Coping strategy ibu untuk mengatasi stress dalam merawat dan membesarkan anak down syndrome - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

COPING STRATEGY IBU UNTUK MENGATASI STRESS DALAM
MERAWAT DAN MEMBESARKAN ANAK DOWN SYNDROME

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :
Veronica Hesti Nur Endahsari
089114064

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

COPING STRATEGY IBU UNTUK MENGATASI STRESS DALAM
MERAWAT DAN MEMBESARKAN ANAK DOWN SYNDROME

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :
Veronica Hesti Nur Endahsari
089114064


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO

“Jadilah orang yang berani untuk mengambil tantangan
dan resiko maka kamu akan mengetahui sejauh mana kamu
dapat berjuang!”

“Lihat pohon kelapa itu, makin tinggi makin kencang angin

menerpanya. Begitulah kita, tapi jangan takut karena
angin kencang itu yang menguatkan akarnya.”
(Dahlan Iskan)

“Aku gelisah, tetapi di dalam Engkau ada damai
Di dalam aku ada rasa pahit, di dalam Engkau ada kesabaran
Aku tidak mengerti jalan-jalan-Mu, tetapi Engkau tahu
jalanku”
(D. Bonhoeffer)

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN


Skripsi ini kupersembahkan bagi,
Tuhan Yesus Yang Maha Asik, Maha Oke, Maha Penghibur yang
selalu melindungi, mendampingi , menyemangati dan memberikan
pertolongan pada setiap proses hidupku.
Ibu dan bapak yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat
serta cinta yang tulus untukku.
Kakakku Anna yang selalu memberikan motivasi untukku
Nathan, malaikat kecil yang selalu menghibur dan pelepas lelah.
Serta sahabat-sahabat terbaik dalam hidupku, yang selalu mendukung
dan sayang padaku.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

COPING STRATEGY IBU UNTUK MENGATASI STRESS DALAM
MERAWAT DAN MEMBESARKAN ANAK DOWN SYNDROME
Veronica Hesti Nur Endahsari
ABSTRAK
Ibu yang memiliki anak down syndrome pasti merasa syok, terpukul, takut, dan tidak
dapat menerima kenyataan sebenarnya. Hal ini merupakan perasaan yang dialami ibu ketika
mengetahui kondisi anak, terlebih lagi ibu harus mengajarkan berbagai hal mengenai pemenuhan
kebutuhan sehari-hari secara mandiri kepada anak. Selain itu, ibu juga dihadapkan pada reaksi
lingkungan sekitar tentang kondisi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Apa saja
stres yang dialami ibu yang memiliki anak down syndrome? 2) Bagaimana ibu mengatasi situasi

yang menekan/stress terkait hubungannya dalam merawat dan membesarkan anak dengan down
syndrome?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif.
Pengambilan data menggunakan metode wawancara semi-terstruktur dengan melibatkan 4 orang
ibu yang memiliki anak down syndrome usia 6-11 tahun dan duduk dibangku sekolah, subjek
dipilih menggunakan criterion sampling. Validitas yang digunakan yaitu validitas komunikatif dan
validitas argumentatif. Hasil yang diperoleh yaitu bahwa bentuk stres yang dialami ibu dengan
anak down syndrome dapat bersumber dari luar diri dan dari dalam diri. Bentuk stres dari luar diri
dapat bersumber dari: 1) Keterbatasan anak yang mencakup keterbatasan perkembangan fisik,
keterbatasan perkembangan kognitif, keterbatasan perkembangan emosi, keterbatasan
perkembangan sosial, dan keterbatasan perkembangan moral. 2) Lingkungan keluarga, 3)
Lingkungan masyarakat, dan 4) Lingkungan sekolah. Stres dari dalam diri dapat bersumber dari:
1) Perasaan bersalah, 2) Kehilangan kepercayaan untuk memiliki anak yang normal, dan 3)
Kekhawatiran akan masa depan anak. Situasi stres tersebut menyebabkan ibu mengalami bentuk
stres berupa perasaan negatif antara lain: merasa khawatir, merasa sedih, merasa sakit hati, merasa
ragu, merasa bingung, merasa keberatan, merasa kecewa, merasa kesulitan, merasa tersinggung,
merasa tidak fokus berpikir, dan merasa tidak siap. Ibu menggunakan problem focused coping dan
emotion focused coping dalam mengatasi bentuk stres yang dialami. Problem focused coping yang
paling dominan digunakan ibu untuk mengatasi bentuk stres yang dialami yaitu active coping,
Planning, Suppression of competing activities, Seeking social support for instrumental action.
Emotion focused coping yang dominan digunakan ibu untuk mengatasi bentuk stres yang dialami

yaitu seeking social support for emotional reason, positif reinterpretation and growth, acceptance,
dan turning to religion. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa koping tersebut lebih efektif
bagi ibu dalam mengatasi stres.
Kata kunci: Ibu dengan anak Down syndrome, sumber stres, bentuk stres, dan coping strategy

