HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

  “Alasan Berubahnya Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap EAS (East Asia Summit) Pada Tahun 2010” SKRIPSI Disusun Oleh : Frandi Kuncoro NIM 070810715 PROGRAM STUDI S-1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA SEMESTER GENAP 2011/2012

HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

  Bagian atau keseluruhan isi skripsi ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademis pada bidang studi dan/ atau universitas lain, serta tidak pernah dipublikasikan/ ditulis oleh individu selain penyusun kecuali bila dituliskan dengan format kutipan dalam isi skripsi.

  Surabaya, 10 Mei 2012 Frandi Kuncoro

  “Alasan Berubahnya Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap EAS (East Asia Summit) Pada Tahun 2010” SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 dengan gelar Sarjana Hubungan Internasional (S. Hub. Int.) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya. Disusun oleh: FRANDI KUNCORO NIM 070810715 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SEMESTER GENAP 2011/2012

  HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi Berjudul “Alasan Berubahnya Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap EAS (East Asia Summit) Pada Tahun 2010” Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Komisi Penguji Surabaya, 10 Mei 2012 Dosen Pembimbing NIP. 196501131991011001 Vinsensio Dugis, Ph.D. Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasiuonal NIP. 1964033119881002001 B.L.S. Wahyu Wardhani, M.A., Ph.D.

  HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Komisi Penguji pada hari Selasa, 15 Mei 2012, pukul 13.00 WIB di Ruang Cakra Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga Komisi Penguji, Ketua, NIP. 195212021983031001 Ajar Triharso, MS. Anggota, Anggota, A.Safril Mubah, M. Hub. Int NIP 139070764 Radityo Dharmaputra

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan karya ini untuk Kedua Orangtua ku tercinta, saudara, sahabat, almamater dan untuk semua mimpiku....

  Frandi 2012

  HALAMAN MOTO Life is an opportunity, benefit from it.

  Life is beauty, admire it. Life is a dream, realize it. Life is a challenge, meet it.

  Life is a duty, complete it.

  Life is a game, play it. Life is a promise, fulfill it. Life is sorrow, overcome it.

  Life is a song, sing it. Life is a struggle, accept it. Life is a tragedy, confront it. Life is an adventure, dare it.

  Life is luck, make it. Life is too precious, do not destroy it.

  Life is life, fight for it.”

  • Mother Theresa-

KATA PENGANTAR

  Skripsi dengan judul Alasan Berubahnya Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap East Asia Summit (EAS) Pada Tahun 2010 tercipta karena penulis memiliki keingintahuan terhadap perkembangan dari organisasi kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Saat ini ASEAN merupakan salah satu organisasi kawasan yang menarik perhatian seluruh negara-negara di dunia dengan inovasi-inovasi yang berkembang dalam wujud kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara ASEAN dengan negara Mitra Wicara nya. Selain itu, ASEAN juga menciptakan forum-forum dialog antara negara-negara ASEAN dengan Mitra Wicara nya dan negara-negara lain serta ingin mewujudkan kondisi dunia yang damai dengan cara meminta negara-negara non-ASEAN yang menjalin kerjasama di kawasan tersebut untuk menandatangani TAC (Treaty Amity Cooperation).

  Dari adanya usaha-usaha yang dilakukan oleh ASEAN dalam menciptakan inovasi-inovasi yang juga merupakan salah satu cara untuk menjalin kerjasama dengan negara lain di dunia, penulis menemukan sebuah keunikan dari salah satu forum dialog yang diciptakan oleh ASEAN yaitu EAS. EAS merupakan salah satu dari forum dialog yang diciptakan oleh negara-negara ASEAN dengan

  Regional Architecture sebagai landasan utamanya. Keanggotan EAS adalah 10

  negara-negara ASEAN beserta 8 negara-negara Mitra Wicara ASEAN. Keunikan dari EAS adalah sebuah forum dialog dengan isu yang berbeda-beda pada setiap tahunnya namun beranggotakan negara-negara yang memegang kunci dari perpolitikan dunia. Antara lain Amerika Serikat, Rusia, China, India, Australia, Jepang, Korea Selatan dan Selandia Baru. Hal inilah yang kemudian dianggap sebagai sebuah keunikan tersendiri bagi penulis untuk mengetahui mengenai EAS secara lebih dalam.

  Selain itu, adapun hal lain yang membuat penulis tertarik untuk membahas secara lebih dalam mengenai EAS adalah hal apakah yang menyebabkan Amerika Serikat mengubah kebijaknnya terhadap EAS pada tahun 2010. Hal ini menjadi hal yang menarik ketika melihat dari sejarahnya yang mana ketika awal pembentukan EAS, Amerika Serikat tidak tertarik untuk bergabung di dalam EAS, bahkan Amerika Serikat terlihat memberikan kekuasaan forum dialog ini kepada China. Namun ketika pada tahu 2010, Amerika Serikat diundang untuk bergabung di dalam EAS, negara adidaya bersedia untuk bergabung di dalamnya. Perubahan Kebijakan itulah yang kemudian mendorong penulis untuk mencari informasi mengenai alasan Amerika Serikat mengubah Kebijakan Luar Negerinya terhadap EAS.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menemui beberapa kendala antara lain informasi mengenai kepentingan-kepentingan Amerika Serikat di dalam ASEAN terutama EAS yang mana penulis dituntut untuk mengambil posisi sebagai Amerika Serikat dalam penulisan skripsi ini.

