabupaten mengikuti hal berikut:
Uang dan sumber daya lain seperti staf,
harus dialokasikan menurut kebutuhan
Proses harus sederhana, menggunakan
data yang tersedia, yang di up date
secara reguler dan terpercaya (reliabel)
Perhitungan harus objektif dan transparan
sehingga tidak ada yang merasa telah
diperlakukan tidak adil
Harus dihindari untuk membuat ‘insentif
yang tidak baik’ penetapan indikator
berbasis “keadilan”
Pada prakteknya, bagaimana
menghitung kebutuhan?
pengukuran pertama yang umumnya
dipakai adalah ukuran populasi dan
kemampuan daerah yang memberi
indikasi tentang kebutuhan pelayanan.
Rumus-rumus yang menggunakan data
populasi harus mengantisipasi
perubahan dalam ukuran populasi
selama periode tertentu, yaitu kelahiran,
kematian dan migrasi.
Jika data tersedia, ini dapat
disesuaikan untuk sejumlah
faktor lain, seperti:
Profil umur dan jenis kelamin pada
populasi.
morbidity
Indikator social deprivation.
Biaya untuk penyediaan
pelayanan.
Infra struktur
Ada sejumlah isu lain yang dipertimbangkan
dalam menetapkan rumus alokasi sumber daya.
Bagaimana menggunakannya. Jika penggunaan
sistem pengalokasian sumberdaya yang baru akan
merubah pembayaran ke tiap wilayah saat ini,
perlu waktu untuk menyesuaikan dengan memberi
peringatan dan adaptasi dalam sistem yang baru
pada tahun-tahun ke depan.
cross boundary flows. Umumnya penduduk pada
satu wilayah menggunakan pelayanan di daerah
lain
Memperhitungkan sumber dana yang lain. Salah
satu masalah utama untuk negara berkembang
dalam usaha mencapai alokasi sumber daya yang
adil dan rasional adalah bahwa banyak saluran
dana yang sulit dikontrol. Satu-satunya pilihan
mungkin adalah dengan menaikkan pembobotan
deprivasi dalam rumus dasar untuk menghitung
besarnya perbedaan status ekonomi di berbagai
wilayah di suatu negara.
Perbedaan kapasitas antar
daerah.
Alokasi sumber daya merupakan salah satu
alat utama dalam mencapai equity dalam
penyelenggaraaan pelayanan kesehatan di
berbagai daerah.
Bobot daerah DPTPK
Ketersediaan infrastruktur
Rasio pembiayaan dll
Syarat utama adalah bahwa data tersedia
dan dapat dipercaya (misalnya, tidak
mudah dirubah atau dipalsukan).
Rationing dan Paket esensial
Kriteria yang tidak diberi subsidi
Kriteria yang diberi subsidi.
Menggunakan konsep paket
esensial.
Kriteria yang tidak diberi
subsidi:
Program yang tidak efektif
Pelayanan bersifat private goods
Supply berlebih
Terkadang ada kondisi ekstrim dimana
para perokok tidak boleh disubsidi.
Yang diberi subsidi :
Immunisasi (UKM)
Pelayanan kesehatan sekolah
Promosi kesehatan (gizi dan KB)
Pengurangan alkohol dan merokok
Regulasi, informasi dan investasi terbatas di
rumahtangga
Pencegahan AIDS.
KIA
KB
dll
Yang diberi subsidi (klinik)
Perawatan terkait dengan kehamilan
Pelayanan Keluarga Berencana
Pengendalian TB
Pengendalian penyakit menular
Penanganan penyakit anak serious seperti diare,
Infeksi Saluran Pernapasan, campak, malaria dan
malnutrisi.
Untuk ahli ekonomi kesehatan, ide menggeser sumber
daya dari aktivitas yang relatif rendah manfaatnya ke
suatu investasi ke aktivitas yang lebih cost effective
betul betul menarik. Namun demikian, ada berbagai
poin penting yang perlu diperhatikan:
1.Prioritas dan informasi lokal
2. Keterbatasan sumberdaya
3.Perspektif sistem kesehatan
4.Menjaga keuntungan yang ada sekarang
5.Tren penyakit ke depan
6. Kolaborasi intersektoral
7. Penerimaan publik/politis
Apa yang diperlukan untuk
negara sedang berkembang?
Dengan keterbatasan sumber daya, jumlah strategi yang
sesuai:
meningkatkan sumber daya, menggunakan kriteria seperti
equity
meningkatkan efisiensi teknis dengan memperbaiki
manajemen
melakukan alokasi
The « Five Steps » in Priority Setting
What is the burden
of disease?
