Analisis bahasa jurnalistik berita utama surat kabar republika edisi Desember 2008

(1)

ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA

SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Aris Takomala

NIM

105051101999

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh Aris Takomala NIM 105051101999

Di bawah Bimbingan

Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd NIP 19640212 199703 2 001

KONSENTRASI JURNALISTIK KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA

UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, program studi Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 4 Juni 2009 Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Drs. Wahidin Saputra, MA NIP 19700903 199

Rubiyanah, MA NIP 19730822 199803 2 001 Anggota,

Penguji 1

Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si NIP 150275288

Penguji 2

Drs. Suhaimi, M. Si NIP 19670906 199403 1 002 Pembimbing

Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd NIP 19640212 199703 2 001


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Mei 2009


(5)

ABSTRAK

Aris Takomala Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008

Jurnalistik merupakan kegiatan mencari, meliput, menulis, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak melalui pers. Sedangkan pers ialah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik. Dalam pengertian luas pers ialah media massa.

Persoalan bahasa sangat penting dalam proses kerja jurnalistik. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan informasi atau berita. Suatu informasi tidak akan sampai kepada pembaca jika bahasa tidak digunakan secara baik dan benar.

Bahasa yang digunakan wartawan dalam media massa disebut bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan antara bahasa ilmiah dan sehari-hari. Sosok bahasa jurnalistik digunakan untuk berita atau laporan yang sedang terjadi hari ini atau sekarang ini. Bukan untuk berita yang terjadi di masa-masa lampau atau berita yang sudah lama untuk diangkat oleh media massa.

Surat kabar merupakan media massa yang berbentuk lembaran-lembaran. Dalam penyampaian informasinya surat kabar dituntut menggunakan bahasa yang baik dan benar. Disamping itu, dapat diterima oleh masyarakat yang berintelektual minimal. Dalam hal bahasa, banyak kalangan menganggapnya sebagai hal sepele. Kesalahan ejaan sering ditemukan, penggunaan kalimat-kalimat rancu juga sering dijumpai. Kata-kata mubazir masih terdapat dalam penulisan berita, bahkan masih terdapat kalimat yang berbelit-belit. Begitu juga surat kabar Republika tidak luput dari kesalahan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahasa surat kabar

Republika. Peneliti mengambil sampel pada berita utama Republika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitiannya ialah analisis deskriptif. Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat kabar Republika. Dalam pengumpulan datanya peneliti melakukan wawancara. Selain itu, peneliti meneliti langsung teks berita utama Republika.

Hasil penelitian menunjukkan, ciri tidak mubazir dan tidak klise yang sering dilanggar. Buktinya ialah 124 kalimat yang diteliti dari berita utama tanggal 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008, terdapat 22 kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik. Delapan kalimat melanggar hemat kata dan satu kalimat melanggar jelas makna.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan rahmat dan inayahNya skripsi “ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008” selesai pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.

Skirpsi ini merupakan tugas akhir yang harus ditempuh oleh mahasiswa dan mahasiswi. Selain itu, merupakan salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Sutomo dan Ibu Engkom yang membesarkan dan mendidik penulis. Serta selalu memberikan dorongan dan nasihat kepada penulis. Dan yang paling utama adalah do’a beliau yang tulus untuk penulis sehingga allhamdullillah akhirnya skripsi selesai tepat pada waktunya.

2. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A.

3. Dr. Arif Subhan, M.A Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) beserta stafnya.


(7)

4. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Drs. Suhaimi M.Si dan Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Rubiyanah M.A.

5. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd yaitu pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih banyak. 6. Bapak Fahmi Bagian Sekretariat Redaksi dan Bapak Elba Damhuri

sebagai Wakil Redaktur Pelaksana Republika terima kasih telah menerima penulis melakukan penelitian di Republika.

7. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

8. Pimpinan beserta karyawan perpustakaan IISIP Jakarta, perpustakaan utama serta perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Keluarga kakak penulis yaitu Sri Komala Sari dan suaminya Deni Effendi. Serta kedua putranya Rama dan Fakhri terima kasih do’a dan semangatnya. Terima kasih atas segala yang telah diberikan kepada penulis.

10.Saudara-saudara penulis terima kasih atas do’anya.

11.A. R. Wildan terima kasih telah memperbaiki komputer penulis ketika ada masalah. Lukman dan Dodi terima kasih waktunya mengajarkan bahasa Arab kepada penulis. Nanda dan Akbar yang selalu membuat penulis tertawa. Serta teman-teman yang berada di kostan Lukman terima kasih banyak.

12.Teman-teman angkatan 2005 dari A-Z (Akbar, Wildan, Alfan, Angga, Asep, Asih, Dwita, Elly, Emi, Feby, Fikka, Haia, Hilma, Ihsan, Indah,


(8)

Irma, Tedi, Istianah, Lastri, Liga, Lukman, Adit, Arifin, Maya, Nanda, Rina, Pessi, Bunga, Syaiful, Rini, Aya, Ummu, Wilda, Yudin, Yefhy dan Zulfah) terima kasih semuanya. Kalian semua teman terbaik dan tidak akan penulis lupakan. Maaf apabila ada yang tidak penulis sebutkan.

13.Teman-teman BATIK terima kasih banyak bantuan dan semangat yang kalian berikan kepada saya.

14.Teman-teman jurnalistik angkatan 2004 serta angkatan 2006, 2007 dan 2008.

15.Radio Dakwah dan Komunikasi yang selalu menjadi tempat menghilangkan kepenatan ketika menghampiri penulis.

16.Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih semuanya.

17.Serta pihak-pihak yang membantu penulis yang tidak disebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan terima kasih banyak

Semoga Allah SWT membalas kebaikan bagi orang-orang yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Allah SWT juga penulis memohon taufiq dan hidayahNya semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Jakarta, 25 Mei 2009


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAKSI...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 12

F. Pedoman Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Ruang Lingkup Media Massa Cetak ... 16

1. Pengertian Media Massa Cetak ... 16

2. Pengertian Berita ... 19

3. Pengertian Berita Utama ... 22

4. Komposisi Berita ... 22

B. Ruang Lingkup Bahasa Jurnalistik ... 25

1. Pengertian Bahasa Jurnalistik ... 25

2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik ... 29

3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik ... 31

4. Ekonomi Kata ... 32

5. Pedoman Bahasa Jurnalistik ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA A. Sejarah Singkat Republika ... 38

B. Visi dan Misi Republika ... 40

C. Struktur Redaksi Republika ... 42

D. Profile Pembaca ... 49

E. Alur Proses Kerja Redaksi Hingga Pembaca ... 50

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Bahasa dalam Surat Kabar Republika ... 51


(10)

C. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Republika Edisi

Desember 2008 ... 54 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 1 Desember 2008 ... 55 2. Tabel 2. Ketidaksesuaian Berita Utama 1 Desember 2008 dengan Ciri

Bahasa Jurnalistik ... 64 3. Tabel 3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 9 Desember 2008 ... 65 4. Tabel 4. Ketidaksesuaian Berita Utama 9 Desember 2008 dengan Ciri

Bahasa Jurnalistik ... 71 5. Tabel 5. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 17 Desember 2008 ... 71 6. Tabel 6. Ketidaksesuaian Berita Utama 17 Desember 2008 dengan Ciri

Bahasa Jurnalistik ... 80 7. Tabel 7. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 26 Desember 2008 ... 80 8. Tabel 8. Ketidaksesuaian Berita Utama 26 Desember 2008 dengan Ciri

Bahasa Jurnalistik ... 88 9. Tabel 9. Ketidaksesuaian Berita Utama 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008


(12)

DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)

1. Gambar Piramida Terbalik ... 25 2. Diagram Alur Proses Kerja Hingga ke Pembaca ... 50


(13)

BAB I PENDAHULUAN

H. Latar Belakang Masalah

Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah berlangsung lama. Sejarah menyebutkan bahwa kegiatan jurnalistik dimulai saat pemerintahan Romawi Kuno di bawah pimpinan Julius Caesar. Saat itu terdapat sebuah papan pengumuman yang disebut Forum Romanum. Berbagai macam keputusan dan informasi penting ditempelkan pada papan pengumuman tersebut. Tujuanya ialah agar penduduk Roma (Italia) mengetahui informasi atau keputusan yang dibuat oleh pemerintahan Kaisar Julius Cesar.

Menurut isinya papan pengumuman ini dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat sidang senat dan keputusan-keputusannya. Kedua, Acta Diurna yang memuat keputusan-keputusan dari rapat-rapat rakyat dan berita lainnya.1

Jurnalistik adalah kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah, memuat dan menyebarkan berita melalui media berkala pers yakni surat kabar, tabloid atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.2 Perkembangan berikutnya jurnalistik dapat dikelompokan menjadi jurnalistik media cetak, radio, televisi dan on line. Tetapi, Jurnalistik dilihat dari segi bentuk dan pengelolaannya dibagi kedalam tiga bagian besar yailtu jurnalistik media cetak, jurnalistik media elektronik auditif (radio) dan jurnalistik media

1

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 17.

