Tumbuh kembang motorik kasar pada anak down syndrome usia golden aage dalam bentuk buku ilustrasi

(1)

(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Anthony Christmantoro

NIM : 51909123

Tempat/Tanggal Lahir : Manna, 3 Juni 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Tinggi Badan : 165 cm Berat Badan : 53 kg

Alamat : Jl. Terusan Ciliwung Gg. Guyub No. 3

Hp. : 081809990391

Email : christmantoro@gmail.com

DATA PENDIDIKAN

1. TK Bhayangkhari 1996 – 1997

2. SDN 16 Bengkulu Selatan 1997 – 1999 3. SDN 17 Bengkulu Selatan 1999 – 2003 4. SMP Negeri 1 Bengkulu Selatan 2003 – 2006 5. SMA Negeeri 2 Bengkulu Selatan 2006 – 2009 6. Universitas Komputer Indonesia 2009 - 2013


(5)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

TUMBUH KEMBANG MOTORIK KASAR PADA

ANAK DOWN SYNDROME USIA GOLDEN AGE

DALAM BENTUK BUKU ILUSTRASI

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2012 - 2013

Oleh:

Anthony Christmantoro 51909123

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa, atas berkat dan kasih karunia-Nya sajalah laporan Tugas Akhir ini dapat di selesaikan, judul Tugas akhir ini adalah “TUMBUH KEMBANG MOTORIK KASAR PADA ANAK DOWN SYNDROME USIA GOLDEN AGE DALAM BENTUK BUKU ILUSTRASI”.

Setiap orang tua ingin memiliki anak yang bisa menjadi kebanggaan keluarga, anak-anak berkebutuhan khusus seperti Down Syndrome bukan untuk dijauhi dan dikucilkan dari lingkungan sosial. Banyak orang tua yang tidak siap disaat anak yang lahir mengalami Down Syndrome, sehingga melalui masa depresi, merasa putus asa dan tekanan yang besar kontras dengan kondisi tersebut, cara terbaik mengatsai masalah anak Down Syndrome adalh dengan kasih dan dukungan orang tua.Dalam hal ini mempersiapkan mental orang tua menghadapi kondisi memiliki anak Down Syndrome, menjadi hal yang penting.

Ditulisnya laporan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.Untuk itu ucapan terima kasih atas dukungan keluarga, dosen, guru SLB, orang tua anak Down Syndrome dan dan pihak - pihak yang telah membantu selesainya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Amin.

Bandung, 31 Agustus 2013


(7)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II DOWN SYNDROME PADA ANAK DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASARNYA ... II.1 Perihal Down Syndrome ... 5

II.2 Tanda Fisik ... 6

II.3 Masa Golden Age ... 7

II.4 Pembelajaran Motorik ... 8

II.4.a. Perkembangan Motorik Kasar ... 9


(8)

v

II.4.b. Perkembangan Motorik Kasar Normal ... 12

II.4.b. Perkembangan Motorik Kasar Down Syndrome ... 13

II.4.b. Karakteristik Anak dengan Motorik Kasar Baik ... 15

BAB III DAMPAK METODE PEMBELAJARAN USIA GOLDEN AGE ... III.1 Strategi Perancangan ... III.1.1. Pendekatan Komunikasi ... 17

III.1.2. Strategi Kreatif ... 17

III.1.2. Strategi Media ... 18

III.1.2. Strategi Distribusi ... 19

IIi.2 Konsep Visual ... 20

III.2.1. Format Desain ... 21

III.2.2. Layout ... 22

III.2.2. Tifografi ... 23

III.2.2. Warna ... 23

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... viii


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

 Adi Kusrianto. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.

 Adityawan, Arief., & Tim Litbang Concept. (2010). Tinjauan Desain Grafis. Jakarta: Concept.

 Dariyo,Agoes.2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama Bandung: Refika Aditama.

 Aditya, Bayu.2013.Petualangan Si Kancil.Yogyakarta:Setia Pustaka  Bruni, Maryanne. 2006. Fine Motor Skills for Children with Down

Syndrome : a guide for parents and professionals. Woodbine House. Inc, United States of Amerika

 Chapman, Gary.Lima Bahasa Kasih. Tangerang:Karisma Publishing  Cenadi, Christine Suharto, Elemen-Elemen dalam Desain Komunikasi

Visual, Jurnal Nirmana Vol.1, No.1, Januari 1999:1-11Universitas Kristen Petra

 Eiseman, Leatrice, 2000, Pantone : Guide to Communicate with Color, Florida : Grafix Press

 Kosasih, E.2012.Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.Bandung:Yrama Widya

 Kusrianto, Adi, 2010, Pengantar Tipografi, Jakarta : cetakan pertama, PT Elex Media Komputindo

