KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ( KTSP )

  A4 (21 X29,7 cm)

  

Kelas XII

Semester 1

Oleh :

  

Ni Nengah Sekarini S.Pd

..............................................

NIP. : 19720925 199802 2 008

  

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

( KTSP )

SMK NEGERI 1 SUKASADA

BAHAN AJAR

  Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Sukasada Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Semester : XII / 1 Pertemuan ke : ke satu dan ke dua Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran ( 4 X 45 Menit ) Standar Kompetensi : 1. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka Kompetensi Dasar : 1.1 Mendeskripsikan Pancasla sebagai ideologi terbuka

  INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI : Pertemuan I

  • Menyebutkan lembaga yang paling berjasa menetapkan Pancasila sebagai dasar negara
  • Mengidentifiikasi sumber naskah Pancasila sebagai dasar negara yang terdapat dalam Pembukaan UU
  • Menguraikan fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara

  Pertemuan II

  • Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka
  • Menidentifikasi 3 ciri ideologi terbuka yang dikemukakan oleh Frans Magnis Suseno - Menyebutkan 3 urgensi keterbukaan yang harus dipahami dan didalami dalam penerapan Pancasila sebagai ideologi terbuka

EKSPLORASI

  MATERI PEMBELAJARAN : Hubungan internasional Pertemuan I

  1. Sejarah Singkat Pancasila Pembentukan Rancangan Dasar Negara yang selanjutnya kita kenal dengan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia dimulai sejak Jepang masih menjajah Indonesia. Penjajahan Jepang yang berlangsung dari tahun 1942

  • – 1945, berawal dari pecahnya Perang Pasifik pada tanggal 7 Desember 1941 yaitu dengan di bomnya Pearl Harbour sebagai pangkalan militer Sekutu di Philipina oleh Jepang. Dalam waktu singkat Balatentara Jepang berhasil menduduki negara-negara jajahan Sekutu, seperti jajahan Amerika di Philipina, Inggris di Singapura, Malaysia dan Brunai Darusalam dan jajahan Belanda di Indonesia.

  Jepang masuk dan menduduki Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942, begitu mudahnya Jepang mengalahkan Belanda dari Indonesia, karena Jepang membawa semboyan 3 A (Jepang cahaya Asia, Jepang pemimpin atau saudara tua Asia dan Jepang pelindung Asia), dengan semboyan ini Jepang berpropaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantunya, karena Jepang datang ke Indonesia untuk membebaskan bangsa dan tanah air Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda. Untuk meyakinkan propaganda Jepang maka diberikanlah kebebasan mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tipu muslihat Jepang berhasil menarik simpati bangsa Indonesia, namun janji tinggal janji untuk memberi kebebasan bangsa Indonesia merdeka, ternyata penjajahan Jepang jauh lebih kejam dari penjajahan sebelumnya, sehingga menimbulkan antipati seluruh rakyat Indonesia yang selanjutnya berbalik melawan Jepang.

  Jepang menghadapi perlawanan dari dua arah, baik dari daerah jajahan (Indonesia) maupun oleh Sekutu, sehingga Jepang terdesak dan terus mengalami kekalahan, sebagai upaya untuk menarik simpati bangsa Indonesia, Jepang mengumumkan janji Indonesia merdeka di kelak kemudiaan hari, sebagai tindak lanjut dari janjinya itu maka pada tanggal 1 Maret 1945 akan dibentuk sebuah badan yang bernama

  “ Badan Penyelidik Usaha-

Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia “ (BPUPKI) yang dalam bahasa Jepangnya bernama Dokuritsu Zyuunbi Tioosakai

  Sebagai realisasinya BPUPKI: dibentuk tanggal 29 April 1945, dilantik tanggal 28 Mei 1945, dengan ketua

  

: Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dengan dua orang Wakil : Ichibangase (Jepang) dan R.P. Soeroso dengan

jumlah anggota 60 orang. Dengan tugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia.

