SKRIPSI PENAMBAHAN ATRAKTAN DALAM PAKAN PASTA TERHADAP KONSUMSI PAKAN, RETENSI PROTEIN DAN RETENSI LEMAK PADA BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI

  SKRIPSI PENAMBAHAN ATRAKTAN DALAM PAKAN PASTA TERHADAP KONSUMSI PAKAN, RETENSI PROTEIN DAN RETENSI LEMAK PADA BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI Oleh : AKBAR YUSUF HASYIM RAMADHAN PROBOLINGGO – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014

  SKRIPSI PENAMBAHAN ATRAKTAN DALAM PAKAN PASTA TERHADAP KONSUMSI PAKAN, RETENSI PROTEIN DAN RETENSI LEMAK PADA BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI Oleh : AKBAR YUSUF HASYIM RAMADHAN NIM. 141011106

  Menyetujui, Komisi Pembimbing

  Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua Muhammad Arief, Ir., M.Kes. Boedi S. Rahardja, Ir., MP.

  NIP. 19600823 198601 1 001 NIP. 19580117 198601 1 001

  SKRIPSI PENAMBAHAN ATRAKTAN DALAM PAKAN PASTA TERHADAP KONSUMSI PAKAN, RETENSI PROTEIN DAN RETENSI LEMAK PADA BELUT (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI Oleh : AKBAR YUSUF HASYIM RAMADHAN NIM. 141011106

  Telah diujikan pada Tanggal : 17 Juli 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Agustono, Ir., M.Kes.

  Anggota : Dr. Woro Hastuti Satyantini, Ir., M.Si.

  Prayogo, S.Pi., M.P. Muhammad Arief, Ir., M.Kes.

  Boedi S Rahardja, Ir., MP.

  Surabaya, 18 Juli 2014 Fakultas Perikanan dan Kelautan

  Universitas Airlangga Dekan,

  Prof. Dr. Hj. Sri Subekti,drh.DEA NIP. 19520517 197803 2 001

  RINGKASAN AKBAR YUSUF H. R. Penambahan Atraktan dalam Pakan Pasta terhadap Konsumsi Pakan, Retensi Protein dan Retensi Lemak pada Belut Sawah (Monopterus albus) yang Dipelihara dengan Sistem Resirkulasi. Dosen Pembimbing Muhammad Arief, Ir., M.Kes. dan Boedi S. Rahardja, Ir., MP.

  Belut sawah (Monopterus albus) merupakan ikan dari Family Synbranchoidae yang permintaannya meningkat setiap tahun (Dirjen PPHP, 2010). Selama ini budidaya belut sawah dilakukan dengan memanfaatkan lumpur sebagai media budidaya. Pada budidaya belut sawah dengan menggunakan lumpur, sintasan atau kelangsungan hidup serta pertumbuhan belut sawah sulit untuk diukur, karena itu digunakan wadah akuarium dengan sistem resirkulasi untuk mengatasi masalah tersebut.

  Pada budidaya belut sawah pakan yang diberikan berupa cacing tanah maupun pasta. Harga cacing yang mahal membuat proses budidaya berjalan tidak efektif, sedangkan penggunaan pasta tidak efektif karena pakan tidak habis dimakan oleh belut sawah, oleh karena itu pakan pasta perlu ditambahkan bahan atraktan yang dapat berfungsi sebagai zat perangsang (stimulus) untuk meningkatkan konsumsi pakan belut terhadap pakan pasta. Pakan merupakan sumber energi bagi ikan. Penggunaan energi pada ikan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Evaluasi pemanfaatan energi pakan dapat diketahui dari perhitungan retensi protein dan retensi lemak.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penambahan atraktan pada pasta terhadap peningkatan konsumsi pakan, retensi protein dan lemak belut sawah (M. albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi. Penelitian dilakukan di Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya pada bulan April hingga Mei 2014. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Data hasil penelitian akan dianalisis menggunakan ANOVA. Apabila menunjukkan adanya perbedaan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

  Hasil analisis varian (ANOVA) menunjukkan bahwa hasil perlakuan D (79,44 gr), B (79,26) dan C (78,98) memberikan konsumsi pakan tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan A (77,12) (p<0,05). Pada hasil retensi protein menunjukkan bahwa hasil tertinggi adalah perlakuan C (7,92), D (7,75) dan B (7,23) yang berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan A (4,48). Hasil retensi lemak menunjukkan perlakuan D (13,38) merupakan perlakuan dengan nilai rata- rata retensi lemak tertinggi yang tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan, A (13,00), B (13,33) dan C (13,30) (p>0,05).

  SUMMARY AKBAR YUSUF H. R. Addition of Attractant in Pasta Feed Against Feed Consumption, Protein Retention and Fat Retention of Asian Swamp Eel (Monopterus albus) Cultured Using Recirculation System. Academic Advisor Muhammad Arief, Ir., M.Kes. and Boedi S. Rahardja, Ir., MP.

  Asian swamp eel (Monopterus albus) is one of Synbranchoidae Family that increased on its demand every year (Dirjen PPHP, 2010). Up till now asian swamp eel is cultured using mud as its culture medium. On this medium, asian swamp eel survival rate and growth rate are hard to measured, therefore aquarium with recirculation system is used to settle the problem.

