Strategi kopling pada wanita penyandang systemic lupus erythematosus (SLE) - USD Repository
STRATEGI KOPING PADA WANITA PENYANDANG SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS ( SLE ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Elisabeth Etik Mariana NIM : 009114120 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Dedicated to : Bapak dan Ibu Mas Adi
Aku percaya akan kekuatan doa… mengucap syukur pada Tuhan atas terkabulnya semua doa penulis…
MOTTO ku tak akan menyerah pada apa pun juga sebelum kucoba semua yang kubisa tetapi kuberserah kepada kehendakNya hatiku percaya Tuhan punya rencana
(Jeffry S. Tjandra)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
29 Oktober 2008 Penulis (Elisabeth Etik Mariana)
INTISARI
STRATEGI KOPING PADA WANITA PENYANDANG
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)
Elisabeth Etik Mariana
009114120
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi koping wanitaodapus (orang yang hidup dengan lupus) karena keberadaan penderita dan
penyakit lupus di tengah masyarakat hingga saat ini masih belum dipahami
dengan baik. Beberapa sumber mengatakan bahwa odapus cukup rentan dengan
stres dan dalam penelitian ini secara spesifik penulis mengangkat tema tentang
strategi koping.Pada penelitian ini menggunakan metode wawancara. Pengambilan data
berlangsung dari tanggal 18 Agustus 2004 sampai dengan tanggal 24 April 2005.
Subjek penelitian adalah 4 orang wanita penyandang SLE yang berdomisili di
wilayah Yogyakarta dipilih berdasarkan snowball sampling atas kesediaannya
untuk bekerjasama.Kesimpulan penelitian adalah : pertama, subjek penelitian yaitu para
odapus wanita mengalami stres karena sakit yang mereka derita, kedua, strategi
koping yang digunakan odapus meliputi kehati-hatian, aksi instrumental,
negosiasi, mencari bantuan dukungan sosial yang termasuk dalam problem
focused coping (PFC) sedangkan strategi koping termasuk dalam emotion focused
coping (EFC) pelarian dari masalah, pengurangan beban masalah, menyalahkan
diri sendiri, pencarian makna, mencari dukungan emosional, dan lelucon, ketiga,
subjek penelitian mendapatkan hikmah dari peristiwa sakit yang mereka alami
yaitu hubungan secara vertikal (dengan Tuhan) lebih baik, hubungan secara
horisontal (dengan sesama) terjalin lebih baik, dan perubahan pribadi ke arah yang
lebih baik pula.Kata kunci : odapus, stres, strategi koping
ABSTRACT
COPING OF STRATEGY AT WOMAN
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE) PATIENT
Elisabeth Etik Mariana
009114120
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
This research have purpose to describe strategy of coping from womanodapus (one who live with lupus) because existence of patient and disease of
lupus in the middle society till in this time still not yet been comprehended better.
Some source say that odapus enough brittle with stress and specificly the writer
take theme about coping of strategy.At this research use interview method. Take of data that goes on from 18
August 2004 to 24 April 2005. Subject of this research are 4 women patient of
SLE which living in region of Yogyakarta selected pursuant to snowball sampling
from their willingness to have a corporation.The conclusion from this research are : first, subject of this research have
experience stress because pain which they suffer , second, coping of strategy are
used odapus include cautiousness, instrumental action, negotiation, seeking
instrumental social support are into problem–focused coping (PFC) and coping of
strategy escapism, minimization, self blame, seeking meaning, seeking emotional
social support, humor are into emotion-focused coping (EFC), third, subject of
this research get the meaning of ill event which they experience are vertical
relationship (with God) is better, horizontal relationship (with other person) is
intertwined better, and change of personality to direct at better also.Key words : odapus, stress, strategy of coping
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Elisabeth Etik MarianaNomor Mahasiswa : 009114120
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Penggunaan Strategi
Koping pada Wanita Penyandang Systemic Lupus Erythematosus ( SLE ) beserta
perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 29 Oktober 2008 Yang menyatakan (Elisabeth Etik Mariana)KATA PENGANTAR
Puji Tuhan…akhirnya skripsi ini dapat selesai. Kuucapkan syukurku pada
Allah Bapa Yang Maha Rahim, atas kasih dan berkat-Nya yang senantiasa
melimpah dalam hidup penulis. Matur nuwun Gusti Yesus…matur nuwun Ibu
Maria…matur nuwun !!!Dalam proses penyusunan karya tulis ini, penulis banyak menerima
bantuan dan dukungan yang sangat desar dari berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1.Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si dan segenap jajaran dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas ilmunya !
2. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik selama penulis tercatat sebagai mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Maria Laksmi Anantasari, S.Psi., M.Si., sebagai dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas ‘kasih’ dan kebaikan hati ibu pada penulis selama menyusun skripsi ini, terima kasih atas uluran tangan ibu ketika penulis merasa “terpuruk” !
4. Buat Ibu Sylvi, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas empati dan bantuan ibu dalam ‘detik-detik menegangkan’ di hidup penulis dan pada ‘detik-detik menegangkan’ di saat akhir studi penulis, terima kasih ! 5. Bapak Didik dan Ibu Tanti sebagai penguji, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan selama ujian dan revisi yang menyenangkan, terima kasih!
6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas berbagai kemudahannya.
7. Bapak kaliyan ibu…matur nuwun…untuk kasih sayang yang berlimpah, untuk pengorbanan yang tiada tara, untuk doa yang tulus di sepanjang waktu dan tak kenal lelah, hal terindah dalam hidupku adalah memiliki bapak dan ibu yang senantiasa mengajarkan dalam hidup bahwa kasih itu indah !
8. Buat Iyung dan Emak, yang telah banyak memberikan kasih sayang yang sangat besar pada penulis, semoga jiwamu tenteram bersamaNya !
9. Sahabat yang terdekat di hati penulis, mas Adi, selama lebih dari lima tahun ini menemani penulis berbagi suka dan duka, berbagi tawa dan tangisan, yang semakin menguatkan ajaran bapak ibu penulis:bahwa memang kasih itu indah! 10. Untuk kakak-kakakku terkasih, keponakan-keponakan yang manis di Nganjuk dan Wonosobo, terima kasih dan doaku selalu untuk kalian…
11. Mbak-mbak subjek penelitian dan orang terdekatnya yang telah meluangkan banyak waktu dan memberi penulis kesempatan untuk banyak belajar tentang ‘hidup’, terima kasih atas keakraban dan persahabatan yang indah selama penulis menyusun skripsi ini.
12. Selamat jalan buat mbak Dinar, mbak Cita, mbak Titik, Stevi, mbak Aik dan semua odapus yang telah berpulang ke pangkuan-Nya, aku tahu kalian semua telah bahagia bersama-Nya di surga, semangat kalian untuk tetap survive memberiku inspirasi untuk menulis skripsi ini, thank you…Berbahagialah dalam ketiadaanmu… 13. Untuk sahabat-sahabatku sesama odapus, yang banyak memberikan inspirasi hidup pada penulis, mbak Adis, mbak Lia, Ajeng chayank, mbak Lusi, mbak
Ama, mbak Anis, mbak Tutik, mbak Pipin, mbak Ika, mbak Dani, teman odapus di Solo, dan semua odapus yang belum sempat aku kenal, jangan kalah sama lupus ya….tetap survive, okay !!! 14. Untuk semua teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2000, Pipit dkk., dan buat semua yang telah terlibat dalam hidup penulis dan proses penulisan skripsi ini yang tidak sempat penulis camtumkan disini, penulis banyak mengucapkan terima kasih. Salam dan doa selalu….
Sebagai sebuah karya tulis yang sederhana, penulis menyadari ada banyak
kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang diajukan yang akan sangat berguna bagi penulis. Harapan penulis semoga karya sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.Yogyakarta,
29 Oktober 2008 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………..… HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..…… HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………… MOTTO…………………………………………………………………….…… HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………..……
INTISARI……………………………………………………………….……… ABSTRACT…………………………………………………………….……… HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……………..…… KATA PENGANTAR……………………………………………………..…… DAFTAR ISI………………………………………………………………….… DAFTAR TABEL………………………………………………….…..……….. DAFTAR GAMBAR………………………………….………………….…….
