Kohesi dan koherensi antarparagraf dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 - USD Repository

KOHESI DAN KOHERENSI ANTARPARAGRAF DALAM WACANA
OPINI SURAT KABAR KOMPAS EDISI NASIONAL BULAN APRIL 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Strata 1 (S-1) Sastra Indonesia
Program studi Sastra Indonesia

Disusun Oleh
MARGARETHA KRISMI ERNAWATI
004114003

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

i


KOHESI DAN KOHERENSI ANTARPARAGRAF DALAM WACANA
OPINI SURAT KABAR KOMPAS EDISI NASIONAL BULAN APRIL 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Strata 1 (S-1) Sastra Indonesia
Program studi Sastra Indonesia

Disusun Oleh
MARGARETHA KRISMI ERNAWATI
004114003

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

i


ii

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul
“Kohesi dan Koherensi Antarparagraf dalam Wacana Opini Surat Kabar Kompas
Edisi Nasional Bulan April 2005” tidak memuat karya atau bagian karya orang
lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan-kutipan dan daftar pustaka
sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta , Maret 2007
Penulis

Margaretha Krismi Ernawati

iv


MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Aku tidak mencari pemahaman akan apa yang aku percaya tetapi aku percaya
agar aku memahami (St. Anselmus dari Canterbury).
Aku ingin bahwa dengan memahami diriku sendiri, aku dapat memahami orang
lain (Katherine Mansfield).
Pengalaman membuat aku mampu untuk mengenal sebuah kesalahan bilamana
aku melakukannya lagi… (Franklin P. Jones).

Skripsi ini kupersembahkan untuk
Yesus Kristus dan Bundha Maria
bapakku Al. Subarjo
ibuku Fr. Rujiyem,
kakakku Y.Kris Yunianto dan
adikku Ch.Deni Rumiarti .

v

KATA PENGANTAR
Dengan selesainya skripsi ini, penulis merasa bahwa Tuhanlah yang telah
berkarya atas diri penulis. Untuk itu, tiada kata lain yang pantas penulis panjatkan

kecuali kata puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang
telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada peneliti.
Skripsi ini tidak terwujud begitu saja, melainkan melalui proses dan berkat
kebaikan, perhatian, dukungan, dan doa dari berbagai pihak.
1. Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., dosen pembimbing I yang penuh perhatian
memberikan dorongan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan
2. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan kritikan dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Dosen-dosen Sastra Indonesia antara lain Drs. B. Rahmanto, M.Hum.,
Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., Dra.
Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs. Heri Antono, M.Hum. Atas segala
bimbingan selama penulis menjalani studi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma atas pelayanan
dalam administrasinya.
5. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
peminjaman buku-buku yang diperlukan penulis.

vi


6. Bapak Alexander Subarjo dan Ibu Frisca Rujiyem selalu memberikan
dukungan dengan berupa materil dan nonmateriil dan dengan doa agar
penulis dengan sabar mengerjakan skripsinya.
7. Mas Anto, dhik Deni, dan dhik Dhimas (walaupun dhik Dhimas bandel,
mbak sayang dan selalu kangen) selalu memberikan dukungan agar
penulis menyelesaikan skripsinya.
8. Romo E.M. Supranowo, Pr.

yang selalu menanyakan bagaimana

skripsinya dan memberi semangat, berkat, dorongan, serta doa agar
penulis menyelesaikan skripsinya.
9. Leonard Prince Abhie Passarelagu terima kasih banyak telah menyediakan
waktunya untuk mengalihbahasakan dari bahasa indonesia menjadi bahasa
inggris dan terima kasih dukungannya selama penulis menyelesaikan
skripsinya dari sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabatku tercinta Paska, Iin, dan Gesta yang selalu mendorong penulis
agar semangat dan dengan hati yang senang dalam mengerjakan
skripsinya. Juga Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2000 yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

vii

ABSTRAK
Ernawati, Margaretha Krismi, 2006. “Kohesi dan Koherensi Antarparagraf dalam
Wacana Opini Surat Kabar Kompas Edisi Nasional Bulan April 2005”.
Skripsi Strata I (S1). Program Studi Sastra Indonesia. Jurusan Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta.
Dalam skripsi ini dibahas tentang kohesi dan koherensi antarparagraf
wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005. Ada dua
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, kohesi antarparagraf
apa saja yang terdapat dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional
bulan April 2005? Kedua, koherensi antarparagraf apa saja yang terdapat dalam
wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005?
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis kohesi
antarparagraf dalam wacana opini Kompas edisi nasional bulan April 2005 dan
mendeskripsikan jenis-jenis koherensi antarparagraf dalam wacana opini Kompas
edisi nasional bulan April 2005.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Penelitian ini
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) tahap pengumpulan data, (ii) tahap analisis
data, dan (iii) tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak, yaitu menyimak wacana opini dengan
membaca, menelaah, dan memahami wacana opini surat kabar Kompas edisi
nasional bulan April 2005. Teknik yang digunakan adalah teknik sadap dan teknik
catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode agih dan
metode padan. Metode agih yang diterapkan menggunakan teknik dasar bagi
unsur langsung. Untuk menganalisis kohesi dan koherensi berpenanda digunakan
teknik baca markah yaitu teknik yang digunakan untuk menunjukkan kejatian
satuan lingual atau identitas konstituen tertentu. Teknik ganti untuk membuktikan
identitas satuan lingual tertentu dan teknik ulang untuk menggantikan unsur
tertentu dengan unsur yang lain. Teknik yang digunakan dalam analisis data
adalah teknik bagi unsur langsung dengan cara membagi atau mengelompokkan
bagian wacana kemudian dicari kohesi dan koherensinya. Dalam penyajian hasil
analisis data digunakan metode formal adalah penyajian hasil analisis data
dengan perumusan tanda dan lambang-lambang dan metode informal dengan katakata biasa, dalam artian tidak mengunakan rumus.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, struktur antarparagraf
wacana opini dalam surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 memiliki
kohesi gramatikal dan leksikal. Kohesi gramatikal kemudian dapat dirinci menjadi

tiga, yaitu (i) Kohesi penunjukan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kohesi
penunjukan anaforis dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan
April 2005 menggunakan kata penunjukan misalnya itu, ini, dan tersebut dan
kohesi penunjukan kataforis menggunakan kata penunjukan misalnya sebagai
berikut dan berikut, (ii) Kohesi penggantian menggunakan pengantian dengan
pronomina misalnya ia, dia, dan –nya, (iii) Kohesi perangkaian menggunakan
konjungsi antarparagraf misalnya karena itu, oleh sebab itu, namun, dan jadi.