  Worm or pasta feed are the main feed for asian swamp eel culture. The expensive price for worm made culture wasn’t effective, and using of pasta feed wasn’t effective because it wasn’t eaten by the asian swamp eel, therefore pasta feed needed an attractant that function as a stimuli to increased feed consumption of asian swamp eel. Feed is an energy source for fish. Energy using on fish is influenced by the amount of consumption of feed. Evaluation of feed energy utilization can be known by using protein and fat retention.

  The purpose of this research was to find out addition of attractant in pasta feed against feed consumption, protein retention and fat retention of asian swamp eel (M. albus) cultured using recirculation system. The research was conducted in Faculty of Fisheries and Marine, Airlangga University, Surabaya in April - Mei 2014. Research design used Completely Randomized Design with 4 treatments and 5 replications. Data was analyzed using ANOVA. If it shows a difference than Duncan’s Multiple Range Test is used.

  Result of analysis of variance (ANOVA) showed that treatment D (79.44 gr), B (79.26) and C (78.98) gave the best feed consumption that significantly different (p<0.05) with treatment A (77.12) (p<0.05). At the retention of protein showed that the best result are treatment C (7.92), D (7.75) and B (7.23) that significantly different (p<0.05) with treatment A (4,48). At the retention of fat the best result is treatment D (13.38) that significantly not different with all treatment, A (13.00), B (13.33) dan C (13.30) (p>0.05).

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul Penambahan Atraktan dalam Pakan Pasta terhadap Konsumsi Pakan, Retensi Protein dan Retensi Lemak pada Belut Sawah (Monopterus albus) yang Dipelihara dengan Sistem Resirkulasi dapat terselesaikan.

  Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.

  Surabaya, Juli 2014 Penulis

  Ucapan Terima Kasih

  Penulis ucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

  1. Ibu Prof. Dr. Drh. Hj. Sri Subekti B. S., DEA, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  2. Bapak H. Muhammad Arief, Ir., M.Kes., dosen pembimbing pertama dan Bapak Boedi S. Rahardja, Ir., MP., dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sejak penyusunan usulan hingga selesainya skripsi.

  3. Bapak Agustono, Ir., M.Kes., Bapak Prayogo, S.Pi., MP., dan Ibu Dr. Woro Hastuti Satyantini, Ir., M.Si. , dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan masukan dan saran atas perbaikan laporan skripsi.

  4. Bapak Yudi Cahyoko, Ir., M.Si. dan Bapak Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., dosen wali yang telah membimbing dan memberikan nasehat kepada penulis sejak menjadi mahasiswa.

  5. Bapak/ Ibu dosen dan staf di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  6. Keluarga besar tercinta yang telah memberikan dukungan yang tak terhingga.

  7. Teman-teman satu tim Reza Septian, Rahmat Santoso, Fransiska Agustin dan Ully Tri yang telah berjuang bersama dalam penelitian.

  8. Teman-teman Piranha 2010 yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  9. Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  DAFTAR ISI

  Halaman RINGKASAN ....................................................................................... iv SUMMARY ......................................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................... vi UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. vii DAFTAR ISI ......................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii

  I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................

  3 1.3 Tujuan ....................................................................................

  3 1.4 Manfaat ..................................................................................

  3 II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Biologi Belut Sawah (M. albus) .............................................. 5

  2.2 Kebutuhan Nutrien Belut Sawah ............................................. 6 2.2.1 Protein ............................................................................

  6 2.2.2 Lemak ............................................................................

  7 2.2.3 Karbohidrat ....................................................................

  8 2.2.4 Vitamin dan Mineral .......................................................

  8 2.3 Pakan Belut Sawah .................................................................

  9 2.4 Atraktan .................................................................................

  10 2.4.1 Minyak Cumi ..................................................................

  11 2.4.2 Minyak Ikan ...................................................................

  11 2.4.3 Minyak Belut ..................................................................

  12 2.5 Konsumsi Pakan ....................................................................

  12 2.6 Retensi Protein .......................................................................

  13 2.7 Retensi Lemak .......................................................................

  14

  2.8 Sistem Resirkulasi ..................................................................

  15 2.9 Kualitas Air ............................................................................

  16 2.9.1 Suhu ...............................................................................

  16 2.9.2 pH ..................................................................................

  16 2.9.3 Oksigen Terlarut (DO) ....................................................

  17 2.9.4 Amoniak .........................................................................

  17 III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual .............................................................

  18 3.2 Hipotesis ................................................................................

  20 IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat .................................................................

  22 4.2 Materi Penelitian ...................................................................

  22 4.2.1 Alat Penelitian ................................................................

  22 4.2.2 Bahan Penelitian .............................................................

  22 4.3 Metode dan Rancangan Penelitian ..........................................

  23

  4.3.1 Metode Penelitian ........................................................... 23 4.2.3 Rancangan Penelitian ......................................................

  23 4.4 Prosedur Kerja .......................................................................

  24 4.4.1 Persiapan Alat ................................................................

  24 4.4.2 Persiapan Bahan .............................................................

  25 4.4.3 Pelaksanaan ....................................................................

  27 4.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................

  28 4.6 Analisis Data ..........................................................................

  30 V HASIL DAN PEMBAHASAN

  5.1 Hasil ....................................................................................... 31 5.1.1 Konsumsi Pakan ...............................................................

  31 5.1.2 Retensi Protein .................................................................