 Pease, Barbara.Allan.1999.Why Men Don’t Listen Adn Women Can’t Read Maps.Jakarta:Ufuk Pess

 Rahayu & Ardani. 2008.Observasi dan Wawancara Malang: Banyumedia Pubhlising

 Safanayong, Yongki, 2006, Desain Komunikasi Visual Terpadu, Jakarta : Arte intermedia

 Santsa, D.A : 2000, Misteri Kromosom 21 Terungkap; Media Indonesia; 29 November : 22


(10)

 Sihombing, Danton, 2003, Tipografi Dalam Desain Grafis, Jakarta : cetakan kedua, Gramedia Pustaka Utama

 Rustan,Surianto, S.Sn. 2008. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

 Materi Presentasi Pendidikan Inklusif Didi Tarsidi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seseorang dilahirkan tanpa bisa memilih keluarga mana dan seperti apa fisik ketika dilahirkan. Jika bisa memilih pasti semua orang akan memilih di keluarga mapan dengan fisik yang sempurna. Setiap orang tua yang menanti kelahiran bayinya mempunyai harapan besar ketika anak itu membuka mata pertama kali di dunia ini. Beberapa pakar menyebutkan sedikit perbedaan tentang waktu masa golden age, yaitu 0-2 tahun, 0-3 tahun, 0-5 tahun, namun semuanya sepakat bahwa awal-awal tahun pertama kehidupan anak adalah masa-masa emas. Dimasa Golden Age peran orang tua dituntut untuk bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak, namun perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus, berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan emosional.

Golden age sangat penting, tapi tidak semua anak di dunia ini dilahirkan dengan kondisi sempurn. Ada beberapa anak yang memiliki keterbatasan sejak lahir, sehingga membutuhkan perhatian khusus sejak dini. Perlakuan anak-anak berkebutuhan khusus tidaklah sama, termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus secara fisik maupun mental, yaitu Down Syndrome. Down syndrome merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21. Down Syndrome sendiri bagian dari tuna grahita. Anak-anak Down Syndrome secara keseluruhan mengalami keterbelakangan perkembangan dan kelemahan akal. Selama ini penderita Down Syndrome yang dikenal dengan istilah penyakit seribu wajah kerap tidak mendapat tempat di masyarakat. Anak Down Syndrome biasanya kurang bisa mengkoordinasikan antara motorik kasar dan halus. Misalnya kesulitan menyisir rambut atau mengancing baju sendiri. Selain itu anak Down Syndrome juga kesulitan untuk mengkoordinasikan antara kemampuan kognitif


(12)

2 dan bahasa, seperti memahami manfaat suatu benda (Selikowitz, 2001). Selikowitz (2001) juga menjelaskan anak Down Syndrome dan anak normal pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dalam tugas perkembangan, yaitu mencapai kemandirian.

Menurut WHO, seseorang dapat dikatakan sehat apabila suatu keadaaan kesejahteraan fisik, mental, sosial secara penuh bukan hanya tidak adanya penyakit atau keadaan lemah tertentu. Kemampuan motorik kasar anak Down Syndrome tidak akan terlalu jauh dengan anak normal namun memang perkembangannya lebih lambat dari pada anak normal, jadi diperlukan suatu kesabaran orang tua untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar anak Down Syndrome. Menurut salah satu guru di SLB Nike Ardilla perhatian khusus adalah kunci penting dalam optimalnya perkembangan anak Down Syndrome. Orang tua anak Down Syndrome memiliki permasalahan dengan kurangnya media informasi tentang perkembangan motorik kasar padahal diperlukan suatu terapi untuk meningkatkan kemandirian anak Down Syndrome. Peran serta orangtua sangat dibutuhkan. Doman pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa 15% orangtua yang mengetahui anaknya mengalami Down Syndrome akan kembali ke rumah dan tidak melakukan suatu program terapi. Sebanyak 35% yaitu orangtua yang gigih tekadnya untuk ikut Program Perawatan Intensif. Sebanyak 50% orangtua akan kembali ke rumah, mendiagnosis anaknya, mendesain sebuah program untuk anaknya dan melaksanakan program itu dengan tingkat frekuensi, intensitas dan durasi yang berbeda-beda dengan harapan memperoleh hasil yang sepadan dengan program itu.