viii

Kohesi leksikal dalam struktur antarparagraf wacana opini dalam surat
kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 dapat dirinci menjadi dua, yaitu (i)
Kohesi homonimi dijumpai kata ketiga agama keturunan Ibrahim sebagai
superordinat umat Islam, Kristen, dan Yahudi sebagai subordinat; (ii) kohesi
pengulangan dijumpai pengulangan antarparagraf misalnya dia, Aceh, prinsip
non- intervensi, myamar, dan ASEAN.
Kedua, struktur antarparagraf wacana opini dalam surat kabar Kompas
edisi nasional bulan April 2005 memiliki koherensi berpenanda. Koherensi
berpenanda dapat dirinci menjadi sembilan, yaitu (i) koherensi aditif dengan
menggunakan penanda antarparagraf misalnya di samping itu; selain itu;

ditambah lagi; lagi pula; dan kecuali itu, (ii) koherensi sebab akibat dengan
menggunakan penanda antarparagraf misalnya oleh karena itu; maka; oleh sebab
itu; dan akibatnya; (iii) koherensi pertentangan dengan menggunakan penanda
kata sebaliknya; akan tetapi; tetapi; namun; walaupun begitu; dan meskipun
demikian, (iv) koherensi temporal dengan menggunakan penanda antarparagraf
misalnya kini; dua tahun lalu; ketika itu; sementara itu; dan sampai sekarang, (v)
koherensi kronologis dengan menggunakan penanda antarparagraf misalnya dulu
dan setelah, (vi) koherensi perurutan dengan menggunakan penanda antarparagraf
misalnya kemudian; lalu; dan selanjutnya, (vii) koherensi syarat dengan
menggunakan penanda antarparagraf misalnya jika demikian; jika begitu;
apabila demikian; apabila begitu; jika; dan apabila, (viii) koherensi cara
dengan menggunakan penanda antarparagraf misalnya dengan begitu dan dengan
demikian, (ix) koherensi intensitas dengan mengunakan penanda antarparagraf
misalnya pada hal; bahkan; apalagi; dan pun

ix

ABSTRACT
Ernawati, Margaretha Krismi Ernawati, 2006.“Inter- Pararagraph Cohesion and
Coherence in the Opinion Discourse Coloum of Kompas Newpaper’s

National Edition of April 2005”. SI Tesis. Indonesian Letters Study
Program. Indonesian Letters Program. Faculty of Letters, Sanata Dharma
University, Yogyakarta.
This thesis was discussing the inter-paragraph cohesion and coherence in
the Opinion Discourse column of Kompas Newspaper’s National Edition of April
2005. There were two problems addressed in this thesis. First, what interparagraph cohesion can be found in the Opinion Discourse column of Kompas
Newspaper’s National Edition of April 2005? Second, what inter-paragraph
coherence can be found in the Opinion Discourse column of Kompas Newspaper’s
National Edition of April 2005?
This research aimed at describing the types of inter-paragraph cohesion in
the Opinion Discourse column of Kompas Newspaper’s National Edition of April
2005 and describing the types of inter-paragraph coherence in the Opinion
Discourse column of Kompas Newspaper’s National Edition of April 2005.
This research was descriptive study, which was a research that describes the
research object based on the given facts. This research performed through three
steps, which were (i) data collecting, (ii) data analysis, and (iii) presentation of
data analysis. The method used in data collecting was comprehension method,
which was comprehend the opinion discourse by read, analyze, and understand the
Opinion Discourse column of Kompas Newspaper’s National Edition of April
2005. The technique used in this research was taping and recording techniques.

The method used in data analysis was distributing technique. This technique was
implemented using basic technique for direct element and then using switching
technique in order to demonstrating the identity of certain lingual unit, and finally,
the repeating technique to switch certain element with other elements. The
technique used in the data analysis was direct element sharing technique by
sharing or categorizing the discourse parts and then finding their cohesion and
coherence. In the presentation of data analysis results, the formal method was
used with signs, symbols formulation, and informal method by common words,
which was not using formula.
Result of the research was followed. First, the elements of inter-paragraph
in the Opinion Discourse column of Kompas Newspaper’s National Edition of
April 2005 have grammatical and lexical cohesion. The grammatical cohesion was
divided into three cohesions. Where the indication cohesion classified into two
types, (i) which were anaforis indication using Indonesian indicator adjective such
as ini, itu, di atas and tersebut, and kataforis cohesion using Indonesian indicator
words like sebagai berikut and berikut. (ii) Substitute cohesion using Indonesian

x

indicator pronoun like ia, dia, and -nya,. (iii) Connection cohesion using indicator
conjunction words such as karena itu, oleh sebab itu, namun, and jadi.
Lexical cohesion in inter-paragraph cohesion in the Opinion Discourse
column of Kompas Newspaper’s National Edition of April 2005 can be divided
into two cohesions. (i) Homonymy cohesion found in words ketiga agama
keturunan Ibrahim as superordinate umat Islam, Kristen, and Yahudi as
subordinate. (ii) While the repeating cohesion found in indicator words dia, Aceh,
prinsip nonintervensi, Myanmar, and ASEAN.
Second, the elements of inter-paragraph in the Opinion Discourse column of
Kompas Newspaper’s National Edition of April 2005 have coherence with
indicator and coherence without indicator. (i) Coherence with indicator turn into
additive coherence using indicator words di samping itu, selain itu, ditambah lagi,
lagi pula, and kecuali itu. (ii) Causal coherence using indicator word oleh karena
itu, maka, oleh sebab itu. (iii) Contrast coherence using indicator word sebaliknya,
akan tetapi, tetapi, namun, walaupun begitu and meskipun demikian. (iv) Time
coherence by using indicator words kini, dua tahun lalu, ketika itu, sementara itu,
and sampai sekarang. (v) Chronological coherence by using indicator words dulu,
and setelah. (vi) Sequential coherence using indicator words kemudian, lalu, and
selanjutnya. (vii) Conditional coherence using indicator word jika demikian, jika
begitu, apabila demikian, apabila begitu, jika and apabila. (viii) Manner
coherence using indicator word dengan begitu and dengan demikian. (ix) intensity
coherence using indicator word penanda antarparagraf pada hal; bahkan; apalagi;
dan.

xi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................

v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK................. ...................................................................................... viii

ABSTRACT................. ......................................................................................

x

DAFTAR ISI.................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

1

1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................