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTHER COPING STRATEGY TO DEAL WITH STRESS IN CARING
AND RISING A DOWN SYNDROME CHILD
Veronica Hesti Nur Endahsari
ABSTRACT
Mother who had Down syndrome child certainly feel shock, powerless, scared, and
cannot receive the truth. Every mother would have same feeling when they know about their child

condition, especially mother should have to teach many thing for their child to fulfill their daily
need independently. In addition, mothers were exposed to environments reaction about her child
condition. The purpose of this study aimed to determine 1) what kinds of stress from mother who
had down syndrome child? 2) How does mother cope with stressful situation related to caring for
and raising down syndrome child? This study used a qualitative method with phenomenology
descriptive design. We used semi-structure interview method to collect the data involved four
mother who had down syndrome child in 6 until 11 years old for the range of the age and they
have formal study in the school, used criterion sampling to choose the subject. Kinds of validation
of this study are communication and argumentation validation. Result of the study is many kinds
of stress that mother who had Down syndrome child feel come from inside and the outside of their
self. Kinds of stress from the outside come from 1) inadequacy of the child include physic,
cognitive, emotion, social, and moral inadequacy development, 2) family, 3) society, and 4)
school. Kinds of stress from the inside come from 1) feels of guilty, 2) loose of trust to have a
normal child, 3) worried about their child future. That kinds of situation makes mother feel
stressful with negative feeling like worried, sad, painful, doubt, confuse, heaviness, disappointed,
difficult, offend, cannot mind focus, and feel unready. Mother used problem focused coping and
emotion focused coping to face of the stress. Dominant problem focused coping that mother used
to cope with stress are active coping, planning, suppression of competing activities, seeking social
support for instrumental action. Dominant emotion focused coping that mother used to cope with
stress are seeking social support for emotional reason, positive reinterpretation and growth,

acceptance, and turning to religion. Overall, it can be conclude that kind of coping is more
effective to cope with stress.
Key words: Mother with a Down syndrome child, sources of stress, forms of stress, and coping
strategy

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus atas segala penyertaan
dan berkah yang melimpah sehingga Skripsi dengan judul “Coping Strategy Ibu
Untuk Mengatasi Stress Dalam Merawat dan Membesarkan Anak Down
Syndrome” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Selama menulis Skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak
pihak yang telah berkontribusi besar dalam proses pengerjaan Skripsi ini. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi.
2. Ibu Agnes Indar Etikawati M. Si., Psi selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu mendorong untuk menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima
kasih atas bimbingan, kerjasama, ilmu, perhatian, dan support yang telah
diberikan hingga Skripsi ini selesai pada waktu yang telah ditentukan-Nya.
4. Ibu Agnes Indar Etikawati, M. Si., Psi dan bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.
Si selaku dosen penguji skripsi.
5. Mas Gandung, Ibu Nanik, Mas Doni, dan Mas Muji, Pak Gie, terima kasih atas
keramahan dan pelayanan yang begitu hangat selama menimba ilmu di
Fakultas Psikologi
6. SL, SH, SG, dan RT selaku subjek penelitian ini. Terima kasih atas
kesediaannya untuk berbagi pengalaman dan informasi dengan penulis.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7. Segenap keluarga Fx. Hadi Sudarto dan Hiring Joyo Rejo atas dukungannya
dari awal saya memilih jurusan hingga saat ini.
8. Sahabatku tercinta Priscilla Pritha Pratiwindya, S.psi yang selalu mendukung,
mendoakan, menghibur, dan terima kasih atas persahabatan yang indah ini.
9. Sahabat–sahabat saya Teyo, Obi, dan Ryo untuk kebersamaan, keceriaan,
semangat, pengalaman yang telah terjalin selama ini.
10. Geng Rempong: Noni, Dian, Sita, Valle, Sari, Ledita, Selly, Cik Grace,
Anggita, Lusi, Riana, Jose, Anggito terima kasih atas segala kebersamaan,
dukungan, dan pengalaman yang telah diberikan.
11. Anggit, Andre, dan Martinus bersama kalian aku dapat menjadi diriku sendiri.
12. Pihak SLB YPAA Prambanan yang telah merekomendasikan subjek kepada
peneliti.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini, terima kasih.
Saya menyadari dalam pembuatan skripsi ini ada kesalahan yang saya
perbuat. Oleh karena itu saya mengucapkan maaf kepada semua pihak yang telah
dirugikan. Penelitian ini juga masih jauh dari kata sempurna sehingga besar
harapan saya untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun demi
perkembangan penelitian selanjutnya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 8 Agustus 2014
Penulis,

Veronica Hesti Nur Endahsari
xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
1. Manfaat Teoritis ............................................................................... 9
xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Manfaat Praktis ................................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 11
A. Down Syndrome .................................................................................. 11
1. Pengertian Down Syndrome ............................................................. 11
2. Karakteristik Anak Down Syndrome ................................................ 12
a. Perkembangan Fisik..................................................................... 12
b. Perkembangan Kognitif ............................................................... 15
c. Perkembangan Emosi .................................................................. 18
d.Perkembangan Sosial .................................................................... 19
e. Perkembangan Moral ................................................................... 20
3. Penyebab Down Syndrome ............................................................... 21
B. Stress .................................................................................................... 23
1. PengertianStress ............................................................................... 23
2. Bentuk Stres ..................................................................................... 24
3. Sumber Stres Pada Ibu yang Memiliki anak Down Syndrome......... 25
C. Coping Strategy Ibu Untuk Mengatasi Berbagai Stress Dalam
Mengasuh Anak Down Syndrome ........................................................ 32
D. Kerangka Konseptual ........................................................................... 38
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 43
A. Desain Penelitian .................................................................................. 43
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 44
C. Subjek Penelitian .................................................................................. 45
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 46
xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