2


(14)

audiovisual (televisi). Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar harian, jurnalistik surat kabar mingguan dan jurnalistik majalah.

Dunia jurnalistik saat ini mengalami perkembangan khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena terbukanya pintu kebebasan pers yang sebelumnya ditutup oleh kekuasaan. Sebelumnya kebebasan tertutup oleh kekuasaan pemerintah. Terbukanya kebebasan saat ini menimbulkan banyak sekali media-media pers yang muncul baik itu media cetak maupun elektronik.

Pers dalam arti luas disebut media massa. Pers menurut Undang-undang Pokok Pers No. 40/1999 adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.3

Terbitnya berbagai media pers saat ini menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya ialah kebebasan tersebut bagaikan angin segar dalam padang pasir kekeringan. Sehingga setiap orang bebas dapat mendirikan media dan mengeluarkan pendapat serta aspirasi. Tapi di satu sisi peningkatan jumlah (kuantitas) penerbitan pers yang tajam tidak disertai dengan kualitas jurnalismenya. Salah satunya adalah dalam penulisan berita yang akan disampaikan kepada khalayak.

Media massa cetak merupakan media massa yang menyampaikan informasinya melalui tulisan. Dalam persepektif jurnalistik, setiap informasi yang

3


(15)

disajikan harus benar, jelas dan akurat. Bahasa pers atau bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang dipakai dalam media massa. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik mempunyai sifat sederhana, singkat, tunduk kepada kaidah etika dan sebagainya.

Bahasa jurnalistik surat kabar memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau spesifik. Menurut AS Haris Sumadiria ciri-ciri bahasa jurnalistik diantaranya yaitu sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis dan tunduk kepada kaidah etika.

Dalam struktur dan pola, kalimat-kalimat jurnalistik sedapat mungkin sederhana. Sangat dihindari pemakaian kalimat yang panjang dan bertele-tele. Kalimat yang panjang dapat mempersulit khalayak untuk memahami pesan yang dikandungnya. Pada abad ke-17 sebuah kalimat rata-rata terdiri dari 45 kata, kemudian menjelang abad ke-19 turun menjadi 30 kata dan sekarang malah kurang dari 20 kata. Karena itu kalimat yang baik adalah kalimat tidak lebih dari 20 kata, tetapi juga tidak terlalu pendek. Batas minimal yang standar sekarang tidak kurang dari delapan kata. Jadi yang baik adalah kalimat antara 8-20 kata.4

Dalam penulisan berita pun ada pedoman yang dijadikan sebagai dasar penulisan berita. Sehingga mudah dipahami dan dapat memikat khalayak. Salah satunya adalah penggunaan kata-kata haruslah ekonomis. Dengan membuang kata-kata yang tidak perlu maka akan dapat dibuat kalimat pendek.

4


(16)

Tetapi dalam praktek jurnalistik sering ditemukan paragraf yang panjang dan kata-kata yang mubazir dalam penulisan berita. Kata-kata yang mubazir dapat ditemukan dalam judul berita, lead berita ataupun isi berita. Hal tersebut sering dilakukan oleh wartawan-wartawan yang sudah berkerja dan berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Contoh bukti nyata adalah surat kabar Lampu Merah yang sekarang berganti nama menjadi Lampu Hijau. Dalam penulisan judul dan praktik penulisan berita tidak sesuai dengan pedoman pemakaian bahasa jurnalistik yang telah disepakati. Ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan juga diabaikan.

Bukan hanya pada Lampu Hijau saja di koran atau surat kabar lainya pun sering terdapat kesalahan. Kesalahan itu seperti paragraf yang panjang, kata yang mubazir dalam lead berita ataupun tubuh berita. Kesalahan lainnya ialah penulisan judul yang panjang dan tidak langsung pada topik pembahasan (bertele-tele).

Contohnya adalah pada surat kabar Republika hari Jumat (7 November 2008), seperti berikut:

Eksekusi Amrozi dkk Masih Simpang Siur

Cilacap – Eksekusi hukuman mati terhadap tiga terpidana kasus Bom Bali I, Amrozi, Muchlas, dan Imam Samudra, diperkirakan akan dilaksanakan dalam tiga hari terakhir ini. Yaitu, antara Jumat (7/11) dini hari, Sabtu (8/11) dini hari, atau Ahad (9/11) dini hari. Namun, sumber Republika yang bertugas di LP Batu Nusakambangan, Cilacap, menduga eksekusi akan dilaksanankan pada Sabtu dini hari. "Sabtu dini hari itu paling kecil resikonya. Kalau dilaksanakan Jumat dini hari, siang akan ada shalat Jumat. Ini riskan. Sedangkan bila dilaksanakan Ahad dini hari, acara pemakaman di kampung halaman mereka juga banyak dihadiri warga karena hari libur. Ini juga sangat riskan. Jadi, yang paling kecil resikonya adalah Sabtu dini hari," jelas sumber tersebut di Dermaga Wijaya Pura, Cilacap, Kamis (6/11).

Kata-kata yang digarisbawahi seharusnya tidak dicantumkan. Kata ‘hukuman mati’ sebenarnya sudah terkandung dalam kata sebelumnya yaitu ‘eksekusi’. Sehingga kata ‘hukuman mati’ tidak perlu ditulis. Begitu juga kata


(17)

‘terhadap’. Kata tersebut merupakan kata mubazir karena kata ‘terhadap’ maknanya terkadung pada kata ‘tiga terpidana kasus Bom Bali I.’

Kata ‘akan’ yang diberi tanda garis bawah seharusnya dibuang, karena kata ‘akan’ mengacu pada masa yang akan datang. Dalam kalimat tersebut makna kata tersebut sudah terkandung pada kata ‘tiga hari terakhir yaitu Jumat dini hari, Sabtu dini hari dan Minggu dini hari’. Kata ‘antara’ merupakan kata mubazir karena tanpa adanya kata tersebut makna kalimat tidak berkurang. Maksudnya pembaca mengetahui maksud kalimat tersebut tanpa adanya kata ‘antara’. Kata ‘akan’ pada kalimat ketiga, kata tersebut sudah terkandung dalam kata ‘Sabtu dini hari’. Begitu juga kata atau frasa ‘pada’ bisa dihapus karena menunjukan waktu.

Frasa itu sudah terkandung pada kata/frasa ‘Sabtu dini hari.’

Contoh lainnya terdapat dalam Republika hari Jumat (31 Oktober 2008). Dalam berita tersebut terdapat kalimat yang panjang seperti berikut:

Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku telah terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans).

Fahmi mengatakan hal itu ketika ditemui di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara dugaan korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans).

Menurut hemat peneliti sebaiknya paragraf terdiri dari sedikitnya dua kalimat bukan satu kalimat. Selain itu kedua paragraf tersebut bisa menjadi satu paragraf saja. Selanjutnya kata Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada kalimat kedua tidak perlu disebutkan lagi akan tetapi cukup ditulis Depnakertrans. Alasannya adalah agar tidak terjadi pengulangan kata, selain itu pada kalimat pertama singkatan Depnakertrans sudah dijelaskan maksudnya.


(18)

Kesalahan lainnya adalah penggunaan kata ‘telah’. Bahasa Indonesia bebas dari bentuk kata lampau. Hal ini berbeda dengan bahsasa Inggris. Sehingga kata ‘telah’ bisa dihilangkan. Bunyi paragraf tersebut setelah diperbaiki seperti berikut:

Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Hal itu diungkapkannya ketika ditemui di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara dugaan korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di Depnakertrans.

Dari beberapa latar belakang yang peneliti sampaikan, peneliti tertarik untuk menganalisis bahasa jurnalistik dalam surat kabar. Sehingga peneliti memberikan judul pada penelitian ini adalah:

Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008.”

I. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada berita utama Republika. Peneliti membatasi penelitiannya pada berita utama Republika yang menjadi headline. Dalam penelitian ini, peneliti tidak semua meneliti berita utama. Peneliti hanya meneliti empat berita utama surat kabar tersebut yang menjadi headline. Empat berita yang dijadikan bahan penelitian ini diambil dari setiap minggu pada bulan Desember 2008. Alasannya untuk mengetahui penulisan berita hari Senin, Selasa, Rabu dan Jum’at.


(19)

Peneliti meneliti berita utama pada setiap minggu yang terdapat di bulan

Desember 2008. Minggu pertama peneliti mengambil sampel Republika hari Senin, 1 Desember 2008. Minggu kedua yang menjadi sampelnya adalah

Republika yang terbit tanggal 9 Desember 2008. Minggu ketiga yaitu Republika hari Rabu, 17 Desember 2008. Terakhir ialah Republika yang terbit hari Kamis, 25 Desember 2008.

Dalam penelitian ini peneliti meneliti teks berita berita utama. Penelitian ini hanya memfokuskan untuk meneliti Judul, lead dan tubuh berita. Apakah sesuai dengan ciri bahasa jurnalistik yaitu komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir dan tidak klise.