  32 5.1.3 Retensi Lemak ...................................................................

  34 5.1.4 Kualitas Air ......................................................................

  35

  5.2 Pembahasan ............................................................................

  35 5.2.1 Konsumsi Pakan ................................................................

  35 5.2.2 Retensi Protein ..................................................................

  38 5.2.3 Retensi Lemak ..................................................................

  39 5.2.4 Kualitas Air ......................................................................

  40 VI SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................

  42 5.2 Saran ......................................................................................

  42 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

  43 LAMPIRAN .........................................................................................

  47

  DAFTAR TABEL

  Tabel Halaman 1. Denah pengacakan pada penelitian .....................................................

  24 2. Kandungan nutrisi bahan pakan .........................................................

  25 3. Komposisi pakan antar perlakuan ......................................................

  26 4. Jadwal pelaksanaan penelitian ...........................................................

  30

  5. Konsumsi pakan rata-rata belut sawah (Monopterus albus ) pada perlakuan selama pemeliharaan 35 hari ...........................

  31

  6. Retensi protein rata-rata belut sawah (Monopterus albus ) pada perlakuan selama pemeliharaan 35 hari ...........................

  33

  7. Retensi lemak rata-rata belut sawah (Monopterus albus ) pada perlakuan selama pemeliharaan 35 hari ...........................

  35

  8. Nilai kisaran kualitas air selama penelitian belut sawah (Monopterus albus) selama pemeliharaan 35 hari .....................

  36

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar Halaman 1. Gambar 1. Belut sawah (Monopterus albus) ...........................................

  5 2. Gambar 2. Kerangka konseptual penelitian .............................................

  20 3. Gambar 3. Diagram alir penelitian ..........................................................

  28

  DAFTAR LAMPIRAN

  54 8. Hasil Analisis SPSS Retensi Protein Transformasi Akar Y ...........

  62 16. Hasil Analsisi Pakan ...................................................................

  61 15. Hasil Analisis Belut Akhir ..........................................................

  60 14. Hasil Analisis Belut Awal ...........................................................

  59 13. Alat dan Bahan Penelitian ...........................................................

  58 12. Perhitungan Retensi Lemak Belut Sawah ....................................

  57 11. Perhitungan Retensi Protein Belut Sawah ...................................

  56 10. Perhitungan Tingkat Konsumsi Belut Sawah ..............................

  55 9. Hasil Analisis SPSS Retensi Lemak Transformasi Akar Y ............

  53 7. Hasil Analisis SPSS Tingkat Konsumsi ........................................

  Lampiran Halaman 1. Perhitungan Pakan Uji ..................................................................

  6. Data Retensi Protein dan Lemak Belut Sawah serta Transformasinya ...................................................................

  52

  5. Data Jumlah Protein dan Lemak Pakan yang Dikonsumsi Belut Sawah ...............................................................

  51

  50 4. Data Berat, Jumlah Protein dan Lemak Tubuh Belut Sawah ..........

  3. Hasil Analisis Proksimat Awal dan Akhir Penelitian Belut Sawah ...................................................................................

  49

  47 2. Data Tingkat Konsumsi Belut Sawah ............................................

  64

  I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

  Belut sawah (Monopterus albus) merupakan ikan dari Family Synbranchoidae yang dapat ditemukan di Cina, India, Malaysia dan Indonesia (Tan and He, 2007). Pengembangan budidaya belut sawah secara intensif di Indonesia belum banyak dilakukan, padahal permintaan belut sawah terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2007 volume ekspor belut sawah mencapai 2.189 ton sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 2.676 ton dan pada tahun 2009 menjadi 4.744 ton (Dirjen PPHP, 2010).

  Pada lingkungan alami, belut sawah hidup di dalam lumpur dan membuat sebuah lubang pada pematang sawah atau pinggir sungai (Sunarma dkk., 2009).

  Selama ini budidaya belut sawah dilakukan dengan memanfaatkan lumpur sebagai media budidaya. Pada budidaya belut sawah dengan menggunakan lumpur, sintasan atau kelangsungan hidup serta pertumbuhan belut sawah sulit untuk diukur, karena itu perlu adanya media lain yang dapat digunakan untuk budidaya belut sawah (Sunarma dkk., 2009).

  Menurut Sunarma dkk. (2009) belut sawah dapat dibudidayakan pada media air menggunakan wadah happa maupun akuarium dengan padat tebar lebih banyak dibandingkan media lumpur. Pada budidaya menggunakan media air perlu memperhatikan kualitas air dan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi. Kualitas air harus tetap dijaga dengan melakukan manajemen kualitas air, sedangkan pemberian pakan yang sesuai diperlukan untuk menjaga pertumbuhan optimum serta kelangsungan hidup belut sawah.

  Hal lain yang mempengaruhi kehidupan belut selain habitat adalah pakan. Pada budidaya belut sawah pakan yang diberikan berupa cacing tanah maupun pasta sebanyak 5% dari biomas. Harga cacing yang mahal membuat proses budidaya membutuhkan biaya yang besar, sedangkan penggunaan pasta tidak efisien karena pakan tidak habis dimakan oleh belut sawah. Pakan pasta perlu ditambahkan bahan atraktan yang dapat berfungsi sebagai zat perangsang (stimulus) untuk meningkatkan konsumsi pakan belut terhadap pakan pasta.

