UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK JARAK TINTIR (Jatropha multifida L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK JARAK TINTIR (Jatropha multifida L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO. SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi Oleh :
Cicilia Maryani NIM : 091434017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK JARAK TINTIR (Jatropha multifida L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO. SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi Oleh :
Cicilia Maryani NIM : 091434017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
H AL AM AN P ER S EM B AH AN
Syukur kepada
Y esus K ristus, Bunda M aria Untuk Limpahan
K asihN ya Y ang T iada H enti, M emberikan K emurahan Bagiku Untuk K esempatan M enyelesaikan K uliah I ni. Dengan Penuh Syukur K upersembahkan Buah Usaha I ni Untuk.... K edua Orang T uaku Adikku Dan Orang T erkasih slalu mendampingi di saat senang dan susah. Sahabatku dan Almamaterku.
MOTTO
Ad Maior em Dei Gl or iam
S eor ang s ahabat menar u h k as i h
s et i ap w ak t u dan menj adi s eor ang s au dar a dal am k es u k ar an. A ms al 17 : 7
“ Be A Leader Not Follow er ”
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas antibakteri dari ekstrak daun dan getah Jarak Tintir (Jatropha multifida) terhadap pertumbuhan S. aureus secara in vitro. Luka yang berdarah dapat menyebabkan infeksi oleh S. Aureus. Daun dan getah Jarak Tintir memiliki potensi sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan luka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun dan getah Jarak Tintir terhadap pertumbuhan S. Aureus dan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Aktivitas antibakteri dilihat dari terbentuknya zona hambat pada perlakuan. Metode yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri yaitu metode Kirby-Bauer. Metode yang digunakan untuk uji MIC adalah metode dilusi padat. Dalam penelitian ini dilakukan tiga kali pengulangan. Konsentrasi ekstrak daun dan getah yang digunakan adalah 5%, 10%, 25%, 50%, dan 100%. Kontrol positif digunakan povidone iodine 10%. Terdapat aktivitas antibakteri pada ekstrak daun dan getah yang ditunjukkan dari terbentuknya zona bening di sekitar paper disc. Diameter zona hambat terkecil pada ekstrak daun adalah konsentrasi 5% diameter 4 mm, sedangkan pada getah 10% diameter 2,33. Diameter terbesar pada ekstrak daun dan getah pada konsentrasi 100% dengan diameter berturut-turut 7,67 mm dan 20,33 mm. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara ekstrak daun dan getah dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Nilai Minimum Inhibitory Concentration tidak didapatkan karena konsentrasi terlalu rendah dan getah tidak tercampur rata dengan media kultur. Nilai Minimum Bactericidal Concentration tidak ditemukan karena aktivitas antibakteri hanya bersifat bakteriostatik atau hanya bersifat menghambat.
Kata-kata kunci : Antibakteri, Jarak Tintir (Jatropha multifida), S. Aureus.
ABSTRACT An antibacterial activity research of extract leaves and saps Tintir
(Jatropha multifida) on Staphylococcus aureus with in vitro was carried out.
Wounds that bleed can make innfection disesase by S. Aureus. The potential of
leave ang saps as a traditional medicine that usually used for heal the wounds.
This research aimed to know about antibacterial activities of leave extract and
saps Jarak Tintir towards growing of S. Aureus and minimun inhibitory
concentration (MIC). Antibacterial activity looks from inbition zone formation.
The method used in this research of activity of antibaceterial is Kirby-Baur
method. The Method that used for MIC is solid dilution method. In this research
conducted three times repetition. The concentration of leaves extract and saps
used in this research ranges from 5%, 10%, 25%, 50%, dan 100%. Positive
control used povidone iodine 10%. The presence of antibacterial activity in the
leaves extract and sap are shown of the clear zone around the paper disc.
Inhibition zone diameter of the smallest in leaves extract is 5% and the diameter
is 4 mm then in the sap is 10% and 2,33mm. The largest diameter in 100% ,
leaves extract 7,67 mm and sap 20,33 mm. Minimum Inhibitory Concentration
value is not obtained because the concentration used is too low and sap is not
blended with the medium culture. Minimum Bactericidal Concentration value is
not founded because the antibacterial activity just have a bacteriostatic or only be
inhibited.Keywords : antibacterial, Jarak Tintir (Jatropha multifida), S. Aureus.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan perlindungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar berkat doa, bimbingan, dorongan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, koreksi, dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi dengan lancar.
2. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Biologi.
3. Dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis.
4. Para dosen Pendidikan Biologi (Bu Nana, Bu Luisa, Pak Kristio, Romo Sunu,Pak Tardhi, Bu Maslichah, Pak Tri) yang dengan sabar dan telaten membimbing dan memberikan banyak pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik dan lancar.
5. Ibu Maria yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian, memberikan dukungan dan saran yang membangun.
6. Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
7. Kepada kedua orang tuaku Bapakku Florentinus Sukarno Sri Hadiwiyono, Mamakku Fransicanes Ngatiyem dan Adikku Yohanes Sigit Laksono.
Terimakasih atas doa dan cinta yang tiada henti, dukungan moril dan materiil sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dan kuliah.
8. Kepada teman-temanku angkatan 2009 yang selalu memberi warna dalam kehidupan sehari-hari dan berbagi pengalaman bersama. Kepada Ruth lana Monika as Mamiku, Riris, Duyung, Wiwik, Indri, Siska, Yuni, Yani, Rere, Bundo, Rambu, Mb Triel, Junot, mb kristin, Ryka Nana, Jarot, Wisnu, Mas Kris, Widi, Leo, Rio, Bang Eran, dan teman lain yang belum bisa disebutkan.
Terimakasih atas diinamika yang telah kita lalui.
9. Mas Vincensius Didin Maman yang selalu memberikan motivasi dan dorongan moril dan materiil. Mas Dwi yang memberikan dukungan moril dan materiil.
10. Terimakasih untuk teman indri dan febri farmasi, Mika, Krista, Ririn (teman satu atap) , terimakasih untuk adik-adikku Nina, Dheni, Natri, Dikta Serta Mas Agus Laboran.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah membantu penulis menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga karya yang jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi banyak masyarakat.
Penulis, Cicilia Maryani
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv HALAMAN MOTTO ............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ................... vii ABSTRAK .............................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................ xi
KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5 C.
Batasan Masalah ................................................................................. 6
D. Tujuan ................................................................................................. 6 E.Manfaat ............................................................................................... 7
F. Hipotesis .............................................................................................. 7BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antibakteri ................................................................................. 8 B. Deskripsi Tanaman Jarak Tintir (Jatropha multifida L.) ........ 10
1. Klasifikasi ............................................................................ 10 2. Morfologi dan Fisiologi ....................................................... 11
3. Habitat ................................................................................. 12 4. Manfaat ............................................................................... 13
5. Kandungan Metabolit Sekunder ........................................ 14
6. Aktivitas Antibakteri .......................................................... 15 C. Deskripsi Staphylococcus aureus ............................................... 16
1. Klasifikasi ............................................................................ 16 2. Morfologi dan Fisiologi ....................................................... 16
3. Habitat ................................................................................. 18
4. Penyakit ............................................................................... 19 D. Kerangka Pemikiran ................................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................................................................... 23 B. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................... 23 C. Definisi Operasional .................................................................. 23 D. Desain Penelitian........................................................................ 24 1. Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri ............................. 24
2. Metode Pengujian MIC (Minimum Inhibitory
a. Pengujian MIC (Minimum Inhibitory Concentration) ... 26 b. Pengujian MBC (Minimum Bactericidal Concentration)26
E. Variabel Penelitian .................................................................... 26
F. Populasi dan Sampel .................................................................. 27 G. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 27
H. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................... 27 I. Langkah-langkah Penelitian ..................................................... 29
1. Tahap Persiapan ................................................................... 29
2. Tahap Pelaksanaan ............................................................... 30 a. Sterilisasi ........................................................................... 30
b. Ekstraksi Daun dan Penyulingan Getah .......................... 30 1) Ekstraksi Daun ............................................................. 30 2) Penyulingan Getah ....................................................... 32
