KALSIUM ALGINAT SEBAGAI PENDUKUNG AMOBILISASI L-ASPARAGINASE DARI BAWANG PUTIH (Allium sativum) | Kusumaningtias | Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia 8756 19111 1 PB

JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol.1, No.2, Agustus 2016
Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/jkpk

halaman 7-15
ISSN 2503-4146
ISSN 2503-4154 (online)

KALSIUM ALGINAT SEBAGAI PENDUKUNG AMOBILISASI LASPARAGINASE DARI BAWANG PUTIH (Allium sativum)
Nindy Kusumaningtias*, Nies Suci Mulyani dan Purbowatiningrum Ria
Sarjono
Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia
*Keperluan korespondensi, telp: 081226283898, email: nindykusuma94@gmail.com
Received: July 22 , 2016

Accepted: August 15, 2016

Online Published: August 31, 2016

ABSTRAK

Enzim L-Asparaginase adalah enzim yang mampu menghidrolisis asam amino LAsparagin menjadi L-Aspartat dan amonia. Dalam Industri makanan, L-asparagin merupakan
salah satu asam amino yang mampu bereaksi dengan suatu gugus karbonil dalam bahan
makanan yang dipanaskan. Reaksi tersebut berjalan melalui jalur reaksi Maillard membentuk
senyawa akrilamida yang bersifat karsinogenik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan enzim L-Asparaginase serta memperoleh karakter suhu dan pH optimum LAsparaginase dari bawang putih (Allium sativum) dalam bentuk enzim bebas maupun enzim
amobil dengan pendukung kalsium alginat. Tahap pertama penelitian dimulai dari isolasi LAsparaginase dari bawang putih dan pemurnian melalui pengendapan dengan amonium sulfat
dan dialisis. Tahap kedua melakukan uji aktivitas spesifik dan karakterisasi L-Asparaginase
dengan cara menghitung jumlah produk amonia yang terbentuk menggunakan pereaksi Nessler
dan mengukur kadar protein total dengan metode Lowry. Tahap selanjutnya yaitu amobilisasi LAsparaginase dalam matriks alginat dengan metode penjebakan. Tahap terakhir dari penelitian
ini yaitu karakterisasi L-Asparaginase amobil. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas spesifik
tertinggi L-Asparaginase dari bawang putih ada pada fraksi 5 (80-100%) yaitu 1423,0248 U/mg
protein. Kondisi optimum L-Asparaginase bebas yaitu pada suhu 37°C, pH 8,6. Enzim
LAsparaginase dapat diamobil dalam matriks kalsium alginat dengan aktivitas spesifiik sebesar
1367,6741 U/mg protein yang diukur pada kondisi optimumnya yaitu pada suhu 42°C, pH 8,6.
Kata Kunci: Allium sativum, L-Asparaginase, Amobilisasi, Kalsium Alginat

ABSTRACT
Enzyme L-asparaginase hydrolizes L-asparagine into L-aspartate and ammonia. In the
food industry L-asparagine in one of amino acid that is reactable with a carbonyl group in
heated foodstuffs. The reaction comes through Maillard reactions to form carcinogenic

compound, acrylamide. This study aims to obtain the enzyme L-Asparaginase from garlic
(Allium sativum) as free enzymes and immobilized enzymes using calcium alginate supporters,
and as well as its characterizations of temperature and pH optimum. This research was
conducted into four steps. First step: isolation of L-Asparaginase from garlic and purification by
precipitation with ammonium sulfate and dialysis. Second step: determination of specific activity
of the purified L-Asparaginase based on ammonia product detected by Nessler reagent, protein
concentration were measured using Lowry methods. The third step: immobilization of LAsparaginase into the alginate matrix with trapping methods. The last step of this research is
characterization of L-Asparaginase immobilized. The results showed that the highest specific
activity of L-Asparaginase of garlic were found in fraction 5 (80-100%), 1423.0248 U/mg protein.
Optimum condition of L-Asparaginase as free form is at a temperature of 37 °C and pH 8.6.
That enzymes can be ammobilized into calcium alginate matrix and hahe spesifiik activities of
1367.6741 U/mg protein at a temperature of 42 ° C and pH 8.6.
Keywords: Allium sativum , L - Asparaginase , Immobilization , Calcium Alginate.