  Peningkatan konsumsi pakan biasanya dilakukan dengan menyemprot pasta menggunakan larutan minyak, cairan ikan yang kental, atau jaringan ikan yang telah dihaluskan (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

  Pakan merupakan sumber energi bagi ikan. Penggunaan energi pada ikan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Energi diperoleh dari perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi oksidasi sehingga dapat diserap oleh tubuh untuk digunakan atau disimpan (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

  Evaluasi pemanfaatan energi pakan dapat diketahui dari perhitungan retensi protein dan retensi lemak. Buwono (2000) menyatakan bahwa retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap atau dimanfaatkan untuk membangun maupun memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari-hari. Retensi lemak menggambarkan kemampuan ikan dalam menyimpan dan memanfaatkan lemak pakan (Haryati dkk., 2007)

  Penggunaan atraktan dalam pakan pasta belut sawah diharapkan dapat mempercepat waktu konsumsi pakan untuk meningkatkan asupan nutrisi pakan pada belut sawah, khususnya penyerapan protein dan lemak, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan belut sawah. Pada penelitian Yudiarto (2012) penambahan atraktan berpengaruh positif terhadap retensi lemak pada ikan sidat, sedangkan pada penelitian Halimatusadiah (2009) penambahan atraktan berpengaruh positif terhadap retensi protein pada ikan kerapu bebek .

  1.3 Rumusan Masalah

  1. Apakah penggunaan atraktan dapat meningkatkan konsumsi pakan pada belut sawah (M. albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi?

  2. Apakah penggunaan atraktan dapat meningkatkan retensi protein pada belut sawah (M. albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi?

  3. Apakah penggunaan atraktan dapat meningkatkan retensi lemak pada belut sawah (M. albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi?

  1.4 Tujuan

  1. Mengetahui penggunaan atraktan terhadap peningkatan konsumsi pakan pada belut sawah (M. albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi.

  2. Mengetahui penggunaan atraktan terhadap peningkatan retensi protein pada belut sawah (M. albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi.

  3. Mengetahui penggunaan atraktan terhadap peningkatan retensi lemak pada belut sawah (M. albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi.

  1.5 Manfaat

  Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan atraktan terhadap peningkatan konsumsi pakan, retensi protein dan retensi lemak pada belut sawah (M. albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi. Informasi ini nantinya bisa digunakan oleh masyarakat luas untuk pedoman dalam usaha budidaya belut sawah. Diharapkan hasil penelitian ini mampu diaplikasi oleh pembudidaya belut sawah dalam penggunaan atraktan dalam pakan yang nantinya akan berpengaruh terhadap konsumsi pakan, peningkatan retensi protein maupun lemak belut sawah (M. albus).

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Belut Sawah (M. albus)

  Klasifikasi belut sawah menurut Saanin (1968) adalah sebagai berikut : Filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleostei Ordo : Synbranchoidea Famili : Synbranchoidae Genus : Monopterus Spesies : Monopterus albus

  Belut sawah memiliki bentuk tubuh silindris memanjang dan tidak bersisik (Gambar 1.). Kulit berwarna kecoklatan, mulut dilengkapi dengan gigi runcing kecil berbentuk kerucut dengan bibir berupa lipatan kulit yang lebar (Astiana, 2012).

  Pada lingkungan alami, belut sawah hidup di dalam lumpur dan membuat sebuah lubang pada pematang sawah atau pinggir sungai (Sunarma dkk., 2009), selain itu belut sawah juga hidup di perairan dangkal dan berlumpur, kanal, serta danau dengan kedalaman kurang dari 3 meter (Astiana, 2012). Belut sawah merupakan kelompok air breathing fishes, yaitu ikan yang memiliki kemampuan

  Gambar 1. Belut sawah (Monopterus albus) (http://nas.er.usgs.gov/fishes/accounts/synbranc/mo_albus.html) untuk mengambil oksigen langsung dari atmosfer sehingga dapat bertahan lama pada kondisi air yang terbatas (Tay et al., 2003). Belut sawah diketahui memiliki alat pernapasan tambahan berupa kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulut (Sarwono, 2003) dan juga memiliki toleransi yang tinggi terhadap temperatur (Nico and Fuller, 2009) serta mampu melewati tanah basah untuk berpindah tempat (Hill and Watson, 2007). Belut sawah beraktivitas pada malam

  hari (nocturnal) dan cenderung bersembunyi di lubang atau di celah-celah tanah liat.

2.2 Kebutuhan Nutrien Belut sawah

  Pertumbuhan belut sawah sangat dipengaruhi oleh pakan yang berkaitan erat dengan kebiasaan makan dan jenis pakan yang diberikan. Pemberian pakan diatur sesuai dengan sifat hewan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi.

  Belut sawah merupakan hewan karnivor yang memakan jasad renik ketika masih benih dan memakan larva serangga, cacing, siput, berudu, maupun benih ikan lain (Wirosaputro, 1978). Prok (2000) melaporkan bahwa belut sawah yang berukuran satu meter atau lebih merupakan predator dan pemakan hewan akuatik kecil termasuk ikan dan avertebrata.

2.2.1 Protein

  Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur

  C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak maupun karbohidrat. Protein juga merupakan sumber energi yang utama bagi ikan (Gusrina, 2008) dan merupakan zat makanan yang sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh (Cowey and Sargent, 1972).

  Kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suhu dan kualitas air perairan, serta ukuran dan jenis ikan (Halver et al., 1973).

  Pakan untuk belut sawah membutuhkan kandungan protein yang cukup tinggi, menurut Yang et al. (2000) protein merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan belut sawah dengan nilai optimum 35,7 %. Protein merupakan zat makanan yang sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh yang rusak serta penambahan protein tubuh dalam pertumbuhan (Cowey and Sargent, 1972). Halver et al. (1973) menyatakan bahwa protein merupakan bagian terbesar dari daging ikan, oleh karena itu dalam menentukan kebutuhan nutrisi ikan kebutuhan protein perlu dipenuhi terlebih dahulu.

2.2.2 Lemak

  Lemak memberikan energi lebih besar daripada protein dan karbohidrat (Surakhman, 2004). Ikan mensintesa lemak untuk menghasilkan energi (Halver et

  al. , 1973), memelihara bentuk dan fungsi membran (fosfolipid) serta sebagai

  cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama periode yang penuh aktivitas atau selama periode tanpa makanan (Zonneveld et al., 1991).

  Lemak dalam proses metabolisme berkaitan dengan aktifitas protein, karena apabila energi yang berasal dari lemak dan karbohidrat kurang, maka unsur C (karbon) yang ada pada protein akan difungsikan sebagai sumber energi

  (Buwono, 2000). Kebutuhan belut sawah terhadap lemak cukup sedikit yaitu sebesar 3-4 % (Yang et al., 2000).

  2.2.3 Karbohidrat

  Kebutuhan karbohidrat berkaitan dengan aktivitas protein, karena apabila terjadi kekurangan karbohidrat dalam ransum pakan, protein akan dapat diubah menjadi energi (Buwono, 2000). Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi yang penting untuk ikan. Karbohidrat dapat berperan sebagai pemicu berbagai metabolisme internal yang produknya dibutuhkan untuk pertumbuhan, misalnya asam amino non esensial dan asam nukleat (Yudiarto, 2012). Karbohidrat di dalam tubuh disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen sebagai cadangan makanan (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

  Kombinasi penggunaan karbohidrat dan lemak dapat mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi yang dikenal dengan istilah protein

  sparing effect (Yudiarto, 2012). Kebutuhan belut sawah akan karbohidrat yaitu sebesar 24-33 % (Yang et al., 2000).

  2.2.4 Vitamin dan Mineral

  Vitamin dan mineral merupakan komponen mikro-nutrien yang tidak memiliki energi sebagaimana makro-nutrien. Vitamin dan mineral merupakan komponen yang terlibat dalam berbagai aktivitas enzimatik dan hormonal yang terjadi di dalam tubuh, sehinga kebutuhannya mutlak diperlukan.

  Kekurangan atau kelebihan akan vitamin dan mineral dapat berdampak pada terganggunya aktivitas bio-fisiologis seperti nafsu makan hilang hingga penurunan pertumbuhan, penyimpangan bentuk tulang, munculnya berbagai jenis penyakit nutrisional dan bahkan kematian (Subandiyono, 2009). Kebutuhan belut sawah terhadap Vitamin A 14.000 IU/kg, Vitamin C 2.200 mg/kg, Vitamin D

  3

  5.000 IU/kg dan Vitamin E 120 mg/kg (Tan and He, 2007), sedangkan kebutuhan akan mineral sebesar 3% (Yang et al., 2000).

2.3 Pakan Belut Sawah

  Protein, lemak dan karbohidrat merupakan zat gizi dalam pakan yang berfungsi sebagai sumber energi tubuh. Dalam tubuh ikan, energi berasal dari pakan dipergunakan dalam kegiatan pemeliharaan hidupnya, yaitu untuk tumbuh, berkembang, dan bereproduksi (Buwono, 2000). Karbohidrat merupakan sumber energi yang relatif murah. Menurut Buwono (2000), kebutuhan karbohidrat berkaitan dengan aktivitas protein. Protein merupakan nutrien yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Kandungan protein yang optimal di dalam pakan akan menghasilkan pertumbuhan yang maksimal bagi ikan yang mengkonsumsinya. Ikan menggunakan protein secara efisien sebagai sumber energi, selain itu protein yang diserap oleh ikan akan digunakan untuk pertumbuhan. Lemak pada pakan mempunyai peranan penting bagi ikan, karena berfungsi untuk memelihara bentuk dan fungsi membran (fosfolipid) serta sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama periode yang penuh aktivitas atau selama periode tanpa makanan (Zonneveld et al., 1991).

  Belut sawah merupakan jenis ikan karnivora yang membutuhkan protein cukup tinggi dalam pakannya. Belut sawah di habitat alaminya memakan jasad renik berupa zooplankton dan zoobenthos pada saat masih berukuran benih, sedangkan bila berukuran dewasa belut sawah akan memakan larva serangga, cacing, siput, berudu maupun benih ikan lain (Wirosaputro, 1978). Pada kegiatan budidaya belut sawah diberikan pakan berupa cacing tanah maupun pasta sebanyak 5% dari biomas belut sawah. Pasta merupakan pakan yang memiliki tekstur lunak serta sebelum diberikan perlu ditambahkan air terlebih dahulu. Afrianto dan Liviawaty (2005) menyatakan bahwa pakan berbentuk pasta memiliki kelemahan yaitu sering mengendap di dasar kolam sehingga tidak termakan.