Peneliti merumuskan beberapa masalah diantaranya yaitu:

A. Bagaimana penggunaan bahasa dalam surat kabar Republika?

B. Apakah penggunaan bahasa jurnalistik digunakan dengan baik dalam surat kabar Republika?

C.

Seberapa banyak ketidaksesuaian ciri bahasa jurnalistik yaitu komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir dan tidak klise yang terdapat dalam surat kabar Republika?

J. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a) Tujuan Akademis

Penelitian ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar strata 1 (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(20)

b) Tujuan Praktis

Untuk mengetahui penulisan berita dalam berita utama Republika, dan mengetahui bagaimana penerapan bahasa jurnalsitik di surat kabar

Republika. 2. Manfaat Penelitian

a) Manfaat Akademis

Sebagai tambahan referensi bagi studi-studi yang akan datang dalam bidang jurnalistik, khususnya mengenai bahasa jurnalistik.

b) Manfaat Praktis

Kajian tentang bahasa jurnalistik diharapkan memberikan kontribusi positif dalam penulisan berita. Selain itu, penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi praktisi, wartawan, pihak-pihak yang terlibat dalam pers maupun orang yang berminat dalam dunia jurnalistik pada umumnya.

K. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian wawancara mendalam (Depth Interviews).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Rachmat Kriyantono dalam bukunya Metodologi Riset Komunikasi,

menyebutkan bahwa jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat


(21)

populasi atau objek tertentu.5 Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat kabar Republika.

3. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

4. Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan penelitian adalah kantor surat kabar Republika

Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510. Untuk mencari data yang diperlukan peneliti mencari data-data di surat kabar terkait. Waktu dalam melaksanakan penelitian ini adalah selama empat bulan yaitu dari bulan Januari sampai April 2008.

5. Subjek

Bahan penelitian adalah subjek penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.6 Dalam penelitian ini Bahan yang dijadikan penelitian adalah surat kabar Republika edisi Desember 2008.

6. Objek

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah berita utama surat kabar Republika edisi Desember 2008. Di sini berita yang diriset ialah berita yang menjadi headline di halaman depan bulan Desember 2008.

5

Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 69.

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h. 122.


(22)

7. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif sebagai instrumen penelitian adalah peneliti. Selain itu alat bantu lainnya dalam penelitian ini adalah alat tulis dan buku-buku yang menunjang terhadap penelitian yang dilakukan.

Peneliti dalam meneliti sudah mempunyai konsep. Konsep tersebut ialah ciri-ciri bahasa jurnalistik. Ciri-ciri bahasa jurnalistik mengadaptasi dari Kunjana Rahardi. Ciri-ciri bahasa jurnalistik tersebut adalah:

a) Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik tidak berbelit-belit tetapi langsung pada pokok permasalahan.

b) Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat-kalimat yang singkat-singkat.

c) Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata. Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri minim karakter kata atau sedikit jumlah hurufnya. d) Jelas makna, sedapat mungkin menggunakan kata yang mengandung

makna sebenarnya (denotatif).

e) Tidak mubazir dan tidak klise. Bentuk mubazir menunjuk pada kata atau frasa yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat yang menjadi wadahnya, dan peniadaan kata-kata tersebut tidak mengubah arti/maknanya. Kata-kata klise atau stereotype ialah kata-kata yang berciri memenatkan, melelahkan, membosankan, terus hanya begitu-begitu saja, tidak ada inovasi, tidak ada variasi, hanya mengulang-ulang keterlanjuran.


(23)

8. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan dan keabsahan data adalah ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan berarti peneliti secara serius mengamati dan menulis data-data yang ada. Ketekunan pengamatan ini dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas atau tingkat kepercayaan dalam penelitian ini.

Penelitian ini intinya mengamati teks-teks berita utama Republika

yang menjadi headline. Melalui ketekunan pengamatan peneliti mengamati teks-teks berita, mencari secara konsisten data-data yang tidak sesuai, memeriksa dan mengolah data tersebut.

9. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan datanya adalah:

a) Mendokumentasikan isi komunikasi yang akan diriset. Misalnya dengan mengkliping surat kabar dan berita-berita yang akan diriset. b) Wawancara.

c) Studi Pustaka. 10.Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul peneliti mengkonstruksi wawancara ke dalam bentuk kata-kata. Peneliti juga meneliti teks berita, kemudian memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel dimaksudkan untuk mengetahui berapa banyak ketidaksesuaian dengan ciri bahasa jurnalistik. Ciri bahasa jurnalistik tersebut ialah komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir, dan tidak klise.


(24)

L. Tinjauan Kepustakaan

Peneliti melakukan observasi ke beberapa perpustakaan, diantaranya adalah perpustakaan IISIP Jakarta. Di perpustakan tersebut peneliti mendapatkan banyak skripsi yang meneliti penulisan bahasa dalam berita. Penelitian yang sama telah dilakukan oleh mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penelitian tentang peninjauan penulisan berita dan peninjuan Bahasa Jurnalistik sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti yang ingin meneliti penggunaan Bahasa Jurnalistik. Salah satu contohnya adalah Febby S. Lewenussa dari IISIP Jakarta. Skripsinya berjudul Pemenuhan Syarat Penulisan Berita Lingkungan Hidup dan Penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik di Rubrik Lingkungan Surat Kabar Media Indonesia Edisi Agustus-Oktober 2004.

Penelitiannya memfokuskan pada penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik pada rubrik lingkungan surat kabar Media Indonesia.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Ratna Indrawati dari IISIP Jakarta. Penelitiannya berjudul Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama Surat Kabar Poskota April 1998. Hasil penelitiannya ialah 22 kalimat dari 228 kalimat yang diteliti menerapkan kaidah bahasa jurnalistik atau sebesar 9,7%. Sedangkan 206 kalimat atau 90,3% tidak menerapkan kaidah bahasa jurnalistik.

Selain itu penelitian lainnya dilakukan oleh Masrur Ridwan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitiannya berjudul Penggunaan Bahasa Jurnalistik dalam Artikel Mahasiswa KPI (Studi Analisis Isi Pada Kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum Kedaulatan Rakyat).

Hasil penelitian memperlihatkan kalangan mahasiswa KPI yang menulis di kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum Kedaulatan Rakyat tidak mahir dalam


(25)

menggunakan kalimat pendek. Pembuktiannya ialah terdapat 46% kalimat yang sesuai dengan teori penggunaan kalimat pendek jurnalistik. Untuk penggunaan kalimat aktif, kalangan mahasiswa KPI kurang mahir dalam menggunakan kalimat aktif. Pembuktiannya ialah 86% kalimat yang sesuai dengan teori penggunaan kalimat aktif jurnalistik. Untuk penggunaan ekonomi kata, kalangan mahasiswa KPI yang menulis di kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum

Kedaulatan Rakyat belum mahir dalam menggunakan ekonomi kata. Pembuktiannya, hanya 76% kalimat yang sesuai dengan teori penggunaan ekonomi kata dalam dalam kalimat jurnalistik.

Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya ialah dalam hal konsepnya. Peneliti sebelumnya lebih memfokuskan kepada penggunaan kalimat aktif, penggunaan kalimat pendek, hemat kata dan sebagainya. Sedangkan penelitiannya yang peneliti lakukan lebih memfokuskan kepada ciri komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, dan tidak mubazir dan tidak klise.

Adapula buku yang membahas bahasa jurnalistik diantaranya ialah buku Rosihan Anwar berjudul Bahasa Jurnalistik Indonesia. Buku tersebut membahas ikhtisar bahasa jurnalistik Indonesia, kata-kata mubazir, ekonomi kata, dan sebagainya. Selain itu buku Kunjana Rahardi berjudul Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Buku tersebut mengupas tentang bahasa jurnalistik Indonesia, kalimat jurnalistik efektif, dan temali masalah kalimat jurnalistik. Selanjutnya buku Haris Sumadiria yang berjudul

Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Buku tersebut mengupas bahasa jurnalistik, kalimat jurnalistik, gaya bahasa dan lain sebagainya.


(26)

M. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Tim penulis buku tersebut ialah Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M. Syairozi Dimyati, Netty Hartati, dan Syopiansyah Jaya Putra. Buku tersebut diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

N. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, pedoman penulisan, dan metode penelitian.

BAB II Tinjauan Teoretis. Bab ini berisi ruang lingkup media massa cetak yang terdiri dari pengertian media massa cetak, pengertian berita, pengertian berita utama, dan komposisi berita. Serta ruang lingkup bahasa Jurnalistik yang terdiri dari pengertian bahasa jurnalistik, ciri bahasa jurnalistik, ketentuan bahasa jurnalistik, ekonomi kata, dan pedoman bahasa jurnalistik.

BAB III Gambaran Umum Surat Kabar Harian Republika. Bab ini berisi sejarah singkat Republika, visi dan misi Republika, struktur organisasi, profil pembaca serta diagram alur kerja redaksi hingga ke pembaca.

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini menjelaskan penggunaan bahasa jurnalistik surat kabar Republika, penggunaan bahasa jurnalistik berita utama Republika, dan analisis bahasa jurnalistik berita utama Republika.