7

8

Kusumaningtias dkk., Kalsium Alginat Sebagai Pendukung Amobilisasi


enzim

PENDAHULUAN

L-Asparaginase.

Penelitian

yang

dilakukan Rizki dkk (2009) menunjukkan
Enzim

L-Asparaginase

amidohidrolase,

(L-Asparagin

E.C.3.5.1.1)


merupakan

enzim yang mampu mengkatalisis reaksi
hidrolisis L-Asparagin menjadi asam LAspartat

dan

amonia

Asparaginase

[5].

juga

Enzim

terbukti


L-

dapat

menurunkan kadar akrilamida di dalam
makanan.

Enzim

L-Asparaginase

dapat

bahwa bawang putih mengandung enzim LAsparaginase

asam

amino

L-Asparagin


sebagai prekusornya menjadi bentuk asam
amino lain yaitu asam L-Aspartat yang
umum terdapat dalam makanan [1].

optimum

manusia. Akrilamida dapat muncul pada
makanan

apabila

dipanaskan

sebagai

konsekuensi terjadinya reaksi antara LAsparagin dan sumber karbonil melalui
reaksi Maillard [1]. Beberapa penelitian
membuktikan


bahwa

menggunakan

enzim

terhadap

kentang

mereduksi

pre-treatment
L-Asparaginase

dan

akrilamida

dough

tanpa

[3].

Efektivitas

spesifik

dan

pH

optimum

8,6.

Aktivitas spesifik ini dinilai cukup tinggi untuk
kemudian diteliti dan dilakukan amobilisasi
agar dapat dilakukan pemakaian secara
berulang.

Amobilisasi dilakukan dengan matriks
alginat karena sifatnya yang tidak beracun,
mekanisme kestabilan dan porositasnya
tinggi,

memerlukan

prosedur

untuk

yang

ammobilisasi,

dan

harganya murah untuk diaplikasikan dalam
industri makanan atau farmasi [2].
Dari

bertujuan

uraian
untuk

diatas,

penelitian

memperoleh

enzim

ini
L-

Asparaginase baik bebas maupun amobil
dan memberikan informasi karakter enzim LAsparaginase

bebas


dan

amobil

dari

bawang putih pada matriks kalsium alginat.

efektif
merusak

penampilan dan rasa dari hasil akhir produk
makanan

37°C,

sederhana

Akrilamida bersifat karsinogenik pada

aktivitas

sebesar 506,158 U/mg protein pada suhu

mencegah pembentukan akrilamida dengan
mengkonversi

dengan

enzim

L-

METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat

Asparaginase dalam mereduksi akrilamida

Bahan:

juga telah teruji dan dijadikan beberapa

hidroksimetil aminometan p.a., amonium

paten yang berbeda dalam pengolahan

sulfat

makanan seperti camilan, keripik, dough, dll

acetate (TCA) p.a., Bovine serum albumine

[4].

(BSA) p.a., Follin ciocalteau p.a., natrium
Selama

bawang

p.a.,

putih,

L-asparagin

bufer

p.a.,

tris-

Trichloro

putih

(Allium

alginat, kalsium klorida p.a., barium klorida

sebagai

bumbu

p.a., akuades, natrium karbonat p.a., kalium

penyedap makanan dan diekstrak kemudian

natrium tartrat p.a., tembaga sulfat p.a.,

dikapsulkan

reagen Nessler (kalium iodida dan raksa (II)

sativum)

ini,

Bawang

dimanfaatkan

sebagai

suplemen

untuk

memelihara kesehatan tubuh. Di sisi lain,

iodida).

bawang putih juga mengandung enzim L-

Alat:

Asparaginase [7]. Untuk itu, padapenelitian

spektrofotometer

ini digunakan bawang putih sebagai sumber

inkubator, lumpang dan mortar, timbangan,

Sentrifugasi
UV-Vis

(Centrific-228),
(Shimadzu),

9

JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 2, Agustus 2016, hal. 7-15

neraca analitik (kern 870), magnetic stirer

2.2 Dialisis Enzim

(Quart), kulkas, membran selofan, kertas
saring,

gunting,

tali,

botol

semprot,

Dialisis dilakukan dengan membran
selofan.Selofan yang telah berisi enzim

aluminium foil, plastic wrap, dan alat-alat

direndam

gelas untuk analisa.

aminometan 0,002 M pH 8,6 dalam keadaan

dalam

bufer

tris-hidroksimetil

dingin. Bufer diaduk dengan magnetic stirrer
Cara Kerja

dan

1. Isolasi Enzim

amonium sulfatnya setiap 2 jam dengan

dilakukan

pengujian

kandungan

Sampel penelitian berupa 250 g umbi

penambahan BaCl2. Dialisis dihentikan jika

bawang putih Allium sativum yang ditumbuk

hasil pengujian tidak lagi menghasilkan

kemudian ditambahkan dengan 125 mL 0,2

endapan putih.

M bufer tris-hidroksimetil aminometan pH

2.3 Penentuan Aktivitas Enzim

8,6 dan dihomogenkan. Homogenat yang

Larutan substrat 1 mL L-asparagin

diperoleh selanjutnya di didiamkan 1-2 jam

ditambahkan dengan 0,05 mL enzim bebas

o

pada suhu 5 C kemudian disaring dan

dan 2,5 bufer tris-hidroksimetil aminometan

filtratnya disentrifugasi. Supernatan yang

0,2 M pH 8,6 diinkubasi pada suhu 37 C

diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim

selama 30 menit kemudian ditambahkan

(EK).

larutan TCA 1,5 M sebanyak 1 mL dan

2. Pemurnian Enzim

disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm

2.1 Fraksinasi Amonium Sulfat

selama

o

15

menit

untuk

memisahkan

garam

endapan. Filtrat diambil sebanyak 0,5 mL

amonium sulfat dilakukan untuk memurnikan

lalu ditambah 4 mL akuades dan 1 mL

enzim

pereaksi Nessler. Campuran ini kemudian

Pengendapan
(enzim

dengan

kasar)

dengan

prinsip

pengendapan. Amonium sulfat ditimbang

diukur

sesuai fraksi yang dikehendaki 0-20% (dari

gelombang

tabel fraksinasi) dimasukkan dalam gelas

spektrofotometer UV-Vis. Aktivitas enzim

beaker berisi ekstrak kasar sambil diaduk

ditentukan secara regresi linier terhadap

dengan magnetic stirer dalam keadaan

kurva standar amonium sulfat.

dingin.

Campuran

didiamkan

semalam

2.4 Penentuan Kadar Protein dengan

dalam

keadaan

dingin

kemudian

Metode Lowry

disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm

absorbansinya
optimum

pada

(402

nm)

panjang
dengan

Sebanyak 9,8 mL larutan Na2CO3

diperoleh

ditambah 0,1 mL larutan kalium natrium

endapan dan filtrat untuk fraksi 0-20% (F1).

tartrat dan 0,1 mL larutan CuSO4 kemudian

Endapan dipisahkan dan disuspensi dengan

dikocok perlahan. Campuran ini kemudian

0,2 M bufer Tris-hidroksimetil aminometan

ditambahkan 0,1 mL larutan ekstrak kasar

pH 8,6. Endapan tersebut merupakan fraksi

atau enzim (F1, F2, F3, F4 dan F5) dan

0-20%. Filtrat diperlakukan sama dengan

diinkubasi selama 10 menit pada suhu

diatas

fraksi-fraksi

kamar. Campuran ini ditambahkan 1 mL

protein dengan tingkat kejenuhan 20-40%,

folin-ciocalteau kemudian diinkubasi kembali

40-60%, 60-80%, 80-100%.

