Analisis penerapan bahasa jurnalistik berita utama surat kabar Empat Lawang Express edisi Desember 2010

(1)

ANALISIS PENERAPAN BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR EMPAT LAWANG EXPRESS EDISI DESEMBER 2010

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S Sos.I)

Oleh : Zabrina Rosyadi NIM : 107051102614

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

ANALISIS PENERAPAN BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR EMPAT LAWANG EXPRESS EDISI DESEMBER 2010

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S Sos.I)

Oleh : Zabrina Rosyadi NIM : 107051102614

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan

judul

Analisis Penerapan Bahasa Jurnalistik Surat

Kabar Empat Lawang Express Edisi Desember 2010, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakntapadatanggal 23 Agustus 201 1. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada program Studi Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 23 Agustus 201 I

Sidang Munaqasyah

era4gkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. StudyzKizal LK" MA Ade Rina Farida. M.Si

NIP: 197700513 200701 2 018

NIP : 19K40428 199303

I

002

Anggota

Drs. Stud.'y'Rizal LK. MA NIP: 14640428 199303

I

002 19670906 t99403

I

002

Rubivanah. MA


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2011


(5)

ABSTRAK Zabrina Rosyadi

Analisis Penerapan Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Empat Lawang Express Edisi Desember 2010

Media massa cetak merupakan media massa yang menyampaikan informasinya melalui tulisan. Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada khalayak sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat menentukan sampainya informasi itu kepada khalayak secara jelas. Sebaliknya, bahasa yang kacau dalam menyampaikan informasi akan menyulitkan khalayak untuk memahami informasi itu.

Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan harus benar, jelas dan akurat. Bahasa pers atau bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dalam media massa. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik mempunyai sifat sederhana, singkat, tunduk kepada kaidah etika dan sebagainya

Kesalahan atau ketidasesuaian kaidah bahasa jurnalistik sering terjadi dalam penulisan berita di surat kabar. Contohnya dalam surat kabar lokal Empat Lawang Expres. Dalam surat kabar yang terbit dalam periode mingguan ini peneliti merasa banyak menemukan kata-kata bahkan kalimat yang tidak sesuai dengan kaedah bahasa jurnalistik.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Peneliti menganalisis kaliimat-kalimat setiap paragraf dalam berita utama surat kabar Empat Lawang Express, kemudian mencari kesesuaian kata atau kalimatnya dengan kaidah-kaidah bahasa jurnalistik.

Dengan demikian bahasa dalam surat kabar Empat Lawang Express menjadi sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa jurnalistik, dan surat kabar Empat Lawang Express bisa menjalankan fungsi utamanya sebagai media massa yakni menyampaikan informasi.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam kepada junjungn nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke jalan Illahi.

Dengan penuh kesadaran peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Seperti juga perjalanan studi yang peneliti lalui dari awal hingga akhir, rasanya tidaklah mungkin jika peneliti melaluinya sendirian. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga peneliti sampaikan kepada orang-orang yang selalu dikasihi Allah SWT.

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Mahmud Jalal, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Drs. Studi Rizal, LK. M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Rubiyanah, M.A selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik sekaligus dosen pembimbing skripsi dan Ibu Ade Rina Farida, M.Si selaku Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik.

3. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak berperan dalam pembelajaran semasa peneliti kuliah.


(7)

4. Seluruh staff redaksi surat kabar Empat Lawang Express yang telah banyak membantu peneliti dalam penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, terutama untuk Pak Syamsul Fikri selaku Pimpinan Redaksi. 5. Ayahanda dan ibunda tercinta, terimakasih atas segala kasih sayang, perhatian

dan motivasinya yang tiada henti baik secara moril maupun materil, karena itu sangat berharga bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk kakak-kakakku dan adikku tersayang, terima kasih atas penyemangatnya kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi.

6. Sahabat-sahabatku: Ickhsan, Ika, Ririn, Cahya, Mawa, Zahra, Dita, Yanti, Zahro, terima kasih untuk kekompakan dan semangat yang diberikan baik semasa kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi.

7. Sahabat-sahabat Empat Lawang, yang banyak membantu semasa penelitian di Empat Lawang dan memberi banyak pengalaman-pengalaman baru.

8. Semua teman-teman seperjuangan Jurnalistik 2007 dan kelompok KKS 78 tahun 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya dan doanya, semoga kita bisa kompak menjaga silaturahmi.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, peneliti hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amiiin…


(8)

Jakarta, Agustus 2011


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

E. Metodologi Penelitian ... 5

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN TEORI A. Media Massa ... 10

1. Pengertian Media Massa ... 10

2. Jenis-jenis Media Massa ... 10

B. Media Cetak ... 13

1. Pengertian Media Cetak ... 13

2. Sejarah Media Cetak ... 14

3. Pengertian Berita ... 23

4. Pengertian Berita Utama ... 25

5. Bentuk dan Elemen Berita ... 25


(10)

BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR EMPAT LAWANG EXPRESS

A. Profil David Hadrianto Aljufri (Owner Empat Lawang Exkpres) ... 37

B. Sejarah ... 37

C. Visi dan Misi ... 39

D. Struktur Redaksi ... 40

BAB IV ANALISA DATA A. Analisis Ketidaksesuaian Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Empat Lawang Express ... 44

1. Berita Utama Edisi 89 ... 46

2. Berita Utama Edisi 90 ... 65

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media komunikasi dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai media yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media massa cetak merupakan salah satu bentuk media yang paling efektif dan efisien.

Media massa cetak merupakan media massa yang menyampaikan informasinya melalui tulisan. Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada khalayak sangat ditentukan benar tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat menentukan sampainya informasi itu kepada khalayak secara jelas. Sebaliknya, bahasa yang kacau dalam menyampaikan informasi akan menyulitkan khalayak untuk memahami informasi itu.1

Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan harus benar, jelas dan akurat. Bahasa pers atau bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dalam media massa. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik mempunyai sifat sederhana, singkat, tunduk kepada kaidah etika dan sebagainya.

1


(12)

Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.

Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.

Dalam penulisan berita pun ada pedoman yang dijadikan sebagai dasar penulisan berita. Sehingga mudah dipahami dan dapat memikat khalayak. Salah satunya adalah penggunaan kata haruslah efisien. Dengan membuang kata-kata yang tidak perlu maka akan dapat dibuat kalimat pendek. Tetapi dalam praktek jurnalistik sering ditemukan paragraph yang panjang dan kata-kata yang mubazir dalam penulisan berita. Kata-kata yang mubazir dapat ditemukan dalam judul berita, lead maupun isi berita. Hal ini sering dilakukan oleh wartawan-wartawan yang sudah bekerja dan berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Contoh bukti nyata adalah surat kabar Empat Lawang Expres. Dalam penulisan judul dan praktik penulisan berita tidak sesuai dengan pedoman pemakaian bahasa


(13)

jurnalistik yang telah disepakati. Ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan juga diabaikan.

“Menurut Daryl L. Frazel dan George Truck, dua pakar pers Amerika dalam Principles of Editing. A Comprehensive Guide for Student and Journalist (1996:122-123), pembaca berharap, apa yang dibacanya dalam media massa adalah yang bisa dimengerti tanpa bantuan pengetahuan khusus. Pembaca berharap, wartawan dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada mereka yang bukan ilmuwan, perihal hubungan-hubungan internasional kepada mereka yang bukan diplomat, dan masalah-masalah politik kepada pemilih yang awam (to explain science to no scienctist, international relations to no nondiplomats, and politic to ordinary voters).”2

Empat Lawang Expres adalah salah satu surat kabar lokal di Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Dalam surat kabar yang terbit dalam periode mingguan ini peneliti merasa banyak menemukan kata-kata bahkan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik, sehingga perlu adanya penelitian lebih mendalam tentang penggunaan bahasa jurnalistik pada surat kabar ini. Oleh karena itulah peneliti mengambil judul Analisis Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama Surat Kabar Empat Lawang Express Edisi Desember 2010

2

Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2006),h.3.


(14)

B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka penulis membatasi pembahasan pada rubrik berita utama surat kabar Empat Lawang Express edisi Desember 2010.

2. Perumusan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada berita utama surat kabar Empat Lawang Expres. Adapun rumusan masalahnya antara lain:

1. Bagaimana penerapan bahasa jurnalistik dalam berita utama surat kabar

Empat Lawang Express?

2. Apa saja ketidaksesuaian ciri bahasa jurnalistik yang terdapat dalam berita utama surat kabar Empat Lawang Express?

C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan bahasa dalam berita utama surat kabar Empat Lawang Expres

b. Untuk mengetahui apa saja ketidak sesuaian ciri bahasa jurnalistik yang terdapat dalam berita utama surat kabar Empat Lawang Expres


(15)

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan gambaran yang jelas mengenai studi dalam bidang jurnalistik, khususnya tentang bahasa jurnalistik

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi wartawan, praktisi, dan pihak-pihak yang terlibat dalam strukrur redaksional surat kabar Empat Lawang Expres.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan / Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)3. Sedangkan deskriptif analisis menurut Rachmat Kriyantono dalam bukunya Metode Riset Komunikasi, menyebutkan bahwa jenis analisa ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu4.