(27)

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran


(28)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

C. RUANG LINGKUP MEDIA MASSA CETAK

1. Pengertian Media Massa Cetak

Surat kabar merupakan salah satu media massa cetak. Isi utama dalam media massa cetak ini adalah berita. Surat kabar menyajikan berbagai macam informasi dari segala aspek bidang kehidupan. Hal ini dikarenakan saat sekarang masyarakat butuh akan informasi.

Kebutuhan masyarakat saat ini bukan hanya kebutuhan primer dan sekunder. Tetapi ada satu kebutuhan yang saat ini menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan informasi.

Pada zaman ini informasi menjadi unsur dominan. Sehingga peran dari industri pers cetak maupun elektronik sangatlah vital. Melalui sarana perslah, semua informasi bisa disebarkan secara efektif dan efisien menjangkau ke seluruh pelosok wilayah dunia, bahkan tanpa batas geografis, kepada ratusan juta umat manusia yang menjadi audience pada saat yang sama.7

Informasi dapat disebarkan secara cepat melalui pers. Masyarakat tidak sulit untuk mendapatkan informasi tersebut. Mereka tinggal melihat program berita di televisi atau membaca koran, maka informasi akan didapat oleh mereka.

7

Prija Djatmika, Strategi Sukses Berhubungan dengan Pers dan Aspek-aspek Hukumnya


(29)

Informasi sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya sangat mendasar. Untuk memperoleh informasi tersebut masyarakat mencarinya lewat media massa. Baik itu media massa cetak, media massa elektronik atau media massa online (internet).

Media massa cetak merupakan media massa yang berbentuk tulisan cetak. Bentuk dari media massa tersebut diantaranya adalah surat kabar (Koran), majalah, tabloid, bulletin dan sebagainya.

Surat kabar adalah terbitan berkala (biasanya harian) yang berisi berita yang dimultiplikasi secara massal.8 Menurut Onong Uchjana Effendy surat kabar adalah:

”Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca.”9

Pengertian surat kabar yang lebih jelas dikemukakan oleh Kurniawan Junaedhi. Menurut Kurniawan Junaedhie surat kabar adalah:

”Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Isinya pun harus aktual. Juga harus bersipat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. Menurut jenisnya dibagi surat kabar harian berkala dan surat kabar berkala (mingguan, dwi mingguan, bulanan dan seterusnya). Juga dapat digolongkan menjadi surat kabar khusus, surat kabar umum. Juga dikenal sebutan surat kabar partai dan surat kabar independen. Yang pertama adalah sebutan bagi surat kabar yang membawakan suara partai politik atau menjadi terompet partai politik yang disokongnya. Misalnya Harian Rakyat yang diterbitkan partai komunis sebelum orde baru. Yang kedua sebutan bagi surat kabar yang tidak membawakan suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat. Isi

8

R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 8.

9


(30)

pemberitaannya pun tidak mewakili suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat.”10

Selain itu ada beberapa syarat surat kabar. Menurut Karl Batwizh mengemukakan lima syarat surat kabar:

a. Publisitas: artinya surat kabar diterbitkan untuk publik, untuk masyarakat umum, atau untuk siapa saja. Siapa pun boleh membelinya dan boleh membacanya. Isinya bertujuan agar diketahui masyarakat umum.

b. Periodisitas: artinya surat kabar tersebut terbit pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Periode terbit, jarak waktu antara dua terbitan bersifat tetap dan teratur. Misalnya, surat kabar harian sore terbit tiap sore hari, kecuali hari libur.

c. Aktualitas: artinya isinya aktual, belum pernah dimuat sebelumnya. Isi buku dapat dicetak ulang. Isi surat kabar yaitu isi bidang redaksi yakni hal-hal yang hangat (baru/aktual).

d. Universalitas: artinya isinya tidak mengenai satu persoalan saja. Misalnya, tidak hanya mengenai olahraga. Isinya mengenai semua persoalan yang menjadi perhatian manusia seperti pendidikan, politik, sosial, budaya, hukum, ekonomi, dan lain-lain.

e. Kontinuitas: artinya isinya berkesinambungan. Umpamanya surat kabar hari ini memuat berita pengadilan ketua DPR Akbar

10

Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 257.


(31)

Tanjung. Hendaknya pada terbitan selanjutnya memuat pula berita persidangan Akbar Tanjung sampai vonis hakim dijatuhkan.11 Surat kabar dapat dibedakan atas periode terbit, ukuran dan sifat penerbitannya. Dari segi periode terbit surat kabar dapat dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian adalah surat kabar yang terbit setiap hari baik dalam bentuk edisi pagi maupun edisi sore, sedangkan surat kabar mingguan ialah surat kabar yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu. Dari segi ukurannya, ada yang terbit dalam bentuk plano dan ada pula yang terbit dalam bentuk tabloid. Sedangkan isinya dapat dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar yang bersifat umum dan surat kabar yang bersifat khusus. Surat kabar yang bersifat umum isinya terdiri atas berbagai macam informasi yang ditujukan kepada masyarakat umum, sedangkan surat kabar yang bersifat khusus, isinya memiliki ciri khas tertentu dan memiliki pembaca tertentu pula, misalnya surat kabar untuk pedesaan, surat kabar untuk wanita dan semacamnya.12

2. Pengertian Berita

Setiap hari dalam kehidupan banyak peristiwa yang terjadi. Baik itu dalam lingkungan yang dekat dengan kita maupun yang letak geografisnya jauh. Begitu banyak peristiwa yang terjadi dalam satu hari dan tidak dapat dihitung oleh kedua jari tangan.

Surat kabar menyajikan berita disetiap halamannya. Penyajian berita tersebut dimaksudkan untuk menginformasikan kepada khalayak terhadap

11

Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta-IISIP, 2003), h. 11.

12

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 127.


(32)

suatu informasi atau kejadian. Selanjutnya adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu pembaca atau masyarakat.

Kehidupan tampak seperti kumpulan kejadian yang tak berbentuk, tumpang tindih satu sama lain, saling mendorong dan mendesak. Berita adalah susunan kejadian setiap hari sehingga masyarakat menerimanya dalam bentuk yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio atau televisi dan keesokan hari di berbagai surat kabar.13

Berita yang layak dipublikasikan kepada masyarakat disajikan dalam surat kabar. Berita yang dimuat dalam sebuah surat kabar merupakan peristiwa yang terjadi dan pantas untuk disebarkan ke masyarakat. Berbagai peristiwa di segala aspek bidang yang terjadi di bidang sosial, pendidikan, seni dan budaya, kesehatan, lingkungan hidup, industri dan IPTEK disajikan. Karena aspek-aspek tersebut sangatlah berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat.

Menurut Paul de Massenner dalam buku Here's The News: Unesco Associate menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikann kepada khalayak.14

Hoeta Soehoet mengemukakan pengertian berita sebagai berikut: a. Berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan

manusia.

13

Peter Henshall & David Ingram. MenjadiJurnalis (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 7.

14

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64.


(33)

b. Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia yang perlu baginya untuk mewujudkan filsafat hidupnya.

c. Berita bagi suatu surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan yang perlu bagi pembacanya untuk mewujudkan filsafat hidupnya. 15

Dalam persepektif jurnalistik tidak semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan merupakan berita yang layak dimuat dalam suatu surat kabar. Ada beberapa kriteria atau ciri bahwa berita itu layak dipublikasikan kepada khalayak, antara lain:

a. Aktualitas.

b. Jarak (dekat jauhnya) peristiwa dari khalayak. c. Penting tidaknya orang/figur yang diberitakan. d. Keluarbiasaan peristiwa.

e. Akibat yang mungkin ditimbulkan berita itu. f. Ketegangan dalam peristiwa.

g. Konflik dalam peristiwa. h. Perilaku seks.

i. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan. j. Emosi yang ditimbulkan oleh peristiwa. k. Humor yang terkandung dalam peristiwa.16

15

Hoeta Soehoet, h. 23.

16


(34)

3. Pengertian Berita Utama

Surat kabar dilihat dari segi isi banyak memuat berita yang terjadi pada hari sebelum terbit. Hal ini dikarenakan sebelum diterima dan dibaca oleh khalayak ada beberapa proses. Mulai dari proses rapat redaksi, meliput, menulis, mengoreksi, layout, cetak dan akhirnya didistribusikan.

Suatu surat kabar seperti Republika isinya tidak hanya memuat berita-berita politik atau berita-berita-berita-berita ekonomi saja. Akan tetapi ada surat kabar yang memuat tema olahraga atau politik, hal tersebut tergantung dari visi, misi, dan tujuan surat kabar masing-masing. Dalam suatu surat kabar tentunya terdapat berita utama. Berita tersebut merupakan berita yang terpenting menurut redaktur surat kabar dari berita-berita lainnya.