  Namun dibalik itu semua penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan yang tiada henti kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  1. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Allah SWT, Tuhan pencipta Alam yang telah benar-benar memberikan bantuan, kebaikan, anugerah, musibah serta membuat penulis mampu menjadi orang yang kuat dan luar biasa.

  2. Untuk Mama dan Papa yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan kepada penulis serta mengajarkan tentang makna hidup yang sesungguhnya. Terimakasih atas semua nasihat, doa, marah, kasih dan cintanya kepada penulis. This is for you mom dad, I love you so.

  3. My Twins Sister Ara and Ari terimakasih atas dukungan dan cintanya kepada penulis serta and my lovely Nephew Kiano yang selalu bikin uncle happy every single day.

  4. Bapak Vinsensio Dugis selaku Dosen Pembimbing untuk setiap masukan, bimbingan serta revisiannya yang membuat penulis memahami bagaimana cara menulis yang baik.

  5. Seluruh Dosen HI UA yang telah sabar dan telaten dalam memberikan ilmunya kepada penulis selama tujuh semester ini.

  6. Bapak Arif Suyoko selaku Kasubdit Mitra Wicara Antar Kawasan Ditjen Kerjasama ASEAN Kementrian Luar Negeri dan Mbak Dyah Dinanti staf Kementrian Luar Negeri yang telah bersedia di repoti oleh penulis ketika penulis membutuhkan data-data mengenai EAS. Terimakasih pak, mbak.

  7. Bapak Adam Tugio selaku Minister Consellor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC yang telah membantu penulis dan bertukar pikiran mengenai EAS dan juga telah mempertemukan penulis dengan Andrew Herrup selaku Senior Indonesia Office Desk di Washington DC. Terimakasih untuk Andrew yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancara oleh penulis untuk mencari data tambahan. Mbak Ellen dan Mbak Poppy selaku staf PTRI New York dan KBRI Washington DC yang juga telah membantu penulis.

  8. IRC Jakarta (Perpustakaan Kedubes AS) yang bersedia membantu penulis dalam mencari data-data yang dibutuhkan penulis.

  9. Teman-teman SMA yang selalu ada saat penulis susah maupun senang Dian Dwi Pratiwi dan Putriana Pratiwi.

  10. Mira Dia Lazuba dan Andi Firmansyah teman HI 2008 yang telah dengan sabar dan telaten mendengarkan keluh kesah penulis serta membantu penulis ketika penulis lelah dalam mengerjakan penulisan ini. Thank You Mira and Andi for all your kindness.

  11. Temen-temen HI 2008 yang selalu memberikan tawa ceria dalam kehidupan penulis

  12. Temen-temen KKN Eric, Mega, Vitia dan Irfan, terimakasih atas dukungannya kepada penulis ketika penulis lelah untuk menyelesaikan skripsi ini.

  13. Teman-teman Delegasi NMUN, we are the best team.

  14. Penulis tidak akan mampu menulis nama semua orang yang sangat penulis kasihi disini, tetapi penulis percaya Tuhan mencatat setiap kebaikan kalian. Terima kasih karena telah menjadi sumber inspirasi, pendukung, dan pembimbing bagi penulis. Tanpa kalian, penulis tidak akan mampu meraih apapun yang telah penulis raih selama ini. Terima Kasih.

  ABSTRAK East Asia Summit (EAS) merupakan sebuah forum dialog yang dibentuk

  pada tahun 2005. Forum Dialog ini merupakan bentukan dari Organisasi Regional ASEAN, yang bertema “Regional Architecture”. Pada awalnya, forum ini hanya beranggotakan negara-negara ASEAN (10 Negara) dan 6 Negara non-ASEAN (China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, New Zealand). Namun sejak tahun 2010, Amerika Serikat dan Rusia resmi bergabung dengan EAS.

  Bergabungnya Amerika Serikat didalam EAS menjadi sebuah hal yang menarik mengingat ketika awal pembentukan EAS pada tahun 2005, Amerika Serikat tidak tertarik untuk bergabung di dalam EAS, namun kemudian pada tahun 2009 ketika menghadiri KTT ASEAN di Laos, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menyampaikan keinginanannya untuk bekerja sama secara lebih mendalam dengan ASEAN serta bersedia untuk menandatangani TAC di tahun yang sama. Kemudian pada tahun 2010, Amerika Serikat diundang oleh negara- negara ASEAN untuk bergabung di dalam EAS dan Amerika Serikat bersedia untuk bergabung di dalam forum dialog tersebut. Oleh sebab itu, kemudian muncul sebuah pertanyaan yaitu Mengapa Amerika Serikat mengubah Kebijakan Luar Negerinya terhadap EAS pada tahun 2010? Apakah ada ancaman dari luar yang dianggap mengganggu pengaruh Amerika Serikat di kawasan tesebut? Maka Teori dan Konsep Super Power, Long Cycle, Kondratieff’s Wave dan Persepsi Ancaman akan membantu menjelaskan mengenai alasan Amerika Serikat mengubah Kebijakan Luar Negeri terhadap EAS pada tahun 2010.

  Keyword : EAS, Perubahan Kebijakan Luar Negeri, Amerika Serikat, Ancaman dan Kekhawatiran akan Kehilangan Pengaruh di Kawasan,Negara Kekuatan Baru.