3

Djunaidi Ghony. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknikdan Teori Grounded. Bina Ilmu. Surabaya. 2007. Hal 11

4

Rachmat Kriyanto, Metodologi Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media,

Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana


(16)

Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat kabar Empat Lawang Express.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan riset. Observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut.5 Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Observasi disini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung wacana yang terdapat dalam media cetak surat kabar Empat Lawang Expres tersebut.

b. Dokumentasi

Dokumentasi atau studi dokumen, pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah yang didapat dari tempat penelitian.

5

Iin Tri Rahayu & Tristiadi Ardi Ardani. Observasi & Wawancara. Bayumedia Publishing. Jatim. 2004. Cetakan pertama. Hal 1


(17)

c. Wawancara

Dalam hal ini peneliti mewawancarai Pemimpin Redaksi Harian Empat Lawang Express, dengan metode wawancara bebas terpimpin. Artinya, wawancara dilakukan secara bebas namun terarah agar tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang diutarakan dan telah menyiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu.

3. Teknik Analisa Data

Setelah semua data terkumpul peneliti menganalisis data ke dalam kata-kata dengan membandingkan atau mencari kesesuaian dengan cirri bahasa jurnalistik. Peneliti juga mengkonstruksi teks berita, kemudian memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak ketidaksesuaian dengan ciri bahasa jurnalistik.

E. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di kantor redaksi Empat Lawang Expres, tepatnya di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) desa Tanjung Kupang kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan.


(18)

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Surat Kabar Empat Lawang Express, sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah Berita Utama surat kabar

Empat Lawang Expres edisi Desember 2010.

F. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan peneliti terhadap beberapa tulisan, buku, dll. pada perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti menemukan skripsi serupa yang ditulis oleh Aris Takomala dengan judul skripsinya Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar REPUBLIKA Edisi Desember 2008.

Meskipun sama dalam segi pembahasan, yakni pembahasan mengenai analisa tentang bahasa jurnalistik pada surat kabar, akan tetapi berbeda pada subjek dan objek penelitiannya.

Adapula buku yang membahas bahasa jurnalistik diantaranya ialah buku Rosihan Anwar yang berjudul Bahasa Jurnalistik Indonesia. Buku tersebut membahas ikhtisar bahasa jurnalistik Indonesia, kata-kata mubazir, ekonomi kata dan sebagainya. Selain itu buku Kunjana Rahardi berjudul Asyik Berbahasa Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Buku tersebut mengupas tentang bahasa jurnalistik Indonesia, kalimat jurnalistik efektif, dan temali masalah kalimat jurnalistik. Buku Sudirman Tebba yang berjudul Jurnalistik Baru. Dalam buku tersebut membahas tentang wartawan dan pers, teori dan praktik jurnalistik, konsep berita berita, dan bahasa jurnalistik.


(19)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metedologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Pada bab ini, diuraikan teori mengenai ruang lingkup media massa, ruang lingkup media cetak dan pengertian bahasa jurnalistik.

BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR EMPAT LAWANG EXPRES

Bab ini menguraikan gambaran umum profil pemilik (owner) surat kabar Empat Lawang Express, sejarah perkembangan surat kabar Empat Lawang Express, visi dan misi, struktur organisasi, serta alur kerjanya sebagai masalah penelitian.

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

Bab ini berisi deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisa bahasa jurnalistik dalam surat kabar Empat Lawang Expres.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup dari skripsi ini. Pada bab ini peneliti akan memberi kesimpulan atas permasalahan yang diteliti dan saran peneliti terhadap permasalahan penelitian.


(20)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Media Massa

1. Pengertian Media Massa

Media massa merupakan istilah yang digunakan oleh publik dalam mereferensi tempat dipublikasikannya suatu berita.6 Hasil kerja jurnalistik para wartawan dipublikasikan melalui media massa. Setiap berita dalam jurnalistik menjadi tidak bermakna tanpa mendapat dukungan atau dipublikasikan melalui media. Penyampaian informasi dalam bentuk berita membutuhkan saluran komunikasi yang disebut media. Istilah media massa karena mengacu pada pemanfaatan sebagai bacaan masyarakat atau publik.

Diantara fungsi media massa adalah memberikan dan menyebarluaskan informasi dan menginklankan produk. Pengertian media massa sangat luas. Media massa dapat diartikan sebagai segala bentuk media atau sarana komunikasi untuk menyalurkan dan mempublikasikan berita kepada publik atau masyarakat. Bentuk media massa yang dikenal terdiri atas media cetak, elektronik, dan media online.

2. Jenis-jenis Media Massa

6


(21)

Jenis-jenis media massa adalah Media Massa Cetak (Printed Media), Media Massa Elektronik (Electronic Media), dan Media Online (Cybermedia). Yang termasuk media elektronik adalah radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak berdasarkan formatnya terdiri dari koran atau suratkabar, tabloid, newsletter, majalah, buletin, dan buku. Media Online adalah website internet yang berisikan informasi aktual layaknya media massa cetak.

1. Media Cetak

Media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis / tercetak. Jenis media cetak yang beredar di masyarakat dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

a. Surat Kabar, yaitu media komunikasi yang berisikan informasi aktual dari berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, kriminal, seni, olahraga, luar negeri, dalam negeri, dan sebagainya. Surat kabar lebih menitikberatkan pada penyebaran informasi agar diketahui publik. Surat kabat pada umumnya terbit harian, sekalipun ada juga surat kabar mingguan. Dari ruang lingkupnya, ada surat kabar lokal dan surat kabar nasional

b. Tabloid, yaitu media komunikasi yang berisikan informasi aktual maupun penunjang bagi bidang profesi atau gaya hidup tertentu. Pada umumnya tabloid terbit mingguan. Tabloid lebih banyak mengacu pada penyajian informasi yang bersifafat segmented.

c. Majalah, yaitu media komunikasi yang menyajikan informasi secara lebih mendalam dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama.


(22)

Majalah dapat diterbitkan secara mingguan, dwi mingguan, bahkan bulanan dwi/triwulanan. Majalah terdiri atas: majalah umum (untuk semua golongan masyarakat) dan majalah khusus (untuk bidang profesi/golongan/kalangan tertentu)

2. Media Elektronik

Media elektronik merupakan salah satu jenis media massa yang memiliki kekhususan. Kekhususannya terletak pada dukungan elektronika dan teknologi yang menjadi ciri dan kekuatan dari media berbasis elektronik.

Dukungan elektronik ini pula yang membedakannya dengan media cetak. Salah satu kelebihan media elektronik adalah sifatnya yang dapat disiarkan secara langsung saat kejadian berlangsung (real time). Hal ini yang menyebabkan media elektronik lebih diminati oleh public. Media elektronik lebih instan dibandingkan media cetak.

Adapun jenis media elektronik:

a. Radio, yaitu media komunikasi yang bersifat auditif (dengar) dengan penyajian berita yang mengandalkan system gelombang elektronik. Penyebaran informasi dan berita melalui radio dapat berlangsung cepat dan luas. radio merupakan media yang didengarkan, karenanya kelemahan media radio adalah tidak dapat menunjukkan informasi visual sebagai penguat berita atau informasi yang disiarkan.


(23)

b. Televisi, yaitu media komunikasi yang bersifat audio-visual. Kekuatan utama dari media televisi adalah suara dan gambar. Dampak pemberitaan melalui televisi bersifat lebih power full, karena melibatkan aspek suara dan gambar sehingga lebih memberi pengaruh yang kuat kepada khalayak.

3. Media Online

Media online dapat disamakan dengan pemanfaatan media dengan mengngunakan perangkat internet. Sekalipun kehadirannya belum terlalu lama, media online sebagai salah satu media massa tergolong memiliki pertumbuhan yang cepat. Sekalipun internet tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk media massa, tetapi keberadaan media online saat ini sudah diperhitungkan banyak orang sebagai alternativ dalam memperoleh akses informasi dan berita.

B. Media Cetak

1. Pengertian Media Cetak

Media cetak merupakan salah satu media masa yang berbentuk tulisan cetak. Bentuk dari media cetak tersebut diantaranya surat kabar, majalah, bulletin, tabloid dan sebagainya.


(24)

Surat kabar merupakan salah satu media cetak. Surat kabar terbit secara berkala (biasanya harian) yang berisi berita yang dimultiplikasi secara massal7. Menurut Onong Uchjana Efendy, surat kabar adalah:

“lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di massyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secra periodik, bersifat umum, isinya termasa atau actual, mengenai apa saja dan dimana saja di sekuruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca”.

Surat kabar dapat dibedakan atas periode terbit, ukuran dan sifat penerbitannya. Dari segi periode terbit surat kabar dibedakan menjadi dua macam, yakni surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian adalah surat kabar yang terbit setiap hari, sedangkan surat kabar mingguan ialah surat kabar yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu. Dari segi ukurannya, ada yang terbit dalam bentuk plano da nada pula yang dalam bentuk tabloid. Sedangkan isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni surat kabar yang bersifat umum dan surat kabar yang bersifat khusus. Surat kabat yang besifat umum isinya terdiri atas informasi yang ditujukan kepada pembaca secara umum. Sedangkan surat kabar yang bersifat khusus ditujukan berdasarkan segmentasi pembacanya, seperti surat kabar untuk wanita dan semacamnya.8

2. Sejarah Media Cetak

7

R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h.8

8

Hafied Cangara, pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.127.