c. Pembuatan Media Kultur Bakteri ................................... 32 3. Tahap Perlakuan ................................................................... 33
a. Pengujian Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi Agar Kirby-Bauer ....................................................................... 33
b. Pengujian MIC atau KHM ............................................... 34
c. Pengujian MBC atau KBM .............................................. 35 J. Analisis Data .............................................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................................................................... 37
2. Ekstrak Daun dan Getah Jarak Tintir (Jatropha multifida L) ................................................................................................ 37
a. Ekstrak Daun Jarak Tintir (Jatropha multifida L)........ 37
b. Getah Jarak Tintir (Jatropha multifida L) ..................... 38 3. Pertumbuhan Staphylococcus aureus ................................... 38
4. Hasil Pengukuran Aktivitas Ekstrak Daun dan Getah Jarak Tintir (JatrophamultifidaL.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus ........................................................... 39
5. Nilai Kadar Hambat Minimal (MIC/Minimum Inhibitory Concetration) ......................................................................... 42
B. Pembahasan ............................................................................... 46 1. Aktivitas Ekstrak Daun (JatrophamultifidaL.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus .................................. 46
2. MIC (Minimum Inhibitory Concentration) Ekstrak Daun..... 49 3. Aktivitas Getah Jarak Tintir (JatrophamultifidaL.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus ................................. 50 4. MIC (Minimum Inhibitory Concentration) Getah ............... 53
C. Kaitan Antara Hasil Penelitian dan Pendidikan........................55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................ 56 B. Saran ........................................................................................ 57 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 58
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan S.aureus ............. 19Tabel 3.1 Daftar Alat Penelitian .................................................................... 27Tabel 3.2 Daftar Bahan Penelitian ................................................................. 30Tabel 3.3 Volume ekstrak daun yang digunakan untuk membuat stok konsentrasi ekstrak ................................................................................................... 31Tabel 3.4 Volume getah yang digunakan untuk membuat stok konsentrasi .... 32Tabel 4.1 Diameter zona hambat bakteri pada ekstrak daun........................... 39Tabel 4.2 Diameter zona hambat bakteri pada getah ...................................... 39Tabel 4.3 Percobaan I HasilPenentuan MIC Ekstrak Daun danGetah Jarak Tintir(JatrophamultifidaL.) pada pertumbuhan Staphylococcus aures ............. 42
Tabel 4.4 Percobaan II Hasil Penentuan MIC Ekstrak Daun dan Getah Jarak Tintir(JatrophamultifidaL.) pada pertumbuhan Staphylococcus aureus ........... 44
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Jarak Tintir ................................................................. 10Gambar 2.2 Daun Jarak Tintir ....................................................................... 11Gambar 2.3 Bunga Jarak Tintir dan Buah Jarak Tintir Masih Muda .............. 12Gambar 2.4 Biji Jarak Tintir yang Sudah Tua ................................................ 12Gambar 2.5 Koloni Staphylococcus aureus ................................................... 17Gambar 2.6 Luka luar yang terbuka .............................................................. 20Gambar 2.7 Impetigo .................................................................................... 20Gambar 2.8 Folikulistis ................................................................................. 21Gambar 2.9 Bisul .......................................................................................... 21Gambar 4.1 Zona bening yang terukur .......................................................... 40Gambar 4.2 Hasil Uji Aktifitas Antibakteri Kiri dengan getah, kanan dengan ekstrak daun setelah inkubasi selama 24 jam .......................................... 40Gambar 4.3 Kontrol Positif, Negatif dan Kontrol Media ............................... 40Gambar 4.4 Media kultur pada uji MIC getah yang sudah dituang dan setelah di inkubasi ................................................................................................. 45Gambar 4.5 Endapan yang terjadi pada media kultur ..................................... 45Gambar 4.6 Media kultur pada uji MIC daun yang sudah dituang dan setelah di inkubasi ................................................................................................. 46DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 Skema Kerja Uji Aktivitas Antibakteri ................................. ..62 Lampiran 2 Skema Kerja Uji MIC ........................................................... ..63 Lampiran 3 Skema Kerja Uji MBC ......................................................... ..64 Lampiran 4 Silabus ................................................................................. ..65 Lampiran 5 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....................... ..68 Lampiran 6 Hasil Data Pengukuran Zona Hambat ................................... ..75 Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ........................................................ ..76 Lampiran 8 Analisis SPSS Pada Ekstrak Daun ........................................ ..78