Berita utama adalah berita surat kabar, majalah, radio atau televisi, yang dinilai terpenting untuk suatu masa penyiaran.17 A.M Hoeta Soehoet memberikan definisi tentang berita utama. Menurutnya berita utama adalah:

”Berita yang menurut penilaian Redaktur surat kabar tersebut adalah berita terpenting dari semua berita yang disajikan dalam surat kabarnya hari itu. Sebab itu diberikannya tempat utama yang mudah dibaca, yaitu halaman pertama bagian paling atas sebelah kiri.”18

4. Komposisi Berita

Suatu berita terutama dalam media massa cetak seperti surat kabar terdiri dari judul berita, lead, tubuh berita (isi berita), dan penutup berita. Unsur-unsur tersebut banyak terdapat pada berita yang bersifat langsung. Seperti berita politik, kriminal, ekonomi, peristiwa, dan sebagainya.

17

Onong Uchjana Effendy, h. 160.

18

Hoeta Soehoet. Kumpulan Kertas Kuliah Pengadaan Berita dan Pendapat (Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987), h. 5.


(35)

Secara sederhana judul berita adalah kepala berita. Dalam bahasa Inggris judul berita disebut headline. Sedangkan menurut bahasa Belanda disebut kop.19

Dalam suatu berita, Judul berita dimaksudkan untuk mempromosikan berita tersebut. Dia dituntut semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan dan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membaca. Selain untuk mempromosikan berita, judul berita berfungsi untuk memperkenalkan isi berita kepada khalayak pembaca.

Ada beberapa syarat dalam pembuatan sebuah judul berita. Menurut fungsinya syarat judul berita adalah:

a. Judul mengandung inti terpenting dari seluruh isi berita. Ini berarti, judul tidak boleh berbeda dengan isi berita. Judul berita mengandung inti terpenting sebagaimana adanya. Sebaiknya, judul berita ditulis sesudah inti berita/lead. Tujuannya, agar judul berita sesuai dengan inti berita, bahkan keseluruhan isi berita. Selain itu, adar dalam penulisan berita wartawan tidak terpaku pada judul, tetapi berpatokan pada lead.

b. Judul disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, padat dan menarik. Judul yang panjang tidak dapat memperkenalkan isi berita dalam waktu sekilas. Untuk membuat judul berita yang mudah dipahami pembaca, padat dan menarik, wartawan harus menguasai Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik dan benar. Selain itu, perbendaharaan kata-katanya harus kaya.20

19

Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik, h. 78.

20


(36)

Unsur selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari kelseluruhan uraian berita.21

Teras berita berisi bagian berita yang paling penting. Teras berita (lead) dalam berita yang tidak berbentuk features umumnya berisi 5W+1H (who, what, when, where, why, dan how). Sehingga pembaca akan mudah mengetahui bagian terpenting dari berita yang disajikan.

Unsur selanjutnya dalam berita adalah body atau tubuh berita dan kaki berita (penutup berita). Tubuh berita berisi hal-hal yang cukup penting dan mendukung pada lead berita. Terakhir adalah kaki berita (penutup berita). Bagian-bagian yang kurang penting dimasukkan dalam kaki berita.

Susunan komposisi berita tersebut umumnya dinamakan ”Piramida Terbalik”. Bagian atas piramida terbalik merupakan bagian terpenting, semakin ke bawah makin kurang penting. Bentuk piramida terbalik sebagai berikut:

21


(37)

Head Line/Judul Berita

LEG

Kaki berita

BODY Tubuh Berita BRIDGE Perangkai LEAD Teras Berita

DATE LINE Titimangsa

Gambar 1: Piramida Terbalik22

D. RUANG LINGKUP BAHASA JURNALISTIK

1. Bahasa Jurnalistik

Menulis berita yang baik tidak mudah. Perlu dilakukan suatu kebiasaan menulis sehingga membuat tulisan tersebut menjadi lebih baik. Menulis berita dalam media massa cetak harus dapat dimengerti oleh semua pihak. Mulai dari

22


(38)

golongan pendidikan yang rendah hingga orang yang tergolong paling berilmu.

Mengutip pernyataan TV CNN yang dikutip oleh Morissan mengungkapkan to be understood by the truck driver while not insulting the professor’s intelligence atau ”untuk dimengerti oleh supir truck namun tanpa merendahkan kecerdasan sang professor.”23 Dari pernyataan diatas menyatakan tulisan yang dimuat dalam media massa harus dapat dimengerti oleh semua kalangan. Wartawan perlu mempertimbangkan supaya berita dapat dimengerti masyarakat.

Surat kabar dalam menyampaikan informasinya menggunakan bahasa secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa (terutama bagi media cetak). Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa. Bahasa menjadi medium bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan peradaban bangsa.24

Dalam dunia jurnalistik bahasa yang digunakan dikenal dengan sebutan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik atau bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khusus yang membedakannya dengan ragam bahasa yang lain. Sifat khusus tersebut ialah singkat, padat, sederhana, lugas, tegas, jelas, dan menarik. Anton M. Moeliono (1994), yang konsultan pusat bahasa, pun mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam bahasa baku.25

23

Jani Yosef, To Be A Journalist (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 121.

24

Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 85-86.

25


(39)

Terbuktilah bahwa bahasa Indonesia jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Yang membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya. Karena digunakan sebagai media penyampai informasi, bahasa yang digunakan di media massa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain.26

Sosok bahasa di dalam ragam jurnalistik atau bahasa pers itu sesungguhnya menunjuk pada bahasa yang dipakai untuk menyampaikan sosok fakta, sosok laporan, sosok berita, sosok tulisan, yang terjadi terkini, yang terjadi terbaru, yakni fakta yang memang terjadi pada hari ini, bahkan pada sekarang ini. Jadi, bukan sosok peristiwa yang terjadi di masa-masa lampau dan yang kini sudah lewat atau bahkan sudah usang yang mesti diangkat di dalam media massa cetak.27

Supaya berita dapat dimengerti oleh masyarakat maka wartawan harus menggunakan suatu bahasa dan tunduk pada kaidah-kaidah penulisan berita. Dalam media massa bahasa tersebut disebut bahasa jurnalistik.

Menurut wartawan senior terkemuka Rosihan Anwar berpendapat "Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia juga harus memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.”28

Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang berpendapat

”Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang

26

Ibid., h. 2.

27

Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya (Yogyakarta: Santusta, 2006), h. 15-16.

28


(40)

demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.”29

Dr. Yus Badudu dari Pusat Bahasa Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengatakan di depan Karya Latihan Wartawan (KLW) XVII Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tanggal 11 November 1978:

”Bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahwa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidak jelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar itu.”30

Pendapat lainnya dari Patmono SK menyebutkan pengertian bahasa jurnalistik. Menurutnya bahasa junalisitik ialah

”bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang dipergunakan dalam majalah, surat kabar, tetevisi atau radio. Bahasa jurnalistik tidak berbeda dengan bahasa tulisan umumnya, kecuali beberapa kekhususan yang dimilikinya.”31

Dari beberapa definisi bahasa jurnalistik, dapat disimpulkan bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dalam media massa (majalah, surat kabar, televisi dan radio) dan yang orang-orang yang terlibat dalam media massa tersebut. Harus tunduk pada kaidah-kaidah tata bahasa dan mempunyai ciri-ciri atau sifat-sifat khusus seperti singkat, padat, jelas, lugas, menarik dan sebagainya.

29

Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 4.

30

Ibid., h. 4.

31

Patmono SK, Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996), h. 56.


(41)

2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik mempunyai karakter atau ciri-ciri yang berbeda. Ciri-ciri tersebut membedakan antara bahasa jurnalistik dengan bahasa akademik, bahasa sastra, bahasa gaul dan sebagainya. Menurut Kunjana Rahardi menyebutkan beberapa ciri bahasa jurnalistik. ciri bahasa jurnalistik tersebut adalah:

a. Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik berciri tidak berbelit-belit, tidak berbunga-bunga, tetapi harus terus langsung pada pokok permasalahannya.

b. Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat-kalimat pendek.

c. Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata

(economy of words).

d. Jelas makna, artinya sedapat mungkin menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif (makna sebenarnya).

e. Tidak mubazir dan tidak klise. 32

Selain itu, Menurut Haris Sumadiria, ciri-ciri bahasa jurnalistik adalah: a. Sederhana.

b. Singkat. c. Padat. d. Lugas. e. Jelas. f. Jernih.

32


(42)

g. Menarik. h. Demokratis. i. Populis. j. Logis. k. Gramatikal.

l. Menghindari kata tutur.

m. Menghindari kata dan istilah asing. n. Pilihan kata (diksi) yang tepat. o. Mengutamakan kalimat aktif. p. Menghindari kata atau istilah teknis. q. Tunduk kepada kaidah etika.33

Karakteristik atau ciri tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik. Karena surat kabar adalah media massa yang menyampaikan informasinya melalui tulisan dan dibaca oleh semua kalangan masyarakat baik itu kalangan A, B, C dan sebagainya. Selain itu tingkat pengetahuan antara masing-masing manusia berbeda ada yang berpengetahuan rendah, biasa-biasa dan tinggi.