5

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................

5

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................

5

1.5 TinjuanPustaka

......................................................................................

6

1.6 Landasan Teori

......................................................................................

8

1.6.1 Pengertian Wacana ..........................................................................

8

1.6.2 Pengertian Wacana Opini ................................................................

8

1.6.3 Hubungan Antarbagian Wacana.......................................................

9

1.6.3.1 Kohesi................................................................................

9

1.6.3.1.1 Kohesi Gramatikal ...........................................................

9

1.6.3.1.2 Kohesi Leksikal ............................................................... 12
1.6.3.2 Koherensi............................................................................ 16
1.6.3.2.1 Koherensi Berpenanda .................................................... 17
1.6.3.2.2 Koherensi Tidak Berpenanda .......................................... 21
1.7 Metode Penelitian ...................................................................................... 21
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 22
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ...................................................... 22

xii

1.7.3 Tahap Penyajian Analisis Data .......................................................... 24
1.7.4 Sistematika Penyajian ....................................................................... 25

BAB II HASIL ANALISIS KOHESI ANTARPARAGRAF WACAN OPINI
SURAT KABAR KOMPAS EDISI NASIONAL BULAN APRIL
2005
...................................................................................... 26
2.1 Kohesi Gramatikal .................................................................................... 26
2.1.1 Kohesi Penunjukan

................................................................... 26

2.1.2 Kohesi Penggantian ....................................................................... 33
2.1.3 Kohesi Perangkaian .................................................................... 35
2.2 Kohesi Leksikal ......................................................................................... 37
2.2.1 Kohesi Pengulangan ...................................................................... 37
2.2.2 Kohesi Hiponimi ......................................................................... 39

BAB III HASIL ANALISIS KOHERENSI ANTARPARAGRAF WACANA
OPINI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS EDISI NASIONAL
BULAN APRIL 2005 .................................................................... 42
3.1 Hasil analisis Koherensi ............................................................................. 42
3.1.1 Koherensi berpenanda ............................................................................ 42
3.1.1.1 Koherensi aditif ......................................................................... 43
3.1.1.2 Koherensi Sebab akibat ............................................................. 46
3.1.1.3 Koherensi Temporal .................................................................. 48
3.1.1.4 Koherensi Kronologis ................................................................ 51
3.1.1.5 Koherensi Pertentangan ........................................................... 53
3.1.1.6 Koherensi Cara .......................................................................... 56
3.1.1.7 Koherensi Perurutan ................................................................. 58

xiii

3.1.1.8 Koherensi Syarat ........................................................................ 60
3.1.1.9 Koherensi Intensitas .................................................................. 61
3.1.2 Koherensi Tidak Berpenanda ............................................................ 61
3.1.2.1 Koherensi Perian dan Perincian .. .. ............................................. 61

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 65
4.1Kesimpulan................................................................................................. 65
4.2 Saran.......................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam skripsi ini dibahas tentang kohesi dan koherensi antarparagraf yang
terdapat pada wacana opini pada surat kabar Kompas edisi nasional bulan April
2005. Wacana opini adalah tulisan yang terdapat dalam media massa cetak yang
berisi pendapat pribadi penulis. Wacana opini termasuk wacana yang lengkap
karena di dalamnya terdapat gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa
dipahami oleh pembaca.
Kohesi adalah hubungan bentuk antara bagian-bagian dalam suatu wacana,
kohesi dibagi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
Kohesi gramatikal

dibedakan

menjadi

kohesi penunjukan,

penggantian,

perangkaian, dan pelesapan. Kohesi leksikal dibedakan menjadi himonini,
sinonimi, dan antonimi. Adapun koherensi adalah hubungan makna atau semantis
antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Koherensi dibedakan menjadi
koherensi sebab akibat, koherensi perlawanan, koherensi kronologis, koherensi
temporal, dan koherensi aditif. Dengan adanya kohesi dan koherensi itu akan
terbentuk sebuah wacana yang utuh sehingga terjadi kesinambungan antarkalimat
atau antarparagraf. Berikut ini contoh kohesi gramatikal yang terdapat pada
wacana opini.

(1) (a) Tetapi, juga menimbulkan kekhawatiran baru, yaitu bahwa kita telah
memperkirakan terlalu rendah (underestimate) efek GRK pada
peningkatan suhu permukaan Bumi. (b) Karena pencemaran udara berupa

1

2

zat padat halus dan zat kimia lain merugikan kesehatan manusia, usaha
harus dilakukan untuk mengendalikan pencemaran udara.
(c) DI Eropa dan Amerika Serikat usaha ini telah berhasil banyak. (d)
Sementara itu, penanggulangan emisi CO2 belum berhasil, bahkan ada
gejala emisi CO2 makin meningkat. (e) Dengan demikian, pada satu pihak,
keberhasilan menanggulangi pencemaran udara zat padat dan zat kimia
lain telah mengurangi dampak kesehatannya. (Kompas, 21 April 2005)
Pada contoh (1) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari dua
kalimat, yaitu kalimat (1a), dan (1b). Paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat, yaitu
kalimat (1c), (1d), dan (1e). Pada paragraf kedua terdapat kata penunjuk ini,
menunjuk ke sebelah kiri, yaitu kata mengendalikan pencemaran udara sehingga
merupakan kohesi penunjukan anaforis.