Perhatian pemerintah juga saat ini juga dinilai masih kurang terhadap anak-anak berkebutuhan khusus bahkan setelah usia sekolah, fakta ini didukung oleh pendapat Rektor Universitas Yogyakarta Rochmat Wahab, bahkan kurikulum saat ini tersebut tidak menyentuh sekolah luar biasa mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Akibatnya, banyak penyandang tidak terekspos dan kurangnya fasilitas penunjang akselerasi kelompok berkebutuhan khusus. Kondisi tersebut, mengakibatkan ada sebagian anak-anak yang berkebutuhan khusus ini tidak mendapatkan pendidikan karena sekolah tidak bisa menampungnya. Bahkan sebagian di antaranya mampu menorehkan prestasi di


(13)

3 ajang Paralimpic tingkat Asia Tenggara. Selain minim lembaga pendidikan, perhatian pemerintah setempat terhadap kaum difabel itu sendiri juga dirasakan masih minim. Bahkan, sarana atau fasilitas publik khusus untuk kaum difabel yang wajib disediakan oleh pemerintah sebagaimana aturan nyaris tidak ada. Karena masih kurangnya peran pemerintah dan media informasi yang mengupas tuntas tentang anak Down Syndrome jadi peran orang tua dan keluarga untuk mencari informasi guna mendukung optimalnya perkembangan anak Down Syndrome di usia golden age adalah solusi bagaimana anak Down Syndrome menjadi mandiri dalam kehidupan lingkungan sosial yang ada

1.2. Identifikasi Masalah

a. Kurang nya media informasi perkembangan motorik kasar anak berkebutuhan khusus terutama anak Down Syndrome.

b. Kurangnya media informasi yang mengupas tentang pentingnya peran orang tua dan keluarga terhadap perkembangan anak Down Syndrome

c. Kurangnya media informasi tahapan - tahapan perkembangan motorik kasar anak saat Golden age usia 0 – 36 bulan menjadi optimal sperti perkembangan rata – rata anak down syndrome yang mencapai target bedasarkan riset ilmu pengetahuan anak.

1.3. Rumusan Masalah

Dengan mencermati identifikasi masalah yang luas, rumusan masalah yaitu obyek pembahasan mengungkapkan bagaimana:

Menyediakan informasi bagi orang tua anak Down Syndrome untuk mendukung perkembangan motorik kasar pada usia golden age menjadi optimal

1.4. Batasan Masalah

Menyediakan informasi tumbuh kembang optimal anak Down Syndrome tentang motorik kasar pada usia Golden age dari usia 0 - 36 bulan.


(14)

4

1.5. Tujuan Perancangan

untuk menyediakan informasi supaya orang tua tidak cepat putus asa dalam mengembangkan motorik kasar anak Down Syndrome karena memang anak Down Syndrome mengalami keterlambatan sehingga dapat membantu orang tua mengembangkan motorik kasar anak mereka pada usia 0 – 36 bulan

Lewat perancangan ini diharapkan mampu membantu orang tua memahami bahwa mereka adalah anak – anak spesial bisa memotivasi orang tua untuk tidak menyerah mengembangkan motorik kasar anak-anak Down Syndrome pada masa Golden Age


(15)

14

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi yang dirancang untuk membuat media informasi perkembangan motorik kasar anak Down Syndrome pada usia 0 - 36 bulan agar lebih optimal dalam proses perkembangannya. Tahapan perkembangan motorik kasar dan kegiatan permainan yang dapat dilakukan dibuat dengan bantuan gambar, bertujuan untuk membuat orang tua lebih mudah mengerti dan memahami kegiatan dan seperti apa yang akan dilakukan untuk intervensi dini perkembangan motorik kasar anak – anak Down Syndrome, khususnya anak usia 0 - 36 bulan. Perancangan akan dibuat bukan untuk dibaca anak Down Syndrome tapi segmentasi yang akan dituju yaitu orang tua usia 35 - 47 tahun karena menurut data semakin tua umur ibu kemungkinan anak terlahir down syndrome semakin besar jadi target primer perancangan adalah 35 – 47.

Geografis

– Wilayah: seluruh Indonesia • Demografis

– Usia: 35 - 47 tahun ( primer ) Usia : 23 - 34 tahun ( sekunder ) • Jenis Kelamin

– Laki-laki dan perempuan • Kelas Sosial

– Menengah ( primer )

Menengah keatas ( sekunder )

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Dalam perancangan media, strategi komunikasi yang digunakan bersifat santai namun berisi dengan bahasa indonesia sehari – hari dengan istilah yang bisa di mengerti untuk berbagai latar belakang pendidikan . Hal ini bertujuan agar penyampaian informasi dapat diterima dan langsung dapat dipraktekan bersama


(16)

15 oleh anak dan orang tua dengan baik. Strategi dalam media ini juga didasari oleh pendekatan terhadap karakteristik khalayak sasaran dan dikomunikasikan dengan menarik secara visual.