a. Uji Homogenitas .......................................................................... 78
b. Uji Normalitas ............................................................................. 83
c. Uji Transformasi .......................................................................... 94
d. Uji Non Paranetrik Kruskal-Wallius............................................. 101
e. Uji Regresi Linier ........................................................................ 102 Lampiran 9 Analisis SPSS Pada Getah .................................................... ..104
a. Uji Homogenitas .......................................................................... 104
b. Uji Normalitas ............................................................................. 109
c. Uji Transformasi .......................................................................... 119
d. Uji Non Paranetrik Kruskal-Wallius............................................. 126
e. Uji Regresi Linier ........................................................................ 128
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan yang tidak bisa dihindarkan dari hidup manusia adalah
adanya penyakit. Penyakit bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: melemahnya kekebalan tubuh karena kelelahan, pola makan tidak sehat sehingga virus dapat dengan mudah menginfeksi tubuh manusia, penurunan sifat / gen, atau karena cedera dan terluka. Kemajuan jaman berjalan seiring dengan penemuan berbagai penyakit baru dan semakin resistennya bakteri atau mikrobia patogen lainnya, sehingga masyarakat semakin dituntut untuk bisa menemukan obat-obatan yang mampu mencegah, memberi efek atau menyembuhkan. Upaya pengobatan terhadap penyakit sudah ada dari Jaman dahulu. Masyarakat pada jaman dahulu mencari atau membuat sendiri obat yang mereka perlukan baik dari tumbuhan atau hewan. Pengetahuan tentang bahan obat tersebut mereka wariskan secara turun temurun dan disebarkan dari mulut ke mulut. Dalam catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan tumbuhan telah dikenal masyarakat sejak masa sebelum masehi (Gana, 2008). Tumbuh-tumbuhan menjadi komoditas penting terkait aspek kemampuan menyembuhkan penyakit sehingga banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi berbagai tumbuhan untuk pengobatan.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai keragaman jenis tumbuhan paling besar di dunia. Hal ini tercermin dalam Gana (2008), hutan tropik bermanfaat dilaporkan sebanyak 1306 jenis dari 153 suku sebagai tumbuhan obat. Data ini belum termasuk tumbuhan rendah. Pada saat ini bahan alam terutama tumbuhan obat telah digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat dunia baik di negara berkembang maupun negara maju. Sekitar 80% penduduk negara berkembang masih mengandalkan pengobatan tradisional dan 85% pengobatan tradisional dalam prakteknya menggunakan tumbuh-tumbuhan (Beswika,2009). Jurnal Current Botany dalam currentbotany.org disampaikan bahwa secara historis tanaman telah menyediakan agen anti infeksi dengan senyawa yang sangat efektif dalam memerangi infeksi mikroba. Disampaikan juga bahwa infeksi merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan fitokimia yang berasal dari tanaman berpotensi sebagai bahan pengobatan bagi penyakit menular yang berbahaya. Selanjutnya disampaikan bahwa produk alami, baik dalam bentuk senyawa murni atau ekstrak tanaman, membuka peluang yang tidak terbatas untuk dijadikan obat baru karena ketersediaan kandungan kimia yang beragam.
Salah satu tumbuhan tropis Indonesia yang memiliki khasiat obat adalah Jarak tintir (Jatropha multifida L.), yang dikenal dengan beberapa nama daerah diantaranya jarak tintir (Jawa), jarak gurita (Sunda), balacai batai (Ternate), pohon yodium, Geloah (Gayo). Hariana (2006) menuturkan dalam kajian etnobiologi yang dilakukan di beberapa daerah tanaman perdu ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat luka. Namun banyak pula manfaat lain dari tumbuhan ini seperti mengobati luka bengak, patah tulang, mencegah dan mengobati kerusakan gigi. Khasiat dari Jarak Tintir (Jatropha multifida L.) sebagai obat herba mempunyai daya efektif antimikroba terhadap bakteri patogen Staphyloccocus
aureus dan jamur Candida albicans. Hasil penelitian Isnaini (2011) menyatakan
bahwa konsentrasi minimal ekstrak etanol pohon yodium yang mulai menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli adalah sebesar 1 %, konsentrasi efektif ekstrak etanol pohon yodium. Penghambatan lebih efektif dibandingkan dengan ampisilin 20%.
“Jatropha multifida L. mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit atau infeksi bakteri. Hal ini terkait adanya senyawa
aktif dalam (Jatropha multifida L.) yang bersifat sebagai antimikroba.