(2) (a) Kehadiran Paus Benediktus XVI melahirkan dualisme sikap. (b) Hal ini
terjadi karena adanya harapan yang begitu besar bagi eksistensi paus. (c)
Seperti dilaporkan BBC, sebagian warga jerman menyambut
pengangkatan Joseph Ratzinger dengan bangga, sebagian lagi dengan rasa
prihatin. (d) Bangga karena ia berasal dari jerman, sementara keprihatinan
muncul karena menganggap Ratzinger sebagai sosok konservatif.
(e) NAMUN, menilai sepihak terhadap sosok Paus Benediktus XVI
kiranya harus ditaruh didalam kurung karena dalam hal-hal tertentu ia
menunjukkan sikap yang egaliter. (f) Misalnya, saat sebagian warga
jerman mendukung pembetasan pelaksanaan ajaran islam bagi
pemeluknya, seperti pemakaian jilbab, ia justru agak tidak setuju. (g) Ia
keberatan terhadap larangan pemakaian simbol-simbol agama di sekolahsekolah. (Kompas, 26 April 2005)
Pada contoh (2) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari empat
kalimat, yaitu kalimat (2a), (2b), (2c), dan (2d). Paragraf kedua terdiri dari tiga
kalimat, yaitu kalimat (2e), (2f), dan (2g). Paragraf kedua terlihat kata namun
menunjukkan perangkaian antarparagraf dengan paragraf pertama, sehingga
merupakan kohesi perangkaian.Berikut ini contoh koherensi antarparagraf yang
terdapat pada wacana opini.

3

(3) (a) Kacaunya administrasi wilayah pesisir dan lautan Indonesia tercermin
dalam banyak hal: (1) kita mengklaim seluruh pulau besar dan kecil
Indonesia berjumlah 17.504 pulau, namun sampai saat ini kita hanya
mampu memberi nama berikut posisi geografisnya sebanyak 7.870 pulau
yang memenuhi definisi pulau menurut Pasal 121 UNCLOS 1982; (2) ada
sebuah lembaga di Indonesia menggunakan citra satelit untuk menghitung
jumlah pulau sehingga dengan bangga menyatakan telah memperoleh
jumlah pulau lebih banyak lagi, yaitu 20.000 pulau (bahkan Presiden RI
sebelumnya selalu mengacu pada angka ini).
(b) Padahal yang dilihat di citra satelit belum tentu pulau berdasarkan
definisi UNCLOS 1982, karena mungkin hanya berupa vegetasi mangrove
di atas permukaan laut. (c) Masalah nama-nama geografis seharusnya
menjadi bagian dari administrasi pemerintahan yang tertib dan tidak setiap
lembaga terkait mengeluarkan angka jumlah banyaknya pulau secara
sendiri-sendiri. (Kompas, 11 April 2005).
Pada contoh (3) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari satu
kalimat, yaitu (3a). Paragraf kedua terdiri dari dua kalimat, yaitu (3b), dan (3c).
Paragraf pertama berkoherensi intensitas dengan paragraf kedua yang ditandai
dengan konjungsi padahal.

(4) (a) Kerangkanya gamblang, dengan semakin kompleks dan ragam,
mekanisme check and balance, baku kritik, kontrol dan koreksi, serta
saling sisip dan silih sumbang antarinstitusi dapat berlangsung lebih
rampak sehingga demokrasi menjadi rekonstruktif, senantiasa dapat
memperbaiki dirinya, memperbaharui gagasan-gagasannya, meremajakan
bahkan menganakpinakkan sistem dan kelembagaannya sesuai tuntutan
perkembangan.
(b) Oleh karena itu, setiap perkembangan yang membahayakan
proliferasi demokrasi, baik pada lingkup hak-hak, institusi, kelompok,
maupun individu penggiatnya, seperti dalam berbagai perkembangan ini,
serta baik akibat rekayasa sistematis atau sekadar karena alpa kuasa,
ceroboh, atau lobanya pihak-pihak yang terkait, tetaplah sekaligus
merupakan bukti ketidaksehatan mekanisme- mekanisme demokrasi kita.
(c) Alih-alih bersorak-sorai merayakannya, sekurang-kurangnya kita harus
tertegun gundah. (Kompas, 18 April 2005)
Pada contoh (4) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari satu
kalimat yaitu (4a). Paragraf kedua terdiri dari dua kalimat, yaitu (4b) dan ( 4c)

4

terlihat adanyahubungan makna sebab-akibat. Paragraf pertama berkoherensi
kausalitas dengan paragraf kedua ditandai konjungsi oleh karena itu

(5) (a)Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan
Kristen), banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau
menebarkan misi (baca: mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama
yang mereka peluk. (b) Dan, para elite agama ini pun tentunya sangat jeli
dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan negara sebagaimana
yang dikatakan Hobbes di atas. (c) Maka, kloplah, politisasi agama
menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dan
para elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.
(d) Namun, perlu diingat, dalam proyek "kerja sama" ini tentunya para
politikus jauh lebih lihai dibandingkan dengan elite agama. (e) Dengan
retorika yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah) jadi elite yang
sangat religius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama)
melalui jalur politik. (f) Padahal, amat jelas, yang terjadi tak lain adalah
politisasi agama. (Kompas, 16 April 2005)
Pada contoh (5) terdapat dua paragraf. Paragraf pertama terdiri dari tiga
kalimat, yaitu (5a), (5b), dan (5c). Paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat, yaitu
(5d), (5e), dan (5f). Paragraf pertama berkoherensi kontras dengan paragraf kedua
yang ditunjukan dengan konjungsi namun.