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………… B. Rumusan Masalah…………………………………………………..……… C. Tujuan Penelitian………………………………………………….………. D. Manfaat Penelitian……………………………………………….………… BAB II. LANDASAN TEORI A. SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE) 1. Konsep Dasar Sehat dan Sakit………………………………………...
Penyebab dan Pengobatan Penyakit Lupus…………………………...51 i ii iii iv v vi vii vii ix x xii xvii xviii
1
13
13
13
15
16
2. Pengertian Penyakit Lupus……………………………………………47 3.
20
5. Wanita dan Lupus……………………………………………………..55 6.
Jumlah Penderita Penyakit Lupus……………………………………..57
50
67
66
65
64
62
62
60
57
56
54
52
47
B. STRES 1.
40
38
37
33
31
30
27
26
24
D. STRATEGI KOPING PADA WANITA PENYANDANG
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)………………………….59
E. PERTANYAAN PENELITIAN ……………………………….…………….
Pengertian Strategi Koping………………………...…………………..15 2. Fungsi Strategi Koping………………………………..………………16 3. Berbagai Macam Strategi Koping……………………….……………19 4. Sumber Daya Strategi Koping……………………………….………..26 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping……….………….29 6. Tugas Strategi Koping ………………………………………………..31 7. Reaksi Seorang Penderita Penyakit…………………………………...33 8. Aspek Waktu dari Koping…………………………………………….35
C. STRATEGI KOPING 1.
Pengertian Stres……………………………………………………….36 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres……………………………...39 3. Sumber yang Menimbulkan Stres……………………………………..40 4. Reaksi Terhadap Stres ………………………………………………...42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN…………………………………………………..63 B. SUBJEK PENELITIAN 1. Karakteristik Subjek……………………………………………….…..63 2. Prosedur Pengambilan Sampel……………………………….………..65 C. FOKUS PENELITIAN……………………………………………………..67 D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Wawancara…………………………………………………..…………67 2. Wawancara Tambahan…………………………………………..……..69
E. INSTRUMEN PENELITIAN 1.
68 Pedoman Wawancara…………………………………………………69 2. Alat Perekam………………………………………………………….71
70 F. PROSEDUR PENELITIAN 1. Tahap Persiapan……………………………………………………….72
71 2.
72 Tahap Pelaksanaan…………………………………………………….73
G. METODE ANALISIS DATA 1.
Organisasi Data………………………………………………………..76
75 2.
75 Koding dan Analisis…………………………………………………...77 3. Interpretasi……………………………………………………………..78
76 H. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA 1.
77 Kredibilitas…………………………………………………………….79 2.
Dependability…………………………………………………………..81
79 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
82 Hasil Penelitian dan Analisis Strategi Koping Subjek Penelitian……….84 1. Hasil Penelitian Subjek 1 a.
Gambaran Umum Subjek………………………………….……86
84 b. Strategi Koping pada Subjek 1)
Pada Awal Sakit………………………………………..……91
91 2) Pada Saat Kondisi Memburuk………………………..……..93
92 3)
95 Pada Saat Penelitian…………………………………..……..96 c. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping……………..…….102 100 d.
Hikmah Sakit……………………………………………..……...106 104 e.
105 Dinamika Psikologis Subjek…………………………..………….108
2. Hasil Penelitian Subjek 2 a.
Gambaran Umum Subjek…………………………..…………...111 109 b. Strategi Koping pada Subjek 1)
118 Pada Awal Sakit……………………………………….……118 2) Pada Saat Kondisi Memburuk………………………….…...121 121
128 c. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping…………………...131 130 d.
Hikmah Sakit…………………………………………………….133 e.
132 Dinamika Psikologis…………………………………….………135
3. Hasil Penelitian Subjek 3
135 a. Gambaran Umum Subjek……………………………….………139 b.
Strategi Koping pada Subjek 1) 143 Pada Awal Sakit…………………………………….………145 145 2)
Pada Saat Kondisi Memburuk………………………..……..147 3) 147 Pada Saat Penelitian…………………………………..……..151 c.