a. Materi Pesan

Materi pesan yang akan disampaikan dalam buku ilustrasi perkembangan Motorik Kasar Anak – Anak Down Syndrome Edisi 0 – 36 bulan berisikan mengenai informasi perkembangan motorik kasar yang optimal untuk mengontrol apakah seorang anak mengalami kemajuan dalam perkembangannya. Ditambah penjelasan mengenai permainan untuk orang tua dan anak yang dapat dilakukan sehari – hari, dengan harapan lebih menyatukan lebih menyatukan emosi dan hubungan antara ibu dan anak. Ini sangat penting sebelum melakukan kegiatan agar bisa saling memahami dan mengerti satu sama lain, sebelum melakukan latihan yang rutin menggunakan benda - benda disekitarnya dan yang terpenting yang orang tua juga ikut terlibat untuk mengembangkan kegiatan yang ada dengan tujuan yang sama untuk pengembangan dan mengontrol perkembangan motorik kasar anak Down Syndrome.

b. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi yang disampaikan dalam buku media informasi bergambar ini bertujuan memberitahu orang tua agar memahami tentang proses perkembang motorik kasar khusus anak – anak Down Syndrome agar orang tua mengerti bahwa motorik kasar anak Down Syndrome bisa sama dengan anak umumnya tetapi memang lebih lambat. Informasi bahwa perkembangan tercepat yang bisa dicapai pun tetap lebih lambat dari dari anak umumnya, jadi kesabaran orang tua sangatlah penting untuk mendukung program. Media informasi ini diharapkan, agar orang tua bisa memahami bagaimana proses tahap perkembangan motorik kasar dan melakukan kegiatan bersama anak – anak mereka khususnya Down Syndrome usia 0 - 36 bulan. Melakukan permainan, latihan dan gerakan – gerakan yang membuat motorik kasarnya berkembang optimal.


(17)

16

III.1.2 Strategi Kreatif

Pendekatan kreatif yang dilakukan adalah menyajikan informasi yang dilengkapi ilustrasi yang komunikatif dalam bentuk tahapan perkembangan motorik kasar dan kegiatan bersama orang tua dan anak, yang akan menunjang perkembangan motorik kasar anak Down Syndrome, maka dilengkapi gambar untuk menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, untuk melakukan kegiatan bersama dengan anak, Anak Down Syndrome memiliki kemampuan untuk meniru, jadi orang tua dapat melakukan terlebih dahulu agar si anak menirukan gerakan – gerakan yang telah dilakukan baik itu permainan atau kegiatan yang ada.

- Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang akan dibuat dalam konsep perancangan buku kegiatan bergambar ini adalah dengan menyajikan gambar dengan warna-warna natural dengan gaya visual realis yang sudah disederhanakan dan tetap menarik untuk dilihat oleh anak 0 - 36 bulan. Materi disampaikan dalam bentuk ilustrasi berdasarkan keterangan informasi yang disampaikan.

- Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal dilakukan secara komunikatif dengan menggunakan bahasa Indonesia. Istilah asing yang dilengkapi penjelasan agar dimengerti oleh berbagai latar belakang pendidikan. Fokus penyampaian komunikasi yang ringan dan mudah dicerna adalah garis besar isi media informasi ini target yang dituju adalah orang tua yang berusia 35 – 47 tahun

III.1.3 Strategi Media

Strategi media adalah sebuah alat untuk menyampaikan isi pesan kepada target sasaran agar pesan yang ingin disampaikan mudah dimengerti

Pemilihan Media

Untuk menyampaikan isi pesan tersebut kepada khalayak sasaran dan mencapai tujuan seperti yang diinginkan, mempertimbangkan sistem strategi komunikasi yang tepat. Media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media utama dan media


(18)

17 pendukung. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara mengemas informasi kedalam sebuah media ditambah media pendukung dan media promosi.

Media Utama

Media utama merupakan buku ilustrasi kegiatan bergambar dengan materi pengembangan motorik kasar yang dilakukan dengan permainan atau kegiatan latihan yang membuat anak tertarik untuk melakukan aktivitas bersama.

b. Media Pendukung

Media pendukung yang dimaksud adalah media tambahan untuk kelengkapan buku untuk menunjang promosi seperti stiker pembatas buku, dan Scrapbook supaya orang tua dapat mebuat buku catatan sendiri apakah sesuai dengan tahapan perkembangan optimal dan foto – foto perkembangan yang ada sehingga bisa di konsultasikan kepada dokter anak dan latihan tambahan terlebih untuk mengontrol kegiatan agar rutin melakukan kegiatan bersama.

c. Media Promosi

Media promosi ini digunakan pada saat buku telah dipublikasikan, sehingga dapat diketahui masyarakat antara lain, iklan poster dirumah sakit ibu dan anak, Posyandu, toko buku anak, kelurahan, supaya ketika orang tua mengetahui ada keluarga yang memiliki anak yang mengalami Down Syndrome dapat memiliki bahan informasi pertama yang mungkin bisa menambah referensi sebelum mengambil langkah yang lebih lanjut.