Kompas dipilih sebagai sumber data selama sebulan karena salah satu surat
kabar yang bersifat nasional dan para pembacanya ada di seluruh Indonesia.
Dalam penelitian ini dipilih kohesi dan koherensi antarparagraf wacana opini pada
surat kabar Kompas edisi nasional bulan April 2005 sebagai objek penelitian
dengan tiga alasan. Pertama kohesi dan koherensi antarparagraf wacana opini
sebagai wacana jurnalistik merupakan gejala kebahasaan yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, kohesi dan koherensi antarparagraf wacana opini
pada surat kabar Kompas belum pernah ada yang meneliti. Ketiga, kohesi dan

5

koherensi antarparagraf banyak variasinya khususnya pada bulan april 2005.
Kohesi dan koherensi merupakan hal penting untuk membangun wacana,
termasuk wacana opini.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah yang
akan di bahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.2.1 Apa saja penanda kohesi antarparagraf dalam wacana opini Kompas edisi
nasional bulan April 2005?
1.2.2 Apa saja penanda koherensi antarparagraf dalam wacana opini Kompas edisi
nasional bulan April 2005 ?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan jenis-jenis kohesi antarparagraf dalam wacana opini

Kompas edisi nasional bulan April 2005.
1.3.2 Mendeskripsikan jenis-jenis koherensi antarparagraf dalam wacana opini

Kompas edisi nasional bulan April 2005.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dapat membuktikan manfaat teoretis dan praktis dalam
bahasa Indonesia. Manfaat teoretis penelitian ini dapat memperkaya kajian
linguistik Indonesia, khususnya bidang analisis wacana. Manfaat praktis
penelitian ini antara lain mendokumentasikan atau mendaftar wacana opini bahasa

6

Indonesia. Hal itu selanjutnya memberikan gambaran dan contoh yang jelas
mengenai kohesi dan koherensi antarparagraf. Manfaat praktis itu juga dapat
memandu bagaimana penulisan struktur antarparagraf yang baik.

1.5 Tinjauan Pustaka
Kohesi dan koherensi telah dibahas dalam berbagai tulisan maupun skripsi
antara lain oleh Ramlan (1993), Alwi (2000), Puspitasari (2004), dan
Kusumantara (2004).
Ramlan (1987) dalam bukunya Sintaksis mengelompokkan makna
antarklausa yang satu dengan klausa yang lainnya dalam kalimat majemuk terdiri
tujuh belas hubungan. Ketujuh belas hubungan makna itu adalah (i) penjumlahan,
(ii) perurutan, (iii) pemilihan, (iv) pertentangan, (v) perlebihan, (vi)waktu, (vii)
perbandingan, (viii) sebab, (ix) akibat, (x) syarat, (xi) pengandaian, (xii) harapan,
(xiii) penerangan, (xiv) isi, (xv) cara, (xvi) perkecualian, dan (xvii) kegunaan.

Ramlan (1993) dalam bukunya berjudul Paragraf: Alur Pikir dan Kepaduan

dalam Bahasa Indonesia membahas tentang kepaduan dan pertalian makna
antarkalimat dalam wacana bahasa indonesia. Ramlan juga menunjukan sejumlah
penanda hubungan bentuk dan pertalian makna antarkalimat dalam bahasa
indonesia. Di bidang bentuk, ramlan merinci penanda hubungan antarkalimat
dibagi menjadi (1) penanda hubungan penunjukan, (2) penanda hubungan
penggantian, (3) penanda hubungan.

7

Alwi (2000) dalam bukunya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia membahas
hubungan bentuk (kohesi) dan hubungan makna antarkalimat dalam bahasa
indonesia (koherensi). Di bidang hubungan makna Alwi merinci penanda
hubungan antarkalimat menjadi pertentangan, pengutamaan, perkecualian,
konsesi, dan tujuan.
Selain ahli-ahli tersebut, ada skripsi dan tesis yang membahas kohesi dan
koherensi sebagai berikut.
Puspitasari (2004) dalam skripsinya berjudul “Analisis Wacana Rubrik
“Psikoterapi” dalam surat kabar mingguan Minggu Pagi. Penelitian Ani
menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, wacana rubrik “Psikoterapi”
memiliki wacana lengkap, yaitu bagian awal, bagian tubuh, dan bagian penutup.
Kedua, kohesi wacana rubrik “Psikoterapi” yang berupa pertalian unsur semantik
diwujudkan menjadi bentuk kohesi gramatikal dan kohesi lekasikal. Ketiga,
koherensi yang ditemukan dalam wacana rubrik”Psikoterapi” dibedakan menurut
penanda antar kalimat, yaitu koherensi berpenanda dan koherensi tidak
berpenanda.
Kusumantara (2004) dalam skripsinya berjudul Analisis Wacana Adventorial
Pada Surat Kabar Kompas Bulan Januari – Juni 2004. Penelitian Kusumantara
menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, struktur wacana yang terdiri dari
lima bagian yaitu bagian rubrik, bagian awal, bagian tubuh, dan bagian penutup.
Kedua, jenis-jenis tuturan dibagi menjadi tuturan narasi, deskripsi, dan narasi.
Ketiga, kohesi dalam wacana Adventorial pada surat kabar Kompas. Dan

8

keempat, koherensi pada wacana Adventorial pada surat kabar Kompas bulan
januari- juni 2004.
Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari kajian Ramlan (1993), Alwi (2000),
Wahyuni (2004), Puspitasari (2004), dan Kusumantara (2004) dapat dicatat bahwa
sudah dilakukan kajian tentang kohesi dan koherensi. Hal tersebut berupa kohesi
dan koherensi antarkalimat yang terdapat pada wacana rubrik, wacana narasi
bahasa daerah, dan tajuk rencana. Namun, kohesi dan koherensi antarparagraf
belum pernah diteliti. Oleh sebab itu, penelitian tentang kohesi dan koherensi
antarparagraf dalam wacana opini surat kabar Kompas edisi nasional bulan April
2005 ini layak dilakukan.

1.6 Landasan Teori
Dalam penelitian ini diperlukan landasan teori mengenai wacana, paragraf,
kalimat, wacana opini, dan pengertian hubungan antarbagian wacana.

1.6.1 Pengertian Wacana
Menurut Kridalaksana (1983: 179) wacana adalah satuan bahasa terlengkap;
dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri
ensiklopedi, dsb), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang
lengkap.
Menurut Tarigan (1987: 27), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan
tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi

9

tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata
disampaikan secara lisan dan tertulis. Adapun menurut Samsuri (1988: 1), wacana
adalah rekaman kebahasaan tang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi
dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulis.