Berdasarkan penelitian kandungan senyawa metabolit sekunder (fitokimia)
diketahui bahwa Jarak Tintir mengandun g α-amirin, kampesterol, 7 α-diol,stigmaterol, β-sitosterol, dan HCN. Batangnya mengandung alkaloid, saponin,
flavonoid dan tanin Selain itu (Jatropha multifida L.) juga mempunyai efek
farmakologis diantaranya sebagai anti inflamasi, penghambat pendarahan dan
penurun panas” (Hariana, 2006:138).Kulit merupakan bagian tubuh paling luar dan salah satu indera, yaitu indera peraba. Indera peraba peka terhadap segala sentuhan dan efek jika sesuatu melukai tubuh kita. Selain sebagai indera peraba kulit juga berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan dan organ tubuh dalam. Tanpa kulit badan manusia hanya dibalut oleh otot. Oleh karena itu kulit merupakan mekanisme pertahanan yang utama dalam proses infeksi bakteri. Banyak aktivitas yang menyebabkan bakteri atau mikroba menempel pada kulit. Kulit yang terluka akan lebih rentan mendapatkan perlakuan atau pemberian antibakteri, maka bakteri akan semakin nyaman untuk tumbuh dalam luka tersebut. Orang menganggap bahwa kulit terluka jika sampai berdarah akan serta merta sembuh. Namun kenyataannya tidak selalu begitu. Tubuh memiliki mekanismenya sendiri dalam melindungi setiap organnya. Begitu pula jika kulit terluka, sel darah putih dan plasma darah memfagosit mikroba patogen yang masuk. Namun apabila tubuh tidak dalam keadaan normal atau baik, luka gores atau luka berdarah akan dapat menyebabkan infeksi, hingga kematian. Salah satu bakteri patogen yang ditemukan pada luka adalah bakteri patogen gram-positif Staphylococcus aureus. “Staphylococcus
aureus dapat mengganggu sistem imun pada tubuh manusia karena mengikat
antibodi, menyerang membran sel dan menyebabkan hemolisis, serta leukolisis
yang mematikan sel tubuh manusia. Selain itu penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus adalah infeksi pada kulit seperti bisul, furonkolosis;
infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia, mastitis dan meningitis; dan infeksi
pada saluran urine” (Radji, 2011:184-185). Bakteri yang tergolong resistan
terhadap antibiotik disebut Multi Drug Resistant (MDR), salah satunya adalah
Staphylococcus aureus. Resistensi terhadap antibiotik menyebabkan bahaya besar
bagi manusia karena infeksi yang semula mudah diobati dengan antibiotik kini menjadi sulit atau bahkan tidak dapat lagi diobati dengan antibiotik. Bakteri ini sudah kebal terhadap antibiotik kelas standar seperti penisilin, methicillin, dicloxacillin, nafcillin, oxacillin dan cephalosporins sehingga sulit diobati.
Menjadi fatal kalau bakteri ini mampu memakan daging otot kita. Bahkan jika antibiotik sudah menjadi perhatian global, antibiotik terancam oleh munculnya mikroba resisten. Penting untuk menggali kemampuan senyawa metabolit sekunder untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan mengetahui efek farmakologisnya. Oleh sebab itu penelitian tentang daya hambat aktivitas antibakteri dari ekstrak Jarak Tintir (Jatropha multifida L.) terhadap
Staphylococcus aureus sebagai bakteri patogen pada luka di kulit perlu dilakukan.
Penelitian ini menggunakan getah dan daun dari tanaman Jarak Tintir (Jatropha multifida L.).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka masalah dari penelitian ini dapat dirumuskan: Bagaimana pengaruh ekstrak Jarak tintir (Jatropha multifida L) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ekstrak Jarak tintir (Jatropha multifida L) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ?
2. Apakah konsentrasi ekstrak daun dan getah Jarak tintir (Jatropha multifida
L.) berpengaruh terhadap zona hambat yang dihasilkan pada media kultur?
3. Berapakah nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dan MBC
(Minimum Bactericidal Concentration) dari ekstrak daun dan getah Jarak
tintir (Jatropha multifida L) dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus ?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Ekstrak yang digunakan berasal dari daun yang masih muda, berwarna hijau , dan getah perlu diisolasi sebelum perlakuan.