  BPUPKI bersidang sebanyak dua kali yaitu sidang pertama dari tanggal 29 Mei

  • – 1 juni 1945 Menghasilkan rumusan rancangan dasar negara Pancasila dan sidang ke dua tanggal 10
  • – 16 Juli 1945 menghasilkan rumusan rancangan UUD

  Pada tanggal 9 Agustus 1945 terbentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyuunbi Iinkai) dengan ketua Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moch. Hatta. Badan yang mula-mula sebagai bentukan Jepang setelah Proklamasi Kemedekaan 17 Agustus 1945 disempurnakan lagi keanggotaannya dari 21 orang menjadi 29 orang termasuk ketua dan wakil ketua dengan menambah beberapa anggota baru. Selanjutnya badan ini memiliki sifat nasional sebagai badan nasional Indonesia

  Dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan : Pancasila sebagai dasar negara, UUD negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Drs. Moch Hatta sebagai Wakil Presiden RI

  2. Fungsi Pokok Pancasila Fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara dipertegas dalam Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968 pada tanggal 13 April 1968, yang menyebutkan antara lain Pancasila sebagai dasar negara adalah Pancasila yang termampu dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam hal fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara maka Pancasila mampu mengatur pemerintahan negara atau penyelenggara negara

  Pertemuan II Ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita; sedangkan logos berarti ilmu. Jadi ideologi secara harfiah berarti ilmu tantang gagasan atau cita-cita.

  Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap dan harus dicapai sehingga cita-cita itu merupakan dasar, pandangan/paham. Hubungan manusianya dengan cita-citanya dinyatakan sebagai ideologi. Dengan demikian, ideologi mencakup pengertian tentang ide-ide, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita dari manusia. Pengertian ideologi mampu disimpulkan sebagai berikut :

  1. ideologi merupakan seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik 2. ideologi merupakan seperangkat gagasan yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang atau suatu bangsa 3. ideologi merupakan seperangkat gagasan atau keyakinan yang mampu menjadi pegangan dalam kehidupan manusia

  Frans Magnis Suseno menyatakan ideologi sebagai suatu sistem pemikiran yang mampu dibedakan menjadi 2 yaitu 1. ideologi tertutup dan 2. ideologi terbuka.

  1. ideologi tertutup mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

  a. nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi merupakan cita-cita sekelompok orang untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat atau bangsa. Jadi bukan berasal dari masyarakat atau bangsa, namun berasal dari sekelompok orang yang punya kepentingan

  b. adanya sifat pemaksaan terhadap penerapan ideologi tersebut

  c. isinya bukan hanya nilai-nilai atau cita-cita tertentu melainkan terdiri atas tuntutan-tuntutan yang nyata, operasional dan diajukan dengan mutlak 2. ideologi terbuka memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  a. nilai-nilai dan cita-citanya tidak mampu dipaksakan dari luar, tetapi digali dari moral budaya masyarakatnya sendiri b. ideologinya bukan berasal dari sekelompok orang melainkan berasal dari musyawarah dan konsensus dari masyarakat atau bangsanya sendiri c. nilai-nilai ideologi bersifat garis besar dan tidak langsung operasional

  Pancasila sebagai ideologi terbuka, maksudnya bahwa setiap warga negara Indonesia menmampu kesempatan yang sama untuk memikirkan, bagaimana penerapan Pancasila dalam kehidupan nyata sehari-hari nasional

  Beberapa urgensi keterbukaan yang harus dipahami dan didalami dalam penerapan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah : Nilai dasar Pancasila yang abadi, Nilai Instrumental yang berkembang dinamis, Penyelenggara negara sebagai Pengemban nilai.