(25)

Ide surat kabar sendiri sudah setua zaman Romawi kuno dimana setiap harinya, kejadian sehari-hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan “Acta Diurna”, pakar sejarah mencatat, ketika Julius Caesar dinobatkan menjadi konsul (59 SM), ia memerintahkan supaya di Forum Romanun (Pasar Roma) dipasang papan pengumuman yang disebut “acta diurna” atau catatan harian (acta = catatan, diurnal/diurnal = harian).9 Maka dari sinilah kita mengenal istilah jurnal, atau terbitan berkala.

Papan pengumun pada acta diurnal adalah informasi yang ingin dikomunikasikan dari penguasa kepada rakyatnya. Orang yang bertugas mengumpulkan informasi itu disebut diurnarius. Mereka adalah para budak (servus), golongan rendahan, kaum orang yang tidak merdeka.

Kemudian Setelah Gutenberg menemukan mesin cetak di abad ke-15, maka buku-buku pun mulai diterbitkan di Perancis dan Inggris, begitu pula halnya dengan surat kabar.

Lepas dari zaman tulisan, salah satu penyempurnaan paling besar dari perkembangan komunikasi adalahmanusia adalah ditemukannya cetakan. Sebelum abad ke-15 orang-orang Eropa memproduksi buku-buku dengan menyiapkan manuscripti (manuskrip) berupa salinan yang dicetak dengan menggunakan tangan.10

Awal abad ke-16 mesin cetak Gutenberg telah mampu mencetak dan melipatgandakan cetakan yang dapat dipindah dan mampu mencetak ribuan

9

Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature (Jakarta: Indeks kelompok Gramedia, 2006), h. 4

10


(26)

salinan buku cetak di atas kertas. Mereka menerbitkannya ke dalam bahasa Eropa dan bahasa lain. Hasil cetakan itu dapat dibaca oleh setiap orang yang mampu membaca ke dalam bahasanya masing-masing.

Pada akhir abad ke-19 menjadi jelas munculnya beberapa bentuk media cetak seperti surat kabar, buku, dan majalah yang digunakan secara luas oleh masyarakat.

Surat kabar cetak pertama terbit dan beredar di Cina dengan nama “King Pau” sejak tahun 911 M dan pada tahun 1351 M Kaisar Quang Soo telah mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.11 Sedangkan pelopor surat kabar sebagai media berita pertama kali bernama “Gazetta” lahir di Venesia, negara Italia tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak.

Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazette di Inggris pada tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “newspaper”. Istilah inilah yang pergunakan hingga sekarang.

Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah journalism dan saat itu telah terbit surat kabar dalam

11

Suhaemi, Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lemabaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 4.


(27)

bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris.

Surat kabar pertama kali dibuat di Amerika Serikat, dengan nama “Public Occurrenses Both Foreign and Domestick” di tahun 1690. Surat kabar tersebut diusahakan oleh Benjamin Harris, seorang berkebangsaan Inggris. Akan tetapi baru saja terbit sekali, sudah dibredel. Bukan karena beritanya menentang pemerintah, tetapi Cuma gara-gara dia tidak mempunyai izin terbit. Pihak kerajaan Inggris membuat peraturan bahwa usaha penerbitan harus mempunyai izin terbit, di mana hal ini didukung oleh pemerintah kolonial dan para pejabat agama. Mereka takut mesin-mesin cetak tersebut akan menyebarkan berita-berita yang dapat menggeser kekuasaan mereka kecuali bila usaha itu dikontrol ketat.

Kemudian surat kabar mulai bermunculan setelah negara Amerika Serikat berdiri. Saat itu, surat kabar itupun tidak sama seperti surat kabar yang kita miliki sekarang. Saat itu surat kabar dikelola dalam abad kegelapan dalam jurnalisme. Sebab surat kabar telah jatuh ke tangan partai politik yang saling bertentangan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk membuat berita secara objektif., kecuali untuk menjatuhkan terhadap satu sama lainnya. Washington dan Jefferson dituduh sebagai penjahat terbesar oleh koran-koran dari lawan partainya.

Apapun situasinya, rakyat hanya menginginkan Amandemen dalam konstitusi yang akan menjamin hak koran-koran ini untuk mengungkapkan kebohongan yang terburuk sekalipun tanpa takut dibrendel oleh pemerintah. Presiden John Adams membreidel koran ”The New Republik”. Akibatnya partai Federal pecah dan sebaliknya menguatkan posisi Jefferson. Aksi


(28)

breidel-membreidel ini sampai membuat keheranan seorang menteri bangsa Prusia yang berkunjung ke Kantor Jefferson. Secara kebetulan, ia membaca koran dari partai Federalis yang isinya meyerang Jefferson habis-habisan.

Kritik-kritik keras tidak hanya menyerang Washington, Jefferson, John Adams ataupun James Medison, pokoknya semua kena. Dan selama koran tetap dikuasai oleh para anggota partai politik saja, maka tidak banyak yang bisa diharapkan.

Kemudian kecerahan tampaknya mulai menjelang dunia persurat kabaran. James Gordon Bennet, seorang berkebangsaan Skotlandia melakukan revolusinisasi terhadap bisnis surat kabar pada 1835. Setelah bekerja di beberapa surat kabar dari Boston sampai Savannah akhirnya dia pun mendirikan surat kabar sendiri. Namanya ”New York Herald” dengan modal pinjaman sebesar 500 dollar. Percetakannya dikerjakan di ruang bawah tanah di Wall Street dengan mesin cetak yang sudah tuam dan semua pekerjaan reportase dilakukannya sendiri.

”The Herald” dan Bennet memperlihatkan kepada Amerika dan dunia tentang bagaimana cara mendapatkan berita. Tidak lama kemudian Bennet pun berhasil meraih kesuksesan dan membangun kantor beritanya sama seperti kantor-kantor perusahaan surat kabar yang banyak kita jumpai sekarang. Dia juga sudah menempatkan koresponden-korespondennya di luar negeri di mana beritanya dikirim dengan usaha paket milik Bennet sendiri, dari pelabuhan New York ke kantornya di kota. Dia juga yang pertama-tama mendirikan biro di Washington, dan memanfaatkan jasa telegraf yang baru saja ditemukan.


(29)

Sejak itulah berita sudah mulai dipilah-pilahkan menurut tingkat kepentingannya, tapi tidak berdasarkan kepentingan politik. Bennet menempatkan politik di halaman editorial. Isi korannya yang meliputi soal bisnis, pengadilan, dan kehidupan sosial masyarakat New York memang tidak bisa dijamin keobyektifatnya, tetapi setidaknya sudah jauh berubah lebih baik dibandingkan koran-koran sebelumnya.

Enam tahun setelah ”Herald” beredar, saingannya mulai muncul. Horace Greely mengeluarkan koran “The New York Tribune”. Tribune pun dibaca di seluruh Amerika. Pembacanya yang dominan adalah petani, yang tidak peduli apakah mereka baru sempat membaca korannya setelah berminggu-minggu kemudian. Bagi orang awam, koran ini dianggap membawa perbaikan bagi negara yang saat itu kurang terkontrol dan penuh bisnis yang tidak teratur.

Koran besar yang ketiga pun muncul di New York di tahun 1851, ketika Henry J. Raymond mendirikan koran dengan nama “The New York Times”, atas bantuan mitra usahanya, George Jones. Raymond-lah yang mempunyai gagasan untuk menerbitkan koran yang non partisan kepada pemerintah maupun perusahaan bisnis. Beruntung, saat itu Presiden Lincoln tidak pernah melakukan pembredelan terhadap koran-koran yang menyerangnya.

Setelah serentetan perang saudara di Amerika usai, bisnis persuratkabaran pun berkembang luar biasa. Koran-koran pun mulai muncul di bagian negara-negara selain New York dan Chicago. Di selatan, Henry W. Grady dengan koran “Konstitusi Atlanta”. Lalu, muncul koran “Daily News” dan “Kansas City Star” yang mempunyai konsep pelayanan masyarakat sebagai fungsi dari sebuah


(30)

sebuah surat koran. Bahkan pemilik Star, Rockhill Nelson bersumpah untuk mengangkat kota Kansas dari “kubangan lumpur” dan berhasil. Di barat, Jurnalisme Flamboyan diwakili oleh “Denver Post” dan koran-koran San Fransisco.

Di New York, surat kabar dianggap sebuah bisnis yang bakal menjanjikan. Charles Dana membeli surat kabar ”Sun” dan menyempurnakannya. Editornya, John Bogart punya cerita sendiri tentang berita. Menurutnya ”kalau anjing menggigit manusai, itu bukan berita. Tapi kalau manusia menggigit anjing, itu baru namanya berita”.

James Gordon Bennet Junior (anak Bennet) dan Joseph Pulitzer merupakan rival-rival utama Dana. Bennet Jr. Memperlihatkan cara membuat berita yang baik. Prestasinya yang paling terkenal adalah ketika dia mengirimkan Henry Stanley, seorang wartawan London, untuk mencari David Livingstone, seorang

misionaris yang hilang di hutan.

Sedangkan Pulitzer mempunyai koran yang bernama ”New York World” dan terkenal sejak jaman perang saudara sampai akhir abad itu. Pulitzer melakukan taktik yang lebih baik dibanding para pendahulunya. Editorialnya yang bersifat perjuangan ke arah perbaikan dan liberal, liputan beritanya yang serba menarik, dan taktik diversifikasinya mengundang decak kagum seperti yang pernah dilakukan oleh Herald. Pulitzer adalah yang pertama kali menerbitkan koran mingguan, di mana isinya ditulis oleh para penulis terbaik yang pernah ada.