2. Parameter dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat di sekitar kertas cakram pada media kultur dengan satuan milimeter.
3. Metode yang digunakan untuk melihat aktivitas bakteri adalah metode difusi Kirby-Bauer dengan menggunakan paper disc untuk membantu mengetahui zona hambat yang yang terlihat pada media dengan satuan milimeter (mm).
4. Metode yang digunakan untuk menentukan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration) adalah metode dilusi padat dengan parameter tidak tumbuhnya bakteri atau media kultur setelah di inkubasikan.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak daun dan getah Jarak tintir (Jatropha multifida L.) terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus berdasarkan zona hambat yang didapatkan dari media
kultur, konsentrasi efektif ekstrak daun dan getah Jarak tintir (Jatropha multifida
L.). Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui mana ekstrak daun atau getah
(Jatropha multifida L.) yang memiliki zona hambat paling lebar dan juga
mengukur MIC dari ekstrak daun dan getah Jarak tintir (Jatropha multifida L.) pada proses penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus.
E. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini untuk peneliti adalah menambah ilmu dan wawasan peneliti tentang pengujian pengaruh suatu ekstrak tanaman herba terhadap suatu bakteri patogen, membantu peneliti untuk semakin memahami tentang prosedur uji aktivitas, dan membantu peneliti menyadari akan banyaknya potensi tanaman herba yang masih belum tergali.
2. Bagi Masyarakat
Manfaat dari penelitian ini adalah agar masyarakat dapat menggunakan daun dan getah Jarak Tintir sebagai obat alternatif terhadap luka agar terhindar dari infeksi Staphylococcus aureus dan sebagai dasar pengembangan bahan-bahan obat-obatan antibakteri sebagai alternatif penyembuhan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen Staphylococcus aureus.
F. Hipotesis
Terdapat aktivitas antibakteri dan perbedaan signifikan dari ekstrak daun dan getah Jarak tintir (Jatropha multifida L.) yang bersifat menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus secara in vitro.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antibakteri Menurut Aulia (2013) dalam, antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang
digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang bersifat merugikan manusia. Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pembasmian bakteri adalah germisid, bakterisid, bakteriostatik, antiseptik, desinfektan. “Mekanisme kerja obat antimikroba tidak sepenuhnya dimengerti. Namun
mekanisme aksi ini dapat dikelompokkan dalam empat hal utama:
a. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel
b. Penghambatan terhadap fungsi membran sel
c. Penghambatan terhadap sintesis protein
d. Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat”
( http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/06/10/anti-bakteri-dan-
mekanismenya-372060.html )
Menurut Brooks (2005) dalam Dewi (2010) antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel dan antibakteri yang menghambat sintesis protein serta menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu
Untuk dapat diterima sebagai agen antimikroba, suatu bahan harus bisa menghambat atau menghancurkan patogen tanpa merusak bagian yang disembuhkan. Obat Sulfonide menghambat produksi asam folat (vitamin) pada mereka yang membutuhkan bakteri asam para-aminobenzoic (PABA) untuk bisa mensintesis asam folat. Karena molekul sulfominade mirip dalam bentuk molekul PABA, bakteri mencoba untuk memetabolisme sulfonide untuk menghasilkan asam padat. Tanpa asam folat, bakteri tidak dapat memproduksi protein esensial tertentu dan akan mati. Beberapa mekanisme agen antibakteri membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri (Burton,2004).
Menurut Davis Stout (1971) dalam Priyatmoko (2008:28) , “ketentuan
kekuatan antibiotik-antibakteri sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau
lebih berarti berdaya hambat sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm berdaya
hambat kuat, daerah hambatan 5-10 mm berdaya hambat sedang, dan daerah
hambatan 5 mm atau kurang berdaya hambat lemah” . Faktor yang
mempengaruhi ukuran daerah penghambatan, yaitu sensitivitas organisme, medium kultur, kondisi inkubasi, dan kecepatan difusi agar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi agar, yaitu konsentrasi mikroorganisme, komposisi media, suhu inkubasi, dan waktu inkubasi (Schlegel dan Schmidt 1994 dalam Priyatmoko 2008 ).