2.4 Atraktan

  Pengambilan makanan pada ikan dipengaruhi oleh bahan kimia yang terdifusi dari makanan ke dalam air dan merangsang sel kemosensori ikan.

  Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh campuran bahan kimia yang terdapat dalam pakan sehingga sel-sel kemosensori pada ikan harus dirangsang agar menimbulkan respon terhadap pakan (Halimatusadiah, 2009).

  Atraktan merupakan suatu bahan aroma yang ditambahkan selama proses pembuatan pakan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Penggunaan bahan atraktan yang tepat dalam pakan dapat meningkatkan penyerapan makanan secara cepat, mengurangi waktu pencampuran nutrisi pakan dengan air saat pakan berada dalam air, dan pada saat yang sama memberikan nutrisi tambahan untuk protein dan metabolisme energi (Polat and Beklevik, 1999).

  Priyono (2009) menyatakan bahwa penggunaan atraktan dalam pakan sebaiknya tidak lebih dari 10% sehingga pakan tidak mudah tengik. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai atraktan adalah larutan minyak, cairan ikan yang kental, atau jaringan ikan yang telah dihaluskan (Afrianto dan Liviawaty, 2005), betaine (Polat dan Beklevik, 1999), daun kemangi (El-Dakar, et al., 2008), serta dimethyl-

  β-propiothetin (Nakajima, et al., 1988). Penambahan atraktan pada pakan dilakukan untuk merangsang ikan mendekati dan mengkonsumsi pakan yang diberikan (Afrianto dan Liviawaty,

  2005). Tingkat penerimaan ikan dapat diindikasikan dengan banyaknya pakan yang dikonsumsi. Penambahan atraktan dengan jenis dan jumlah yang tepat akan meningkatkan konsumsi pakan yang berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

  2.4.1 Minyak Cumi

  Minyak cumi merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sebagai atraktan pada pakan ikan. Minyak cumi juga memiliki kandungan asam lemak EPA 13,4%-17,4% dan DHA 12,8%-15,6% (Watanabe, 1998). Cumi-cumi mempunyai prosentase relatif kandungan asam lemak n-3 yang cukup besar, yaitu sebesar 41 % (Wahyudin, 2005). Hal ini disebabkan karena cumi-cumi merupakan kelas moluska dengan kandungan lemak yang cukup tinggi dan kebanyakan lipidnya berupa fosfolipid (Herlijoso, 1994 dalam Wahyudin, 2005). Kandungan asam lemak tak jenuh dalam daging cumi-cumi yang paling bermanfaat adalah asam lemak n-3 (Marlina, 1998 dalam Wahyudin, 2005).

  2.4.2 Minyak Ikan

  Minyak ikan biasanya merupakan limbah pada pengolahan ikan, meskipun pada minyak ikan masih mengandung asam lemak tak jenuh ganda omega 3 yang sangat tinggi (Rusmana, dkk, 2010). Minyak ikan juga mengandung EPA dan DHA sebanyak 58,418 mg/gr yang berfungsi mencegah penyumbatan pembuluh darah, precursor pembentukan tromboksan serta meningkatkan jumlah oksigen dalam darah (Rusmana, 2008).

2.4.3 Minyak Belut

  Kandungan lemak pada belut cukup tinggi, yaitu mencapai 27 gram per 100 gram bahan (Surwono, 2003). Kandungan minyak belut pada fillet jaringan antara 0,50–1,06% tiap 100 gram dan pada jaringan kepala 0,40–0,78% tiap 100 gram. Asam lemak utama dalam minyak belut adalah palmitat, oleat, arakidonat dan dokosaheksaenoat. Secara keseluruhan minyak belut memiliki persentase asam arakidonat sebesar 10,17 persen dan DHA 7,16 % (Razak et al, 2001).

2.5 Konsumsi Pakan

  Konsumsi pakan berkaitan erat dengan kebiasaan makan dan jenis pakan yang diberikan. Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh campuran bahan kimia yang terdapat dalam pakan sehingga sel-sel kemosensori pada ikan harus dirangsang agar menimbulkan respon terhadap pakan (Halimatusadiah, 2009).

  Konsumsi pakan juga bervariasi tergantung dari kondisi dari tubuh ikan, seperti stadia maupun umur ikan, serta kondisi lingkungan tempat hidup ikan, yang meliputi pengaruh suhu, pH maupun kadar oksigen. Konsumsi pakan dapat digunakan sebagai parameter tingkat penerimaan ikan terhadap suatu pakan.

  Konsumsi pakan dapat diketahui dengan menghitung jumlah pakan yang dikonsumsi selama masa pemeliharaan ikan (Surakhman, 2004).

2.6 Retensi Protein

  Protein merupakan zat makanan yang sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh (Cowey and Sargent, 1972) dan merupakan sumber asam- asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Protein merupakan sumber energi yang utama bagi ikan (Gusrina, 2008), sementara sumber energi lainnya adalah lemak dan karbohidrat. Protein sebagai pembentuk energi akan menghasilkan 3,5 kkal tiap gram protein (Surakhman, 2004). Mengingat harga protein relatif lebih mahal dibandingkan lemak dan karbohidrat, maka diusahakan agar protein hanya dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan penggantian jaringan yang rusak.

  Kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suhu dan kualitas air perairan, serta ukuran dan jenis ikan (Halver et al., 1973).

  Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari-hari (Afiranto dan Liviawaty, 2005). Retensi protein juga dapat diartikan sebagai banyaknya protein yang disimpan dan dijadikan jaringan tubuh yang baru oleh ikan selama masa pemeliharaan (Samsudin dkk., 2010). Menurut Wilson and Poe (1987), nilai retensi protein selain menggambarkan adanya deposit protein dalam tubuh ikan, juga menggambarkan sparing effect dari lemak dan karbohidrat sebagai penyedia energi untuk aktivitas sehari-hari.

2.7 Retensi Lemak

  Lemak memiliki peran penting di dalam nutrisi ikan. Ikan mensintesa lemak untuk menghasilkan energi (Halver et al., 1973), memelihara bentuk dan fungsi membran (fosfolipid) serta sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama periode yang penuh aktivitas atau selama periode tanpa makanan (Zonneveld et al., 1991). Lemak juga berfungsi sebagai pengangkut vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K (Robinson and Li, 1996). Nilai energi untuk lemak adalah sebesar 8.1 kkal per gram lemak (Surakhman, 2004), sehingga lemak memberikan energi lebih besar daripada protein dan karbohidrat. Bagi ikan karnivora lemak memegang peranan penting sebagai sumber energi dalam pakan.

  Craig and Helfrich (2009) menyatakan bahwa pada umumnya ikan membutuhkan asam lemak dari golongan omega 3 dan 6 (n-3 dan n-6). Ikan air tawar tidak membutuhkan HUFA berantai panjang, tapi hanya membutuhkan asam linolenat, kadarnya berkisar antara 0,5-1,5% dalam pakan kering. Ikan-ikan air tawar mampu mengubah asam linolenat menjadi n-3 HUFA berantai panjang yaitu EPA dan DHA, yang dibutuhkan dalam metabolisme dan sebagai komponen membran sel (Craig and Helfrich, 2002).

  Asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh agar dapat hidup secara baik disebut asam lemak esensial dan jika keberadaannya tidak terpenuhi maka tubuh akan mengalami gangguan. Asam lemak esensial diantaranya adalah asam linoleat, asam linolenat dan asam arachidonat (Surakhman, 2004).

  Retensi lemak menggambarkan kemampuan ikan dalam menyimpan dan memanfaatkan lemak pakan (Haryati dkk., 2007), oleh karena itu komposisi lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh pakan ikan yang mengandung lemak (Gusrina, 2008). Tingginya lemak yang dikonsumsi ikan dan yang tidak digunakan sebagai sumber energi kemudian disimpan sebagai lemak tubuh (Haryati dkk., 2011).

2.8 Sistem Resirkulasi

  Sejauh ini upaya budidaya belut sawah yang sudah dilakukan masih harus menggunakan campuran lumpur dengan bahan organik lainnya sebagai media pemeliharaan belut. Pada teknik budidaya seperti itu, kontrol pertumbuhan dan kelangsungan hidup belut sulit dilakukan karena belut hidup di dalam lumpur sehingga upaya intensifikasi budidaya belut sulit dilakukan sehingga produksi belut relatif sulit diprediksi. Menurut Sunarma dkk. (2009) belut dapat dibudidayakan pada media air menggunakan wadah happa maupun akuarium, namun perlu dijaga agar kualitas airnya tetap optimal bagi kehidupan belut. Belut yang dipelihara dalam media air tidak menunjukkan respon stress berdasarkan indikasi warna tubuh maupun kadar glukosa darah.

  Salah satu cara untuk menjaga kualitas air tetap baik yaitu dengan menggunakan sistem resirkulasi. Sistem resirkulasi merupakan suatu usaha dalam memperbaiki kualitas air agar tetap sesuai untuk kehidupan ikan yang dibudidayakan. Sistem resirkulasi pada budidaya dilakukan dengan cara mendaur ulang dan mengolah air buangan, sebagian (resirkulasi semi tertutup) atau seluruhnya (resirkulasi tertutup), sehingga air tersebut menjadi layak untuk digunakan kembali dalam proses budidaya.

2.9 Kualitas Air

  Air sebagai media tempat hidup ikan sangat berpengaruh pada kehidupan ikan dan pertumbuhan ikan, oleh sebab itu air yang digunakan dalam budidaya harus mempunyai kondisi yang optimal, baik mengenai kualitas maupun kuantitas. Kualitas air diantaranya dipengaruhi oleh, suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan juga kadar amoniak.

2.9.1 Suhu

  Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisme perairan karena dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme yang nantinya berakibat pada pertumbuhan. Suhu air dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari pada perairan, selain itu menurut (Yudiarto, 2012) suhu air dipengaruhi oleh kecepatan reaksi kimia, baik dalam media luar maupun cairan dalam tubuh ikan. Suhu optimal untuk budidaya belut adalah pada 25-34 C (Tay et al., 2003).

  2.9.2 pH

  Nilai pH merupakan indikasi keasaman air karena juga menentukan proses kimiawi dalam air. Setiap jenis ikan memiliki toleransi yang berbeda terhadap nilai pH perairan. Nilai pH optimum pada budidaya belut sawah berkisar antara 7- 8 (Mashuri dkk., 2012). Nilai pH yang melebihi atau kurang dari kisaran optimum dapat menurunkan pertumbuhan, dan pada kondisi ekstrim dapat mengganggu kesehatan ikan.