What is the present
resource flow for that
disease/risk?
Why does the
burden persist?
How cost-effective
are present
interventions?
How cost-effective
could future
interventions be?
Stages in a PBMA (program budgeting marginal
analysis ) priority setting process
PBMA Stages
1) Determine the aim and scope of the priority setting exercise
2) Compile a program budget (i.e. map of current activity and expenditure)
3) Form marginal analysis advisory panel
4) Determinie locally relevant decision making criteria
a. Decision maker input
b. Board of Director input
c. Public input
5) Advisory panel to identify options in terms of:
a. areas for service growth
b. areas for resource release through producing same level of output (or
outcomes) but with less resources
c. areas for resource release through scaling back or stopping some services
6) Advisory panel to make recommendations in terms of:
a. funding growth areas with new resources
b. decisions to move resources from (5b) into (5a)
c. trade-off decisions to move resources from (5c) to (5a) if relative value in (5c)
is deemed greater than that in (5a)
7) Validity checks with additional stakeholders and final decisions to inform budget
planning process
Specific points to consider when applying PBMA
Point to consider
Strategically select the first
PBMA exercise in a health
organization in an area where
there is a confirmed champion
and an 'easy-win'
Use an introductory session to
communicate underlying
economic concepts and
specifically what the
application plan is
Ideal time to
address
Rationale
Need champion for group buy-in
Prior to specific and follow-through of
recommendations; early success
applications
will aid in the organizational
being selected
uptake of the approach
At the outset of
the process
Panel members have to
understand opportunity cost for
buy-in; provides opportunity to
adjust the plan early on
Advisory panel meetings held
at 2–4 week intervals
Throughout the
PBMA process
Need adequate time to review
literature and do background
work but do not want a drawn
out process; complete in < 6
months
Consider using one-on-one
meetings with advisory panel
members to identify options
for resource release
When
discussing
options for
resource
release
Not all members will feel
comfortable presenting a view in
the larger group
Put less emphasis on having
all the 'data' to support a
decision and more on drawing
out opinions from the expert
group
Particularly in
the later
sessions of the
process
Earmark resources (i.e. staff
time) to enact the panel
recommendations
Stated at the
outset, carried
out following
the exercise
Reliance on 'softer' forms of
evidence to support process
such as expert opinions and
qualitative research,
particularly when 'hard'
evidence is not available
Throughout
PBMA process
This is the type of information
decision makers are familiar with
and which is often available in
practice
Tap into public for
development of criteria on
which decisions are to be
based
At the outset of
the process
Public may not have technical
knowledge to make specific
trade-offs but certainly can offer
valuable insight on values and
specific criteria
Data can only take the group so
far and can be used as a crutch
not to make a decision;
ultimately group need to have
confidence in making their own
recommendations
Recommendations by
themselves will not see action
without dedicated resources to
move them forward
Conditions of Accountability for
Reasonableness framework
Condition
Description
Publicity
Limit-setting decisions and their rationales must be publicly accessible.
Relevance
These rationales must rest on evidence, reasons, and principles that fairminded parties (managers, clinicians, patients, and consumers in general)
can agree are relevant to deciding how to meet the diverse needs of a
covered population under necessary resource constraints.
There is a mechanism for challenge and dispute resolution regarding limitsetting decisions, including the opportunity for revising decisions in light of
Appeals
further evidence or arguments.
There is either voluntary or public regulation of the process to ensure that
Enforcement
the first three conditions are met.
Barriers and facilitators for explicit
priority setting
Barriers
Facilitators
- lack of trust between stakeholders
- senior level managerial and clinical
champions
- physicians not on board
- advisory panel lacking health economic
knowledge and/ or allocation experience
- strong leadership
- politics preventing program evaluation
- integrated budgets
- discontinuity of personnel
- resources earmarked for process itself and
follow-up on recommendations
- too many administrative demands leaving
priority setting as a low priority activity
- built in incentives for appropriate and
efficient spending
- culture to learn and change
KESIMPULAN
Penetapan Prioritas harus dilakukan dalam
setiap implementasi program karena
“KETERBATASAN SUMBER DAYA”
Perlu komunikasi dan advocacy antar
stakeholder untuk menetapkan program
prioritas
Prioritas Program ditetapkan secara nasional,
namun harus mempertimbangkan faktor lokal
dalam implementasinya
dalam Pelayanan
Kesehatan
Yulita Hendrartini
Pendahuluan
Bab ini memuat isu yang luas tentang
bagaimana sumber daya digunakan
dalam sektor kesehatan dan
menfokuskan pada efisiensi alokasi
(menempatkan sumber daya untuk
digunakan dalam cara yang dapat
memaksimalkan tujuan kesehatan dan
sosial yang lain).