Pada tahun 1892 supremasi Pulitzer ditantang oleh William Randolp Hearst lewat koran ”World”. Dalam hal inovasi dan keberanian, ”World”-nya Hearst


(31)

lebih dari ”World”-nya Pulitzer. Bukan itu saja, koran Hearst isi beritanya jauh lebih flamboyan daripada koran Pulitzer. Hearst banyak mempekerjakan orang-orang terbaiknya Pulitzer. Dia mempekerjakan Richard Outcault, kartunis Pulitzer dan mendorongnya untuk menciptakan sebuah featuer bernama ”The Yellow Kid”, yang menandai lahirnya cergam komik di Amerika.

Pada masa perang antara Amerika dan Spanyol, kedua koran ini berteriak paling keras mendukung Amerika Serikat untuk terjun perang, memimpin suara rakyat dengan padan suara jurnalisme dalam skala nasional, dan memojokkan ke dalam konflik yang tidak terhindarkan. Selanjutnya di perang Amerika-Kuba, keduanya mengalihkan kompetisinya dalam usaha meliput perang.

Setelah Pulitzer meninggal, ”New York World” malah menjadi yang terbesar di dunia. Orang menyebut Pulitzer sebagai ”wartawannya surat kabar”. Sebaliknya, Hearst bersama koran-koran lainnya terpukul keras ketika depresi besar terjadi. Tetapi usaha majalahnya yang paling terkemuka, yakni ”Good Housekeeping” dan ”cosmopolitan” tetap terus berkembang pesat.

Dalam perkembangannya, surat kabar berangkat sebagai alat propaganda politik, lalu menjadi perusahaan perorangan yang disertai keterkenalan dan kebesaran nama penerbitnya, dan sekarang menjadi bisnis yang tidak segemerlap dulu lagi, bahkan dengan nama penerbit yang semakin tidak dikenal.

Perubahan ini memberikan dampak baru. Ketika iklan mulai menggantikan sirkulasi (penjualan langsung) sebagai sumber dana utama bagi sebuah surat kabar, maka minat para penerbit jadi lebih identik dengan minat para masyarakat bisnis. Ambisi persaingan untuk mendapatkan berita paling aeal tidaklah sebesar


(32)

ketika peloporan. Walaupun begitu, perang sirkulasi masih terjadi pada tahun 1920-an, tetapi tujuan jangka panjang mereka adalah untuk mencapai perkembnagn penghasilan dari sektor iklan. Sebagai badan usaha, yang semakin banyak ditangani oleh para pengusaha, maka surat kabar semakin kehilangna pamornya seperti yang dimilikinya pada abad ke-19.

Namun, surat kabar kini mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih penting. Surat kabar yang mapan kini tidak lagi diperalat sebagai senjata perang politik yang saling menjatuhkan ataupun bisnis yang individualis, melainkan menjadi media berita yang semakin obyektif, yang lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pihak-pihak tertentu saja.

Kenaikan koran-koran ukuran tabloid di tahun 1920-an yang dimulai oleh ”The New York Daily News”, memberikan suatu dimensi baru terhadap jurnalisme. Akhirnya memang menjadi kegembiraan besar bagi kehidupan surat kabar, terutama dalam meliput berita-berita keras. Perubahan lain yang layak mendapat perhatian adalah timbulnya sindikasi. Berkat adanya sindikat-sindikat, maka koran-koran kecil bisa memanjakan p[embacanya dengan materi editorial, informasi, dan hiburan. Sebab kalau tidak, koran-koran kecil itu tentu tidak dapat mengusahakan materi-materi tersebut, lantaran biaya untuk itu tidaklah sedikit. Sindikat adalah perusahaan yang berhubungan dengan pers yang memperjualbelikan bahan berita, tulisan atau bahan-bahan lainuntuk digunakan dalam penerbitan pers.

Tahun 1950, industri televisi mulai mengancam dominasi media cetak. Namun, sampai sekarang, koran masih bertahan. Kenyataan menunjukkan bahwa


(33)

koran telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Dengan karakter khususnya ia mampu membedakan dirinya dari media lainnya seperti televisi dan radio.

Di universitas Bazel, Swiss, jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847-1930) dan Max Weber (1864-1920) dengan nama zetungskunde pada tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka

School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847-1911).

3. Pengertian Berita

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa.12 Ini berarti setidaknya berita mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak apat disebut berita.

Berita adalah peristiwa yang dilaporkan. Segala yang didapat di lapangan dan sedang dipersiapkan untuk dilaporkan belum disebut berita. Wartawan yang menonton dan menyaksikan peristiwa, belum tentu telah menemukan peristiwa. Wartawan sudah menemukan peristiwa setelah ia memahami prosesnya atau jalan cerita, yaitu tahu APA yang terjadi, SIAPA yang terlibat, kejadiannya BAGAIMANA, KAPAN, dan DI MANA itu terjadi, dan MENGAPA sampai terjadi. Keenam itu yang disebut unsur berita.

12


(34)

Berita adalah susunan kejadian setiap hari sehingga masyarakat

menerimanya dalam bentuk yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio atau televisi dan keesokan harinya di berbagai surat kabar.13

Sedangkan Romli (2004) mendefinisikan berita sebagai laporan peristiwa yang memiliki berita (news value), actual, factual, penting dan menarik.14 Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa berita adalah informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian atau ide (pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan media dalam waktu secepatnya.

Dalam menentukan berita, feeling seorang wartawan harus main, harus jeli, di dalam menangkap setiap fakta atau peristiwa yang mengandung nilai berita. Bias saja fakta dan perisriwanya biasa-biasa saja, namun karena kepiawaian wartawan, maka fakta/peristiwa yang diangkatnya itu mengandung nilai berita. 4. Pengertian Berita Utama

Dalam suatu surat kabar tentunya terdapat berita utama. Berita tersebut merupakan berita yang terpenting menurut redaktur surat kabar dari berita-berita lainnya.

13

Peter Henshall & David Ingram. Menjadi Jurnalis (Yogyakarta: LKIS, 2000), h.7. 14

Mondry. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Ghalia Indonesia. Bogor. 2008. Hal.133


(35)

Berita utama adalah berita surat kabar, majalah, radio dan televisi, yang dinilai terpenting untuk suatu penyiaran.15 A.M Hoeta Soehoet memberikan definisi tentang berita utama. Menurutynya berita utama adalah:

“Berita yang menurut penilaian Redaktur surat kabar tersebut adalah berita terpentingdari semua beritya yang disajikan dalam surat kabarnya hari itu. Sebab itu diberikannya tempat utama yang mudah dibaca, yaitu halaman pertama bagian paling atas sebelah kiri.”16

5. Bentuk dan Elemen Berita Bentuk Berita:

Beberapa bentuk umum media cetak, terutama surat kabar menurut Assegaf (1993) dan Supriyanto (1986), meliputi spot news (berita singkat),

straight news (berita langsung), stop press (berita mendadak), dan stopper

(berita penutup). Sedangkan bentuk tulisan yang kontemporer meliputi in depth reporting/depth news (berita mendalam), analysis news (berita analisis), dan berita adventorial (iklan pariwara), juga berita yang ditulis dengan gaya khas, berupa feature.17

o Spot news (berita singkat)

Spot news merupakan berita yang ditulis secara singkat karena tidak besar daya tarik berita atau tidak besar dampak berita itu bagi masyarakat.

15

Onong Uchjana Effendy. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1989. Hal 160 16

Hoeta Soehoet. Kumpulan Kertas Kuliah Pengadaan Berita dan Pendapat (Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987), hal.5

17


(36)

Biasanya bentuk berita ini dimuat dalam kolom khusus, misalnya seputar daerah, criminal singkat, cuplikan olahraga, dan lain sebagainya.

o Straight news (berita langsung)

Straight news merupakan berita yang cukup penting, biasanya berasal dari kejadian dan atau pernyataan (komentar) dari satu, dua narasumber atau lebih. Berita ini ditulis cukup panjang tergantung pada tingkat keutamaan berita itu. Mayoritas berita di media massa cetak dengan bentuk ini.

o Stop press (berita mendaddak)

Stop press merupakan berita yang diperoleh mendadak, namun penting sehingga diberitakan secara khusus. Penulisannya pendek dan pada pemberitaan (penerbitan) berikutnya diungkap lebih lengkap. Biasanya berita ini diperoleh menjelang batas waktu pencetakan.

o Stopper (berita penutup)

Stopper merupakan berita yang hanya ditulis pendek karena data yang diperoleh memang sudah tidak mungkin dikembangkan lagi dan biasanya digunakan sebagai penutup halaman.

o Depht news (berita mendalam)

Selain in depth reporting atau depth news, berita bentuk ini juga ada yang menyebutnya berita komprehensif (comprehensive news). Hal ini merupakan berita yang ditulis secara lengkap dan mendalam (digali secara tim). Berita digali dari kasus tertentu kearah latar belakang penyebab kasus


(37)

tersebut (investigative) dank e arah kiblat (depan) dari kasus tersebut (interpretative). Penulisan berita seperti ini dilakukan karena pentingnya berita tersebut diungkap dan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat. o Analysis news (berita analisis)

Analysis news merupakan berita yang penulisannya dilengkapi dengan analisis dari redaksi media tersebut atau orang luas redaksi (pakar media tersebut). Biasanya berita ini menarik, meskipun tidak terkait langsung dengan kepentingan hajat hidup orang banyak.

o Feature (berita kisah)

Feature atau soft news adalah berita ringan yang mengangkat human interest atau hal-hal yang dianggap menarik, bermanfaat atau mendatangkan rasa simpati dan perlu diketahui masyarakat luas.18

18

Dana Iswara, Mengangkat Peristiwa Ke Layar Kaca: Panduan Menjadi Jurnalis Televisi (Jakarta: Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), 2007), h. 77.