  TUGAS MANDIRI BERSTRUKTUR I :

  JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH DENGAN SINGKAT DAN JELAS ! :

  Pancasila sebagai dasar negara ? jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  2. Identifikasilah sumber naskah Pancasila sebagai dasar negara yang termampu dalam Pembukaan UUD 1945 ? jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  3. Bagaimanakah fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara ? jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  TUGAS MANDIRI BERSTRUKTUR II : JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH DENGAN SINGKAT DAN JELAS ! :

Deskripsikanlah Pancasila sebagai ideologi terbuka ? 1

  jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  2. Identifikasilah 3 ciri ideologi terbuka yang dikemukakan oleh Frans Magnis Suseno ! jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  3. Sebutkanlah 3 urgensi keterbukaan yang harus dipahami dan didalami dalam penerapan Pancasila sebagai ideologi terbuka ! jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

BAHAN AJAR

  Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Sukasada Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Semester : XII / 1 Pertemuan ke : ke tiga dan ke empat Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran ( 4 X 45 Menit ) Standar Kompetensi : 1. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka Kompetensi Dasar : 1.2 Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan

  INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI : Pertemuan I

  • Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai
  • Mengklasifikasikan 3 nilai yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Drs. Mr. Notonagoro, SH
  • Menyebutkan 3 nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dari Pancasila Pertemuan II
  • Mendeskripsikan pancasila sebagai paradigma
  • Menyebutkan 5 aspek kehidupan yang mampu diharapkan dari suasana pembangunan setelah reformasi - Mengklasifikasikan tentang visi Indonesia masa depan sesuai dengan Tap. MPR No.

  VII/MPR/2001 sebagai pengamalan Pancasila sebagai paradigma pembangunan

EKSPLORASI

  MATERI PEMBELAJARAN :

  B. Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan Pertemuan I

  1. Pancasila sebagai sumber nilai Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai keindahan atau aestetika), baik (nilai moral atau etika) dan religius (nilai agama).

  Pancasila sebagai sumber nilai karena memiliki : 1. nilai kebenaran, 2. nilai keindahan atau aestetika, 3. nilai moral atau etika, 4. nilai religius, 5. nilai material Prof. Dr. Drs. Mr. Notonagoro, SH. Membagi nilai menjadi tiga yaitu nilai vital, material dan kerohanian.

  

Nilai Vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mampu mengadakan kegiatan atau aktivitas,

  alat yang dipergunakan untuk menyelesaikan tugas. Seperti sabit untuk memotong rumput, kuali untuk menggoreng, sapu untuk membersihkan lantai

  Nilai Material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia, termasuk makan dan minum

Nilai Kerohaniaan yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, agama sebagai sumbernya. Seperti

  sembahyang atau ibadah

  Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut :

  Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, terkandung nilai religius antara lain :

  5. Cinta akan kemajuan dan pembangunan

  5. Nilai sila ke IV diliputi dan dijiwai oleh sila I, II, III dan meliputi dan menjiwai sila V

  Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, terkandung nilai keadilan sosial, antara lain :

  1. Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia

  2. Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi bidang-bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM

  3. Cita-cita masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual, yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia

  4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain

  6. Nilai sila ke V diliputi dan dijiwai oleh sila I, II, III dan IV Pertemuan II

  3. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama

  2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Pancasila sebagai paradigma pembangunan, artinya nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan dan tolok ukur segenap aspek kehidupan dalam pembangunan nasional yang dijalankan di

  Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Hal ini sesuai dengan kenyataan obyektif bahwa Pancasila adalah dasar negara, maka tidak berlebihan bila Pancasila menjadi landasan atau tolok ukur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk di dalamnya pelaksanaan pembangunan nasional. Sehingga Pancasila dijadikan paradigma dalam pembangunan nasional Harapan setelah reformasi disegala aspek kehidupan akan mampu menciptakan suasana pembangunan yang

  1 Kualitas manusia Indonesia yang maju

  2. Kualitas masyarakat yang maju

  3. Suasana tenteram dan sejahtera lahir dan batin

  4. Tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan Pancasila

  4. Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat

  2. Pemimpin kerakyatan adalah hikmah kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat

  1. Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifatnya Yang Maha Sempurna, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan lain-lain sifatnya yang suci

  4. Sila II diliputi dan dijiwai oleh sila I, serta menjiwai dan meliputi sila III, IV dan V

  2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya

  3. Nilai sila I meliputi dan menjiwai sila II, III, IV dan V

  Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, terkandung nilai kemanusiaan, antara lain :

  1. Pengakuan terhadap adanya martabat manusia

  2. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia

  3. Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa, dan keyakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan

  Sila Persatuan Indonesia, terkandung nilai persatuan bangsa, antara lain :

  1. Kedaulatan negara adalah ditangan rakyat

  1. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia

  2. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia 3.