Perkembangan jurnalistik khususnya di Indonesia pasca orde baru mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak media massa cetak maupun elektronik bermunculan. Hal ini disebabkan karena pintu kebebasan dibuka selebar-lebarnya. Sehingga banyak bermunculan media massa cetak maupun elektronik.

33


(43)

Media massa berlomba-lomba mencari berita dan segera menyebarkan beritanya kepada khalayak. Dalam penulisannya sering terdapat ketidaksesuaian dengan pedoman penulisan bahasa jurnalistik atau bahasa baku Indonesia. Sehingga terdapat kesalahan yang paling menonjol dalam media massa cetak. Misalnya tidak ekonomi kata, kesalahan dalam ejaan, bertele-tele dan sebagainya.

3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus ditaati. Ketentuan tersebut harus dilaksanakan supaya berita atau informasi yang disampaikan kepada khlayak mudah dimengerti. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah:

a. Penggunaan kalimat pendek

Dalam jurnalistik, penggunaan kalimat pendek merupakan pilihan utama. Hal itu dimaksudkan agar pokok persoalan yang diungkapkan segera dapat dimengerti pembacanya.

b. Penggunaan kalimat aktif

Agar suatu laporan atau tulisan dapat menarik pembacanya, wartawan harus mampu menghidupkan kalimat yang ditulisnya. Untuk itu penggunaan kalimat aktif merupakan ketentuan yang perlu dipatuhi.


(44)

c. Penggunaan bahasa positif

Suatu laporan akan menarik apabila ditulis dengan bahasa positif. Ia akan lebih hidup bila dibandingkan dengan penulisan bahasa negatif.34

4. Ekonomi Kata

Bahasa pers atau bahasa jurnalistik harus memegang teguh prinsip ekonomi kata (economy of words). Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri minim karakter atau sedikit jumlah hurufnya.35

Surat kabar merupakan media massa yang berbicara tentang halaman. Menyajikan berita dalam surat kabar harus memperhatikan ruang atau space

halamannya. Sehingga penulisan berita tidak bertele-tele dan memegang teguh prinsip ekonomi kata. Dalam bahasa jurnalistik, prinsip ekonomi kata menganjurkan supaya teks singkat tanpa harus merusak makna atau pesan yang disampaikan kepada pembaca. Teks yang singkat dan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga pembaca dalam memahami berita yang disampaikan.

Ada ketentuan-ketentuan yang harus kita ikuti untuk melakukan ekonomi kata, sebagai berikut:36

a. Menghilangkan ungkapan atau peribahasa b. Menghilangkan kata mubazir

34

Patmono SK, h. 71.

35

Kunjana Rahardi, h. 19.

36


(45)

Kata mubazir ialah kata yang dapat dihilangkan dari kalimat tanpa kalimat itu kehilangan makna atau arti. Kata mubazir diantaranya sebagai berikut:

i. Bahwa

ii. Adalah

iii. Telah, sedang, dan akan

Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk lampau kata kerja. Berkaitan dengan tiadanya bentuk lampau, setiap kata kerja yang dilengkapi penunjuk waktu tidak lagi memerlukan kata

telah, sedang atau akan. iv. Untuk

v. Daridandaripada

Agar wartawan dapat menggunakan kata dari dan daripada

secara benar, kita dapat menyatakan penggunaan kata

dariipada hanya dipakai dalam perbandingan. Sedangkan kata

dari dalam jurnalistik hanya dipakai sebagai penunjuk asal dan waktu.

vi. Di mana, hal mana, yang mana, dengan siapa, dan dari mana

5. Pedoman Bahasa Jurnalistik

Dalam penulisan bahasa jurnalistik terdapat pedoman yang harus dilaksanakan. Salah satunya adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di Jakarta. Pedoman tersebut terdiri dari sepuluh aturan dalam penulisan bahasa jurnalistik. Kesepuluh pedoman tersebut adalah:


(46)

a. Wartawan Indonesia secara konsekuen melaksanakan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Hal ini juga harus diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol dalam surat kabar sekarang ini ialah kesalahan ejaan.

b. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai. c. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal

atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam kepala berita mengingat keterbatasan ruangan. Akan tetapi pemenggalan jangan sampai dipukulratakan sehingga merembet pula ke dalam tubuh berita.

d. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek. Pengutaraan pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok, sebutan dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip yang harus dipegang ialah “satu gagasan atau satu ide dalam satu kalimat”.

e. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau

stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti kata-kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka. Dengan demikian dia menghilangkan monotoni (keadaan


(47)

atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa.

f. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah

(kata kerja kopula), telah (penunjuk masa lampau), untuk (sebagai terjemahan to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of

dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang.

g. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif (me).

h. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan maksudnya.

i. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. j. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.37

Dalam bahasa jurnalistik, sedikitnya terdiri dari tiga yaitu kata, kalimat dan paragraf (alinea). Ada aturan-aturan dalam menulis ketiga unsur tersebut. Selain itu ada beberapa hal yang diperhatikan dalam bahasa jurnalisitk untuk menyusun suatu kalimat. Seperti koherensi, penggunaan kata dan sebagainya.

37


(48)

Kata adalah kumpulan abjad yang disusun teratur sehingga dapat memberikan makna.38 Kata ada beberapa bentuk diantaranya adalah kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk.

Dalam dunia pers, kata yang digunakan dalam penulisa berita mempunyai ciri-ciri khas, yaitu:

a. Kata yang digunakan harus mudah dimengerti. Artinya setiap kata yang digunakan itu mudah dipahami pembaca dan pendengar. b. Kata yang digunakan harus dinamis. Kata yang ditampilkan harus

memberikan arti yang lebih hidup, lebih bersemangat, sesuai dengan kondisi dan situasi pernyataan yang akan disampaikan. c. Kata yang muncul harus demokratis.39

Selanjutnya adalah kalimat, karena suatu bahasa tersusun dari kata dan kemudian menjadi kalimat. Dalam kaidah bahasa, kalimat ialah penggabungan kata yang mengandung arti.40

Saat menulis suatu berita wartawan atau para insan jurnalis harus memegang prinsip-prinsip atau aturan dalam menyusun kalimat. Sehingga kalimat tersebut tidak membingungkan masyarakat yang membaca berita di media massa cetak.

Menurut Kunjana Rahardi terdapat 10 prinsip menyusun kalimat-kalimat jurnalistik. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:

a. Berciri padat, singkat, tajam dan lugas. b. Berciri sederhana dan tidak berbelit.

38

Ras Siregar, Bahasa Jurnalistik Indonesia (Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama, 1987), h. 120.

39

Ibid., h. 121.

40


(49)

c. Membatasi kalimat luas.

d. Menggunakan bentuk yang tidak verbalitas. e. Memiliki preferensi pada bentuk-bentuk pendek. f. Mengutamakan bentuk positif dan bentuk aktif. g. Berciri jelas, tegas dan tidak kabur makna.

h. Membedakan secara jelas bahasa tutur dan bahasa tulis.

i. Memiliki preferensi pada bentuk yang sederhana, pendek, dengan tetap berdasar pada kaidah-kaidah linguistic.

j. Membatasi bentuk-bentuk kebahasaan yang terkena interferensi

bahasa asing.41

41


(50)

BAB III

GAMBARAN UMUM

SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA

F. Sejarah Singkat Republika42

Harian umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media massa yang mampu mendorong bangsa yang kritis dan berkualitas. Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.

Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah dengan tujuan, cita-cita dan program ikatan cendekiawan muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada 5 Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh Indonesia antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5K, yaitu: kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas pikir.

Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program ICMI di atas, beberapa tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi dan komitmen pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia, yang beragama Islam, membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian menyusun tiga program utamanya:

1. Pengembangan Islamic Center

2. Pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies)

42


(51)

3. Penerbitan Harian Umum Republika.

Pendiri Yayasan Abdi Bangsa 48 orang, terdiri dari beberapa menteri, pejabat tinggi Negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Mereka, antara lain, Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, Haji Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie, dan lain-lainnya. Sedangkan Haji Muhammad Soeharto, Presiden RI, berperan sebagai pelindung Yayasan. Sementara Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, yang juga menjabat ketua umum ICMI, dipercaya sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa.

Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian, pada 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa. Melalui proses, Yayasan kemudian memperoleh SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia, sebagai modal awal penerbitan Harian Umum Republika. SIUPP itu bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/ A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992.

Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap padanya untuk menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya, koran ini akan diberi nama, antara lain, “Republik.”

PT Abdi Bangsa

PT Abdi Bangsa, penerbit Harian Umum Republika, didirikan pada 28 November 1992 di Jakarta. Perusahaan yang berada di bawah Yayasan Abdi Bangsa ini bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan percetakan pers. Pengelolaan perseroan dilakukan oleh direksi di bawah Dewan Komisaris yang


(52)

anggotanya dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Direksi, dalam mengelola perseroan, dibantu oleh Pembina Manajemen.