(38)

Elemen Berita:

Perangkai

Judul

Judul merupakan hal yang urgen dalam berita karena judul mewakili isi dari berita itu sendiri. Setiap media tentu saja memiliki aturan dan prinsip sendiri-sendiri dalam menuliskan judul berita.19 Kekhasan prinsip dalam merumuskan judul berita itulah yang pada gilirannya akan membuat media yang bersangkutan dapat diterima oleh pasar dengan baik atau tidak. Koran-koran nasional lazimnya cenderung akan merumuskan judul-judul beritanya secara standar. Judul yang baik akan menarik perhatian khalayak.

Lead

Yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan berita adalah lead karena lead merupakan pintu gerbang yang mengantarkan pada isi, atau yang

19

Kunjana Rahardi, Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media, (Depok: Gramata Publishing, 2010), h. 134

JUDUL

LEAD


(39)

menjembatani judul dan isi.20 Kekuatan berita terletak pada leadnya. Jika leadnya bagus maka khalayak akan terus membaca.

Batang Tubuh/Isi

Hal yang perlu mendapat perhatian adalah kefokusan cerita, jangan sampai cerita menyimpang. Langkah pertama adalah membuat kronologis berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek.

Penutup (Ending)

Ending dalam berita merupakan bagian akhir dalam struktur penulisan berita yang berperan penting. Akhir kalimat dalam struktur penulisan berita merupakan penguat tulisan yang bersanding dengan judul, lead dan body keseluruhan laporan.

C. Bahasa Jurnalistik

1. Definisi Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik atau biasa disebut dengan bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa. Bahasa jurnalistik jurnalistik memiliki sifat-sifat yang khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.21

Akan tetapi jangan dilupakan, bahas jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Bahasa jurnalistik tidak boleh mengabaikan kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga bahasa jurnalistik harus memperhatikan ejaan yang benar.

20

Suhaemi, Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lemabaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 37.

21

Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, (Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Pers Departemen Penerangan R.I, 1979), h.1.


(40)

Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa (Anwar, 1991). Dengan demikian, bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalistiklah yang bisa dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.

Bahasa jurnalistik itu sendiri juga memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan jenis tulisan apa yang akan terberitakan. Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menuliskan reportase investigasi tentu lebih cermat bila dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam penulisan features. Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis berita utama ada yang menyebut laporan utama, forum utama akan berbeda dengan bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis tajuk dan features. Dalam menulis banyak faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik bahasa jurnalistik karena penentuan masalah,

angle tulisan, pembagian tulisan, dan sumber (bahan tulisan). Namun demikian sesungguhnya bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata, struktur kata dan wacana. Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Kosakata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan bahasa dalam masyarakat.

Adapun beberapa definisi lain dari bahasa jurnalistik adalah sebagai berikut:22

22

Suhaemi, Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 6.


(41)

1. Rosihan Anwar : Bahasa jurnalistik adalah yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu : singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.

2. S. Wojowasito : Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikiantuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik, tak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.

3. JS Badudu: bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahasa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar.


(42)

4. Asep Syamsul M. Romli : Bahasa Jurnalistik/Language of mass communication. Bahasa yang biasa digunakan wartawan untuk menulis berita di media massa. Sifatnya : (1) komunikatif, yakni langsung menjamah materi atau ke pokok persoalan (straight to the point), tidak berbunga-bunga, dan tanpa basa-basi. Serta (2) spesifik, yakni jelas atau mudah dipahami orang banyak, hemat kata, menghindarkan penggunaan kata mubazir dan kata jenuh, menaati kaidah-kaidah bahasa yang berlaku (Ejaan yang disempurnakan), dan kalimatnya singkat-singkat.

5. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005): Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa Indonesia, selain tiga lainnya, ragam bahasa undang-undang, ragam bahasa ilmiah, dan ragam bahasa sastra.

6. Dewabrata: Penampilan bahasa ragam jurnalistik yang baik bisa ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari atas sampai akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat sehari-hari; tidak menggunakan susunan yang kaku formal dan sulit dicerna. Susunan kalimat jurnalistik yang baik akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.

2. Prinsip Dasar Bahasa Jurnalistik

Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas. Sifat-sifat itu harus


(43)

dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Oleh karena itu beberapa ciri yang harus dimiliki bahasa jurnalistik di antaranya:

1. Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata-kata.

3. Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis)

4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

6. Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna


(44)

denotatif. Namun seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman Massa.

Bahasa jurnalistik yang baik adalah bahasa yang mampu mengedepankan informasi dan makna yang utuh dari setiap tulisan jurnalistik. Setidaknya ada beberapa cirri bahasa jurnalistik yang perlu diketahui, diantaranya sebagai berikut:23

a. Sederhana

Sederhana, maksudnya bahasa yang digunakan lebih berorientasi pada kata-kata atau kaliamat yang banyak diketahui sebagian besar kalangan pembaca. Bahasa jurnalistik perlu memperhatikan aspek heterogenitas pembaca, yang memiliki beragam variable.

b. Singkat

Singkat, maksudnya bahasa yang digunakan langsung ke poko masalah, tidak bertele-tele, tidak panjang dan tidak memboroskan waktu pembaca.

c. Padat

Padat, maksudnya bahasa yang dignakan bersifat padat informasi, dengan memakai kata/kalimat yang informasi penting yang banyak dan menarik bagi para pembaca.

d. Lugas

23


(45)

Lugas, maksudnya tidak ambigu, tegas, sesuai dengan makna yang dituju. Dengan bahasa yang lugas, pembaca akan terhindar dari kesalahpahaman persepsi.

e. Jelas

Jelas, maksudnya bahasa yang digunakan mudah dipahami maknanya, tidak bias, baik dari segi makna, susunan kata, maupun kalimat.

f. Jernih

Jernih, maksudnya bahasa yang digunakan transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang negative, berbau fitnah atau prasangka. Bahasa jurnalistik lebih mengedepankan aspek fakta, kebenaran dan kepentingan public.

g. Menarik

Menarik, maksudnya bahasa yang digunakan harus mampu membangkitkan minat dan perhatian pembaca dan dapat memicu selera baca. Bahasa jurnalistik semestinya tidak membosankan, bahkan terkadang berunsur seni.

h. Demokratis

Demikratis, maksudnya bahasa yang digunakan bersifat universal, tidak mengenal tingkatan social, golongan, dan kedudukan. Bahasa jurnalistik berlaku untuk siapa pun dan bersifat universal.


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil David Hadrianto Aljufri (Owner Empat Lawang Express)

David Hadrianto Aljufri lahir di Tebing Tinggi pada tanggal 12 Agusrus 1972. Pria yang gemar masakan tempoyak dan pindang meranjat ini menghabiskan masa kecilnya di Empat Lawang. Bersama istrinya, Muliyanah, dan kedua anaknya, Deavina Zhafira dan M. Davis Alsyaril, ia tinggal di Jl. Abu Bakardin Kelurahan Pasar Tebing Tinggi.

Adik dari Bupati Empat Lawang, H. Budi Antoni AlJufri, ini aktif dalam berbagai organisasi penting di Empat Lawang, diantaranya: sebagai Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) tahun 1999, Ketua Anak Muda Partai Golkar (AMPG) tahun 1999, Komisariat Partai Golkar Kecamatan Tebing Tinggi & Talang Padang tahun 2004, Ketua DPD KNPI Kabupaten Lahat tahun 2005 hingga sekarang, Ketua Badan Pemenangan Pemilihan Umum (Bappilu) DPD Golkar tahun 2007, Ketua Biro Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Motor Indonesia (IMI) Sumsel tahun 2009, dan terakhir Ketua Pemuda dan Olahraga DPP Golkar Sumsel tahun 2009-2015.

B. Sejarah Singkat Empat Lawang Express

Surat Kabar Empat Lawang Expres pertama kali terbitkan pada tanggal 05 januari 2009 dan berkantor di jalan Lintas Sumatera Tengah (Jalinsumteng), Desa Tanjung Kupang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang.


(47)

Mengingat pada waktu itu kabupaten Empat Lawang baru terbentuk dan masih minim sarana bacaan serta masih tertinggal informasi tentang ekonomi, pembangunan, bisnis, budaya, politik dan jauhnya jarak tempuh dengan pusat penerbitan media masa yang terletak di kota Palembang yang merupakan ibu kota Provinsi Sumatra Selatan. Berpijak dari masih kurangnya informasi dan bacaan inilah, maka dibentuk Surat kabar Empat Lawang Expres dengan tujuan memberikan informasi melalui surat kabar dengan isi berita berskala nasional dan daerah.24 Surat kabar Empat lawang Express merupakan surat kabar pertama yang terbentuk di Kabupaten Empat Lawang dan merupakan surat kabar yang mandiri (independent).