E. Metode Analisis Data ........................................................................... 50
F. Kredibilitas Data ................................................................................... 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 54
A. Proses Penelitian ..................................................................................... 54
1. Persiapan Penelitian ......................................................................... 54
2. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 55
3. Proses Analisis Data ......................................................................... 56
4. Jadwal Pengambilan Data ............................................................... 58
B. Hasil Penelitian................................................................................ 60
C. Subjek 1 (SL) .......................................................................................... 62
1. Deskripsi subjek 1(SL) ..................................................................... 62
2. Stres dan coping strategy SL ............................................................ 64
3. Kesimpulan stres yang dialami dan coping strategy yang digunakan
SL .................................................................................................... 82
D. Subjek 2 (SH) ......................................................................................... 86
1. Deskripsi subjek SH ......................................................................... 86
2. Stres dan coping strategy SH ........................................................... 88
3. Kesimpulan stres yang dialami dan coping strategy yang digunakan
SH .................................................................................................... 100
E. Subjek 3 (SG) ........................................................................................ 104
1. Deskripsi subjek SG ......................................................................... 104
2. Stres dan coping strategy SG ........................................................... 106
3. Kesimpulan stres yang dialami dan coping strategy yang digunakan
xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SG .................................................................................................... 118
F. Subjek 4 (RT) ....................................................................................... 122
1. Deskripsi subjek RT ......................................................................... 122
2. Stres dan coping strategy RT ........................................................... 124
3. Kesimpulan stres yang dialami dan coping strategy yang digunakan
RT .................................................................................................... 147
G. Analisis Antar subjek ........................................................................... 152
1. Persamaan Bentuk Stres dan Coping Strategy 4 Subjek Penelitian . 152
2. Perbedaan Data Hasil Analisis 4 Subjek Penelitian ........................ 159
H. Pembahasan .......................................................................................... 162
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 173
A. Kesimpulan .......................................................................................... 173
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 177
C. Saran .................................................................................................... 177
1. Bagi Peneliti Selanjutnya………………………………………….. 177
2. Peneliti Selanjutnya .......................................................................... 177
3. Bagi Sekolah Berkebutuhan Khusus/SLB ....................................... 178
4. Bagi Ibu Dengan Anak Down Syndrome ......................................... 178
5. Bagi Masyarakat............................................................................... 178
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 179
LAMPIRAN .................................................................................................... 182

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk Mata dan Wajah Anak Down Syndrome ............................ 13
Gambar 2. Bentuk Kepala dan Leher Anak Down Syndrome.......................... 13
Gambar 3. Bentuk Jari dan Garis Tangan Anak Down Syndrome ................... 14
Gambar 4. Bentuk Kaki Anak Down Syndrome .............................................. 14

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Konseptual Penelitian ....................................................... 38
Bagan 2. Bagan Kesimpulan Sumber Stres, Bentuk Stres dan Strategi Koping
Subjek 1 (SL) .................................................................................... 85
Bagan 3. Bagan Kesimpulan Sumber Stres, Bentuk Stres, dan Strategi Koping
Subjek 2 (SH) .................................................................................... 103
Bagan 4. Bagan Kesimpulan Sumber Stres, Bentuk Stres, dan Strategi Koping
Subjek 3 (SG)..................................................................................... 121
Bagan 5. Bagan Kesimpulan Sumber Stres, Bentuk Stres, dan Strategi Koping
Subjek 4 (RT) .................................................................................... 151
Bagan 6. Bagan Kesimpulan Stres dan Coping Strategy 4 Subjek ................. 161

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Panduan Pertanyaan Wawancara ....................................................... 47
Tabel 2. Jadwal Wawancara ............................................................................. 58
Tabel 3. Analisis Verbatim Subjek 1 (SL) ....................................................... 183
Tabel 3. Analisis Verbatim Subjek 2 (SH)....................................................... 196
Tabel 4. Analisis Verbatim Subjek 3 (SG) ...................................................... 207
Tabel 5. Analisis Verbatim Subjek 4 (RT)....................................................... 220
Tabel 6. Pembagian Stres dan Coping Strategy ............................................... 236
\
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Verbatim Subjek 1 (SL)................................................. 183
Analisis Verbatim Subjek 2 (SH) ............................................... 196
Analisis Verbatim Subjek 3 (SG) .............................................. 207
Analisis Verbatim Subjek 4 (RT) ............................................... 220
Pembagian Stres dan Coping Strategy ........................................ 236
Lampiran 2. Informed Concent Form .............................................................. 246
Lampiran 3. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara ......................... 250

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang wanita akan bahagia dan bangga ketika mengetahui bahwa ia
hamil dan akan melahirkan seorang anak. Seorang calon ibu pasti
mengidamkan anak yang normal baik fisik maupun mental, namun bagaimana
jika bayi yang dilahirkan tidak sesempurna dan seideal yang didambakan?
Pada hal ini anak terlahir dengan kondisi down syndrome. Tentu saja tidak
semua orang dapat menerima keadaan anak yang demikian. Reaksi umum yang
terjadi saat mengetahui kondisi anak adalah merasa kaget, takut, sedih, kecewa,
merasa bersalah, dan menolak karena sulit untuk mempercayai retardasi mental
anaknya. Kondisi tersebut memicu tekanan dan kesedihan terhadap orang tua
khususnya ibu sebagai figur terdekat dan umumnya lebih banyak berinteraksi
langsung dengan anak (Mawardah, dkk. 2012).
Down syndrome (DS) merupakan suatu bentuk kelainan kromosom yang
paling sering terjadi. Menurut suatu penelitian, DS menimpa satu diantara 700
ribu kelahiran hidup. Terdapat 300 ribu kasus di Indonesia dan pada umumnya
jumlah kromosom manusia adalah 46 namun jumlah kromosom penyandang
DS sejumlah 47 kromosom. Kromosom nomor 21 tidak sepasang melainkan
tiga. Oleh karena itu disebut trisomi 21. Akibatnya, terjadi guncangan dalam
metabolisme sel yang memicu timbulnya DS (Anonim, Mengenali Down
Syndrome. 2011). Karakteristik anak DS secara umum yaitu wajah seperti
orang mongol, mata berbentuk oval dan condong keatas, tubuh pendek dan
1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