  

DAFTAR ISI

  Halaman Judul ................................................................................................................... i Halaman Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat ................................................................. ii Halaman Persetujuan ......................................................................................................... iv Halaman Pengesahan ......................................................................................................... v Halaman Persembahan ....................................................................................................... vi Halaman Moto .................................................................................................................... vii Kata Pengantar ................................................................................................................... viii Daftar Isi............................................................................................................. ................ xii Abstrak ............................................................................................................................... xv

  1. Bab I Pendahuluan ......................................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

  1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3

  1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 3

  1.4 Kerangka Pemikiran ................................................................................................ 4

  1.4.1 Peringkat Analisis .......................................................................................... 4

  1.4.2 Teori dan Konsep ........................................................................................... 5

  1.4.3 Sintesis Teori ................................................................................................. 14

  1.5 Hipotesis .................................................................................................................. 15

  1.6 Metodologi .............................................................................................................. 15

  1.6.1 Definisi Konseptual dan Operasional ............................................................ 15

  1.6.2 Ancaman ........................................................................................................ 15

  1.6.2.1 Negara Kekuatan Baru .................................................................... 17

  1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 18

  1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 18

  1.6.5 Teknik Analisa Data ...................................................................................... 19

  1.6.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 19

  2. Bab II Perkembangan EAS dan Postur Negara-negara Anggota ................................... 21

  2.1 EAS : Keanggotan, Tujuan dan Isu-isu ................................................................... 21

  2.1.1 Keanggotaan .................................................................................................. 21

  2.1.2 Tujuan didirikannya EAS .............................................................................. 22

  2.1.3 Isu-isu dalam EAS ......................................................................................... 23

  2.2 Postur-postur Negara Anggota EAS ....................................................................... 24

  2.2.1 Australia dan EAS ......................................................................................... 24

  2.2.2 China dan EAS .............................................................................................. 26

  2.2.3 India dan EAS ................................................................................................ 30

  2.2.4 Jepang dan EAS ............................................................................................. 32

  2.2.5 Korea Selatan dan EAS ................................................................................. 33

  2.2.6 Selandia Baru ................................................................................................. 34

  3. Bab III Analisis Alasan Bergabungnya AS dalam EAS ................................................ 36

  3.1 Sejarah Bergabungnya AS dalam EAS ................................................................... 36

  3.1.1 Konflik Awal Pembentukan EAS antara AS dengan ASEAN ...................... 37

  3.1.2 Kekhawatiran AS erhadap munculnya ......................................................... 37

  3.1.3 Membaikanya hubungan AS dengan ASEAN ............................................... 38

  3.2 Alasan AS bergabung di dalam EAS ...................................................................... 42

  3.2.1 Kekhawatiran akan hilangnya pengaruh di dalam ASEAN dan keberadaan China sebagai sebuah Ancaman (Fakta-fakta dari Pidato Menteri Luar6Negeri, Pernyataan Mantan Wakil Menteri Luar Negeri, Pernyataan Kementrian Pertahanan dan Wawancara langsung dengan Senior Indonesia Desk Office .................................................................................................... 42

  3.2.2 China sebagai Kekuatan Baru dan Berpengaruh di dalam EAS .................... 51

  3.2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi yang Meningkat ......................................... 52

  3.2.2.2 Menguatnya Militerisasi .................................................................. 53

  3.2.2.3 Meningkatnya Perdagangan China dan Menguatnya hubungan dengan ASEAN ............................................................................... 54

  3.3 Teori Long Cycle, K-Wave dan Perubahan Sikap serta Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di dalam EAS ............................................................................... 57

  3.4 Pembuktian Hipotesis ............................................................................................. 64

  4. Kesimpulan .................................................................................................................... 65

  5. Daftar Pustaka............................................................................................... ................. 70 Lampiran 1 Pidato Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pada tahun 2009 di Laos ..... 79 Lampiran 2 Hasil dan Deklarasi EAS pada Pertemuan yang diselenggarakan setiap tahunnya ...................................................................................................... 80 Lampiran 3 Pidato Menteri Luar Negeri Hillary Clinton pada KTT EAS di Hanoi

  Vietnam ....................................................................................................... 119 Lampiran 4 Pernyataan Resmi Kementrian Pertahanan terkait Keberadaan China di kawasan Asia Pasifik ................................................................................... 122 Lampiran 5 Wawancara dengan Senior Indonesia Desk Office di Washington DC pada 19 April 2012 ...................................................................................... 126

Gambar 1.1 ..................................................................................................................... 8Gambar 1.2 ..................................................................................................................... 9Gambar 1.3 ..................................................................................................................... 15Gambar 3.1 ..................................................................................................................... 55Gambar 3.2 ....................................................................................................................59

  B A B I P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang

  East Asia Summit (EAS) adalah sebuah forum dialog yang dibentuk oleh ASEAN pada tahun 2005. Forum Dialog ini dibentuk untuk menjalin kerjasama

  

  dalam kerangka strategis, politik dan ekonomi Ide awal pembentukan EAS terjadi pada tahun 1991, ide tersebut merupakan gagasan dari Perdana Menteri

   Malaysia Datuk Mahatir Muhammad . Konsep yang dicetuskan oleh Perdana

  Menteri Mahatir Muhammad berawal dari adanya keinginan untuk membentuk Kawasan Ekonomi di Asia Timur yang disebut East Asian Economy Caucus

  

  (EAEC) . Konsep awal tersebut juga membahas mengenai keanggotaan di dalam EAEC yaitu hanyalah negara-negara Asia saja yang dapat bergabung di dalam forum dialog tersebut.