III.1.4 Strategi Distribusi

Buku ini akan didistribusikan melalui toko buku Gramedia karena memiliki jaringan yang luas di seluruh Indonesia. Hal ini bertujuan agar masyarakat mengetahui dimana buku ini tersedia dan lebih terorganisir dalam penempatan medianya. Pengenalan buku ini menggunakan media iklan iklan poster dirumah sakit ibu dan anak, Posyandu, toko buku anak, kelurahan dan penitipan anak dan tempat – tempat yang sering di kunjungi oleh orang tua. Dalam media promosi buku ini hanya judul buku, manfaat buku serta hadiah yang akan didapatkan setiap pembelian buku ini. Desainnya menggunakan ilustrasi


(19)

18 yang terdapat dalam sampul bukunya. Buku kegiatan bergambar tentang motorik kasar anak ini akan mulai dipublikasikan pada tanggal 17 november 2013 satu bulan sebelum liburan sekolah supaya ada waktu untuk promosi sehingga ketika liburan sekolah anak para orangtua dan anak lebih leluasa untuk melihat-lihat bukunya lalu membelinya. Buku ini ditawarkan dengan harga Rp. 37.000,00 dan mendapatkan dua belas stiker dan satu scrapbook. Sedangkan hadiah yang lain, diantaranya tas sekolah, buku tulis dan pengukur tinggi badan untuk anak akan diberikan selama promosi yang berlaku mulai tanggal 17 November 2013 hingga 17 Desember 2013. Promosi bertujuan agar khalayak yang dituju lebih tertarik untuk membeli buku tersebut.

III.2 Konsep Visual

Gaya perancangan desain yang dibuat berisi gambar proses perkembangan motorik kasar anak Down Syndrome seperti cerita dongeng bergambar. Isi materi lebih kepada informasi tumbuh kembang anak Down Syndrome pada umumnya, permainan atau kegiatan bersama, orang tua dan anak.

Konsep media informasi ini di buat supaya orang tua mengerti bahwa perkembangan motorik kasar anak Down Syndrome lebih lambat dari anak pada umum nya, jadi memang perlu kesabaran dalam proses yang harus dijalani orang tua. Gambar dibuat gamblang contoh proporsi anatomi tubuh memang terlihat sebenarnya artinya tidak melakukang penyerderhanaan yang ekstrim, seperti pada gambar kartun. Sebagian gambar mengacu pada foto agar terlihat jelas cara kerja atau aktivitas yang dilakukan. Pada gambar, diolah suasana atau lokasi yang berbeda – beda untuk menunjukan bahwa aktivitas tersebut dapat dilakukang dimana saja


(20)

19

III.2.1 Format Desain

Format desain yang akan dibuat dalam perancangan media informasi ini adalah buku kegiatan bergambar berbentuk persegi yang berukuran 148 mm x 210 mm bertujuan agar buku ini mudah dibawa dan dipelajari. Bahan yang digunakan adalah art paper 260gr. Judul buku adalah “Berlarilah Anakku” sebuah kata harapan dari seorang ibu untuk anaknya untuk terus bergerak, berusaha dan mengejar mimpi. Sub headline merupakan sebuah kalimat yang menjelaskan apa isi dan kenapa buku ini akan membantu orang tua yang memiliki anak Down Syndrome. Buku ini di buat dengan ukuran 29.7 x 42 dengan kemasan soft cover menjadi tujuan utama mudah untuk di bawa kemana – mana.

Gambar III.1 Lokasi Ilustrasi


(21)

20

III.2.2. Layout

Konsep layout pada perancangan media informasi yang berupa buku ilustasi ini pada teori penyusunan layout menurut dalam Adi Kusrianto (2009, h.277), yaitu beberapa patokan dasar yang dipakai dalam merancang sebuah layout:

- Proporsi (proportion); adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya. - Keseimbangan (balancing); Prinsip keseimbangan merupakan suatu pengaturan

agar penempatan elemen dalam suatu halamanmemiliki efek seimbang.

- Kontras (contrast); Menonjolkan unsur satu elemen yang terdapat pada sebuah materi objek sebuah halaman untuk memunculkan kekontrasan pada objek tersebut sehingga diperoleh fokus perhatian.

- Irama (rhythm); Irama memiliki makna yang sama dengan repetition atau pola pengulangan yang menimbulkan irama yang menarik diikuti.

- Kesatuan (unity); Prinsip kesatuan atau unity adalah hubungan antara elemen-elemen desain yang semula berdiri sendiri serta memiliki ciri sendiri yang disatukan menjadi sesuatu yang baru dan memiliki fungsi baru yang utuh. Berdasarkan teori yang ada buku ini lebih mengutamakan kemudahan informasi untuk dipahami oleh pembaca sehingga layout terkesan sederhana.