1.6.2 Pengertian Opini
Artikel opini merupakan tulisan yang ada di dalam media cetak yang
memasukkan pendapat penulis di dalamnya, artinya artikel yang mengandung
subjektivitas, bukan hanya fakta (Hutabarat dan Pudjomartono dalam Siregar dan
Suarjana, 1995: 30).

1.6.3 Hubungan Antarbagian Wacana
Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa terdiri atas bentuk dan makna, maka
hubungan antarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan
bentuk yang disebut kohesi (cohesion) dan hubungan makna atau hubungan
semantis yang disebut koherensi (coherence). Dengan demikian, wacana yang
padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur
lahir bersifat kohesif, dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur batinnya
bersifat koheren.

1.6.3.1 Kohesi
Kohesi merupakan hubungan bentuk. Kohesi dibagi menjadi dua, yaitu
kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

1.6.3.1.1 Kohesi Gramatikal

10

Menurut Halliday dan Hassan (1976: 6), Sumarlam (1996: 66), Baryadi (2001:
10), aspek gramatikal wacana meliputi: penunjukan, penggantian, pelesapan, dan
perangkaian.
a). Penunjukan
Penunjukan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau
mengikutinya. Berdasarkan tempatnya, apakah acuan itu berada di dalam teks atau
di luar teks, maka penunjukan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penunjukan
endofora apabila acuannya berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, dan (2)
penunjukan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana.
Tabel 1 : Kata-kata Deiksis untuk Kohesi Penunjukan
Kohesi Referensi
1. Referensi Anaforis

Kata-kata Deiksis
itu, ini, tersebut, di atas, demikian,
begini, begitu

2. Referensi Kataforis

berikut,

berikut

ini,

ini,

begini,

demikian, yakni, yaitu

b). Penggantian
Penggantian adalah kohesi gramatikal berupa penggantian satuan lingual
tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana untuk memperoleh unsur
pembeda. Dilihat dari segi satuan lingualnya, subtitusi dapat dibedakan menjadi
subtitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal.
Tabel 2 : Pronomia Persona untuk Kohesi Penggantian
Tunggal/jamak

Netral

Honorifik

11

Tunggal

dia, ia, -nya

beliau

Jamak

mereka, -nya

beliau-beliau

Contoh:
(6) Agus sekarang sudah berhasil mendapat gelar sarjana sastra.Titel
kesarjanaannya itu akan digunakan untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa
melalui sastranya.
(7) Wisnu mempunyai hobi mengarang cerita pendek. Dia berkarya sejak masih di
bangku sekolah menengah pertama.
(8) Aku tidak memeruskan pertanyaanku. Ibuku juga tidak berbicara. Dua orang
sama- sama diam.

Pada contoh (6) satuan lingual nomina gelar yang telah disebut terdahulu
digantikan oleh satuan lingual nomina pula yaitu kata titel disebutkan kemudian.
Contoh (7) tampak adanya penggantian satuan lingual berkategori verba
mengarang dengan satuan lingual lain yang berkategori sama, yaitu berkarya.
Adapun pada contoh (8) kata aku pada kalimat pertama dan ibuku pada kalimat
kedua disubtitusi dengan frasa dua orang pada kalimat ketiga.

c). Pelesapan
Pelesapan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan
atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya.
(9) Budi seketika itu terbangun. Menutupi matanya karena silau,mengusap muka
dengan saputanganya, lalu bertanya,” “Di mana ini ?”.

Pada tuturan (9) terdapat pelesapan satuan lingual yang berupa kata, yaitu budi
yang berfungsi sebagai subjek atau pelaku tindakan pada tuturan tersebut. Subjek
yang sama itu dilesapkan sebanyak tiga kali, yaitu sebelum kata menutupi pada

12

klausa kedua, sebelum kata mengusap pada klausa ketiga, dan sebelum kata atau
diantara kata lalu dan bertanya pada klusa keempat. Di dalam analisis wacana, unsur
(konstituen) yang dilesapkan itu biasa ditandai dengan konstituen nol atau zero
(atau dengan lambang  ) pada tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut. Dengan
cara seperti itu maka peristiwa pelesapan pada tuturan (9) dapat direpresentasikan
menjadi (9a), dan apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam bentuknya yang
lengkap tanpa adanya pelesapan maka akan tampak seperti (9b) sebagai berikut.
(9a) Budi seketika itu terbangun.  menutupi matanya karena silau, 
mengusap muka dengan saputangannya, lalu  bertanya,”Di mana ini?”.
(9b) Budi seketika itu terbangun. Budi menutupi matanya karena silau, Budi
mengusap muka dengan saputangannya, lalu Budi bertanya, “Di mana ini?”.
Pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa pelesapan, seperti
pada (9) atau (9a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif, efesien, wacananya
menjadi padu, dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif menemukan unsurunsur yang dilesapkan, serta praktis dalam berkomunikasi. Fungsi-fungsi
semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan (9b), sekalipun dari segi
informasi lebih jelas atau lengkap daripada (9) dan (9a).;

d). Perangkaian
Perangkaian adalah kohesi gramatikal yang dilakukan cara menghubungkan
unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan
dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa
unsur yang lebih besar.
Contoh:

13

(10) Karena pelayanannya ramah, cantik, masih gadis lagi, setiap saat warungnya
penuh pembeli.
(11) Si Fulan tetap tidak bisa diterima oleh teman-temannya, meskipun dia sudah
mengakui kesalahannya.
Konjungasi karena pada contoh (10) sekalipun berada awal kalimat tetap
berfungsi untuk menyatakan hubungan sebab-akibat atau hubungan kausal antara
klausa penjualnya cantik, ramah, masih gadis

sebagai sebab, dengan klausa

berikutnya yaitu setiap saat warungnya penuh pembeli sebagai akibat. Konjugasi
meskipun pada contoh (11) menghubungkan secara konsesif antara klausa Si

Fulan tetap tidak bisa diterima teman-temannya dengan klausa dia sudah
mengakui kesalahannya.