Ada berbagai pertanyaan
penting dalam menetapkan
prioritas:
Siapa yang harus dikonsultasi untuk
prioritas pelayanan?
Bagaimana menggabungkan berbagai
input yang berbeda untuk
menghasilkan rencana pelayanan?
Bagaimana sumber daya dan program
dialokasikan antar daerah?
Dan ketika sumberdaya tidak cukup
untuk membiayai pelayanan yang costeffective, bagaimana keputusan
rasional yang harus diambil?
Priority setting: siapa yang
harus diprioritaskan?
Ada berbagai kelompok :
Individual dan keluarga
Organisasi masyarakat
Staf kesehatan
Administrator kesehatan regional dan
kabupaten
Pembuat kebijakan di tingkat nasional,
pada Depkes atau departemen yang lain
Setiap kelompok mempengaruhi prioritas
kesehatan di berbagai cara dan masingmasing mempunyai perspektif yang
berbeda pada pelayanan kesehatan
Bagaimana cara melakukan
prioritas secara benar?
Penetapan prioritas terjadi di
berbagai tingkat sistem dan di
berbagai cara. Tidak ada cara yang
paling benar untuk membuat
prioritas, karena prioritas adalah
subjektif dan relatif.
Penetapan prioritas melibatkan
keseimbangan antara berbagai
tujuan dan berbagai sudut pandang.
Perspektif Pengguna
Demand untuk pelayanan kesehatan oleh
individual dan keluarga dipengaruhi oleh
banyak faktor, termasuk:
Kebutuhan objektif mereka
Persepsi mereka akan sakit, apa
penyebabnya, pengobatan apa yang sesuai
Akses terhadap pelayanan kesehatan, secara
geografis
Daya jangkau pelayanan (kemampuan
membayar pelayanan kesehatan)
Penerimaan terhadap pelayanan
Bagaimana para perencana
mengetahui prioritas?
Data epidemiologis tentang mortalitas
dan morbiditas
Metode survei kualitatif
Akses (dalam hal fisik)
Daya Jangkau (Affordability)
Isu tentang equity yang umum juga
terkait
Perspektif masyarakat
Meminta kelompok perwakilan masyarakat
untuk membuat prioritas antara berbagai
pelayanan. Ini dapat dikombinasi dengan
informasi epidemiologi dan data costeffectiveness untuk menghasilkan semacam
rangking lokal.
Berikan kelompok tersebut pilihan tentang
pelayanan mana yang harus dihentikan
atau dilanjutkan dalam hambatan situasi
anggaran.
Konsultasi pada kelompok user tentang
pelayanan tertentu.
Perspektif staf medis
Kelompok ini meliputi dokter,
perawat, bidan, dokter gigi: semua
orang yang memberikan pelayanan
langsung kepasien.
Mereka memainkan peran dalam
penentuan prioritas karena mereka
mendistribusikan pelayanan
kesehatan
misalnya memutuskan jenis tindakan
atau obat ; memutuskan siapa pasien
yang akan dilayani dalam suatu
situasi dimana demand melebihi
suplai
Catatan tentang staf medik
Mereka adalah agen yang tidak sempurna
Sebagai agen pasien, mereka juga agen
bagi mereka sendiri dan faktor seperti
kenyamanan dan keuntungan memainkan
peran. conflict of interest ; supply
induced demand
Dapat mengabaikan tugas publiknya
untuk mempengaruhi utilisasi pada klinik
praktek sore adalah contoh lain dari dokter
sebagai profit-maximiser.
Secara umum , dokter mempunyai sedikit
kesadaran tentang biaya (daripada
kesadaran tentang mereka sendiri).
kurang peduli terhadap cost containment
Model Quasi Market
provider (self governing organisations
yang menyediakan pelayanan seperti
rumah sakit dan dokter umum) dan
purchaser (health authorities dan dokter
umum pemegang dana (dokter
puskesmas) yang bertanggung jawab
untuk menentukan pelayanan apa yang
dibeli dari provider).
Selain terintegrasi secara vertikal dalam
birokrasi organisasi dengan historic
budget, provider diharapkan untuk
berkompetisi mendapat kontrak dari
purchaser.