Gambar III.2 Format Desain


(22)

21

III.2.3 Tipografi

Pada perancangan buku kegiatan orang tua dan anak ini, jenis huruf yang digunakan adalah jenis huruf yang terkesan ceria, menyenangkan dan tidak kaku karena disesuaikan dengan karakteristik anak serta mudah di baca oleh orang tua. Jenis huruf yang dipakai untuk judul menggunakan always forever. Isi konten halaman menggunakan Helvetica LT Condesensed karena hurufnya tidak kaku dan terlihat santai untuk membacanya.

Gambar III.3 Layout


(23)

22 Gambar III.4

penggunaan tipografi Sumber : hasil akhir karya

III.2.1 Gaya Ilustrasi

Robert Ross dalam bukunya Illustration Today berpendapat Ilustrasi adalah lukisan atau gambar yang memiliki fungsi memperjelas atau memperindah sesuatu, tampil secara visual dalam bentuk individu, baik itu warna ataupun hitam putih, selalu membangkitkan rasa keingintahuan, menyentuh perasaan manusia, mengundang opini dan perdebatan dan terkadang memunculkan aksi atau tindakan. Gagasan ilustrasi yang akan dipakai pada perancanngan alat bantu ini bersumber dari penelitian yang telah dilakukan pada beberapa SLB. orang tua murid dari SLB Cipaganti jika ukuran kambing terlihat besar atau gemuk maka anak akan berpendapat mengatakan kambing itu adalah kerbau. Akan lebih baik jika menggunakan gaya gambar realis gambar dibuat sesuai dengan keadaan yang

always forever

Helvetica LT Condesensed

always forever


(24)

23 sebenarnya, baik proporsi maupun anatomi dibuat sama menyerupai dengan objek yang digambar agar tidak membuat ambigu anak. suasana yang digambarkan suasana lingkungan rumah seperti taman rumah, fasilitas umum taman bermain lingkungan dan beberapa tempat yang akrab kegiatan keluarga

Gaya Ilustrasi

Sumber : www.123rf.com dan Ilustrasi pribadi Gambar III.4

Gambar III.5 Gaya Ilustrasi


(25)

24

III.2.1 Warna

Konsep warna yang akan dipakai adalah warna terang karena membuat lebih ceria, dan menginspirasikan semangat, warna terang adalah warna – warna yang natural tanpa ada pengembangan seperti warna kulit.

.

warna – warna yang dipakai Sumber : Ilustrasi pribadi


(26)

24

BAB IV

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

4.1 Buku Ilustrasi Perkembangan Anak Down Syndrome 4.1.1 Media

Media utama buku cerita bergambar ini menggunakan ukuran A5 yaitu 14.8cm x 21cm. Media utama ini dibuat ringan dan tidak terlalu besar agar gampang dibawa kemana - mana bahan yang dipilih adalah kertas Artpapper dengan ketebalan 110gsm. Sedangkan untuk covernya digunakan cover dengan jenis hard cover.

4.1.2 Teknis Produksi Media

Teknik pengerjaan media utama di awali dengan membuat sketsa secara manual dengan menggunakan pensil mekanik 2B 0.5mm dan kertas HVS ukuran A4.

Setelah sketsa manual selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah merubah sketsa tersebut menjadi format digital dengan bantuan scanner.

Gambar 4.1: Sketsa manual

Kertas yang berisi sketsa tersebut dipindai oleh alat ini lalu dimasukkan kedalam komputer. Software yang digunakan dalam melakukan tracing, editing dan mewarnai adalah


(27)

25 Photoshop. Photoshop dipilih karena software ini memiliki fungsi yang cukup umum untuk membuat pengerjaan ilustrasi secara digital. Baik itu untuk proses tracing, coloring, layouting maupun editing. Setelah dimasukan kedalam komputer, sketsa tadi lalu dibersihkan dan dirapihkan. Nilai kontras garis dinaikkan dengan fungsi level ataupun curve. Lalu agar hasilnya lebih baik maka dilakukan lagi proses tracing digital. Proses ini menggunakan hardware tambahan yaitu Graphic Tablet atau biasa juga disebut Pen Tablet. Hal ini di perlukan agar proses menjiplak sketsa menjadi lebih mudah dan cepat untuk dilakukan.

Gambar 4.2:

Perbandingan sketsa manual dan hasil tracing digital

Setelah semua proses diatas selesai, barulah berikutnya dilakukan pewarnaan secara menyeluruh menggunakan software Photoshop. Dalam proses ini juga masih diperlukan Graphic Tablet sebagai alat tambahan agar bisa menghasilkan ilustrasi digital yang lebih baik. Metode pewarnaan yang digunakan adalah metode cell shading, yaitu metode pewarnaan yang biasa digunakan untuk film animasi. Metode ini digunakan agar seluruh hasil ilustrasi nantinya bisa tampak konsisten dalam segi warna, karena untuk dicetak mode warna yang digunakan saat proses pewarnaan adalah cyan, magenta, yellow, black (CMYK)


(28)

26 Gambar 4.3:

Hasil pewarnaan digital

Proses selanjutnya adalah proses memperbaiki layout. Tulisan yang berisi informasi mengenai perkembangan bayi dimasukkan dan disusun sedemikian rupa agar memiliki komposisi yang baik.