1.6.3.1.2 Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis.
Kohesi leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu (a)
pengulangan, (b) sinonimi, (c) kolokasi, (d) hiponimi, (e) antonimi, dan (f)
ekuivalensi. Berikut ini penjelasan keenam aspek leksikal beserta contohnya.
a). Kohesi Leksikal Pengulangan
Pengulangan adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau
bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah
konteks yangs sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam
baris,
Contoh :
(12) Aku dan dia terpaksa harus tinggal berjauhan, tetapi aku sangat mempercayai
dia, dia pun sangat mempercayai aku. Aku dan dia saling mempercayai.

14

Contoh (12) merupakan pengulangan satuan lingual (sebuah kata) beberapa
kali dalam sebuah konstruksi, contoh (12) termasuk repetisi tautotes.
b). Kohesi Leksikal Sinonimi
Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama
atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan yang lain
(Chaer, 1990: 85). Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk
mendukung kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna
yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam
wacana.
Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dibedakan menjadi lima
macam, yaitu sinonimi antara morfem bebas dengan morfem terikat, kata dengan
kata, kata dengan frasa atau sebaliknya,frasa dengan frasa, dan klausa dengan
kalimat atau kalimat dengan klausa.berikut ini contoh sinonimi:
( 13 ) Aku mohon kau mengerti perasaanku
(14 ) Meskipun capek, saya sudah terima bayaran. Setahun menerima gaji 80%.
SK pegnegku keluar. Gajiku naik
Pada contoh (13) termasuk sinonimi morfem ( bebas) aku bersinonimi dengan
morfem (terikat) –ku, contoh (14) berupa sinonimi antara kata bayaran pada
kalimat pertama dengan kata gaji pada kalimat kedua dan ketiga.kedua kata pada
contoh (14) maknanya sepadan.

c). Kohesi Leksikal Antonimi

15

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain;
atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan
lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Berdasarkan sifatnya
oposisi makna dibedakan menjadi lima macam, yaitu oposisi mutlak, oposisi
kutub, oposisi hubungan, oposisi hirarkial, dan oposisi majemuk.
Contoh:
(15) Hidup dan matinya perusahaan tergantung dari usaha kita. Jangan hanya
diam menunggu kehancuran, mari kita mencoba bergerak dengan cara yang
lain.
Pada contoh (15) terdapat oposisi mutlak antara kata hidup dan mati pada
kalimat pertama, dan kata diam dan kata bergerak pada kalimat kedua.

d). Kohesi Leksikal Kolokasi
Kolokasi adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang
cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah
kata-kata yang cenderung dipakai dalam suatu dominan atau jaringan tertentu,
misalnya

Contoh:
(16) Waktu aku masih kecil, ayah sering mengajakku ke sawah. Ayah adalah
seorang petani yang sukses. Dengan lahan yang luas dan bibit padi yang
berkualitas serta didukung sistem pengolahan yang sempurna maka panen pun
melimpah. Dari hasil panen itu pula keluarga ayahku mampu bertahan hidup
secara layak.

16

Pada contoh (16) tampak pemakaian kata-kata sawah,petani,lahan,bibit padi,
sistem pengolahan, dan hasil panen, yang saling berkolokasi dan mendukung
kepaduan suatu wacana.
e). Kohesi Leksikal Hiponimi
Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur
atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang
berhiponim itu disebut “hipernim” atau “superordinat”. Contoh penggunaan
hiponimi dapat diperhatikan pada penggalan wacana berikut.
Contoh:
(17) Binatang melata termasuk kategori hewan reptil. Reptil yang hidup di darat
dan di air ialah katak dan ular. Cicak adalah reptil yang biasa merayap di
dinding. Adapun jenis reptil yang hidup di semak-semak dan rumput adalah
kadal. Sementara itu,reptil yang dapat berubah warna sesuai dengan
lingkunganya yaitu bunglon.
Pada contoh (17) hipernim atau superordinatnya adalah binatang melata atau
yang disebut reptil. Sementara itu, binatang- binatang yang merupakan golongan
reptil sebagai hiponimnya adalah katak, ular, cicak, kadal, dan bunglon.
Hubungan antarunsur bawahan atau antarkata yang menjadi anggota hiponim itu
disebut “kohiponim”. Fungsi hiponim adalah untuk mengikat hubungan
antarsatuan lingual dalam wacana secara semantis, terutama untuk menjalin
hubungan makna atasan dan bawahan, atau antar unsur yang mencakupi dan unsur
yang dicakupi. Dengan demikian,dari wacana tersebut dapat digambarkan
kehiponimannya sebagaimana dapat direalisaikan pada bagan berikut.

17

REPTIL ------------------------------------- “Hipernim”

Hiponimi
Cicak

Ular

Kadal

Katak

Bunglon ------------ “Hiponimi”

“Kohiponimi

f). Kohesi Leksikal Ekuivalensi
Ekuivalensi

adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu

dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah
kata hasil afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukan adanya hubungan
kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata membeli, dibeli, membelikan,
dibelikan, dan pembeli, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang sama yaitu beli.
Contoh:
(18) Andi memperoleh predikat pelajar teladan. Dia memang tekun sekali dalam
belajar. Apa yang telah diajarkan oleh para pengajar di sekolah diterima
dan dipahaminya dengan baik. Andi merasa senang dan tertarik pada
semua pelajaran.

1.6.3.2 Koherensi
Koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana.
Koherensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu koherensi yang berpenanda dan

18

koherensi tidak berpenanda. Koherensi berpenanda diungkapkan dengan
konjungsi, sedangkan koherensi tidak berpenanda sebaliknya.

1.6.3.2.1 Koherensi Berpenanda
Koherensi berpenanda dapat membentuk koherensi antarparagraf di dalam
suatu wacana yang ditandai oleh konjungsi. Masing-masing penanda bisa
menyatakan hubungan makna tertentu (Ramlan, 1993:
a). Koherensi Kausalitas
Koherensi kausalitas yaitu koherensi yang menyatakan hubungan makna
sebab-akibat antarkalimat atau antarparagraf.
Contoh:
(19) Menurut Harsya, dalam keadaan sekarang kalau sekolah hanya boleh
dipakai pada pagi hari, dan sore hari untuk kegiatan ekstrakurikuler,akan
banyak anak usia sekolah yang tidak tertampung. Karena itu, katanya,
maslah ini harus dilihat sebagai masa transisi.