Pengaturan “gate keeper”
Dan rujukan berjenjang
Alokasi sumber daya secara
geografis
Teori tentang alokasi sumber daya ( atau
reccurent funds) untuk provinsi dan
kabupaten mengikuti hal berikut:
Uang dan sumber daya lain seperti staf,
harus dialokasikan menurut kebutuhan
Proses harus sederhana, menggunakan
data yang tersedia, yang di up date
secara reguler dan terpercaya (reliabel)
Perhitungan harus objektif dan transparan
sehingga tidak ada yang merasa telah
diperlakukan tidak adil
Harus dihindari untuk membuat ‘insentif
yang tidak baik’ penetapan indikator
berbasis “keadilan”
Pada prakteknya, bagaimana
menghitung kebutuhan?
pengukuran pertama yang umumnya
dipakai adalah ukuran populasi dan
kemampuan daerah yang memberi
indikasi tentang kebutuhan pelayanan.
Rumus-rumus yang menggunakan data
populasi harus mengantisipasi
perubahan dalam ukuran populasi
selama periode tertentu, yaitu kelahiran,
kematian dan migrasi.
Jika data tersedia, ini dapat
disesuaikan untuk sejumlah
faktor lain, seperti:
Profil umur dan jenis kelamin pada
populasi.
morbidity
Indikator social deprivation.
Biaya untuk penyediaan
pelayanan.
Infra struktur
Ada sejumlah isu lain yang dipertimbangkan
dalam menetapkan rumus alokasi sumber daya.
Bagaimana menggunakannya. Jika penggunaan
sistem pengalokasian sumberdaya yang baru akan
merubah pembayaran ke tiap wilayah saat ini,
perlu waktu untuk menyesuaikan dengan memberi
peringatan dan adaptasi dalam sistem yang baru
pada tahun-tahun ke depan.
cross boundary flows. Umumnya penduduk pada
satu wilayah menggunakan pelayanan di daerah
lain
Memperhitungkan sumber dana yang lain. Salah
satu masalah utama untuk negara berkembang
dalam usaha mencapai alokasi sumber daya yang
adil dan rasional adalah bahwa banyak saluran
dana yang sulit dikontrol. Satu-satunya pilihan
mungkin adalah dengan menaikkan pembobotan
deprivasi dalam rumus dasar untuk menghitung
besarnya perbedaan status ekonomi di berbagai
wilayah di suatu negara.
Perbedaan kapasitas antar
daerah.
Alokasi sumber daya merupakan salah satu
alat utama dalam mencapai equity dalam
penyelenggaraaan pelayanan kesehatan di
berbagai daerah.
Bobot daerah DPTPK
Ketersediaan infrastruktur
Rasio pembiayaan dll
Syarat utama adalah bahwa data tersedia
dan dapat dipercaya (misalnya, tidak
mudah dirubah atau dipalsukan).
Rationing dan Paket esensial
Kriteria yang tidak diberi subsidi
Kriteria yang diberi subsidi.
Menggunakan konsep paket
esensial.
Kriteria yang tidak diberi
subsidi:
Program yang tidak efektif
Pelayanan bersifat private goods
Supply berlebih
Terkadang ada kondisi ekstrim dimana
para perokok tidak boleh disubsidi.
Yang diberi subsidi :
Immunisasi (UKM)
Pelayanan kesehatan sekolah
Promosi kesehatan (gizi dan KB)
Pengurangan alkohol dan merokok
Regulasi, informasi dan investasi terbatas di
rumahtangga
Pencegahan AIDS.
KIA
KB
dll
Yang diberi subsidi (klinik)
Perawatan terkait dengan kehamilan
Pelayanan Keluarga Berencana
Pengendalian TB
Pengendalian penyakit menular
Penanganan penyakit anak serious seperti diare,
Infeksi Saluran Pernapasan, campak, malaria dan
malnutrisi.
Untuk ahli ekonomi kesehatan, ide menggeser sumber
daya dari aktivitas yang relatif rendah manfaatnya ke
suatu investasi ke aktivitas yang lebih cost effective
betul betul menarik. Namun demikian, ada berbagai
poin penting yang perlu diperhatikan:
1.Prioritas dan informasi lokal
2. Keterbatasan sumberdaya
3.Perspektif sistem kesehatan
4.Menjaga keuntungan yang ada sekarang
5.Tren penyakit ke depan
6. Kolaborasi intersektoral
7. Penerimaan publik/politis
Apa yang diperlukan untuk
negara sedang berkembang?