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon
6 -8
Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 10 -10 CFU/mL (Hermawan, 2007 dalam Dewi, 2010).
B. Deskripsi Tanaman Jarak Tintir (Jatropha multifida) 1. Klasifikasi
Gambar 2.1 : Tanaman Jarak Tintir (Jatropha multifida L .)(Sumber : http://floridata.com ) Berikut merupakan taksonomi tanaman Jarak tintir : Kingdom : Plantae – Plants Subkingdom : Tracheobionta – Vascular plants Superdivision : Spermatophyta – Seed plants Division : Magnoliophyta – Flowering plants Class : Magnoliopsida – Dicotyledons Subclass : Rosidae Order : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae – Spurge family Genus : Jatropha L. – nettlespurge
2. Morfologi dan Fisiologi
Jarak tintir merupakan tumbuhan tahunan , berbentuk semak, dengan akar tunggang. Tinggi tanaman sekitar 2 meter dengan batang bulat, berkayu, pangkalnya membesar, bergetah, dan tampak jelas bekas menempelnya daun (Suharmiati, 2005). Jarak tintir berdaun tunggal, daunnnya tersebar, panjang daunnya mencapai 15-20 cm, berbentuk bulat, bercangap, pertulangan daunya menjari, ujung daunnya runcing, pangkalnya membulat, tepi daun rata dan daun berwarna hijau.
Gambar 2.2 : Daun Jarak Tintir(Sumber: http://www.trubus-online.co.id/blog/5773-manfaat-jarak-cina.html ) Bunga jarak tinitr merupakan bunga majemuk, berbentuk malai, bertangkai di ujung cabang, benang sarinya berjumlah delapan, kepala sari jarak tintir berbentuk tapal kuda, putiknya berjumlah tiga berukuran pendek, kelopak bercangap dan bunganya berwarna merah (Anonim,Depkes).
Gambar 2.3 : Bunga Jarak Tintir dan Biji yang masih muda(Sumber http://www.tropicalplantbook.com/garden_plants/shrubs%20flow
ers/red/jatropha-multifida.htm )
Bijinya bulat, jika masih muda berwarna putih, dan setelah tua menjadi coklat (Suharmiati 2005 ).
Gambar 2.4: Biji Jarak Tintir yang sudah tua (Sumber
:
http://www.tropicalplantbook.com/garden_plants/shrubs%20flowers/red/ja tropha-multifida.htm )
3. Habitat
Jatropha multifida L ditanamam sebagai tanaman hias di Australia utara dan
Afrika tenggara, terdapat pula di Filipina dan Srilanka terutama Pulau Jawa dan sekitar pekarangan rumah. Haryanto (2009:230) mengungkapkan “tanaman ini
dapat tumbuh di tempat yang kurang subur asalkan pH tanahnya 6-7 dan
drainasenya baik, sebab akar jarak tidak tahan genangan air. Jarak merupakan
perdu yang tumbuh pada ketinggian 0-800 m diatas permukaan laut, tingginya
dapat mencapai 2-3 m”.4. Manfaat
Hampir semua bagian tanaman Jarak tintir bisa dimanfaatkan, menurut Hariana (2006:138) : biji,daun dan getahnya dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit seperti berikut ini.
a.
Bengkak terpukul, terkilir, tulang patah dan luka berdarah Cuci bersih 7 helai daun segar, tumbuk hingga hancur, lalu tambahkan sedikit air sampai membentuk adonan. Oleskan pada bagian yang sakit.
b.
Luka berdarah Oleskan getah batang atau daun pada bagian luka yang baru.
c.
Mencegah dan mengobati kerusakan gigi Tumbuk 1 butir biji sampai halus lalu seduh dengan 1 gelas air panas. Setelah dingin, air seduhan untuk berkumur selama 3-5 menit.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syarfati dalam jurnal natural (2011) diperoleh hasil bahwa getah jarak cina berpotensi sama dengan betadin dalam lama waktu terbentuk keropeng pada luka baru. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Sari bahwa Jatropha multifida berdaya efektif sebagai antimikroba. Dituliskan pula oleh Sabandar dalam artikel yang berjudul A Review digunakan untuk mengobati kudis dengan cara ditempelkan di atas luka dan mengobati ulkus. Kulit kayu dan daun digunakan untuk mengobati neudermatitis, gatal pada kulit dan eksim kulit Sedangkan di Nigeria batangnya juga digunakan untuk perawatan gigi. Dalam trubus-online juga diungkapkan bahwa Jarak cina menjadi andalan PT. Rumpun Sejati—perusahaan penggemukan sapi di Bogor, Jawa Barat—untuk mengobati luka di kulit sapi. Kelebihan daun betadin, selain murah, juga manjur dan tahan lama. Aromanya membuat lalat enggan mendekat sehingga luka sembuh lebih cepat.