gemuk, lipatan kelopak mata bagian atas yang memanjang melewati sudut
bagian dalam mata, hidung lebar dan datar, dan rambut yang lurus yang tipis
dan halus. Telinga berbentuk persegi, lidah menjulur keluar karena mulut yang
kecil dengan langit-langit yang rendah, serta tangan pendek dengan lebar jarijari yang pendek juga. (Davidson, Neale, & Kring, 2006).
Malony dan Holt (dalam Prasadio, 1978) memaparkan bahwa reaksi
orang tua dalam menghadapi anak mereka yang retardasi mental berintikan 3D
yaitu depression, denial, dan displacement. Depresi tersebut disebabkan oleh
perasaan malu, perasaan bersalah telah melahirkan anak dengan kondisi
demikian, merasa kecewa, dan merasa kehilangan harga diri. Denial/tidak mau
mengakui kenyataan membuat orang tua lalai dan megabaikan instruksiinstruksi atau nasihat yang diberikan. Displacement yaitu kadang orang tua
menyalahkan dokter yang membuat diagnosa atas anak mereka dan kemudian
menjadi sangat peka terhadap segala bentuk kritik sehingga bersikap
berlebihan kepada anak (Prasadio, 1978).
Hadirnya anak down syndrome menimbulkan rasa tidak percaya pada ibu
akan kondisi sebenarnya anak mereka. Pada tabloid Ayah Bunda edisi 27
Januari-9 Februari 2001 diangkat kisah ibu AW yang merupakan salah satu
dari sejumlah ibu yang sempat bingung dan panik ketika menghadapi
kenyataan bahwa putrinya menyandang down syndrome. Kenyataan itu ia
ketahui ketika anaknya menginjak usia 2 bulan karena kelainan kromosom itu
tidak segera nampak pada waktu lahir. Syok, terpukul, takut, dan tidak dapat
menerima kenyataan sebenarnya adalah perasaan yang dialami ketika

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

mengetahui hal tersebut. Tak jarang pula ibu menyembunyikan dan memingit
anak. Anak disembunyikan dari dunia luar agar orang lain tidak mengetahui,
misalnya dengan mengunci anak di dalam kamar dalam kurun waktu berharihari tanpa memperhatikan keperluan dan kebutuhan anak. Sikap ibu yang
cenderung menolak anak akan semakin menjadi-jadi apabila hal tersebut
didorong oleh kondisi ibu yang sedang memilki persoalan-persoalan dalam
membina rumah tangga, sehingga dapat memicu proteksi yang berlebihan pada
anak. Proteksi yang berlebihan terhadap anak dapat membuat ibu lalai terhadap
keberadaan dan kebutuhan anggota keluarga yang lain. Kesenangan dan
kebahagiaan anggota keluarga yang lain sering dikorbankan demi memenuhi
kebutuhan anak tersebut. (Prasadio, 1978).
Kabid Dikdas Dinas Pendidikan DIY (Kedaulatan rakyat, 2007)
menyebutkan bahwa terdapat sebanyak ± 3000 anak berkebutuhan khusus usia
4-15 tahun yang sudah bersekolah di 58 SLB yang tersebar di Yogyakarta.
Jumlah anak retardasi mental yang sudah bersekolah di SLB yang tersebar di
Yogyakarta tahun 2005/2006 ± 1928 orang. Jumlah ini belum termasuk yang
tidak di sekolahkan orang tuanya di SLB ataupun yang tidak terdata sama
sekali. Pendidikan anak juga merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dan anak penyandang DS tentu memerlukan penanganan khusus
karena anak memiliki kelemahan dalam proses pengolahan informasi, interaksi
sosial, bahasa, keterampilan reseptif, kemampuan motorik, dan motivasi anak.
Ketidakmampuan anak untuk mengikuti pelajaran disekolah normal tentu
berimbas pada prestasi, seperti tidak dapat naik kelas. Pada beberapa kasus,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

orang tua anak tersebut meminta agar anak mereka dapat naik kelas dan
diikutkan dalam beberapa pelajaran tambahan. Hal itu dilakukan karena orang
tua anak tersebut mengenal wali kelas anak dan menginginkan anak agar tetap
bersekolah disekolah umum (Roslina dalam Gunarsa (2006)).
Perasaan cemas ibu akan masa depan anak juga bersumber dari adanya
tuntutan untuk mengajarkan dan mempersiapkan anak agar menjadi mandiri
dan dapat melakukan bantu diri. Mengajarkan untuk berbicara meski yang anak
katakan sulit untuk dipahami dikarenakan ciri fisik yang khas yaitu memiliki
lidah yang lebih panjang sehingga menyulitkan untuk berbicara seperti halnya
orang normal pada umumnya, mengajarkan cara untuk makan, berpakaian, dan
mandi juga merupakan hal yang tidak mudah. Diperlukan ketelatenan dan
kesabaran dalam melatih kemandirian anak. Tenaga, waktu, perhatian, dan
finansial yang dibutuhkan lebih besar daripada merawat anak normal seperti
umumnya.
Tantangan terbesar ibu yaitu membawa anak agar dapat bersosialisasi
dengan teman sebaya dan lingkungan sosisalnya. Perasaan khawatir akan
diterima atau tidaknya anak dalam masyarakat pasti tertanam dibenak ibu.
Seperti yang diungkapkan dalam tabloid Nova edisi 19 Februari 2011 bahwa
anggapan masyarakat tentang anak yang memiliki kelainan, termasuk DS
merupakan sebuah kutukan yang dikarenakan dosa dari suami atau istri. Hal
tersebut dapat menimbulkan perselisihan dalam keluarga yang berdampak pada
orang tua yang saling tuding dan menyalahkan kondisi anak.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