Dengan keterbatasan sumber daya, jumlah strategi yang
sesuai:
meningkatkan sumber daya, menggunakan kriteria seperti
equity
meningkatkan efisiensi teknis dengan memperbaiki
manajemen
melakukan alokasi
The « Five Steps » in Priority Setting
What is the burden
of disease?
What is the present
resource flow for that
disease/risk?
Why does the
burden persist?
How cost-effective
are present
interventions?
How cost-effective
could future
interventions be?
Stages in a PBMA (program budgeting marginal
analysis ) priority setting process
PBMA Stages
1) Determine the aim and scope of the priority setting exercise
2) Compile a program budget (i.e. map of current activity and expenditure)
3) Form marginal analysis advisory panel
4) Determinie locally relevant decision making criteria
a. Decision maker input
b. Board of Director input
c. Public input
5) Advisory panel to identify options in terms of:
a. areas for service growth
b. areas for resource release through producing same level of output (or
outcomes) but with less resources
c. areas for resource release through scaling back or stopping some services
6) Advisory panel to make recommendations in terms of:
a. funding growth areas with new resources
b. decisions to move resources from (5b) into (5a)
c. trade-off decisions to move resources from (5c) to (5a) if relative value in (5c)
is deemed greater than that in (5a)
7) Validity checks with additional stakeholders and final decisions to inform budget
planning process
Specific points to consider when applying PBMA
Point to consider
Strategically select the first
PBMA exercise in a health
organization in an area where
there is a confirmed champion
and an 'easy-win'
Use an introductory session to
communicate underlying
economic concepts and
specifically what the
application plan is
Ideal time to
address
Rationale
Need champion for group buy-in
Prior to specific and follow-through of
recommendations; early success
applications
will aid in the organizational
being selected
uptake of the approach
At the outset of
the process
Panel members have to
understand opportunity cost for
buy-in; provides opportunity to
adjust the plan early on
Advisory panel meetings held
at 2–4 week intervals
Throughout the
PBMA process
Need adequate time to review
literature and do background
work but do not want a drawn
out process; complete in < 6
months
Consider using one-on-one
meetings with advisory panel
members to identify options
for resource release
When
discussing
options for
resource
release
Not all members will feel
comfortable presenting a view in
the larger group
Put less emphasis on having
all the 'data' to support a
decision and more on drawing
out opinions from the expert
group
Particularly in
the later
sessions of the
process
Earmark resources (i.e. staff
time) to enact the panel
recommendations
Stated at the
outset, carried
out following
the exercise
Reliance on 'softer' forms of
evidence to support process
such as expert opinions and
qualitative research,
particularly when 'hard'
evidence is not available
Throughout
PBMA process
This is the type of information
decision makers are familiar with
and which is often available in
practice
Tap into public for
development of criteria on
which decisions are to be
based
At the outset of
the process
Public may not have technical
knowledge to make specific
trade-offs but certainly can offer
valuable insight on values and
specific criteria
Data can only take the group so
far and can be used as a crutch
not to make a decision;
ultimately group need to have
confidence in making their own
recommendations
Recommendations by
themselves will not see action
without dedicated resources to
move them forward
Conditions of Accountability for
Reasonableness framework
Condition
Description
Publicity
Limit-setting decisions and their rationales must be publicly accessible.
Relevance
These rationales must rest on evidence, reasons, and principles that fairminded parties (managers, clinicians, patients, and consumers in general)
can agree are relevant to deciding how to meet the diverse needs of a
covered population under necessary resource constraints.
There is a mechanism for challenge and dispute resolution regarding limitsetting decisions, including the opportunity for revising decisions in light of
Appeals
further evidence or arguments.
There is either voluntary or public regulation of the process to ensure that
Enforcement
the first three conditions are met.
Barriers and facilitators for explicit
priority setting
Barriers
Facilitators
- lack of trust between stakeholders
- senior level managerial and clinical
champions
- physicians not on board
- advisory panel lacking health economic
knowledge and/ or allocation experience
- strong leadership
- politics preventing program evaluation
- integrated budgets
- discontinuity of personnel
- resources earmarked for process itself and
follow-up on recommendations
- too many administrative demands leaving
priority setting as a low priority activity
- built in incentives for appropriate and
efficient spending
- culture to learn and change
KESIMPULAN
Penetapan Prioritas harus dilakukan dalam
setiap implementasi program karena
“KETERBATASAN SUMBER DAYA”
Perlu komunikasi dan advocacy antar
stakeholder untuk menetapkan program
prioritas
Prioritas Program ditetapkan secara nasional,
namun harus mempertimbangkan faktor lokal
dalam implementasinya