151 Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping……………..……..156 152 d. Hikmah Sakit……………………………………………………157 154 e.
Dinamika Psikologis…………………………………….……....159 4. Hasil Penelitian Subjek 4
157 a. Gambaran Umum Subjek………………………………….……163 b.
Strategi Koping pada Subjek 1) 166 Pada Awal Sakit…………………………………………….170
2) 169 Pada Saat Kondisi Memburuk……………………….………172 172 3)
Pada Saat Penelitian…………………………………………175 c.
177 Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping…………………...182 d.
178 Hikmah Sakit……………………………………………..……..184 181 e. Dinamika Psikologis…………………………………………….186 B.
184 Pembahasan……………………………………………………………….190 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 222
A.
Kesimpulan……………………………………………………………….225 B.
223 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………..227 C.
224 Saran……………………………………………………………………...227
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….229 226 LAMPIRAN
Pedoman Wawancara Strategi Koping………………………………………….237
Lampiran A : Data Subjek 1 – Dina…………………………………………….240
Lampiran B : Data Subjek 2 – Lala……………………………………………277
Lampiran C : Data Subjek 3 – Aci…………………………………………….333
Lampiran D : Data Subjek 4 – Ata…………………………………………….378
234 237 274 326 369
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Panduan Wawancara………………………………………….
Tabel 2. Pelaksanaan Pengambilan Data Penelitian…………………… Tabel 3. Gambaran Umum Subjek Penelitian………………………….. Tabel 4. Persamaan dan Perbedaan Empat Subjek Penelitian…………..
68
74
82 217
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka Penelitian…………………………………………Gambar 2. Gambaran Umum Subjek 1 – Dina………………………… Gambar 3. Dinamika Psikologis Subjek 1 - Dina……………………… Gambar 4. Gambaran Umum Subjek 2 - Lala…………………………. Gambar 5. Dinamika Psikologis Subjek 2 - Lala…………………….... Gambar 6. Gambaran Umum Subjek 3 – Aci…………………………. Gambar 7. Dinamika Psikologis Subjek 3 - Aci………………………. Gambar 8. Gambaran Umum Subjek 4 – Ata…………………………. Gambar 9. Dinamika Psikologis Subjek 4 - Ata………………………. Gambar 10. Dinamika Psikologis Seluruh Subjek Penelitian………....
60
90 108 117 134 142 156 165 183 216
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang belum mengetahui bahkan tidak mengenal apa itu
penyakit lupus atau yang biasa disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus disingkat SLE. Bisono (2003 : 5)) mengatakan saat kita mendengar atau membaca kata “lupus”, kita cenderung menghubungkan nama tersebut dengan salah seorang tokoh remaja yang cukup terkenal pada era 1980-an. Kala itu, lupus menjadi idola banyak anak baru gede (ABG) terutama para wanita karena selain berwajah tampan, lupus juga lincah mengunyah permen karet dengan gayanya yang gaul dan trendy. Lupus menjadi sosok yang luar biasa. Kenyataan berkata sebaliknya jika lupus ini terfokus pada jenis penyakit yang tergolong bandel jika sudah bersemayam dalam tubuh penderitanya. Lupus bukanlah tokoh pemuda tanggung rekaan Hilman Hariwijaya dalam novel dan sinetron seperti yang dikenal oleh kebanyakan orang pada umumnya (Lahita, 1998 : 2)). Lupus bukan pula sebutan bagi para lansia yang merupakan akronim dari “lupa usia” yang biasa kita kenal selama ini (Diro, 2004 : 10)).
Lupus merupakan penyakit autoimun atau penyakit sistem daya tahan yang muncul lantaran sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan, terlalu aktif dan bekerja melebihi fungsinya. Sel imun ini, oleh
tubuh sendiri. Pada tubuh penderita akan terbentuk kelebihan antibodi dan
menyerang zat yang ada pada tubuhnya sendiri karena dianggap benda asing
dimana seharusnya dikenali, dilindungi dan tidak diserang. Pada lupus
kenyataannya tidak bisa membedakan mana kawan dan mana lawannya.