5. Kandungan Metabolit Sekunder
Senyawa metabolit adalah senyawa yang digolongkan berdasarkan biogenesisnya, artinya berdasarkan sumber bahan baku dan jalur biosintesisnya.
Terdapat 2 jenis metabolit yaitu metabolit primer dan sekunder. Metabolit primer (polisakarida, protein, lemak dan asam nukleat) merupakan penyusun utama makhluk hidup, sedangkan metabolit sekunder meski tidak sangat penting bagi eksistensi suatu makhluk hidup tetapi sering berperan menghadapi spesies-spesies lain, misalnya zat kimia untuk pertahanan, penarik seks, feromon. Contoh dari senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, saponin, triterpen dan tannin. “Senyawa kimia tanaman yang jumlahnya paling banyak adalah senyawa kimia
bermolekul kecil dari kelompok yang penyebaranya terbatas inilah yang
dimaksud dengan senyawa metabolit sekunder “(Sirait, 2007:2).Batang Jarak tintir mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin. Getah daun jarak tintir berkhasiat sebagai obat luka yang masih baru (Suharmiati, 2005). vasokontriksi pembuluh darah kapiler dan kandungan saponin dapat memicu pembentukan kolagen, yaitu protein struktural yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Syarfati, 2011).
Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman, termasuk pada buah, tepung sari dan akar (Sirait, 2007) . Mekanisme kerja flavonoid diduga mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel (Nishino 2009 dalam Silvikasari 2011).
“Jarak cina memiliki rasa agak pahit dan bersifat netral. Beberapa bahan
kimia yang terkandung dalam jarak ini adalah α-amirin, kampesterol, 7 α-diol,
stigmaterol, β-sitosterol, dan HCN. Batangnya mengandung alkaloid, saponin,
flavonoid dan tanin. Efek farmakologisnya diantaranya penurun panas,
antiinflamasi, dan penghambat perdarahan “(Hariana,2006:138).6. Aktivitas Antibakteri
Dituliskan oleh Sabandar dalam artikel yang berjudul A Review of
Jatropha multifida L., Antibakteri-Aiyelaagbe (2001) dalam Sari (2010)
melaporkan aktivitas antibakteri heksana, etil asestat, kloroform dan ekstrak etanol Jatropha multifida L. terhadap Bacillus subtilis dan Staphyloccocus aureus.
Labaditin telah menunjukkan antibakteri terhadap bakteri gram-positif,
Streptoccocus mutans, tetapi tidak berpengaruh terhadap bakteri gram-negatif.
Dari penelitian yang dilakukan Zamrodi (2011) di dapatkan bahwa zat aktif tumbuhan anting-anting (Acalypha indica L.) dari ekstrak etanol yang positif mengandung senyawa golongan tripertepenoit dan flavonoid mempunyai aktivitas
Mastitis Pada Sapi Perah mengungkapkan bahwa terdapat aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus Aureus dari saponin isolasi Aloe Barbadensis. Hasil uji aktivitas yang dilakukan oleh Ummah (2010) terungkap bahwa senyawa tannin pada belimbing wuluh mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
C. Deskripsi Staphylococcus aureus 1. Klasifikasi
Berikut merupakan taksonomi Staphylococcus aureus Domain : Bacteria Kerajaan : Eubacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales Famili : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : S. aureus
(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus ) 2. Morfologi dan Fisiologi.
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram-positif berbentuk bulat, berdiameter 0,5 – 1,5 mm, tidak bergerak dan tidak berspora (Holt, 1994).
Staphylococcus aureus membentuk koloni besar berwarna agak kuning dalam
Gambar 2.5 : Koloni Staphylococcus aureus(Sumber : http://www.bioquell.com )