(29)

27 Kemudian barulah semua file disatukan agar lebih mudah saat dicetak nantinya. Sebelum buku dicetak dilakukan dulu tes proofing, dan dilihat apakah hasil cetak telah sesuai dengan yang telah dikerjakan. Jika sudah benar barulah dicetak dengan jumlah yang banyak. Untuk penjilidan digunakan soft cover, agar buku ini mudah di bawa kemana – mana sehingga orang tua ingat akan apa yang menjadi poin – poin target yang harus dicapai.

Gambar 4.5: Bentuk jadi buku Spesifikasi

Ukuran : 14.8 cm x 21 cm

Teknis Bahan : Art Papper 230gsm Teknis : Cetak Offset


(30)

28

4.2 Media Promosi 4.2.1 Poster

4.2.1.1 Media

Untuk media promosi buku cerita bergambar ini, digunakan poster sebagai media informasi yang menerangkan telah terbitnya buku ini. Layout poster dibuat agar lebih terfokus kepada contoh buku dan judulnya. Tidak lupa juga ditambahkan elemen pendukung lainnya seperti frame agar poster ini bisa tampak sama seperti isi dari bukunya.

Media promosi ini ditujukan untuk anak-anak dan orang tuanya. Karena itu layout yang digunakan agak lebih simple namun tetap bisa terlihat jelas.

4.2.1.2 Teknis Produksi

Mode pewarnaan yang digunakan adalah RGB, karena dalam pembuatannya menggunakan cara digital. Ukuran poster yang digunakan adalah A3 (29,7 cm x 42) di kertas berjenis artpaper. Karena mempunyai kualitas yang tidak gampang kotor dan kualitas warnanya terjaga.

Gambar 4.6: Poster Spesifikasi

Ukuran : 29,7cm x 42cm


(31)

29 Teknis : Cetak Offset

4.2.2 Stiker 4.2.2.1 Media

Stiker ini merupakan media promosi langsung yang diberikan disisipkan kedalam buku ini. Disini stiker berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk ditempelkan dimana saja. Pada tiap pembelian media utama maka akan mendapatkan dua belas sebagai bonus.

4.2.3.2 Teknis Produksi

Desain stiker mengambil beberapa ilustrasi yang ada pada buku ini. Yaitu dengan mengambil 5 ilustrasi tokoh yang ditampilkan. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak bisa terus mengingat nama-nama tohok ini. Sedangkan untuk bahannya, digunakan kertas stiker standar yang tidak transparan.

Gambar 4.8: Stiker Spesifikasi

Ukuran : 4 cm x 4 cm

Teknis Bahan : Kertas Sriker Jumlah : 12 Stiker


(32)

30

4.2.3 Pembatas Buku 4.2.3.1 Media

Sebagai media pengingat, pembatas buku dapat digunakan untuk keperluan menandai halaman buku yang sedang dibaca untuk dibuka kembali lain waktu. Media ini dapat digunakan oleh orang tua maupun anak. Sehingga menjangkau semua lapisan.

Pembatas buku juga menjadi salah satu media promosi langsung lainnya yang disisipkan di dalam buku sebagai hadiah. Desain pembatas buku ini sendiri ada dua yaitu desain dengan ilustrasi Rama dan Shinta yang merupakan kedua tokoh utama cerita ini.

4.2.3.2 Teknis Produksi

Pembatas buku ini mempunyai ukuran 4cm x 12 cm. Menggunakan kertas art paper 230gsm.

Gambar 4.9: Pembatas Buku Spesifikasi

Ukuran : 4cm x 12cm


(33)

31 Jumlah : 2 Pembatas Buku

Teknis : Cetak Offset

4.2.4 Pembatas Buku 4.2.4.1 Media

Sebagai media pengingat, dan untuk catatan ada bonus scrapbook, scrapbook ini di buat untuk tempat menempel foto – foto perkembangan bayi pada masa Golden Age sehingga orang tua bisa mencatat dan membuat sebuah kenangan masa – perkembangan awal bentuknya seperti memorabilia album, di mana kita bisa menyimpan foto, lengkap dengan berbagai macam dekorasi, catatan, atau benda-benda lainnya yang bisa disimpan di dalamnya.

4.2.4.2 Teknis Produksi

Pembatas buku ini mempunyai ukuran 14.8 cm x 21 cm. Menggunakan kertas art paper 210gsm.