Perjalanan kehidupan sosial anak down syndrome tidak semulus dan
sebaik anak normal pada umumnya (Sulistyasti, 2011). Masyarakat maupun
orang-orang yang sering bergaul dengan ibu yang memiliki anak DS seringkali
mengolok-olok dengan sebutan idiot. Anak down syndrome juga dapat menjadi
sasaran empuk bagi teman sebaya untuk diejek dan digoda, sehingga tak jarang
orang tua sering tidak mengijinkan anak mereka untuk bermain dengan teman
sebayanya. Tanggapan masyarakat terhadap anak down syndrome sangat
beragam dan bahkan mendiskriminasi keberadaan anak down syndrome. Anak
down syndrome sering dicemooh, dianggap sampah masyarakat, dianggap
sebagai orang yang perlu untuk dikasihani, dan sebagai orang yang tidak
berguna atau tidak dibutuhkan. Lebih ekstrimnya, masyarakat dapat menolak
anak berkebutuhan khusus ini untuk menjadi bagian dari komunitas dan
meniadakan keberadaannya. Bahkan ada oknum yang rela memanfaatkan
ketidaksempurnaan

anak

down

syndrome

untuk

meminta-minta

dan

diperlakukan semena-mena sehingga keberadaan mereka menjadi semakin
tersisih.
Umumnya masyarakat masih memandang penyandang disabilitas
dengan sebelah mata dan dianggap tidak mampu untuk berprestasi seperti anak
normal lainnya. Kenyataannya, banyak dari anak down syndrome mampu
berprestasi dengan baik dan dapat mengembangkan diri ditengah keterbatasan
meskipun melewati sarana rehabilitasi sosial atau pendidikan. Sikap
masyarakat yang demikian tentu dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak
dan dapat membuat anak cenderung menutup diri dari lingkungan sebab

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

mereka merasa bahwa mereka “berbeda” dengan lingkungan sekelilingnya. Hal
ini dapat menghambat anak down syndrome untuk mengembangkan potensi
diri karena kesempatan untuk belajar menjadi sangat terbatas atau bahkan tidak
memiliki kesempatan sama sekali. Sikap masyarakat yang demikian membuat
orang tua menjadi lebih protektif terhadap anak dan kemungkinan anak untuk
dapat hidup mandiri secara sosial dan ekonomi menjadi sangat jauh didepan
mata. Sedikit anak dengan “keluarbiasaannya” dapat hidup secara mandiri dan
kebanyakan masih tergantung pada orang lain baik secara sosial maupun
ekonomi. Kenyataannya, anak berkebutuhan khusus termasuk anak DS perlu
untuk dididik dan dilatih karena mereka memiliki hak yang sama sebagai
anggota masyarakat (Anonim, 2011).
Penyesuaian diri terhadap kondisi anak, usaha untuk mempersiapkan
masa depan anak, dan menghadapi sikap masyarakat terhadap kondisi anak
merupakan kondisi yang penuh dengan tantangan dan tekanan yang berat.
Situasi tersebut dapat menjadi sumber stres bagi ibu dan dapat membuat ibu
mengalami bentuk stres berupa perasaan negatif seperti perasaan sedih, cemas,
khawatir, dan perasaan bersalah. Menurut Hardjana (1994), stres dapat
disebabkan oleh beragam hal antara lain peristiwa hidup, hubungan dengan
keluarga, menghadapi anak/keluarga dengan sakit kronis, mengasuh anak yang
memiliki keterbatasan/kebutuhan khusus, lingkungan kerja, lingkungan
masyarakat, lingkungan sekolah, dan lain sebagainya. Kelahiran anak baru
terutama anak down syndrome dapat menimbulkan stres bagi ibu dalam
kehamilan, kelahiran, dan pengasuhan anak. Respon terhadap stres yang ada

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

umumnya berupa perasaan negatif seperti merasa sedih, merasa gelisah, merasa
cemas, mudah menangis, merasa tidak aman, merasa tidak nyaman, mood
mudah berubah, merasa sakit hati, dan lain sebagainya.
Ibu sebagai orang tua pasti disibukan dengan mencari sebanyakbanyaknya informasi mengenai cara untuk menghadapi kekhususan anak,
termasuk mencari informasi mengenai sekolah yang sosok untuk anak.
Menurut Lessenberry & Rehfeldt, (2004, dalam Semiawan., Conny, &
Magungsong, 2010) ibu dari anak-anak berkebutuhan khusus seringkali
bergelut dengan perasaan bersalah atas kondisi anaknya. Dalam kebanyakan
kasus, rasa bersalah merupakan salah satu bentuk stres perasaan negatif yang
paling banyak dialami. Ibu dapat menjadi sangat rapuh terhadap kritik dari
pihak lain tentang bagaimana menangani masalah anak, pendidikan, dan
pemenuhan kebutuhan anak sehari-hari. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan, ibu yang memiliki anak down syndrome mengalami stres yang lebih
berat dibandingkan dengan orang tua lainnya. Stres yang dialami bukan karena
rangkaian kejadian yang tidak menyenangkan. Melainkan tekanan terhadap
konsekuensi pengasuhan anak sehari-hari. (Semiawan, Conny, & Magungsong,
2010).
Agar keadaan menjadi lebih nyaman, ibu perlu untuk mengatasi bentuk
stres yang muncul yaitu berupa perasaan negatif. Penting bagi ibu untuk
mengetahui strategi koping dalam mengatasi bentuk-bentuk stres yang dialami.
Koping sering dimaknai sebagai apa yang dilakukan individu untuk menguasai
situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/ancaman. Koping