  Pengakuan terhadap ke “ Bhinneka Tunggal Ika “ an suku bangsa (etnis) dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda tetapi satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa

  4. Nilai sila III dijiwai dan diliputi oleh sila I, dan II serta menjiwai dan meliputi sila IV dan V

  

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan,

  terkandung nilai kerakyatan, antara lain :

  5. Suasana kehidupan bangsa dalam serba keseimbangan dan selaras dalam ajaran Tri Hitakarana

  Pengamalan Pancasila sebagai paradigma pembangunan telah ditegaskan dalam Ketetapan MPR No.

  VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri dari tiga visi, yaitu Visi Ideal, Visi Antara, dan Visi Tahunan.

  1. Visi Ideal merupakan cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia II dan IV

  2. Visi Antara merupakan visi Indonesia 2020 yang berlaku sampai tahun 2020

  3. Visi Lima tahunan sebagaimana termaktub dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (sekarang GBHN ditiadakan, diganti dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2004

  • – 2009) Pada Visi Antara dikemukakan bahwa Visi indonesia 2020 adalah terwujudnya masyarakat indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, mandiri, dan baik serta bersih dalam penyelenggaraan negara.

  TUGAS MANDIRI BERSTRUKTUR I : JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH DENGAN SINGKAT DAN JELAS ! :

  1. Apa sebabnya Pancasila dikatakan sebagai sumber nilai ?

  jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… 2. Klasifikasikanlah nilai yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Drs. Mr. Notonagoro, SH. jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  3. Sebutkanlah 3 nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dari Pancasila ! jawa b:………………………….……………………………………………………………………………………………

  ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  TUGAS MANDIRI BERSTRUKTUR II : JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH DENGAN SINGKAT DAN JELAS ! :

  1. Deskripsikanlah pancasila sebagai paradigma ?

  jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  2. Sebutkanlah 5 aspek kehidupan yang mampu diharapkan dari suasana pembangunan setelah reformasi ! jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  3. Klasifikasikanlah tentang visi Indonesia masa depan sesuai dengan Tap. MPR No. VII/MPR/2001 sebagai pengamalan Pancasila sebagai paradigma pembangunan ! jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

BAHAN AJAR

  Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Sukasada Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Semester : XII / 1 Pertemuan ke : ke lima Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran ( 2 X 45 Menit ) Standar Kompetensi : 1. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka Kompetensi Dasar : 1.3 Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka

  INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI : Pertemuan I

  • Membedakan Pancasila secara teoritik dan praktis dalam kehidupan sehari-hari
  • Menjelaskan faktor yang menyebabkan kita menolak ideologi tertutup dari Pancasila - Membedakan pengamalan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara obyektif dan subyektif
  • Menemukan contoh perilaku pengamalan Pancasia sebagai ideologi terbuka

  EKSPLORASI

  MATERI PEMBELAJARAN :

  Pertemuan I

  C. Sikap Positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka Sebagai ideologi, Pancasila bukan hanya sekedar untuk dipahami melainkan juga untuk dihayati dalam batiniah dan

diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya bersifat

teoritik melainkan juga merupakan faktor praktis.

  Bangsa Indonesia saat ini telah memantapkan dan memiliki tekad yang bulat terhadap Pancasila dan UUD 1945.

