BINGKAI SURAT KABAR DALAM PEMBERITAAN KERUSUHAN PASCA PILKADA KABUPATEN TUBAN (Analisis Framing Teks Berita pada Surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 30 Apri - l6 Mei 2006)
BINGKAI SURAT KABAR DALAM PEMBERITAANKERUSUHAN PASCA
PILKADA KABUPATEN TUBAN(Analisis Framing Teks Berita pada Surat
kabar Jawa pos dan Kompas edisi30 April6Mei 2006)
Oleh: LIA RAHMADIANA ( 02220135 )
Communication Science
Dibuat: 20070724 , dengan 3 file(s).
Keywords: Analisi Framing, Kerusuhan, Bingkai
ABSTRAK
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Tuban adalah salah satu proses perwujudan dari
otonomi daerah. Di mana masyarakat belajar untuk berdemokrasi dengan memilih langsung
kepala daerahnya sendiri. Namun proses Pilkada Kabupaten Tuban ini diwarnai kerusuhan
setelah beberapa hari kemudian. Dari 18 Pilkada di Jawa Timur, hanya di Kabupaten Tuban yang
mengalami kerusuhan. Peristiwa itu kemudian menjadi sorotan media massa untuk dijadikan
berita. Media massa mempunyai cara pandang masingmasing dalam mengemasnya. Penelitian
ini ingin menjawab rumusan masalah bagaimana Jawa Pos dan Kompas membingkai peristiwa
kerusuhan ini. Untuk itu penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana surat kabar
mengkonstruksi peristiwa kerusuhan pasca Pilkada Kabupaten Tuban.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pers yang di dalamnya terdapat enam
sistem pers dunia, yakni teori pers otoriter, pers liberal, pers media soviet, pers tanggung jaaawab
sosial, pers media pembangunan dan pers media demokratik partisipan. Hasil analisis akan
dihubungkan dengan teori pers ini. Sehingga penelitian ini dapat mengetahui sistem pers apa
yang digunakan surat kabar yang dijadikan obyek penelitian.
Untuk menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan metode kualitatif karena dalam
penelitian ini bertujuan untuk membuat deskriptif dan gambaran tentang peristiwa yang terjadi.
Dan metode yang digunakan untuk meneliti permasalahan kerusuhan pasca Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) Kabupaten Tuban, yakni dengan analisi framing. Dengan analisis framing
dapat mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
framing Robert N Entmen karena di dalamnya mempunyai konsepsi tentang framing dan
gambaran secara luas bagaimana peristiwa dimaknai, apa dan siapa penyebab masalah sampai
pada jalan keluar yang ditawarkan. Penelitian ini difokuskan pada teks berita surat kabar Jawa
Pos dan Kompas edisi 30 April6 Mei 2006.
Dari proses analisis, hasil yang didapatkan bahwa surat kabar Jawa Pos memaknai peristiwa
sebagai bentuk kekecewaan massa pendukung NonsTop terhadap hasil Pilkada. Selain itu
diwacanakan juga sebagai bentuk kekecewaan yang diwujudkan dalam bentuk tindakan anarkis.
Surat kabar Jawa Pos juga sempat mewacanakan peristiwa sebagai bentuk kecurangan yang
dilakukan
dikubu HeLi, hingga sampai pada masalah hukum. Mengenai apa dan siapa yang jadi penyebab
masalah surat kabar Jawa Pos mewacanakan kekecewaan massa pendukung NonsTop yang tidak
bisa menerima kekalahan. Namun pemberitaan surat kabar Jawa Pos juga seimbang dengan
memberitakan penyebab masalah dengan kecurangan yang dilakukan oleh kubu HeLi seperti
bentuk penggelembungan suara dan money politics. Mengenai aktor masalah, massa pendukung
NonsTop dan kubu HeLi samasama seimbang diwacanakan sebagai aktor masalah. Surat kabar
Kompas mengkonstruksi sebagai tindakan anarkis dan mencederai demokrasi. Surat kabar
Kompas juga sama dengan surat kabar Jawa Pos yang sempat mewacanakan sebagai bentuk
kecurangan. Berbeda dengan surat kabar Jawa Pos, surat kabar Kompas lebih menekankan
penyebab masalah karena massa tidak bisa menerima hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada),
dan kubu NonsTop lebih diwacanakan sebagai aktor.
Dari hasil konstruksi surat kabar di atas dapat dinilai bahwa Jawa Pos lebih condong pada sistem
pers liberal. Karena terlihat pada analisis dari interpretasi atas peristiwa yang cukup berani. Surat
kabar Jawa Pos juga cukup berani dalam mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa ada
money politics dan penggelembungan suara. Hal ini dapat menunjukkan kepada masyarakat
tentang realita yang ada, sehingga surat kabar Jawa Pos juga menerapkan sistem pers tanggung
jawab sosial. Pada surat kabar Kompas menerapkan sistem pers Liberal sebagai sistem pers
medianya. Statementstatement yang cukup berani juga. Media lebih banyak menyoroti tindakan
amuk massa serta asetaset yang jadi korban dengan menekankan pada sisi negatifnya dalam
memberitakan realitas kerusuhan. Surat kabar lebih menekankan penyebab masalah pada massa
yang kecewa terhadap hasil Pilkada tanpa lebih dalam lagi menguak penyebab massa melakukan
aksi kerusuhan ini dari sisi lain.