  Ketika konsep mengenai EAS berkembang dan terealisasi pada tahun 2005, beberapa negara Mitra Wicara ASEAN berusaha untuk bergabung di dalam EAS, seperti Pakistan, India, China, Australia, Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan dan Rusia. Namun hanya Pakistan saja yang tidak bergabung di dalam 1 forum dialog tersebut. Bahkan Amerika Serikat sebagai negara adidaya nampak 2 diakses pada 5 Mei 2011.

  Yale Global Magazine. 2005. The East Asia Summit: More Siscord Than Accord. [Internet]. Terdapat pad (Diakses 3 pada 12 September 2011).

  M. Leifer, Dictionary of the Modern Politics of Southeast Asia. New York: Routledge, 1995. Dalam CRS RS 22346. Diakses pada 29 November 2011.

  

  

  bersikap dingin dan tidak tertarik bergabung di dalam EAS pada saat itu . Sikap tersebut terlihat dari pernyataan Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo seusai mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice pada Februari 2005. Pada pertemuan tersebut Menteri Luar Negeri Rice mengkritik mengenai ekslusifitas EAS sebagai sebuah Forum

6 Dialog .

  Empat tahun setelah forum EAS terbentuk, Amerika Serikat mulai menunjukkan perubahan sikap terhadap forum dialog tersebut. Awalnya Amerika Serikat tahun 2009 menandatangani TAC (Treaty Amity and Cooperation) dengan ASEAN yang merupakan sebuah perjanjian menjaga keamanan di kawasan Asia Tenggara, sekaligus sebagai salah satu syarat untuk bergabung di dalam EAS.

  Pada tahun yang sama Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton juga menghadiri ASEAN Ministerial Meeting atau pertemuan setingkat Menteri Luar

   Negeri negara-negara ASEAN dan Mitra Wicara ASEAN di Phuket Thailand .

  Dalam pidatonya, Hillary Clinton menyatakan keinginan Amerika Serikat untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan ASEAN di berbagai bidang, antara lain

   4 Sikap Dingin yang dimaksud adalah sikap tidak peduli dengan keberadaan EAS sebagai sebuah forum dialog. Sikap tersebut ditunjukkan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza 5 Rice ketika EAS terbentuk pada tahun 2005.

  

Bruce Vaughn. CRS Report RS 22346. East Asia Summit: Issues for Conggress. p.3. 9

Desember 2005. [Internet]. Terdapat pa 6 Diakses pada 29 November 2011. 7 Ibid U.S. Departement of State, Remarks of Secretary Clinton in the 14th ASEAN SUMMIT. 2009 . Direktorat Mitra Wicara dan Antar Kawasan Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementrian 8 Luar Negeri Republik Indonesia Ibid.

  Kemudian pada tahun 2010, tepatnya ketika KTT EAS yang ke 5 di Vietnam, Amerika Serikat diundang oleh negara-negara ASEAN untuk bergabung

  

  di dalam EAS bersama dengan Rusia . Amerika Serikat menerima undangan tersebut dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menghadiri KTT EAS yang ke 5

  

  di Hanoi, Vietnam. Setelah Amerika Serikat resmi bergabung di dalam EAS, pada tahun 2011 Presiden Amerika Serikat Barack Obama menghadiri KTT EAS

  

  ke 6 dan KTT ASEAN ke 19 di Bali, Indonesiunjungan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama tersebut merupakan sebuah bukti bahwa telah terjadi perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap forum dialog EAS. Yang mana pada awal pembentukan EAS, Amerika Serikat tidak tertarik untuk bergabung di dalam EAS, namun kemudian pada tahun 2010 Amerika Serikat bersedia untuk bergabung di dalam EAS setelah diundang negara-negara anggota ASEAN.

  1.2 Rumusan Masalah

  Mengapa terjadi perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap EAS pada tahun 2010?

  1.3 Tujuan Penelitian

9 Harian Pelita, Masuknya Amerika Serikat dan Rusia dalam EAST ASIA SUMMIT. 2010.

  [Internet]. Terdapat pad 10 Diakses pada 5 Mei 2011).

  EAS. Chairman’s Statement of the East Asia Summit. [Internet]. Terdapat pada Diakses pada 28 Februari 11 2012).

  The East Asia Summit. [Internet]. Terdapat pada (Diakses pada 28 Februari 2012).

  Untuk mengetahui alasan Amerika Serikat mengubah kebijakan luar negerinya terhadap EAS.

1.4 Kerangka Pemikiran

1.4.1 Peringkat Analisis

  Pada penelitian ini penulis menggunakan peringkat analisis Negara Bangsa. Menurut Patrick Morgan peringkat analisis negara bangsa ini berasumsi bahwa semua pembuat keputusan, dimanapun berada, pada dasarnya berperilaku

  

  sama apabila menghadapi situasi yang sama enurut David Singer, peringkat analisis negara bangsa bukan melakukan pendekatan komparatif terhadap studi hubungan Internasional dan juga mengabaikan mengenai bagaimana pengambil keputusan bertindak, namun penekanan yang dilakukan lebih kepada tujuan dari

  

  kepentingan negara tersebut dengan kebijakan-kebijakan yang diambil . Dengan kata lain, pada peringkat analisis negara bangsa, aktor-aktor di dalam negara bukanlah sebuah obyek yang dituju, namun tujuan dari negaralah yang akan menjadi fokus.