Gunadi (2004 : 10)) mengemukakan bahwa reaksi sistem imunitas ini bisa
mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot dan tulang,
sendi, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, hati, sistem
pencernaan, mata, otak, pembuluh darah dan sel-sel darah. Penderita lupus
sering disebut sebagai odapus yaitu orang yang hidup dengan lupus dan
untuk selanjutnya penderita lupus sebagai subjek dalam penelitian ini akan
disebut sebagai odapus (Savitri, 2005 : 129). Istilah ini muncul pertama kali
sejak didirikannya Yayasan Lupus Indonesia (YLI) pada tahun 1998 dan
merupakan salah satu yayasan yang peduli tentang penyakit lupus di
Indonesia.Sebagai suatu penyakit, nama lupus kurang populer sehingga wajar
apabila banyak orang tak mengenalinya dan terkesan aneh saat kita
mendengarnya. Lupus memang tidak sepopuler penyakit kanker atau
HIV/AIDS tetapi sebenarnya jenis penyakit ini memiliki perangai yang sama
bahayanya dengan kanker, jantung atau HIV/AIDS. Lupus bisa mengancam
jiwa dan menyebabkan kematian. Banyak yang beranggapan lupus
merupakan penyakit langka dan jumlah pasiennya masih sedikit.
Kenyataannya, penderita penyakit ini cukup banyak dan terus bermunculan.
jumlah pasien lupus di seluruh dunia yang diperkirakan lebih dari 5 juta
pasien dengan laju pertumbuhan 100 ribu penderita baru dalam setiap
tahunnya. Data pasien lupus di Indonesia tidak dapat diperkirakan berapa
jumlah persisnya karena belum ada data yang pasti namun diperkirakan
terdapat sekitar 5 ribu hingga 1,5 juta orang (Kompas, 9 Mei 2005).
Perkiraan data itu menyebabkan penyakit lupus sering dipandang sebagai
fenomena gunung es. Perhatian pemerintah terhadap penyakit lupus juga
belum begitu besar karena pemerintah berpendapat bahwa penyakit ini
belum ada penyebab pasti dan data penderitanya pun belum dianggap
mengkhawatirkan (Kompas, 9 Mei 2005).Savitri (2005 : 21) menyatakan bahwa penyakit lupus biasanya
memberikan gejala yang beragam dan seolah bersifat menyerupai (mimikri)
terhadap penyakit lainnya sehingga disebut si peniru ulung (great imitator)
dan ‘penyakit seribu wajah’. Pada beberapa kasus sering terjadi, lupus
menyerang ginjal dan sering kali penderitanya divonis penyakit ginjal
karena sesungguhnya memang penyakit lupus ini tidak mudah untuk
dikenali (Kompas, 17 April 2005). Yoga menggelari penyakit ini
berperangai seperti “bunglon”, kalau daunnya merah maka ia juga berubah
menjadi merah (Kompas, 9 Mei 2005). Pada banyak kasus sering terjadi
diagnosa dokter baru dapat ditegakkan berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun setelah gejala awal muncul. Gejala lupus dapat mncul tiba-
tiba (akut), menahun (kronik) atau tidak bergejala seolah berjalan di bawah
Lupus diduga ada hubungannya dengan hormon wanita yaitu
estrogen meskipun sampai saat ini dugaan itu masih dalam kajian para ahli.