PILKADA KABUPATEN TUBAN(Analisis Framing Teks Berita pada Surat
kabar Jawa pos dan Kompas edisi30 April6Mei 2006)
Oleh: LIA RAHMADIANA ( 02220135 )
Communication Science
Dibuat: 20070724 , dengan 3 file(s).
Keywords: Analisi Framing, Kerusuhan, Bingkai
ABSTRAK
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Tuban adalah salah satu proses perwujudan dari
otonomi daerah. Di mana masyarakat belajar untuk berdemokrasi dengan memilih langsung
kepala daerahnya sendiri. Namun proses Pilkada Kabupaten Tuban ini diwarnai kerusuhan
setelah beberapa hari kemudian. Dari 18 Pilkada di Jawa Timur, hanya di Kabupaten Tuban yang
mengalami kerusuhan. Peristiwa itu kemudian menjadi sorotan media massa untuk dijadikan
berita. Media massa mempunyai cara pandang masingmasing dalam mengemasnya. Penelitian
ini ingin menjawab rumusan masalah bagaimana Jawa Pos dan Kompas membingkai peristiwa
kerusuhan ini. Untuk itu penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana surat kabar
mengkonstruksi peristiwa kerusuhan pasca Pilkada Kabupaten Tuban.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pers yang di dalamnya terdapat enam
sistem pers dunia, yakni teori pers otoriter, pers liberal, pers media soviet, pers tanggung jaaawab
sosial, pers media pembangunan dan pers media demokratik partisipan. Hasil analisis akan
dihubungkan dengan teori pers ini. Sehingga penelitian ini dapat mengetahui sistem pers apa
yang digunakan surat kabar yang dijadikan obyek penelitian.
Untuk menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan metode kualitatif karena dalam
penelitian ini bertujuan untuk membuat deskriptif dan gambaran tentang peristiwa yang terjadi.
Dan metode yang digunakan untuk meneliti permasalahan kerusuhan pasca Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) Kabupaten Tuban, yakni dengan analisi framing. Dengan analisis framing
dapat mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
framing Robert N Entmen karena di dalamnya mempunyai konsepsi tentang framing dan
gambaran secara luas bagaimana peristiwa dimaknai, apa dan siapa penyebab masalah sampai
pada jalan keluar yang ditawarkan. Penelitian ini difokuskan pada teks berita surat kabar Jawa
Pos dan Kompas edisi 30 April6 Mei 2006.
Dari proses analisis, hasil yang didapatkan bahwa surat kabar Jawa Pos memaknai peristiwa
sebagai bentuk kekecewaan massa pendukung NonsTop terhadap hasil Pilkada. Selain itu
diwacanakan juga sebagai bentuk kekecewaan yang diwujudkan dalam bentuk tindakan anarkis.
Surat kabar Jawa Pos juga sempat mewacanakan peristiwa sebagai bentuk kecurangan yang
dilakukan
dikubu HeLi, hingga sampai pada masalah hukum. Mengenai apa dan siapa yang jadi penyebab
masalah surat kabar Jawa Pos mewacanakan kekecewaan massa pendukung NonsTop yang tidak
bisa menerima kekalahan. Namun pemberitaan surat kabar Jawa Pos juga seimbang dengan
memberitakan penyebab masalah dengan kecurangan yang dilakukan oleh kubu HeLi seperti
bentuk penggelembungan suara dan money politics. Mengenai aktor masalah, massa pendukung
NonsTop dan kubu HeLi samasama seimbang diwacanakan sebagai aktor masalah. Surat kabar
Kompas mengkonstruksi sebagai tindakan anarkis dan mencederai demokrasi. Surat kabar
Kompas juga sama dengan surat kabar Jawa Pos yang sempat mewacanakan sebagai bentuk
kecurangan. Berbeda dengan surat kabar Jawa Pos, surat kabar Kompas lebih menekankan
penyebab masalah karena massa tidak bisa menerima hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada),
dan kubu NonsTop lebih diwacanakan sebagai aktor.
Dari hasil konstruksi surat kabar di atas dapat dinilai bahwa Jawa Pos lebih condong pada sistem
pers liberal. Karena terlihat pada analisis dari interpretasi atas peristiwa yang cukup berani. Surat
kabar Jawa Pos juga cukup berani dalam mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa ada
money politics dan penggelembungan suara. Hal ini dapat menunjukkan kepada masyarakat
tentang realita yang ada, sehingga surat kabar Jawa Pos juga menerapkan sistem pers tanggung
jawab sosial. Pada surat kabar Kompas menerapkan sistem pers Liberal sebagai sistem pers
medianya. Statementstatement yang cukup berani juga. Media lebih banyak menyoroti tindakan
amuk massa serta asetaset yang jadi korban dengan menekankan pada sisi negatifnya dalam
memberitakan realitas kerusuhan. Surat kabar lebih menekankan penyebab masalah pada massa
yang kecewa terhadap hasil Pilkada tanpa lebih dalam lagi menguak penyebab massa melakukan
aksi kerusuhan ini dari sisi lain.