  Pada peringkat analisis, ada dua hal yang mejadi fokus utamanya yaitu unit analisis dan unit eksplanasi. Unit analisis merupakan sesuatu yang perilakunya hendak dideskripsikan, dijelaskan dan diramalkan. Dengan kata lain, unit analisis ini bisa juga disebut sebagai variabel dependen, yaitu varibel yang 12 keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Sementara, unit eksplanasi Mohtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta; LP3ES. 13 Pp.41.

  J. David Singer. World Politics, Vol. 14, No. 1, The International System: Theoretical Essays. (Oct., 1961), pp.77-92.

  

  merupakan sesuatu yang dampaknya terhadap unit analisa hendak diamati. Oleh sebab itu, unit eksplanasi bisa juga disebut sebagai variabel independen, yaitu variabel yang keberadaannya mempengaruhi variabel dependen. Variabel dependen atau unit analisa dalam penulisan ini adalah kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap EAS pada tahun 2010. Sedangkan variabel Independen atau unit eksplanasi nya adalah alasan yang mempengaruhi perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Pada penelitian ini, penulis menggunakan level analisis sebagai sebuah alat untuk yang membantu penulis dalam melihat variabel dependen dalam satu fokus.

1.4.2 Teori dan Konsep

  Super Power memiliki tujuan untuk tetap menjaga posisi puncak dalam sebuah tatanan dunia. Posisi tersebut dicapai dalam beberapa aspek antara lain kekuatan ekonomi, kekuatan militer dan aspek politik yang mempengaruhi. Selain itu, tujuan dari negara Super Power adalah untuk menggabungkan beberapa wilayah didalam pengaruhnya. Ukuran dari adanya negara Super Power adalah

  

  jika dilihat dari size of the sphere dan degree of influence . Pengaruh dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

  Kekuatan utama negara Super Power adalah untuk mempengaruhi sebuah peristiwa yang terjadi bahkan tanpa melakukan sebuah usaha.

  14 15 Ulber Silalahi. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. Pp. 121-123.

  

John. R.Short. 1993. An Introduction to Political Geography. London and New York .

  Setiap negara di dunia memiliki keinginan serta tujuan yang ingin dicapai. Pencapaian tersebut diwujudkan di dalam Kebijakan Luar Negeri suatu negara.

  Foreign policy atau Kebijakan Luar Negeri adalah suatu kebijakan yang

  dirumuskan di dalam negeri dan diimplementasikan ke luar sebagai cara suatu

  

  negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya . Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Michael Mandelbaum, Kebijakan Luar Negeri bisa dilihat melalui dua sisi yaitu sebagai perluasan dari kebutuhan dalam negeri (inside-out perspective) atau sebagai respon terhadap dinamika internasional

  

  (outside-in perspective) . Menurut pandangan mikro diplomasi, foreign policy ini adalah behaviour dari para aktor internasional, termasuk negara.

  Berdasarkan buku yang ditulis Mohtar Mas’oed yang membahas proses pembuatan keputusan sebagai sistem, yang kemudian mendefinisikan proses politik luar negeri sebagai

  “suatu mekanisme bagi suatu sistem politik untuk beradaptasi dengan

  lingkungan geopolitiknya dan untuk mengendalikan lingkungan itu demi

   mencapai tujuannya” .

  Di dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa politik luar negeri bisa dipahami dengan penelaahan berdasarkan sudut pandang pembuatan keputusan, yang berarti menempatkan suatu keputusan politik luar negeri tertentu atau 16 serangkaian keputusan politik luar negeri sebagai sasaran analisis.

  Graham Evans dan Jeffrey Newnham. 1998. The Penguin Dictionary of International Relations. 17 Penguin Groups. England Mandelbaum, Michael. (1996) “Foreign Policy as Social Work”. In Foreign Affairs 75, No. 1 18 (January – February 1996).

  Mohtar Mas’oed. Opcit.

  Ada dua faktor penting dalam proses pengambilan keputusan

  

  a. Pengaruh eksternal/internasional: Kebijakan luar negeri yang merupakan aktivitas-aktivitas yang melebihi batas negara dan struktur pilihan-pilihan yang memengaruhi secara resmi, contoh: geopolitik, karakter negara lain, serta perubahan posisi negara dalam hirarki kekuatan dan martabat internasional.

  :

  b. Pengaruh internal/domestik: Pengaruh-pengaruh yang eksis pada level negara, bukan sistem internasional, misalnya: kapabilitas militer yang dimiliki oleh suatu negara, pembangunan ekonomi, sistem pemerintahan (perbedaan antara pemerintah yang demokratis dan tidak dalam pengambilan suatu keputusan).

  Sedangkan Perubahan Kebijakan Luar Negeri dapat diartikan sebagai sebuah perubahan sikap suatu negara dalam usaha untuk mencapai kepentingan nasionalnya yang dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor eksternal dan internal dari sebuah negara

  

  Dengan kata lain, perubahan Kebijakan Luar Negeri terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah negara dalam mencapai Kepentingan Nasional.

  19 Ibid 20 David A. Welch. 2005. Painful Choices: A Theory of Foreign Policy Change. Princeton, NJ, Princeton University Press.