PT Abdi Bangsa, dalam upaya penggalian dana untuk pengembangan usahanya, melakukan penjualan saham kepada masyarakat. Tampaknya, PT. Abdi Bangsa akan menjadi perusahaan terbesar di dunia, dalam arti jumlah pemilikan sahamnya.

Penjualan saham PT Abdi Bangsa memang unik: satu lembar saham hanya boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dengan menawarkan 2,9 juta lembar saham kepada masyarakat, berarti PT Abdi Bangsa akan dimiliko oleh 2,9 juta kepada keluarga/pemegang saham.

G. Visi dan Misi Republika43

Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir di tengah Indonesia yang berubah secara cepat. Dalam perubahan yang melanda hampir semua aspek kehidupan ini – politik, ekonomi, iptek, social, budaya – “keterbukaan” menjadi kata kunci. Repubika memilih berposisi untuk turut mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki masa dinamis ini, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas yang telah dimilikinya.

Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” menunjukkan semangat mempersiapkan masyarakat memasuki era baru itu. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai dan tak ada langkah kembali, bila kita memang kita bersepakat mencapai kemajuan. Meski demikian, mengupayakan perubahan – yang juga berarti pembaharuan- tidak mesti harus mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun.

43


(53)

Keberpihakan Republika terarah kepada sebesar-besar penduduk negeri ini, yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media massa, dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya jadi penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.

Dengan latar belakang tersebut, misi Republika di berbagai bidang kehidupan adalah sebagai berikut.

Politik

Dalam bidang politik, Republika mendorong demokratisasi, dan optimalisasi lembaga-lembaga Negara, partisipasi politik semua lapisan masyarakat, dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik.

Ekonomi

Keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian Republika, mempromosikan profesioalisasi yang mengindahkan nilai-nilai kemanusian dalam manajemen, menekankan perlunya pemerataan sumber-sumber daya ekonomi, dan mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis.

Budaya

Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dari mana pun datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani; serta sikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan.


(54)

Agama

Dalam bidang ini, Republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer, mempromosikan semangat toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik temu di antara agama-agama.

H. Struktur Redaksi Republika44

Struktur Redaksi HU Republika Tahun 2009

Pemimpin Redaksi Ikhwanul Kiram Mashuri (ikm)

Wakil Pemimpin Redaksi Nasihin Masha (ink)

Redaktur Pelaksana Agung P. Vazza (apv)

Kepala Newsroom Arys Hilman (rys)

redaktur senior Anif Punto Utomo (nif)

Wakil Redaktur Pelaksana I Elba Damhuri (erd) Wakil Redaktur Pelaksana II Selamat Ginting (gin) Wakil Redaktur Pelaksana III/

Art Director Sri Kumara Dewatasari (kum)

Asredpel I (Ekonomi) Nurul S. Hamami (nul)

Asredpel II (OR, Hiburan, Internt) Rakhmat Hadi Sucipto (rhs) Asredpel III (Special Product) Bidramnanta (bid)

Asredpel IV (Nasional) Subroto (sbt)

Asredpel V (Ahad & Akhir Pekan) Nina Chairani (poy)

Asredpel VI (Agama) Ali Rido

44


(55)

Asredpel VII (Investigasi) Irwan Ariefyanto (one)

Sekretaris Redaksi Fachrul Ratzi (fr)

________________________________________________________________ I. Redaktur Pelaksana Agung P. Vazza (apv)

1.1. Wakil Redaktur Pelaksana I Elba Damhuri (erd)

1.1.a. Asisten Redaktur Pelaksana I Nurul S. Hamami (nul)

Redaktur Hal 1, Analisis, Pareto, Bursa Nurhasan Murtiaji (has) Redaktur Hal 13, WWC Darmawan Sepriyossa (dsy)

Redaktur Bisnis-Investigasi Firkah Fansuri (fir) Redaktur Syariah Mahgfiroh Yenny (mag) Redaktur Global Endro Cahyono (end)

Reporter Wulan Tunjung Palupi (una), Zaky Al Hamzah (zak), Yogie Respati (c67), Dyah Ratna Meta Novia (c65), Fernan Rahadi (c66).

1.1.b. Asisten Redaktur Pelaksana II Rakhmat Hadi Sucipto (rhs)

Redaktur Bola 1, Bola 2 Teguh Setiawan (teg) Redaktur Arena Khoirul Azwar Siregar (kho)

Reporter Hiru Muhammad (hir), Lukmanul Hakim (lhk), Didi Purwadi (dip), Cepi Setiadi (cep), Israr (isr)


(56)

Redaktur Internasional 2 Siwi Tri Puji Budiwiyati (tri) Reporter Indah Wulanningsih (lan), Ferry Kisihandi (fer) Redaktur Warna, TV Guide Wahidah Handasah (hid) Reporter Rusdy Nurdiansyah (ruz), m. akbar (akb) Redaktur Iptek & Kesehatan Andi Nur Aminah (ina) Reporter Endro Yuwanto (eye)

1.1.c. Asisten Redaktur Pelaksana III (Special Product) Bidramnanta (bid)

Redaktur Taufiqurrachman (tar), Irwan Kelana (ika), Christine Purwatiningsih (cis)

Reporter Anjar Fahmiarto (jar), Dian Metha (mth) Carep Iklan (ci1)

1.2. Wakil Redaktur Pelaksana II Selamat Ginting (gin)

1.2.a. Asisten Redaktur Pelaksana IV Subroto (sbt)

Redaktur Hal 1, Reso, Ficer Harun Husein (run) Redaktur Politik & Pemilu Joko Sadewo (dwo)

Reporter Nidia Zuraya (dia), Palupi Annisa Auliani (ann), Budi Rahardjo (djo), Dewi Mardiani (wed), R. Rudi Agung Prabowo (c68), M. Ikhsan Assidieqy (ikh).

Redaktur Hukum & Social-Edukasi M Subarkah (uba)


(57)

Redaktur Nusantara, Wawasan, Academia Budi Utomo (bud) Redaktur City 1, City 2, Urbana Asep K. Nurzaman (zam)

Reporter Deden Mauli Darajat (c81), Fitriyan Zamzami (c82), Indah Wulandari (c84), Okafiani Herlina (c85), Panji Pratama (c86), Warastuti (c87), Yasmina Hasani (c88), Yoghi Ikhwan (c89), Teguh Firmansyah (c61), Alwi Shahab (as), Prima Restri (fia)

1.2.b. Asisten Redaktur Pelaksana V Nina Chairani (poy)

Redaktur Akhir Pekan, Layar Perak & DVD, Di Balik Layar, Perilaku, Hobi & Habit, Laput Ahad, Refleksi, Gaya, Kesehatan, Wanita & Ayah-Bunda, Pustaka, Griya, Boga, Kiriman Anda, Jalan-jalan, Generasi, Remaja

Redaktur Priyantono Oemar (pry), Ahmadun Y. Herfanda (ayh), Natalia Endah Hapsari (neh)

Reporter Indira Rezkisari (ind), Rosyid Nurul Hakim (c62), Susie Evidia (vie), Reiny Dwinanda (rei)

1.2.c. Asisten Redaktur Pelaksana VI (Agama) Ali Rido

Redaktur Islam Digest Syahrudin El Fikri (sya) Reporter Ahmad Mulyadi (c64)

Redaktur Dialog Jumat & Hikmah Yusuf Assidiqi (yus) Reporter Damanhuri Zuhri (dam)


(58)

Reporter Rachmat Santosa Basarah (osa), Desy Susilawati (c63) Redaktur Al-Madrasah Burhanuddin Bella (bur)

Reporter ……….….. ……… ………….

1.2.d. Asisten Redaktur Pelaksana VII Irwan Ariefyanto (one)

Telisik, Opini

Reporter Rahmat Budi Harto (rto), Bahrul Ilmi (aru).