Zubairi (2005 : 9)) menyatakan bahwa faktor hormon ini dituding sebagai
pemicu lupus karena angka pertumbuhan penyakit ini meningkat sebelum
periode menstruasi atau selama kehamilan. Heri (2004 : 14)) menambahkan
bahwa penyakit ini gemar “mengusili” wanita karena data yang ada
menunjukkan sebanyak 95 persen penderita lupus adalah wanita aktif. Lupus
banyak menyerang kaum hawa terutama pada masa usia produktif dengan
kisaran umur 15 sampai 44 tahun. Sebenarnya pria juga bisa terkena lupus
namun rasio perbandingan terkena penyakit ini pada laki-laki dan
perempuan adalah satu berbanding sembilan.Lupus belum diketahui penyebabnya apalagi cara untuk
menyembuhkannya meskipun sudah lebih dari seratus tahun menjangkiti
manusia. Heru menyatakan bahwa upaya yang dilakukan selama ini hanya
terbatas untuk mengurangi gejala penyakit yang timbul dan lebih ditujukan
untuk mengontrol penyakit supaya tidak terus menerus kambuh (Kompas,
22 Juni 1998). Pada berbagai sumber/literatur yang ada (artikel, brosur,
buku) yang memuat tentang lupus, para ahli memperkirakan bahwa stres
dapat memicu kambuhnya lupus sehingga dianjurkan menghindari situasi
atau keadaan yang membuat stres (2005 : 9)).Mengalami sakit adalah sesuatu yang pasti dialami setiap orang
dari waktu ke waktu. Kesakitan tersebut bisa ringan atau lebih parah bahkan
lupus itu sendiri, baik penyebab maupun tentang penyembuhannya. Kondisi
itu bisa menyebabkan stres. Para ahli mengemukakan bahwa mengidap suatu
penyakit dapat memunculkan suatu kondisi yang penuh dengan tekanan dan
memungkinkan penderita mengalami stres. Hanson, dkk (dalam Hadriami
dan Martaniah, 2000 : 28) menemukan bahwa penderita diabetes mellitus
dapat mengalami stres dan bahkan juga depresi karena ketatnya diit dan
tritmen yang harus dilakukan supaya gula darah di tubuhnya dalam kondisi
normal. Pada penelitian Cay, dkk (dalam Arsjad, 1974 : 97) disebutkan
bahwa 65 persen pasien-pasien yang dirawat karena penyakit jantung
mengalami kecemasan dan depresi karena perasaan sakit yang sangat hingga
pasien takut mati mendadak. Kondisi stres ini juga dialami oleh pasien-
pasien pasca stroke (Mulyaningsih, 2001 : 35) dan para wanita penderita
kanker payudara yang harus menghadapi operasi pengangkatan payudara
sebagai satu-satunya jalan yang harus dilakukan (Hawari, 1974 : 67).Wanita rentan mengalami suatu kondisi yang disebut dengan stres.
Penelitian yang dilakukan oleh Carmichael dan Shaw (2004 : 7))
mengungkapkan bahwa menderita sakit dapat memperparah stres yang
dialami wanita. Beberapa penelitian yang lain menunjukkan wanita lebih
rentan dalam menghadapi stres daripada pria. Magill (1996 : 1672)
menyatakan bahwa ada hubungan antara stres psikologis dengan hormon
yang ada pada wanita. Hankin dan Abramson (2001 : 773-796) melakukan
penelitian tentang kondisi depresi yang dialami oleh para remaja yang
wanita daripada pria yang ditengarai karena pengaruh hormon. McEwen dan
Shors (2004 : 12)) mengemukakan penelitiannya bahwa dalam kondisi stres
pria mampu belajar dan mengingat secara lebih baik daripada wanita yang
justru menunjukkan penurunan kognitif saat mengalami stres karena pada
pria lebih banyak ditentukan oleh hormon lain seperti glukokortikoid
sedangkan pada wanita kondisi saat stres sangat dipengaruhi oleh estrogen.Stres merupakan suatu keadaan tertekan yang berhubungan dengan
sisi psikologis seseorang. Tidak sedikit odapus dihadapkan pada kenyataan
yang mungkin tidak setiap orang bisa menerima kondisi itu. Salah satu
odapus di Jakarta menghadapi kenyataan bahwa kaki kirinya harus
diamputasi karena lupus begitu pula dengan seorang ibu dari Batam yang
harus kehilangan masa-masa bahagia di tahun awal perkawinannya juga
karena lupus (Kompas, 17 April 2005). Peristiwa hidup bagi seorang odapus
di Bandung juga tak kalah memilukan yaitu harus mengalami kebutaan dan
tuli karena lupus (Kartini, 14 - 28 Oktober 2004). Penderita lupus sekaligus