Terbitan perdana Surat kabar Empat Lawang Expres mencetak sebanyak 2700 exemplar koran, yang disebarkan ke seluruh desa yang ada di dalam kabupaten Empat Lawang secara gratis, dan ke beberapa kabupaten tetangga. Surat kabar Empat Lawang Express mendapat sambutan yang positif dari masyarakat, hal ini terbukti dengan pelanggan tetap yang tercatat pada terbitan edisi ke-2 yang sudah mencapai 700 exemplar.

Mengingat jarak tempuh dari kota Tebing Tinggi yang merupakan ibu kota kabupaten dengan pihak percetakan cukup jauh, maka pihak perusahaan Surat kabar Empat lawang Expres mengatur jadwal terbit menjadi satu minggu sekali, langkah ini diambil dengan alasan jarak dan memakan waktu yang cukup lama.

Surat kabar Empat Lawang Expres sempat mengalami masa keemasannya yakni dari bulan Maret 2009 hingga May 2010 dengan oplah koran mencapai

24


(48)

3700 Exemplar. Seiring berjalannya waktu dan mulai banyaknya koran harian yang masuk ke kabupaten Empat Lawang serta persaingan antar media mulai terasa, Surat kabar Empat Lawang Expressedikit demi sedikit mengalami penurunan oplah sehingga menjadikan Empat lawang Expres yang terbit mingguan mulai mengalami penurunan oplah menjadi 2000 eksemplar dari media yang terbit harian.

Adapun yang membedakan Surat Kabar Empat Lawang Expres dengan surat Kabar lainnya yakni isi pemberitaannya yang lebih berkonsentrasi pada perkembangan Kabupaten Empat lawang yang selalu menyajikan berita yang aktual tentang Kabupaten Empat lawang, baik dari pembangunan, ekonomi, sosial, politik, dan budaya.25

C. Visi dan Misi Media Indonesia Visi :

Ikut mewujudkan kabupaten Empat Lawang EMASS ( Ekonomi Maju Aman sehat Sejahtera)

Misi :

 Memberikan informasi berita dan bacaan pada masyarakat melalui media masa Empat lawang Expres tentang pembangunan, ekonomi, politik, sosial, budaya, Agama dsb.

25


(49)

 Menyajikan informasi secara nasional dan regional yang actual dan factual kepada masyarakat.

 Berbagi informasi untuk perkembangan kemajuan daerah.

D. Struktur Redaksi Empat Lawang Expres

Pimpinan Perusahaan : David Hadrianto Aljufri A.md Penasehat Hukum : Febuar Rahman SH

Pimpinan Umum : Syamsul fikiri Pimpinan Redaksi : Syamsul Fikri

Redpel : Rodi Hartono S.ip

Sekretaris : Erika Susanti

Bendahara : Erika Susanti

Produksi : Randi Gunawan

Eriko M. Davi

Pemasaran : Riza Astria

Anwar Sanusi Yusuf

Fhotografer : Hery

Tekhnisi : M. Davi

Bag. Iklan : Kiki


(50)

Riza Astrea

Koreponden : Alfarizki (Lintang Kanan)

Abdul Goni (Muara Pinang) Efden Nawawi (Pasemah Air Keruh) Windera Safri (Pendopo)

Bambang Hariadi (Talang Padang) Williem Kusuma (Tebing Tinggi) Rahmat Setiawan (Ulu Musi)


(51)

Proses Keredaksian: 1) Perencanaan

Dilaksanakan rapat pagi dalam merencanakan berita yang akan dimuat, berdasarkan:

a. Adanya undangan acara yang diterima

b. Peliputan berita yang ditetapkan tiap-tiap koresponden

c. Penetapan event tertentu, dimana dalam upaya pencarian berita disesuaikan dengan aktualitas peristiwa yang terjadi.

2) Pengorganisasian

Redaktur mengkoordinasikan wartawan-wartawan/koresponden untuk mencari dan menulis berita sesuai dengan yang direncanakan dalam rapat redaksi dan wartawan/koresponden mengerjakan tugas pencarian berita sesuai penetapan wilayah masing-masing.

3) Pelaksanaan

Meskipun Empat Lawang Express merupakan surat kabar dalam skala terbit mingguan, setiap wartawan/koresponden tetap melakukan peliputan setiap hati dan wajib menyerahkan minimal dua buah berita (dalam bentuk mentah) dalam sehari. Pengumpulan berita dilakukan pada rapat pagi (rapat redaksi). Apabila data belum akurat maka akan ditambah atau dicari lagi. Setelah data akurat, berita disunting oleh redaktur untuk dipilih berita mana yang layak terbit, tak layak terbit atau di delay (tunda)


(52)

4) Pengevaluasian

Dilakukan evaluasi ditiap-tiap wartawan/koresponden, selain mengevaluasi berdasarkan masukan dari pembaca yang menelepon atau mengirimkan fax/email. Evaluasi akan dibahas pula dalam rapat mingguan. Evaluasi ini dilihat dari segi:

 Percetakan susunan huruf dan kata

 Bentuk dan susunan berita pada setiap halaman

 Isi berita

Alur Kerja Penerbitan

Rapat Redaksi wartawan / koresponden mencari berita Berita masuk ke redaktur dan diedit Layout (menerima bahan dari redaktur dan langsung mendesain) Desain yang telah sempurna dikirim ke Percetakan


(53)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Ketidaksesuaian Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Empat Lawang Express

Surat kabar Empat Lawang Express merupakan salah satu media cetak di Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Meskipun surat kabar lokal, surat kabar Empat Lawang Express berbahasa Indonesia. Surat kabar Empat Lawang Express dalam penulisan beritanya bersandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ejaan yang Disempurnakan (EYD), serta Kode Etik Jurnalistik. Surat kabar Empat Lawang Express tidak memiliki Standar Operasional Prosedural (SOP). Meskipun demikian, dalam menulis berita wartawan/koresponden diwajibkan mengetahui dan menguasai karakteristik bahasa jurnalistik. Bahkan terkadang surat kabar Empat Lawang Express menggunakan SOP Persda (Tribun) sebagai acuan pedoman bahasa jurnalistik dalam penulisan berita.26

Kesalahan atau ketidaksesuaian kaidah bahasa jurnalistik memang sering terjadi, contohnya dalam surat kabar Empat Lawang Express. Tidak dapat dipungkiri, media besar pun terkadang mengalami kesalahan atau ketidaksesuaian kaidah bahasa jurnalistik dalam penulisan beritanya.

Surat kabar Empat Lawang Express sudah mengimplementasikan kaidah bahasa jurnalistik dalam penulisan beritanya. Namun belum sepenuhnya, karena pada beberapa edisi surat kabar Empat Lawang Express masih banyak ditemukan

26


(54)

penggunaan kata mubazir dan klise. Selain itu juga tidak jarang terdapat penggunaan tata bahasa yang kurang bisa dipahami oleh pembaca.27 Masalah ini terlihat jelas, meskipun pembaca dari kalangan wartawan yang memang mengerti tentang kaidah jurnalistik maupun pembaca dari kalangan biasa.

Dalam suatu surat kabar tentunya terdapat berita utama. Berita tersebut merupakan berita yang terpenting dari berita-berita lainnya menurut redaktur surat kabar. Berita utama merupakan berita yang disajikan pada halaman pertama dalam surat kabar. Setiap surat kabar akan berbeda dalam menentukan berita utama, tergantung dari hasil rapat redaksi yang dilakukan. Berita utama dalam surat kabar Empat Lawang Express ditentukan pada rapat redaksi mingguan.

Penentuan berita yang layak untuk jadi berita utama dibahas dalam rapat redaksi. Redpel memilih berita untuk diangkat menjadi utama, kemudian diserahkan kepada Pemred untuk disetujui atau tidak.28

Pemilihan berita utama dalam surat kabar Empat Lawang Express berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria yang paling utama adalah dilihat dari nilai beritanya. Selain itu dilihat pula dari segi dampaknya terhadap publik, khususnya masyarakat Kabupaten Empat Lawang. Maksudnya adalah apakah berita tersebut besar dampaknya atau tidak terhadap masyarakat Empat Lawang itu sendiri.

Dalam struktur organisasi keredaksian, surat kabar Empat Lawang Express tidak memiliki editor. Karena proses editing dilakukan langsung oleh Pemimpin

27

Wawancara dengan Gumi Alpiansya & Riza Astria (pembaca) tanggal 28 Juli 2011 28


(55)

Redaksi (pemred).29 Hal ini disebabkan oleh SDM di Empat Lawang masih kurang. Maka dari itu, proses editing berita ditangani sendiri oleh Pemred. Akan tetapi, wartawan/koresponden diwajibkan untuk mengetahui atau memahami kaidah-kaidah bahasa jurnalistik.

Berita 1 :

Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Empat Lawang Express EDISI 89, 17 DESEMBER 2010

Berita pertama adalah berita utama Surat Kabar Empat Lawang Express Edisi 89, tanggal 17 Desember 2010. Berita yang disajikan berjudul “Bangku Panjang Hantui Pejabat” dengan subjudul “Dampak Perampingan SKPD, Ada Pejabat Mulai Malas-malasan”. Berita tersebut terdiri dari 17 paragraf. Analisis datanya adalah sebagai berikut:

Paragraf Teks Analisis

Judul Bangku Panjang Hantui Pejabat

 Dampak Perampingan SKPD

 Ada Pejabat Mulai Malas-malasan

Ada banyak kesalahan dalam penulisan judul menurut analisis peneliti. Kesalahan tesebut diantaranya:

Pertama, kalimatnya terlalu panjang dan bertele-tele.