Pada contoh (19) terdapat dua kalimat, yaitu kalimat (19a) dan Kalimat
(19a) berkoherensi kausalitas dengan kalimat (19b) yang ditandai dengan
konjungsi Karena itu .
b) Koherensi Kontras
Koherensi kontras yaitu koherensi yang menyatakan hubungan makna
pertentangan antarkalimat atau antarparagraf.
Contoh:
(20) Dia mengungkapkan, pernah pada suatu waktu PLN melakukan
pembatasan dalam pemakaian listrik. Namun, hal itu ditentang oleh

19

banyak orang, sehingga terpaksa PLN memenuhi permintaan mereka
dengan janji untuk tidak menggunakan listrik pada malam hari.
Pada contoh (20) terdapat dua kalimat, yaitu kalimat (20a) dan (20b). Kalimat
(20a) berkoherensi

kausalitas dengan kalimat (20b) yang ditandai dengan

konjungsi Namun.
c) Koherensi Aditif
Koherensi aditif yaitu koherensi yang menyatakan makna penambahan
antarkalimat atau antarparagraf.
Contoh:
(21) (a) Dalam jangka pendek kemungkinan besar jawabannya bisa karena kini
monopoli betul-betul bisa dilaksanakan. (b) BPPC (Badan Penyangga
dan Pemasaran Cengkeh) tak akan mengalami kesulitan dalam
menetapkan harga. (c) Kecuali itu, seperti dikatakan di depan,
produksi rokok kretek bakal meningkat lagi. (d) Dengan demikian,
pemertintah akan cengkeh pun naik, dan BPPC pun semakin gampang
melempar stoknya.
Pada contoh (21) terdapat empat kalimat, yaitu kalimat (21a), (21b), (21c), dan
(21d). Kalimat (21a) dan (21b) berkoherensi aditif dengan kalimat (21c) yang
ditandai dengan konjungsi kecuali itu.
d). Koherensi Intensitas
Koherensi intensitas yaitu koherensi yang menyatakan hubungan penyangatan
yang terdapat dalam sejumlah penenda dalam fungsinya sebagai penanda
antarkalimat atau penanda antarparagraf.
Contoh:
(22) Menurut penggemar permainan mengadu benang gelasan, apabila menang,
dapat menimbulkan kebanggaan yang cukup besar. Apalagi, jika
kemenangan itu dicapai berkali-kali.

20

Pada contoh (22) terdapat dua alimat, yaitu kalimat (22a) dan (22b). Kalimat
(22a) dan (22a) berkoherensi

kausalitas dengan kalimat (22b) yang ditandai

dengan konjungsi apalagi.
e). Koherensi Kronologis
Koherensi kronologis yaitu koherensi yang menyatakan hubungan rangkaian
waktu, kala, dan aspek.
Contoh:
(23) (a) Geliat demokrasi di Irak kini mulai terasa. (b) Setelah berhasil
melaksanakan pemilihan umum pada 30 Januari 2005, Dewan Nasional Irak
(parlemen) hari Minggu (3/4) memilih Hajem al-Hassani dari Sunni sebagai
ketua parlemen. (c) Tiga hari kemudian Dewan Nasional Irak juga berhasil
memilih Jalal Talabani, dari suku Kurdi, sebagai presiden. (d) Adapun
posisi Perdana Menteri kemungkinan kuat akan diberikan kepada pemimpin
Syiah, Ibrahim Jaafari.
Pada contoh (23) terdapat empat kalimat, yaitu kalimat (23a), (23b), (23c), dan
(23d). Kalimat (23a) dan (23b) berkoherensi kronologis dengan kalimat (23c)
yang ditandai dengan konjungsi Tiga hari kemudian.
f). Koherensi Perurutan
Koherensi perurutan yaitu koherensi yang menyatakan hubungan yang harus
dilakukan secara berurutan.
Contoh:
(24) Baru-baru ini Dr. Osofsky mengatakan, “Bayi- bayi yang cerdik itu lebih
banyak memandang kepada ibunya untuk menatakan sesuatu. Kemudian
sang ibu akan tersenyum pada bayinya, mengusap pipinya, dan dengan cepat
mendekapnya

21

Pada contoh (24) terdapat dua alimat, yaitu kalimat (24a) dan (24b). Kalimat
(24a) dan (24a) berkoherensi

kausalitas dengan kalimat (24b) yang ditandai

dengan konjungsi kemudian.

g). Koherensi Waktu
Koherensi waktu yaitu koherensi yang menyatakan waktu terjadinya peristiwa
atau dilaksanakannya suatu perbuatan tersebut pada kalimat lain.
Contoh:
(25) Sebelum rakyat berhasil merebut Dili, para tahanan Fretilin dipindahkan ke
daerah pedalaman. Sementara itu, PSTT selangkah demi selangkah tetap
berusaha untuk bisa berintegrasi dengan Indonesia.
Pada contoh (25) terdapat dua alimat, yaitu kalimat (25a) dan (25b). Kalimat
(25a) dan (25a) berkoherensi waktu dengan kalimat (25b) yang ditandai dengan
konjungsi sementara itu.
h). Koherensi Cara
Koherensi cara yaitu Koherensi menyatakan bagaimana suatu perbuatan itu
dilaksanakan atau bagaimana suatu peristiwa itu terjadi.
Contoh:
(26) Anak-anak menyadarkan sepedanya ke dinding, kemudian berdiri di atas
sepeda itu. Dengan demikian, mereka dapat melihat ke dalam,
menyaksikan pertandingan sepak bola yang sedang berlangsung.
Pada contoh (26) terdapat dua alimat, yaitu kalimat (26a) dan (26b). Kalimat
(26a) dan (26a) berkoherensi cara dengan kalimat (26b) yang ditandai dengan
konjungsi dengan demikian.
i). Koherensi Syarat

22

Koherensi syarat yaitu koherensi yang menyatakan bahwa apa yang
dinyatakan pada suatu kalimat menjadi syarat terlaksananya suatu perbuatan atau
terjadinya suatu peristiwa yang dinyatakan pada kalimat lain.
Contoh:
(27) (a) Dengan kekuatan ekonominya saat ini, mas