aktivis lupus, Tiara Savitri, juga pernah mengalami suatu kenyataan pahit
karena penyakit lupus yang dideritanya saat ia diputuskan pacar karena
keadaan fisiknya maupun saat teman-temannya menjauhi dan enggan
bergaul lagi dengannya (Savitri, 2005 : 5-8).Suryanti (2003 : 1)) melakukan penelitian mengenai stres pada
penyandang lupus. Pada penelitian ini diketahui bahwa stres merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi episode kekambuhan penyakit lupus
bahwa odapus lebih sering untuk melakukan penanggulangan stres yang
terpusat pada emosi untuk menghadapi situasi yang dinilainya kurang atau
tidak dapat ditangani seperti dalam keterbatasan aktivitas yang boleh mereka
lakukan. Odapus melakukan penanggulangan stres yang terpusat pada
masalah melalui informasi-informasi yang diperoleh mengenai penyakit
lupus. Odapus juga mencari hikmah dari penyakit yang mereka derita, lebih
mendekatkan diri dengan Yang Kuasa melalui ibadah yang tekun sehingga
dapat lebih sabar dan tabah dalam menerima kenyataan dan keadaan.Magill (1996 : 1685) menjelaskan berdasarkan pada penelitian
yang ada selalu ditemui penyakit-penyakit spesifik yang dapat disebabkan
atau dipengaruhi oleh stres dan salah satu penyakit spesifik itu adalah
systemic lupus erythematosus . Para ahli juga mengemukakan bahwa stres
berhubungan erat dengan munculnya suatu penyakit seperti juga pada
penyakit lupus. Pada penelitian Rosenman dan Friedman yang
mengungkapkan bahwa stres menjadi biang keladi dari serangan jantung
pada orang Amerika berumur setengah baya (Quade dan Aikman, 1987 :
24). Penelitian Bogdonof, dkk (dalam Hadriami dan Martaniah, 2000 : 28)
juga disebutkan bahwa stres dan penyakit diabetes mellitus saling
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Quade dan
Aikman (1987 : 60-65) juga menambahkan bahwa penyakit-penyakit
peradangan seperti rematik akan menjadi parah kalau pada waktu yang
bersamaan seseorang itu menderita stres. Emosi negatif yang sering
dengan diketemukannya di beberapa klinik dermatologi di Amerika Serikat
yang mencatat bahwa pada 75% lebih dari penderita yang berobat di klinik-
klinik dermatologi tersebut, faktor psikologis memegang peranan yang
sangat penting (Maramis, 1994 : 356).Manusia memiliki sifat dasar untuk belajar menghadapi lingkungan
di sepanjang kehidupannya. Manusia juga dituntut senantiasa berusaha
menghadapi permasalahan dari situasi-situasi yang selalu melingkupi
kehidupannya. Tuntutan terhadap berbagai masalah ini selanjutnya memiliki
peran dalam menerangkan kehidupan emosional seseorang. Suatu masalah
dapat memiliki efek positif (senang, bahagia) maupun negatif (merasa takut,
marah, sedih, cemas dan tertekan) bagi individu yang mengalaminya.
Kondisi ini tergantung pada cara pandang setiap individu dan upaya yang
dilakukan untuk mengatasi setiap permasalahannya (Rahmawati, 1996 : 5).
Pada beberapa orang, adanya kenyataan bahwa mereka mengidap suatu
penyakit seperti lupus ini juga bisa menjadi masalah yang harus dihadapi
dan menuntut upaya untuk mengatasinya.Psikologi kesehatan sebagai penerapan prinsip ilmu psikologi di
bidang kedokteran dan perawatan kesehatan, salah satu ladang garapnya
adalah membantu individu untuk menyesuaikan diri dengan masalah yang
berhubungan dengan kesehatannya. Kemampuan menghadapi masalah yang
muncul pada penderita lupus merupakan kemampuan penderita dalam
menghadapi stres akibat penyakitnya dan prosedur pengobatan yang harus
itu dapat menjadi pemicu munculnya sekumpulan cara dari individu untuk
menghadapinya. Kemampuan individu untuk melakukan sekumpulan reaksi
dalam menghadapi dan mengatasi stres atau masalah sering dikenal sebagai
strategi koping (Lindsay dan Powell dalam Rahmawati, 1996 : 3).Semua penyebab stress bila diperhatikan berhubungan dengan
sebuah perubahan. Manusia memandang perubahan tersebut sebagai sesuatu