  Perubahan Kebijakan Luar Negeri terjadi disebabkan karena keinginan sebuah negara untuk dapat menguasai sistem Internasional yang dapat terus berubah aktor-aktor yang mendominasinya sesuai dengan Teori Long Cycle dan Kondratieff’s Wave. Teori Long Cycle adalah sebuah pola atau susunan dari sebuah aturan dan keadaan politik dunia mengenai transisis atau perubahan yang ditandai dengan keberhasilan untuk memiliki serta menjadi negara dengan

  

  kekuatan besar di dalam sebuah arena Internasional . Fokus utama dari teori ini bukan pada sistem global yang memberikan keseimbangan terhadap kekuatan dari masing-masing negara, namun fokus teori ini terletak pada perubahan pergerakan politik di suatu negara. Adanya benturan di prediksi akan terjadi dalam kurun waktu 100-120 tahun pada sistem dunia yang moderen ini. Terjadinya perubahan serta peralihan kekuasaan di dalam sistem dunia ini menjadi fokus utama bagi

22 Teori Long Cycle ini .

  Gambar 1.1

  Coalition Agenda

  Setting Building

  Execution Macrodecision

  21 George Modelski. Long Cycle in Global Politics. University of Washington. Nd. Vol I.

  

Pp.2[Internet]. Terdapat pad

22 Diakses pada 14 Maret 2012.

  Ibid

  Terjadinya peralihan akan penguasaan di dalam arena global menjadikan negara-negara besar bersikeras untuk mempertahankan kekuatannya di dalam arena global. Kemunculan kekuatan-kekuatan baru dianggap sebagai sebuah ancaman bagi keberlangsungan kekuatan dan pengaruh negara Super Power di arena global. Negara kekuatan baru dianggap mampu untuk menggantikan posisi negara Super Power. Oleh sebab itu, adanya persepsi ancaman membuat negara Super Power akhirnya mengubah kebijakan luar negerinya untuk bergabung di dalam forum dialog dalam organisasi kawasan yang juga menjadi bagian dalam arena global.

  Adapun di dalam Teori Long Cycle juga tidak dapat terlepas dari Kondratieff’s Wave atau K-Wave, yang juga memberikan sebuah gambaran mengenai bagaimana kekuatan sebuah negara dapat tergantikan oleh kekuatan negara lain.Berikut adalah gambar dari K-Wave : Gambar 1.2

  Menurut Nikolas D. Kondratieff, jika dilihat dari data seperti di atas ini, maka dapat diasumsikan bahwa keberadaan Long Cycle yang dihubungkan dengan kondisi ekonomi sebuah negara yang mengalami peningkatan yang selalu dapat berubah-ubah dalam setiap 100-120 tahun sekali sangat mungkin terjadi

   Beberapa scholars seperti Modelski, Thompson, Rostow, Van Duijn,

  Freeman dan Berry memberikan karakteristik terhadap K-Wave, antara lain . Dari data diatas juga diperoleh fase-fase atau tahap di dalam sistem Internasional, antara lain prosperity, recession, depression dan improvement.

  

  1. K-Wave adalah sebuah atribut dari ekonomi dunia dan lebih terlihat pada produksi Internasional daripada data ekonomi indibidu nasional sebuah negara. Hal ini merupakan sebuah karakteristik dari penguasaan ekonomi nasional negaranya (seperti pada abad ke 18 dan 19 yang dikuasai oleh Inggris dan Amerika Serikat), dan penguasaan perdagangan dunia pada produk dan layanan dari sektor unggulan di dalam ekonomi global.

  :

  2. K-Wave lebih menekankan kepada produksi daripada harga, sektor gelombang produksi dan investasi infrastrukstur dalam ekonomi dunia daripada hasil dari makroekonomi nasional.

  3. K-Wave dianggap sebagai sebuah kurva yang naik turun dalam sebuah kegiatan ekonomi. Yang mana hal tersebut terjadi seperti siklus pada 23 Nikolas D. Kondratieff. 1984. The Long Wave Cycle, (tr. Guy Daniels), New York: Richardson and Snyder. Kondratieff’s own basic text. 24 George Modelski. Tt. Kondratieff’s Wave. [Internet]. Terdapat pada Diakses pada 18 Mei 2012.

  setiap penguasaan sektor-sektor unggulan yang kemudian akan mengalami masa kemakmuran, lalu kemunduran dan bahkan dapat terjadi sebuah masa depresi besar yang artinya penguasaan sektor unggulan harus digantikan oleh negara lain yang mampu bertahan di pasaran.

  4. K-Wave muncul dari adanya inovasi-inovasi yang kemudian dikembangkan untuk memulai revolusi teknologi yang kemudian pada saatnya akan menguasai sektor industri dan komersial. Dalam formulasi klasik Schumpeter, inovasi-inovasi yang dilakukan meliputi produk baru, layanan dan metode produksi, pembukaan pasar baru dan sumber bahan baku, danm perintis bentuk-bentuk baru organisasi bisnis.

  5. K-Wave memiliki pusat lokasi produksi sendiri dalam ruang dan waktu. Cotton Wave di Inggris dipusatkan di Manchester.

  6. K-Wave memiliki karakter khusus dan spesialisasi untuk mengubah struktur ekonomi dunia, yaitu mengapa urutan K-Wave menimbulkan transformasi struktural. Hall dan Preston (1988) telah menunjukkan bahwa tiga K-Wave terbaru (telegraf dan listrik, radio dan elektronik, dan komputer dan industri informasi) bersama-sama bisa dipandang sebagai pembawa revolusi informasi.

  Negara-negara yang ingin menguasai sistem Internasional haruslah dapat menguasai sektor-sektor unggulan yang juga dapat diterima oleh pasar. Di dalam K-Wave adanya 4 fase tersebut akan terus mengalami perputaran dalam kurun waktu yang lama. Dalam waktu 50-60 tahun jika telah terjadi perubahan sektor unggulan dan penguasaannya, maka hal tersebut dapat dikatakan perputaran yang cepat, karena jangka waktu yang dibutuhkan menurut Nikolas D. Kondratieff

  

  adalah 100-120 tahun Oleh sebab itu, kemunculan negara-negara yang menguasai sektor-sektor unggulan dapat dianggap sebuah ancaman bagi negara yang telah mendominasi sistem Internasional dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki.