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004 – 2009 telah dinyatakan adanya strategi

pembangunan nasional Indonesia, sebagai berikut :

  

1. Strategi penataan kembali Indonesia yang diarahkan menyelamatkan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia

berdasarkan semangat, jiwa, nilai dan konsensus dasar yang melandasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi Pancasila, UUD 1945 (terutama Pembukaan UUD 1945); tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan tetap berkembangnya pluralisme dan keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika

  

2. Strategi pembangunan Indonesia yang diarahkan untuk membangun Indonesia di segala bidang yang merupakan

perwujudan dari amanat yang tertera jelas dalam Pembukaan UUD 1945 terutama dalam pemenuhan hak dasar rakyat dan penciptaan landasan pembangunan yang kokoh Strategi ini juga dimaksudkan untuk membangun demokrasi yang dijiwai oleh Pancasila dan UUD 1945, dimana

demokrasi yang mengandung elemen tanggung jawab (kewajiban) disamping hak. Penekanan yang berlebihan pada hak akan

membentuk masyarakat individualistis, tak teratur dan penuh dengan konflik. Sebaliknya, penekanan yang berlebihan pada

kewajiban atau tanggung jawab mampu menciptakan masyarakat yang kerdil, tertekan, tidak kreatif, dan pada akhirnya

melahirkan perlawanan dan pemberontakan.

  Kita sepakat Pancasila merupakan ideologi bangsa yang sifatnya terbuka sehingga senantiasa akan selalu relevan

dengan perkembangan jaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita tidak akan pernah menjadikan

Pancasila sebagai ideologi tertutup sebab ketertutupan sebuah ideologi hanya akan dijadikan sebagai sarana untuk menekan

dan menindas warga negara oleh yang berkuasa. Ideologi tertutup juga tidak mampu menyesuaikan diri dengan

perkembangan jaman, hal ini sudah banyak dibuktikan oleh negara penganut ideologi tertutup seperti ideologi komunis selain

ada yang bangkrut atau bubar (Uni Sovyet) banyak pula yang negaranya terpuruk keadaan ekonominya yang digilas oleh

globalisasi ekonomi, karena tidak adanya perdagangan bebas.

  Sebagai warga negara hendaknya menjadikan Pancasila sebagai pegangan hidup kita dengan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari

Pengamalan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mampu dilakukan dengan cara obyektif

dan subyektif.

  1. Pengamalan Pancasila secara obyektif Pengamalan Pancasila secara obyektif mampu berwujud segala bentuk peraturan perundang-undangan secara hirarkhis dari UUD 1945, Tap MPR, UU / Perpu, PP, Kep.Pres, Perda, sampai ketingkat paling bawah yang ada dilingkungan kita di sekolah berupa tata tertib sekolah sebagai norma hukum yang berlandaskan Pancasila, tidak boleh menyimpang dari nilai- nilai dasar Pancasila. Adanya pengamalan obyektif ini merupakan konsekuensi dari perwujudan nilai-nilai dasar dari Pancasila sebagai norma hukum.

  2. Pengamalan Pancasila secara subyektif Pengamalan Pancasila secara subyektif dengan jalan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang berwujud norma etik secara pribadi atau kelompok dalam bersikap dan betingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adanya pengamalan secara subyektif ini merupakan konsekuensi dari mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma etik bernegara. Contoh nyata pengamalan Pancasila secara subyektif ini, ketaatan pada kode etik profesinya. Dokter pada kode etik kedokterannya.

  TUGAS MANDIRI BERSTRUKTUR I : JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH DENGAN SINGKAT DAN JELAS ! :

  Bagaimanakah cara membedakan Pancasila secara teoritik dan praktis dalam kehidupan sehari-hari ? 1. jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  2. Jelaskanlah faktor yang menyebabkan kita menolak ideologi tertutup dari Pancasila ? jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

  3. Bagaimanakah perbedaan pengamalan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara obyektif dan subyektif ! jawab:………………………….…………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………

BAHAN AJAR

  Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Sukasada Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Semester : XII / 1 Pertemuan ke : Ke enam dan ke tujuh Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran ( 4 X 45 Menit ) Standar Kompetensi : 2. Mengevaluasi berbagai sistem pemerintahan Kompetensi Dasar : 2.1 Menganalisis sistem pemerintahan di berbagai negara

  INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI : Pertemuan I

  • Mengidentifikasi pandangan C. F. Strong tentang hakekat pertanggungjawaban kekuasaan ekskutif
  • Mengklasifikasi dua sistem pemerintahan suatu negara demokrasi
  • Membedakan ciri sistem pemerintahan presidensial dan parlementer ditinjau dari kedudukan presidennya Pertemuan II

  Menyebutkan negara yang dipercayai sebagai induk sistem pemerintahan Presidensial dan - negara yang menmampukan pengaruh sistem pemerintahan ini

  • Menyebutkan negara yang dipercayai sebagai induk sistem pemerintahan Parlementer dan negara yang menmampukan pengaruh sistem pemerintahan ini

  Membedakan sistem pemerintahan presidensial dan parlementer ditinjau dari stabilitas pemerintahan -

EKSPLORASI

  MATERI PEMBELAJARAN : Pertemuan I

  A. Sistem Pemerintahan Presidensial dan Parlementer Menurut C. F. Strong dalam hubungannya dengan: hakekat pertanggungjawaban kekuasaan ekskutif mengadakan pembagian atas dua hal :

  1. Pertanggungjawaban badan ekskutif (Menteri-Menteri di bawah Perdana Menteri) kepada badan Legeslatif / Parlemen, dimana badan Legeslatif ini mampu menjatuhkan fihak Ekskutif apabila ekskutif menmampu mosi tidak percaya. Pertanggungjawaban ekskutif ini melahirkan sistem pemerintahan parlementer

  2. Pertanggungjawaban badan Ekskutif (Menteri-Menterinya di bawah pimpinan Presiden sebagai kepala Pemerintahan) mampu dilakukan melalui suatu pengawasan dalam bentuk lain, seperti adanya pemilihan umum untuk memilih Presiden secara periodik.

  Pertanggungjawaban ekskutif ini melahirkan sistem pemerintahan presidensial Dari pembagian pertanggungjawaban ekskutif di atas maka kita mampu mengadakan pembagian negara- negara atas dasar yang menganut sistem pemerintahan parlementer dan negara-negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial :

  Adapun ciri-ciri suatu negara yang menganut Sistem Pemerintahan Presidensial adalah sebagai berikut: a. Dikepalai oleh seorang presiden selaku pemegang kekuasaan ekskutif. Presiden sebagai kepala pemerintahan atau Perdana Menteri dan sebagai kepala negara b. Kekuasaan ekskutif presiden dijalankan berdasarkan kedaulatan rakyat yang dipilih dari dan oleh rakyat langsung atau melalui badan perwakilan c. Presiden mempunyai hak prerogative (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan para pembantunya (menteri), baik yang memimpin departemen atau non departemen d. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada presiden dan bukan kepada DPR

  e. Presiden (ekskutif) tidak bertanggung jawab kepada DPR (legeslatif). Oleh sebab itu antara Presiden dan DPR memiliki kedudukan yang sama, sama kuat dan tidak mampu saling menjatuhkan

  Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer : Adapun ciri-ciri dari suatu negara yang menganut Sistem Pemerintahan Parlementer adalah:

  a. Kekuasaan legeslatif (DPR) lebih kuat daripada kekuasaan ekskutif (pemerintah = menteri-menteri bersama- sama perdana mentri) b Menteri-menteri (kabinet) harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada DPR, ini berarti kabinet harus menmampu kepercayaan (mosi) dari parlemen (DPR = legeslatif), ini berarti menganut mekanisme pertanggungjawaban menteri

  c. Program-program kebijaksanaan kabinet harus disesuaikan dengan tujuan politik sebagian besar anggota parlemen. Apabila kabinet melakukan penyimpangan terhadap program-program kebijaksanaan yang dibuat, maka anggota parlemen mampu menjatuhkan kabinet dengan jalan memberikan mosi tidak percaya kepada pemerintah, dan menteri yang menmampu pernyataan mosi tidak percaya dari parlemen harus menyerahkan jabatannya kepada kepala negara