1.3. Wakil Redaktur Pelaksana III/Art Director Sri Kumara Dewatasari

Foto

Kepala Biro Foto/Redaktur Darmawan Wakil Redaktur TeguhIndra

Fotografer Amin Madani, M Syakir, Yogi Ardhi Cahyadi

Nurhayati (c70), Pandega Citrabangsa (c69), Edwin Putranto (c71)

Dokumentasi Foto

Coordinator/Kasi Musiron

Staf AdhiwiraS, Suparman, Karnoto Desain

Kepala Bagian Sarjono Desainer M. Ali Imron


(59)

Coordinator/Kasi Supriyatna

Macintosh Suyuti, Jumono, Saefudin, Dwinanto, Darmaji, M. Sururi, Dian Asmunandar, Reny, Diah Isawati

Editor Bahasa Abdul Sahal

Staf Editing Muhammad Adriansyah, Ririn Liechtiana, Nurul Hikmah

II. Kepala Newsroom Arys Hilman Nugraha (rys)

Redaktur Maman Sudiaman (man), Johar Arief (arp), Stevy Maradona (evy)

Traffic Purwadi Tjitrawijata (pur) Staff Legiyo, Karman, Arifin

II.1. Kepala Biro Jawa Timur M. Ghufron (ghu) Redaktur Sunarwoto (wot)

Reporter Anis Fathoni (afa), Wardianto (tok)

Koresponden Asan Haji (aji), Juwair (juw), M. Masduki (uki) Fotografer Imam Budi Utomo

II.2. Kepala Biro Jawa Tengah Indra Wisnu Wardhana (wab) Redaktur Eko Widiyatno (wid), Edi Setyoko (eds)

Reporter Heri Purwata (hep), Yoebal Ganesha (yoe), M. As’adi (asd), Neni Ridarineni (nri)


(60)

Koresponden S. Bowo Pribadi (owo), Yulianingsih (yli)

II.3. Kepala Biro Jawa Barat Irfan Junaidi (irf) Redaktur Agus Yulianto (yul)

Reporter Djoko Suceno (jok)

Koresponden Arie Lukihardiantie (kie), Ita Nina Winarsih (ita), Lilis Sri Handayani (lis), Muslim Ambari (mus), Reni Susanti (ren), Riffa Anggi Anggaditya (rfa), Riga Nurul Iman (rig), Sandy Ferdiana (san)

Fotografer Edi Yusuf, Yurry Erfansyah II.4. Reporter Non-Biro

Nian Poloan (nin), Maspril Aries (oed), Ahmad Baraas (aas) Koresponden Mursalind Yaslan

III. Kepala Republika Online Yayat Supriyatna

Community & Blog Agama

News Economy Sport Entertain

Konsultasi, Kolom, Produk Halal, Fatwa Video & Picture


(61)

Sekretaris Redaksi Fachrul Ratzi (fr)

Staf Hamidah Sagaff, Sabri Yogasastra, Tito Rachwono, Nuruddin Toto Rohadi, Ahmad Fahmi

Catatan

Promosi Reporter ke Redaktur: Stevy Maradona (evy), Joko Sadewo (dwo), Heri Ruslan (hri), Syahrudin El Fikri (sya).

Promosi Redaktur ke Asredpel: Nurul Saleh Hamami (nul), Bidramnanta (bid), Irwan Ariefyanto (one).

PromosiRedakturkeWaredpel: Elba Damhuri (erd). PromosiAsredpelkeRedaktur: Endro Cahyono (end). I. Profile Pembaca45

1. Komunitas Muslim

2. Berpendidikan & Profesional 3. Toleran & Inklusif

4. Peduli Keluarga & Loyal 5. Masyarakat Perkotaan 6. SES: AB (menengah atas).

45


(1)

Hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap berita utama tanggal 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008 menunjukkan ciri tidak mubazir dan tidak klise yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 124 kalimat yang diteliti, terdapat 20 kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik. Delapan kalimat melanggar hemat kata dan satu kalimat melanggar jelas makna.

Penelitian ini membuktikan bahwa dalam suatu surat kabar masih terdapat kesalahan-kesalahan. Bahkan surat kabar Republika tidak luput dari kesalahan. Ini menandakan bahwa surat kabar tidak 100% benar dalam menulis berita.

Kesimpulannya ialah penggunaan bahasa jurnalistik diterapkan baik dalam penulisan beritanya. Tetapi, masih terdapat kesalahan dalam surat kabar Republika. Seperti masih adanya kata-kata mubazir dan tidak ekonomi kata. Peneliti menemukan kasus baru dalam penelitian yang telah dilakukan yaitu sering terdapat kesalahan dalam paragraf. Berita surat kabar Republika sering terdapat paragraf yang terdiri dari satu kalimat. Sedangkan paragraf seharusnya terdiri paling sedikit dua kalimat. Bahkan dalam berita utama pun sering terdapat hal tersebut.

B. Saran

Ada beberapa saran dari peneliti terhadap penelitian bahasa jurnalistik ini. Saran ini peneliti tujukan kepada mahasiswa jurnalistik dan wartawan surat kabar Republika, sebagai berikut:

1. Untuk mahasiswa/i jurnalistik, peneliti mengharapkan ada penelitian lainnya mengenai penggunaan bahasa jurnalistik dalam media massa


(2)

terutama media massa cetak. Alasannya ialah dalam penulisan berita sering terdapat kesalahan ejaan, kata, dan sebagainya. Bahkan sering terdapat kata-kata mubazir dalam kalimat-kalimatnya.

2. Dalam penggunaan bahasa jurnalistik, wartawam surat kabar Republika harus menghindari kata-kata mubazir. Karena kata-kata mubazir masih terdapat dalam surat kabar tersebut. Kata-kata mubazir tersebut seperti kata bahwa, adalah, sedang, telah, akan, untuk, dari, daripada, di mana, hal mana, yang mana, dengan siapa dan dari mana.

3. Wartawan Republika harus menghindari kata-kata penat dan membosankan (tiring words). Misalnya kata “katanya”, kata tersebut bisa diganti dengan kata “paparnya”, “ujarnya”, “tambanya”, “lanjutnya”, dan sebagainya. Hal ini untuk menghindari kata-kata penat.

4. Wartawan Republika seharusnya memperhatikan susunan dalam suatu paragraf. Suatu paragraf sedikitnya terdiri dua kalimat bukan terdiri dari satu kalimat. Hal ini sering ditemukan dalam surat kabar Republika dan surat kabar lainnya. Hal ini harus segera diperbaiki supaya tidak terdapat kesalahan dalam paragraf.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI Cabang Jawa Barat. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi, 2004.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992.

Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Darjono, Anas. S. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2004.

Djatmika, Prija. Strategi Sukses Berhubungan dengan Pers dan Aspek-aspek Hukumnya. Malang: Bayumedia Publishing, 2004.

Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1989. Henshall, Peter dan David Ingram. Menjadi Jurnalis. Yogyakarta: LKIS, 2000. Junaedhie, Kurniawan. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1991.

Kasman, Suf. Jurnalisme Universal. Jakarta: Teraju, 2004.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2006.


(4)

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Januari 2005.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktek. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cetakan II 1999.

Nasution, Mustafa Edwin dan Hardius Usman. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.

Putra, R. Masri Sareb. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Rahardi, Kunjana. Asyik Berbahasa Jurnalistik. Yogyakarta: Santusta, 2006. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

---. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997.

Rolinicki, Tom E., C. Dow Tate, dan Sherri A. Taylor. Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism). Jakarta: Kencana, 2008.

Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Sarwoko, Tri Adi. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi, 2007. Setiati, Eni. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan

Menghadapi Tugas Jurnalistik. Yogyakarta: Andi, 2005.

Siregar, Ras. Bahasa Indonesia Jurnalistik. Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama, 1987.


(5)

---. Bahasa Pers - Bahasa Indonesia Jurnalistik Kerangka Teori Dasar. Cetakan Kedua 1992. PT Grafikatama Jaya.

SK. Patmono. Teknik Jurnalistik: Tuntunan Praktis Untuk Menjadi Wartawan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996.

Soehoet, A.M Hoeta. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987. ---. Kumpulan Kertas Kuliah Pengadaan Berita dan Pendapat.

Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987.

Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk & Kode Etik. Bandung: Penerbit Nuansa, September 2004.

Suhirman, Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan. Bandung: Dimensi Publishing, 2005.

Sumadiria, AS Haris. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.

---. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. Yosef, Jani. To Be A Journalist. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis penerapan bahasa jurnalistik berita utama surat kabar Empat Lawang Express edisi Desember 2010

4 24 97

Profil Foto Berita Dalam Surat Kabar Republika Edisi Tahun 2004

0 7 253

Penerapan bahasa jurnalistik pada Bberita utama“Straight News” di surat kabar “Radar Bekasi” edisi 1-5 Oktober 2012

0 8 103

ANALISIS EUFEMISME PADA BERITA UTAMA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI 2015 Analisis Eufemisme Pada Berita Utama Surat Kabar Solopos Edisi Bulan Januari 2015.

1 3 14

ANALISIS EUFEMISME PADA BERITA UTAMA SURAT KABAR Analisis Eufemisme Pada Berita Utama Surat Kabar Solopos Edisi Bulan Januari 2015.

0 3 12

ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014 Analisis Makna Bahasa Sapaan Dalam Wacana Berita Olahraga Pada Surat Kabar Solopos Edisi Oktober-Desember 2014.

0 3 15

ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014 Analisis Makna Bahasa Sapaan Dalam Wacana Berita Olahraga Pada Surat Kabar Solopos Edisi Oktober-Desember 2014.

0 3 14

ANALISIS KATEGORIAL CAMPUR KODE PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI DESEMBER 2012 Analisis Kategorial Campur Kode Pada Judul Berita Surat Kabar Harian SOLOPOS Edisi Desember 2012.

0 5 14

BERITA UTAMA DI SURAT KABAR Studi Analisis Isi Tentang Tema- Tema Berita Utama di Harian Jawa Pos Dan Harian Republika Periode Mei 2008 - Oktober 2008).

0 1 9

BERITA UTAMA DI SURAT KABAR ( Studi Analisis Isi Tentang Tema- Tema Berita Utama di Harian Jawa Pos Dan Harian Republika Periode Mei 2008 - Oktober 2008).

0 0 10