29


(56)

Kedua, menggunakan istilah kata yang tidak populis. Kata “Bangku Panjang” bukan merupakan kata yang popular dan tidak asing didengar bagi pembaca khalayak. Kata “bangku panjang” sendiri mengandung makna

dihilangkan posisi atau kursi jabatannya, dan kemudian pejabat tersebut dijadikan pengganti apabila ada pejabat yang dinonaktifkan dari jabatannya.

Ketiga, dalam judul dituliskan kalimat “Ada Pejabat Mulai Malas-malasan”, akan tetapi kondisi tersebut sama sekali tidak digambarkan dalam isi berita.

Sebaiknya judul diubah menjadi: Dampak


(57)

Perampingan SKPD Khawatirkan Pejabat

Paragraf Teks Analisis

1 Sejumlah Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan pemerintah kabupaten (Pemkab) Empat Lawang, sejak dua pekan terakhir mulai ketar-ketir dan berusaha melakukan pendekatan dengan petinggi yang dianggap berpengaruh untuk menyelamatkan jabatan agar tidak mendapat penghargaan bangku panjang.

Terdapat kesalahan pada paragraf ke-1. Dalam konteks kesalahan bahasa jurnalistik, kata “ketar-ketir” termasuk dalam kesalahan pembentukan istilah. Dalam penulisan berita, wartawan seharusnya tidak mengunakan istilah yang dapat membingungkan pembaca. Dalam paragraf ini melanggar karakteristik bahasa jurnalistik yakni populis. Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat dalam penulisan berita harus akrab di telinga pembaca. Kata “ketar


(58)

-ketir” sebaiknya diganti dengan kata “khawatir atau panik”. Selain itu, kalimat dalam paragraf ini terlalu panjang, sehingga membingungkan pembaca untuk mencerna maknanya. Sebaiknya kalimat tersebut diubah menjadi “Sejumlah Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan pemerintah kabupaten (Pemkab) Empat Lawang, sejak dua pekan terakhir mulai khawatir. Mereka berusaha melakukan pendekatan dengan petinggi yang dianggap

berpengaruh untuk

menyelamatkan jabatan agar tidak mendapat penghargaan bangku panjang.”


(59)

disahkannya Peraturan Daerah (Perda) tentang Penggabungan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, oleh DPRD Kabupaten Empat Lawang.

bahasa jurnalistik, yakni lugas dan jelas. Lugas artinya bahasa

jurnalistik mampu

menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung. Jelas artinya bahwa informasi yang disampaikan dengan mudah dapat dipahami oleh pembaca.

Pada kata “kondisi ini” sebaiknya diganti dengan “kekhawatiran ini”.

3 Menjelang diterapkannya Perda terbaru di Pemkab Empat Lawang tersebut, pejabat SKPD yang bakal terkena perampingan nampak mulai ketar-ketir. Ada diantaranya tetap legowo kendati jabatannya akan hilang dan nantinya dibangkupanjangkan.

Kalimat dalam paragraf ini tidak efektif dan terlalu bertele-tele. Kondisi dalam kalimat “Menjelang diterapkannya Perda terbaru di Pemkab Empat Lawang tersebut, pejabat SKPD yang bakal terkena perampingan nampak mulai ketar-ketir” sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Sebaiknya


(60)

kalimatnya diubah menjadi ”meskipun penerapan Perda baru tersebut membuat para pejabat SKPD khawatir, ada diantaranya yang tetap legowo kendati jabatannya akan hilang dan dibangkupanjangkan.” 4 Namun ada pula pejabat yang

sudah mulai berupaya melakukan lobi-lobi politik agar dirinya tetap dipercaya dan ditunjuk untuk menjabat salah satu SKPD perampingan nanti.

Terdapat kesalahan pengulangan kata dalam kata “lobi-lobi politik”. Kata “lobi-lobi” tidak seharusnya diulang karena akan mengubah makna. Kata “lobi -lobi” menunjukkan makna kata benda, sedangkan kata “lobi” yang dimaksud dalam paragraf ini ditujukan untuk kata kerja. 5 Informasi lapangan menyebutkan,

pelantikan terhadap kepala SKPD perambingan akan dilakukan menjelang tahun anggaran 2011 nanti. Menurut sumber di seputaran rumah kabupatenan,

Dalam pemakaian bahasa pers atau bahasa jurnalistik wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau ste-reotype yang sering dipakai dalam transisi berita. Kalimat


(61)

pejabat yang bakal ditunjuk yakni mereka yang dinilai mempunyai kinerja yang baik.

“informasi lapangan menyebutkan….” Merupakan kata-kata yang klise dan dianggap mubazir. Sebaiknya kalimat “informasi lapangan menyebutkan…” dihilangkan agar menerapkan ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa. 6 “Karena bupati termasuk kalangan

muda, maka ada baiknya pejabat SKPD yang ditunjuk nanti juga orang-orang yang masih muda dan mempunyai kinerja yang baik,” harap tokoh pemuda Empat Lawang, Windera Safri SE, ketika dimintai komentarnya terkait pengesahan perda tersebut.

Dalam paragraf ini tidak ada kesalahan ataupun masalah. Pembuktiannya ialah kalimat dalam paragraph ini spesifik, jelas makna, komunikatif, hemat kata dan tidak ada kata mubazir. Komunikatif artinya tidak berbelit-belit dan langsung pada pokok permasalahan. Spesifik maksudnya disusun oleh kalimat-kalimat pendek. Hemat kata dalam artian berprinsip pada ekonomi kata. Maknanya jelas dan mudah ditangkap, dan


(62)

tidak terdapat kata-kata mubazir. 7 Menurut Safri, upaya perampingan

SKPD di lingkungan Pemkab Empat Lawang merupakan terobosan yang cukup baik dalam rangka lebih efisien dan efektif dalam menjalankan roda pembangunan di Bumi Saling Keruani Saling Kerawati. “Karena tidak perlu terlalu banyak SKPD kalau tidak ada hasil karya nyata dalam mengisi pembangunan di Empat Lawang,” ujarnya.

Paragraf ini tidak jelas dan tidak lugas. Bahasa jurnalistik

seharusnya mampu

menyampaikan pengertian atau makna informasi yang dengan mudah dapat dipahami pembaca. Kalimat “Menurut Safri, upaya perampingan SKPD di lingkungan Pemkab Empat Lawang merupakan terobosan yang cukup baik dalam rangka lebih efisien dan efektif dalam menjalankan roda pembangunan di Bumi Saling Keruani Saling Kerawati” seharusnya diubah menjadi “Menurut Safri, upaya perampingan SKPD di lingkungan Pemkab Empat Lawang merupakan terobosan yang cukup baik, lebih efisien dan efektif dalam menjalankan


(63)

roda pembangunan di Bumi Saling Keruani Saling Kerawati”.

8 Sebagaimana diketahui,

pengesahan Perda Penggabungan Organisasi dan Tata Kerja Dinas tersebut ditandai dengan penandatanganan surat keputusan bersama antara pihak eksekutif dengan legislatif, melalui sidang paripurna DPRD Empat Lawang, Senin (22/11) lalu. Dari pihak eksekutif penandatanganan dilakukan oleh Wakil Bupati (Wabup) Empat Lawang H Sofyan Jamal SH MH, sedangkan pihak legislatif oleh Ketua DPRD Empat Lawang David Hadrianto Aljufri Amd.

Terdapat kesalahan dalam kalimat “Sebagaimana diketahui, pengesahan Perda Penggabungan Organisasi dan Tata Kerja Dinas tersebut

ditandai dengan

penandatanganan surat keputusan bersama antara pihak eksekutif dengan legislatif, melalui sidang paripurna DPRD Empat Lawang, Senin (22/11) lalu. Kalimat “Sebagaimana diketahui…” juga merupakan kata-kata yang klise dan dianggap mubazir. Sebaiknya kalimat “sebagaimana diketahui…” dihilangkan agar menerapkan ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa.


(64)

9 Turut menyaksikan penandatanganan, Wakil Ketua I DPRD Empat Lawang Joncik Muhammad S.si MM serta para ketua fraksi di DPRD Empat Lawang. Ikut disahkan empat Raperda menjadi Perda, masing-masing tentang perubahan kedua atas Perda Kabupaten Empat Lawang Nomor 4 tahun 2008 tentang pembentukan organisasi daerah Kabupaten Empat Lawang; Perda tentang perubahan ketiga atas Perda Kabupaten Empat Lawang No 2 tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Setda dan Sekwan Kabupaten Empat Lawang; Perda tentang pembentukan organisasi dan tata kerja kantor pelayanan perizinan terpadu; serta Perda tentang pencabutan perda Nomor

Dalam paragraf ini tidak ada kesalahan ataupun masalah. Pembuktiannya ialah kalimat dalam paragraph ini spesifik, jelas makna, komunikatif, hemat kata dan tidak ada kata mubazir. Komunikatif artinya tidak berbelit-belit dan langsung pada pokok permasalahan. Spesifik maksudnya disusun oleh kalimat-kalimat pendek. Hemat kata dalam artian berprinsip pada ekonomi kata. Maknanya jelas dan mudah ditangkap, dan tidak terdapat kata-kata mubazir.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa Indonesia. Ia bukanlah bahasa yang benar-benar khusus hingga berbeda sekali dengan bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik harus tetap didasarkan pada bahasa baku Bahasa Indonesia. Ia tetap memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa, ejaan dan tanda baca yang benar, serta dalam pemilihan kosa kata pun mengikuti perkembangan bahasa dalam masyarakat. Hanya saja, bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat tertentu, dan ini terkait dengan sifat-sifat media massa, baik cetak maupun elektronik.