selama 30 menit pada suhu kamar. Larutan

selama

15

menit

sehingga

sehingga

diperoleh

10

Kusumaningtias dkk., Kalsium Alginat Sebagai Pendukung Amobilisasi

tersebut selanjutnya diukur absorbansinya

natrium alginat ditambahkan 0,1 mL enzim

menggunakan

UV-Vis

sambil diaduk hingga homogen. Penetesan

pada panjang gelombang optimum BSA

dilakukan menggunakan pipet tetes ke

(726 nm). Kadar protein ditentukan secara

dalam larutan CaCl2 0,2 M dingin kemudian

regresi linier terhadap kurva standar BSA.

diinkubasi selama 2 jam. Manik-manik enzim

spektrofotometer

yang telah terbentuk disaring menggunakan
3. Karakterisasi Enzim

kertas saring untuk dipisahkan dari larutan

3.2 Penentuan Suhu Optimum

kalsium klorida lalu dicuci menggunakan

Larutan substrat L-Asparagin 1 mL,

akuades sebanyak 3 kali. Larutan kalsium

ditambah 0,05 mL enzim dan 2,5 mL bufer

klorida ini selanjutnya digunakan untuk

tris-hidroksimetil aminometan 0,2 M pH 8,6

mengukur kadar protein teramobil.

dan diinkubasi selama 30 menit dengan
variasi suhu (27, 32, 37, 42, 47)°C. Tahap

4. Karakterisasi Enzim Amobil

selanjutnya ditambahkan larutan TCA 1,5 M

4.1 Penentuan Suhu Optimum
Enzim

sebanyak 1 mL. Campuran ini diambil

amobil

ditambah

larutan

sebanyak 0,5 mL lalu ditambahkan 4 mL

substrat L-Asparagin sebanyak 1 mL dan

akuades

Nessler.

2,5 mL bufer tris-hidroksimetil aminometan

Larutan ini kemudian diukur absorbansinya

0,2 M pH 8,6 dan diinkubasi selama 30

pada panjang gelombang optimum (402 nm)

menit dengan variasi suhu (27, 32, 37, 42,

dengan spektrometer UV-Vis.

47)°C. Campuran ini ditambahkan larutan

3.3 Penentuan pH Optimum

TCA 1,5 M sebanyak 1 mL. Larutan tersebut

dan

1

mL pereaksi

Larutan substrat L-Asparagin 1 mL,

diambil sebanyak 0,5 mL lalu ditambahkan 4

ditambah 0,05 mL enzim dan 2,5 mL bufer

mL akuades dan 1 mL pereaksi Nessler.

tris-hidroksimetil aminometan 0,2 M dengan

Campuran

variasi pH (8,2; 8,4; 8,6; 8,8; 9,0) dan

absorbansinya pada panjang gelombang

diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit.

optimum (402 nm) dengan spektrometer UV-

Campuran ini ditambahkan larutan TCA 1,5

Vis.

M sebanyak 1 mL. Larutan tersebut diambil

4.2 Penentuan pH optimum
Enzim

sebanyak 0,5 mL lalu ditambahkan 4 mL
akuades

dan

1

mL pereaksi

Nessler.

substrat

ini

kemudian

amobil

L-Asparagin

ditambah
sebanyak

diukur

larutan
1

mL,

diukur

ditambah 0,05 mL enzim dan 2,5 mL bufer

absorbansinya pada panjang gelombang

tris-hidroksimetil aminometan 0,2 M dengan

optimum (402 nm) dengan spektrometer UV-

variasi pH (8,2; 8,4; 8,6; 8,8; 9,0) dan

Vis.