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan
yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi (Siswanto. 2007). Pola
coping ini diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul
misalnya kurangnya pengetahuan dan informasi ibu mengenai anak down
syndrome sehingga membutuhkan langkah aktif seperti perencanaan terhadap
perawatan dan penanganan anak down syndrome sehingga ibu tidak merasa
putus asa terhadap masa depan anaknya yang yang bisa di antisipasi lebih awal.
Sejalan dengan perencanaan diatas ibu bisa lebih memiliki pemikiran dan
tindakan yang positif dan menjadi lebih optimis terhadap anak down syndrome
ini dengan bimbingan ibu dan tenaga profesional akan bisa berfungsi terhadap
kehidupan anak down syndrome dengan lebih baik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Apa sajakah bentuk stres yang dialami ibu yang memiliki anak Down
Syndrome?
b. Bagaimana ibu mengatasi bentuk stres yang dialami terkait hubungannya
dalam merawat dan membesarkan anak dengan down syndrome?

C. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain:
a. Untuk mengetahui bentuk stress yang dialami ibu yang memiliki anak Down
Syndrome

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

b. Mengetahui strategi koping yang dilakukan ibu untuk mengatasi stres yang
muncul seiring usahanya dalam merawat dan membesarkan anak Down
Syndrome

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi pengetahuan dalam
bidang psikologi, terutama psikologi klinis karena nantinya akan diketahui
gambaran coping stress ibu dalam merawat dan membesarkan anak Down
Syndrome.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ibu dengan Anak Down Syndrome
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai Strategy coping stres yang baik bagi ibu dalam merawat anak
Down Syndrome. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan evalusi bagi
ibu untuk lebih menignkatkan usahanya dalam merawat anak.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
tenaga pengajar khususnya, supaya dapat lebih memperhatikan dan peka
terhadap anak berkebutuhan khsusus. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi agar pendidikan bagi anak berkebutuhan
khsusus, dalam hal ini Down Syndrome semakin ditingkatkan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

c. Bagi Masyarakat Luas
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menjadi wacana mendalam mengenai anak down syndrome, serta
memberikan gambaran mengenai bagaimana merawat anak down
syndrome melalui pengalaman ibu dalam mengatasi permasalahan dalam
merawat anak. Serta dapat menjadikan gambaran dalam memperlakukan
anak Down Syndrome sama seperti anak pada umumnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Down Syndrome
1. Pengertian Down Syndrome
Tanda-tanda klinis down syndrome pertama kali ditemukan oleh
dokter berkebangsaan Inggris, Langdon Down pada tahun 1866. Secara
normal manusia memiliki 46 kromosom, 23 kromosom diturunkan oleh
ayah dan 23 kromosom lainnya diturunkan oleh ibu. Para penderita
Sindroma Down pada umumnya memiliki 47 kromosom dan bukan 46
kromosom. Ketika terjadi pematangan telur, dua kromosom pada pasangan
kromosom 21, yaitu kromosom terkecil, gagal membelah diri. Jika telur
bertemu sperma, akan terdapat 3 kromosom 21 atau yang lebih sering
didengar dengan istilah trisomi 21. Sekitar 40 persen anak-anak dengan
down syndrome memiliki masalah jantung, sejumlah kecil dapat mengalami
penyumbatan saluran pencernaan, dan sekitar 1 dari 6 anak meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun. Angka kematian tinggi setelah usia 40
tahun.
Down Syndrome biasanya terdapat pada 1,5 dalam 1000 kelahiran
yang segera dapat diidentifikasi melalui ciri fisiknya berupa tengkorak yang
kecil, lidah besar dengan mulut yang relatif kecil, dan bentuk mata seperti
buah almond. Ciri fisik yang sangat kentara ini membuat anak DS tampak
berbeda dari anak lainnya. Zalweger (dalam Prasadio, 1978) juga

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

mengungkapkan bahwa down syndrome dapat ditemukan pada lebih dari
seorang anak dalam satu keluarga.

2. Karakteristik Anak Down Syndrome
a. Perkembangan fisik
Anak-anak atau orang-orang yang mengalami down syndrome
pada umumnya memiliki tanda-tanda fisik yang khas, antara lain:
wajahnya lebar, hidung pesek atau tumpul dan lebar, letak matanya
miring, lubang matanya sempit dan sipit, mulutnya menganga terbuka,
kulit halus berlemak dan otot-otot atau uratnya lemah, lidahnya tebal dan
besar tetapi lunak, biasanya selalu menjulur keluar. Lidahnya kecil
sekali, runcing, kasar, juga terbelah-belah. Otaknya tidak tumbuh dengan
sempurna karena ada kerusakan pada alat pernapasan; ada oedema
(pembengkakan yang mengandung air) pada otak sehingga sistem saraf
mengalami kerusakan. Ada disfungsi pada kelenjar tiroid, kekurangan
zat-zat lendir atau terlalu banyak zat lendir. Kepalanya kecil bulat dan
ceper, tidak sempurna. Ubun-ubun tidak lekas tertutup, menjadi keras,
bahkan sering tidak pernah bisa tertutup sama sekali. Bentuk giginya
abnormal, tulang-tulang rusuk dan tulang-tulang punggung sering
mengalami kelainan (Semium, 2006). Anak down syndrome memiliki
letak telinga rendah dengan ukuran kanal telinga yang kecil sehingga
mudah terserang infeksi. Anak down syndrome memiliki rambut yang
lemas, tipis, halus, dan susunan rambut yang jarang (lihat pada gambar

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

1). Bentuk kepala mereka cenderung peyang dengan leher yang pendek
(lihat pada gambar 2).