Gambar 4.10 : Scrapbook

Spesifikasi

Ukuran : 14.8 cm x 21 cm

Teknis Bahan : Art Papper 210gsm Jumlah : 1 scrapbook


(1)

Gambar 4.3: Hasil pewarnaan digital

Proses selanjutnya adalah proses memperbaiki layout. Tulisan yang berisi informasi mengenai perkembangan bayi dimasukkan dan disusun sedemikian rupa agar memiliki komposisi yang baik.


(2)

Kemudian barulah semua file disatukan agar lebih mudah saat dicetak nantinya. Sebelum buku dicetak dilakukan dulu tes proofing, dan dilihat apakah hasil cetak telah sesuai dengan yang telah dikerjakan. Jika sudah benar barulah dicetak dengan jumlah yang banyak. Untuk penjilidan digunakan soft cover, agar buku ini mudah di bawa kemana – mana sehingga orang tua ingat akan apa yang menjadi poin – poin target yang harus dicapai.

Gambar 4.5: Bentuk jadi buku Spesifikasi

Ukuran : 14.8 cm x 21 cm

Teknis Bahan : Art Papper 230gsm Teknis : Cetak Offset


(3)

4.2 Media Promosi 4.2.1 Poster

4.2.1.1 Media

Untuk media promosi buku cerita bergambar ini, digunakan poster sebagai media informasi yang menerangkan telah terbitnya buku ini. Layout poster dibuat agar lebih terfokus kepada contoh buku dan judulnya. Tidak lupa juga ditambahkan elemen pendukung lainnya seperti frame agar poster ini bisa tampak sama seperti isi dari bukunya.

Media promosi ini ditujukan untuk anak-anak dan orang tuanya. Karena itu layout yang digunakan agak lebih simple namun tetap bisa terlihat jelas.

4.2.1.2 Teknis Produksi

Mode pewarnaan yang digunakan adalah RGB, karena dalam pembuatannya menggunakan cara digital. Ukuran poster yang digunakan adalah A3 (29,7 cm x 42) di kertas berjenis artpaper. Karena mempunyai kualitas yang tidak gampang kotor dan kualitas warnanya terjaga.


(4)

Teknis : Cetak Offset

4.2.2 Stiker 4.2.2.1 Media

Stiker ini merupakan media promosi langsung yang diberikan disisipkan kedalam buku ini. Disini stiker berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk ditempelkan dimana saja. Pada tiap pembelian media utama maka akan mendapatkan dua belas sebagai bonus.

4.2.3.2 Teknis Produksi

Desain stiker mengambil beberapa ilustrasi yang ada pada buku ini. Yaitu dengan mengambil 5 ilustrasi tokoh yang ditampilkan. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak bisa terus mengingat nama-nama tohok ini. Sedangkan untuk bahannya, digunakan kertas stiker standar yang tidak transparan.

Gambar 4.8: Stiker Spesifikasi Ukuran : 4 cm x 4 cm

Teknis Bahan : Kertas Sriker Jumlah : 12 Stiker


(5)

4.2.3 Pembatas Buku 4.2.3.1 Media

Sebagai media pengingat, pembatas buku dapat digunakan untuk keperluan menandai halaman buku yang sedang dibaca untuk dibuka kembali lain waktu. Media ini dapat digunakan oleh orang tua maupun anak. Sehingga menjangkau semua lapisan.

Pembatas buku juga menjadi salah satu media promosi langsung lainnya yang disisipkan di dalam buku sebagai hadiah. Desain pembatas buku ini sendiri ada dua yaitu desain dengan ilustrasi Rama dan Shinta yang merupakan kedua tokoh utama cerita ini.

4.2.3.2 Teknis Produksi


(6)

Jumlah : 2 Pembatas Buku Teknis : Cetak Offset

4.2.4 Pembatas Buku 4.2.4.1 Media

Sebagai media pengingat, dan untuk catatan ada bonus scrapbook, scrapbook ini di buat untuk tempat menempel foto – foto perkembangan bayi pada masa Golden Age sehingga orang tua bisa mencatat dan membuat sebuah kenangan masa – perkembangan awal bentuknya seperti memorabilia album, di mana kita bisa menyimpan foto, lengkap dengan berbagai macam dekorasi, catatan, atau benda-benda lainnya yang bisa disimpan di dalamnya.

4.2.4.2 Teknis Produksi

Pembatas buku ini mempunyai ukuran 14.8 cm x 21 cm. Menggunakan kertas art paper 210gsm.

Gambar 4.10 : Scrapbook Spesifikasi

Ukuran : 14.8 cm x 21 cm

Teknis Bahan : Art Papper 210gsm Jumlah : 1 scrapbook