diinkubasi selama 30 menit pada suuhu

3.4 Amobilisasi Enzim

37°C. Campuran ini ditambahkan larutan

Campuran

ini

kemudian

Pembuatan larutan Natrium Alginat

TCA 1,5 M sebanyak 1 mL. Selanjutnya

3%. Natrium alginat dilarutkan dalam bufer

filtrat

tris-hidroksimetil aminometan 0,2 M pH 8,6

ditambahkan 4 mL akuades dan 1 mL

dalam keadaan panas dan diaduk hingga

pereaksi Nessler. Campuran ini kemudian

homogen. Suhu diturunkan menjadi 37°C,

diukur

diambil

sebanyak

absorbansinya

0,5

pada

mL

lalu

panjang

11

JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 2, Agustus 2016, hal. 7-15

gelombang

optimum

(402

nm)

dengan

spektrometer UV-Vis.
4.3

Penentuan

protein

menggunakan

garam

amonium

sulfat, sentrifugasi dan dialisis.

Kadar

Protein

Enzim

Amobil

Ammonium
digunakan

sulfat

karena

lebih

memiliki

sering
beberapa

Filtrat hasil rendaman (CaCl2) dan

kelebihan dibandingkan garam-garam yang

larutan hasil pencucian (akuades) enzim

lain, yaitu mempunyai kelarutan yang tinggi,

amobil diukur kadar proteinnya dengan

tidak

metode Lowry. Sebanyak 9,8 mL larutan

mempunyai daya pengendapan yang efektif,

Na2CO3 ditambah 0,1 mL larutan kalium

mempunyai

natrium tartrat dan 0,1 mL larutan CuSO4

kebanyakan enzim, dapat digunakan pada

dikocok perlahan. Campuran ini kemudian

berbagai pH dan harganya murah [8].

ditambahkan 1 mL filtrat dan diinkubasi
selama

10

menit

Sebanyak

1

ditambahkan

pada

pada

suhu

mL

kamar.

folin-ciocalteau

campuran

tersebut

mempengaruhi

Hasil
berupa

efek

aktivitas

penstabil

pemurnian

fraksi

endapan

enzim,

terhadap

yang

diperoleh

protein

dengan

berbagai tingkat kemurnian. Penambahan
garam

pada

konsentrasi

tinggi

akan

secara cepat dan diinkubasi pada suhu

menurunkan

kamar selama 30 menit. Larutan tersebut

dikarenakan adanya peningkatan muatan

diukur

listrik di sekitar protein yang akan menarik

absorbansinya

gelombang

optimum

pada

(726

protein.

Hal

ini

nm)

molekul-molekul air dari protein. Interaksi

kemudian ditentukan kadar protein yang

hidrofobik sesama molekul protein pada

terserap

menghitung

suasana ionik tinggi akan menyebabkan

selisih antara kadar protein enzim bebas

pengendapan protein, yang disebut salting

dengan kadar protein filtrat.

out. Protein yang hidrofobisitasnya tinggi

dilakukan

BSA

panjang

kelarutan

dengan

akan mengendap lebih dahulu, sedangkan
protein yang memiliki sedikit residu non

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Isolasi dan Purifikasi L-Asparaginase
dari Bawang Putih.
Isolasi

L-Asparaginase

dilakukan

secara mekanik yaitu dengan mengekstrak
bawang putih melalui pemecahan jaringan
bawang putih.
Ekstrak

kasar

enzim

merupakan

campuran protein enzim dan protein non
enzim yang diperoleh dari proses ekstraksi
bawang putih. Untuk memperoleh enzim LAsparaginase dengan tingkat kemurnian
yang tinggi maka perlu dilakukan pemurnian
terhadap ekstrak kasar. Pemurnian yang
dilakukan

adalah

dengan

pengendapan

polar (lebih hidrofilik) akan tetap larut
meskipun pada konsentrasi garam yang
paling tinggi [8].
Pada tahap pemurnian selanjutnya,
dialisis dilakukan sebagai metode untuk
memisahkan

partikel-partikel

kecil

lebih

dari

partikel-partikel

yang

besar

menggunakan

membran

semipermeabel

berdasarkan

prinsip

difusi,

perpindahan

molekul

dari

larutan

berkonsentrasi

tinggi

ke

larutan

berkonsentrasi

rendah.Enzim

yaitu

yang

merupakan molekul berukuran besar akan
tetap tertahan di dalam membran karena
tidak mampu melewati pori-pori membran