Gambar 1. Bentuk mata yang condong kearah atas dan jarak mata yang
berjauhan, hidung lebar dan datar dan tidak ada jembatan hidung. Rambut
lemas dan tipis, pertumbuhan gigi yang tidak beratuan.
Sumber: wandarisakotta.blogspot.com

Gambar 2. Bentuk leher yang pendek dan kepala yang cenderung
peyang. Sumber: dokumen pribadi
Tangan anak DS lebih pendek dengan lebar jari-jari yang pendek
(Davidson, Neale, & Kring. 2006). Anak down syndrome juga memiliki
kelingking yang bengkok. Pada kelingking orang normal, terdapat tiga
ruas tulang maka pada anak down syndrome ruas kedua jari kelingking
mereka kadang tumbuh miring atau bahkan tidak tumbuh sama sekali.
Telapak tangan anak down syndrome biasanya hanya terdapat satu garis
urat yang dinamakan “simian crease” (lihat gambar 3). Bentuk kaki anak
down syndrome cenderung agak pendek dan jarak antara ibu jari kaki
dengan jari kedua lebih lebar (lihat pada gambar 4).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

Anak DS juga memiliki otot yang lemah sehingga tidak mampu
menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan gerakan-gerakan kasar.

Gambar 3: bentuk jari dan simian crease/ garis telapak tangan
Sumber: www.anak-spesial.blogspot.com dan
http://mycommunicationforum.wordpress.com/category/down-syndrome/

Gambar 4: Bentuk kaki, jarak antara ibu jari dengan jari lainnya lebih
lebar. Sumber:
http://mycommunicationforum.wordpress.com/category/down-syndrome/

Keadaan fisik ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran anak
mengenai gerak-gerak fungsional yang merupakan dasar bagi semua
keterampilan

gerak

yang

lain.

Keterampilan

gerak

fungsional

memberikan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan untuk socioleisure, daily living, dan vocasional tasks, keterampilan gerak
fundamental penting untuk meningkatkan kualitas hidup anak down
syndrome. Anak normal dapat belajar keterampilan gerak-gerak
fundamental secara instingtif pada saat bermain, sementara anak down
syndrome perlu dilatih secara khusus. Anak down syndrome memiliki
kesulitan dalam artikulasi, kualitas suara, dan ritme berbicara. Hal ini
dikarenakan ciri fisik berupa lidah yang besar, berkerut, dan menjulur

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

keluar karena mulut yang kecil dengan langit-langit yang rendah.
Keterbatasan fisik tersebut membuat anak menjadi tergantung pada orang
tua maupun orang terdekat dalam melakukan kegiatan dan memenuhi
kebutuhan sehari-hari (Semium, 2006).
Pada perkembangan seksualitasnya, anak down syndrome tidak
mengenal seksualitas atau masa pubertas yang biasanya mengganggu.
Anak down syndrome tidak diliputi perasaan cemas dan tidak mengalami
perwujudan perasaan yang menuju kedewasaan. Anak perempuan
membutuhkan lebih banyak pendampingan dan bantuan ketika sedang
mengalami masa-masa menstruasi. Semium, 2006 mengungkapkan
bahwa anak-anak gadis mengalami saat menstruasi yang sangat lambat.
Ia sangat sensitif terhadap temperatur serta mudah sekali jatuh sakit.

b. Perkembangan Kognitif
Inteligensi

dapat

diartikan

sebagai

kemampuan

untuk

mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri
dengan masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari
pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara
kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan, dan
kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak yang mengalami
keterbelakangan mental memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut.
Kapasitas belajar yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung,
menulis dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

tanpa pengertian atau cenderung membeo. Meskipun mengalami
retardasi mental, beberapa diantara anak-anak tersebut mampu belajar
membaca, menulis, dan mengerjakan aritmetika (Davidson, Neale, &
Kring. 2006). Robinson&Robinson ((1976) dalam Davidson, Neale, &
Kring. 2006) menyebutkan bahwa menurut DSM IV-TR terdapat empat
level retardasi mental, antara lain: retardasi mental ringan (IQ 50-55
hingga 70), retardasi mental sedang (IQ 35-40 hingga 50-55), retardasi
mental berat (IQ 20-25 hingga 35-40), dan retardasi mental sangat berat
(IQ dibawah 20-25).
Menurut Stoller (dalam Prasadio, 1978), anak penyandang Down
Syndrome paling banyak ditemukan dan termasuk dalam kategori
retardasi mental sedang (moderately retarded) dengan rentang IQ 35-40
hingga 50-55 dan sebagian kecil termasuk dalam kategori retardasi
mental ringan/mildly retarded dengan rentang IQ 50-55 hingga 70. Pada
rentangan ini, kerusakan otak dan berbagai patologi lain sering terjadi.
Orang-orang yang mengalami retardasi mental dapat memiliki kelemahan
fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik
yang normal, seperti memegang dan mewarnai dan keterampilan motorik
kasar seperti berlari dan memanjat (Davidson, Neale, & Kring. 2006).
Secara akademik anak down syndrome sangat sulit atau bahkan tidak
dapat belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun masih dapat
menulis secara sosial misalnya menulis nama dan alamat, dll. Anak
masih dapat dididik untuk mengurus diri seperti mandi, berpakaian,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