  Ancaman karena adanya kekuatan negara-negara baru yang juga berpotensi menguasai sektor-sektor unggulan kerap terjadi di dalam sistem Internasional. Di dalam studi Hubungan Internasional juga mendefinisikan ancaman sebagai situasi dimana grup atau kelompok memiliki kemampuan untuk

  

  menciptakan atau menimbulkan persepsi negatif pada kelompok lain dapun ancaman menurut MacKuen, Erikson dan Stimson dibagi menjadi dua yaitu

  

  ancaman terhadap individu dan ancaman terhadap kolektif individu dapun ancaman terhadap individu dapat di gambarkan dalam bentuk keamanan fisik, kekayaan pribadi dan pendapatan serta nilai-nilai pribadi dan keyakinan. Sedangkan ancaman terhadap kolektif individu antara lain ancaman dalam bidang militer, ancaman ekonomi dan ancaman budaya. Namun ada contoh menarik mengenai persepsi ancaman tersebut yaitu pekerja tekstil di Amerika Serikat

  25 Ibid

  26 James W.Davis. 2000. Threats and promises: The pursuit of international influence. Baltimore, 27 MD: Johns Hopkins University Press.

  Michael B. MacKuen., Robert S. Erikson, and James A. Stimson. 1992. Peasants or bankers? The American electorate and the U.S. economy. American Journal of Political Science 86:597- 611. merasa bahwa kebangkitan China merupakan adanya ancaman terhadap Amerika

  

  Menurut David Rousseau persepsi ancaman muncul karena adanya

  

  ketidakseimbangan kekuatan antara satu negara dengan negara lain ekuatan negara-negara dapat diukur dari jumlah penduduk dan luas wilayah, sumber daya yang dimiliki, kemampuan ekonomi, kekuatan militer, stabilitas politik dan

  

  kompetensi dari negara-negara tersebut . Sedangkan kaum realis mengukur kekuatan sebuah negara adalah dari kekuatan militer yang dimiliki oleh negara tersebut yang digunakan untuk mempengaruhi negara lain. Namun ternyata pandangan realis mengenai ukuran kekuatan suatu negara juga terbagi menjadi dua yaitu ukuran dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek realis mengukur kekuatan suatu negara dengan mengkhawatirkan aspek militer negara tersebut, sedangkan dalam jangka panjang realis mengkhawatirkan mengenai kekuatan ekonomi dan besarnya teritori atau wilayah dari negara

  

  Selain itu, Simpson dan Yinger memberikan gambaran mengenai kondisi

  

  politik dan ekonomi yang dapat menimbulkan persepsi ancaman . Ketika 28 pendistribusian kekuasaan tidak merata di antara negara-negara di dunia, maka 29 Ibid.

  David L Rousseau. 2002. Motivations for choice: The salience of relative gains in international relations. Journal of Conflict Resolution 46:394-426. 30 Kenneth N Waltz. 1979. Theory of international politics. New York: Random House. 1986. A response to my critics. In Neorealism and its critics, edited by R. O. Keohane, 322-45. New York: 31 Columbia University Press. 32 David L. Rousseau. Opcit. Pp.746.

  Simpson, George, and J. Milton Yinger. 1985. Racial and cultural minorities: An analysis of prejudice and discrimination. 5th ed. New York: Plenum. terjadi sebuah kekhawatiran akan kekuatan tersebut antara negara-negara yang memiliki kekuasaan lebih tinggi dan sebaliknya. Kekhawatiran tersebut terjadi pada kedua belah pihak dari negara-negara tersebut yang mana negara dengan kekuatan yang lebih khawatir akan posisinya yang akan tergeser oleh kekuatan- kekuatan baru yang muncul, sedangkan negara yang lemah khawatir akan nasib negaranya sendiri di tengah kondisi global yang terjadi.

1.4.3 Sintesis Teori

  Dari kerangka pemikiran diatas peneliti dapat menarik sebuah sintesis yaitu sebuah negara yang memiliki kekuatan Super atau Super Power memiliki tujuan serta kepentingan-kepentingan di dalam sistem dunia Internasional, termasuk kepentingan di dalam organisasi regional. Kepentingan tersebut dapat diwujudkan melalui kerjasama-kerjasama yang dijalin oleh negara Super Power di dalam organisasi kawasan. Namun munculnya kekuatan baru di dalam organisasi kawasan mampu membuat negara Super Power merasa keberadaanya terancam. Negara Super Power khawatir akan kehilangan pengaruhnya di dalam organisasi kawasan tersebut. Adanya persepsi ancaman terhadap munculnya kekuatan baru dirasakan oleh negara Super Power karena dianggap dapat menghilangkan pengaruh dari negara Super Power di kawasan tersebut. Oleh sebab itu, sintesis teori diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

  Gambar 1.3 Organisasi SUPER POWER Kawasan/ Forum New Power

  Dialog Agresifitas TUJUAN negara New Power

  KEBIJAKAN LUAR NEGERI Ancaman

  1.5 Hipotesis

  Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis dapat mengambil hipotesis yaitu bergabungnya Amerika Serikat di dalam EAS adalah pertama karena adanya persepsi ancaman dari Negara New Power dan kedua adalah karena kekhawatiran akan kehilangan pengaruh di kawasan Asia Tenggara.