12

Kusumaningtias dkk., Kalsium Alginat Sebagai Pendukung Amobilisasi

selofan. Garam amonium sufat sebagai

penyusun protein enzim L-asparaginase

molekul

yang

kecil

akan

bermigrasi

keluar

bersifat

hidrofil,

sehingga

membran sehingga enzim menjadi lebih

membutuhkan garam amonium sulfat lebih

murni.

banyak untuk mengendapkannya.

2. Uji

Aktivitas

Spesifik

Enzim

L-

spesifik

ini

Asparaginase.
Penentuan

aktivitas

bertujuan untuk mengetahui kemurnian tiap
fraksi enzim. Enzim L-Asparaginase dalam
menghidrolisis

substrat

L-Asparagin

menghasilkan produk asam L-Aspartat dan
amonia. Aktivitas enzim L-Asparaginase
dapat diketahui dari total amonia yang
dihasilkan dari reaksi enzimatis melalui
metode Nessler.

Gambar 1. Grafik hubungan antara fraksi
pemurnian enzim dan aktivitas
spesifik enzim L-Asparaginase
3. Penentuan Karakter Optimum Enzim

Aktivitas

spesifik

enzim

L-

Bebas

Asparaginase dari bawang putih dapat

Karakterisasi

L-Asparaginase

ini

dilihat pada Gambar 1. Satu unit aktivitas

bertujuan

enzim L-Asparaginase didefinisikan sebagai

optimum dari L-Asparginase hasil isolasi.

aktivitas enzim yang menghasilkan 1μmol

Fraksi

produk L-Aspartat maupun amonia per

merupakan

satuan

aktivitas spesifik tertinggi yaitu fraksi 5.

menit

Aktivitas

pada

spesifik

kondisi

enzim

optimum.

untuk

enzim
fraksi

mengetahui

yang
enzim

kondisi

dikarakterisasi
yang

memiliki

L-Asparaginase

ditentukan berdasarkan perhitungan unit

4. Suhu Optimum L-Asparaginase Bebas

aktivitas enzim L-Asparaginase (Unit/mL)

Ditinjau dari struktur protein, suhu

per kadar protein enzim L-Asparaginase

berpengaruh terhadap kerenggangan dan

(mg/mL protein).

kerapatan

ikatan

pada

struktur

protein

Gambar 1 menunjukkan pada setiap fraksi

enzim. Hasil penentuan suhu optimum L-

enzim

Asparaginase bebas dapat dilihat pada

memiliki

berbeda.

Pada

aktivitas

spesifik

fraksi

memiliki

5

yang
nilai

Gambar 2.

aktivitas spesifik tertinggi yaitu sebesar

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat

1423,0248 U/mg protein. Hasil tersebut

bahwa suhu optimum dari L-Asparaginase

menunjukkan bahwa dalam fraksi 5 terdapat

hasil isolasi adalah 37°C yang ditunjukkan

enzim

dengan meningkatnya aktivitas enzim. Pada

L-Asparaginase

lebih

banyak

dibandingkan dengan fraksi lainnya.

suhu optimum, konformasi dari struktur

Pada fraksi 5 menunjukkan aktivitas spesifik

protein enzim berada tepat untuk mengikat

yang lebih besar dibandingkan dengan fraksi

substrat dalam membentuk produk sehingga

protein sebelumnya. Hal ini menunjukkan

menghasilkan aktivitas tertinggi.

bahwa pada fraksi 5 banyak asam amino

13

JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 2, Agustus 2016, hal. 7-15

menyebabkan proses katalisis tidak berjalan
optimal sehingga aktivitas enzim menurun
atau kurang optimal.