makan, minum, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan sebagainya.
Untuk kehidupan sehari-hari, anak down syndrome membutuhkan
pengawasan yang terus menerus. Mereka juga masih dapat bekerja di
termpat kerja terlindung/sheltered workshop (Soemantri, 2007).
Anak normal memiliki keterampilan kognitif yang lebih unggul
daripada anak down syndrome, anak normal memiliki kaidah dan strategi
dalam memecahkan masalah sedangkan anak down syndrome bersifat
trial and eror. Anak down syndrome jauh ketinggalan oleh anak normal
dalam kecepatan belajar karena anak lebih banyak memerlukan ulangan
tentang bahan tersebut. Walaupun demikian, anak tunagrahita dapat
mencapai presatasi lebih baik dalam tugas-tugas diskriminasi misalnya
mengumpulkan bentuk-bentuk dan pola yang berbeda apabila dilakukan
dengan penuh pengertian.
Ketepatan (keakuratan) respon anak down syndrome kurang
daripada respon anak normal. Zaenal Alimin (1993, dalam Soemantri,
2007) melaporkan hasil penelitian mengenai kecepatan merespon anak
down syndrome terhadap gambar yang tidak lengkap. Pada umumnya,
MA anak pada rentang kurang lebih 6,5 tahun memiliki performance
yang hampir sama dengan anak norma berumur 6 tahun, dalam
mengenali gambar yang tidak lengkap. Perbedaannya terletak pada
kecepatan menjawab soal. Anak terbelakang membutuhkan waktu lebih
lama

dibandingkan

anak

normal.

Anak

juga

kurang

mampu

memanfaatkan informasi (isyarat) yang ada untuk menjawab soal-soal

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

dan tidak memiliki strategi dalam menyelesaikan tugas itu. Fleksibilitas
mental yang kurang mengakibatkan kesulitan dalam pengorganisasian
bahan yang akan dipelajari, sehingga sukar menangkap informasi yang
kompleks.

c. Perkembangan Emosi
Magungsong (1998) menyebutkan bahwa anak DS memiliki
emosi yang datar, kurang mendalam, dan cepat kabur. Kadang-kadang
dapat menjadi sedih dan marah, tetapi pada umumnya suasana hati
semacam ini akan mudah hilang. Anak down syndrome memang anakanak yang gembira dan akan menjadi lebih gembira lagi apabila berada
dalam lingkungan yang menyenangkan hatinya. Anak tunagrahita berat
tidak dapat menunjukkan dorongan pemeliharaan dirinya sendiri, tidak
bisa menunjukkan rasa lapar atau haus, dan tidak dapat menghindari
bahaya. Pada anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih baik
tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi-emosi sederhana. Pada
anak terbelakang ringan, kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan
anak normal akan tetapi tidak sekaya anak normal. Anak tunagrahita
dapat memperlihatkan kesedihan tapi sukar untuk menggambarkan
suasana terharu serta dapat mengekspresikan kegembiraan, namun sulit
mengungkapkan kegaguman.
Dari penelitian yang dilakukan Mac Iver dengan menggunakan
Children‟s Personality Questionare ternyata anak tunagrahita memiliki

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

beberapa kekurangan. Anak tunagrahita pria memiliki kekurangan berupa
tidak matangnya emosi, depresi, bersikap dingin, menyendiri, tidak dapat
dipercaya, impulsif, lancang, dan merusak. Anak tunagrahita wanita
mudah dipengaruhi, kurang tabah, ceroboh, kurang dapat menahan diri,
dan cenderung melanggar ketentuan.
Penyesuaian diri merupakan proses psikologi yang terjadi ketika
kita menghadapi berbagai situasi. Seperti anak normal, anak tunagrahita
menghayati suatu emosi jika kebutuhannya terhalangi. Selain itu, dalam
hubungan kesebayaan, seperti halnya anak kecil, anak tunagrahita
menolak anak yang lain. Setelah bertambah umur, anak akan
mengadakan kontak dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat
kerjasama. Berbeda dengan anak normal, anak tunagrahita jarang
diterima, sering ditolak oleh kelompok, serta jarang menyadari posisi diri
dalam kelompok.

d. Perkembangan Sosial
Anak yang terbelakang mentalnya juga mengalami kesulitan
dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat sehingga sangat
memerlukan bantuan. Perlu waktu lama bagi anak untuk menyelesaikan
reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Anak akan menunjukkan reaksi
terbaik bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya
dari hari ke hari, namun tidak dapat menghadapi suatu kegiatan atau
tugas dalam jangka waktu yang lama. Penguasaan bahasa pun terbatas,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

bukan karena adanya masalah kerusakan artikulasi namun pusat
pengolahan perbendaharaan kata yang kurang berfungsi sebagaimana
mestinya.

Maka

anak

memerlukan

kata-kata

konkret

dalam

mendengarkan sesuatu. Perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan
secara berulang-ulang. Latihan seperti mengajarkan konsep keras dan
lemah, besar dan kecil, pertama, kedua, dan terakhir perlu menggunakan
pendekatan yang konkret.
Kemampuan dalam membedakan mana yang baik dan buruk,
mempertimbangkan sesuatu, dan membedakan yang benar dan yang
salah juga masih sangat kurang. Ini semua karena kemampuannya yang
terbatas sehingga anak dengan keterbelakangan mental tidak dapat
membayangkan konsekuensi dari