Penggunaan bahasa jurnalistik dalam media cetak perlu diperhatikan. Karena media cetak berbeda dengan media massa yang bersifat audio dan audio visual. Media cetak merupakan media yang menekankan pada unsur tulisan atau tercetak. Bahasa dalam media cetak memegang peranan penting dalam fungsi utama media massa, yakni menyampaikan pesan atau informasi.

Surat kabar Empat Lawang Express merupakan salah satu media cetak di Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Meskipun surat kabar lokal, surat kabar Empat Lawang Express berbahasa Indonesia. Surat kabar Empat Lawang Express dalam penulisan beritanya bersandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ejaan yang Disempurnakan (EYD), serta Kode Etik Jurnalistik. Surat kabar Empat Lawang Express tidak memiliki Standar Operasional Prosedural (SOP). Meskipun demikian, dalam menulis berita


(2)

wartawan/koresponden diwajibkan mengetahui dan menguasai karakteristik bahasa jurnalistik. Bahkan terkadang surat kabar Empat Lawang Express menggunakan SOP Persda (Tribun) sebagai acuan pedoman bahasa jurnalistik dalam penulisan berita.

Penggunaan Bahasa dalam Berita Utama Surat Kabar Empat Lawang Express sama seperti penulisan berita straight news lainnya di Empat Lawang Express. Yakni tetap berstandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Berita utama merupakan berita yang disajikan pada halaman utama dalam sebuah surat kabar, sehingga kecil kemungkinan untuk terdapat kesalahan-kesalahan. Namun faktanya peneliti menemukan beberapa kesalahan atau pelanggaran dalam karakteristik bahasa jurnalistik.

Hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap berita utama edisi 89 tanggal 17 Desember 2010 menunjukkan beberapa kesalahan yakni terdapat banyak kalimat yang mubazir dan penggunaan kata-kata klise dan kata yang tidak populis. Buktinya ialah dari 17 paragraf, terdapat: 1 paragraf yang menggunakan kata yang tidak populis, 4 paragraf yang merupakan kalimat mubazir dan klise, 1 paragraf yang terdapat kesalahan dan penggunaan tanda baca, 1 paragraf yang terdapat kesalahan dalam penulisan akronim, 1 paragraf yang terdapat kesalahan pengulangan kata, dan 1 paragraf yang kalimatnya terlalu panjang.

Pada edisi 90 terbitan tanggal 28 Desember peneliti juga menemukan kesalahan-kesalahan atau ketidaksesuaian dengan karakteristik bahasa jurnalistik. Pembuktiannya adalah dari 17 paragraf terdapat: 1 paragraf yang di dalamnya


(3)

menggunakan kata tidak populis, 7 paragraf yang kalimatnya mubazir dan klise, 1 paragraf yang menggunakan istilah asing, 1 paragraf yang kalimatnya ambigu (tidak jelas & tidak lugas), 1 paragraf yang terdapat kesalahan penggunaan tanda baca, serta 1 paragraf menggunakan kata atau istilah asing.

Penelitian ini membuktikan bahwa dalam suatu surat kabar masih banyak kesalahan-kesalahan atau ketidaksesuaian dalam penulisan berita dengan karakteristik bahasa jurnalistik. Terutama dalam surat kabar Empat Lawang Express yang hanya berstandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan tidak memiliki Standar Operasional Prosedural (SOP) dalam penulisan beritanya.

Oleh karena itu, penerapan bahasa jurnalistik dalam surat kabar Empat Lawang Express cukup baik. Meskipun masih ada beberapa kesalahan-kesahan atau ketidaksesuaian penulisan beritanya dengan karakteristik bahasa jurnalistik. Terutama masih banyaknya pengunaan katalimat atau kata mubazir dan klise.


(4)

B. Saran

Dari penelitian ini, ada beberapa saran dari peneliti terhadap penelitian mengenai bahasa jurnalistik ini. Saran ini peneliti tujuan kepada mahasiswa juranalistik dan redaksi khususnya wartawan/koresponden surat kabar Empat Lawang Express, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mahasiswa/i jurnalistik, peneliti mengharapkan agar lebih mempelajari dan menguasai bahasa jurnalistik, terutama bagi mahasiswa/i jurnalistik yang akan berkecimpung di dunia jurnalistik, terutama di media cetak. Agar tercipta jurnalis yang kompeten.

2. Redaksi atau wartawan/koresponden surat kabar Empat Lawang Express sebaiknya perlu memperhatikan lagi penulisan beritanya. Dan menyesuaikan antara penulisan berita dengan karakteristik bahasa jurnalistik.

3. Wartawan/koresponden surat kabar Empat Lawang Express dalam penulisan beritanya sebisa mungkin untuk menghindari kata-kata mubazir atau klise, seperti: telah, adalah, untuk, dari, daripada, bahwa, tersebut, sebagaimana diketahui, sementara itu, dsb. Karena menurut penelitian ketidaksesuaian bahasa jurnalistik yang sering ditemukan dalam berita utama surat kabar Empat Lawang Express adalah penggunaan kata mubazir dan klise.

4. Redaksi surat kabar Empat Lawang Express sebaiknya memiliki Standar Operasional Prosedural (SOP), agar wartawan/koresponden lebih terarah dan memiliki acuan khusus dalam kinerja kerjanya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Dewabrata. Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: Kompas, 2006. Cetakan ke-2.

Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Pers Departemen Penerangan RI, 1979.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. Djunaidi, Ghoni. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Posedur, Teknik dan Teori

Grounded. Surabaya: Bina Ilmu, 2007

Effendi, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1989. Henshall, Peter dan David Ingram. Menjadi Jurnalis. Yogyakarta: LKIS, 2000. HM, Zaenuddin. The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor &

Mahasiswa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011.

Iswara, Dana. Mengangkat Peristiwa Ke Layar Kaca: Panduan Menjadi Jurnalis Televisi. Jakarta: Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), 2007. Cetakan pertama.

Mondry. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008. Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo, 2007.

R. Masri Sareb Putra. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

---. Teknik Menulis Berita dan Feature. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia, 2006.

Rachmat Kriyanto, Metodologi Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Rahardi, Kunjana. Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media. Depok: Gramata Publishing, 2010.

Soehoet, Hoeta. Kumpulan Kertas Kuliah Pengadaan Berita dan Pendapat. Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987.


(6)

Suhaemi, Ruli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk & Kode Etik. Bandung: Penerbit Nuansa, 2004.

Sumadiria, Haris. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.

---. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Features. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Cetakan ke-2 .

Syarifudin, Yunus, Jurnalistik Terapan. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Penerbit Kalam Indonesia, 2005.

Tri Rahayu Iin & Tristiadi Ardi Ardani. Observasi & Wawancara. Jatim: Bayumedia Publishing, 2004.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK OLEH SURAT KABAR KRIMINAL Analisis Isi Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pada Surat Kabar Memo Arema Edisi 13 1 Agustus 2007

0 3 2

Analisis bahasa jurnalistik berita utama surat kabar republika edisi Desember 2008

5 24 109

Penerapan bahasa jurnalistik pada Bberita utama“Straight News” di surat kabar “Radar Bekasi” edisi 1-5 Oktober 2012

0 8 103

ANALISIS EUFEMISME PADA BERITA UTAMA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI 2015 Analisis Eufemisme Pada Berita Utama Surat Kabar Solopos Edisi Bulan Januari 2015.

1 3 14

ANALISIS EUFEMISME PADA BERITA UTAMA SURAT KABAR Analisis Eufemisme Pada Berita Utama Surat Kabar Solopos Edisi Bulan Januari 2015.

0 3 12

ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014 Analisis Makna Bahasa Sapaan Dalam Wacana Berita Olahraga Pada Surat Kabar Solopos Edisi Oktober-Desember 2014.

0 3 15

ANALISIS MAKNA BAHASA SAPAAN DALAM WACANA BERITA OLAHRAGA DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2014 Analisis Makna Bahasa Sapaan Dalam Wacana Berita Olahraga Pada Surat Kabar Solopos Edisi Oktober-Desember 2014.

0 3 14

PENDAHULUAN Analisis Makna Bahasa Sapaan Dalam Wacana Berita Olahraga Pada Surat Kabar Solopos Edisi Oktober-Desember 2014.

0 2 6

ANALISIS KATEGORIAL CAMPUR KODE PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI DESEMBER 2012 Analisis Kategorial Campur Kode Pada Judul Berita Surat Kabar Harian SOLOPOS Edisi Desember 2012.

0 5 14

ANALISIS KATEGORIAL CAMPUR KODE JUDUL BERITA PADA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI DESEMBER 2012 Analisis Kategorial Campur Kode Pada Judul Berita Surat Kabar Harian SOLOPOS Edisi Desember 2012.

0 2 14