Gambar 2. Grafik hubungan antara suhu
dan aktivitas spesifik enzim Lasparaginase.
Enzim merupakan protein yang tersusun
dari

ribuan

asam-asam

amino

dimana

Gambar 3. Grafik hubungan antara pH
lingkungan enzim dan aktivitas

protein dapat mengalami denaturasi pada

spesifik enzim L-Asparaginase

suhu tinggi. Kenaikan aktivitas enzim di
bawah suhu optimum disebabkan karena
kenaikan energi kinetika molekul-molekul
enzim yang bereaksi. Akan tetapi apabila
suhu tetap dinaikkan terus, energi kinetika
molekul-molekul
sehingga
sekunder

enzim

menjadi

memecahkan
yang

besar

Dengan

demikian

perubahan

pH

berpengaruh terhadap efektivitas sisi aktif
enzim dalam membentuk kompleks enzim
substrat.

ikatan-ikatan

mempertahankan

enzim

dalam bentuk aslinya, akibatnya struktur
sekunder dan tersier berubah sehingga

6. Amobilisasi

Enzim

L-Asparaginase

dengan Pendukung Kalsium Alginat
Amobilisasi enzim merupakan suatu
proses dimana pergerakan molekul enzim

aktivitas enzim menurun.

ditahan sedemikian rupa sehingga terbentuk
sistem enzim yang aktif dan tidak larut

5. pH Optimum L-Asparaginase Bebas
Struktur protein enzim salah satunya
dipengaruhi oleh pH [6]. Hasil penentuan pH
optimum

ditunjukkan

pada

Gambar

3.

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui
bahwa pH optimum enzim L-Asparaginase
dari bawang putih adalah 8,6. Pada pH
tersebut, enzim berada pada konformasi
struktur enzim 3 dimensi yang tepat untuk
mengikat substrat. Pada kondisi di luar pH
optimum, konformasi enzim mulai berubah
menyebabkan posisi substrat berada tidak
tepat

pada

sisi

aktif

enzim.

Hal

ini

dalam air. Hasil amobilisasi L-Asparaginase
pada matriks alginat yaitu berupa manikmanik enzim amobil.
Aktivitas spesifik L-Asparaginase amobil
mengalami
sebesar

penurunan

aktivitas

spesifik

4% jika dibandingkan dengan

aktivitas spesifik enzim bebas (aktivitas
spesifik enzim amobil 1367,6741 U/mg,
aktivitas spesifik enzim bebas 1423,0248
U/mg). Penurunan aktivitas enzim amobil
disebabkan

adanya

menghalangi

substrat

matriks
untuk

yang
berikatan

14

Kusumaningtias dkk., Kalsium Alginat Sebagai Pendukung Amobilisasi

dengan enzim. Amobilisasi enzim dengan

enzim

metode penjebakan akan menyebabkan

bertahan pada suhu yang lebih tinggi

penghambatan kerja enzim [9].

dibandingkan dengan enzim L-Asparaginase

L-Asparaginase

amobil

mampu

bebas.
7. Penentuan

Karakter

Optimum

L-

Asparaginase Amobil.
a. Penentuan

Suhu

b. Penentuan pH Optimum L-Asparaginase
Optimum

L-

Asparaginase Amobil

Amobil.
Penentuan

Penentuan suhu optimum bertujuan
untuk mengetahui kondisi optimum enzim
setelah dilakukan amobil. Hasil penentuan
suhu optimum L-Asparaginase amobil dapat

dilakukan

untuk

pH

optimum

mengetahui

perlu
kondisi

optimum enzim dalam bereaksi dengan
substrat. Hasil karakterisasi pH optimum
dapat dilihat pada Gambar 5.

dilihat pada Gambar 4.