  1.6 Metodologi

1.6.1 Definisi Konseptual dan Operasional

1.6.1.1. Ancaman

  Ancaman adalah situasi dimana grup atau kelompok memiliki kemampuan untuk untuk menciptakan atau menimbulkan persepsi negatif pada kelompok

  

  lain . Di dalam ranah politik, ancaman dapat di definisikan sebagai sebuah usaha yang dilaksanakan secara konsepsional melalui tindak politik dan atau kejahatan yang diperkirakan dapat membahayakan tatanan serta kepentingan negara dan

  

  bangsa . Dalam penelitian ini, penulis melihat bahwa adanya persepsi ancaman dari Amerika Serikat tersebut muncul ketika China, sebagai negara kekuatan baru yang kuat di dalam perekonomian dan militerisasinya, juga bergabung di dalam forum dialog EAS.

  Hubungan antara China dan EAS bermula ketika China juga menjadi salah

  

  satu negara yang ikut dalam mendirikan EAS pada tahun 2005 . Kemunculan dari China dianggap sebagai sebuah ancaman bagi Amerika Serikat, yang mana cepatnya laju pertumbuhan ekonomi di China berdampak pada berubahnya hubungan politik dan ekonomi China di dunia, termasuk Asia Tenggara yang mana merupakan basis dari kepentingan ekonomi, politik dan strategis Amerika

36 Serikat . Sejak terjadi peningkatan pesat pada perekonomiannya, China menjadi

  negara yang berusaha untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah kerjasama dengan negara-negara ASEAN. Kerjasama- kerjasama yang dilakukan dengan negara-negara ASEAN antara lain adalah meningkatkan diplomasi aktif dengan ASEAN, penandatanganan TAC pada tahun

  33 34 James W.Davis. Op.cit Definsi Ancaman. [Internet]. Terdapat pad 35 (diakses pada tanggal 6 Maret 2012).

  Backgrounder:Chronology of China’s standpoints at East Asia Summit. [Internet]. Terdapat pad (Diakses pada 6 36 Maret 2012).

  Bruce Vaughn and Wayne Morrison. CRS Report RL32688. China-South East Asia Relations:

Trend, Issues and Implications for the United States, P.1. 4April 2006. Diakses pada 6 Maret

2012.

  2003, bergabung di dalam EAS dan mendorong dibentuknya ASEAN-China Free

   Trade Area atau kawasan perdagangan bebas antara ASEAN dan China .

  Kedekatan antara negara-negara ASEAN dan China menjadi semakin dalam ketika China bergabung di dalam EAS, yang mana dalam setiap KTT EAS yang diadakan, China selalu memberikan posisi dari negaranya terhadap isu-isu yang dibahas dalam setiap KTT EAS serta memberikan solusi-solusi terhadap isu-

  

  isu tersebut . Oleh sebab itu, Amerika Serikat melihat bahwa China sebagai negara dengan kekuatan baru di kawasan tersebut menjadikan sebuah ancaman bagi kelangsungan pengaruh dan kepentingan di kawasan Asia Tenggara terutama di dalam EAS.

1.6.1.2 Negara Kekuatan Baru / New Power

  Power atau kekuatan merupakan sebuah konsep dasar di dalam studi Hubungan Internasional yang diartikan sebagai kemampuan negara dalam mengontrol atau mempengaruhi suatu negara untuk mengikuti keinginan negara

   lain . Sedangkan baru merupakan kata sifat yang artinya belum pernah ada .

  Dengan kata lain negara kekuatan baru adalah negara-negara yang muncul di abad ke 21, dengan memiliki kekuatan-kekuatan yang besar seperti ekonomi, politik dan militer.

  37 Yong Deng and Thomas Moore, “China Views Globalization: Toward New Great-Power 38 Politics?” The Washington Quarterly, Summer 2004. 39 Backgrounder: Chronologyof China’s standpoints at East Asia Summit. Opcit.

  Martin Griffiths dan Terry O’Callaghan. The International Relations: The Key Consepts. 2002. 40 pp.253 Situs Merriam Webster [Internet]. Dala Diakses pada 25 Maret 2012.

  Di dalam definisi operasional mengenai negara kekuatan baru, maka China merupakan negara yang dianggap memiliki kekuatan baru setelah mengalami peningkatan yang pesat dalam perekonomian serta militerisasinya. Peningkatan perekonomian dan militerisasi dari China dianggap sebagai sebuah ancaman bagi keberlangsungan pengaruh Amerika Serikat sebagai negara Super Power di dalam EAS. Oleh sebab itu, penulis memberikan bukti dari salah satu perwakilan Amerika Serikat bahwa kebangkitan China merupakan ancaman bagi Amerika Serikat pada Bab III.

  1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

  Pengumpulan data didefinisikan sebagai satu proses mendapatkan data

  

  empiris melalui responden dengan menggunakan metode tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi pustaka dalam mengumpulkan data. Melalui metode ini, data-data dalam penelitian didapatkan melalui literatur- literatur berupa buku-buku, buletin cetak, serta sumber-sumber artikel dari internet yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Selain itu, pada penelitian ini penulis juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara dengan salah satu staf yang duduk di Pemerintahan Amerika Serikat yang bekerja untuk Indonesia Desk Office di Washington DC, Amerika Serikat.

  1.6.3 Ruang Lingkup Penelitian