  2.9.3 Oksigen Terlarut (DO)

  Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan tergantung pada faktor fisika dan biologi. Suhu dan salinitas yang tinggi dapat menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut menjadi rendah. Ikan memerlukan oksigen guna pembakaran nutrisi dalam proses metabolisme tubuh untuk menghasilkan aktivitas biologis maupun fisiologis seperti berenang, pertumbuhan dan reproduksi (Yudiarto, 2012). Kandungan oksigen terlarut yang baik bagi reproduksi maupun pertumbuhan ikan adalah lebih besar dari 4 ppm. Kadar oksigen terlarut optimal pada belut sawah belum diketahui, namun belut sawah diketahui dapat mengambil oksigen langsung dari atmosfer sehingga kadar oksigen terlarut yang rendah dalam perairan masih dapat ditoleransi oleh belut sawah.

  2.9.4 Amoniak

  Kadar amoniak terukur yang dapat menyebabkan kematian adalah lebih dari 1 ppm (1 mg/L) dan nitrit lebih dari 0,1 ppm (0,1 mg/L). Daya racun NH

  3

  akan meningkat bila pH dan kadar CO tinggi dan kadar O rendah (Wardoyo,

  2

  2

  1975 dalam Puspita, 1990). Kadar amoniak maksimal yang dapat ditoleransi oleh belut sawah masih belum diketahui hingga saat ini. Tay et al. (2003) menyatakan bahwa belut sawah mampu mentoleransi kadar amoniak yang relatif lebih tinggi pada taraf selular dan sub-selular dibandingkan dengan ikan teleostei lainnya.

III KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

  Belut sawah (M. albus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang permintaannya terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2007 volume ekspor belut sawah mencapai 2.189 ton sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 2.676 ton dan pada tahun 2009 menjadi 4.744 ton (Dirjen PPHP, 2010).

  Selama ini budidaya belut sawah dilakukan dengan memanfaatkan lumpur sebagai media budidaya. Pada budidaya belut sawah dengan menggunakan lumpur, sintasan atau kelangsungan hidup serta pertumbuhan belut sawah sulit untuk diukur. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya media lain yang lebih efisien untuk budidaya belut sawah.

  Menurut Sunarma dkk. (2009) belut dapat dibudidayakan pada media air menggunakan wadah happa maupun akuarium. Pada budidaya menggunakan media air perlu memperhatikan kualitas air dan pemberian pakan yang sesuai. Kualitas air harus tetap dijaga dengan melakukan manajemen kualitas air, sedangkan pemberian pakan yang sesuai diperlukan untuk menjaga pertumbuhan optimum serta kelangsungan hidup belut sawah.

  Pada budidaya belut sawah pakan yang diberikan berupa cacing tanah maupun pasta sebanyak 5% dari biomass belut sawah. Harga cacing yang mahal membuat proses budidaya membutuhkan biaya yang besar, sedangkan penggunaan pasta tidak efisien karena pakan tidak habis dimakan oleh belut sawah. Guna mengoptimalkan pakan pasta perlu adanya bahan atraktan yang dapat berfungsi sebagai zat perangsang (stimulus) untuk meningkatkan konsumsi pakan belut terhadap pakan pasta. Peningkatan konsumsi pakan biasanya dilakukan dengan menyemprot pasta menggunakan larutan minyak, cairan ikan yang kental, atau jaringan ikan yang telah dihaluskan (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Dokumen yang terkait

PEMBERIAN PAKAN DENGAN KANDUNGAN PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP RASIO KONVERSI PAKAN, RETENSI ENERGI DAN RASIO EFISIENSI ENERGI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

0 6 1

RETENSI PROTEIN DAN RASIO EFISIENSI PROTEIN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) PADA PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

0 3 1

PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG KEONG MAS (Pomaceae canaliculata) PADA PAKAN TERHADAP RASIO KONVERSI PAKAN, RETENSI PROTEIN DAN RASIO EFISIENSI PROTEIN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

0 7 2

TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG AZOLLA (Azolla pinata) DALAM PAKAN TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN RETENSI ENERGI IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp)

0 4 1

PROPORSI PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP KUALITAS PEMPEK IKAN BELUT (Monopterus albus)

0 0 8

INDUKSI MATURASI BELUT SAWAH (Monopterus albus) DENGAN HORMON HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN DAN ANTIDOPAMIN

0 1 12

PENETAPAN KADAR PROTEIN DAN NON PROTEIN NITROGEN PADA BELUT (Monopterus albus) BESERTA HASIL OLAHANNYA

0 0 13

SKRIPSI PENGARUH KOMBINASI CACING TANAH (Lumbricus rubellus) DENGAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI LEMAK DAN ENERGI PADA BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA SECARA SISTEM RESIRKULASI

0 0 80

PENAMBAHAN ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN PASTA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN FEED CONVERTION RATIO BELUT ( Monopterus albus ) DENGAN SISTEM RESIRKULASI Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 77

SKRIPSI PENAMBAHAN ATRAKTAN DALAM PAKAN PASTA TERHADAP KONSUMSI PAKAN, RETENSI PROTEIN DAN RETENSI LEMAK PADA BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI

0 1 77