Gambar
Gambar 4. Grafik hubungan antara suhu
dan aktivitas spesifik enzim L-Asparaginase
amobil.
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat
bahwa suhu optimum dari L-Asparaginase
amobil adalah 42°C. Suhu optimum pada
enzim amobil lebih tinggi dari enzim bebas
dikarenakan matriks kalsium alginat mampu
melindungi enzim L-Asparaginase amobil
terhadap

panas

sehingga

enzim

L-

Asparaginase mampu bertahan pada suhu
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
enzim L-Asparaginase bebas. Hal tersebut
menunjukkan bahwa matriks kalsium alginat
mampu melindungi enzim L-Asparaginase
amobil terhadap peningkatan suhu sehingga

5.Grafik

hubungan

lingkungan

dan

antara

pH

aktivitas

spesifik enzim L-Asparaginase
amobil.

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui
bahwa pH optimum L-Asparaginase amobil
dari bawang putih adalah pada pH 8,6.
Kondisi optimum dari enzim bebas dan
amobil adalah sama. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan matriks alginat dalam
amobilisasi L-Asparaginase dari bawang
putih tidak menyebabkan perubahan muatan
sisi aktif enzim maupun struktur enzim
terutama pada sisi aktif enzim.

JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 2, Agustus 2016, hal. 7-15

15

Enzymatic Elimination of Acrylamide in

KESIMPULAN
Berdasarkan

penelitian

yang

Potato-Based

telah

1. L-Asparaginase

dapat

diisolasi

dari

[4]

Dough Food Component Using Water

tertinggi pada fraksi 5 (80-100%) yaitu

Activity, Patent No US20080166450-

1423,0248 U/mg protein.

A1.

2. Kondisi optimum L-Asparaginase bebas

3. L-Asparaginase dapat diamobil pada

[5]

Article of Journal: Lincoln, L., dan More,
S.S., 2014, Isolation and Production of

matriks kalsium alginat 3% dengan

Clinical

penurunan aktivitas sebesar 4% dari

and

Food

Asparaginase

aktivitas L-Asparaginase bebas.

Grade

Enzyme

Lfrom

Fungi,India.

4. Kondisi optimum L-Asparaginase amobil
diperoleh pada suhu 42°C dan pH 8,6.

Article of Journal: Corrigan, P.J., 2008,
Methods for Reducing Asparagine in a

bawang putih dengan aktivitas spesifik

diperoleh pada suhu 37°C dan pH 8,6.

Treated

Foods, Slovak Republic.

dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:

Thermally

[6]

Chapter of Book: Lehninger, A.L., 1982,
Principles of Biochemistry: 1st Edition,

UCAPAN TERIMA KASIH

Worth Pub, New York.

Penelitian ini sukses dan berjalan
dengan lancar berkat dukungan dari dosen

[7] Thesis: Rizki, R.A., 2009, Isolasi dan

pembimbing, dosen lab. biokimia, dosen

Karakterisasi

jurusan kimia, laboran jurusan kimia, serta

dari Bawang Putih (Allium sativum),

teman-teman jurusan kimia angkatan 2011.

Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan

Enzim

L-Asparaginase

Matematika, Universitas Diponegoro,
Semarang.

DAFTAR RUJUKAN
[1]

Article of Journal: Anese, M., Quarta,

[8]

B., dan Frias, J.M., 2011, Modelling

Whole Book: Scopes,
Protein

Effect of Asparginase in Reducing

Purification,

Practice, 2

Acrylamide Formation in Biscuits Food

nd

R.K.,
Priciple

1987,
and

ed, Springer Verlag, New

York.

Chemistry, Ireland.
[9]
[2] Article of Journal: Bucke, C., 1987,
Industrial Use of Immobilized Enzyme
and Cells, In: Immobilized Microbial
Enzyme and Cells, Bangkok.

[3]

Article

of

Journal:

Ciesarová,

Z.,

Kukurová, K., dan Benešová, C., 2010,

Whole

Book:

Biotechnology,

Smith,

J.E.,

Diterjemahkan

1990,
oleh

Hartono, A., Penerbit Buku Kedokteran
Indonesia, Jakarta.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24