  d. Kedudukan kepala negara (raja, ratu, pangeran, kaisar atau presiden sebagai kepala negara) hanya sebagai lambang atau simbol yang tidak mampu diganggu gugat dan tidak bertanggung jawab atas tindakan kabinet e. Termampu hubungan yang erat antara ekskutif dan legeslatif (parlemen) dan bahkan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain f. Ekskutif yang dipimpin oleh Perdana Menteri dibentuk oleh parlemen dari partai politik pemenang pemilu dan menduduki kursi paling banyak di parlemen g. Kepala negara tidak mampu dituntut pertanggungjawabannya secara konstitusional sebab kepala negara hanya simbol negara atau personifikasi dari negara. Namun dalam keadaan perselisihan antara ekskutif dan legeslatif membahayakan keselamatan negara. Kepala negara (Presiden atau Raja) mampu membubarkan parlemen dan mempercepat pemilu h. Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai pembentuk kabinet dan perdana menteri, ketua partai politik yang memenangkan pemilihan umum, sedangkan partai politik yang kalah akan bertindak sebagai oposisi Pertemuan II

  B. Induk sistem pemerintahan presidensial dan parlementer serta pengaruhnya terhadap negara lainnya di dunia

  1. Induk Sistem Pemerintahan Presidensial

  Amerika Serikat sebagai induk sistem pemerintahan presidensial, sebenarnya memiliki ciri pokok suatu kombinasi antara demokrasi dan kekuasaam perseorangan. Sebagai negara yang pertama-tama memiliki konstitusi negara tertulis dalam arti yang tersusun dalam sebuah dokumen resmi yang dibuat dalam suatu sidang Kongres Amerika Serikat yang dihadiri oleh wakil-wakil dari negara-negara yang hendak membentuk negara Amerika Serikat. Di pengaruhi oleh teori Trias Politika, maka kekuasaan dalam negara Amerika Serikat dilakukan oleh tiga badan yaitu badan Ekskutif yang dipegang oleh Presiden (menganut sistem pemerintahan Presidensial), badan Legesltif yang dipegang oleh Kongres yang terdiri dari Senat (setiap negara bagian mengirim dua orang Senatornya) dan Hause of Refresentaves (DPR yang dipilih melalui pemilihan umum), sedangkan badan Yudikatif (Yudisiil) dipegang oleh sebuah badan peradilan dimana puncaknya dilaksanakan oleh the Supreme Court (Mahkamah Agung).

  Sistem pemerintahan Presidensial yang di Amerika Serikat ini terutama dianut dan berpengaruh terhadap negara-negara bekas jajahan Amerika Serikat seperti Philipina, dan juga negara-negara Amerika Latin, sedangkan Indonesia yang juga menganut sistem pemerintahan Presidensial tidak langsung mengcopy sistem yang dianut oleh Amerika Serikat dengan sistem pemisahan kekuasaan namun menyesuaikan dengan

  2. Induk Sistem Pemerintahan Parlementer

  Inggris menganut pola negara dengan ciri Demokratis, Parlementer dan Liberal. Bahwa pola pertama ini mengandung ciri demokratis mampu dibuktikan dengan adanya pemilihan umum para pejabat negara yang dilakukan bebas dan rahasia, kecuali Raja Inggris (sebagai Kepala Negara) dan Hause of Lords (Parlemen yang berasal dari keluarga kerajaan dan para bangsawan Inggris) yang dipilih secara turun temurun. Para pejabat seperti Raja dan Hause of Lords yang tidak dipilih secara pemilihan umum yang bebas, dalam kenyataannya tidak mempunyai kekuasaan secara riil. Pejabat-pejabat tersebut pada hakekatnya hanyalah pajangan atau simbol belaka.

  Adapun ciri liberal pada pemerintahan di Inggris m ampu kita lihat pada doktrin atau ajaran “

Individualistisme “ (mengagung-agungkan kebebasan individu atau pribadi seseorang). Dengan doktrin ini, maka sebagai salah satu syarat yang penting dengan adanya pembatasan para pejabat dalam melaksanakan

  kekuasaannya.